No. Daftar 530/UN 40.7.D1/LT/ 2014
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH
BERDASARKAN STATUS PEMERINTAH DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI JAWA BARAT TAHUN 2008-2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
MUHAMAD FADJAR ADI PRATAMA NIM. 1002995
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH
BERDASARKAN STATUS PEMERINTAH DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI JAWA BARAT TAHUN 2008-2012
Oleh
Muhamad Fadjar Adi Pratama
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© 2014 Muhamad Fadjar Adi Pratama Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH
BERDASARKAN STATUS PEMERINTAH DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI JAWA BARAT TAHUN 2008-2012
SKRIPSI
Oleh:
Muhamad Fadjar Adi Pratama
NIM. 1002995
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
Dr. H. Nugraha, S.E, M.Si, Ak
NIP. 19661226 199001 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi FPEB UPI
Dr. Kurjono, M.Pd.
1
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A.Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B.Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
D.Maksud Dan Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E.Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II LANDASAN TEORI ... Error! Bookmark not defined.
A.Teori yang Relevan dan Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.
1.Otonomi Daerah ... Error! Bookmark not defined.
2.Pendapatan Asli Daerah ... Error! Bookmark not defined.
a.Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... Error! Bookmark not defined.
b.Sumber Pendapatan Asli Daerah ... Error! Bookmark not defined.
3.Kemandirian Keuangan Daerah ... Error! Bookmark not defined.
a.Pengertian Kemandirian Keuangan Daerah ... Error! Bookmark not defined.
b.Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah ... Error! Bookmark not defined.
c.Pola Hubungan Kemandirian Keuangan Daerah ... Error! Bookmark not
defined.
4.Karakteristik Pemerintah Daerah ... Error! Bookmark not defined.
a.Pengertian Karakteristik Pemerintah Daerah . Error! Bookmark not defined.
5.Status Pemerintah Daerah ... Error! Bookmark not defined.
2
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.
D.Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.
A.Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B.Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.
C.Populasi dan Sampel atau Sumber Data Penelitian ... Error! Bookmark not
defined.
1.Populasi ... Error! Bookmark not defined.
2.Sampel ... Error! Bookmark not defined.
3.Sumber Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D.Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
E.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .. Error! Bookmark not defined.
1.Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
2.Uji Linieritas ... Error! Bookmark not defined.
3.Uji Asumsi Klasik ... Error! Bookmark not defined.
4.Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
A.Gambaran Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B.Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.Pendapatan Asli Daerah ... Error! Bookmark not defined.
2.Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ... Error! Bookmark not defined.
C.Pengujian Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D.Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
1.Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
2.Saran ... Error! Bookmark not defined.
3
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daearh ... 2
Tabel 1.2 Pendapatan Asli Daerah (total). ... 3
Tabel 1.3 Persentase PAD Terhadap Total Pendapatan ... 4
Tabel 2.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ... 22
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 27
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 34
Tabel 3.2 Pola Hubungan Kemandirian ... 36
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk. ... 43
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif PAD dan Kemandirian Keuangan Daerah ... 44
Tabel 4.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2008 ... 47
Tabel 4.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2009 ... 49
Tabel 4.5 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2010 ... 50
Tabel 4.6 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2011 ... 52
Tabel 4.7 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2012 ... 53
Tabel 4.8 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2008. ... 55
Tabel 4.9 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2009 ... 57
Tabel 4.10 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2010 ... 59
Tabel 4.11 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2011 ... 61
Tabel 4.12 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2012 ... 63
Tabel 4.13 Tabel Pengujian Linieritas. ... 65
Tabel 4.14 Tabel Mulitikolinieritas. ... 66
Tabel 4.15 Tabel Pengujian Autokorelasi. ... 68
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Regresi Linier Multipel ... 69
Tabel 4.17 Tabel Koefisien Determinasi ... 70
4
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH
BERDASARKAN STATUS PEMERINTAH DAERAH PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI JAWA BARAT Muhamad Fadjar Adi Pratama
Pembimbing: Dr.H.Nugraha.SE,M.Si.Ak.CA ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap kemandirian keuangan daerah dengan variabel moderasi status pemerintah daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barart periode 2008-2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif, dengan jumlah sampel sebanyak 26 Kab/Kota di Jawa Barat. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier multiple dengan pengujian simultan (uji F) dan pengujian parsial (uji t). Hasil penelitian uji F menunjukan hasil bahwa PAD dan status daerah memiliki pengaruh terhadap rasio kemandirian keuangan daerah sebesar 279,990. Hasil dari uji t dari penelitian ini menunjukan bahwa PAD memiliki pengaruh secara individual terhadap rasio kemandirian keuangan daerah dengan nilai 20,378 > 1,65685 . Artinya PAD berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah. Serta status pemerintah daerah memoderasi hubungan PAD terhadap rasio kemandirian keuangan daerah dengan nilai 9,980 > 1,65685. Artinya terdapat perbedaan PAD antara Kota dan Kabupaten yang menyebabkan rasio kemandirian keuangan daerah pada Kota dan Kabupaten berbeda. PAD kota lebih baik daripada PAD kabupaten sehingga rasio kemandirian keuangan daerah kota lebih baik daripada rasio kemandirian keuangan daerah kabupaten.
Kata kunci: PAD, Status Pemerintah Daerah, Rasio Kemandirian Keuangan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE INFLUENCE OF LOCAL REVENUE (PAD) TOWARDS THE LOCAL FINANCIAL INDEPENDENCE BASED ON THE STATUS OF LOCAL
GOVERNMENTS IN DISTRICTS AND CITIES IN WEST JAVA.
Muhammad Fajar Adi Pratama
Supervisor : Dr. H. Nugraha, SE, M.Si.Ak.CA ABSTRACT
This study aims to find out the influence of local revenues to the local financial independence by using the status of local government in districts and cities in West Java in 2008 – 2012 as moderation variable. This study used a verification descriptive method, with total sample of 26 districts / cities in West Java. Statistical analysis used is multiple linear regression analysis with simultaneous test (F test) and partial test (t test). Research by using the F test shows that the PAD and the local status has an influence on the local financial independence ratio at 279.990. t test results of this study indicate that the PAD had an influence on an individual basis towards the ratio of the local financial independence with thitung 20,378 > ttabel 1.65685. That means, PAD has positive effect on local financial independence. As well, the local government status moderate the PAD relationship towards local financial independence ratio with the values of thitung 9,980 > ttabel 1,65685. It means that there is a difference
between city and district’s PAD that led to different local financial independence ratio. PAD of the city is better than the district’s PAD so that the financial
independence ratio of the city is better than the ratio of the district's financial independence.
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan nuansa khusus desentralisasi kepada daerah, dimana kewenangan
daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali
kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter
dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang bersifat nasional. Fokus
pembangunan bangsa dalam setiap daerahnya diutamakan pada pengembangan
daerahnya masing-masing. Dengan kata lain, daerah diberi kewenangan yang luas
dalam mengolah sumber daya potensial yang dimiliki untuk menghasilkan
pendapatan yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan kegiatan
operasional daerah dan sumber pembiayaan pembangunan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004, tujuan dari desentralisasi fiskal di Indonesia adalah:
1. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) dalam konteks ekonomi makro.
2. Mengoreksi vertical imbalance, yaitu mereduksi ketimpangan antara keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal ini dilakukan dengan memperbesar taxing power daerah.
3. Mengoreksi horizontal imbalance, yaitu memperkecil disparitas antar daerah dengan mekanisme block grant/transfer dan memperbesar kewenangan daerah untuk menerapkan kebijakan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan sumber daya yang dimiliki.
4. Mengurangi tingkat ketergantungan daerah terhadap pusat.
5. Meningkatkan akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi dalam rangka peningkatan kinerja daerah.
6. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini menunjukkan bahwa otonomi daerah diharapkan dapat
meningkatkan kemandirian keuangan daerah dalam pengelolaan segala sumber
daya daerah dengan mengutamakan kepentingan publik. Mewujudkan
kemandirian keuangan daerah, pemerintah harus meningkatkan mutu pelayanan
publik dan perbaikan dalam berbagai sektor, yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah daerah diharapkan
dapat meningkatkan PAD untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembiayaan
dari pusat, sehingga dapat meningkatkan otonomi dan keuangan daerah.
Untuk dapat mewujudkan tingkat kemandirian yang tinggi, pendapatan asli
daerah (PAD) yang diterima pemerintah daerah harus di atas batas minimum
perolehan PAD, yaitu 20% dari total pendapatan daerahnya. Rahmi, A. (2013:2)
Terkait dengan pendapatan asli daerah, seorang pakar dari World Bank Glynn
Cochrane berpendapat bahwa batas 20% perolehan PAD merupakan batas
minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka
20% maka daerah tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang
mandiri.
Menurut Departemen Dalam Negeri kriteria kemandirian keuangan daerah
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah PAD/TPD (%) Kemandirian Keuangan Daerah
<10,00 Sangat Kurang
10,01 – 20,00 Kurang
20,01 – 30,00 Cukup
30,01 – 40,00 Sedang
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
>50,01 Sangat Baik
Sumber: Departemen Dalam Negeri
Dari tabel di atas, rasio kemandirian keuangan daerah dikatakan sangat baik
apabila rasionya di atas 50%, baik jika nilai rasio kemandiriannya lebih dari 40%
sampai dengan 50%, cukup jika nilai rasio kemandiriannya lebih dari 30%
sampai dengan 40%. Sedangkan apabila dibawah 20% maka status dari daerah
tersebut untuk tingkat kemandirian keuangan daerah masih kurang. Apalagi
dengan rasio kemandirian di bawah 10% artinya daerah tersebut sangat kurang
untuk menjalankan otonomi daerahnya.
Pada Kabupaten/Kota di Jawa Barat, PAD yang merupakan ukuran dari
kemandirian keuangan daerah, masih memiliki proporsi yang relatif kecil dari
total pendapatan daerah daerah. Hal ini dapat ditunjukkan oleh tabel berikut :
Tabel 1.2
Pendapatan Asli Daerah (total) pada Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2008-2012
Sumber : Hasil audit BPK, (data diolah)
Dari tabel di atas terlihat persentase PAD terhadap total pendapatan pada
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 tidak mencapai batas minimum 20%
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penurunan. Meskipun pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan persentase
menjadi 16.03%, tetapi belum mencapai batas minimum 20%. Artinya Provinsi
Jawa Barat belum bisa dikatakan sebagai daerah yang mandiri.
Dapat di lihat secara lebih rinci mengenai PAD pada Kabupaten dan Kota di
Jawa Barat Tahun 2012, sebagai berikut :
Tabel 1.3
Persentase PAD Terhadap Total Pendapatan pada Kab/Kota di Jawa Barat Tahun Anggaran 2012
(dalam miliar Rupiah)
NO. KAB/KOTA PAD TOTAL PENDAPATAN
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
20 KOTA BEKASI 730.735 2.678,890 27.28
Jumlah 7.845,761 48.937,479 16.03
Rata-rata 301.760 1.882,210 16.03
Sumber : Hasil audit BPK, (data diolah)
Pada tabel 1.3 terlihat persentase PAD terhadap total pendapatan yang
diterima oleh pemerintah daerah masih di bawah batas minimum 20%. Hanya ada
beberapa derah yang persentase PAD di atas batas minimum yaitu Kab. Bekasi
28.75%, Kab. Bogor 26.51%, Kab. Karawang 26.55%, Kota Bandung 27.42%,
Kota Bekasi 27.28%, Kota Bogor 22.18%, Kota Depok 29.04% dan Kota
Sukabumi 20.26%. Dari 26 kab/kota di Jawa Barat, ada 8 Kab/Kota yang
persentase PAD diatas batas minimum yang artinya Kab/Kota tersebut bisa
dikatakan sebagai daerah yang mandiri.
Status pemerintah daerah Kabupaten dan status pemerintah daerah Kota
memberikan perbedaan terhadap pertumbuhan ekonomi, keuangan daerah, kondisi
sosial, serta kebijakan pemerintahannya. Status daerah merupakan suatu
pengakuan nasional sebuah daerah sebagai suatu kabupaten atau kota. Kabupaten
dan kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah propinsi.
Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama yaitu
mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri
Menurut Undang-undang N0. 22 Tahun 1999, pemerintahan sendiri terbagi
dari pemerintahan daerah provinsi, pemerintahan daerah kabupaten, dan
pemerintahan daerah kota. Khusus untuk pemerintahan yang dianggap sejajar,
yaitu pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah daerah kota mempunyai
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Dari aspek luas wilayah, wilayah pemerintahan daerah kabupaten relatif
lebih luas daripada wilayah pemerintahan daerah kota. Oleh karena itu, di
wilayah kabupaten banyak terdapat desa tertinggal, dan untuk
menjangkau pemerataan pembangunan di seluruh wilayah dibutuhkan
anggaran yang lebih besar.
2. Dari aspek kependudukan, kepadatan penduduk di kabupaten lebih
rendah daripada kota. Kepadatan penduduk menjadi permasalahan bagi
pemerintah daerah dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan,
pendidikan, kesehatan, dan penanggulangan masalah-masalah sosial.
3. Dari aspek mata pencaharian penduduk, penduduk kabupaten umumnya
bergerak di bidang pertanian atau bersifat agraris, sementara penduduk
perkotaan bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa. Dalam
pembuatan kebijakan pembangunan daerah, prioritas di pemerintah
daerah kabupaten akan berbeda dengan pemerintah daerah kota,
khususnya dalam hal pelaksanaan urusan pilihan di daerah.
4. Dari aspek struktur pemerintahan, di wilayah kota dibentuk kecamatan
dan kelurahan, sementara di wilayah kabupaten terdapat kecamatan,
kelurahan, dan desa atau kampung. Kecamatan dan kelurahan merupakan
bagian dari pemerintah daerah kabupaten dan kota, yang menyatu dalam
hal pembuatan kebijakan dan anggaran dengan pemerintah daerah,
sementara Desa merupakan daerah otonom tersendiri di wilayah daerah
kabupaten, sehingga memiliki anggaran sendiri, termasuk sumber
pendapatan yang dialokasikan dari APBD kabupaten.
5. Dari aspek sosial budaya, penduduk kota memiliki tingkat pendidikan
dan kesehatan yang lebih baik daripada kabupaten. Fasilitas pelayanan
publik juga lebih baik di kota daripada di kabupaten.
6. Dari aspek perekonomian, rata-rata Produk Domestik Regional Bruto
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu
dalam waktu tertentu (satu tahun), sehingga merupakan salah satu
indikator perekonomian suatu daerah. Hal ini berimplikasi pada proporsi
sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat dipungut oleh
pemerintah daerah. Aktivitas ekonomi dan pendapatan (income) di kota
juga lebih besar daripada kabupaten
Banyak sekali perbedaan yang membedakan antara pemerintah daerah
kabupaten dan pemerintah daerah kota, meskipun dalam status pemerintahannya
sejajar. Dari beberapa perbedaan antara kabupaten dan kota, terlihat bahwa
pemerintahan daerah kabupaten masih tertinggal daripada pemerintahan daerah
kota. Hal ini disebabkan karena pembangunan banyak terdapat di kota sehingga
sumber penerimaan kota akan lebih besar daripada kabupaten. Selain itu dari
aspek perekonomian, rata-rata Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
kabupaten lebih rendah daripada PDRB kota. PDRB adalah total nilai barang dan
jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (satu
tahun), sehingga merupakan salah satu indikator perekonomian suatu daerah. Hal
ini berimplikasi pada proporsi sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat
dipungut oleh pemerintah daerah.
B. Identifikasi Masalah
Otonomi daerah adalah pemberian wewenang yang lebih luas kepada daerah
dalam mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri. Berkaitan dengan hal
tersebut, peran pemerintah dalam mengelola keuangan daerah sangat menentukan
berhasil tidaknya dalam menciptakan kemandirian keuangan daerah. Menurut
Halim (2004: 232)
“kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukkan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Hidayat (2000: 117) “bahwa apa yang dilakukan daerah dengan
berupaya optimal untuk meningkatkan PAD adalah salah satu upaya untuk
memperkuat kemandirian keuangan daerah”. Artinya ketika PAD meningkat maka
kemandirian keuangan daerah akan meningkat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan suatu pendapatan yang
menunjukkan suatu kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk
membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Pendapatan asli daerah dapat
dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam
memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya untuk membiayai
tugas dan tanggungjawabnya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sumber pendapatan asli daerah (PAD)
terdri atas :
1. Pajak daerah 2. Retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan
daerah. Karena itu, kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Sumber keuangan yang berasal
dari PAD lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar PAD.
Hal ini karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif
pemerintah daerah demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya.
Sementara sumber keuangan yang berasal dari bantuan pemerintah pusat,
umumnya sudah ditentukan untuk pembiayaan tertentu yang sifatnya mengikat.
Oleh karena itu sangat wajar jika pemerintah daerah berusaha bagaimana
memperoleh PAD semaksimal mungkin agar bisa memperoleh pendapatan yang
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kemandirian keuangan daerah, PAD harus bisa dioptimalkan melalui
pennggalian potensi sumber-sumbernya. Menurut Halim, (2004:105)
“Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan dari daerah yang perlu ditingkatkan, sehingga kemandirian dan otonomi daerah yang luas , nyata dan bertanggungjawab dapat terlaksana”.
Pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi sekarang adalah kondisi
ekonomi daerah yang berbeda. Daerah yang kurang potensinya akan kesulitan
meningkatkan PAD. Tingkat kemandirian keuangan daerah Wilayah Jawa Barat
dengan jumlah 26 Kabupaten/Kota akan berbeda-beda, karena potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan karakteristik pemerintah daerahnya
berbeda. Karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas (kekhususan)
sesuai dengan perwatakan tertentu yang membedakan sesuatu (orang) dengan
sesuatu yang lain (Poerwadarminta, 2006). Dengan demikian, karakteristik
pemerintah daerah merupakan ciri-ciri khusus yang melekat pada pemerintah
daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannya dengan daerah lain.
Status pemerintah daerah Kabupaten dan pemerintah daerah Kota
memberiakn perbedaan terhadap karakteristik pemerintahan daerah, baik yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, keuangan daerah, kondisi sosial, serta
kebijakan pemerintahannya. Pemerintahan sendiri terbagi dari pemerintahan
provinsi, kabupaten, dan kota. Banyak sekali perbedaan yang membedakan antara
kabupaten dan kota, meskipun dalam kedudukan pemerintahannya sejajar. Dari
beberapa perbedaan antara kabupaten dan kota, terlihat bahwa pemerintahan
kabupaten masih tertinggal daripada pemerintahan kota. Hal ini disebabkan
karena pembangunan banyak terdapat di kota sehingga sumber penerimaan kota
akan lebih besar daripada kabupaten. Selain itu dari aspek perekonomian, rata-rata
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kabupaten lebih rendah daripada
PDRB kota. PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
satu indikator perekonomian suatu daerah. Hal ini berimplikasi pada proporsi
sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang dapat dipungut oleh pemerintah
daerah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : “Pengaruh PAD Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Berdasarkan Status Pemerintah Daerah Pada Kabupaten Dan Kota Di Jawa Barat”
C. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran PAD Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
2. Bagaimana gambaran kemandirian keuangan daerah Kabupaten dan
Kota di Jawa Barat.
3. Bagaimana pengaruh PAD terhadap kemandirian keuangan daerah
berdasarkan status pemerintah daerah pada Kabupaten dan Kota di
Jawa Barat.
D. Maksud Dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan data, mempelajari,
menganalisis, serta menyimpulkan mengenai pengaruh PAD terhadap rasio
kemandirian keuangan daerah berdasarkan status pemerintah daerah pada
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran PAD Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
b. Untuk mengetahui gambaran kemandirian keuangan Daerah
Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
c. Untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap kemandirian keuangan
daerah berdasarkan status pemerintah daerah pada Kabupaten dan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperluas
pengetahuan mengenai akuntansi sektor publik dan akuntansi sektor pajak
dalam hal ini yaitu ilmu pemerintahan mengenai pengelolaan keuangan daerah
pada Pemerintah Daerah Se-Provinsi Jawa Barat khususnya mengenai
pengaruh PAD terhadap rasio kemandirian keuangan daerah berdasarkan
status pemerintah daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Pemerintah Daerah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
membantu pemerintah daerah dalam mengambil keputusan terutama
yang berkaitan dengan PAD melalui penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah dan sumber penerimaan yang sah lainnya guna mewujudkan
kemandirian keuangan daerah.
b. Bagi Masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang
bagaimana keuangan daerah itu dikelola untuk dapat meningkatkan PAD
sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat.
c. Bagi Peneliti.
Penelitian ini akan menambah pengetahuan yang berharga dari dunia
praktis dan merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan analisis
yang dipelajari selama ini dan sebagai syarat untuk dapat lulus serta
mendapat gelar Sarjana Strata-1 Pendidikan Akuntansi. Manfaat bagi
dunia pendidikan adalah penulis dan pembaca dapat sama-sama
mengetahui lebih jauh perkembangan PAD terhadap kemandirian
keuangan daerah yang terbaru. Selain itu, penulis dan pembaca juga
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di bangku kuliah sehingga dapat memberikan masukan teori secara lebih
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Umar (2006:4), “Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan”.Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif verifikatif
dengan pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan antara satu variabel dengan
variabel lain. “Adapun yang dimaksud dengan metode verifikatif adalah
Penelitian yang bertujuan mengecek kebenaran hasil penelitian lain atau penelitian sebelumnya” (Arikunto, 2006:8).
Dengan demikian metode deskriptif verifikatif ini digunakan untuk
mengetahui dan memberikan gambaran besarnya pengaruh PAD terhadap rasio
kemandirian keungan daerah berdasarkan status pemerintah daerah pada
Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.
B. Operasionalisasi Variabel
Menurut Arikunto (2006:86) menyatatakan bahwa, “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titip perhatian suatu penelitian”.
Definisi variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber
di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah
dalam membiayai pembangunan danusaha-usaha daerah untuk
memperkecil ketergantungan dana daripemerintah pusat. Pendapatan Asli
Daerah terdiri dari pajakdaerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yangdipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah.
2. Menurut Undang-undang N0. 22 Tahun 1999, pemerintahan sendiri
terbagi dari pemerintahan daerah provinsi, pemerintahan daerah
kabupaten, dan pemerintahan daerah kota. Status daerah merupakan
suatu pengakuan nasional sebuah daerah sebagai suatu kabupaten atau
kota. Kabupaten dan kota adalah pembagian wilayah administratif di
Indonesia setelah propinsi. Secara umum, baik kabupaten dan kota
memiliki wewenang yang sama yaitu mengatur dan mengurus
pemerintahannya sendiri
3. Kemandirian Keuangan Daerah
Sebagaimana tercantum dalam UndangUndang Nomor 32 tahun 2004 bahwa, “Kemandirian keuangan daerah berarti pemerintah dapat melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri,
melaksanakan sendiri, dalam rangka asas desentralisasi. Menurut Abdul
Halim (2001:167) “Kemandirian keuangan daerah artinya daerah harus
memiliki keuangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber
keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaran pemerintahannya”. Pengertian kemandirian keuangan daerah dikemukakan oleh Abdul Halim (2008:232) “kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kemandirian
keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam menggali
dan mengelola sumber daya atau potensi daerah yang dimilikinya secara
efektif dan efisien sebagai sumber utama keuangan daerah yang berguna
untuk membiayai kegiatan penyelenggaran pemerintahan di daerah.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala
PAD (X) PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri
yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang- Lain-lain PAD yang sah
Hasil jumlah dari sumber sebuah daerah sebagai suatu kabupaten atau kota.
Status Pemerintah Daerah Kabupaten dan Status
Pemerintah Daerah Kota Rasio
Kemandirian
Bisa dilihat dari perbandingan antara jumlah PAD dengan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Populasi dan Sampel atau Sumber Data Penelitian 1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan dari objek penelitian yang diperkiarakan
memiliki sifat dan ciri yang sama kemudian dipelajari dan peneliti menarik
kesimpulan. Menurut Sugiyono (2012:115), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Populasi yang berkaitan dengan penelitian ini adalah semua Kabupatan/Kota
di Wilayah Provinsi Jawa Barat yang berjumlah 26.
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”(Sugiyono, 2012 : 62). Teknik sampling merupakan suatu
teknik atau cara dalam pengambilan sampel. Teknik sampling yang digunakan di
dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2007:68):
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
Sampel pada penelitian ini adalah 26 pemerintah daerah setingkat
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini bersumber dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
BPK 26 Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat selama 5 tahun terhitung dari
tahun 2008-2012. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis deskriptif dengan data panel. Widarjono (2012:9) mengemukakan “data
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, cara yang
digunakan adalah studi dokumentasi, dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen Laporan Keuangan Pemerintah yang berkaitan dengan data
yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini.
Data yang digunakan oleh penulis diperoleh dari website resmi Badan
Pemeriksa Keuangan RI di http://www.bpk.go.id.
E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh gambaran mengenai PAD dan kemandirian keuangan
daerah, maka dilakukan analisis data terhadap data-data yang diperoleh dengan
menggunakan analisis statistika, yaitu untuk menganalisis data dengan skala rasio
a. Untuk memperoleh gambaran tingkat kemandirian keuangan daerah
Dihitung berdasarakan rasio PAD terhadap total penerimaan pemeritah
Daerah (TPD). Halim (2004 : 24) menjelaskan perhitungan dengan
menggunakan rumus :
Rasio PAD terhadap TPD = PAD x 100% TPD
Hasil perhitungan tersebut kemudian dideskripsikan, dibantu
dengan tabel pola hubungan dan tingkat kemampuan daerah sebagai
berikut :
Tabel 3.2
Pola Hubungan Kemandirian
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rendah sekali 0 – 25% Instruktif
Rendah 25%- 50% Konsultif
Sedang 50%-75% Partisipatif
Tinggi 75%-100% Delegatif
Sumber: (Halim, 2004 :189)
2. Uji Linieritas
Kegunaan uji linieritas adalah untuk melihat apakah variabel independen dan
variabel dependen mempunyai hubungan yang linier atau mempunyai hunbungan
non linier. Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin
Watson dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (DW) dan nilai dL
dalam tabel Durbin Watson. Dengan kriteria keputusan apabila DW > dL maka
data berbentuk linear dan apabila DW < dL maka data tidak berbentuk linear.
3. Uji Asumsi Klasik
1) Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas menurut Ghozali (2006:91) bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independent).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen.
Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas
adalah dilihat dari Tolerance Value (TV) dan lawannya Variance
Inflation Factors (VIF) dengan menggunakan SPSS.Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dengan demikian nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. (Ghozali,
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Batas VIF adalah 10 dan TV adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari
10 dan nilai TV lebih kecil dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas.
2) Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X
adalah residual. Dasar analisis heteroskedastisitas adalah sebagai
berikut:
- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
- Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2006:105)
3) Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumny). Jika terjadi
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time
series) karena gangguan pada seseorang individu / kelompok cenderung
mempengaruhi gangguan pada individu / kelompok yang sama pada
periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah
autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang
berbeda berasal dari individu. Kelompok yang berbeda.Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2006:95).
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Regresi Linier Multipel
Menurut Sugiyono (2013:275) Analisis regresi multipleakan dilakukan bila
jumlah variabel independennya minimal dua. Dengan persamaan regresi untuk n
prediktor adalah:
Dalam penelitian ini rumus regresi liniernya menjadi:
Keterangan :
̂ = rasio kemandirian keuangan daerah
= konstanta persamaan regresi
= angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan
variabel independen. Bila (+) arah garis naik, bila(-) maka arah garis turun.
= PAD
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menentukan apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Dengan
menggunakan rumus F yang diformulasikan sebagai berikut:
Sudjana (2004:19)
Keterangan :
= Jumlah Kuadrat Regresi
= Jumlah kuadrat sisa N = Jumlah data
k = Jumlah variabel independen
Menurut Sudjana (2004:19), langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji
keberartian regresi adalah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah kuadrat regresi (JKReg) dengan rumus
JK
reg=
y
b) Mencari jumlah kuadrat sisa (JKres) dengan rumus:
∑( ̅)
∑ ∑
Selanjutnya yaitu menentukan dk pembilang k dan dk penyebut (n-k-1). Uji F
statistik ini digunakan untuk mengetahui keberartian regresi dengan
membandingkan dengan dengan taraf nyata α = 0,05 maka dapat
disimpulkan dengan kriteria sebagai berikut :
Jika > , maka dinyatakan regresi berarti
Jika ≤ , maka dinyatakan regresi tidak berarti
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen.
Uji t bertujuan untuk mencari makna hubungan variabel X terhadap variabel
Y. pengujian hipotesis (uji t) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
t=
(Sudjana, 2004: 31)
Dimana:
bi = koefisien regresi ke-i
= galat baku koefisien b yang ke – i
Tahap-tahap pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Hipotesis 1
Ha : ß > 0 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif
terhadap Kemandirian Keuangan Daerah berdasarkan
Status Pemerintah Daerah pada Kabupaten dan Kota di
Jawa Barat.
H0 : ß < 0 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) bepengaruh negatif
terhadap Kemandirian Keuangan Daerah berdasarkan
Status Pemerintah Daerah pada Kabupaten dan Kota di
Jawa Barat.
Menentukan taraf signifikansi. Taraf signifikansinya 5%
a. Menentukan t hitung
b. Menentukan t tabel
c. Kriteria pengujian:
Jika thitung > nilai ttabel maka H0 ditolak dan menerima Ha
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pemerintah daerah
Kabupaten dan Kota di Jawa Barat tahun anggaran 2008-2012, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sumber penerimaan daerah pada kabupaten dan kota di Jawa Barat bersumber
dari pendapatana asli daerah (PAD), pendapatan transfer, dan lain-lain
pendapatan yang sah. Selama 5 tahun terakhir dari periode 2008 sampai
dengan 2012, rata-rata PAD daerah pada Kota lebih besr dibandingkan PAD
pada Kabupaten. Hal ini disebabkan karena potensi sumber-sumber PAD di
Kota lebih baik daripada di Kabupaten.
2. Tingkat rasio kemandirian keuangan daerah pada kabupaten dan kota di Jawa
Barat masih di bawah rasio kemandirian keuangan daerah yang ditetapkan
Departemen Dalam Negeri sebesar 20%. Rata-rata rasio kemandirian
keuangan daerah pada Kota lebih baik dibandingkan rasio kemandirian
keuangan daerah pada Kabupaten.
3. Berdasarkan pegujian pengaruh PAD terhadap rasio kemandirian keuangan
daerah, diketahui bahwa PAD berpengaruh positif terhadap kemandirian
keuangan daerah. Artinya ketika PAD meningkat, maka rasio kemandirian
keuangan daerah ikut meningkat.
4. Status pemerintah daerah memoderasi hubungan PAD terhadap rasio
kemandiian keuangan daerah pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Status
daerah memberikan perbedaan terhadap PAD dan rasio kemandirian
keuangan daerah. Rasio kemandirian keuangan daerah pada pemerintah Kota
lebih baik daripada rasio kemandirian keuangan daerah pada pemerintah
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Saran
1. PAD merupakan tolok ukur untuk rasio kemandirian keuangan daerah.
Semakin tinggi PAD tersebut maka semakin tinggi juga rasio kemandirian
keuangan daerahnya. Itu berarti akan semakin mengurangi ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Hal ini menunjukan
tercapainya salah satu tujuan dari otonomi daerah. Salah satu cara
meningkatkan PAD adalah dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi
pemungutan pajak sebagai sumber PAD yang dominan.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi rasio kemandirian keuangan daerah, salah satunya
adalah faktor PDRB, serta dengan menambahkan sampel yang digunakan dan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA Buku
Ahmad, Yani. (2002). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Jakarta: Grafindo
---. (2008). Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Jakarta: Grafindo
Arikunto, S. (2006). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik . Jakarta: Rineka.
Brata Kusumah, D. (2001). Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta : PT Gramedia
Erry, Achmad. 2005. 9 Kunci Sukses Tim Sukses Dalam Pilkada Langsung.
Jakarta:Galang Press
FPEB. (2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi. Bandung: Prodi Pendidikan Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
Hessel, Nogi S.Tangkilisan (2007). Manajemen Publik. Jakarta : Grasindo
Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Edisi
4.Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Halim, A. (2001). Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
---. (2002). Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat
---. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keitga. Jakarta: Salemba Empat
---. (2004). Seri Bunga Rampai Manajmenen Keuangan daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hidayat, Syarif. (2000). Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan ke
Depan. Jakarta: Pustaka Quantum
Kuncoro, Mudrajad. (2004). Otonomi & Pembangunan Daerah Reformas,
Perencanaan,Strategi, dan Peluang, Jakarta : Erlangga.
Mardiasmo (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
--- (2004). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Munawir, S. (1992). Pokok-pokok Perpajakan. Yogyakarta : Liberty
Poerwadarminta. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Rosidini, Utang (2010), Otonomi Daerah dan Desentralisas. Bandung : Pustaka Setia
Sudjana. (2004). Teknis Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
--- (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung Alfabeta
Suparmoko. (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta : Andi Offset
Umar, H. (2006). MetodeRisetBisnis. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama.
Widarjono, A. (2013). Ekonometrika (Pengantar dan Aplikasinya). Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Widjaja, 2004, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Jurnal
Hari, Priyo, A. (2012), ” Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Era Otonomi dan
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Julitawati, Ebit (2012), “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhdapa Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Provinsi Aceh.” Jurnal Akuntansi Vol 1 No. 1, Agustus 2012 (1-15)
Nyoman, I, Darmayasa. (2013), “Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Bagi Hasil
Pajak Sebagai Penopang Kemandirian Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi
Politeknik Negeri Bali. Vol 9 No 2 Juli 2013 (121-129)
Riduansyah, Mohammad (2003), “ Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan
Otonomi Daerah (Studi kasus pemerintah daerah kota Bogor).” Makara
Sosisal Humaniora. Vol 7 No. 2, Desember 2003 (49-57)
Rinaldi, Udin (2012), “Kemandirian Keuangan Dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah”. Jurnal Ilmiah STIE Indonesia. Vol 8 No 2, Juni 2012 (105-113)
Setyaningrum, Dyah (2012), “Analisis Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol 9 No. 2, Desember 2012 (154-170) Wenny, Cherrya, Dhia (2012). “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota
Di Propinsi Sumatera Selatan.” Jurnal Ilmiah STIE MDP. Vol.2 No. 1,
September 2012 (39-51)
Sumber Skripsi :
BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Propinsi Dalam Era Otonomi
Daerah : Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya yang dilakukan Daerah.
Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.
Lugina, A.D (2012). Pengaruh Penerimaan Daerah Terhadap Kemandirian
Daerah di Kabupaten/Kota Wilayah Provinsi Jawa Barat. Skripsi
Bandung: Program Studi Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia
Muliana. (2009). Pengaruh Rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota Di
Sumatera Utara, Skripsi USU : Medan.
Rahmi, A. (2013). Pengaruh Intensifikasi dan Ekstensifikasi Terhadap
Muhamad Fadjar Adi Pratama, 2014
Pengaruh pendapatan asli daerah (pad) terhadap Kemandirian keuangan daerah Berdasarkan status pemerintah daerah Pada kabupaten dan kota Di jawa barat Tahun 2008-2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keuangan Daerah Kota Padang. Skripsi Padang: Program Studi
Akuntansi Universitas Negeri Padang.
Yuliyaningtyas, Rukmita, R. (2010). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Skripsi Surakarta: Program Studi Akuntansi
Universitas Sebelas Maret.
Peraturan Pemerintah dan Perundang-undangan :
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
UU No. 28 tahun 2009 tentang Retribusi Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Departemen Komunikasi dan Informatika. Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Departemen Komunikasi dan Informatika. Jakarta.
Sumber Internet
Website BPK RI www.bpk.go.id
Website Departemen Keuangan RI http://www.djpk.depkeu.go.id