i SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN
NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh :
FARID SETYO NUGROHO J 410 050 002
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
ABSTRAK
FARID SETYO NUGROHO J 410 050 002
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
xvii + 43 + 20
Rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) akan mempermudah proses transmisi virus. Di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ABJ selalu di bawah 95% selama lima bulan, pada bulan Februari sampai Juli 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali sejumlah 210 rumah tangga dengan sampel sejumlah 68 responden. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) secara buruk sebanyak 55 (80,88%), jenis tempat perindukan buatan yang positif jentik Aedes aegypti sebanyak 51 (26,56%), sampah padat yang posistif jentik Aedes aegypti sebanyak 2 (3,17%). Uji bivariat dengan
Fisher’s Exact menunjukkan ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD (p = 0,039)
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti, tidak ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan (p = 1) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dan juga tidak ada hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti (p = 0,216) di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Sebaiknya penelitian juga dilakukan pada musim hujan dan dengan jumlah wilayah yang lebih besar.
Kata kunci: Keberadaan, Jentik Aedes aegypti, PSN DBD.
Surakarta, 22 Oktober 2009 Pembimbing I Pembimbing II
iii FARID SETYO NUGROHO J 410 050 002 ABSTRAK
FACTORS RELATED TO EXISTENCE LARVAE Aedes aegypti in RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI.
Lower Free Number of Larvae ( FNL) will watering down virus transmission process. In RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali FNL always under 95% during five months, counted from Februari until July 2009. This research aim to know what factors that correlate existence of larvae of Aedes aegypti. This research type is observasional with device of cross sectional. Approach population at this research is all household in RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali a number of 210 households with sampel a number of 68 responders. The technique is simple random sampling. Pursuant to result of research obtained that responder executing Action in Vector Control of Dengue Haemorrhagic Fever (AVC DHF) uglyly counted 55 ( 80,88%), breeding place type of brand which are positive larvae of Aedes aegypti counted 51 ( 26,56%), solid garbage which is posistif larvae of Aedes aegypti counted 2 ( 3,17%). Bivariate test with Fisher’s Exact show there are corelation between execution of AVC DHF ( p = 0,039) with existence larvae of Aedes aegypti, there is no corelation breeding place type of brand ( p = 1) with existence larvae of Aedes aegypti and there is so no corelation between solid garbage with existence larvae of Aedes aegypti ( p = 0,216) in RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. The research is better conducted at the rainy seasons and with amount of larger regions.
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Farid Setyo Nugroho NIM : J 410050002
Telah kami setujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta, 17 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes. Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes(Epid)
v
PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI
Disusun oleh : Farid Setyo Nugroho NIM : J410050002
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 22 Oktober 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.
Surakarta, 22 Oktober 2009
Ketua penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes ( ) Penguji I : Azizah Gama T, SKM, M.Pd ( ) Penguji II : Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk:
Allah SWT yang selalu memberikan segala kemudahan dan kepandaian sehingga karya ini akhirnya dapat terselesaikan.
Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, pengorbanan dan selalu mendoakan yang terbaik bagiku.
Teman-teman Program Studi Kesmas angkatan 2005 yang selalu aku sayangi dan akan aku rindukan serta yang telah membantu dalam proses penelitian ini (Mas Agus,
Pambudi, dan Riris).
Adik-adikku di IMM FIK dan BEM FIK yang sangat aku banggakan.
Kawan-kawan jajaran kabinet bumiputera BEM UMS yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat banyak.
vii MOTTO
Niatkanlah semua karena Allah SWT, karena sesungguhnya pahala yang kita peroleh sesuai dengan apa yang kita niatkan. Jika kita niat beribadah karena untuk mendapatkan pujian, maka kita hanya akan mendapatkan pujian. Jika kita beribadah
hanya untuk mendapatkan wanita yang kita cintai maka kita hanya mendapatkan wanita tersebut. Marilah kita beribadah niat karena Allah, maka kita akan
mendapatkan-Nya (Abu Bakar r.a.).
Sedikit Bicara Banyak Kerja.
Fastabiqul khoirot ( marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan). (Penulis)
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Farid Setyo Nugroho
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo/24 Desember 1986 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gambiran RT 05 RW II , Desa Cemani Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SDN Cemani 03 tahun 1999 2. Lulus SMP BATIK Surakarta tahun 2002 3. Lulus SMA VI Surakarta tahun 2005
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti di RW IV DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak banyak yang bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini kepada :
1. Bpk. Arif Widodo, A.Kep, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati SKM, M.Kes(Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta dan selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu yang telah memberikan do’a tanpa kenal waktu, semangat,
nasihat, dukungan, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak terhitung banyaknya.
5. Buat adikku Ferary Sahita dan suaminya Asmani Lukito yang telah memberikan doa serta bantuannya.
x
7. Semua jajaran Kabinet Bumiputera BEM UMS yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak ternilai harganya khususnya wakil menteri dan staffku (Azie dan Wisnu).
8. Teman-teman Program Studi Kesmas angkatan 2005 yang sangat aku sayangi dan tentunya akan aku rindukan.
9. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
Kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT, dan segala kepunyaan di langit dan di bumi hanya milik ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari banyak kekurangan. Semoga skripsi ini barmanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Oktober 2009
xi
xii BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ... 28 B. Hasil Penelitian ... 29 C. Hasil Analisis Bivariat ... 32 BAB V PEMBAHASAN
A. Hubungan antara PSN DBD dengan Keberadaan Jentik Aedes
aegypti ... 36 B. Hubungan antara Tempat Perindukan Buatan dengan
Keberadaan Jentik Aedes aegypti ... 38 C. Hubungan antara Sampah Padat dengan Keberadaan Jentik
Aedes aegypti……… 39
D. Keterbatasan Penelitian……… 41 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 42 B. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y ... 25
2. Karakteristik Responden ... 29
3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PSN DBD ... 30
4. Distribusi Frekuensi Jenis Tempat Perindukan Aedes aegypti ... 31
5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Jenis Tempat Perindukan ... 32
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR SINGKATAN
ABJ : Angka Bebas Jentik
BI : Breteau Index
CFR : Case Fatality Rate
CI : Container Index
DKS : Dinas Kesehatan dan Sosial
HI : House Index
DBD : Demam Berdarah Dengue
IR : Incidens Rate
KLB : Kejadian Luar Biasa
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
RW : Rukun Warga
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian dan Check List 2. Hasil Analisis Bivariat
3. Gambar Dokumentasi Penelitian 4. Surat Ijin Penelitian
5. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian 6. Hasil validitas dan reliabilitas
xvii @ 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mulai menimbulkan masalah kesehatan masyarakat sejak ditemukannya kasus tersebut di Surabaya pada tahun 1968 dan pada tahun 1962 ditemukan 53 kasus dirawat dengan 24 kematian (CFR = 46%) (Dinkes Provinsi Jateng, 1985). Dalam waktu relatif singkat DBD telah dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia, dan sampai tahun 1981 hanya Provinsi Timor-Timur yang belum melaporkan penyakit DBD. Di samping meningkatnya jumlah kasus, DBD juga berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan data dari Depkes RI, 1981 (dalam Soedarmo, 1988) menunjukkan angka kematian penderita DBD secara nasional menurun dari 4,0% pada tahun 1968 menjadi 4,1% pada tahun 1977, dan menjadi 4,0% pada tahun 1980. Sedangkan pada tahun 2007 CFR DBD di Indonesia sebesar 1% dengan IR 71,78/100.000 penduduk dan pada tahun 2008 CFR DBD sebesar 0,86% dengan IR 60,02/100.000 penduduk (Depkes RI, 2009).
2 sebanyak 27 daerah (DKS Boyolali, 2009). Sedangkan IR DBD pada tahun 2008 sebesar 4/1000 penduduk dengan CFR 1,8%.
Kecamatan Nogosari merupakan salah satu kecamatan endemis DBD yang berada di Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD di Kecamatan Nogosari mencapai 51 kasus dengan IR 8,4/1000 penduduk. Desa Ketitang merupakan salah satu desa endemis DBD di Kecamatan Nogosari, di Desa Ketitang DBD tiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah kasus, pada tahun 2006 sebanyak 1 kasus, tahun 2007 sebanyak 6 kasus dan 2008 sebanyak 4 kasus (Puskesmas Nogosari, 2008). Hasil survei pendahuluan didapatkan RW dengan jumlah kasus paling tinggi yaitu RW IV dengan jumlah kasus sebesar 3 penderita dan pada tahun 2007 terdapat 1 kasus meninggal. Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan Angka Bebas Jentik Rukun Warga (ABJ RW) paling rendah yaitu sebesar 78%.
Keberadaan jentik di suatu wilayah diketahui dengan indikator ABJ. ABJ merupakan persentase rumah atau tempat-tempat umum yang tidak ditemukan jentik (Depkes RI, 1992a). Masih rendahnya ABJ di Desa Ketitang sebesar 78% dari indikator nasional yaitu sebesar 95% merupakan hal yang sangat perlu diwaspadai, hal ini dikarenakan rendahnya ABJ memungkinkan banyak peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi et.al, 2005).
3 menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan. Jenis TPA yang ditemukan positif jentik Aedes aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah ada 3 yaitu drum, bak mandi, dan ember plastik (Sitorus dan Ambarita, 2004).
B. Perumusan Masalah 1. Masalah Umum
Apakah ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD, tempat perindukan buatan dan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ?
2. Masalah Khusus
a. Apakah pelaksanaan pemberantasan PSN DBD berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ?
b. Apakah tempat perindukan buatan berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 ?
4 C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara PSN DBD, tempat perindukan buatan dan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. b. Mengetahui hubungan tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
c. Mengetahui hubungan sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis
Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai beberapa faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti dan rendahnya ABJ di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
2. Bagi masyarakat
5 3. Bagi Pemerintah Desa
Dapat dijadikan landasan oleh pemerintah desa dalam pembuatan peraturan desa mengenai sanksi terhadap rumah atau penduduk yang di rumahnya masih terdapat jentik penular penyakit DBD.
4. Bagi (Dinas Kesehatan dan Sosial) DKS Boyolali
Dapat dijadikan landasan dalam intervensi dan pemecahan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat sehingga kasus DBD tidak terjadi lagi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan, lebam atau ruam, kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Depkes RI, 1992c). Menurut Soedarto (1995) DBD menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Virus dengue sebagai agen penyebab demam berdarah memerlukan masa inkubasi selama 3-14 hari, pada umumnya 4-7 hari (Firdaus, 2005). Darah penderita sudah mengandung virus, yaitu sekitar 1-2 hari sebelum terserang demam. Virus berada dalam darah selama 5-8 hari. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat melawan virus, maka orang tersebut mengalami berbagai jenis gejala DBD (Satari, 2004).
2. Tanda-tanda Penyakit DBD
7 a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah atau lesu.
Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain.
b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk.
c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya:
1) Penderita sembuh, atau
2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak teraba). Kadang-kadang kesadarannya menurun.
Menurut WHO (dalam Soedarto, 1995), derajat beratnya DBD dibagi menjadi empat tingkatan:
a. Derajat I: ringan, bila demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinik lain dan manifestasi perdarahan paling ringan yaitu tes turniquet yang positif. b. Derajat II: sedang, dengan gejala lebih berat daripada derajat I, disertai
manifestasi perdarahan kulit, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin.
8 d. Derajat IV: berat sekali, penderita syok berat, tensi tidak terukur, dan nadi
tidak dapat diraba. 3. Penular Penyakit DBD
a. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki (Depkes RI 2005). Batas penyebaran nyamuk Aedes aegypti di negara-negara Asia Tenggara adalah pada ketinggian 1000 sampai dengan 1500 meter di atas permukaan laut (Depkes RI, 2003).
b. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk Anophelini mengalami metamorphosis sempurna, yaitu: telur, jentik, kepompong, nyamuk. Stadium telur, jentik, dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu selama 9-10 hari (Depkes RI, 2005).
1) Telur
9 lembab. Setelah perkembangan embrio sempurna, telur dapat bertahan pada keadaan kering dalam waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Telur menetas bila wadah tergenang air, namun tidak semua telur menetas pada saat yang bersamaan. Kemampuan telur bertahan dalam keadaan kering membantu kelangsungan hidup spesies selama kondisi iklim yang tidak menguntungkan (Depkes RI, 2003).
2) Jentik
Jentik memerlukan empat tahap perkembangan. Jangka waktu perkembangan jentik tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan kepadatan jentik dalam sebuah kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu (Depkes RI, 2003). Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva Aedes aegypti tersebut, yaitu (Depkes RI, 2005):
a) Instar I: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm b) Instar II: 2,5-3,8 mm
c) Instar III: lebih besar sedikit dari larva instar II d) Instar IV: berukuran paling besar 5 mm
3) Pupa (kepompong)
10 RI, 2005). Menurut Sugito (1989), pupa Aedes aegypti tidak memerlukan udara dan makan, belum bisa dibedakan antara jantan dan betina, menetas dalam waktu 1-2 hari, dan menjadi nyamuk dewasa, pada umunya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari nyamuk betina.
4) Nyamuk Dewasa
Sesaat setelah muncul menjadi dewasa, nyamuk akan kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk pematangan telur (Depkes RI, 2003). Habitat tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah di air yang relatif bersih, yaitu di wadah-wadah tempat penampungan air untuk kepentingan sehari-hari dan barang-barang bekas, seperti ban, botol, kaleng, plastik, pecahan kaca, dan sebagainya yang merupakan lingkungan buatan manusia (Nadezul, 2007). 4. Bionomik Nyamuk Demam Berdarah Dengue
a. Tempat Perkembangbiakan
Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
1) TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
11 3) Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. b. Kebiasaan menggigit
Nyamuk Aedes aegypti bersifat anthropophilic, walaupun mungkin akan menghisap darah hewan berdarah panas lain yang ada. Sebagai spesies yang aktif siang hari nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit, yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Apabila pada waktu menghisap darah terganggu, maka nyamuk Aedes aegypti dapat menghisap lebih dari satu orang. Perilaku ini sangat meningkatkan efektifitas penularan pada masa Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah DBD (Depkes RI, 2003).
c. Kebiasaan beristirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur (Depkes RI, 2003). Setelah menghisap darah, nyamuk Aedes aegypti hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang aga gelap dan lembab. Di tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya (Depkes RI, 2005).
d. Jangkauan terbang
12 pupa menetas menjadi nyamuk dewasa. Walupun demikian, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina dewasa menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur. Penyebaran pasif nyamuk Aedes aegypti dewasa dapat terjadi melalui telur dan jentik dalam wadah (Depkes RI, 2003).
B. Keberadaan Jentik 1. Survey Jentik
Survey jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
a. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
b. Untuk memeriksa TPA yang berukuran besar, seperti: bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit unutk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.
c. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga atau pot tanaman air atau botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.
d. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter.
2. Metode Survey Jentik
13 a. Single larva: Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di
setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD menggunakan cara visual.
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti 1. Pelaksanaan PSN DBD
PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Syarifah, 2007) bahwa terdapat hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik dimana penelitian tersebut dilakukan di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang tahun 2007. Pada penelitian tersebut nilai proporsi ABJ sebesar 0,93. Menurut (Depkes RI, 2005), Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
a. Fisik: cara ini dikenal dengan kegiatan 3-M yaitu menguras (dan menyikat) bak mandi, bak wc, dan lain-lain. Menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain). Mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas (seperti kaleng, ban, dan lain-lain).
14 Dosis yang digunakan 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasidasi dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
c. Biologi: cara ini dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain). Dapat juga dengan menggunakan Bacillus thuringiensis H-14.
Dengan insektisida (fogging dan ULV) Fisik Kimiawi
Biologi
Sumber: Depkes RI, 2005
Gambar 1.Bagan cara Pemberantasan DBD 2. Macam Tempat Perindukan Buatan Aedes aegypti
Sumber utama perkembangbiakan Aedes aegypti di sebagian besar daerah pedesaan Asia Tenggara adalah di wadah-wadah penampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah dari keramik, tanah liat dan bak semen yang berkapasitas 200 liter, tong besi yang berkapasitas 210 liter (50 galon), dan wadah yang lebih kecil sebagai tempat penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air harus ditutup dengan penutup yang rapat atau kasa. Setelah air digunakan harus dijaga agar wadah tetap tertutup. Cara ini cukup efektif seperti telah dilakukan di Thailand (Depkes RI, 2003). Menurut Sutaryo (2005) macam TPA yang berada di rumah meliputi tandon air, tower, bak mandi, bak WC, padasan, cadangan air ditaman, air jebakan
Nyamuk Dewasa
15 semut yang memiliki peluang untuk nyamuk Aedes aegypti bertelur. Macam TPA untuk keperluan sehari-hari meliputi drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi atau WC, dan ember. Menurut Hasyimi dan Soekino (2004) TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA rumah tangga yang berasal dari bahan dasar logam. Jenis TPA rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah TPA jenis tempayan (Depkes RI, 2005).
3. Sampah Padat
17 E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN DBD) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
2. Ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
Tempat Perindukan
Buatan PSN DBD
Sampah Padat
Keberadaan Jentik Aedes
18 3. Ada hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di
19 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian adalah merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian di mana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).
B. Subjek Penelitian
Subjek atau populasi penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
a.Rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.
b. Kepala keluarga atau ibu rumah tangga atau anggota keluarga yang dapat ditemui pada saat penelitian.
c. Bersedia menjadi subjek penelitian. 2. Kriteria Eksklusi
20 a. Rumah tangga yang tidak termasuk dalam wilayah RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009. b. Tidak bisa ditemui pada saat penelitian.
C. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009. Tempat penelitian di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 sejumlah 210 rumah tangga.
2. Jumlah Sampel
Sampel pada penelitian ini sejumlah 68 rumah tangga. Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari dalam Murti (2006) sebagai berikut:
n = 68 responden Keterangan:
n : Besar sampel
21 q : 1 - p
Z²1-α/2 : Statistik Z (Z=1,96 untuk α=0,05)
d : delta, presisi absolut atau margin of error yang diinginkan di kedua sisi proporsi (+/- 5%)
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling (SRS) yaitu metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing subjek atau unit dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen (tidak tergantung) untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2006).
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu:
1. Variabel bebas: pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah, jenis tempat perindukan buatan dan sampah padat.
2. Variabel terikat: keberadaan jentik Aedes aegypti.
F. Definisi Operasional Variabel 1. Pelaksanaan PSN DBD
a. Definisi: kegiatan yang dilakukan oleh responden untuk PSN DBD (Aedes aegypti) secara fisik, kimia, dan biologi.
b. Alat ukur: wawancara dengan menggunakan kuesioner. c. Skala: nominal.
22 2. Tempat Perindukan Buatan
a. Definisi: wadah-wadah penampungan air untuk kepentingan rumah tangga yaitu tempayan, bak mandi, drum, ember, tempat penampungan air kulkas, tempat penampungan air dispenser, vas bunga, tempat minum burung, dan bejana di sekitar rumah responden.
b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list. c. Skala: nominal
d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= 0. 3. Sampah Padat
a. Definisi: keberadaan sampah padat, kering yang terdiri dari ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, pecahan kaca, ember bekas, drum bekas, mangkok bekas yang tersebar di sekitar rumah responden.
b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list. c. Skala: nominal
d. Hasil ukur: ada =1, tidak ada= 0. 4. Keberadaan Jentik
a. Definisi: ada atau tidak adanya jentik Aedes aegypti pada berbagai tempat perindukan buatan, dan sampah padat di sekitar rumah responden yang dilihat dengan cara visual menggunakan senter.
b. Alat ukur: observasi dengan menggunakan check list. c. Skala: nominal
23 G. Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Kuantitatif meliputi skor hasil kuesioner pelaksanaan PSN DBD.
b. Kualitatif meliputi jenis tempat perindukan buatan, jenis tempat perindukan alami dan sampah padat dan keberadaan jentik.
2. Sumber Data a. Data primer
Data yang langsung diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner dengan pedoman wawancara terstruktur dan pengamatan dengan check list.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh melalui studi pustaka, internet, instansi kesehatan berupa data kesakitan dan ABJ, instansi pemerintahan desa berupa jumlah rumah tangga.
3. Cara Pengumpulan Data a. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada rumah tangga yang terpilih sebagai responden untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang beberapa variabel yang diteliti yaitu: jenis tempat perindukan buatan, jenis tempat perindukan alami, sampah padat dan keberadaan jentik.
4. Instrumen Penelitian
24 a. Check list untuk pemeriksaan jenis tempat perindukan buatan, sampah padat dan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Check list berupa daftar variabel yang akan di kumpulkan datanya. Apabila terdapat jentik pada tempat perindukan
maka akan diberi tanda centang (√) dan apabila tidak ada jentik maka akan diberi tanda strip (−) (Hasan, 2004).
b. Kuesinoer untuk mengetahui hubungan pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik.
1) Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuesioner tertutup dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 item pertanyaan.
2) Skor kuesioner pelaksanaan PSN DBD dengan pilihan jawaban ya = 1 dan tidak = 0.
3) Uji validitas dan reliabilitas
Secara sederhana yang dimaksud dengan valid ialah sahih. Alat ukur dikatakan sahih atau valid bila benar-benar mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan reliabilitas adalah keajegan, maksudnya berkali-kali untuk mengukur hasilnya ajeg (tetap) (Machfoedz, 2007). Uji validitas kuesioner dan check list menggunakan uji korelasi product moment person. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alfa Cronbach. Rumus korelasi product moment person adalah sebagai berikut:
Keterangan:
: korelasi antara variabel x dan y X dan Y : skor masing-masing skala
25
∑Y : skor genap N : banyaknya subjek
Tabel 2. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y
26 1. Melakukan survey pendahuluan
2. Melakukan ijin penelitian kepada pemerintah desa
I. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-langkah:
1. Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan.
2. Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama.
3. Entry adalah memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.
4. Tabulating adalah mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti guna memudahkan analisis data.
J. Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS. Analisis data meliputi:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi responden serta menggambarkan masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel terikat.
2. Analisis Bivariat
27 kemaknaan 95% dengan program komputer SPSS. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p) adalah:
28 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran Umum Daerah Peneltian
Desa Ketitang mempunyai luas wilayah 512.000 Ha dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 6.591 jiwa dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.414 jiwa, jumlah penduduk wanita sebanyak 3.177 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.637. Desa Ketitang dibagi atas empat kadus dengan 11 RW dan 39 RT. Adapun batas wilayah Desa Ketitang adalah (Monografi Desa Ketitang, 2008):
a. Sebelah Utara : Desa Pulutan b. Sebelah Timur : Desa Jeron c. Sebelah Selatan : Desa Sembungan d. Sebelah Barat : Desa Rembun 2. Karakteristik Responden
29 perempuan. Responden lebih banyak berkelamin perempuan sebanyak 38 responden (55,89%), sedangkan laki-laki sebanyak 30 responden (44,11%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Responden
30 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan PSN DBD
PSN DBD Jumlah
f %
Baik 13 19,12
Buruk 55 80,88
Total 68 100
2. Jenis Tempat Perindukan
a. Jenis Tempat Perindukan Buatan
Jenis tempat perindukan buatan responden yang paling banyak adalah bak mandi sejumlah 54 (28,12%), tempayan sejumlah 53 (27,60%), ember sejumlah 42 (21,87%), drum sejumlah 18 (9,37%), vas bunga sejumlah 10 (5,24%), dispenser sejumlah 6 (3,12%), tempat minum burung sejumlah 4 (2,08%), bejana sejumlah 4 (2,08%) dan penampungan air kulkas sebanyak 1 (0,52%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
b. Sampah Padat
31 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Tempat Perindukan
Aedes aegypti 3. Keberadaan Jentik Aedes aegypti
a. Jenis Tempat Perindukan Buatan
Pada jenis tempat perindukan buatan jentik Aedes aegypti banyak ditemukan pada bak mandi sebanyak 24 (47,06%), pada tempayan sebanyak 23 (45,10%), pada drum sebanyak 3 (5,88%), pada tempat minum burung sebanyak 1 (1,96%), tidak ditemukan jentik Aedes aegypti pada jenis tempat perindukan yang lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
b. Sampah Padat
32 Tabel 5. Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada
Jenis Tempat Perindukan
33 Tabel 6. Hasil Analisis Statistik melalui Fisher’s Exact
No Variabel Nilai p Keterangan
1. 2. 3.
PSN DBD
Jenis tempat perindukan buatan
Sampah padat
0,056 1 0,504
34 BAB V
PEMBAHASAN
Secara umum selama lima bulan berturut-turut mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2009 ABJ di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali selalu di bawah 95%. Rendahnya ABJ ini memungkinkan banyak peluang untuk proses transmisi virus (Hasyimi et.al, 2005). Kondisi perumahan Desa Ketitang yang padat dan penduduknya banyak yang menggunakan lebih dari satu TPA, secara teoritis kondisi yang seperti sangat potensial untuk tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
35 Yudhastuti dan Vidiyani (2005) bahwa perilaku masyarakat yaitu pengetahuan dan tindakan dalam mengurangi atau menekan kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti mempunyai hubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Pekerjaan responden kebanyakan adalah pedagang dan buruh diluar tempat tinggal. Hal ini juga berisiko dalam penularan penyakit DBD. Umur responden yang paling muda adalah 17 tahun dan yang paling tua adalah 65 tahun. Banyaknya responden yang berusia dibawah 40 tahun lebih banyak, seharusnya hal ini mendukung pelaksanaan PSN DBD. Namun pada penelitian ini pelaksanaan PSN DBD sebagian besar responden buruk. Hal ini lebih disebabkan karena responden yang berdagang dan bekerja diluar daerah.
Jenis tempat-tempat penampungan air responden di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali kebanyakan adalah berupa bak mandi dan tempayan. Keberadaan jenis tempat penampungan air baik yang berada di dalam maupun di luar rumah responden mempunyai resiko yang tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fathi et.al (2005) dimana faktor lingkungan berupa keberadaan kontainer air baik yang berada di dalam maupun di luar rumah merupakan faktor yang sangat berperan terhadap penularan ataupun terjadinya (KLB) penyakit DBD.
36 A. Hubungan antara PSN DBD dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti.
Hasil analisis uji Fisher’s Exact dengan menggunakan program SPSS 16 didapatkan bahwa nilai p = 0,056 dan disimpulkan ada hubungan antara PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Terdapatnya jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali adalah sebagai akibat dari buruknya PSN DBD yang dilakukan oleh responden. Buruknya PSN DBD responden dapat diketahui dari hasil wawancara dan observasi terhadap rumah responden. Responden banyak yang belum melakukan 3-M secara baik. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang melaksanakan PSN DBD secara buruk dan terdapat jentik sebanyak 38 responden (55,88%), responden yang melaksanakan PSN DBD secara buruk dan tidak terdapat jentik sebanyak 17 responden (25%), responden yang melaksanakan PSN DBD secara baik dan terdapat jentik sebanyak 5 responden (7,36%) dan responden yang melaksanakan PSN DBD secara baik dan tidak terdapat jentik sebanyak 8 responden (11,76%). Banyak responden melaksanakan kegiatan menguras lebih dari dua minggu, hal ini dikarenakan bak mandi responden yang berukuran besar sehingga responden akan menguras bak mandi ketika sudah terlihat keruh dan kotor. Mayoritas responden juga belum melakukan kegiatan menutup tempat-tempat penampungan air. Sehingga perilaku ini sangat berisiko bagi nyamuk Aedes aegypti untuk bertelur pada tempat-tempat penampungan air responden.
37 Keadaan rumah responden yang lembab dan kurang pencahayaan juga merupakan tempat yang potensial bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembangbiak, karena nyamuk Aedes aegypti suka beristirahat dan berkembangbiak pada tempat yang gelap dan lembab. Perilaku responden yang suka menggantung pakaian di dinding juga menjadi tempat yang disukai nyamuk Aedes aegypti untuk istirahat setelah mennghisap darah manusia.
Berdasarkan hasil penelitian banyak responden yang belum melaksanakan PSN DBD secara kimia dan biologi. Cara ini memang belum banyak dapat dilakukan oleh responden. Secara kimia PSN DBD biasanya dilakukan dengan menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air, akan tetapi bubuk abate belum bisa didapatkan secara mudah sehingga responden belum dapat melakukan PSN DBD secara kimia. Hal ini tentunya juga dapat menambah resiko bagi jentik nyamuk Aedes aegypti untuk hidup dan berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air. PSN DBD secara biologi yang dilakukan dengan cara memelihara ikan pada tempat-tempat penampungan air juga belum dilakukan responden. Sebenarnya cara ini adalah cara alamiah dan cara yang cukup efektif untuk membasmi jentik Aedes aegypti, akan tetapi responden enggan melaksanakannya karena ikan yang dipelihara akan menyebabkan bau amis pada tempat penampungan air responden.
terus-38 menerus dan berkesinambungan maka keberadaan jentik Aedes aegypti dapat dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi. Untuk itu maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat seperti kegiatan bulan bakti gerakan 3-M, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga atau masyarakat (Depkes RI, 2005).
B. Hubungan antara Tempat Perindukan Buatan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti.
Hasil analisis uji Fisher’s Exact didapatkan bahwa nilai p = 1 dan disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 tidak tergantung dari tempat perindukan buatan. Hal ini karena ditemukan tempat perindukan buatan pada semua responden, sehingga dalam proses analisis tidak menunjukkan adanya hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Keberadaan tempat perindukan buatan sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, karena semakin banyak tempat perindukan buatan maka akan semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti.
39 berkembangbiak. Hal ini menjadi lebih buruk lagi dengan perilaku responden yang tidak menutup tempat-tempat penampungan air. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus dan Ambarita (2004) yang menunjukkan bahwa perilaku penduduk dalam hal menampung air untuk keperluan sehari-hari tidak hanya pada satu tempat dan jarang membersihkan bak penampungan air memungkinkan nyamuk Aedes aegypti memiliki peluang lebih banyak untuk bertelur. Jenis tempat penampungan air yang banyak ditemukan di rumah responden adalah jenis bak mandi dan tempayan. Sedangkan keberadaan jentik Aedes aegypti banyak ditemukan pada kedua jenis tempat perindukan ini. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasyimi dan Soekino (2004) yang menyatakan bahwa jenis tempat penampungan air rumah tangga yang paling banyak ditemukan jentik atau pupa Aedes aegypti adalah jenis tempayan. Menurut (Depkes RI, 2005) jenis tempat perindukan buatan nyamuk Aedes aegypti meliputi drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi, ember, tempat minum burung dan vas bunga.
40 ditemukan keberadaan jentik Aedes aegypti pada dua kaleng bekas responden dan 29 (43%) responden tidak ditemukan sampah padat sehingga keberadaan jentik Aedes aegypti juga tidak ditemukan. Akan tetapi dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah keberadaan jentik Aedes aegypti pada sampah padat belum menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
41 Menurut WHO (1999) upaya pengendalian vektor harus mendorong penanganan sampah yang efektif dan memperhatikan lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar mengurangi, menggunakan ulang dan daur ulang. Sampah padat, kering seperti kaleng, botol, ember atau sejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur di dalam tanah. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan (ember, mangkok dan alat penyiram) harus disimpan terbalik untuk mencegah tertampungnya air hujan (Depkes, RI 2003). Ban mobil bekas merupakan tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti di perkotaan sehingga terdapatnya ban bekas di sekitar rumah responden juga akan menjadi masalah kesehatan.
Keterbatasan Penelitian:
1. Penelitian ini hanya meneliti tempat perindukan buatan nyamuk Aedes aegypti. Untuk tempat perindukan alami nyamuk Aedes aegypti tidak diteliti karena penelitian berlangsung pada musim kemarau (kering) sehingga tidak terdapat tampungan air hujan pada tempat perindukan alami nyamuk Aedes aegypti yang memungkinkan sebagai tempat bertelur dan berkembangbiak.
2. Pada penelitian ini jumlah jentik yang sedikit pada sampah padat juga sebagai akibat pengaruh dari musim kemarau (kering), sehingga dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sampah padat dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. 3. Pada penelitian ini letak tempat perindukan buatan tidak dibedakan antara tempat
42 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pelaksanaan PSN DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahum 2009.
2. Tidak ada hubungan antara tempat perindukan buatan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
3. Tidak ada hubungan antara sampah padat dengan Keberadaan jentik Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti ingin mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Lain
43 2. Bagi Masyarakat
Lebih memperhatikan kegiatan pelaksanaan PSN – DBD secara mandiri dan teratur agar dapat mengurangi keberadaan jentik Aedes aegypti dan penularan penyakit DBD dapat ditekan.
3. Bagi Pemerintah Desa
Memotivasi, memfasilitasi, dan mengkoordinasi pemeriksaan jentik berkala pada tiap-tiap RW dengan dukungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
4. Bagi DKS dan Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.1992a. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue.Jakarta.Ditjen P2M & PLP.
__________1992b. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Ditjen P2M & PLP.
__________1992c. Kumpulan Keputusan/Edaran Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Ditjen P2M & PLP.
__________2003. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue Dan Demam Berdarah Dengue.Jakarta:Depkes RI.
__________2005. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.Jakarta.Ditjen P2PL.
__________2009. DBD Insiden Dan CFR Indonesia Tahun 1968-2008.http://www.penyakitmenular.info/webpppl/def_menu.asp?menuldType= 0&Subid=1.Diakses tanggal:26 Juni 2009.
Desa Ketitang. 2008. Data Monografi Desa/Kelurahan.Ketitang:Pemerintah Desa Ketitang.
Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 1985. Demam Berdarah Dengue Dan Usaha Pemberantasannya.Semarang.Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
____________________________2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006. Semarang.Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
____________________________2007. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2007. Semarang. Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
DKS Boyolali. 2009. Menuju Desa Bebas DBD, Materi Disampaikan Dalam Pertemuan Kader Pemeriksa Jentik, Pokja Dan Pokjanal DBD Tahun 2009. Boyolali. DKS Boyolali.
Fathi, Keman S, Wahyuni CU.2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.Kesehatan Lingkungan.Vol.2.Juli 2005:1-10.
Firdaus, U.2005.Penyakit Demam Berdarah Dan Cara Penanggulangannya.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XV.Maret 2005:41-46.
Hasan, I.2004.Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.Jakarta:Sinar Grafika Offset. Hasyimi M & Soekino M.2004.Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti Pada
tempat Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air Olahan.Ekologi Kesehatan.Vol.3.1.April 2004:37-42.
Hasyimi M, Sukowati S, Kusriastuti R, Muchlastriningsih.2005.Situasi Vektor Demam Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XV.Februari.2005:14-18.
Machfoedz, I.2007.Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan.Yogyakarta:Penerbit Fitramaya.
Muhidin, SA & Abdurahman M.2007.Analisis Korelasi, Regresi, Dan Jalur Dalam Penelitian.Bandung:CV Pustaka Setia.
Murti, Bhisma.2006.Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press. Nadezul, H.2007.Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.Jakarta:Penerbit
Buku Kompas.
Puskesmas Nogosari 2008.Data Penderita DBD Kecamatan Nogosari 2003-2008.Nogosari:Puskesmas Nogosari.
Satari, H I.2004.Demam Berdarah Perawatan Di Rumah & Rumah Sakit + Menu.Jakarta:Puspa Swara.
Sitorus, H & Ambarita, LP.2004.Pengamatan Larva Aedes di Desa Sukaraya Kabupaten Oku dan di Dusun Martapura Kabupaten Oku Timur Tahun 2004.Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.Vol.XVII.Februari 2007:28-33.
Soedarmo, SSP. 1988. Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Jakarta: UI-Press. Sugito, R.1989.Aspek Entomologi Demam Berdarah Dengue, Disampaikan Dalam
Laporan Semiloka “Proceeding Seminar and Workshop The Aspect of Dengue Haemorrhagic Fever and Its Control.Depok.
Sutaryo.2005.Mengenal Demam Beradarah.Yogjakarta:Medika.
Suyasa ING, Putra NA, Aryanta IWR.2008.Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Pueskesmas I Denpasar
Selatan.Echotrophic.Vol.1.Maret 2008:1-6.
Syarifah, U.2007.Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik di RW III Kelurahan Tlogosari Kulon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang Tahun 2007.[Karya Tulis Ilmiah].Semarang.Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
WHO.1999.Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, Dan Pengendalian.Jakarta:EGC.
Widagdo L, Husodo BT, Bhinuri.2008.Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M Plus): di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang.Makara Kesehatan.Vol.12.Juni 2008:13-19.
Lampiran 1
KUESIONER DAN CHECK LIST
Penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di RW IV Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009
Identitas responden :
Nama responden : ___________________________________ RT/RW : ___________________________________ Tanggal wawancara : ___________________________________ Umur responden : ___________________________________ Jenis kelamin : ___________________________________ Pendidikan : ___________________________________
A. PSN DBD
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Saudara melakukan 3-M? 2. Apakah Saudara menguras Tempat
Penampungan Air (TPA) lebih dari 2 minggu? 3. Apakah Saudara menutup tempat-tempat
penampungan air?
Tempat penampungan air apa saja yang saudara
tutup? ( ) 4. Apakah Saudara meletakkan tempat-tempat
penampungan air di luar rumah?
Tempat penampungan air apa saja yang berada
di luar rumah? ( ) 5. Apakah Saudara mengubur atau membakar
barang-barang bekas lebih dari 2 minggu? 6. Apakah Saudara membuang barang-barang
bekas di sekitar rumah?
Barang bekas apa saja yang saudara buang di sekitar rumah? ( ) 7. Apakah Saudara menaburkan bubuk abate di
tempat-tempat penampungan air?
Lampiran 1 lanjutan
8. Apakah Saudara memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air?
9. Apakah Saudara menggantung pakaian di dinding?
10. Apakah terdapat pencahayaan di tempat penampungan air Saudara? 13. Apakah terdapat bak mandi? 14. Apakah terdapat drum? 18. Apakah terdapat vas bunga? 19. Apakah terdapat tempat minum
burung?
20. Apakah terdapat bejana?
C. Sampah padat
No Pertanyaan Ada Tidak Jentik
Ada Tidak 21. Apakah terdapat sampah padat di
sekitar rumah?
Lampiran 1 lanjutan
3 25. Apakah terdapat pecahan kaca?
26. Apakah terdapat ember bekas? 27. Apakah terdapat drum bekas? 28. Apakah terdapat mangkok
Lampiran 2. Hasil Analisis Bivariat
Continuity Correctionb 3.028 1 .082 Likelihood Ratio 4.102 1 .043
Fisher's Exact Test .056 .043 Linear-by-Linear Association 4.181 1 .041
N of Valid Casesb 68
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.78. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 2. Lanjutan Hasil Analisis Bivariat
= 1
Jentik Total
Ada Tidak
Buatan Ada 43 25 68
Tidak 0 0 0
Lampiran 2. Lanjutan Hasil Analisis Bivariat
Continuity Correctionb .262 1 .609 Likelihood Ratio 2.269 1 .132
Fisher's Exact Test .504 .325 Linear-by-Linear Association 1.510 1 .219
N of Valid Casesb 68
Lampiran 3. Gambar Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Proses Wawancara Dengan Responden
Lampiran 3. Lanjutan Gambar Dokumentasi Peneltian
Gambar 3. Pengamatan Tempat Perindukan Buatan
Lampiran 3. Lanjutan Gambar Dokumentasi Peneltian
Gambar 5. Sampah Padat Responden
Lampiran 6. Lanjutan Hasil Validitas dan Reliabilitas
sepuluh Pearson Correlation .284 .354* -.213 .151 .050 .067 .017 .377* .149 1 .628** Sig. (2-tailed) .098 .037 .219 .387 .775 .704 .921 .025 .394 .000 N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 total Pearson Correlation .365* .423* .214 .089 .400* .309 .186 .473** .578** .628** 1
Sig. (2-tailed) .031 .011 .217 .609 .017 .071 .285 .004 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
item ganjil item genap item ganjil Pearson Correlation 1 .462*
Sig. (2-tailed) .017 N 26 26 item genap Pearson Correlation .462* 1
Sig. (2-tailed) .017
Lampiran 7. Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Rekapitulasi Keberadaan Jentik Aedes aegypti Pada Berbagai Jenis Tempat Perindukan Buatan
Tempayan Bak mandi Drum Ember Penampungan kulkas Dispenser Vas bunga Tempat minum burung Bejana
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data Hasil Rekapitulasi Sampah Padat Responden
Ban bekas Kaleng bekas Botol bekas Pecahan
kaca
Ember bekas Drum bekas Mangkok bekas
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 3 3
4 1 1 1 1 - -
- 1 1 1 1 - -
- 1 1 6 1 - -
- 1 1 - 1 - -
- 1 1 - 1 - -
- 1 1 - 1 - -
- 1 1 - 10 - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 1 1 - - - -
- 17 1 - - - -
- - 1 - - - -
- - 1 - - - -
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data
Hasil Rekapitulasi Jenis Kelamin dan Pendidikan Responden
Lampiran 7. Lanjutan Hasil Rekapitulasi Data Hasil Jenis Tempat Perindukan Buatan Responden
Tempayan Bak mandi Drum Ember Penampungan
kulkas
Dispenser Vas bunga Tempat
Tempayan Bak Mandi Drum Ember Penampungan kulkas
Dispenser Vas Bunga Tempat
Minum Burung
Bejana
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
1 1 - - - -
53 1 - - - - - - -