PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES
PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Studi Kasus : Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta
Jl. Wardani No 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Budi Tri Utami
NIM: 071334014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya.
2. Bapak dan Ibu terkasih yang selalu memberikan dukungan dan Doa. 3. Kakak ku tercinta Mas Ari,Mbak Adin, Mbak Ani, Mas Priya. 4. Denny Christanto yang menjadi penyemangatku.
5. Teman-teman Journey to The West, makasih atas dukungan dan bantuan selama menyusun skripsi ini.
MOTTO
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam setiap lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Budi Tri Utami Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ditinjau dari : (1) jenis kelamin siswa, (2) pekerjaan orang tua, (3) tingkat pendidikan orang tua.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta pada bulan Januari 2012. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 272 siswa dengan jumlah sampel 100 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah convenience sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dan uji F.
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF STUDENTS TOWARDS LEARNING PROCESS ACTIVITIES IN INTERNATIONAL JUNIOR HIGH SCHOOL LEVEL
Budi Tri Utami Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of this study is to determine whether there are differences in students' perceptions towards the implementation of the learning process activities at International Junior High School Level percieved from: (1) the sex of the students, (2) the occupation of parents, (3) the education level of parents.
This research was conducted at 5 state Junior High School Yogyakarta in January 2012. The population of this study were 272 students of the 8th grade the samples were 100 students. The technique of taking samples was convenient sampling. The technique of collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data were t test and the test F.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus di surga karena penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERSEPSI SISWA TERHADAP
PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa ada
begitu banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan dengan
caranya masing-masing sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih antara lain kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P., M.Pd selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh kuliah
5. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, membagi pengetahuan dan
pengalaman yang sangat bermanfaat kepada penulis selama ini.
6. Semua karyawan di sekretariat Prodi Pendidikan Akuntansi atas segala
keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di Universitas
Sanata Dharma.
7. Bapak Drs. Suparno, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5
Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
8. Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta khusunya kelas delapan. Terima kasih
atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
9. Ayah dan Ibuku tercinta Giyanto dan Budi Lestari, atas doa, dorongan,
kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini,
terimakasih.
10.Kakakku Ariyanto, S.kom dan Dwi Aryani S.Pd yang selalu
mengingatkanku dan membantu untuk menyelesaikan skripsi.
11.Mas Denny Christanto, S.T yang selalu memberikan semangat dalam
mengerjakan skripsi.
12.Saudaraku Mas Priya dan Mbak Adin.
13.Teman-temanku Journey to The West: Nila, Endah, Citra, Ria, Lusi, Heny,
Lando, Ratri, Windhi terima kasih atas bantuannya dan semangatnya.
15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas
akhir ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Terima kasih.
Yogyakarta, 02 Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Siswa ... 9
B. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa ... 10
C. Pengertian Rintisan Sekolah Menengah Pertama-BI ... 13
1) Dasar Hukum dan Kebijakan SBI ... 17
2) Konsep SBI ... 19
3) Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang SMP ... 20
F. Jenis Kelamin Siswa ... 34
G. Pekerjaan Orang Tua ... 34
H. Pendidikan Orang Tua ... 36
I. Kerangka Berpikir ... 37
J. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
1. Subjek Penelitian ... 39
2. Objek Penelitian ... 39
D. Populasi dan Sampel ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 40
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 40
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Instrumen Penelitian ... 43
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 44
1. Uji Validitas ... 44
2. Uji Reliabilitas ... 46
I. Teknik Analisis Data ... 47
C. Tujuan SMP Negeri 5 Yogyakarta Program Layanan RSBI ... 56
D. Struktur Organisasi ... 58
E. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 58
F. Peraturan Sekolah ... 65
G. Kode Etik Pegawai ... 66
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 68
1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 69
3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 69
4. Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 70
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 72
1. Uji Normalitas ... 72
2. Uji Homogenitas ... 76
C. Pengujian Hipotesis ... 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Keterbatasan Penelitian ... 84
C. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan
Bertaraf Internasional ... 22
Tabel 2.2 Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan SMP ... 25
Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 41
Tabel 3.2 Jenis Kelamin ... 42
Tabel 3.3 Skoring Jenis Pekerjaan ... 42
Tabel 3.4 Skoring Tingkat Pendidikan ... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner ... 44
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas ... 45
Tabel 3.7 Tabel Uji Reliabilitas ... 47
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 69
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua . 70 Tabel 5.4 Kecenderungan Berdasarkan PAP II ... 71
Tabel 5.5 Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SMP RSBI ... 72
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa ... 73
Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 74
Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 75
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 77
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis II ... 79
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bagian kegiatan pemerintah untuk
memajukan bangsa Indonesia dari ketertinggalan dari negara lain yang lebih maju.
Setiap warga Negara ber hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sesuai
dengan yang tertulis dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa
:
(1)
Setiap
warga
Negara
berhak
mendapatkan
pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
serta
(3)
Pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam
rangka
merealisasikan
peraturan
tersebut,
pemerintah
mencanangkan program perencanaan peningkatan mutu pendidikan melalui
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sebagaimana yang telah tertulis
dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 50 Ayat 3 yang menyatakan bahwa:
“ Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional,” (Depdiknas, 2005).
mampu bersaing di dunia internasional. Dalam upaya menciptakan siswa atau
seseorang yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia internasional pada
pendidikan dasar dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya
penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional yang akan ditetapkan sebagai
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). RSBI atau SBI merupakan kemajuan di
dunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan sehingga dapat
memberikan kualitas lulusan yang mampu menggunakan Bahasa Inggris yang
merupakan patokan utama siswa atau seseorang mempunyai kemampuan lebih
di dunia pendidikan.
Menurut Buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah
Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 3) Pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah
menetapkan tiga rencana strategis dalam jangka menengah, yaitu (1)
peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan
daya saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan pencitraan
publik.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf
internasional ini, maka : (1) pendidikan bertaraf internasional yang bermutu
(berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional
dan internasioanl, (2) pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah
pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar
bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orang tua,
masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampuan pemerintah
daerahnya (kabupaten/kota dan Propinsi); dan (4) pendidikan bertaraf
internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil
pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara
nasional maupun internasional. Esensi dari rumusan konsepsi Sekolah Bertaraf
Internasional tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Sekolah sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan yaitu
sekolah yang sudah melaksanakan standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian.
2. Diperkaya dengan mengacu pada standar pendidik salah satu anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan.
3. Adaptasi yaitu menyesuaikan unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam
Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan
salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam pendidikan.
Akan tetapi dalam kenyataannya, dalam proses rintisan tersebut
menimbulkan dilema bagi sebagian masyarakat. Sebagian orang berpendapat
dalam Koran Kompas edisi tanggal 27 Juli 2010, ada sepuluh kelemahan utama
yang menjadi alasan kuat bagi Kementrian Pendidikan Nasional untuk segera
menghentikan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu:
1. Program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya
sangat buruk.
2. SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model
pelaksanaan untuk SBI baru (new developed), tetapi yang terjadi justru
pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).
3. Program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk
dapat mengajar hard science dalam pengantar Bahasa Inggris, seorang guru
harus memiliki TOEFL> 500.
4. Telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan
didaktik. Menurutnya, guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa
mengajarkan materinya dalam Bahasa Inggris. Akibatnya, banyak siswa SBI
justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami
materi bidang studinya.
5. Penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label
SBI, materi pelajaran harus diajarkan dalam Bahasa Inggris, sementara di
seluruh dunia seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan bahasa
nasionalnya, tetapi siswanya tetap berkualitas dunia.
6. SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam
7. SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat
komersial.
8. SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran. Penggunaan piranti media
pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga
menyesatkan seolah karena tanpa itu semua sebuah sekolah tidak berkelas
dunia.
9. SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI
terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik
dengan menafikan segala hal yang nonakademik.
10. SBI adalah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi
yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat karena SBI dianggap
sebagai sekolah yang “akan” menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dengan
berbagai kelebihannya. Padahal, kata Satria, kemungkinan tersebut tidak
akan dapat dicapai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang
ada.
Dari kelemahan-kelemahan di atas, Program SBI ini memberikan
persepsi yang keliru pada orang tua, siswa dan bahkan masyarakat bahwa
sekolah yang berstatus RSBI merupakan sekolah yang memiliki kualitas,
sarana prasarana, fasilitas, dan guru yang setara dengan sekolah internasional.
Padahal belum tentu sekolah yang berstatus RSBI mempunyai semua kriteria
yang bisa disebut sebagai sekolah internasional. Untuk memperoleh pendidikan
yang layak bahkan kualitas sekolahnya baik, tak dipungkiri orang tua harus
keputusan yang sulit bagi sebagian siswa dan orang tua untuk menopang biaya
pendidikan yang berkualitas yang mampu bersaing di dunia pendidikan dan
dunia kerja. Karena tidak menutup kemungkinan jika ingin meraih pendidikan
yang maksimal akan tetapi biayanya sangat tinggi, hal ini yang membuat
keingingan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas akan “terkubur”.
Berbagai respon dari siswa dan orang tua mulai bermunculan, ada yang
pro dan ada juga yang kontra tentang kebijakan pemerintah tersebut. Bagi yang
pro, RSBI diharapakan dapat menyetarakan kualitas lulusan pendidikan
Indonesia dengan luar negeri. Bagi yang kontra, RSBI seperti hotel bintang
lima yang hanya papan namanya, isinya tetap sama saja. Pelaksanaan RSBI
yang dinilai cenderung mengutamakan aspek popularitas nama RSBI daripada
mutu pendidikannya.
Berdasarkan gambaran di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses
Pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Wilayah Kota
Yogyakarta”.
B.Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran khususnya di SMP Negeri 5
Yogyakarta pada kelas internasional. Penelitian ini memfokuskan pada tiga
faktor yang diduga dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu, jenis kelamin
C.Rumusan Masalah Penelitian
Permasalahan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin?
2. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua?
3. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari tingkat pendidikan orang
tua?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional ditinjau dari jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan tingkat
pendidikan orang tua.
E.Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
1. Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengkritisi pelaksanaan
di sekolahnya sehingga dapat menambah wawasan siswa tentang program
rintisan sekolah bertaraf internasional.
2. Sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan pertimbangan bagi SMP yang berstatus RSBI dalam pelaksanaan
proses pembelajarannya.
3. Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada
mahasiswa khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi FKIP supaya
mempersiapkan diri jika ingin bekerja di dunia pendidikan menjadi guru di
sekolah RSBI.
4. Penulis
Dari penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan
mengenai pelaksanaan proses pembelajaran di SMP yang berstatus Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional, dan bisa menjadi bekal untuk terjun ke dunia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Persepsi Siswa
Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda pada suatu objek.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) menyebutkan persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Selain itu persepsi diartikan
sebagai proses terorganisasi dan menggabungkan data indera kita untuk
dikembangkan sehingga dapat menyadari sekeliling kita (Davidoff, 1981: 232).
Persepsi siswa menurut Rita L. Atkinso diartikan sebagai proses di mana
kita mengorganisasi atau mengatur dan menginterpretasikan pola-pola pada
suatu lingkungan. Setiap individu memiliki kemampuan dan kepekaan berpikir
yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu rangsangan yang ada di
sekitarnya. Rangsangan ini berupa objek-objek yang dapat diketahui melalui
panca indera. Dengan demikian, pola apapun yang ada di sekitarnya dapat
diolah dan diinterprestasikan menurut pengetahuan dan pemahaman yang
dimiliki oleh individu tersebut. Wirawan (1992: 45) mengemukakan:
Bermula dari adanya rangsangan dari luar individu (stimulus),
individu akan menjadi sadar akan adanya stimuli ini melalui sel-sel
syaraf reseptor (Penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk
energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup
kuat
untuk
merangsang
sel-sel
reseptor
maka
terjadilah
penginderaan.
Jika
sejumlah
penginderaan
disatukan
dan
dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak)
sehingga manusia bisa menggali dan menilai obyek-obyek maka
keadaan ini dinamakan persepsi.
rangsang itu disadari atau dimengerti. Rangsang inilah yang menyebabkan kita
mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Masidjo (1995 : 96),
menambahkan bahwa tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup
kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang
atau lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan.
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa persepsi merupakan
suatu proses penerimaan rangsangan pada suatu objek melalui indera kita yang
kemudian menjadikan suatu pemahaman yang kita gunakan untuk menentukan
sikap terhadap objek tersebut.
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Linda L. Davidoff (1988: 234), ada 4 hal yang dapat
mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Kesadaran
Suasana hati seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap suatu
objek.
2. Ingatan
Dalam rangka memberikan arti secara terus menerus maka orang akan
cenderung untuk terus membanding-bandingkan penglihatan, suara dan
3. Proses Informasi
Kita sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan
dihadapi berikutnya dibandingkan situasi lalu dan saat ini, lalu membuat
interprestasi dan evaluasi.
4. Bahasa
Penggunaan bahasa adalah untuk menyampaikan maksud seseorang
sehingga juga dapat menimbulkan persepsi bagi orang lain.
Menurut Miftah Thoha (1988: 145-152) ada macam-macam faktor
perhatian yang berasal dari dalam dan luar yang dapat mempengaruhi proses
seleksi, yaitu :
1. Faktor dari luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar, antara
lain :
a. Intensitas
Apabila stimulus dari luar intensitasnya besar maka besar pula hal-hal
tersebut dapat dipahami.
b. Ukuran
Apabila semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk
bisa diketahui atau dipahami.
c. Keberlawanan (kontras)
Stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan objek lain
d. Pengulangan
Stimulus yang berasal dari luar yang diulang-ulang akan memberikan
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan objek yang hanya satu
kali dilihat.
e. Gerakan
Orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak
dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan objek yang hanya
diam saja.
f. Baru dan Familier
Situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat
dipergunakan sebagai penarik perhatian.
2. Faktor dalam diri seseorang, antara lain :
a. Proses Belajar (learning), semua faktor dari dalam yang membentuk
adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya
persepsi adalah didasarkan dari kekomplekkan kejiwaan. Kekomplekkan
kejiwaan selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi
yang dipunyai oleh masing-masing individu.
b. Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi. Faktor dari
dalam lainnya yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses
belajar tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting
c. Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur kepribadian sangat erat
hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang mempunyai akibat
tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.
C.Pengertian Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional Menurut buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah
Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 47), Rintisan SMP-BI adalah
sekolah (SMP) yang melaksanakan/menyelenggarakan pendidikan bertaraf
nasional, yang berada pada tahap pengembangan/peningkatan
kapasitas/kemampuan atau tahap konsolidasi pada berbagai komponen sekolah
untuk memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator
Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Dari pengertian di atas terdapat model penyelenggaraan bagi sekolah
negeri, yaitu:
1. Rintisan SMP-BI merupakan program yang dibina langsung oleh pusat dan
direncanakan dalam jangka waktu tiga tahun, khususnya dalam pemberian
dana bantuan. Diharapkan selama tiga tahun tersebut Pemda Propinsi dan
Pemda Kabupaten/Kota dapat ikut berperan dalam hal pendanaan.
Pemberian dana bantuan selama tiga tahun ini bersifat pancingan dan
sementara. Sementara itu untuk pengendalian kualitas pendidikan,
pemerintah pusat melakukan pemantauan dan evaluasi sesuai dengan
2. Rintisan SMP-BI yang dibina dan dibiayai langsung oleh pemda propinsi,
pemda kabupaten/kota, dan komite sekolah atau bersama-sama (pemerintah
pusat tidak memberikan bantuan pendanaan), disebut dengan Rintisan
SMP-BI “Mandiri”. Jadi pengertian “Mandiri” adalah tanpa keterlibatan
pemerintah pusat dalam pendanaan, tetapi kontrol kualitas tetap bisa
dilakukan oleh pemerintah pusat.
3. Oleh karena keterbatasan dana, maka untuk sementara waktu pemerintah
pusat menetapkan pembinaan SMP-BI di kabupaten/kota secara terbatas
yang benar-benar memenuhi kriteria. Pemda propinsi dan pemda
kabupaten/kota dapat mengusulkan sekolah lain sebagai SMP-BI asalkan
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Verifikasi dan
penentuan sebagai rintisan SBI dilakukan oleh pusat bersama pemerintah
daerah.
D.Persyaratan Penyelenggaraan SMP-BI
Dalam pelaksanaan SMP-BI dibutuhkan prasyarat-prasyarat
penyelenggaraan SBI, harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu supaya
sekolah dikatakan layak sebagai Sekolah Bertaraf Internasional.
1. Persyaratan Umum Penyelenggaraan SMP-BI
a. Sekolah membuat proposal dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
yang diajukan kepada Direktorat Pembinaan SMP atau Dinas
Pendidikan Propinsi dan atau Dinas Pendidikan kabupaten/kota sebagai
b. Sekolah mendapatkan akreditasi yang memenuhi ketentuan BAN
sekolah dengan nilai minimal “A” atau skor serendah-rendahnya 95.
c. Sekolah memperoleh ijin resmi untuk menyelenggarakan Sekolah
Bertaraf Internasional dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah
daerah/Yayasan(bagi sekolah swasta).
2. Persyaratan khusus penyelenggaraan SMP-BI
Persyaratan khusus penyelenggaraan SMP-BI yang berlaku untuk
jenjang pendidikan SMP, menurut Panduan Pelaksanaan Pembinaan
Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 54)
adalah:
a. Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal
(IKKM), yang dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) direktur
pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen sebagai Sekolah Standar
Nasional (SNN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi Sekolah
Standar Nasional (SSN) tahun terakhir; Catatan:*) telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam
Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada
jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
b. Terdapat Kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan
Amat Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai
syarat layak tidaknya dilakukan verifikasi SBI oleh Direktorat
kabupaten/kota, secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti
tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN.
c. Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari
pemerintah propinsi. Secara administratif sekolah melampirkan surat
pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan
untuk memberikan pembinaan yang berupa pemenuhan IKKM dan
IKKT melalui bantuan dana yang dianggarkan dalam APBD dalam
jangka waktu minimal tiga tahun. Setelah pemerintah pusat tidak
memberikan bantuan dana, sesuai dengan PP no 38 Tahun 2007, maka
kewenangan untuk melaksanakan pembinaan (termasuk pendanaan)
diserahkan kepada pemerintah daerah (propinsi).
d. Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari
pemerintah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan SBI. Secara
administratif sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi
kesanggupan komite sekolah untuk membantu pencapaian pemenuhan
IKKM dan IKKT khususnya pemberian bantuan dana dari masyarakat.
e. Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/
disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota.
f. Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan
kerjasama dengan sekolah/lembaga lain yang relevan untuk
pengembangan SBI.
g. Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan SBI, yaitu tentang
sebagai SBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila
melanggar perjanjian.
h. Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan SBI sesuai
dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat.
E.Pelaksanaan Rintisan SMP Bertaraf Internasional
1. Dasar Hukum dan Kebijakan
Dasar Hukum penyelenggaraan SMP-BI seperti yang tertulis dalam
buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama
Bertaraf Internasional, (2008: 7) adalah:
a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 50 menyatakan bahwa :
1) Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar
nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.
2) Ayat (3): Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua
jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang
bertaraf internasional.
b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 mengatur perencanaan
pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan
secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk
c. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah
bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan
kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk
dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi,
dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
e. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009
menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu
dikembangkan Sekolah Bertaraf Internasional pada tingkat
kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah
dengan pemerintah kebupaten/kota yang bersangkutan.
f. Kebijakan Depdiknas tahun 2007 tentang Pedoman Penjamin Mutu
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan
Dasar dan Menengah, antara lain disebutkan “…diharapkan seluruh
pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah Bertaraf
Internasional...”
g. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun
2. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah
Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 13) seperti yang
dijelaskan pada kebijakan Depdiknas tahun 2007 tentang “Pedoman
Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah”, bahwa Sekolah/madrasah bertaraf
internasional merupakan “Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh
standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar
pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic
Co-operation and Development (OECD) dan /atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga
memiliki daya saing di forum internasional”.
Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan
melaksanakan standar nasional pendidikan meliputi; standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan dan standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut
diperluas dan dikembangkan melalui: (1) adaptasi yaitu
pengayaan/pendalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur
tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan
standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/atau negara lain
yang mempunyai keunggulan mutu dalam bidang pendidikan dengan daya
tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu
pada standar pendidikan dari salah satu negara OECD dan/atau negara lain
yang mempunyai keunggulan mutu dalam bidang pendidikan dengan daya
saing internasional.
Untuk mempermudah sekolah dalam memahami dan menjabarkan
secara operasional dalam pengembangan kurikulum SBI, dapat dirumuskan
bahwa SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan SNP (8
aspek SNP) ditambah (dalam pengertian diperluas) dengan X (yang isinya
merupakan pengayaan, perluasan, pendalaman tentang delapan aspek
pendidikan, model pembelajaran, model penilaian, dan sistem lain yang
berstandar internasional).
3. Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang SMP
Pada buku panduan Pelaksanaan pembinaan Rintisan Sekolah
Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 17) dituliskan bahwa pada
dasarnya Sekolah Bertaraf Internasional harus memiliki keunggulan yang
ditujukan oleh pengakuan internasional terhadap proses dan hasil
pendidikan dalam berbagai aspek. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan
sertifikasi berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD dan/atau
negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara
internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing
Apabila mengacu pada visi pendidikan nasional, maka karakteristik
visi SBI adalah “Terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif
secara internasional”. Visi ini memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia
bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara
intensif, terarah, terencana dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa
yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh
bangsa-bangsa lain. Maka dari itu misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia
cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan
berkolaborasi secara global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan,
rencana, program dan kegiatan SBI yang disusun secara cermat, tepat,
futuristic, dan berbasis demand-driven. Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional
sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam PP 19 Tahun 2005,
dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan Depdiknas
Tahun 2007 tentang “Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”.
Tolok ukur atau karakteristik SBI adalah sekolah harus mampu
memenuhi delapan unsur pokok Standar Nasional Pendidikan yang
dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai
jaminan mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping
tambahan sebagai plus-nya, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah yang
berstandar internasional dari salah satu negara OECD dan/atau dari negara
maju lainnya yang mempunyai keunggulan dalam bidang pendidikan.
Tabel 2.1
Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan Bertaraf Internasional
I Akreditasi Berakreditasi
A dari BAN Sekolah dan Madrasah
Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah satu lembaga akreditasi pada salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai dan Komunikasi (TIK) dimana setiap siswa dapat mengakses transkipnya masing-masing.
Memenuhi
standar isi
Muatan pelajaran (isi) dalam kurikulum telah setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu Negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau dari negara maju lainnya.
Memenuhi
SKL
III Proses Pembelajaran
Memenuhi Standar Proses
Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator.
Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara OECD dan/atau dari negara maju lainnya.
Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua sampel Pembelajaran pada mapel IPA, Matematika, dan lainnya dengan Bahasa Inggris, kecuali mapel Bahasa Indonesia. penilaian dari sekolah unggul diantara salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.
V Pendidik Memenuhi
Standar Pendidik
Guru Sains, Matematika, dan
teknologi mampu mengajar perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A. minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya terakreditasi A.
sekolah yang diakui oleh pemerintah.
Kepala sekolah mampu Berbahasa Inggris secara aktif
Kepala sekolah memiliki visi
internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta
jiwa kepemimpinan dan
entreprenual yang kuat.
VII Sarana dan
Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK.
Sarana perpustakaan telah dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dll.
VIII Pengalolaan Memenuhi
Standar Pengelolaan
Sekolah meraih sertifikasi ISO 9001 VERSI 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000.
Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dll.
Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah.
IX Pembiayaan Memenuhi
Standar Pembiayaan
Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan.
Tabel 2.2
Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan SMP
No Komponen Standar SBI Khusus di SMP
A Output sekolah 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke
sekolah internasional dalam negeri maupun luar negeri dengan berkepribadian bangsa Indonesia.
2. Tingkat DO nol %.
3. Menguasai dan terampil menggunakan
TIK.
4. Mampu debat dengan menggunakan
Bahasa Inggris.
5. Terdapat juara internasional dalam bidang:
olah raga, kesenian, kesehatan, budaya, dll.
6. Mampu menyelesaikan tugas-tugas dan
mengumpulkan portofolio dengan baik.
7. Mampu
menyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah.
8. Mampu melaksanakan eksperimen dalam
pengembangan pengetahuan dan keterampilan.
9. Mampu menemukan/membuktikan
pengalaman belajarnya dengan berbagai karya.
10. Mampu menulis dan mengarang dengan
bahasa asing atau dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
11. Memperoleh kejuaraan olimpiade
internasional dalam bidang: Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, dan atau lainnya (ditunjukkan dengan sertifikat internasional).
12. Nilai Ujian Akhir Nasional rata-rata tinggi
(> 8,0).
13. Memiliki kemampuan penguasaan
teknologi dasar.
14. Melakukan kerjasama dengan berbagai
pihak, baik secara individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MOU yang dilakukan oleh lulusan.
penelitian, dll dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
16. Memiliki dokumen dan pelaksanaan
pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan.
17. Menguasai budaya bangsa lain.
18. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll
tentang pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan.
19. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian
dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun budaya.
20. Memiliki berbagai karya-karya lain dari
lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa, dll.
21. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang
mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan. B Proses
1. Proses belajar
mengajar
1) Memiliki program-program yang
menumbuhkan krestivitas siswa, guru, dll.
2) Menerapkan beberapa strategi PBM:
student centered, reflective learning, active learning, enjoyable dan joyful learning, cooperative learning, quantum learning, learning evolution, dan contextual learning.
2. Manajemen 3) Memiliki RPS: renstra (rencana strategis)
jangka panjang.
4) Memiliki RPS: renop (rencana operasional)
satu tahunan.
5) Memiliki kemitraan dan dukungan komite
sekolah dalam hal: bantuan dana.
6) Memiliki kemitraan dan dukungan komite
sekolah dalam hal: bantuan barang/benda.
7) Terdapat kemitraan dan dukungan komite
sekolah dalam hal: bantuan lainnya.
8) Menerapkan MBS: terdapat dokumen
pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan akuntabel.
9) Melaksanakan manajemen sekolah menurut
tujuan, dan sasaran sekolah.
11) Memiliki suasana/budaya sekolah yang
menjamin terjadinya PBM yang kondusif.
12) Memiliki penerapan demokratis di sekolah.
13) Memiliki pembagian tugas, pemberian
pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas kepada warga sekolah.
14) Memiliki usaha-usaha sekolah yang
mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk membantu penyelenggaraan sekolah. C Input
1. Kurikulum 1) Memiliki dokumen kurikulum sekolah
(KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan Bahan ajar) sesuai SNP dan juga terdapat dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI.
2) Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas
dan menunjukkan keterkaitan antara masing-masing berdasarkan tujuan SBI yang akan dicapai.
3) Memiliki tim pengembang kurikulum
(nasional dan internasional) di sekolah.
2. Guru dan Guru
BK
4) Jumlah guru terpenuhi sesuai tipe sekolah.
5) Kualifikasi guru 100% minimal S1.
6) Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan
kesesuaian guru.
7) Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat
kompetensi/profesi guru.
8) Semua guru mampu menggunakan ICT pada
PBM.
9) Sebagian besar guru memiliki kemampuan
Bahasa Inggris dengan TOEFL>500.
3. Kepala Sekolah 10) Kualifikasi guru 100% minimal S1.
11) Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru
dan kepala sekolah.
12) Mampu menggunakan ICT.
13) Memiliki kemampuan Bahasa Inggris
dengan TOEFL >500.
14) Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah
minimal 5 tahun.
4. Tenaga
pendukung:
a. Pustakawan 15) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
D3.
17) Memiliki sertifikat pustakawan.
18) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>450).
19) Pengalaman kerja sebagai pustakawan
minimal 5 tahun.
b. Laboran 20) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
SMA/SMK.
21) Bidang pendidikan: IPA/Teknik.
22) Memiliki sertifikat laboran.
23) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>450).
24) Pengalaman kerja sebagai laboran minimal
5 tahun.
25) Memiliki sertifikat komputer.
c. Teknisi
Komputer
26) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
D3.
27) Bidang pendidikan: komputer/TI.
28) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>450).
29) Pengalaman kerja sebagai teknisi minimal
5 tahun.
30) Memiliki sertifikat komputer.
d. Kepala TU 31) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
S1.
32) Bidang pendidikan: administrasi
pendidikan.
33) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>450).
34) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm
minimal 5 tahun.
35) Memiliki sertifikat komputer.
e. Tenaga
administrasi Keuangan dan akuntansi
36) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
D3.
37) Bidang pendidikan: akuntansi.
38) Memiliki sertifikat sebagai akuntan.
39) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>400).
40) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm
keuangan minimal 5 tahun.
41) Memiliki sertifikat komputer.
f. Tenaga
administrasi Kepegawai-an
42) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
D3.
43) Bidang pendidikan: manajemen SDM.
44) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
administrasi minimal 5 tahun.
46) Memiliki sertifikat komputer.
g. Tenaga
administrasi Akademik
47) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
SMA.
48) Bidang pendidikan: administrasi
pendidikan.
49) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>400).
50) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm
pendidikan minimal 5 tahun.
51) Memiliki sertifikat komputer.
h. Tenaga
administrasi sarana prasarana
52) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
SMA.
53) Bidang pendidikan: administrasi sarana
prasarana.
54) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>400).
55) Pengalaman kerja sebagai tenaga
administrasi sarana prasarana minimal 5 tahun.
56) Memiliki sertifikat komputer.
i.Tenaga
administrasi kesekretariatan
57) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal
SMK/SMA.
58) Bidang pendidikan: kesekretariatan.
59) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>400).
60) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm
kesekretariatan minimal 5 tahun.
61) Memiliki sertifikat komputer.
5. Organisasi dan
Administrasi
1) Memiliki visi, misi dan tujuan sekolah.
2) Memiliki tupoksi yang jelas.
3) Memiliki sistem administrasi lengkap.
4) Memiliki SIM yang mutakhir.
6. Sarana dan
Prasarana
a. Umum 1) Luas tanah 15.000 m2.
2) Luas ruang kelas > 63 m2.
3) Jumlah siswa per rombongan belajar: 24
anak.
4) Memiliki fasilitas ICT per kelas per
tingkat.
b. Perpustakaan 5) O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh
siswa untuk membaca dan studi.
6) Mandiri.
(1 buku : 1 siswa); buku referensi 1:3 (1 buku: 3 siswa).
8) Berlangganan jurnal, majalah, bulletin,
surat kabar, dsb.
9) Memiliki komputer untuk perpustakaan,
termasuk untuk multimedia 5 buah.
10) Memiliki ruang baca yang memadai.
11) Tersedia akses internet yang terhubung
dengan jaringan.
c. Laboratori-um
Fisika, Kimia, Bahasa, IPS
12) Memiliki satu Laboratorium fisika, Kimia,
Biologi, Bahasa, dan IPS.
13) Setiap Laboratorium memiliki peralatan
dan perlengkapan yang sesuai dengan spec.
14) Luas laboratorium minimal sesuai dengan
SPM dalam SNP dan ber AC untuk kapasitas maksimum 24 siswa per rombel.
d. Laboratorium
Komputer
15) Memiliki ruangan dengan ukuran yang
memadai dan ber AC.
16) Memiliki jumlah komputer sesuai dengan
rata-rata jumlah siswa (maksimal 24 siswa per rombel).
17) Memiliki software yang selalu update.
18) Memiliki teknisi komputer dengan jumlah
yang memadai untuk membantu pelaksanaan pembelajaran dan perawatan computer.
19) Memiliki sistem penjaminan keselamatan
kerja di dalam Laboratorium Komputer.
e. Kantin 20) Memiliki satu kantin yang dapat
menampung pejajan secara memadai.
21) Memiliki mebeler yang memadai sesuai
dengan jumlah pejajan.
22) Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan
bersih.
23) Menyediakan makanan bergisi, fresh dan
terjangkau bagi warga sekolah.
f. Auditorium 24) Memiliki ruangan dengan ukuran yang
memadai dan ber AC.
25) Memiliki mebeler dan peralatan yang
memadai untuk pertemuan dan untuk kegiatan siswa (misalnya: pertemuan orang tua, dll).
26) Memiliki sistem penjaminan keselamatan
yang memadai bagi pengguna.
untuk berbagai jenis kegiatan olah raga.
28) Memiliki sarana olah raga yang memadai
untuk berbagai jenis kegiatan olah raga.
29) Memiliki teknisi dengan jumlah yang
memadai untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan olah raga.
30) Memiliki sistem penjaminan keselamatan
yang memadai bagi pengguna sarana dan prasarana olah raga.
h. Pusat belajar
dan riset guru
31) Memiliki ruangan untuk sumber belajar
dan riset guru dengan luas yang memadai dan yang dilengkapi dengan komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1:5 dan dilengkapi media pembelajaran.
32) Memiliki buku referensi baik cetak maupun
digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
33) Memiliki mebeler bagi guru untuk
menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. Termasuk kelompok diskusi.
34) Memiliki sistem penjaminan keselamatan
kerja di dalam ruang administrasi.
i. Penunjang
administrasi sekolah
35) Memiliki ruangan dengan ukuran yang
memadai.
36) Memiliki mebeler yang memadai untuk
berbagi jenis administrasi.
37) Memiliki server minimum 2 buah.
38) Memiliki komputer dengan jumlah yang
memadai untuk berbagai kegiatan administrasi.
39) Memiliki sistem penjaminan keselamatan
kerja di dalam ruang administrasi.
j. Unit kesehatan 40) Memiliki ruangan dengan ukuran yang
memadai dan ber AC.
41) Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar
untuk P3K.
42) Memiliki tenaga profesional yang dapat
menangani pelaksanaan P3K.
43) Memiliki sistem penjaminan keselamatan
kerja di dalam unit kesehatan.
k. Toilet 44) Memiliki ruangan yang terpisah antara
laki-laki dan perempuan dengan ukuran yang memadai dan sesuai dengan jumlah warga sekolah.
kesehatan.
46) Memiliki jumlah air yang memadai untuk
mendukung sistem sanitasi.
47) Memiliki teknisi dengan jumlah yang
memadai untuk membantu perawatan toilet.
l. Tempat
bermain, kreasi dan rekreasi
48) Memiliki tempat bermain yang memadai.
49) Memiliki tempat berekreasi yang menjamin
kreativitas siswa.
50) Memiliki tempat untuk rekreasi yang
memadai, misalnya tanaman dan pepohonan yang rindang.
m.Tempat ibadah Memiliki tempat ibadah yang memadai dan
sesuai dengan agama masing-masing warga sekolah.
7. Kesiswaan 1) Penerimaan siswa baru didasarkan atas
kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan.
2) Memiliki program yang jelas tentang
pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa.
3) Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara
yang memenuhi persyaratan evaluasi dengan standar internasional.
8. Pembiayaan 1) Menyediakan dana pendidikan yang cukup
dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan sekolah.
2) Menghimpun/menggalang dana dari potensi
sumber dana yang bervariasi.
3) Mengelola dana pendidikan secara
transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
9. Regulasi
Sekolah
1) Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah,
baik yang bersifat yuridis maupun yang bersifat moral.
2) Menegaskan regulasi sekolah diterapkan
secara adil dan teratur terhadap semua warga sekolah.
10.Hubungan
masyarakat
3) Memiliki hubungan antara SBI-masyarakat,
baik yang menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaannya, ditulis dan dipublikasikan secara eksplisit dan jelas.
4) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat
individual, dsb); (2) menciptakan dan melakukan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat.
11.Kultur sekolah 1) Menumbuhkan dan mengembangkan
budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa s\depan yang sama, perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif.
2) Memiliki sarana dan prasarana yang
memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan membangkitkan komitmen tinggi bagi warga
sekolah.
3) Memiliki regulasi sekolah yang mampu
menciptakan rasa keadilan dan mengacu semangat kerja ataupun berprestasi.
4) Memberikan kesempatan, hak, dan ras
tanggung jawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah.
5) Menciptakan hubungan harmonis,
kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat kerja (etos kerja) yang tinggi.
F.Jenis Kelamin Siswa
Jenis kelamin yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan. Kartono
menyebutkan (1977: 317) bahwa manusia diciptakan dua jenis yaitu laki-laki
dan perempuan. Secara psikologis laki-laki dan perempuan mengalami
perkembangan yang berbeda. Sejak lahir, anak laki-laki dan perempuan
dibiasakan untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan masyarakat yang
semestinya dilakukan oleh laki-laki dan yang seharusnya dilakukan oleh
perempuan. Seorang laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, keras dan
perkasa, sedangkan perempuan memiliki sifat yang feminim, lemah lembut dan
keibuan. Menurut W.Eaton dan Enns (Ormrod, 2009: 176) anak laki-laki secara
tempramental cenderung lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan.
Oleh karenanya, anak laki-laki lebih sulit duduk tenang untuk waktu lama,
kurang suka membaca dan cenderung membuat ulah dikelas.
Namun hal tersebut tidak berlaku secara mutlak karena pada jaman
sekarang ini banyak juga laki-laki atau perempuan yang mempunyai sifat
seperti lawan jenisnya. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan ini dapat
menimbulkan perbedaan persepsi siswa antara laki-laki dan perempuan dalam
hal perhatian, pandangan, cara berfikir, dan perasaan (Gilarso, 1993:5).
G. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi
diri dan keluarganya, dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan
Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat digolongkan
menjadi sembilan golongan (Spillane, 1982:14) yaitu sebagai berikut:
1. Golongan A terdiri dari mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil
ABRI, pemilik perusahaan/took/pabrik/perikanan, pemilik bus/colt,
penggarap tanah/pengawas keamanan, petani pemilik tanah, peternak, tuan
tanah.
2. Golongan B terdiri dari buruh nelayan, petani kecil, penebang pohon.
3. Golongan C terdiri dari ABRI (Tamtama s.d Bintara), Guru SD, kepala
bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil, pamong
praja pegawai badan hokum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id,
supervisor/pengawas.
4. Golongan D terdiri dari pensiunan, tak mempunyai pekerjaan tetap,
meninggal dunia.
5. Golongan E terdiri dari Guru (SMP s.d SMA), juru rawat, pekerja sosial,
kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan IIa s.d d,
perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan.
6. Golongan F terdiri dari buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang/penarik
becak.
7. Golongan G terdiri dari ahli hokum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah,
apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insinyur, kepala
kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri,
pegawai negeri golongan IIa ke atas, pengarang, peneliti, penerbang,
8. Golongan H terdiri dari pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.
9. Golongan I terdiri dari artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai
besi/emas/perak, penajhit, penjaga, sopir bus/colt, tukang kayu, tukang
listrik, tukang mesin.
H.Pendidikan Orang Tua
Ada tiga pengelompokkan pendidikan menurut Philip H Coombs (Muri,
1982: 61) yaitu:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur yang berjenjang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya dalam
bentuk kursus-kursus.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan Informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Menurut Winkel (1986: 160), pendidikan informal adalah suatu jenis
pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak
I. Kerangaka Berpikir
Dalam kehidupan bermasyarakat, perempuan dan laki-laki dituntut untuk
dapat berperilaku yang semestinya dilakukan oleh masing-masing individu.
Dalam perilaku di sekolah siswa laki-laki cenderung lebih suka ribut di kelas,
tidak memperhatikan guru saat mengajar. Sedangkan siswa perempuan lebih
tenang dan mau memperhatikan guru yang sedang mengajar dan perempuan
cenderung lebih peka terhadap gejala-gejala sosial. Ini dikarenakan perempuan
memiliki sensitifitas dan perhatian yang tinggi daripada laki-laki. Perbedaan
sifat laki-laki dan perempuan inilah yang dapat memberikan persepsi yang
berbeda terhadap pelaksanaan proses pembelajaran RSBI dalam hal pandangan,
cara berpikir, perasaan dan perhatian (Gilarso, 1993:5).
Setiap orang tua siswa mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
Dalam penelitian ini pekerjaan orang tua dibedakan menjadi Polri/TNI, PNS
dan wiraswasta. Orang tua yang menjadi pembuat keputusan akan menjadi
panutan bagi anak-anaknya. Secara tidak langsung pekerjaan orang tua akan
mempengaruhi cara mendidik anaknya. Sebagai contoh misalnya saja seorang
TNI/Polri akan mendidik anaknya dengan disiplin yang sangat tinggi. Berbeda
dengan orang yang bekerja wiraswasta, akan mendidik anaknya dengan tingkat
kedisiplinan yang relatif lebih ringan bahkan orang tua lebih santai dalam
membimbing anaknya. Perbedaan inilah yang diduga dapat memberikan
persepsi yang berbeda.
Setiap siswa pasti mempunyai orang tua yang tingkat pendidikannya
menentukan pendidikan yang baik bagi anaknya, sekaligus mendidik anaknya
agar tumbuh menjadi anak yang dapat dibanggakan. Kemampuan orang tua
dalam mendidik anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan
yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal, SD, SMP, SMA dan
Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap
cara pandang siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Cara
pandang orang tua itu akan ditiru oleh anaknya sehingga cara pandang siswa
dalam menentukan persepsinya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolah akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di
SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin.
2. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di
SMP berstatus RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua.
3. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di