• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA PADA PELAJARAN IPA DI SMA N 4 PURWOREJO Pengelolaan Pembelajaran Multimedia Pada Pelajaran Ipa Di Sma N 4 Purworejo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA PADA PELAJARAN IPA DI SMA N 4 PURWOREJO Pengelolaan Pembelajaran Multimedia Pada Pelajaran Ipa Di Sma N 4 Purworejo."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada

Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh

Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan

Oleh

DINI RETNO SUSILOWATI NIM : Q.100.050.320

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA PADA PELAJARAN IPA DI SMA N 4 PURWOREJO

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

DINI RETNO SUSILOWATI NIM : Q.100.050.320

Telah disetujui oleh Pembimbing Pada tanggal

13 Februari 2012

Pembimbing Utama

(3)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIMEDIA PADA PELAJARAN IPA DI SMA N 4 PURWOREJO

Oleh

DINI RETNO SUSILOWATI Q.100.050.320

ABSTRACT

Dini Retno Susilowati.Q.100.050.320. The Management For Multimedia Learning Of Science Subject at SMA N 4 Purworejo. Thesis. Muhammadiyah University of Surakarta. 2011.

The purpose of this study is to describe (1) the use of multimedia by Science teacher at SMA N 4 Purworejo, (2) the Science learning plan using multimedia at SMA N 4 Purworejo, and (3) the implementation of Science learning using multimedia at SMA N 4 Purworejo.

It is a qualitative study that was held at SMA N 4 Purworejo. The main subjects of this study are the principal and teacher. Data collection technique used observation, interview, and documentation. Data analysis used data collection, data reduction, data display and conclusion. Data validity of this study included credibility, transferability, dependability and conformability.

This finding shows that (1) in planning of Science learning using multimedia as the instructional media at SMA N 4 Purworejo, teacher has two plans such as learning plan and infrastructure and facilities plan. Planning of the learning is done by a junior teacher which is compiled in lesson plan using multimedia as the instructional media. While the planning of infrastructure and facilities is done by teacher in the form of planning the hardware and software; (2) the implementation of Science learning using multimedia at SMA N 4 Purworejo is done in three stages such as the early learning activity, the main activity, and the last activity. The Science learning using multimedia at SMA N 4 Purworejo uses a lecture method, question and answer, discussion, and assignment; (3) evaluation and monitoring of Science learning using multimedia at SMA N 4 Purworejo is well-done by conducting pre-test and post test. Post test is held by teacher through daily test at least twice a month, midterm test and final test.

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta.

Demikian pula peringkat daya saing sumber daya manusia Indonesia menempati nomor paling buncit di arena internasional. Masyarakat dunia, terutama Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah semakin melebarnya kesenjangan antara kelompok negara maju yang memiliki penguasaan IPTEK dan kelompok negara yang masih tertinggal dalam penguasaan IPTEK. Bagi Indonesia, salah satu upaya untuk mengantisipasinya adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan, yakni melalui peningkatan kualitas pendidikan, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

(5)

Pembelajaran IPA di sekolah bertujuan menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itu pembelajaran IPA harus dibuat lebih menarik dan mudah dipahami, karena IPA lebih membutuhkan pemahaman dari pada penghafalan berbagai rumus yang begitu banyak. Untuk mengantisipasi hal tersebut salah satunya perlu di dukung media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat membantu efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu, selain itu juga akan memberikan pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis (Faizin, 2009: 36).

Dengan hadirnya perangkat komputer sebagai sarana pembelajaran multimedia, tentunya hal tersebut dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, namun pada kenyataan sebagian siswa justru tidak termotivasi untuk mengikuti isi pelajaran, lebih tertarik dengan proses pembuatan animasi, dan penggunaan animasi dari media yang digunakan oleh guru.

SMA N 4 Purworejo, saat ini dipersiapkan untuk Rintisan Sekolah Berstandart Internasional (RSBI) telah dilengkapi dengan media pembelajaran multimedia, sehingga setiap guru diharapkan dapat menggunakan media pebelajaran multimedia untuk membantu proses pembelajaran. Dikarenakan adanya perbedaan pembekalan yang dimiliki oleh guru, khususnya guru yang senior dan yunior, maka tidak semua guru menyambut baik multimedia tersebut, bahka beberapa guru hal tersebut merepotkan bagi guru. Kenyataan tersebut di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang penggunaan multimedia di SMA N 4 Purworejo dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran IPA.

Kajian Teori

Perencanaan Pembelajaran Pembelajaran

(6)

didik. Rohani (2004: 1) menyatakan: Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistimatis yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkesinambungan, untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Menurut Uno (2007: 34) menyatakan bahwa: Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Desain Pembelajaran

Menurut Yulaelawati (2004: 48) menyatakan bahwa desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang misalnya disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi dan serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaanya.

Desain pembelajaran sebagai proses, merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampainnya.

Silabus

Menurut Yulaelawati (2004: 123) yang menyatakan bahwa silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.

(7)

Standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok, sudah disiapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu tugas guru adalah mengembangkan setiap kompetensi dasar tersebut dengan jalan menentukan materi pokok, pengalaman belajar, alokasi waktu dan sumber bahan. Untuk implementasi di kelas, silabus perlu dijabarkan lagi ke dalam bentuk persiapan mengajar, baik dalam bentuk satpel maupun rencana pembelajaran.

RPP

Mulyasa (2006: 213) menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari kurikulum yang dipergunakan pada program percepatan belajar yang mengacu pada KTSP.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sedangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Tugas utama guru dalam pembelajaran kontekstual adalah menjabarkan, menganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah. Selanjutnya mengemas hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut ke dalam pembelajaran kontektual, yang di dalamnya mencakup silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (Mulyasa, 2006: 109). Proses Pembelajaran

(8)

dengan penilaian. Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat dimanfaatkan sebagai feedback (umpan balik) bagi perbaikan pembelajaran lebih lanjut.

Suparman (2000: 157) menyatakan bahwa Pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pendekatan pembelajaran sebagai suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat menguasai isi pelajaran atau tujuan yang diharapkan. Salah satu keterampilan dalam mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah dapat memilih berbagai pendekatan dalam mengajar dan menggunakan pendekatan tersebut sesuai dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dari materi tersebut. Pendekatan pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan siswa yang belajar dan kegiatan guru yang mengajar.

Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan (1) pembelajaran secara individual, (2) pembelajaran secara kelompok, dan (3) pembelajaran secara klasikal. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut seyogianya digunakan untuk membelajarkan siswa yang menghadapi kecepatan informasi pada masa kini.

Dalam proses belajar mengajar guru memiliki peran yaitu: (1) tahap sebelum pengajaran, (2) tahap pengajaran, dan (3) tahap setelah pengajaran. Penilaian terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pangajaran itu sendiri. Artinya, penilaian harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran. Penilaian proses bertujuan menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.

(9)
(10)

telah ada padanya, yang relevan dengan bahan pengajaran yang akan diberikan. Jika ternyata pengetahuan prasyaratnya belum dikuasai, sangat bijaksana bila guru menjelaskan terlebih dahulu sebelum memberikan bahan pengajaran baru yang telah dirancangnya; e) Karakteristik peserta didik, Karakteristik pribadi peserta didik satu sama lain berbeda yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang keluarganya, kemampuannya, pengalaman, lingkungan yang membentuknya, dan sebagainya. Karakteristik ini mempengaruhi peserta didik dalam proses belajarnya. Sikap dan pendekatan guru dalam menghadapi peserta didik harus memperhitungkan karakteristik tersebut. Untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik peserta didik, guru perlu mengamati tingkah laku peserta didik dalam berbagai situasi, melakukan analisis, data pribadi, melakukan wawancara, dan memberikan kuesioner atau daftar isian mengenai sifat dan karakter peserta didik (Rohani, 2004: 169).

Evaluasi Pembelajaran

Hamalik (2007: 253) menyatakan bahwa ”Evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan”. Dalam buku The School Curriculum, evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki metode pendidikan.

(11)

merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, pemilik, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, di samping merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan; e) Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materiil yang digunakan; f) Berkesinambungan. Hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum. Untuk itu, peran guru dan kepala sekolah sangatlah penting, karena mereka yang paling mengetahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan kurikulum. Media Pembelajaran

Pengertian media seperti dinyatakan oleh Smaldino, Russel, Heinich, & Molenda (2005: 9) bahwa “A medium (plural, media) is a means of communication and source of information. Derived from the Latin word meaning

“between” the term refers to anything that carries information between a source

and a receiver”. (Media adalah alat komunikasi dan sumber informasi, diambil dari bahasa latin yang berarti antara, istilah ini mengacu kepada segala hal yang mengantarkan informasi dari sumber kepada penerima).

Anitah (2008: 2) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

(12)

dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai jenis media tersebut pada dasarnya dapat digolongkan dalam empat kelompok besar yaitu: media cetak, media Realita (obyek nyata atau benda yang sesungguhnya), dan model.

Media Pembelajaran Multimedia

Smaldino, Sharon, James D.Russel, Robert Heinich, Michael Molenda (2005: 141) menyatakan bahwa: Multimedia systems may consist of traditional media in combination or they may in-corporate the computer as a display device

for text, pictures, graphics, sound, and video. The term multimedia goes back to

the 1950s and describes early attempts to combine various still and motion media

for heightened educational effect. (Multimedia sistem terdiri dari media

tradisional dalam kombinasi atau digabungkan dalam komputer sebagai gambaran teks, gambar, grafik, suara dan video. Istilah multimedia kembali pada tahun 1950 an dan didiskripsikan sebagai penerapan untuk mengkombinasikan berbagai media untuk mempengaruhi tingkat pendidikan).

Menurut Munadi (2008: 148) ”Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung”. Multimedia merupakan kombinasi dari komputer dan video, atau multimedia merupakan kombinasi dari suara, gambar, dan teks. Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapat berupa audio, animasi, video, teks, grafik, dan gambar. Multimedia merupakan alat yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video. Penelitian yang Relevan

Jones (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “The use and abuse of PowerPoint in Teaching and Learning in the Life Sciences: A Personal Overview” yang menyatakan bahwa “The use of PowerPoint for teaching presentations has considerable potential for encouraging more professional presentations. This

(13)

teaching and learning context and suggests some guidelines and pedagogical

strategies that need to be considered where it is to be used. It summarises some of

the key principles of presentation that are frequently ignored and suggests some

of the approaches that need to be incorporated into good practice in Life Science

teaching and learning”. Penggunaan PowerPoint untuk presentasi mengajar memiliki potensi besar untuk mendorong presentasi guru yang lebih profesional. Tulisan ini mengkaji keuntungan dan kerugian yang terkait dengan penggunaannya dalam konteks pengajaran dan pembelajaran dan menyarankan beberapa pedoman dan strategi pedagogis yang perlu dipertimbangkan yaitu yang akan digunakan. Merangkum beberapa prinsip kunci dari presentasi yang sering diabaikan dan menyarankan beberapa pendekatan yang perlu dimasukkan ke dalam praktek yang baik dalam proses belajar mengajar.

Penelitian yang dilakukan oleh Saadé, Elgaly, and Nebebe (2011) yang berjudul Examining a Flow-Usage Model to Understand MultiMedia-Based Learning yang menyatakan “The effective crafting of multi-media for e-learning

depends on understanding usage”. Dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan multimedia sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Namun dalam penggunaan multimedia juga membutuhkan pemahaman lebih dari guru yang bersangkutan.

Arulchelvan and Viswanathan (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pattern of usage of various electronic media by higher education students” yang menyatakan bahwa “This paper provides an analysis of the different investment centric educational media from the perspective of the student users in urban and

rural areas of Tamilnadu in India. Points of feedback have been derived on both

mass and personalized media namely radio, TV, internet, compact discs and

teleconferencing”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dalam proses belajar

(14)

Hennessy (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Teacher Factors Influencing Classroom Use of ICT in Sub-Saharan Africa” This paper synthesises the research literature on teachers‟ use of Information and Communication

Technology (ICT) in primary and secondary schools in sub-Saharan Africa, with

a particular emphasis on improving the quality of subject teaching and learning.

We focus on the internal factors of influence on teachers‟ use, or lack of use, of

technology in the classroom. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan TIK

untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Terdapat banyak faktor dalam penggunaan TIK oleh guru didalam kelas salah satunya adalah minimnya kemampuan guru dalam menggunakannnya. Namun seiring dengan peningkatan pemahaman para guru tentang manfaat penggunaan TIK dalam KBM maka banyak guru yang berusaha untuk terus meningkatkan kemampuannya.

Acikalin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “The Use Of Computer Technologies In The Social Studies Classroom” yang menyatakan bahwa “Nowadays, the use of technology in education has become more popular. Special attention has been given to the adaptation of computer technology into

teaching-learning process for effective learning and increasing students’ achievement. In recent years, it has been realized that there is an immense benefit in applying

computer technology in the social studies classroom”. Hasil dari penelitian ini

adalah penggunaan teknologi dalam pendidikan telah menjadi sangat populer. Perhatian khusus telah diberikan kepada adaptasi teknologi komputer ke proses belajar mengajar bagi siswa dalam meningkatkan prestasi siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, telah menyadari bahwa ada manfaat besar dalam menerapkan teknologi komputer di kelas.

Fokus penelitian

1. Bagaimana penggunaan multimedia oleh guru IPA di SMA N 4 Purworejo? 2. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia

di SMA N 4 Purworejo?

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA N 4 Purworejo?

(15)

1. Untuk mengetahui penggunaan multimedia oleh guru IPA di SMA N 4 Purworejo.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA N 4 Purworejo.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia di SMA N 4 Purworejo.

Manfaat Penelitian Secara Teoritis

Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak atau instansi yang terkait pada dunia pendidikan dalam pengambilan kebijakan dalam rangka peningkatan mutu atau kualitas pendidikan melalui penggunaan media pembelajaran multimedia. Secara Praktis

Bagi sekolah penyelenggara dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk peningkatan prestasi belajar IPA melalui penggunaan media pembelajaran multimedia.

METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian

Berdasarkan fokus, jenis penelitian yang tepat adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2008: 9) penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mendalam, yaitu data yang pasti yang merupakan suatu nilai balik data yang tampak.

(16)

diantara obyek dan subyek yang diteliti dalam waktu yang diperkirakan dapat berintegrasi.

Lokasi Penelitian

Penelitian yang berjudul Pengelolaan Pembelajaran Multimedia Pada Pelajaran IPA di laksanakan di SMA N 4 Purworejo.

Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah kehadiran peneliti tersebut di lapangan penelitian untuk mengumpulkan data mengenai pengelolaan pembelajaran multimedia pada pelajaran IPA di SMA N 4 Purworejo.

Peneliti sebagai siswa

Kedudukan peneliti sebagai siswa maksudnya yaitu peneliti terlibat langsung di dalam proses penelitian di SMA N 4 Purworejo.

Peneliti sebagai instrumen

Peneliti sebagai instrumen adalah peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, dan fungsinya sebagai pendukung tugas penelitian. Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian berupaya melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian dan secara terbuka. Dengan demikian kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan.

Data, Sumber Data, dan Nara Sumber

Data, Data merupakan tulisan-tulisan atau catatan-catatan mengenai segala sesuatu yang didengar, dilihat, dialami dan bahkan yang dipikirkan oleh peneliti selama kegiatan pengumpulan data dan merefleksikan kegiatan tersebut ke dalam etnografi. Lofland (dalam Moleong, 2006: 57) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data mengenai pengelolaan pembelajaran multimedia pada pelajaran IPA di SMA N 4 Purworejo.

(17)

Nara Sumber, Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek penelitian, karena sumber data menyangkut orang mempunyai kedudukan yang sama antara yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Nara sumber dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah, dan guru.

Teknik Pengumpulan Data

Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Ada tiga teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu: (1) wawancara, (2) observasi dan (3) Studi dokumentasi. Teknik Analisis Data

Dalam hal ini peneliti akan terus mengkaji dan menganalisis berbagai macam data yang telah diperoleh secara lebih seksama. Kegiatan analisis data ini mengacu pada rujukan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, yaitu dengan mengambil informasi yang sama dari berbagai informan yang telah dikenal mempunyai sifat jujur dan terbuka. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman ( Sugiyono, 2008: 246) yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Keabsahan Data

Sugiyono (2008: 269) mengatakan dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitif. Ada empat pokok permasalahan yang harus diperhatikan para peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif untuk menguji sekaligus menjadi kriteria mengenai keabsahan temuan penelitian, yaitu credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan confermability

(objektivitas).

Hasil Penelitian

(18)

Kegiatan Belajar Mengajar. Hal itu dikarenakan dengan penggunaan multimedia dapat menarik minat siswa dalam KBM.

2. Semakin baik perencanaan pembelajaran IPA dalam penggunaan multimedia yang dilakukan oleh guru maka pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Hal itu dikarenakan guru sudah memiliki persiapan yang matang sebelum KBM dimulai. Sehingga ketika proses KBM berlangsung interaksi yang terjadi antara guru dan siswa semakin baik.

3. Semakin baik pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia maka hasil yang diperoleh akan semakin maksimal. Hal itu dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ada dapat meningkatkan hasil evaluasi siswa.

PEMBAHASAN

Penggunaan multimedia oleh guru IPA di SMA N 4 Purworejo dalam pembelajaran IPA.

Guru di SMA N 4 Purworejo terbagi dalam dua kelompok yaitu guru senior dan guru yunior. Penglompokan guru senior dan yunior tersebut hanya berlaku untuk lingkungan SMA N 4 Purworejo, sebagai bentuk penghargaan guru yang lebih muda dengan pengalaman yang belum banyak terhadap guru yang sudah bepengalaman dan diangkat lebih dulu. Perbedaan nyata antara guru senior dan guru yunior adalah terletak pada sikap guru terhadap penggunaan multimedia. Multimedia bagi guru senior dianggap hal yang baru, dimana dalam bangku kuliah yang pernih diikutinya guru tersebut belum memperoleh pengetahuan tentang multimedia. Tidak diperolehnya pengetahuan tentang multimedia tersebut merupakan hal wajar, karena pada tahun itu multimedia belum banyak diperkenalkan sebagai media pembelajaran, dimana beberapa guru telah memperoleh pengetahuan komputer minimal dasar-dasar pengoperasian komputer.

(19)

depends on understanding usage”. Dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan multimedia sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Namun dalam penggunaan multimedia juga membutuhkan pemahaman lebih dari guru yang bersangkutan.

Keengganan guru senior tersebut sangat beralasan, karena latar belakang pendidikan guru senior yang belum diperkenalkan dengan media pembelajaran

multimedia, sehingga guru senior memang tidak memiliki pengetahuan tentang multimedia yang cukup. Pengetahuan guru senior yang diperoleh pada saat mengikuti kuliah tentunya sesuai dengan kurikulum yang ada pada saat itu. Sehingga materi dan pengalaman belajar guru senior tentunya belum sampai pada media pembelajaran multimedia. Hal ini sejalan pengertian kurikulum dalam Sistem Pendidikan Nasional (2003: 3) yang mengatakan bahwa: Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan peraturan berdasarkan standar pendidikan tentang kemampuan dari sikap, materi dan pengalaman belajar dan penilaian yang berbasis potensi kondisi peserta didik (Sisdiknas, 2003 : 3).

Berbeda dengan guru yunior yang memang telah memiliki latar belakang pengetahuan tentang media pembelajaran multimedia, walaupun pada saat mengikuti perkuliahan guru yunior belum memahami sepenuhnya namun setelah terjun di lapangan, guru yunior mampu mengembangkan pengetahuan yang telah ditransfer oleh guru/dosen pada saat kuliah, sehingga pengetahuan dan ketrampilan tentang media pembelajaran multimedia dapat dikuasai dengan baik.

(20)

sekolah tersebut akan dapat mendorong guru berusaha dengan berbagai cara agar menguasai penggunaan media pembelajaran multimedia.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Media Pembelajaran Multimedia di SMA N 4 Purworejo

Penyusunan RPP IPA dengan multimedia oleh Guru SMA N 4 Purworejo, dimulai dari kesiapan guru sebelum melaksanakan pembelajaran dengan terlebih dahulu memahami identitas, standar kompetensi dan standart isi dengan pemahaman tersebut, maka guru dapat melakukan pengembangan silabus dalam bentuk RPP. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap informan seperti dalam sajian data dapat dijelaskan bahwa dalam menyusun RPP IPA dengan media pembelajaran multimedia Guru terlebih menentukan identifikasi terhadap mata pelajaran yang meliputi: nama sekolah, mata pelajaan, kelas/semester, dan alokasi waktu.

RPP IPA dengan media pembelajaran multimedia yang dibuat oleh guru SMA N 4 Purworejo sesuai dengan mata pelajaran masing-masing, yang pada dasarnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran IPA. Dengan demikian, RPP IPA dengan media pembelajaran multimedia yang dibuat merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran IPA. RPP IPA perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yaitu: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian.

(21)

Adanya kebebasan guru dalam menyusun RPP dengan media pembelajaran multimedia tersebut tentunya dapat mendorong guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam hal penggunaan multimedia, namun demikian pada kenyataannya tidak semua guru telah merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran multimedia, selain itu keterbatasan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran masih terbatas pada menyusun peragaan denan program power point yang masih sederhana, sehingga pemanfaatan media multimedia tersebut belum dapat dikatakan maksimal.

Jones ( 2003) dalam penelitiannya yang berjudul “The use and abuse of PowerPoint in Teaching and Learning in the Life Sciences: A Personal Overview yang menyatakan bahwa “The use of PowerPoint for teaching presentations has considerable potential for encouraging more professional presentations. This

paper reviews the advantages and disadvantages associated with its use in a

teaching and learning context and suggests some guidelines and pedagogical

strategies that need to be considered where it is to be used. It summarises some of

the key principles of presentation that are frequently ignored and suggests some

of the approaches that need to be incorporated into good practice in Life Science

teaching and learning”. Penggunaan PowerPoint untuk presentasi mengajar memiliki potensi besar untuk mendorong presentasi guru yang lebih profesional. Tulisan ini mengkaji keuntungan dan kerugian yang terkait dengan penggunaannya dalam konteks pengajaran dan pembelajaran dan menyarankan beberapa pedoman dan strategi pedagogis yang perlu dipertimbangkan yaitu yang akan digunakan. Merangkum beberapa prinsip kunci dari presentasi yang sering diabaikan dan menyarankan beberapa pendekatan yang perlu dimasukkan ke dalam praktek yang baik dalam proses belajar mengajar.

Untuk mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran multimedia sudah selayaknya kepala sekolah meningkatkan kemampuan guru dalam penggunaan media pembelajaran multimedia, misalnya melalui diklat atau kurus-kursus untuk mendesain presentasi, sehingga guru dapat membuat perencanaan pembelajaran dengan multimedia lebih baik lagi.

(22)

Dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan multimedia guru telah melakukan rangkaian kegiatan yang meliputi pendahuluan yaitu dengan menjelaskan rencana pembelajaran dan mengaitkan dengan materi sebelumnya. Pola pelaksanaan pembelajaran IPA dengan media pembelajaran multimedia tersebut guru telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan RPP yang dibuat, yaitu telah melakukan langkah apersepsi, kegiatan inti, dan melakukan evaluasi. Apersepsi berdasarkan data yang diperoleh dilakukan oleh guru dengan mengungkapkan kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

Kegiatan apersepsi tersebut merupakan usaha guru untuk mengetahui bekal bawaan. yang ada pada siswa. Hennessy (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Teacher Factors Influencing Classroom Use of ICT in Sub-Saharan Africa” menyatakan bahwa “This paper synthesises the research literature on

teachers use of Information and Communication Technology (ICT) in primary

and secondary schools in sub-Saharan Africa, with a particular emphasis on

improving the quality of subject teaching and learning. We focus on the internal

factors of influence on teachers use, or lack of use, of technology in the

classroom. Our discussion attends to perceptions and beliefs about ICT and their

motivating effects, technological literacy and confidence levels, pedagogical

expertise related to technology use, and the role of teacher education”. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan TIK untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Terdapat banyak faktor dalam penggunaan TIK oleh guru didalam kelas salah satunya adalah minimnya kemampuan guru dalam menggunakannnya. Namun seiring dengan peningkatan pemahaman para guru tentang manfaat penggunaan TIK dalam KBM maka banyak guru yang berusaha untuk terus meningkatkan kemampuannya.

(23)

berlangsung interaksi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau siswa secara individual. Rentangan interaksi ini berada di antara dua kutub yang eksterm, yakni suatu kegiatan yang berpusat pada guru dan kegiatan yang berpusat pada siswa.

Tahap sesudah pengajaran IPA yang dilakukan oleh guru adalah melakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh guru meliputi evaluasi lisan dan evaluasi tertulis. Kegiatan melakukan evaluasi tersebut merupakan strategi dasar seperti yang disampaikan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2006) yaitu merupakan strategi menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan patokan oleh guru dalam melakukan evaluasi hasi belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyermpurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran IPA dengan media pembelajaran multimedia di SMA N 4 Purworejo meliputi 2 tahap yaitu pre test dan post test, pre test selalu dilakukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan lisan, maupun tertulis. Pre test dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengatahui sejauh mana pembahaman siswa terhadap materi yang pernah diberikan pada hari-hari sebelumnya. Sedangkan post test, dilakukan oleh guru secara berkala, mulai dari ulangan harian sampai semester. Post test di SMA N 4 Purworejo diberikan dalam bentuk ulangan harian, ulangan mid semester/blok, dan ulangan umum, ulangan tersebut dibuat oleh guru kelas masing-masing dengan menyusun kisi-kisi.

(24)

proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, kepustakaan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain.

Dengan ditetapkannya nilai hasil evaluasi dalam pembelajaran IPA tersebut memiliki arti bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran IPA dengan media pembelajaran multimedia ersebut telah dilakukan dengan menggunakan pengukuran berdasarkan standar yang telah ditetapkan, dimana guru membandingkan antara prestasi siswa yang dicapai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran IPA tersebut sesuai dengan pendapat Wand dan Brown yang dikutip oleh Dimyati (2006: 191) yang mengatakan bahwa: ”evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Pengertian evaluasi lebih dipertegaskan lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Acikalin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “The Use Of Computer Technologies In The Social Studies Classroom” yang menyatakan bahwa “Nowadays, the use of technology in education has become more popular. Special attention has been given to the adaptation of computer technology into

teaching-learning process for effective learning and increasing students’ achievement. In recent years, it has been realized that there is an immense benefit

in applying computer technology in the social studies classroom”. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan teknologi dalam pendidikan telah menjadi sangat populer. Perhatian khusus telah diberikan kepada adaptasi teknologi komputer ke proses belajar mengajar bagi siswa dalam meningkatkan prestasi siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, telah menyadari bahwa ada manfaat besar dalam menerapkan teknologi komputer di kelas.

PENUTUP Simpulan

(25)

Penggunaan multimedia oleh guru IPA di SMA N 4 Purworejo mempunyai karakteristik yang berbeda, guru senior lebih cenderung kurang tertarik dengan penggunaan multimedia, bagi guru senior multimedia dianggapnya hal baru yang sebelumnya belum pernah dipelajari. Keengganan guru senior untuk tidak menggunakan multimedia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan guru senior dalam mengoperasikan komputer. Bagi guru yunior multimedia merupakan media pembelajaran sangat membantu, sehingga guru yunior lebih menyukai multimedia untuk pembelajaran IPA.

Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Media Multimedia di SMA N 4 Purworejo

Dalam perencanaan pembelajaran IPA dengan media pembelajaran multimedia di SMA N 4 Purworejo guru melakukan dua perencanaan yaitu perencanaan pembelajaran, dan perencanaan sarana dan prasarana. Perencanaan pembelajaran dilakukan oleh guru yunior disusun dalam bentuk RPP dengan media pembelajaran multimedia, sedangkan perencanaan sarana dan prasarana dilakukan oleh guru berupa perencanaan perangkat keras dan perangkat lunak, perencanaan perangkat keras berupa laptop, LCD layar display. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru senior antara lain menggunakan OHP, dan gambar-gambar. Perencanaan prasarana media pembelajaran yang dilakukan oleh guru yunior berupa perangkat keras (laptop) merupakan milik pribadi guru, sedangkan program yang dibuat disesuaikan dengan bahan ajar yang akan disampaikan. Sedangkan guru senior merencanakan sarana dan prasarana berupa OHP dan transparan.

(26)

evaluasi akhir (post test). Post test dilakukan oleh guru melalui ulangan harian minimal 2 kali dalam sebulan, evaluasi tengah semester dan evaluasi semester. Hasil analisis evaluasi disampaikan kepada orang tua murid setiap semester. Implikasi

1. Jika penggunaan multimedia dalam pembelajaran di dukung dengan kemampuan guru maka penggunaan multimedia dapat menarik minat siswa dalam KBM

2. Jika pembelajaran IPA dalam penggunaan multimedia di rencanakan dengan baik maka interaksi dalam KBM antara siswa dan guru semakin baik.

3. Jika pembelajaran IPA dengan menggunakan multimedia dilakasanakan sesuai dengan perencanaan yang ada maka hasil evaluasi siswa akan semakin meningkat.

Saran-saran Bagi Sekolah

Dengan adanya hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah untuk melengkapi kelas dengan LCD yang telah terpasang secara permanen, sehingga setiap guru mengajar tinggal datang dan peralatan sudah siap untuk digunakan.

Sekolah mengupayakan CD-CD pembelajaran interaktif, sehingga siswa dapat langsung belajar di lab Komputer, bila perlu menyediakan fasilitan on-line, sehingga sesekali siswa perlu diarahkan pada pencarian pengetahuan melalui internet.

Sekolah meningkatkan palatihan-pelatihan dalam bentuk in House Training, agar setiap guru nantinya mampu menggunakan multimedia sebagai

media pembelajaran. Dengan adanya kegitan pelatihan tersebut guru yang sudah menguasai penggunaan media pembelajaran multimedia dapat melatih guru lain yang belum bisa.

Bagi Kepala Sekolah

(27)

tersebut diharapkan semua guru dapat memanfatkan multimedia sebagai media pembelajaran IPA.

Bagi Guru

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa disarankan agar setiap guru menggunakan media pembelajaran multimedia dengan baik, dan tidak terbatas pada pemanfaatan powerpoint sebagai alat bantu mengajar, tetapi dapat ditampilkan gambar-gambar hidup berupa rekaman kejadian yang ada kaitannya dengan standar kompetensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arulchelvan dan Viswanathan. 2006. Pattern of usage of various electronic media by higher education students. (International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology (IJEDICT), 2006, Vol. 2, Issue 4, pp. 100118). diakses tanggal 11 Juli 2010

Acikalin, Mehmet. 2005. The Use Of Computer Technologies In The Social Studies Classroom (The Turkish Online Journal of Educational Technology – TOJET April 2005 ISSN: 1303-6521 volume 4 Issue 2 Article 3) diakses tanggal 11 Juli 2010

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan teoritis Psikologis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Hennessy, Sara (2010) Teacher Factors Influencing Classroom Use of ICT in Sub-Saharan Africa (Itupale Online Journal of African Studies, 2 (2010) 39- 54. ISSN 2043-6165) diakses tanggal 11 Juli 2010

Jones, Allan M. 2003. The use and abuse of PowerPoint in Teaching and Learning in the Life Sciences: A Personal Overview.

(http://bio.ltsn.ac.uk/journal/vol2/beej-2-3.pdf) diakses tanggal 11 Juli

2010

(28)

Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Saadé, Elgaly, and Nebebe (2011) Examining a Flow-Usage Model to Understand MultiMedia-Based Learning (Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management Volume 6, 2011) diakses tanggal 11 Juli 2010

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Spreadly, James. 2006. Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Smaldino, Sharon, James D. Russel, Robert Heinich, Michael Molenda, 2005, Instructional Technology and Media for Learning, Pearson Merrill Prentice Hall. Upper Saddle river. Ohio: New Jersey colomcus

Sudrajat, Akhmad. 2008. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antara Pegawai Pada Bagian Tata Usaha Puslitbang Tekmira Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil Adjusted R Square 0,841, yang artinya bahwa sebesar 84,1 persen kepemimpinan transformasional, komunikasi dan kompensasi finansial mempengaruhi keputusan kepuasan

In this new proposed encoding, data is directly embedded in tags which names are derived from SWE Common component names. Since tags are used, optional fields can be

Selanjutnya, hasil kesepakatan rumusan Pancasila oleh Panitia 9 tidak diterima oleh beberapa kalangan, terutama oleh nasionalis Indonesia bagian Timur

Perusahaan dengan jumlah yang lebih tinggi dari anggota komite audit dengan kualifikasi pascasarjana dan frekuensi pertemuan komite audit berhubungan dengan biaya audit

Two different pH levels (natural pH, and pH 4) were setto describe the sorption behavior of Pb 2 + and Zn 2 + of each heavy metal.Using data from batch experiments, appropriate

The next five sections examine the Westralian experience in the light of factors that have been claimed to have influenced the adoption of compulsory arbitration in eastern

This paper basically favors the idea of implementing the Lewin-Schein change model (i.e., unfreezing – change [ mov- ing] – refreezing) for managing diversity in the Muslim