• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan sekolah bertaraf internasional : studi kasus siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta Jl.Wardani No.1 Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan sekolah bertaraf internasional : studi kasus siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta Jl.Wardani No.1 Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES

PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Studi Kasus : Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta

Jl. Wardani No 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Budi Tri Utami

NIM: 071334014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya.

2. Bapak dan Ibu terkasih yang selalu memberikan dukungan dan Doa. 3. Kakak ku tercinta Mas Ari,Mbak Adin, Mbak Ani, Mas Priya. 4. Denny Christanto yang menjadi penyemangatku.

5. Teman-teman Journey to The West, makasih atas dukungan dan bantuan selama menyusun skripsi ini.

(5)

MOTTO

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

Akuilah Dia dalam setiap lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Budi Tri Utami Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ditinjau dari : (1) jenis kelamin siswa, (2) pekerjaan orang tua, (3) tingkat pendidikan orang tua.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta pada bulan Januari 2012. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 272 siswa dengan jumlah sampel 100 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah convenience sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dan uji F.

(9)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF STUDENTS TOWARDS LEARNING PROCESS ACTIVITIES IN INTERNATIONAL JUNIOR HIGH SCHOOL LEVEL

Budi Tri Utami Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

The purpose of this study is to determine whether there are differences in students' perceptions towards the implementation of the learning process activities at International Junior High School Level percieved from: (1) the sex of the students, (2) the occupation of parents, (3) the education level of parents.

This research was conducted at 5 state Junior High School Yogyakarta in January 2012. The population of this study were 272 students of the 8th grade the samples were 100 students. The technique of taking samples was convenient sampling. The technique of collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data were t test and the test F.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus di surga karena penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERSEPSI SISWA TERHADAP

PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa ada

begitu banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan dengan

caranya masing-masing sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena

itu penulis ingin mengucapkan terima kasih antara lain kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P., M.Pd selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh kuliah

(11)

5. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, membagi pengetahuan dan

pengalaman yang sangat bermanfaat kepada penulis selama ini.

6. Semua karyawan di sekretariat Prodi Pendidikan Akuntansi atas segala

keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di Universitas

Sanata Dharma.

7. Bapak Drs. Suparno, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5

Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

8. Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta khusunya kelas delapan. Terima kasih

atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

9. Ayah dan Ibuku tercinta Giyanto dan Budi Lestari, atas doa, dorongan,

kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini,

terimakasih.

10.Kakakku Ariyanto, S.kom dan Dwi Aryani S.Pd yang selalu

mengingatkanku dan membantu untuk menyelesaikan skripsi.

11.Mas Denny Christanto, S.T yang selalu memberikan semangat dalam

mengerjakan skripsi.

12.Saudaraku Mas Priya dan Mbak Adin.

13.Teman-temanku Journey to The West: Nila, Endah, Citra, Ria, Lusi, Heny,

Lando, Ratri, Windhi terima kasih atas bantuannya dan semangatnya.

(12)

15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas

akhir ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Terima kasih.

Yogyakarta, 02 Juli 2012

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Siswa ... 9

B. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa ... 10

C. Pengertian Rintisan Sekolah Menengah Pertama-BI ... 13

(14)

1) Dasar Hukum dan Kebijakan SBI ... 17

2) Konsep SBI ... 19

3) Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang SMP ... 20

F. Jenis Kelamin Siswa ... 34

G. Pekerjaan Orang Tua ... 34

H. Pendidikan Orang Tua ... 36

I. Kerangka Berpikir ... 37

J. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

1. Subjek Penelitian ... 39

2. Objek Penelitian ... 39

D. Populasi dan Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 40

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 40

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 43

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reliabilitas ... 46

I. Teknik Analisis Data ... 47

(15)

C. Tujuan SMP Negeri 5 Yogyakarta Program Layanan RSBI ... 56

D. Struktur Organisasi ... 58

E. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 58

F. Peraturan Sekolah ... 65

G. Kode Etik Pegawai ... 66

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 68

1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 69

3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 69

4. Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 70

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 72

1. Uji Normalitas ... 72

2. Uji Homogenitas ... 76

C. Pengujian Hipotesis ... 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Keterbatasan Penelitian ... 84

C. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan

Bertaraf Internasional ... 22

Tabel 2.2 Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan SMP ... 25

Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 41

Tabel 3.2 Jenis Kelamin ... 42

Tabel 3.3 Skoring Jenis Pekerjaan ... 42

Tabel 3.4 Skoring Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner ... 44

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas ... 45

Tabel 3.7 Tabel Uji Reliabilitas ... 47

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 69

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua . 70 Tabel 5.4 Kecenderungan Berdasarkan PAP II ... 71

Tabel 5.5 Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SMP RSBI ... 72

Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa ... 73

Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 74

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 75

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 77

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis II ... 79

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian kegiatan pemerintah untuk

memajukan bangsa Indonesia dari ketertinggalan dari negara lain yang lebih maju.

Setiap warga Negara ber hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sesuai

dengan yang tertulis dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa

:

(1)

Setiap

warga

Negara

berhak

mendapatkan

pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti

pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;

serta

(3)

Pemerintah

mengusahakan

dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam

rangka

merealisasikan

peraturan

tersebut,

pemerintah

mencanangkan program perencanaan peningkatan mutu pendidikan melalui

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sebagaimana yang telah tertulis

dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 50 Ayat 3 yang menyatakan bahwa:

“ Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang

bertaraf internasional,” (Depdiknas, 2005).

(18)

mampu bersaing di dunia internasional. Dalam upaya menciptakan siswa atau

seseorang yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia internasional pada

pendidikan dasar dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya

penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional yang akan ditetapkan sebagai

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). RSBI atau SBI merupakan kemajuan di

dunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan sehingga dapat

memberikan kualitas lulusan yang mampu menggunakan Bahasa Inggris yang

merupakan patokan utama siswa atau seseorang mempunyai kemampuan lebih

di dunia pendidikan.

Menurut Buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah

Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 3) Pemerintah melalui

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah

menetapkan tiga rencana strategis dalam jangka menengah, yaitu (1)

peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar

pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan

daya saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan pencitraan

publik.

Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf

internasional ini, maka : (1) pendidikan bertaraf internasional yang bermutu

(berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional

dan internasioanl, (2) pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah

pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar

(19)

bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan

pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orang tua,

masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampuan pemerintah

daerahnya (kabupaten/kota dan Propinsi); dan (4) pendidikan bertaraf

internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil

pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara

nasional maupun internasional. Esensi dari rumusan konsepsi Sekolah Bertaraf

Internasional tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Sekolah sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan yaitu

sekolah yang sudah melaksanakan standar isi, standar proses, standar

kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar

penilaian.

2. Diperkaya dengan mengacu pada standar pendidik salah satu anggota OECD

dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan.

3. Adaptasi yaitu menyesuaikan unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam

Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan

salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam pendidikan.

Akan tetapi dalam kenyataannya, dalam proses rintisan tersebut

menimbulkan dilema bagi sebagian masyarakat. Sebagian orang berpendapat

(20)

dalam Koran Kompas edisi tanggal 27 Juli 2010, ada sepuluh kelemahan utama

yang menjadi alasan kuat bagi Kementrian Pendidikan Nasional untuk segera

menghentikan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu:

1. Program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya

sangat buruk.

2. SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model

pelaksanaan untuk SBI baru (new developed), tetapi yang terjadi justru

pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).

3. Program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk

dapat mengajar hard science dalam pengantar Bahasa Inggris, seorang guru

harus memiliki TOEFL> 500.

4. Telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan

didaktik. Menurutnya, guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa

mengajarkan materinya dalam Bahasa Inggris. Akibatnya, banyak siswa SBI

justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami

materi bidang studinya.

5. Penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label

SBI, materi pelajaran harus diajarkan dalam Bahasa Inggris, sementara di

seluruh dunia seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan bahasa

nasionalnya, tetapi siswanya tetap berkualitas dunia.

6. SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam

(21)

7. SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat

komersial.

8. SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran. Penggunaan piranti media

pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga

menyesatkan seolah karena tanpa itu semua sebuah sekolah tidak berkelas

dunia.

9. SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI

terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik

dengan menafikan segala hal yang nonakademik.

10. SBI adalah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi

yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat karena SBI dianggap

sebagai sekolah yang “akan” menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dengan

berbagai kelebihannya. Padahal, kata Satria, kemungkinan tersebut tidak

akan dapat dicapai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang

ada.

Dari kelemahan-kelemahan di atas, Program SBI ini memberikan

persepsi yang keliru pada orang tua, siswa dan bahkan masyarakat bahwa

sekolah yang berstatus RSBI merupakan sekolah yang memiliki kualitas,

sarana prasarana, fasilitas, dan guru yang setara dengan sekolah internasional.

Padahal belum tentu sekolah yang berstatus RSBI mempunyai semua kriteria

yang bisa disebut sebagai sekolah internasional. Untuk memperoleh pendidikan

yang layak bahkan kualitas sekolahnya baik, tak dipungkiri orang tua harus

(22)

keputusan yang sulit bagi sebagian siswa dan orang tua untuk menopang biaya

pendidikan yang berkualitas yang mampu bersaing di dunia pendidikan dan

dunia kerja. Karena tidak menutup kemungkinan jika ingin meraih pendidikan

yang maksimal akan tetapi biayanya sangat tinggi, hal ini yang membuat

keingingan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas akan “terkubur”.

Berbagai respon dari siswa dan orang tua mulai bermunculan, ada yang

pro dan ada juga yang kontra tentang kebijakan pemerintah tersebut. Bagi yang

pro, RSBI diharapakan dapat menyetarakan kualitas lulusan pendidikan

Indonesia dengan luar negeri. Bagi yang kontra, RSBI seperti hotel bintang

lima yang hanya papan namanya, isinya tetap sama saja. Pelaksanaan RSBI

yang dinilai cenderung mengutamakan aspek popularitas nama RSBI daripada

mutu pendidikannya.

Berdasarkan gambaran di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses

Pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Wilayah Kota

Yogyakarta”.

B.Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran khususnya di SMP Negeri 5

Yogyakarta pada kelas internasional. Penelitian ini memfokuskan pada tiga

faktor yang diduga dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu, jenis kelamin

(23)

C.Rumusan Masalah Penelitian

Permasalahan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin?

2. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua?

3. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses

pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari tingkat pendidikan orang

tua?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional ditinjau dari jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan tingkat

pendidikan orang tua.

E.Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi :

1. Siswa

Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengkritisi pelaksanaan

(24)

di sekolahnya sehingga dapat menambah wawasan siswa tentang program

rintisan sekolah bertaraf internasional.

2. Sekolah

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

bahan pertimbangan bagi SMP yang berstatus RSBI dalam pelaksanaan

proses pembelajarannya.

3. Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada

mahasiswa khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi FKIP supaya

mempersiapkan diri jika ingin bekerja di dunia pendidikan menjadi guru di

sekolah RSBI.

4. Penulis

Dari penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan

mengenai pelaksanaan proses pembelajaran di SMP yang berstatus Rintisan

Sekolah Bertaraf Internasional, dan bisa menjadi bekal untuk terjun ke dunia

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Persepsi Siswa

Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda pada suatu objek.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) menyebutkan persepsi adalah

tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Selain itu persepsi diartikan

sebagai proses terorganisasi dan menggabungkan data indera kita untuk

dikembangkan sehingga dapat menyadari sekeliling kita (Davidoff, 1981: 232).

Persepsi siswa menurut Rita L. Atkinso diartikan sebagai proses di mana

kita mengorganisasi atau mengatur dan menginterpretasikan pola-pola pada

suatu lingkungan. Setiap individu memiliki kemampuan dan kepekaan berpikir

yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu rangsangan yang ada di

sekitarnya. Rangsangan ini berupa objek-objek yang dapat diketahui melalui

panca indera. Dengan demikian, pola apapun yang ada di sekitarnya dapat

diolah dan diinterprestasikan menurut pengetahuan dan pemahaman yang

dimiliki oleh individu tersebut. Wirawan (1992: 45) mengemukakan:

Bermula dari adanya rangsangan dari luar individu (stimulus),

individu akan menjadi sadar akan adanya stimuli ini melalui sel-sel

syaraf reseptor (Penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk

energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup

kuat

untuk

merangsang

sel-sel

reseptor

maka

terjadilah

penginderaan.

Jika

sejumlah

penginderaan

disatukan

dan

dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak)

sehingga manusia bisa menggali dan menilai obyek-obyek maka

keadaan ini dinamakan persepsi.

(26)

rangsang itu disadari atau dimengerti. Rangsang inilah yang menyebabkan kita

mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Masidjo (1995 : 96),

menambahkan bahwa tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup

kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang

atau lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada

masing-masing rangsangan.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa persepsi merupakan

suatu proses penerimaan rangsangan pada suatu objek melalui indera kita yang

kemudian menjadikan suatu pemahaman yang kita gunakan untuk menentukan

sikap terhadap objek tersebut.

B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Linda L. Davidoff (1988: 234), ada 4 hal yang dapat

mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Kesadaran

Suasana hati seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap suatu

objek.

2. Ingatan

Dalam rangka memberikan arti secara terus menerus maka orang akan

cenderung untuk terus membanding-bandingkan penglihatan, suara dan

(27)

3. Proses Informasi

Kita sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan

dihadapi berikutnya dibandingkan situasi lalu dan saat ini, lalu membuat

interprestasi dan evaluasi.

4. Bahasa

Penggunaan bahasa adalah untuk menyampaikan maksud seseorang

sehingga juga dapat menimbulkan persepsi bagi orang lain.

Menurut Miftah Thoha (1988: 145-152) ada macam-macam faktor

perhatian yang berasal dari dalam dan luar yang dapat mempengaruhi proses

seleksi, yaitu :

1. Faktor dari luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar, antara

lain :

a. Intensitas

Apabila stimulus dari luar intensitasnya besar maka besar pula hal-hal

tersebut dapat dipahami.

b. Ukuran

Apabila semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk

bisa diketahui atau dipahami.

c. Keberlawanan (kontras)

Stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan objek lain

(28)

d. Pengulangan

Stimulus yang berasal dari luar yang diulang-ulang akan memberikan

perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan objek yang hanya satu

kali dilihat.

e. Gerakan

Orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak

dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan objek yang hanya

diam saja.

f. Baru dan Familier

Situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat

dipergunakan sebagai penarik perhatian.

2. Faktor dalam diri seseorang, antara lain :

a. Proses Belajar (learning), semua faktor dari dalam yang membentuk

adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya

persepsi adalah didasarkan dari kekomplekkan kejiwaan. Kekomplekkan

kejiwaan selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi

yang dipunyai oleh masing-masing individu.

b. Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi. Faktor dari

dalam lainnya yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses

belajar tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting

(29)

c. Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur kepribadian sangat erat

hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang mempunyai akibat

tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.

C.Pengertian Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional Menurut buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah

Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 47), Rintisan SMP-BI adalah

sekolah (SMP) yang melaksanakan/menyelenggarakan pendidikan bertaraf

nasional, yang berada pada tahap pengembangan/peningkatan

kapasitas/kemampuan atau tahap konsolidasi pada berbagai komponen sekolah

untuk memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator

Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Dari pengertian di atas terdapat model penyelenggaraan bagi sekolah

negeri, yaitu:

1. Rintisan SMP-BI merupakan program yang dibina langsung oleh pusat dan

direncanakan dalam jangka waktu tiga tahun, khususnya dalam pemberian

dana bantuan. Diharapkan selama tiga tahun tersebut Pemda Propinsi dan

Pemda Kabupaten/Kota dapat ikut berperan dalam hal pendanaan.

Pemberian dana bantuan selama tiga tahun ini bersifat pancingan dan

sementara. Sementara itu untuk pengendalian kualitas pendidikan,

pemerintah pusat melakukan pemantauan dan evaluasi sesuai dengan

(30)

2. Rintisan SMP-BI yang dibina dan dibiayai langsung oleh pemda propinsi,

pemda kabupaten/kota, dan komite sekolah atau bersama-sama (pemerintah

pusat tidak memberikan bantuan pendanaan), disebut dengan Rintisan

SMP-BI “Mandiri”. Jadi pengertian “Mandiri” adalah tanpa keterlibatan

pemerintah pusat dalam pendanaan, tetapi kontrol kualitas tetap bisa

dilakukan oleh pemerintah pusat.

3. Oleh karena keterbatasan dana, maka untuk sementara waktu pemerintah

pusat menetapkan pembinaan SMP-BI di kabupaten/kota secara terbatas

yang benar-benar memenuhi kriteria. Pemda propinsi dan pemda

kabupaten/kota dapat mengusulkan sekolah lain sebagai SMP-BI asalkan

memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Verifikasi dan

penentuan sebagai rintisan SBI dilakukan oleh pusat bersama pemerintah

daerah.

D.Persyaratan Penyelenggaraan SMP-BI

Dalam pelaksanaan SMP-BI dibutuhkan prasyarat-prasyarat

penyelenggaraan SBI, harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu supaya

sekolah dikatakan layak sebagai Sekolah Bertaraf Internasional.

1. Persyaratan Umum Penyelenggaraan SMP-BI

a. Sekolah membuat proposal dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

yang diajukan kepada Direktorat Pembinaan SMP atau Dinas

Pendidikan Propinsi dan atau Dinas Pendidikan kabupaten/kota sebagai

(31)

b. Sekolah mendapatkan akreditasi yang memenuhi ketentuan BAN

sekolah dengan nilai minimal “A” atau skor serendah-rendahnya 95.

c. Sekolah memperoleh ijin resmi untuk menyelenggarakan Sekolah

Bertaraf Internasional dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah

daerah/Yayasan(bagi sekolah swasta).

2. Persyaratan khusus penyelenggaraan SMP-BI

Persyaratan khusus penyelenggaraan SMP-BI yang berlaku untuk

jenjang pendidikan SMP, menurut Panduan Pelaksanaan Pembinaan

Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 54)

adalah:

a. Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal

(IKKM), yang dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) direktur

pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen sebagai Sekolah Standar

Nasional (SNN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi Sekolah

Standar Nasional (SSN) tahun terakhir; Catatan:*) telah ditetapkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam

Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada

jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

b. Terdapat Kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan

Amat Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai

syarat layak tidaknya dilakukan verifikasi SBI oleh Direktorat

(32)

kabupaten/kota, secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti

tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN.

c. Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari

pemerintah propinsi. Secara administratif sekolah melampirkan surat

pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan

untuk memberikan pembinaan yang berupa pemenuhan IKKM dan

IKKT melalui bantuan dana yang dianggarkan dalam APBD dalam

jangka waktu minimal tiga tahun. Setelah pemerintah pusat tidak

memberikan bantuan dana, sesuai dengan PP no 38 Tahun 2007, maka

kewenangan untuk melaksanakan pembinaan (termasuk pendanaan)

diserahkan kepada pemerintah daerah (propinsi).

d. Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari

pemerintah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan SBI. Secara

administratif sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi

kesanggupan komite sekolah untuk membantu pencapaian pemenuhan

IKKM dan IKKT khususnya pemberian bantuan dana dari masyarakat.

e. Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/

disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota.

f. Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan

kerjasama dengan sekolah/lembaga lain yang relevan untuk

pengembangan SBI.

g. Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan SBI, yaitu tentang

(33)

sebagai SBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila

melanggar perjanjian.

h. Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan SBI sesuai

dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat.

E.Pelaksanaan Rintisan SMP Bertaraf Internasional

1. Dasar Hukum dan Kebijakan

Dasar Hukum penyelenggaraan SMP-BI seperti yang tertulis dalam

buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama

Bertaraf Internasional, (2008: 7) adalah:

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam pasal 50 menyatakan bahwa :

1) Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar

nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

2) Ayat (3): Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua

jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang

bertaraf internasional.

b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 mengatur perencanaan

pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan

secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk

(34)

c. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah

bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan

kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan

sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk

dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi,

dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

e. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009

menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu

dikembangkan Sekolah Bertaraf Internasional pada tingkat

kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah

dengan pemerintah kebupaten/kota yang bersangkutan.

f. Kebijakan Depdiknas tahun 2007 tentang Pedoman Penjamin Mutu

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan

Dasar dan Menengah, antara lain disebutkan “…diharapkan seluruh

pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai

dengan karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional...”

g. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun

(35)

2. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional

Menurut buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah

Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 13) seperti yang

dijelaskan pada kebijakan Depdiknas tahun 2007 tentang “Pedoman

Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah”, bahwa Sekolah/madrasah bertaraf

internasional merupakan “Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh

standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar

pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic

Co-operation and Development (OECD) dan /atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga

memiliki daya saing di forum internasional”.

Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan

melaksanakan standar nasional pendidikan meliputi; standar isi, standar

proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan dan standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut

diperluas dan dikembangkan melalui: (1) adaptasi yaitu

pengayaan/pendalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur

tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan

standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/atau negara lain

yang mempunyai keunggulan mutu dalam bidang pendidikan dengan daya

(36)

tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu

pada standar pendidikan dari salah satu negara OECD dan/atau negara lain

yang mempunyai keunggulan mutu dalam bidang pendidikan dengan daya

saing internasional.

Untuk mempermudah sekolah dalam memahami dan menjabarkan

secara operasional dalam pengembangan kurikulum SBI, dapat dirumuskan

bahwa SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan SNP (8

aspek SNP) ditambah (dalam pengertian diperluas) dengan X (yang isinya

merupakan pengayaan, perluasan, pendalaman tentang delapan aspek

pendidikan, model pembelajaran, model penilaian, dan sistem lain yang

berstandar internasional).

3. Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang SMP

Pada buku panduan Pelaksanaan pembinaan Rintisan Sekolah

Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 17) dituliskan bahwa pada

dasarnya Sekolah Bertaraf Internasional harus memiliki keunggulan yang

ditujukan oleh pengakuan internasional terhadap proses dan hasil

pendidikan dalam berbagai aspek. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan

sertifikasi berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD dan/atau

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang

pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara

internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing

(37)

Apabila mengacu pada visi pendidikan nasional, maka karakteristik

visi SBI adalah “Terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif

secara internasional”. Visi ini memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia

bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara

intensif, terarah, terencana dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa

yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh

bangsa-bangsa lain. Maka dari itu misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia

cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan

berkolaborasi secara global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan,

rencana, program dan kegiatan SBI yang disusun secara cermat, tepat,

futuristic, dan berbasis demand-driven. Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional

sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan

dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam PP 19 Tahun 2005,

dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan Depdiknas

Tahun 2007 tentang “Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”.

Tolok ukur atau karakteristik SBI adalah sekolah harus mampu

memenuhi delapan unsur pokok Standar Nasional Pendidikan yang

dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai

jaminan mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping

(38)

tambahan sebagai plus-nya, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah yang

berstandar internasional dari salah satu negara OECD dan/atau dari negara

maju lainnya yang mempunyai keunggulan dalam bidang pendidikan.

Tabel 2.1

Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan Bertaraf Internasional

I Akreditasi Berakreditasi

A dari BAN Sekolah dan Madrasah

Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah satu lembaga akreditasi pada salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai dan Komunikasi (TIK) dimana setiap siswa dapat mengakses transkipnya masing-masing.

Memenuhi

standar isi

Muatan pelajaran (isi) dalam kurikulum telah setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu Negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau dari negara maju lainnya.

Memenuhi

SKL

(39)

III Proses Pembelajaran

Memenuhi Standar Proses

Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator.

Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara OECD dan/atau dari negara maju lainnya.

Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua sampel Pembelajaran pada mapel IPA, Matematika, dan lainnya dengan Bahasa Inggris, kecuali mapel Bahasa Indonesia. penilaian dari sekolah unggul diantara salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

V Pendidik Memenuhi

Standar Pendidik

Guru Sains, Matematika, dan

teknologi mampu mengajar perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya terakreditasi A.

(40)

sekolah yang diakui oleh pemerintah.

Kepala sekolah mampu Berbahasa Inggris secara aktif

Kepala sekolah memiliki visi

internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta

jiwa kepemimpinan dan

entreprenual yang kuat.

VII Sarana dan

Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK.

Sarana perpustakaan telah dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.

Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dll.

VIII Pengalolaan Memenuhi

Standar Pengelolaan

Sekolah meraih sertifikasi ISO 9001 VERSI 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000.

Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dll.

Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah.

IX Pembiayaan Memenuhi

Standar Pembiayaan

Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan.

(41)

Tabel 2.2

Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan SMP

No Komponen Standar SBI Khusus di SMP

A Output sekolah 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke

sekolah internasional dalam negeri maupun luar negeri dengan berkepribadian bangsa Indonesia.

2. Tingkat DO nol %.

3. Menguasai dan terampil menggunakan

TIK.

4. Mampu debat dengan menggunakan

Bahasa Inggris.

5. Terdapat juara internasional dalam bidang:

olah raga, kesenian, kesehatan, budaya, dll.

6. Mampu menyelesaikan tugas-tugas dan

mengumpulkan portofolio dengan baik.

7. Mampu

menyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah.

8. Mampu melaksanakan eksperimen dalam

pengembangan pengetahuan dan keterampilan.

9. Mampu menemukan/membuktikan

pengalaman belajarnya dengan berbagai karya.

10. Mampu menulis dan mengarang dengan

bahasa asing atau dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

11. Memperoleh kejuaraan olimpiade

internasional dalam bidang: Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, dan atau lainnya (ditunjukkan dengan sertifikat internasional).

12. Nilai Ujian Akhir Nasional rata-rata tinggi

(> 8,0).

13. Memiliki kemampuan penguasaan

teknologi dasar.

14. Melakukan kerjasama dengan berbagai

pihak, baik secara individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MOU yang dilakukan oleh lulusan.

(42)

penelitian, dll dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

16. Memiliki dokumen dan pelaksanaan

pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan.

17. Menguasai budaya bangsa lain.

18. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll

tentang pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan.

19. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian

dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun budaya.

20. Memiliki berbagai karya-karya lain dari

lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa, dll.

21. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang

mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan. B Proses

1. Proses belajar

mengajar

1) Memiliki program-program yang

menumbuhkan krestivitas siswa, guru, dll.

2) Menerapkan beberapa strategi PBM:

student centered, reflective learning, active learning, enjoyable dan joyful learning, cooperative learning, quantum learning, learning evolution, dan contextual learning.

2. Manajemen 3) Memiliki RPS: renstra (rencana strategis)

jangka panjang.

4) Memiliki RPS: renop (rencana operasional)

satu tahunan.

5) Memiliki kemitraan dan dukungan komite

sekolah dalam hal: bantuan dana.

6) Memiliki kemitraan dan dukungan komite

sekolah dalam hal: bantuan barang/benda.

7) Terdapat kemitraan dan dukungan komite

sekolah dalam hal: bantuan lainnya.

8) Menerapkan MBS: terdapat dokumen

pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan akuntabel.

9) Melaksanakan manajemen sekolah menurut

(43)

tujuan, dan sasaran sekolah.

11) Memiliki suasana/budaya sekolah yang

menjamin terjadinya PBM yang kondusif.

12) Memiliki penerapan demokratis di sekolah.

13) Memiliki pembagian tugas, pemberian

pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas kepada warga sekolah.

14) Memiliki usaha-usaha sekolah yang

mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk membantu penyelenggaraan sekolah. C Input

1. Kurikulum 1) Memiliki dokumen kurikulum sekolah

(KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan Bahan ajar) sesuai SNP dan juga terdapat dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI.

2) Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas

dan menunjukkan keterkaitan antara masing-masing berdasarkan tujuan SBI yang akan dicapai.

3) Memiliki tim pengembang kurikulum

(nasional dan internasional) di sekolah.

2. Guru dan Guru

BK

4) Jumlah guru terpenuhi sesuai tipe sekolah.

5) Kualifikasi guru 100% minimal S1.

6) Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan

kesesuaian guru.

7) Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat

kompetensi/profesi guru.

8) Semua guru mampu menggunakan ICT pada

PBM.

9) Sebagian besar guru memiliki kemampuan

Bahasa Inggris dengan TOEFL>500.

3. Kepala Sekolah 10) Kualifikasi guru 100% minimal S1.

11) Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru

dan kepala sekolah.

12) Mampu menggunakan ICT.

13) Memiliki kemampuan Bahasa Inggris

dengan TOEFL >500.

14) Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah

minimal 5 tahun.

4. Tenaga

pendukung:

a. Pustakawan 15) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

D3.

(44)

17) Memiliki sertifikat pustakawan.

18) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>450).

19) Pengalaman kerja sebagai pustakawan

minimal 5 tahun.

b. Laboran 20) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

SMA/SMK.

21) Bidang pendidikan: IPA/Teknik.

22) Memiliki sertifikat laboran.

23) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>450).

24) Pengalaman kerja sebagai laboran minimal

5 tahun.

25) Memiliki sertifikat komputer.

c. Teknisi

Komputer

26) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

D3.

27) Bidang pendidikan: komputer/TI.

28) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>450).

29) Pengalaman kerja sebagai teknisi minimal

5 tahun.

30) Memiliki sertifikat komputer.

d. Kepala TU 31) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

S1.

32) Bidang pendidikan: administrasi

pendidikan.

33) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>450).

34) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm

minimal 5 tahun.

35) Memiliki sertifikat komputer.

e. Tenaga

administrasi Keuangan dan akuntansi

36) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

D3.

37) Bidang pendidikan: akuntansi.

38) Memiliki sertifikat sebagai akuntan.

39) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>400).

40) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm

keuangan minimal 5 tahun.

41) Memiliki sertifikat komputer.

f. Tenaga

administrasi Kepegawai-an

42) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

D3.

43) Bidang pendidikan: manajemen SDM.

44) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

(45)

administrasi minimal 5 tahun.

46) Memiliki sertifikat komputer.

g. Tenaga

administrasi Akademik

47) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

SMA.

48) Bidang pendidikan: administrasi

pendidikan.

49) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>400).

50) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm

pendidikan minimal 5 tahun.

51) Memiliki sertifikat komputer.

h. Tenaga

administrasi sarana prasarana

52) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

SMA.

53) Bidang pendidikan: administrasi sarana

prasarana.

54) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>400).

55) Pengalaman kerja sebagai tenaga

administrasi sarana prasarana minimal 5 tahun.

56) Memiliki sertifikat komputer.

i.Tenaga

administrasi kesekretariatan

57) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal

SMK/SMA.

58) Bidang pendidikan: kesekretariatan.

59) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL

>400).

60) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm

kesekretariatan minimal 5 tahun.

61) Memiliki sertifikat komputer.

5. Organisasi dan

Administrasi

1) Memiliki visi, misi dan tujuan sekolah.

2) Memiliki tupoksi yang jelas.

3) Memiliki sistem administrasi lengkap.

4) Memiliki SIM yang mutakhir.

6. Sarana dan

Prasarana

a. Umum 1) Luas tanah 15.000 m2.

2) Luas ruang kelas > 63 m2.

3) Jumlah siswa per rombongan belajar: 24

anak.

4) Memiliki fasilitas ICT per kelas per

tingkat.

b. Perpustakaan 5) O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh

siswa untuk membaca dan studi.

6) Mandiri.

(46)

(1 buku : 1 siswa); buku referensi 1:3 (1 buku: 3 siswa).

8) Berlangganan jurnal, majalah, bulletin,

surat kabar, dsb.

9) Memiliki komputer untuk perpustakaan,

termasuk untuk multimedia 5 buah.

10) Memiliki ruang baca yang memadai.

11) Tersedia akses internet yang terhubung

dengan jaringan.

c. Laboratori-um

Fisika, Kimia, Bahasa, IPS

12) Memiliki satu Laboratorium fisika, Kimia,

Biologi, Bahasa, dan IPS.

13) Setiap Laboratorium memiliki peralatan

dan perlengkapan yang sesuai dengan spec.

14) Luas laboratorium minimal sesuai dengan

SPM dalam SNP dan ber AC untuk kapasitas maksimum 24 siswa per rombel.

d. Laboratorium

Komputer

15) Memiliki ruangan dengan ukuran yang

memadai dan ber AC.

16) Memiliki jumlah komputer sesuai dengan

rata-rata jumlah siswa (maksimal 24 siswa per rombel).

17) Memiliki software yang selalu update.

18) Memiliki teknisi komputer dengan jumlah

yang memadai untuk membantu pelaksanaan pembelajaran dan perawatan computer.

19) Memiliki sistem penjaminan keselamatan

kerja di dalam Laboratorium Komputer.

e. Kantin 20) Memiliki satu kantin yang dapat

menampung pejajan secara memadai.

21) Memiliki mebeler yang memadai sesuai

dengan jumlah pejajan.

22) Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan

bersih.

23) Menyediakan makanan bergisi, fresh dan

terjangkau bagi warga sekolah.

f. Auditorium 24) Memiliki ruangan dengan ukuran yang

memadai dan ber AC.

25) Memiliki mebeler dan peralatan yang

memadai untuk pertemuan dan untuk kegiatan siswa (misalnya: pertemuan orang tua, dll).

26) Memiliki sistem penjaminan keselamatan

yang memadai bagi pengguna.

(47)

untuk berbagai jenis kegiatan olah raga.

28) Memiliki sarana olah raga yang memadai

untuk berbagai jenis kegiatan olah raga.

29) Memiliki teknisi dengan jumlah yang

memadai untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan olah raga.

30) Memiliki sistem penjaminan keselamatan

yang memadai bagi pengguna sarana dan prasarana olah raga.

h. Pusat belajar

dan riset guru

31) Memiliki ruangan untuk sumber belajar

dan riset guru dengan luas yang memadai dan yang dilengkapi dengan komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1:5 dan dilengkapi media pembelajaran.

32) Memiliki buku referensi baik cetak maupun

digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.

33) Memiliki mebeler bagi guru untuk

menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. Termasuk kelompok diskusi.

34) Memiliki sistem penjaminan keselamatan

kerja di dalam ruang administrasi.

i. Penunjang

administrasi sekolah

35) Memiliki ruangan dengan ukuran yang

memadai.

36) Memiliki mebeler yang memadai untuk

berbagi jenis administrasi.

37) Memiliki server minimum 2 buah.

38) Memiliki komputer dengan jumlah yang

memadai untuk berbagai kegiatan administrasi.

39) Memiliki sistem penjaminan keselamatan

kerja di dalam ruang administrasi.

j. Unit kesehatan 40) Memiliki ruangan dengan ukuran yang

memadai dan ber AC.

41) Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar

untuk P3K.

42) Memiliki tenaga profesional yang dapat

menangani pelaksanaan P3K.

43) Memiliki sistem penjaminan keselamatan

kerja di dalam unit kesehatan.

k. Toilet 44) Memiliki ruangan yang terpisah antara

laki-laki dan perempuan dengan ukuran yang memadai dan sesuai dengan jumlah warga sekolah.

(48)

kesehatan.

46) Memiliki jumlah air yang memadai untuk

mendukung sistem sanitasi.

47) Memiliki teknisi dengan jumlah yang

memadai untuk membantu perawatan toilet.

l. Tempat

bermain, kreasi dan rekreasi

48) Memiliki tempat bermain yang memadai.

49) Memiliki tempat berekreasi yang menjamin

kreativitas siswa.

50) Memiliki tempat untuk rekreasi yang

memadai, misalnya tanaman dan pepohonan yang rindang.

m.Tempat ibadah Memiliki tempat ibadah yang memadai dan

sesuai dengan agama masing-masing warga sekolah.

7. Kesiswaan 1) Penerimaan siswa baru didasarkan atas

kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan.

2) Memiliki program yang jelas tentang

pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa.

3) Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara

yang memenuhi persyaratan evaluasi dengan standar internasional.

8. Pembiayaan 1) Menyediakan dana pendidikan yang cukup

dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan sekolah.

2) Menghimpun/menggalang dana dari potensi

sumber dana yang bervariasi.

3) Mengelola dana pendidikan secara

transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

9. Regulasi

Sekolah

1) Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah,

baik yang bersifat yuridis maupun yang bersifat moral.

2) Menegaskan regulasi sekolah diterapkan

secara adil dan teratur terhadap semua warga sekolah.

10.Hubungan

masyarakat

3) Memiliki hubungan antara SBI-masyarakat,

baik yang menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaannya, ditulis dan dipublikasikan secara eksplisit dan jelas.

4) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat

(49)

individual, dsb); (2) menciptakan dan melakukan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat.

11.Kultur sekolah 1) Menumbuhkan dan mengembangkan

budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa s\depan yang sama, perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif.

2) Memiliki sarana dan prasarana yang

memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan membangkitkan komitmen tinggi bagi warga

sekolah.

3) Memiliki regulasi sekolah yang mampu

menciptakan rasa keadilan dan mengacu semangat kerja ataupun berprestasi.

4) Memberikan kesempatan, hak, dan ras

tanggung jawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah.

5) Menciptakan hubungan harmonis,

kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat kerja (etos kerja) yang tinggi.

(50)

F.Jenis Kelamin Siswa

Jenis kelamin yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan. Kartono

menyebutkan (1977: 317) bahwa manusia diciptakan dua jenis yaitu laki-laki

dan perempuan. Secara psikologis laki-laki dan perempuan mengalami

perkembangan yang berbeda. Sejak lahir, anak laki-laki dan perempuan

dibiasakan untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan masyarakat yang

semestinya dilakukan oleh laki-laki dan yang seharusnya dilakukan oleh

perempuan. Seorang laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, keras dan

perkasa, sedangkan perempuan memiliki sifat yang feminim, lemah lembut dan

keibuan. Menurut W.Eaton dan Enns (Ormrod, 2009: 176) anak laki-laki secara

tempramental cenderung lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan.

Oleh karenanya, anak laki-laki lebih sulit duduk tenang untuk waktu lama,

kurang suka membaca dan cenderung membuat ulah dikelas.

Namun hal tersebut tidak berlaku secara mutlak karena pada jaman

sekarang ini banyak juga laki-laki atau perempuan yang mempunyai sifat

seperti lawan jenisnya. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan ini dapat

menimbulkan perbedaan persepsi siswa antara laki-laki dan perempuan dalam

hal perhatian, pandangan, cara berfikir, dan perasaan (Gilarso, 1993:5).

G. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi

diri dan keluarganya, dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan

(51)

Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat digolongkan

menjadi sembilan golongan (Spillane, 1982:14) yaitu sebagai berikut:

1. Golongan A terdiri dari mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil

ABRI, pemilik perusahaan/took/pabrik/perikanan, pemilik bus/colt,

penggarap tanah/pengawas keamanan, petani pemilik tanah, peternak, tuan

tanah.

2. Golongan B terdiri dari buruh nelayan, petani kecil, penebang pohon.

3. Golongan C terdiri dari ABRI (Tamtama s.d Bintara), Guru SD, kepala

bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil, pamong

praja pegawai badan hokum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id,

supervisor/pengawas.

4. Golongan D terdiri dari pensiunan, tak mempunyai pekerjaan tetap,

meninggal dunia.

5. Golongan E terdiri dari Guru (SMP s.d SMA), juru rawat, pekerja sosial,

kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan IIa s.d d,

perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan.

6. Golongan F terdiri dari buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang/penarik

becak.

7. Golongan G terdiri dari ahli hokum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah,

apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insinyur, kepala

kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri,

pegawai negeri golongan IIa ke atas, pengarang, peneliti, penerbang,

(52)

8. Golongan H terdiri dari pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.

9. Golongan I terdiri dari artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai

besi/emas/perak, penajhit, penjaga, sopir bus/colt, tukang kayu, tukang

listrik, tukang mesin.

H.Pendidikan Orang Tua

Ada tiga pengelompokkan pendidikan menurut Philip H Coombs (Muri,

1982: 61) yaitu:

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur yang berjenjang

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya dalam

bentuk kursus-kursus.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan Informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Menurut Winkel (1986: 160), pendidikan informal adalah suatu jenis

pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak

(53)

I. Kerangaka Berpikir

Dalam kehidupan bermasyarakat, perempuan dan laki-laki dituntut untuk

dapat berperilaku yang semestinya dilakukan oleh masing-masing individu.

Dalam perilaku di sekolah siswa laki-laki cenderung lebih suka ribut di kelas,

tidak memperhatikan guru saat mengajar. Sedangkan siswa perempuan lebih

tenang dan mau memperhatikan guru yang sedang mengajar dan perempuan

cenderung lebih peka terhadap gejala-gejala sosial. Ini dikarenakan perempuan

memiliki sensitifitas dan perhatian yang tinggi daripada laki-laki. Perbedaan

sifat laki-laki dan perempuan inilah yang dapat memberikan persepsi yang

berbeda terhadap pelaksanaan proses pembelajaran RSBI dalam hal pandangan,

cara berpikir, perasaan dan perhatian (Gilarso, 1993:5).

Setiap orang tua siswa mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini pekerjaan orang tua dibedakan menjadi Polri/TNI, PNS

dan wiraswasta. Orang tua yang menjadi pembuat keputusan akan menjadi

panutan bagi anak-anaknya. Secara tidak langsung pekerjaan orang tua akan

mempengaruhi cara mendidik anaknya. Sebagai contoh misalnya saja seorang

TNI/Polri akan mendidik anaknya dengan disiplin yang sangat tinggi. Berbeda

dengan orang yang bekerja wiraswasta, akan mendidik anaknya dengan tingkat

kedisiplinan yang relatif lebih ringan bahkan orang tua lebih santai dalam

membimbing anaknya. Perbedaan inilah yang diduga dapat memberikan

persepsi yang berbeda.

Setiap siswa pasti mempunyai orang tua yang tingkat pendidikannya

(54)

menentukan pendidikan yang baik bagi anaknya, sekaligus mendidik anaknya

agar tumbuh menjadi anak yang dapat dibanggakan. Kemampuan orang tua

dalam mendidik anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan

yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal, SD, SMP, SMA dan

Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap

cara pandang siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Cara

pandang orang tua itu akan ditiru oleh anaknya sehingga cara pandang siswa

dalam menentukan persepsinya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di

sekolah akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.

J. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di

SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin.

2. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di

SMP berstatus RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua.

3. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Studi kasus

merupakan kajian tentang peristiwa, lingkungan dan kondisi tertentu yang

memungkinkan mengungkapkan sesuatu (Basuki, 2006:113). Studi kasus

dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas delapan di SMP Negeri 5

Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Studi kasus akan dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian

ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012.

C.

Subjek dan Objek Penelitian

1.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan bagian yang terlibat dalam penelitian

dan terkait dalam penelitian. Pada penelitian ini, subjek penelitiannya adalah

siswa-siswi kelas delapan di SMP Negeri 5 Yogyakarta.

2.

Objek Penelitian

(56)

SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan

tingkat pendidikan orang tua.

D.

Populasi dan Sampel

1.

Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5

Yogyakarta. Secara keseluruhan siswa yang duduk di kelas VIII sebanyak

273 siswa.

2.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono 2010: 62). Sampel dalam penelitian ini saya mengambil

sampel 100 siswa yang duduk di kelas VIII.

3.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini merupakan

non

probability sampling

dengan menggunakan teknik

convenience sampling

,

atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan (Hasan

Mustofa, 2000). Peneliti menetapkan sampel sebanyak 100 siswa yang

duduk di kelas delapan SMP Negeri 5 Yogyakarta. Dengan

mempertimbangkan, siswa-siswi kelas delapan di SMP tersebut sudah

mengalami, melihat, dan merasakan pelaksanaan proses pembelajaran di

sekolahnya kurang lebih satu tahun. Hal ini bertujuan agar siswa-siswi

dapat memberikan jawaban pada kuesioner penelitian dengan keadaan yang

(57)

E. Variabel Penelitian

1.

Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel penelitian adalah salah satu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010:61). Variabel dalam penelitian beserta pengukurannya adalah sebagai

berikut:

a.

Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran

Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran akan diukur

dengan menggunakan kuesioner. Skala pengukuran instrumen penelitian

menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Netral (N), Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Alternatif jawaban dan penskoran untuk setiap item pertanyaan dalam

kuesioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Alternatif Jawaban

Skor

Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Sangat Setuju

5

1

Setuju

4

2

Netral

3

3

Tidak Setuju

2

4

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan Bertaraf
Tabel 2.2 Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan
Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert
Tabel 3.2 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

The problem of the study in this research is: How is the teaching learning process of English at Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) Class at SMP

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran Biologi di SMA Negeri 2 sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), pemahaman

Berpijak pada uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Tingkat Implementasi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi

Dalam Panduan Pelaksanaan Pembinaan SMP RSBI (Anonim, 2009: 3) dinyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional dilatarbelakangi alasan-alasan

Status sekolah berstandar internasional (SBI) dan sekolah rintisan berstandari internasional (RSBI) diiimplementasikan berdasarkan Pasal 50 ayat (3) Undang Undang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kesiapan SD Negeri 2 Gianyar menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ditinjau dari konteks sebesar 58,13 yang

Interaksi antara faktor personal dan lingkungan dapat menyebabkan munculnya kecemasan akademis pada siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sekolah mewajibkan

Pada pelaksanaan kebijakan program RSBI di SD Negeri 006 Bagan Barat sumber daya yang ada kurang memadai untuk melakukan proses pembelajaran bertaraf internasional, seperti