• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran Berbasis E-Learning Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Di Smp Negeri 5 Yogyakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat beberapa

tahun terakhir menjadi perhatian berbagai pihak. Arus informasi begitu cepat

berubah sehingga menuntut kita untuk bersikap aktif dalam menghadapi

perubahan tersebut. Wujud nyata perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi adalah internet. Hampir semua aspek kehidupan tidak luput dari

jangkauan internet, baik instansi pemerintah maupun swasta. Semua aspek

kehidupan sudah menggunakan internet untuk mendukung kelancaran perolehan

informasi yang serba cepat.

Persaingan yang makin tinggi pada masa mendatang menuntut peningkatan

kemampuan penguasaan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)

untuk menghadapi perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan.

Teknologi Informatika dan Komunikasi (TIK) sudah menjadi bagian yang sulit

dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaan TIK memudahkan semua

proses kehidupan menjadi lebih cepat, lebih efisien, dan lebih akurat. Demikian

pula pemanfaatan TIK di dunia pendidikan, yaitu dalam proses belajar-mengajar

baik jarak jauh (distance learning). Aplikasi e-learning bukan merupakan hal

baru lagi di dunia pendidikan. Proses belajar-mengajar tidak lagi mengenal

(2)

melalui e-book dan e-library. Pemanfaatan kemajuan TIK akan semakin

mendekatkan sumber informasi kepada guru dan peserta didik sehingga mereka

memperoleh kemudahan mengakses informasi dari berbagai sumber, khususnya

yang berkaitan dengan materi paling mutakhir di bidang

pendidikan/pembelajaran. Oleh karena itu, kemajuan TIK diharapkan dapat

membantu para pengembang pembelajaran (instructional developers) dan guru

untuk menyusun dan menyajikan materi pelajaran yang lebih berkualitas dan

variatif dalam rangka menunjang usaha peningkatan mutu pendidikan nasional.

Berdasarkan Renstra Depdiknas tahun 2010-2014, Pemerintah berusaha

mengoptimalkan penggunaan TIK yang tercermin dalam salah satu arah kebijakan

pembangunan pendidikan nasional yaitu Penerapan TIK untuk e-Pembelajaran

dan e-Administrasi. Pendayagunaan TIK diyakini dapat menunjang upaya

peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan

daya saing pendidikan, serta tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik

pendidikan. Sedangkan arah kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk

meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan adalah pendidikan bertaraf

internasional. Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa

pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya

satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan

(3)

bertaraf internasional adalah proses dan lulusan pendidikan minimal setara

dengan sekolah dan perguruan tinggi di negara-negara maju.

Pasal 5 ayat 2 Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) pada Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa proses pembelajaran kelas SBI

menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan

komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan kontekstual. Pada pasal 6

ayat 2 menyebutkan bahwa seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran

berbasis TIK. Pasal 10 ayat 2 mengamanatkan bahwa setiap ruang kelas SBI

dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, serta Pasal 10 ayat 3

mengamanatkan bahwa SBI memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan

sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran ke seluruh dunia

(e-library). Permendiknas tersebut menjadi pedoman bahwa pemanfaatan TIK

dalam proses pembelajaran kelas SBI memang wajib. Oleh karena itu,

penggunaan TIK harus maksimal agar mampu meningkatkan mutu proses

pembelajaran kelas SBI.

Mulai tahun 2006 Depdiknas berkomitmen untuk menerapkan TIK secara

massal, baik untuk keperluan e-pembelajaran maupun e-administrasi. Penerapan

TIK secara besar-besaran tersebut ditandai dengan dioperasikannya Jejaring

Pendidikan Nasional (Jardiknas) untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan

(4)

intranet/Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan antara simpul

pendidikan di seluruh Indonesia/Nasional yang terdiri dari 4 zona jaringan,

meliputi: Zona Kantor Dinas/Insitusi: Transaksi data online Sistem Informasi

Manajemen Pendidikan, Zona Perguruan Tinggi (INHERENT): Riset dan

Pengembangan IPTEKS, Zona Sekolah (SchoolNet): Akses Informasi dan

Learning Sekolah, Zona Personal (Guru dan Siswa): Akses Informasi dan

E-Learning Personal.

Visi Jardiknas adalah mencerdaskan bangsa, sedangkan misinya adalah

mengintegrasikan sistem pendidikan nasional ke dalam sistem pembelajaran dan

administrasi abad 21 yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

(digital). Adapun tujuan Jardiknas adalah

a. Melayani e-Administrasi di lingkungan Depdiknas Pusat dan satker-satker

terkait di dalam (daerah) maupun di luar negeri.

b. Melayani e-Pembelajaran di jenjang pendidikan dasar dan menengah

maupun pendidikan tinggi.

Pada tahun 2008, Jardiknas telah menghubungkan kantor Depdiknas pusat

di Jakarta dengan lebih dari 15.000 sekolah, 82 Pergurun Tinggi Negeri (PTN),

133 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), 37 Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh

(UPBJJ) Universitas Terbuka, 34 Dinas Pendidikan Provinsi, 461 Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota, 31 Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),

(5)

Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal (BPPNFI), 16 Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB), 60 Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),

17 Balai/Kantor Bahasa, dan 17 Kantor/Balai Teknologi Informasi dan

Komunikasi Pendidikan (BTKP)

(http://jardiknas.depdiknas.go.id/index.php/tentang-kami).

Depdiknas melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pendidikan (Pustekkom) mencanangkan program schoolnet yaitu internet gratis

yang diberikan ke beberapa sekolah di Indonesia untuk mewujudkan

e-pembelajaran. Jumlah sekolah yang telah terkoneksi internet hingga 31 Januari

2010 mencapai 25.580 sekolah, baik SD, SMP dan SMA sederajat di seluruh

wilayah Indonesia. Berdasarkan peta schoolnet Pustekkom Kementrian

Pendidikan Nasional tahun 2009, diketahui bahwa jumlah sekolah penerima

schoolnet di Yogyakarta mencapai 379 sekolah, terdiri dari 63 SMA, 50 SMK, 11

MA, 40 SMP, 14 MTs, 198 SD, dan 3 MI.

Adapun penerapan e-administrasi di Yogyakarta sudah diwujudkan

dengan adanya Blue Print Jogja Cyber Province yang diatur dalam Peraturan

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2006. Jogja Cyber

Province merupakan bentuk implementasi Electronic Government

(e-Government) yang dikembangkan guna mendorong pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi seluas-luasnya bagi masyarakat dan pemerintah dalam

(6)

adalah model provinsi yang melakukan transformasi layanan berorientasi

pelanggan (masyarakat) berbasis pada proses bisnis, informasi, dan pengetahuan

dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai akselerator

pembangunan wilayah propinsi yang berdaya saing, nyaman, mandiri, efisien, dan

efektif. (http://www.pendidikan-diy.go.id/)

Langkah awal untuk mewujudkan Jogja Cyber Province adalah

implementasi Digital Government Services (DGS) atau pelayanan kepada

masyarakat didukung oleh teknologi yang menyediakan data dan informasi yang

bersifat digital. Pengembangan DGS adalah inisiatif yang dikembangkan guna

mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang seluas-luasnya

bagi masyarakat dan Pemerintah dalam rangka meningkatkan interaksi satu

dengan yang lainnya, sehingga diharapkan dapat mengakselerasi upaya

peningkatan taraf hidup dan daya saing Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Implementasi DGS pada bidang pendidikan di Daerah Istimewa

Yogyakarta berupa “DIY Learning Gateway” atau “Gerbang Pembelajaran”. Dinas Pendidikan Propinsi DIY memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk

mendapat kesempatan menikmati pendidikan yang baik (khususnya tingkat dasar,

menengah dan pendidikan luar sekolah), memberikan fasilitas bagi para guru

untuk mengembangkan profesinya serta memberikan fasilitas kepada semua insan

pendidikan (orang tua/wali murid, dewan pendidikan, praktisi, dan sebagainya)

(7)

Learning Gateway yang diberi nama "jogjabelajar.org" adalah portal belajar

bagi masyarakat pendidikan di DIY. Keberadaan portal ini dapat dijadikan

sebagai sarana belajar online tanpa mengenal batas, ruang, dan waktu. Para

pendidik mulai dari SD, SMP, SMA, dan, SMK serta Pendidikan non Formal

(Luar Sekolah) dipersilakan memberikan kontribusi dalam memperkaya materi

pembelajaran dan memperluas perannya tidak hanya di sekolahnya sendiri tetapi

ke seluruh sekolah di DIY secara virtual. Peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK

serta pendidikan-pendidikan non formal (luar sekolah) dipersilakan untuk

memanfaatkan layanan ini sebagai media pembelajaran baik di sekolah maupun di

luar sekolah. Masyarakat umum dapat memberikan saran, komentar, dan

memanfaatkan layanan ini secara maksimal.

(http://www.jogjabelajar.org/mod/resource/view.php?id=74 )

Banyaknya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di bidang

pendidikan di wilayah Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar mendorong

penulis untuk mengkaji lebih detail penggunaan TIK dalam pembelajaran

khususnya e-learning. E-learning merupakan singkatan dari Electronic Learning,

yaitu cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media

elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajaran. E-learning

memungkinkan siswa mengakses materi kapan pun dan dimana pun tanpa terikat

(8)

siswanya. Adanya e-learning diharapkan mampu meningkatkan mutu

pembelajaran di suatu sekolah melalui berbagai variasi metode pembelajaran.

Meskipun e-learning memungkinkan siswa memperoleh materi secara

mandiri, bukan berarti menggantikan peran guru sepenuhnya, karena essensi dari

proses pembelajaran bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik siswa. Maka

dari itu, keberadaan guru tetap dibutuhkan untuk mendidik siswa tentang

nilai-nilai kehidupan. Kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran

melalui e-learning perlu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu proses

pembelajaran. Namun, belum semua sekolah menerapkan e-learning untuk proses

pembelajaran. Sekolah-sekolah tertentu menggunakan e-learning karena

menyadari manfaat e-learning dapat mendukung program unggulan sekolahnya.

Beberapa sekolah di Yogyakarta memiliki program unggulan yaitu kelas

akselerasi (percepatan) dan kelas Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang

membutuhkan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi.

. Pembelajaran yang dilaksanakan kelas SBI berpusat pada siswa, efektif,

efisien, kontekstual, dan menyenangkan dengan memanfaatkan TIK dengan

bahasa pengantar bahasa Inggris untuk mata pelajaran matematika, IPA dan IPS.

Dengan demikian, proses pembelajaran kelas SBI sangat membutuhkan

e-learning. SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah yang

(9)

maksimal untuk mendukung kelancaran dan peningkatan mutu proses

pembelajaran kelas SBI.

Gambaran jelas tentang program RSBI yang dilaksanakan di SMP Negeri

5 Yogyakarta dapat dilihat pada stuktur organisasi sekolah berikut ini. STRUKTUR ORGANISASI

(10)

Dari struktur organisasi SMP Negeri 5 Yogyakarta diatas dapat diketahui bahwa

program kelas RSBI berada dibawah naungan wakil kepala sekolah urusan akademik

bersama dengan program reguler dan akselerasi. Tiap program memiliki unit layanan

khusus yang dipimpin oleh ketua jurusan, misalnya jurusan RSBI dan jurusan

akselerasi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan administrasi peserta didik tiap

program. Pada struktur diatas menggunakan nama SBI karena SMP Negeri 5

Yogyakarta masih berstatus SBI yang belum semua kelas dilaksanakan berdasarkan

standar internasional. Dasar pengembangan program RSBI di SMP Negeri 5

Yogyakarta adalah Surat Keputusan Direktorat Pembinaan SMP Nomor

543/C3/KEP/2007 tertanggal 14 Maret 2007, yang menetapkan SMP Negeri 5

Yogyakarta sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Kelas RSBI sudah

dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2007/2008, dengan 48 peserta didik yang dibagi

menjadi 2 kelas. Pada tahun pelajaran 2008/2009, kelas rintisan RSBI SMP Negeri 5

Yogyakarta akan menerima 120 peserta didik yang dibagi menjadi 4 rombongan

belajar. Hingga saat ini jumlah peserta didik RSBI secara keseluruhan mencapai 247

peserta didik yang terbagi menjadi 10 kelas. Kelas VII RSBI terdiri dari 5 rombongan

belajar, Kelas VIII RSBI terdiri dari 3 rombongan belajar, dan kelas IX RSBI terdiri

dari 2 rombongan belajar. Adapun jumlah tenaga pendidik untuk kelas RSBI adalah

49 orang. (http://smpn5yogyakarta.sch.id/site.php).

Hasil observasi peneliti di SMP Negeri 5 Yogyakarta mengungkapkan

(11)

suatu sekolah apabila didukung dengan infrastruktur yang memadai. Namun

kenyataan yang ada, kecepatan akses internet di lingkungan SMP Negeri 5

Yogyakarta masih lambat sehingga menghambat peserta didik RSBI dalam

memanfaatkan e-learning. Antusiasme dan keterlibatan pengguna e-learning juga

faktor penting untuk keberadaan e-learning. E-learning di SMP Negeri 5

Yogyakarta ditujukan untuk semua peserta didik, baik program reguler, akselerasi

maupun RSBI. Tetapi belum semua peserta didik menggunakan fasilitas

e-learning tersebut. Sebuah fasilitas akan sia-sia apabila penggunanya tidak

memiliki kesadaran untuk memanfaatkan, baik dari pihak pendidik maupun

peserta didik. Begitu pula pendidik dan peserta didik pada kelas RSBI di SMP

Negeri 5 Yogyakarta. Hal ini terjadi karena penggunaan e-learning menuntut

kemampuan mengoperasikan komputer dan internet. Tidak dapat dipungkiri

bahwa kemampuan pendidik maupun peserta didik kelas RSBI di SMP Negeri 5

Yogyakarta berbeda satu sama lain dalam hal penguasaan teknologi komunikasi

dan informasi. Selain itu, paradigma pendidik kelas RSBI di SMP Negeri 5

Yogyakarta tentang pembelajaran klasikal menuju pembelajaran digital masih

sulit diubah meskipun e-learning bersifat pendukung proses pembelajaran bukan

menggantikan peran pendidik di kelas.

E-learning diupayakan untuk menyajikan materi pembelajaran secara

menarik, dilengkapi dengan penugasan atau soal-soal untuk mengukur

(12)

tentang konsep-konsep mata pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik. Maka,

peran pendidik kelas RSBI adalah mendesain isi e-learning sebaik mungkin agar

peserta didik kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta memahami materi secara

mandiri dan memahami bagaimana cara mengerjakan soal-soal tersebut dengan

memberikan instruksi yang jelas. Namun belum semua pendidik kelas RSBI di

SMP Negeri 5 Yogyakarta mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk

membuat isi e-learning secara menarik, mereka lebih mengandalkan pengelola

e-learning untuk memperbaharui isi e-learning. Sedangkan pendidik menyerahkan

bahan mentahya saja, mengingat beban mengajar mereka cukup bervariasi antar

satu pendidik dengan pendidik yang lain. Selain itu, masih ada perbedaan

pendapat antar pendidik tentang konsep penyajian materi di e-learning. Sebagian

pendidik berpendapat bahwa e-learning disajikan berdasarkan kelompok mata

pelajaran, sebagian pendidik yang lain berpendapat bahwa e-learning sebaiknya

disajikan berdasarkan kelompok kelas.

Pencapaian mutu proses pembelajaran yang baik memerlukan e-learning

yang berkualitas. Adapun kualitas e-learning dapat dilihat dari beberapa aspek

pendukung diantaranya kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning

dalam proses pembelajaran, pemahaman dan penguasaan pendidik, pemahaman

dan penguasaan peserta didik, serta kesiapan infrastuktur pendukung e-learning

(13)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas yang disesuaikan dengan ruang

lingkup permasalahan yang akan diteliti. Maka fokus dalam penelitian ini

adalah: bagaimana pengelolaan e-learning di kelas SBI SMP 5 Yogyakarta ?

Fokus tersebut dapat dirumuskan menjadi sub fokus sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning untuk kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

2. Bagaimana pemahaman dan penguasaan guru RSBI dalam memanfaatkan e-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

3. Bagaimana pemahaman dan penguasaan siswa RSBI dalam memanfaatkan e-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

4. Bagaimana kesiapan infrastruktur e-learning untuk pemanfaatan e-learning di kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

5. Bagaimana penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

6. Bagaimana dampak e-learning terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran siswa RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Kebijakan sekolah yang mengatur pemanfaatan e-learning untuk kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

2. Pemahaman dan penguasaan guru SBI dalam memanfaatkan e-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

3. Pemahaman dan penguasaan siswa SBI dalam memanfaatkan e-learning di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

(14)

5. Penyelenggaraan e-learning pada proses pembelajaran kelas RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

6. Dampak e-learning terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran siswa RSBI di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

Memberikan wawasan tentang penyelenggaraan e-learning sebagai salah satu

media pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran di

Sekolah Bertaraf Internasional.

2. Manfaat praktis a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

kepala sekolah, guru, pengelola e-learning dan siswa dalam

penyelenggaraan e-learning untuk proses pembelajaran kelas RSBI agar

mutu pembelajaran dapat ditingkatkan.

b. Peneliti Selanjutnya

Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait tentang pengelolaan

learning , sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan pengelolaan

(15)

Gambar

Gambar 1: Struktur organisasi sekolah  Garis

Referensi

Dokumen terkait

1. Kasus Putusan Mahkamah Agung No.. Dalam kasus ini, Terdakwa Binahati Benedictus Baeha, baik secara sendiri atau bersama-sama dengan Baziduhu Ziliwu selaku Kepala Bagian

3.1 Pemikiran Politik Anwar Ibrahim tentang Konsep Masyarakat Madani Kemunculan masyarakat madani sebagai satu konsep masyarakat sipil.. berlandaskan Islam memberi harapan

Penelitian ini menggunakan populasi dari perusahaan yang melakukan merger pada tahun 2009, yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan PT Bentoel Internasional Investama

Peraturan Pemerintah Republik lndonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengeiolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 20,10 Nomor 23,

Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong, bobot tubuh kosong, dan bobot komponen non karkas domba garut bertelinga rumpung lebih besar

Konsumsi zat makanan (BK, PK, TDN) memiliki keeratan hubungan yang cukup dengan PBBH pada domba muda di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang.. Konsumsi BK dan TDN memiliki

Perihal : Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk paket pekerjaan Pengawasan Teknis Peningkatan Jalan Ketawang - Nambangan Pokja (I) Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan

Melanjutkan paparan Aviani, Ulum yang merupakan Ketua Tim Peneliti menjelaskan bahwa ada dua hal yang menarik dari hasil penelitian mereka, yaitu, PERTAMA bahwa kinerja IC (yang