• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEBUGARAN JASMANI DILIHAT DARI INDEKS MASSA TUBUH DI SMAN 9 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEBUGARAN JASMANI DILIHAT DARI INDEKS MASSA TUBUH DI SMAN 9 BANDUNG."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEBUGARAN JASMANI DILIHAT DARI INDEKS MASSA TUBUH

DI SMA NEGERI 9 BANDUNG

(Penelitian Deskriptif Terhadap Siswa SMA N 9 Bandung Tahun Ajaran

2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

oleh

Anggi Fauzi Mukti

0907099

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PROFIL KEBUGARAN JASMANI DILIHAT DARI INDEKS MASSA TUBUH

DI SMA NEGERI 9 BANDUNG

Oleh

Anggi Fauzi Mukti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Anggi Fauzi Mukti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

(3)

0907099

PROFIL KEBUGARAN JASMANI DILIHAT DARI INDEKS MASSA TUBUH DI SMA N 9 BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

dr. Lucky Angkawidjaja R., M.Pd NIP. 197103282000121001

Pembimbing II

dr. Ikbal Gentar Alam NIP. 197610152008011000

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

i

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA N 9 Bandung

Anggi Fauzi Mukti (0907099)

Kebugaran jasmani untuk tingkat pelajar saat ini masuk ke dalam kategori buruk atau kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain: umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, keadaan kesehatan, berat badan, tidur atau istirahat dan kegiatan jasmani atau fisik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat kebugaran jasmani siswa SMA N 9 Bandung secara proporsional dengan karakteristik berat badan yaitu; sangat kurus, kurus, Ideal, kelebihan berat badan, dan obesitas. Jumlah sampel penelitian menggunakan rumus Isaac dan Michael dan teknik sampling menggunakan proportionate stratified random sampling. Setelah mendapatkan data maka penelitian dilakukan dengan teknik analisis deskripsi persentase. Dari data yang telah dikumpulkan, didapatkan nilai rata-rata kebugaran jasmani kelompok sangat kurus adalah 11,57, kurus 12,33, kelompok Ideal 13,68, kelompok kelebihan berat badan 12,64 dan kelompok obesitas 10,43. Kesimpulannya adalah semua anggota populasi dari Indeks Massa Tubuh Mempunyai nilai kebugaran jasmani dengan kategori kurang. Siswa kelompok berat badan kurang dan kelebihan berat badan mempunyai nilai rata-rata lebih kecil dibanding dengan kelompok siswa berstatus ideal.

(5)

ii ABSTRACT

Anggi Fauzi Mukti (0907099). The Study entitled: Physical Fitness Of High

School Student 9 Bandung With The Caracteristics Body Mass Index.

Level of physical fitness for student curently in a bad or less category, the factors that influence physical fitness include: age, gender, somatotipe, state of health, weight and height, sleep or rest and physical activity. This study conducted to describe the level of physical fitness of High School student 9 Bandung with the caracteristics Body Mass Index in proportion : severe thinness, thinness, normal, overweight, obesity. The number of research samples using the formula Isaac and Michael and sampling technique used were proprtionate stratified random sampling. After getting the test results of TKJI further research was done by using descriptive analysis percentages, the results of wich have been collected, obtained an average value of physical fitness severe thinness group is 11,57, thinness 12,33, normal 13,68, overweight 12,64, and obesity 10,43. The conclusion is that all members of the population have a Body Mass Index value of physical fitness with the category “less” group of student with underweight and overweight have an average value is smaller than the group of student who have a normal weight

(6)

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI ABSTRAK... PERNYATAAN... UCAPAN TERIMAKASIH... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN………...

A. Latar Belakang Masalah………... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……….…. C. Tujuan Penelitian……….…... D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian………...….... E. Struktur Organisasi Skripsi……….... BAB II. KAJIAN PUSTAKA... A. KAJIAN PUSTAKA...

1. Kebugaran Jasmani………...

a. Pengertian……….…..

b. Komponen Kebugaran Jasmani...………... c. Tujuan Kebugaran Jasmani……….... d. Faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani…...………... e. Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Menengah Atas………...

f. Upaya Sekolah………....

2. Indeks Massa Tubuh….………... a. Definisi Indeks Massa Tubuh………....

(7)

Anggi Fauzi Mukti, 2014

b. Indeks Massa Tubuh Dewasa……….... c. Indeks Massa Tubuh Asia Fasifik………... d. Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh………... e. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh……….... 1) Sangat Kurus………..……...

2) Kurus...……….…...

3) Ideal...………... 4) Kelebihan Berat Badan... 5) Obesitas.……….………... f. Sedentary Life Style ... g. Metabolisme dan Asupan Energi Tubuh Dengan Aktivitas

Fisik... BAB III. METODELOGI PENELITIAN...

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian…...……….…... B. Desain Penelitian……….………... C. Metode Penelitian………...……... D. Definisi Operasional ………..…………... E. Instrumen Penelitian…...……….……….………... F. Langkah-langkah Penelitian………....………... G. Teknik Analisis Data... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Analisis dan Deskripsi Data ..………... 1. Kriteria Klasifikasi Indeks Massa Tubuh …... 2. Lari Sprint 60 meter ………... .. 3. Angkat Tubuh ...……….. 4. Tes Baring Duduk ………...

5. Loncat Tegak ………...

6. Lari Jarak Jauh 1200 dan 1000 meter ………... 7. Tingkat Kebugaran Jasmani secara Keseluruhan …………...

(8)

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Diskusi Penemuan ………... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya adalah, setelah seseorang melakukan pekerjaannya, orang tersebut masih memiliki cukup semangat dan energi untuk menikmati waktu luangnya maupun untuk keperluan mendadak lainnya (Wiarto, 2013:169).

Kebugaran jasmani yang tinggi sangat diperlukan oleh semua orang termasuk peserta didik, dengan kebugaran jasmani yang tinggi, siswa dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dalam waktu yang relatif lama daripada siswa yang memiliki kebugaran jasmani rendah. selain itu kebugaran jasmani yang rendah juga berdampak luas meliputi hampir segala bidang kehidupan manusia; sosial, ekonomi, politik, dan budaya akan terkena imbasnya. Jika status kebugaran jasmani khususnya peserta didik itu rendah maka perkembangan intelektualnya akan mengalami gangguan. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa kebugaran jasmani berkorelasi positif terhadap prestasi akademik siswa.

Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik atau jasmani, sehingga kemampuan fisik atau jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia. Oleh karena itu untuk setiap aktivitas kita sehari-hari, minimal kita harus mempunyai kemampuan fisik atau jasmani yang selalu mampu mendukung tuntutan aktivitas, Giriwijoyo (2010)

Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani yaitu; jenis kelamin, bentuk badan, keadaan kesehatan, tidur atau istirahat, kegiatan jasmaniah, dan berat badan. Hapsari dkk., 2007 dalam Sidratulmuntaha (2013) mengemukakan bahwa status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia. Semakin bagus status gizi seseorang maka semakin baik pula kualitas fisiknya.

(10)

2

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seseorang adalah jumlah dari energi yang dikeluarkan dalam keadaan istirahat atau disebut BMR (Basal Metabolic Rate), ditambah dengan energi yang dikeluarkan untuk pencernaan makanan dan absorbsi zat-zat gizi atau SDA (Specific Dynamic Action), ditambah lagi energi yang dikeluarkan untuk bekerja atau aktivitas olahraga. Dalam terminologi yang lebih spesifik, badan terdiri atas jaringan aktif atau disebut sebagai lean body mass dan fat mass sebagai deposit energi utama di dalam tubuh. Jadi berat badan sama dengan lean bodymass + fat mass.

Dari penelitian sebuah program pengukuran indeks keberhasilan olahraga Nasional, didapatkan hasil tingkat kebugaran jasmani Indonesia adalah 4,07% untuk kategori baik. Ini berarti lebih dari 95% kondisi kebugaran jasmani masyarakat Indonesia kurang baik, atau bahkan sangat buruk. Untuk gambaran kondisi kebugaran jasmani pelajar sesuai dengan survey yang dilakukan oleh pusat kebugaran jasmani Nasional tergambar bahwa tingkat kebugaran jasmani pelajar SD, SMP, SMA atau Sederajat yang memiliki kategori sangat baik adalah 0%, kategori baik 7%, sementara sisanya adalah kategori sedang.

Hasil penelitian Sjarif (2004) di Sekolah Menengah Atas Al-Azhar Medan menyatakan kasus obesitas pada remaja wanita adalah sebesar 10,2%. Lebih lanjut data dari laporan dinas kesehatan tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada umur diatas 15 tahun adalah sebanyak 10,3%. Sebanyak 12 provinsi mempunyai prevalensi obesitas umum pada penduduk umur lebih dari sama dengan 15 tahun salah satunya adah Jawa Barat. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi nasional obesitas laki-laki sebanyak 13,9%, dan perempuan 23,8%. (riset kesehatan dasar, Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007).

(11)

3

bahwa dari 80 subjek, kategori kesegaran jasmani: Jelek ada 18,7 %, Kurang 27,5 %, Sedang 32,5 %, Baik 20 %, dan Baik Sekali 1,3 %, sedangkan status gizi: Gemuk ada 13 %, Normal 80 %, Kurang Gizi I 12,5 %, Kurang Gizi II 7,5 %, dan Kurang Gizi III 2,5 %.

Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik, dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supriasa, 2012).

Bell et al., 2001 (Destyana dkk., 2009), mengemukakan bahwa terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrening obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Lingkar pinggang merupakan pengukur distribusi lemak abdominal yang mempunyai hubungan erat dengan indeks massa tubuh. Pengukuran IMT berbeda dengan pengukuran badan dengan teknik antropometri, pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk pelaksananya (Sirajudin, 2012).

Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT bukan merupakan sebuah pengukuran berat badan yang akurat namun merupakan salah satu rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO. Seperti dalam penelitian Niarsari dkk. menyebutkan bahwa World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan sebuah metode pengukuran untuk

(12)

4

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Sarwono (2008), IMT hingga kini dipakai secara luas untuk menentukan status gizi seseorang. Hasil survei di beberapa negara, menunjukkan bahwa IMT ternyata merupakan suatu indeks yang responsif, sensitif terhadap perubahan keadaan gizi, ketersediaan pangan menurut musim, dan produktivitas kerja (Husaini, 1996).

Dalam Goi (2012) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan metode paling praktis dalam menentukan tingkat overweight dan obesitas pada responden dewasa dibawah umur 70 tahun (WHO, 2006). ). Selain itu Kusumadewi (2009), Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi (Permaisih, 2007). IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan indeks berat badan sehat yang sekarang banyak juga dipakai dan berlaku untuk orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun (Eka, 2011).

Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal, gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perlu diketahui bahwa anak yang pendek pun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka perlu mempertahankan berat badan normal, Sirajudin (2012).

(13)

5

Berdasarkan pembahasan yang ditulis oleh peneliti diatas mengenai rendahnya kebugaran jasmani, dan beberapa faktor penyebabnya. Diantaranya yaitu faktor atau pengaruh berat badan berlebih dan kurang terhadap kebugaran jasmani. Serta bagaimana kebugaran jasmani siswa Sekolah Menengah Atas dilihat dari Indeks Massa Tubuh secara proporsional.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa di SMA N 9 Bandung dilihat secara proporsional berdasarkan Indek Massa Tubuh?

C.Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai tujuan dan tujuan yang akan dicapai harus berkaitan erat dengan masalah yang dipilih. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa SMA N 9 Bandung dilihat secara proporsional berdasarkan Indeks Massa Tubuh.

D.Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi kemajuan dunia pendidikan khusunya pendidikan jasmani, tentunya juga bagi kepentingan penulis, pihak sekolah dan guru- guru penjas khususnya.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis : Dapat memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran penjas dan dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang sama.

(14)

6

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E.Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari: BAB I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikasi penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran.

Bab ini memuat tentang landasan teori yang dibandingkan, dikontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dan dikaitkan dengan masalah yang akan diteliti.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari populasi dan sampel penilitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, langkah-langkah penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV:Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memaparkan hasil penelitian serta pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Saran

(15)

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang menjadi acuan sebuah penelitian dan penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandung, berlokasi di Jl. LMU. Suparmin 1A Telp. 022-6123806 Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek, atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:117). Maka dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa-siswi yang terdaftar aktif di SMA Negeri 9 Bandung.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu (Sugiyono, 2012:118)

Untuk mendapatkan jumlah populasi setiap kelompok berdasarkan kriteria dari klasifikasi berat badan Indeks Massa Tubuh dari WHO yaitu : sangat kurus, kurus, ideal, Kelebihan berat badan, obesitas, dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang dilakukan kepada semua siswa, dilanjutkan dengan penghitungan jumlah sampel dengan sampel yang berstrata, dengan rumus di bawah ini:

(16)

43

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menentukan jumlah sampling yang berstrata atau yang dikelompokan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

Diketahui jumlah populasi 1100 dan menggunakan taraf kesalahan 5% dalam tabel 3.1, maka jumlah sampelnya 265.

a) Sangat Kurus = n/1100 X 265 = ...

b) Kurus = n/1100 X 265 = ...

c) Ideal = n/1100 X 265 = ...

d) Kelebihan berat badan = n/1100 X 265 = ...

e) Obesitas = n/1100 X 265 = ...

ket: n = Jumlah sampel

1100 = N/jumlah populasi keseluruhan. 265 = jumlah s dari taraf kesalahan 5%.

Pada peritungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas, setelah menentukan jumlah sampel setiap klasifikasi maka dilakukan dengan teknik Proportionate stratified Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Di bawah ini Gambaran jumlah populasi dan sampel dapat ditunjukan pada gambar berikut, dengan populasi 1000 dan sampel 258 (Sugiyono, 2012:131) :

50

13

300 78

500 129

26

100 13

50

Gambar 3.1

(17)

44

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Tabel.3.1

Penentuan Jumlah Sampel Dari Populasi Tertentu Dengan Taraf Kesalahan 1%, 5%, Dan 10%

B.Desain Penelitian

(18)

45

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat kebugaran jasmani pada siswa berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh.

C.Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry), menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki (Nana Syaodih, 2011:52).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau mengggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, persamaan dan perbedaannya dengan yang lain (Nana Syaodih, 2011:72).

D.Definisi Operasional 1. Kebugaran Jasmani

Kebugaran Jasmania adalah kesanggupan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Nurhasan, 2007).

Kebugaran jasmani adalah sebuah konsep yang hubungan dengan kualitas

kemampuan fungsi organ tubuh untuk menjalankan tugas dan gerak dalam

kehidupan

sehari-hari, dan setiap tugas memiliki tingkatan tuntutan masing-masing. Karena

itu,

konsep kebugaran jasmani berkembang menjadi dua macam, yaitu kebugaran

yang

berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan performa atau

prestasi olahraga (Sarwono, 2008).

2. Indeks Massa Tubuh

(19)

46

Anggi Fauzi Mukti, 2014

tahun. IMT ditentukan berdasarkan berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (meter). IMT hingga kini dipakai secara meluas untuk menentukan status gizi seseorang. Dengan rumus indeks Quetelet (berat badan kg/ tinggi badan m²) di bawah ini 5 kriterianya:

a) Sangat Kurus b) Kurus

c) Normal atau ideal d) Kelebihan berat badan e) Obesitas

IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Menurut rumus metrik:

Berat badan (Kg)

IMT = --- [Tinggi badan (m)]2

E.Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat diperlukan sebuah instrumen yang nantinya dipakai oleh peneliti, dalam penelitian ini memerlukan beberapa instrumen yaitu :

1. Pengukuran berat badan seseorang menggunakan Indeks Quetelet atau sekarang sering dikenal sebagai Indeks Massa Tubuh (IMT). Dengan rumus (berat badan Kg/ tinggi badan m²) . untuk mempermudah bisa dilihat dan dicocokan dari tabel WHO.

Alat ukur berat badan dan tinggi badan yaitu : a) Timbangan ( Timbangan digit body fat)

b) Pengukur tinggi (Mikrotois)

2. Tes kebugaran jasmani menggunakan tes kebugaran jamani Indonesia yang terdiri dari lima butir tesnya dengan rangkaian butir tesnya yaitu;

(20)

47

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan norma tes untuk tingkat Sekolah Menengah Atas, di bawah ini tes kebugaran jasmani Indonesia untuk tingkat SMA.Butir-Butir tes nya terdiri dari :

a) Lari cepat 60 meter.

b) Tes angkat tubuh (30 detik untuk putri, 60 detik untuk putra) c) Tes baring duduk 60 detik.

d) Tes Loncat tegak.

e) Tes lari jauh (1200 meter unutk putra, 1000 meter untuk putri)

Tes kebugaran jasmani Indonesia, mempunyai derajat reliabilitas dan validitasnya. Untuk setiap tingkatan sekolah sebagaimana tertera pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Kebugaran Jasmani Indonesia Tingkatan sekolah Reliabilitas Validitas

Sekolah Dasar 0,89 0,92

Sekolah Menengah Pertama 0,96 0,95

Sekeolah Menengah Atas 0,72 0,92

1. Lari Cepat 60 Meter

Gambar 3.2 Tes Lari Cepat 60 Meter Tujuan : Untuk mengukur kecepatan Lari. Alat / fasilitas :

(21)

48

Anggi Fauzi Mukti, 2014 b) Peluit.

c) Stop Watch.

d) Bendera start dan tiang pancang.

Pelaksanaannya : subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri, aba abanya “ya” subyek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 60 meter. Pada saat subyek menyentuh atau melewati garis finish stopwatch dihentikan.

2. Tes angkat tubuh (pull up) putra 60 detik, putri 30 detik

Gambar 3.3

Tes Pull Up Atau Angkat Tubuh

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot bahu. Alat/fasilitas :

a) Lantai yang rata dan bersih.

b) Palang tunggal, yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga subyek dapat bergantung.

c) Stop watch.

d) Formulir pencatatan hasil.

(22)

49

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Tes baring duduk (sit up) waktu 60 detik.

Gambar 3.4

Tes Sit Up Atau Baring Duduk

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut. Alat/fasilitas :

a) Lantai/lapangan rumput yang bersih. b) Stop watch.

c) Formulir pencatat hasil. d) Alat tulis.

(23)

50

Anggi Fauzi Mukti, 2014 4. Loncat Tegak (Vertical Jump)

Gambar 3.5

Tes Vertical Jump Atau Loncat Tegak

Tujuan : mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai. Alat/fasilitas :

a) Dinding yang rata dan juga lantai yang rata/ ruangan yang cukup luas.

b) Papan berwarna gelap berukuran 30x150 cm, berskala satuan ukuran sentimeter, yang digantung pada dinding, dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan skala ukuran 150 cm.

c) Serbuk kapur dan alat penghapus.

d) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis.

(24)

51

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan subyek tersebut. Subyek diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali.

5. Tes Lari jarak jauh (1200 meter untuk putra, 1000 meter untuk putri)

Tujuan : mengukur daya tahan (cardio respiratory endurance) Alat/fasilitas :

Gambar 3.6

Contoh Track Lari Untuk Lari Jarak Jauh

a) Lapangan yang rata atau lintasan yang telah di ketahui panjangnya mudah untuk menentukan jarak 1200 dan 1000 meter.

b) Bendera start dan tiang pancang. c) Peluit.S

d) Stop watch. e) Nomor dada.

f) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis. g) Tanda atau garis untuk start dan finish.

(25)

52

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Tabel 3.3

Tabel Penilaian Tes Lari Cepat

Putra Putri nilai

Sd - 7.2” Sd –8.4” 5

7.3” - 8,3” 8.5” –9.6” 4

8.4” - 9.6” 9.9” –11.4” 3 9.7” - 11.0” 11.5” –13.4” 2 11.1” – dst 13.5” – dst 1

Tabel 3.4

Tabel Penilaian Tes Angkat Tubuh

Putra Putri nilai

19 ke atas 41 ke atas 5

14-18 22 – 40 4

9-13 10 – 21 3

5-8 3 – 9 2

0-4 0 - 2 1

Tabel 3.5

Tabel Penilaian Tes Baring Duduk

Putra Putri nilai

41 ke atas 29 ke atas 5

30-40 20 – 28 4

10-29 10 – 19 3

0-9 3 – 9 2

0-4 0 – 2 1

Tabel 3.6

Tabel Penilaian Tes Loncat Tegak

Putra Putri nilai

73 ke atas 50 ke atas 5

60-72 39 – 49 4

50-59 31 – 38 3

39-49 23 – 30 2

0-38 0 – 22 1

Tabel 3.7

Tabel Penilaian Tes Lari 1200 Meter Putra, 1000 Meter Putri.

Putra Putri nilai

Sd-3.14” Sd –3’.52” 5

3.15”-4.25” 3’.53” –4’56” 4 4.26”-5.12” 4’.47” –5’.58” 3 5.13”-6.33” 5’.59” –7;.23” 2

(26)

53

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menentukan tingkat kebugaran jasmani, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut,

1. Jumlahkan kelima butir tes tersebut.

2. Cocokan hasil penjumlahan nilai tersebut dengan norma tes kebugaran jasmani di bawah ini, yaitu:

Tabel 3.8

Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia

No Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22 – 25 Baik Sekali (BS)

2 18 – 21 Baik (B)

3 14 – 17 Sedang (S)

4 10 -13 Kurang (K)

5 5 – 9 Kurang Sekali (KS)

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengetesan atau pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan setiap siswa masuk berdasarkan kategori dari kriteria Indeks Massa Tubuh.

2. Melakukan tes lari cepat 60 meter.

3. Melakukan tes angkat tubuh (pull up), putra 60 detik, dan putri 30 detik. 4. Melakukan tes baring duduk (Sit up) atau 60 detik.

5. Melakukan tes loncat tegak (Vertical jump)

6. Melakukan tes lari jarak jauh 1200 meter untuk putra, dan 1000 meter untuk putri.

7. Menyajikan laporan hasil penelitian.

G.Teknik Analisis Data

Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis deskriptif

kualitatif serta kuantitatif. Arikunto (2010:269) menjelaskan analisis deskriptif kualitatif

yaitu sebagai berikut :

(27)

54

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Setelah data diolah menjadi persentase kemudian dideskripsikan kedalam bentuk

kalimat agar hasil data mudah untuk diambil kesimpulannya. Menurut Prabowo (2010),

cara lain untuk menggambarkan statistik deskriptif ialah dengan menggunakan tendensi

sentral, contoh tendensi sentral ialah mean (rata-rata), median dan mode. Tendensi sentral

berguna untuk menggambarkan bilangan yang dapat mewakili suatu kelompok bilangan

tertentu.

Adapun cara menghitung hasil (skor) yang diperoleh dengan rumus mean atau

rata-rata nilai menurut Suharsimi Arikunto (2010) yaitu sebagai berikut:

Keterangan :

x = Mean (rata-rata) = Jumlah Nilai

N = Jumlah yang akan di rata-ratakan

(28)

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari hasil penelitian dengan judul profil kebugaran jasmani dilihat dari Indeks Massa Tubuh di SMA Negeri 9 Bandung adalah :

1. Tingkat kebugaran jasmani siswa SMA N 9 bandung berada dalam kategori

“kurang” dengan rincian sebagai berikut: kelompok siswa Sangat kurus masuk

dalam kategori Kurang dengan nilai rata-rata 11,85. Tingkat kebugaran jasmani kelompok siswa Kurus masuk dalam kategori Kurang dengan nilai rata-rata 12,22. Tingkat kebugaran jasmani kelompok siswa Ideal masuk dalam kategori Kurang dengan nilai rata-rata 13,68. Tingkat kebugaran jasmani kelompok siswa Kelebihan berat badan masuk dalam kategori Kurang dengan nilai rata-rata 12,64. Tingkat kebugaran jasmani kelompok siswa Obesitas masuk dalam kategori Kurang dengan nilai rata-rata 11,85.

Dari gambaran secara umum dapat disimpulkan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMA N 9 bandung memiliki nilai rata-rata termasuk kedalam kategori kurang, namun obesitas memiliki nilai kebugaran jasmani rata-rata paling kecil dibanding dengan kelompok yang lain.

B. Saran – saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan mengenai penelitian profil kebugaran jasmani dilihat dari Indeks Massa Tubuh yaitu :

1. Bagi pihak sekolah agar lebih memantau dan mengontrol status Indeks Massa Tubuh setiap siswa, agar berperilaku hidup sehat tidak hanya dilakukan dan diterapkan pada saat di rumah tetapi pada saat di sekolah juga.

(29)

79

3. Bagi orang tua agar memperhatikan pola makan yang sehat agar siswa tetap memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal atau ideal karena jika memiliki IMT berlebih akan cenderung banyak memiliki beberapa penyakit, dan pola kegiatan yang dilakukan siswa tidak hanya sebatas kegiatan di sekolah saja tetapai melakukan kegiatan yang positif seperti berolahraga dan lain-lain.

4. Bagi rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian yang serupa atau bahkan ingin memperluas mengenai tingkat kebugarn jasmani dilihat dari indeks massa tubuh agar lebih melihat dari segi intrinsik dan ekstrinsik, agar lebih fokus dan menghasilkan data yag akurat.

(30)

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anggraeni. Adisty C. 2012. Asuhan Gizi (Nutritional care process). Yogyakarta:

Graha ilmu.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Calvin, K. Mulyadi dkk. (2013). Hubungan Antropometri, Aktivitas Fisik, dan Pengetahuan Gizi dengan Asupan Energi dan Komposisi Makronutrien pada Remaja. 2, (1), 90-99.

Destyana, R. dkk. (2009). Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh Dengan Tekanan Darah dan Golongan Darah Di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur.The Soedirman Journal of Nursing. 4, 54-60.

Dinas Kesehatan D.I.Y. 2013. IMT Untuk laki-laki usia 13-19 tahun IMT untuk wanita usia 13-19 tahun. [Online]. Tersedia: http://dinkes.jogjaprov.go.id/. Diakses: 20 September 2013.

Giri, W. 2013. Fisiologi dan olah raga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Giriwijoyo, S. 2010. Ilmu Faal Olahraga (Fisioogi Olahraga) (Sport Physiology). Bandung. FPOK.

Goi, M. (2012). Korelasi Asupan Zat Gizi Makro, Zat Gizi Mikro Dan Aktifitas Fisik Dengan Obesitas Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Gorontalo. Jurusan Gizi. Poltekkes Kemenkes Gorontalo.

Harianti, D. (2007). Naskah Akademik Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Departemen Pendidikan Nasional. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Hidayati, S. N, dkk. (2011). Obesitas pada Anak. [Online]. Tersedia: http://www.pediatrik.com/buletin/06224113652-048qwc.pdf. Diakses: 20 Oktober 2013.

Indriati, E. 2010. Antropometri Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi Dan Keolahragaan.Yogyakarta: Citra Aji Parama.

(31)

80

Istiqomah, N. dkk. 2013. Hubungan Pola Hidup Sedentarian Dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Pegawai Pemerintahan Di Kantor Bupati Kabupaten Jenepont. Program Studi Ilmu Gizi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Jaihar, S. dkk. 2013.”Analisis Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Ketahanan Fisik Siswa Di Sekolah Polisi Negara (Spn) Batua Makassar, Sulawesi Selatan. Program Studi Ilmu Gizi. Universitas Hasanudin.

Junaidi, Al. 2007. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Berdasarkan Harvard Step Up Test Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Fakultas Kedokteran. Universitas Islam Indonesia

Komariyah, Lilis & Lucky Angkawidjaja R. 2010. Kesehatan Olahraga Bandung. FPOK.

Kristina, D. 2010. Hubungan Kebiasaan Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kegemukan Pada Pedagang Sayur di Lingkungan XIII Kelurahan Kwala Bekala. Universitas Sumatra Utara.

Kusumadewi, S. (2009). “Klasifikasi Gizi Menggunakan Naive Bayesian

Classification”. Jurusan Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia. 3,

(1), 6-11.

Lutan, Rusli. 2001. Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta:P2LPTK.

Muhammad Danial Bin Mohd Nor. 2010. Proporsi Indeks Massa Tubuh (IMT) Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) Di Rsup Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatra Utara.

Nana, S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.

Nurachmah, E. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Segung Seto.

Nurhasan. Hasanudin Cholil. 2007. Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK.

Niarsari, dkk. (2013). “Perbandingan Tekanan Nadi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat”. Berkala Kedokteran. 9, (1), 1-6.

Sarwono. (2008).Kebugaran Jasmani Mahasiswa Hubungannya Dengan Indeks

(32)

81

Anggi Fauzi Mukti, 2014

Profil Kebugaran Jasmani Dilihat Dari Indeks Massa Tubuh Di SMA Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soegih dkk. 2009. Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Seto.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Swasta, E. 2011. Kebugaran Jasmani Dan Indeks Masa Tubuh Mahasiswa Program Studi Ikora Fik UNY. Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK. Universitas Negeri Yogyakarta.

Tarigan, B. 2009. Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.

World Health Organization. 2007. BMI for age (5-19 years). [Online]. Tersedia: http://who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/. Diakses: 20 September 2013.

World Health Organization. 2007. Sedentary Life Style. [online]. Tersedia : http//who.int/. Diakses: 24 November 2013.

Gambar

Gambar 3.1  Sampel Yang Diambil Dari Populasi Berstrata Dengan Kesalahan 5%
Tabel 3.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Kebugaran Jasmani Indonesia
Gambar 3.6  Lari Untuk Lari Jarak Jauh
Tabel 3.8 Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi yang memiliki efek penghambatan aktivitas α-glukosidase tertinggi dari ekstrak etanol daun garu dan mengidentifikasi

Jika dari kedua sumber tersebut ia tidak menemukan kepastian hukum dari ma salah yang sedang dikaji, Wahbah Al-Zuhaily kemudian memperhatikan be be rapa pendapat- pandapat

Untaian puji dan syukur, Penulis naikan kepada Tuhan Yesus Kristus yang ajaib, atas segala anugerah, berkat, dan kasih yang begitu melimpah dalam menuntun setiap

Adapun hasil penjelasan adalah sesuai dengan hasil tanya jaw ab pantia dengan.. peser ta dalam aplikasi LPSE yang merupakan lampir an dar i berita acar

Kegiatan ini berbentuk Lomba Penulisan Essay tingkat nasional yang terbuka untuk siswa SMA/Sederajat di seluruh Indonesia.. Pengiriman Essay dapat dilakukan via pos

Masuk sekolah tepat waktu merupakan contoh sikap disiplin di .... Mencontek waktu ulangan merupakan

Di dalam Bab 4 tersebut telah dijelaskan bahwa representasi matrik (penulisan dalam bentuk matrik) dari sebuah operator A dalam basis-basis yang terdiri dari eigenvektor-eigenvektor

Hasil uji BNJ (Tabel 6) menunjukkan bahwa kultivar njengi pada umur 2 MST memiliki diameter batang lebih besar dan berbeda dengan kultivar sampara tetapi tidak