• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MENGETIK AWAS BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MENGETIK AWAS BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN MENGETIK AWAS BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA

(Studi Deskriptif Tentang Pembelajaran Mengetik Awas Bagi Siswa Tunanetra

Kelas XI Di SLBN-A Citeureup Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

Oleh:

ASEP MUGIANARA E

1004934

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran Mengetik Awas

Bagi Siswa Tunanetra Di Sekolah Luar Biasa (Studi Deskriptif Tentang

Pembelajaran Mengetik Awas Bagi Siswa Tunanetra Kelas XI Di SLBN-A

Citeureup Cimahi) ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di

dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014

Yang membuat pernyataan,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN ASEP MUGIANARA E

1004934

PEMBELAJARAN MENGETIK AWAS BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Juang Sunanto, M.A., Ph.D. NIP 19610515 198703 1 002

Pembimbing II

Drs. H. Nandi Warnandi, M.Pd. NIP 19590525 198403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus FIP UPI

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Masalah ... 3

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pembelajaran ... 5

B. Pengertian Mengetik ... 7

C. Sikap Dan Waktu Mengetik ... 7

D. Metode Mengetik ... 8

E. Pembelajaran Mengetik Awas ... 8

F. Konsep Dasar Ketunanetraan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 31

C. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomendasi ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(6)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Posisi Penjarian Pertama Pada Keyboard ... 10

2.2 Posisi Penjarian Kedua Pada Keyboard ... 12

(7)

DAFTAR TABEL

3.1Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 34

3.2Instrumen Pedoman Wawancara ... 39

3.3Instrumen Pedoman Observasi ... 43

3.4Instrumen Pedoman Studi Dokumentasi ... 44

(8)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di sekolah luar biasa. Anak tunanetra senantiasa memanfaatkan indera perabaan dan pendengaran untuk menggantikan fungsi indera penglihatan, karena kedua indera ini adalah saluran penerima informasi yang paling efektif dan efisien setelah indera penglihatan, maka tunanetra dalam melakukan mobilitas termasuk juga dalam kegiatan mengetik awas secara mandiri harus menggunakan teknik alternatif yaitu teknik yang digunakan dengan memanfaatkan indera-indera lain untuk menggantikan fungsi indera penglihatan diantaranya indera perabaan dan pendengaran Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif . pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini diketahui bahwa perencanaan pembelajaran mengetik awas di SLBN-A Citeureup Cimahi disusun guru mata pelajaran TIK sebelum proses pembelajaran berlangsung mencakup komponen-komponen perencanaan pembelajaran, hal ini menunjukan bahwa guru memiliki pengetahuan yang memadai tentang bagaimana merencanakan pembelajaran mengetik awas dengan baik. Proses Pembelajaran mengetik awas masih diintegrasikan dengan mata pelajaran TIK, hal tersebut dikarenakan belum adanya pemisahan pembelajaran antara mengetik awas dengan mata pelajaran TIK. Hambatan yang dialami oleh siswa tunanetra yaitu kurangnya motivasi belajar mengakibatkan tidak terlatihnya motorik halus tangan terutama kelenturan dan kepekaan jari-jari tangan ketika mengetik awas dilakukan, belum mengenal letak tombol-tombol keyboard dengan baik. Upaya yang dilakukan siswa diantaranya dengan berlatih secara rutin mengenal dan menghafal tombol-tombol keyboard menggunakan keyboard bekas yang di bantu dengan huruf braille di atas tombolnya, berkonsultasi dengan guru TIK agar masalah yang dihadapi menemukan solusi. Hambatan pun dialami oleh guru mata pelajaran TIK, guru harus memiliki kemampuan dalam memperbaiki perangkat software ataupun hardware komputer jika sewaktu-waktu mengalami kerusakan, guru harus memahami sikap dan minat anak dalam belajar yang harus diarahkan dan dikembangkan sesuai potensinya masing-masing. Upaya yang dilakukan guru adalah mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan software dan hardware komputer, serta melakukan komunikasi dengan siswa dalam rangka membangun motivasi belajar. Mengatasi hambatan yang dialami siswa tunanetra dalam pembelajaran mengetik awas, guru berupaya memberikan pemahaman konsep ruang tentang posisi/letak tombol-tombol keyboard secara sistematis disertai latihan drilling mengetik sepuluh jari untuk melatih motorik halus anak ketika kepekaan dan kelenturan jari tangan anak mengalami hambatan pada waktu proses pembelajaran mengetik awas berlangsung.

(9)

ABSTRACT

The purpose of study was to obtain data on student learning for blind typing in special schools. Children with visual impairment always make use of the senses of touch and hearing to replace the function of the senses of sight, because the two senses of the receiver channel information is the most effective and efficient after the senses of sight, in mobility as well as the type of activities should independently using alternative techniques, namely techniques used by utilizing other senses to replace the function of the senses of vision among the senses of touch and hearing research uses descriptive qualitative approach. Data collection is done through observation, interviews, and documentation studies. The results of this research note that the planning of learning to type at SLBN A Citeureup Cimahi structured by the teacher of ICT before learning process includes the components of lesson planning, this shows that teachers have sufficient knowledge about how to plan learning to type properly. The process of learning to type is still integrated with ICT subjects, it is because there is no separation between typing learning with ICT subjects. Barriers experienced by students with visual impairments that result in a lack of motivation to learn fine motor untrained hands, especially the flexibility and sensitivity of the fingers when typing done, not familiar with the location of the keys properly. Efforts are made to include students practice regularly recognize and memorize keyboard buttons using modification keyboard that aids Braille on the button, to consult with the teacher of ICT to the problems faced finding a solution. Barriers were experienced by the teacher of ICT, teacher must have the ability to repair computer hardware or software device at any time if damaged, the teacher must understand the attitudes and interests of children in learning to be directed and developed according to the potential of each. Efforts are made teachers are learning things relating to computer software and hardware, as well as to communicate with students in order to build motivation to learn. Overcoming obstacles experienced by children with visual impairment in learning typing, teachers seek to provide an understanding of the concept of space position or location of the keyboard buttons are systematically accompanied by ten finger typing drilling exercises to train the child's fine motor when the sensitivity and flexibility of children's fingers have problems on processing learning to type.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan mengetik, menjadi poin penting dan menentukan saat

mengerjakan pekerjaan yang melibatkan pengetikan atau pengoperasian

komputer. Banyak yang beranggapan bahwa kemampuan mengetik hanya

diperlukan seorang yang awas saja. Itu tentu pernyataan yang keliru karena

kemampuan mengetik diperlukan setiap orang yang bekerja dengan komputer,

tidak terkecuali seseorang yang mengalami hambatan penglihatan dimana

kemampuan mengetik menjadi syarat utama bagi tunanetra untuk dapat

melakukan aktivitas pengetikan atau pengoperasian komputer dengan benar.

Penguasaan keyboard atau keyboarding bagi tunanetra merupakan salah satu

keterampilan dasar yang sangat penting dalam pembelajaran mengetik awas,

sehingga pemahaman konsep ruang (spatial concept) tentang posisi

tombol-tombol keyboard komputer dapat kuasai dengan baik. Pembelajaran mengetik

awas akan mempermudah tunanetra mengenali bagian-bagian keyboard,

menjelaskan tanda-tanda baca dan tanda lainnya pada tuts, menghasilkan sikap

duduk yang benar pada waktu mengetik, menjelaskan fungsi jari-jari pada tuts

(keyboarding), mengetik kalimat pendek dan dapat mengoperasikan komputer,

serta melakukan berbagai aktivitas seperti word processing, accounting, internet

browsing, programming.

Hilangnya fungsi penglihatan, maka tunanetra akan mengalami

keterbatasan dalam melakukan mobilitas termasuk juga dalam kegiatan mengetik

awas, sehingga untuk melakukan secara mandiri, tunanetra harus menggunakan

teknik alternatif yaitu teknik yang digunakan dengan memanfaatkan indera-indera

lain untuk menggantikan fungsi indera penglihatan diantaranya indera perabaan

dan pendengaran, karena kedua indera ini adalah saluran penerima informasi yang

paling efektif dan efisien setelah indera penglihatan. Tarsidi:2005)

(11)

2

tanpa menggunakan alat bantu khusus) yang memanfaatkan indera-indera

nonvisual atau dilakukan dengan indera penglihatan.

Teknik alternatif yang memungkinkan tunanetra dapat mengetik awas

adalah dengan menggunakan teknik-teknik mengetik yang memaksimalkan

fungsi jari dengan benar dan juga didukung bantuan teknologi pembantu yang

memudahkan mereka untuk melakukan akses informasi, salah satu teknologi

pembantu yang paling populer adalah aplikasi pembaca layar JAWS atau Job

Access With Speech dan Non Visual Desktop Access (NVDA) sebuah pembaca

layar (screen reader) yang berguna untuk membantu tunanetra mengetik awas

dengan menggunakan perangkat komputer dimana penggunanya dapat

mendengarkan apa saja yang muncul pada layar. (Tarsidi:2005) mengemukakan

bahwa keuntungan software ini adalah tunanetra akan dapat sepenuhnya

memanfaatkan kedua belah tangannya untuk mengoperasikan keyboard..

Kemandirian siswa tunanetra khususnya dalam pembelajaran mengetik

awas memerlukan dukungan dan kerjasama yang baik dari pihak sekolah terutama

dalam menyediakan fasilitas pembelajaran yang akses terhadap semua peserta

didiknya, mulai dari kurikulum, sarana prasarana pembelajaran dan tenaga

pendidiknya. Peranan guru di sekolah luar biasa memiliki tugas dan tanggung

jawab besar dalam membimbing dan mengembangkan minat dan bakat anak

didiknya agar mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik dan

kemampuan masing-masing siswa, khususnya siswa tunanetra memiliki kesamaan

hak untuk mendapatkan pengajaran yang mampu menjadikan mereka lebih

mandiri dalam mendapatkan layanan akses informasi digital. SLBN-A Citeureup

Cimahi menyelenggarakan pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra

sebagai prasyarat utama keterampilan dasar yang harus dikuasai siswa sebelum

mengikuti pembelajaran komputer.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pembelajaran mengetik awas di sekolah luar biasa khususnya

di SLBN-A Citeureup Cimahi yang bertujuan untuk mengungkap bagaimana

pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di sekolah luar biasa

(12)

3

B. Fokus Masalah

Adapun fokus pada penelitian ini adalah :

Bagaimana pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di sekolah

luar biasa.

Pertanyaan penelitian yang akan coba dijawab melalui penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di

sekolah luar biasa?

2. Bagaimana proses pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di

sekolah luar biasa?

3. Hambatan apa saja yang dialami siswa di sekolah luar biasa dalam proses

pembelajaran mengetik awas?

4. Bagaimana upaya siswa tunanetra mengatasi hambatan yang dihadapinya?

5. Hambatan apa saja yang dialami guru mata pelajaran TIK di sekolah luar

biasa dalam mengajarkan materi pembelajaran mengetik awas terhadap siswa

tunanetra?

6. Bagaimana upaya guru mata pelajaran TIK mengatasi hambatan yang

dihadapinya?

7. Bagaimana upaya guru mata pelajaran TIK mengatasi hambatan yang dialami

siswa tunanetra?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk:

a. Memperoleh data tentang perencanaan pembelajaran mengetik awas bagi

siswa tunanetra di sekolah luar biasa.

b. Memperoleh data tentang proses pembelajaran mengetik awas bagi siswa

tunanetra di sekolah luar biasa

c. Memperoleh data tentang hambatan yang dialami siswa tunanetra dalam

proses pembelajaran mengetik awas serta upaya siswa mengatasi

(13)

4

d. Memperoleh data tentang hambatan yang dialami guru mata pelajaran

TIK dalam mengajarkan materi pembelajaran terhadap siswa tunanetra

serta upaya guru mengatasi kesulitan yang dihadapinya.

e. Memperoleh data tentang upaya guru mengatasi hambatan yang dialami

oleh siswa tunanetra.

2. Kegunaan

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

a. Membantu mengatasi hambatan yang dialami siswa tunanetra dalam

proses pembelajaran mengetik awas.

b. Memberikan informasi kepada sekolah luar biasa segala sesuatu yang

berhubungan dengan pembelajaran mengetik awas.

c. Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran TIK mengenai

pembelajaran mengetik awas sehingga siswa tunanetra dapat memahami

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian menggunakan metode penelitian yang sesuai

dengan permasalahan penelitian merupakan suatu keharusan agar dalam penelitian

tersebut dapat bermanfaat dan dapat memberikan gambaran yang jelas serta

petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Untuk itu perlu

memepertimbangkan penggunaan metode penelitian yang mencakup pendekatan,

strategi, subjek penelitian dan teknik-teknik pengumpulan data, sehingga

keilmiahan proses dan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan dan diyakini

kebenarannya, serta diperoleh data yang objektif, akurat dan terpercaya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan bagaimana

pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup Cimahi.

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang fenomena tersebut, maka

desain penelitian yang dipilih adalah studi kualitatif deskriptif, karena penulis

akan berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan suatu kejadian atau

peristiwa yang sedang berlangsung selama penelitian ini dilaksanakan sesuai

dengan situasi yang sebenarnya. Metode deskriptif digunakan karena metode ini

dianggap paling tepat untuk mengungkapkan cara tunanetra belajar mengetik awas

melalui perangkat komputer di sekolah tersebut. Hal ini diteguhkan lagi oleh

sudjana dan Ibrahim 91989:64) mengemukakan bahwa: “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi pada saat sekarang ini”.

A.Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLBN-A Citeureup Cimahi yang berlokasi di

jalan Sukarasa No 40 Kota Cimahi, Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada

kebutuhan data penelitian dan kelayakan sekolah. Subjek penelitian dalam

penelitian ini berfungsi sebagai key informan, artinya pihak yang dianggap dapat

(15)

31

awas bagi siswa tunanetra di sekolah luar biasa tersebut. Sebuah key informan,

dalam hal ini mereka dianggap yang paling mengetahui segala sesuatu yang

berkaitan dengan pembelajaran mengetik awas pada siswa tunanetra di sekolah

luar biasa, yaitu siswa tunanetra yang bersekolah di SLBN-A Citeureup Cimahi,

dan guru mata pelajaran TIK di sekolah yang bersangkutan. Penentuan subjek

penelitian dilakukan berdasarkan kebutuhan data penelitian, dan penelitian ini

sendiri merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

berusaha mengungkap masalah yang terjadi di lapangan dalam proses

pembelajaran mengetik awas yang melibatkan siswa tunanetra.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan

data yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam menentukan metode penelitian

terlebih dahulu harus melihat tujuan penelitian. Seperti halnya yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2010, hlm. 2) yang menyatakan “metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu”. Selain itu, untuk dapat menentukan metode penelitian harus juga

melihat dari jenis data yang digunakan dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui gambaran mengenai pembelajaran mengetik awas bagi

siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup Cimahi, sedangkan jenis data yang

digunakan yaitu data yang berbentuk deskripsi dalam kata-kata atau kalimat. Hal

ini dikarenakan data didapat melalui berbagai jenis pengumpulan data seperti

analisis dokumen, wawancara, dan observasi.

Berdasarkan tujuan penelitian dan jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian, maka metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini

yaitu metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode

penelitian yang bertujuan untuk menyajikan dan menghasilkan gambaran lengkap

dan akurat mengenai seting sosial atau kelompok.

Ditinjau dari jenis datanya, pendekatan penelitian dalam penelitian ini

(16)

32

Sugiyono (2012, hlm. 3) yang menyatakan bahwa “metode kualitatif digunakan

untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna”.

Hal ini memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka

memahami dan mengetahui gambaran mengenai pembelajaran mengetik awas

bagi siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup Cimahi dan mendeskripsikannya

dalam bentuk kata-kata.

C.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2009, hlm.

223), bahwa :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Peneliti disini menjadi human instrumen yang berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, Seperti halnya yang

dikemukakan Sugiyono (2012, hlm. 60) yang mengemukakan pendapat

mengenai instrumen dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini peneliti akan terjun ke

lapangan sendiri. Mulai pengumpulan data, analisis data, hingga membuat

kesimpulan. Daftar pertanyaan ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang

digunakan dalam metode cakap atau wawancara. Alat perekam digunakan

(17)

33

pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup

Cimahi. Hasil rekaman wawancara tersebut ditranskripkan atau dideskripsikan

(18)

32

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian ini menggunakan pedoman wawancara,

pedoman observasi dan pedoman dokumentasi. Berikut adalah tabel kisi-kisi pedoman wawancara, pedoman observasi dan

pedoman dokumentasi:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No Fokus Masalah Indikator Sub Indikator Informan Tehnik

A. Perencanaan pembelajaran

mengetik awas bagi siswa

tunanetra di sekolah luar

biasa

1. Tujuan pembelajaran mengetik awas  Guru TIK  Wawancara

2. Materi pembelajaran mengetik awas

bagi siswa tunanetra

a. Pemberian

materi

pembelajaran

dalam

menunjang

tercapainya

tujuan

(19)

37

pembelajaran

b. Upaya guru

agar materi

pelajaran dapat

dipahami siswa

3. Kegiatan awal pembelajaran

mengetik awas bagi siswa tunanetra

 Guru TIK  Wawancara

4. Ketersediaan media dan sumber

belajar bagi siswa tunanetra

a. Media yang

digunakan

dalam

pembelajaran

mengetik awas

b. Buku pegangan

yang digunakan

guru dalam

pembelajaran

mengetik awas

 Guru TIK

 Siswa Tunanetra

 Wawancara

 Observasi

6. Evaluasi hasil belajar yang

dilakukan dalam pembelajaran

a. Waktu penilaian

b. Bentuk dan

(20)

32

mengetik awas jenis penilaian

c. Tindak lanjut

penilaian

 Dokumentasi

B. Proses pembelajaran

mengetik awas bagi siswa

tunanetra di sekolah luar

biasa

1. Proses pembelajaran mengetik awas

pada siswa tunanetra selama ini

2. Teknik pembelajaran yang

diterapkan pada siswa untuk

meningkatkan pemahaman anak

terhadap fungsi tombol keyboard.

3. Pendekatan yang dilakukan guru

sebelum/setelah proses

pembelajaran

4. Tingkat keberhasilan yang dicapai

antara siswa tunanetra dalam

pembelajaran mengetik awas

5. Menurut anda apa prasyarat utama

yang harus dikuasi oleh siswa

tunanetra untuk dapat mengetik

awas dengan baik dan benar?

a. Dimana

pembelajaran

mengetik awas

dilakukan

 Guru TIK

 Siswa Tunanetra

 Wawancara

(21)

39

6. Cara melatih keterampilan motorik

halus bagi siswa tunanetra untuk

dapat menguasai keyboard dengan

baik.

C. Hambatan yang dialami

siswa tunanetra dalam

pembelajaran mengetik

awas

1. Ketersediaan fasilitas khusus yang

ada disekolah

2. Hambatan yang dialami dalam

pembelajaran mengetik awas di

sekolah

 Siswa tunanetra

 Wawancara

 Observasi

D. Cara siswa tunanetra

mengatasi hambatan yang

dihadapinya

1. Pengetahuan guru terhadap

hambatan siswa tunanetra pada

pembelajaran mengetik awas

2. Cara siswa mengatasi hambatan

yang dialami dalam pembelajaran

mengetik awas

 Siswa tunanetra

 Wawancara

E. Hambatan yang dihadapi

guru mata pelajaran TIK

dalam mengajarkan materi

pembelajaran mengetik

1. Pengetahuan guru tentang mengetik

awas

2. Pelatihan guru tentang mengetik

awas

(22)

32

awas pada siswa tunanetra 3. Alat bantu khusus yang digunakan

tunanetra agar dapat mengetik awas

dengan benar

4. Hambatan yang dihadapi guru TIK

dalam mengajarkan materi mengetik

awas

F. Upaya guru mata pelajaran

TIK mengatasi hambatan

yang dihadapinya

1. Upaya yang dilakukan dalam

mengatasi hambatan/masalah yang

timbul

2. Upaya yang dilakukan oleh pihak

sekolah agar siswa tunanetra dapat

belajar mengetik awas dengan baik

dan benar

 Guru TIK  Wawancara

G. Upaya guru mata pelajaran

TIK mengatasi hambatan

yang dialami siswa

tunanetra

1. Alat akses yang dapat dimanfaatkan

oleh siswa pada proses

pembelajaran mengetik awas

2. Buku panduan/referensi mengenai

pembelajaran mengetik awas

3. Kendala yang dihadapi siswa

 Guru TIK  Wawancara

(23)

41

tunanetra dalam proses

pembelajaran mengetik awas

4. Upaya untuk mengatasi hambatan

yang dialami siswa tunanetra

Tabel 3.2

Instrumen Pedoman Wawancara

No Pertanyaan Subjek Jawaban

1. Menurut anda, apa tujuan pembelajaran mengetik awas bagi siswa

tunanetra?

Guru TIK

2. Materi apa saja yang anda berikan pada pembelajaran mengetik awas bagi

siswa tunanetra?

Guru TIK

3. Kemukakan alasan anda mengapa materi tersebut dapat menunjang

tercapainya tujuan pembelajaran?

Guru TIK

4. Upaya apa yang anda lakukan agar siswa dapat memahami materi yang

disampaikan?

Guru TIK

5. Bagaimana langkah pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra? Guru TIK

(24)

32

tunanetra?

7. Media apa yang digunakan dalam pembelajaran mengetik awas? Guru TIK

Siswa Tunanetra

8. Buku pegangan apa yang anda gunakan dalam pembelajaran mengetik

awas?

Guru TIK

Siswa Tunanetra

9. Bagaimana evaluasi hasil belajar yang dilakukan dalam pembelajaran

mengetik awas?

Guru TIK

10. Kapan anda melakukan penilaian? Guru TIK

11. Bagaimana bentuk dan jenis penilaian yang anda lakukan ? Guru TIK

12. Bagaimana kegiatan tindak lanjut penilaian yang anda lakukan? Guru TIK

13. Bagaimana proses pembelajaran mengetik awas pada siswa tunanetra

selama ini?

Guru TIK

Siswa Tunanetra

14. Dimana pembelajaran mengetik awas tersebut dilakukan? Guru TIK

Siswa Tunanetra

15. Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran mengetik awas? Guru TIK

Siswa Tunanetra

16. Teknik apa yang diterapkan untuk meningkatkan pemahaman siswa

terhadap fungsi tombol keyboard?

(25)

43

17. Bagaimana pendekatan yang dilakukan guru sebelum/setelah proses

pembelajaran?

Guru TIK

Siswa Tunanetra

18. Bagaimana tingkat keberhasilan yang dicapai antara siswa tunanetra

dalam pembelajaran mengetik awas?

Guru TIK

Siswa Tunanetra

19. Menurut anda apa prasyarat utama yang harus dikuasi oleh siswa

tunanetra untuk dapat mengetik awas dengan baik dan benar?

Guru TIK

Siswa Tunanetra

20. Bagaimana cara anda melatih keterampilan motorik halus bagi siswa

tunanetra untuk dapat menguasai keyboard dengan baik?

Guru TIK

Siswa Tunanetra

21. Apakah ada fasilitas khusus yang disediakan oleh pihak sekolah dalam

pembelajaran mengetik awas?

Siswa Tunanetra

22. Hambatan apa yang dialami dalam pembelajaran mengetik awas di

sekolah?

Siswa Tunanetra

23. Apakah guru TIK mengetahui kesulitan yang anda alami? Siswa Tunanetra

24. Bagaimana cara anda mengatasi hambatan yang anda alami? Siswa Tunanetra

25. Hambatan apa yang anda alami dalam mengajarkan materi pembelajaran

mengetik awas pada siswa tunanetra?

Guru TIK

26. Apa yang anda ketahui tentang pembelajaran mengetik? Guru TIK

(26)

32

28. Apakah anda tahu alat bantu khusus yang dapat digunakan pada tunanetra

agar dapat mengetik awas dengan baik dan benar?

Guru TIK

29. Bagaimana upaya anda dalam mengatasi hambatan yang timbul saat

pembelajaran mengetik awas?

Guru TIK

30. Upaya apa yang dilakukan oleh pihak sekolah agar siswa tunanetra dapat

belajar mengetik awas dengan baik dan benar?

Guru TIK

31. Alat akses apa saja yang dapat dimanfaatkan oleh siswa pada proses

pembelajaran mengetik awas?

Guru TIK

32. Apakah anda memiliki buku panduan/referensi mengenai pembelajaran

mengetik awas?

Guru TIK

33. Apakah anda pernah bertanya kepada siswa tunanetra kendala yang

mereka hadapi dalam proses pembelajaran mengetik awas?

Guru TIK

34. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang mereka

alami?

(27)

45

Tabel 3.3

Instrumen Pedoman Observasi

No Komponen Aspek yang diamati Deskripsi

1. Proses pembelajaran mengetik awas Proses Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM)

2. Fasilitas yang tersedia: a. Komputer

b. Speaker

c. Headset

d. Printer braille

e. Scanner

f. Buku Panduan

3. Fasilitas khusus untuk tunanetra: a. JAWS

b. Braille Display

c. Printer Braille

d. Buku panduan Braille

e. Open book

(28)

32

Tabel 3.4

Instrumen Pedoman Studi Dokumentasi

No Aspek Studi Dokumentasi Deskripsi

1. Kurikulum (SKKD Mata Pelajaran TIK)

2. Soal latihan

(29)

2. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2012, hlm.62) menyatakan “teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data”.

Peneliti harus menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik

pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

kualitatif, pada umumnya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012, hlm.63)

yaitu:

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Berdasarkan konsep tersebut, maka ketiga teknik pengumpulan data di

atas digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang

akan peneliti lakukan dan gunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Wawancara

Moleong (2012, hlm. 186) menyatakan “wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu”. Selain itu Mardalis (2003, hlm. 64) mengemukakan

pendapat mengenai wawancara, yaitu:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan kepada si peneliti.

wawancara dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dilakukan

dengan dialog dan tanya jawab secara lisan. Wawancara pada subjek penelitian

yang dilakukan oleh peneliti berguna untuk memperoleh data.

Wawancara dilakukan dengan dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur

dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara

(30)

32

yang akan di ajukan (Moleong, 2012, hlm. 190). Dalam penelitian ini teknik

wawancara yang dipergunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak

terstruktur yang bertujuan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak

terkait dengan pembelajaran mengetik awas di SLBN-A Citeureup Cimahi.

Wawancara ini dilakukan penulis kepada guru mata pelajaran TIK, dan siswa

tunanetra.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono,

2009, hlm. 226) menyatakan pendapat mengenai observasi, yaitu:

Observasi dikelompokkan menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Kegiatan pengamatan atau observasi terhadap objek penelitian yang

dilakukan dalam penelitian ini bertujuan memperoleh data mengenai hal-hal

yang diteliti, terutama aktivitas pembelajaran mengetik awas di SLBN-A

Citeureup Cimahi. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung

dan tidak langsung tentang pembelajaran mengetik awas agar peneliti

memperoleh data dan fakta yang menunjang untuk mengetahui pembelajaran

mengetik awas bagi siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup Cimahi.

c. Dokumentasi

Sugiyono (2012, hlm.82) mengemukakan “dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang”. Dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber

dari dokumen-dokumen berupa kurikulum pembelajaran, soal-soal latihan,

buku panduan/bahan ajar tentang pembelajaran mengetik awas di SLBN-A

(31)

47

maupun di instansi yang ada kaitannya dengan lokasi penelitian atau luar

sekolah yang menunjang dan ada hubungannya dengan penelitian. Sugiyono

(2012, hlm. 83) yang menyatakan “hasil penelitian dari observasi atau

wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah

pribadi, kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan

autobiografi”.

Moleong (2012, hlm.217) yang menyatakan “dokumen sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal

dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan”.

Teknik penelitian di atas, dilakukan kepada subjek penelitian. Dalam

penelitian ini terdapat beberapa subjek penelitian. Subjek penelitian yang

dianggap memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut:

a. Guru

Guru yang dimaksud disini adalah guru mata pelajaran Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) yang berperan sebagai pengajar pembelajaran mengetik

awas bagi siswa tunanetra di SLBN-A Citeureup Cimahi.

b. Siswa

Siswa disini adalah siswa yang ikut aktif mengikuti pembelajaran mengetik

awas di SLBN-A Citeureup Cimahi

Berdasarkan uraian tersebut, jumlah subjek penelitian dalam penelitian

ini adalah empat orang yang terdiri dari dua guru mata pelajaran TIK di

SLBN-A Citeureup Cimahi, dan dua siswa SLBN-SLBN-A Citeureup Cimahi kelas XI.

D.Pengujian Keabsahan Data

Setiap penelitian membutuhkan uji keabsahan data untuk mengetahui

validitas dan reliabilitasnya. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sugiyono

(32)

32

Dengan demikian, melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian

kualitataif dapat tercapai.

Peneliti menggunakan cara pengujian dengan teknik triangulasi untuk

menguji dan mendapatkan keabsahan data. Lexy J. Moleong (1998, hlm. 178)

menyatakan “Teknik Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan data sebagai pembanding terhadap data itu”.

Terdapat beberapa teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data dan waktu. Seperti halnya yang

dikemukakan oleh Sugiyono (2012, hlm.125) yaitu:

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam memenuhi keabsahan data

penelitian ini adalah triangulasi teknik. Sugiyono (2009, hlm. 241)

menyatakan:

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

Triangulasi teknik yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membandingkan

hasil wawancara dan observasi dengan isi dokumen.

E.Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menjawab masalah penelitian. Seperti

yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2012, hlm.248)

yang menyatakan:

(33)

49

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Selain itu Sugiyono (2012, hlm.89) yang menyatakan:

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Analisis data dalam penelitian kualitatif mulai dilakukan sejak

pengumpulan data dilakukan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sugiyono

(2012, hlm.90) yang menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, analisis

data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan

pengumpulan data”. Dengan demikan analisis data merupakan kegiatan setelah

data dari seluruh responden terkumpul. Seperti yang dikemukakan oleh

Sugiyono (2012, hlm.90) yang menyatakan “analisis data kualitatif

berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai

pengumpulan data”.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga data yang

diperoleh atau data yang terkumpul banyak sekali Data yang telah diperoleh

tersebut akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk

deskriptif. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012, hlm.89)

yang menyatakan:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, meyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh sendiri maupun orang lain.

Dalam analisis data kualitatif dilakukan berlanjut, dan terus menerus.

(34)

32

2012, hlm.91) yang mengemukakan “aktifitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Berdasarkan keterangan di atas, maka terdapat beberapa tahap dalam

mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada Teknik

pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

memilah-milah data yang diperlukan, Sugiyono (2012, hlm.92) mengemukakan

pendapat mengenai reduksi data, yaitu sebagai berikut:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display data

Display data merupakan penyajian data secara menyeluruh dengan

mencari pola hubungannya. Sugiyono (2012, hlm.95) mengemukakan “dalam

melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa,

grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart”.

3. Kesimpulan dan verifikasi data

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah kesimpulan dan verifikasi.

Sugiyono (2012, hlm.99) mengemukakan bahwa:

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian tentang Pembelajaran Mengetik

Awas bagi Siswa Tunanetra di SLBN A Citeureup Kota Cimahi, dapat

dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan. Adapun kesimpulan berdasarkan

hasil temuan-temuan penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya adalah

sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran mengetik awas di SLBN-A Citeureup Cimahi

disusun guru berdasarkan komponen-komponen perencanaan

pembelajaran secara sistematis dengan jumlah pertemuan yang

disesuaikan kedalaman materi dan kemampuan siswanya. Materi dasar

mengetik awas merupakan latihan awal ketika pembelajaran mengetik

awas diberikan, mulai dari sikap pada saat mengetik, mengenal baris

pertama sampai baris kelima tombol keyboard, mengenal fungsi-fungsi

tombol keyboard, hingga latihan dasar mengetik huruf, numerik, kata dan

kalimat secara drilling dengan menggunakan teknik mengetik sepuluh

jari kombinasi berirama. Hal ini menunjukan bahwa guru memiliki

pengetahuan yang memadai tentang bagaimana merencanakan

pembelajaran mengetik awas dengan baik,

2. Proses Pembelajaran Mengetik Awas Bagi Siswa Tunanetra di SLBN-A

Citeureup Cimahi diintegrasikan dengan mata pelajaran TIK, hal tersebut

dikarenakan belum adanya pemisahan pembelajaran antara mengetik

awas dengan mata pelajaran TIK mulai dari waktu, program

pembelajaran dan guru mata pelajaran yang khusus menangani

pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra.

3. Adanya hambatan yang dialami oleh siswa tunanetra dalam pembelajaran

mengetik awas di SLBN-A Citeureup Kota Cimahi, yaitu kurangnya

(36)

73

terutama kelenturan dan kepekaan jari-jari tangan ketika mengetik, serta

pemahaman konsep ruang anak terhadap posisi atau letak tombol

keyboard masih memerlukan latihan yang intensif secara sistematis

sehingga akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keterampilam anak

pada kegiatan proses belajar mengajar (PBM).

4. Upaya siswa dalam mengatasi hambatan yang dihadapi saat

pembelajaran mengetik awas diantaranya dengan berlatih secara rutin

mengenal dan menghafal tombol-tombol keyboard menggunakan

keyboard bekas yang di bantu dengan huruf braille di atas tombolnya.,

serta berkonsultasi dengan guru TIK agar masalah yang dihadapi

menemukan solusi

5. Hambatan pun dialami oleh guru mata pelajaran TIK di sekolah yang

bersangkutan, karena guru harus memiliki kemampuan dalam

memperbaiki perangkat software ataupun hardware komputer jika

sewaktu-waktu mengalami kerusakan atau eror. Guru harus memahami

karakteristik siswa yang beragam terutama memahami sikap dan minat

anak dalam belajar yang harus diarahkan dan dikembangkan sesuai

potensinya masing-masing.

6. Guru berupaya menggali informasi berkenaan dengan bagaimana

memperbaiki perangkat software ataupun hardware komputer yang

bermasalah, serta melakukan komunikasi dengan siswa dalam rangka

membangun motivasi sekaligus upaya mengidentifikasi kemampuan

setiap siswa agar kedalaman materi yang akan disampaikan dapat

disesuaikan berdasarkan tingkat kemampuannya masing-masing.

7. Dalam mengatasi hambatan yang dialami siswa tunanetra guru mata

pelajaran TIK berupaya memberikan latihan-latihan praktis berupa

latihan pengusaan keyboard melalui metode drill mengetik sepuluh jari

diawali mengenal baris keyboard dari baris pertama sampai baris kelima,

menekan tombol secara acak, dan menekan tombol keyboard sesuai

aturan mengetik sepuluh jari. baik memakai keyboard bekas yang diberi

(37)

74

JAWS secara sistematis sampai siswa kelenturan dan kepekaan jari-jari

tangannya terlatih dengan baik. Selain itu siswa dapat memahami dan

menghafal posisi masing-masing jari tangan saat menyentuh tombol

keyboard.

B. Rekomendasi

Peneliti tidak bermaksud mengkritisi program pendidikan yang telah

dijalankan, dengan segala kerendahan hati ini hanya rekomendasi yang

diberikan agar proses pembelajaran mengetik awas lebih baik lagi.

1. Rekomendasi untuk SLBN A Citeureup Kota Cimahi

a. Diharapkan pihak sekolah menyediakan program khusus pembelajaran

prakomputer tentang keterampilan dasar mengetik awas bagi siswa

tunanetra sebelum mengikuti mata pelajaran TIK.

b. Diharapkan pihak sekolah selalu memfasilitasi guru dan siswa

tunanetra khususnya berkenaan dengan akses layanan teknologi digital

sehingga dapat dimanfaatkan secara mandiri untuk proses belajar

mengajar tanpa mengalami hambatan.

2. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Penelitian ini difokuskan pada mendeskripsikan berbagai hal yang

terkait dengan pembelajaran mengetik awas bagi siswa tunanetra di

SLBN-A Citeureup Kota Cimahi termasuk hambatan dan upaya

mengatasinya.

Jika akan diadakan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

penelitian ini alangkah baiknya jika latar, subjek, dan komponen,

indikator dan subindikatornya lebih dikembangkan, sehingga dapat

membandingkan pembelajaran yang terbaik dari sekolah luar biasa

dimana terdapat siswa tunanetranya, sehingga akan muncul berbagai

alternatif model pembelajaran yang terbaik dan efektif bagi siswa

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Bamper XII. (2008). Pengertian Tunanetra [Online]. Tersedia http://bamperxii.blogspot.com/2008/11/pengertian-tunanetra.html. [27 Februari 2014]

Erik, P dan RN Superteam, (2011). Metode Mengetik Kilat, Yogyakarta, Widyatama

Faisal Ichal. (2013). Pengertian Pembelajaran. [Online]. Tersedia http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar

pengertian.html.[27 Februari 2014]

Kanang, Hariyanto, (2010). Mahir Mengetik Dengan 10 Jari, Surabaya, Java Pustaka

KKPI Dikmenjur Edisi III, Mengetik 10 Jari, Tim Pengembang Teknologi Informasi Dikmenjur Depdiknas, 2005

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Perss

M. Situmeang, Drs, Pelajaran Mengetik 10 Jari, Karya Utama, Jakarta, Indonesia, 1999.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses

Rahardja, D. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Introduction to Special Education). Center for research on International Cooperation in

Educational Development. University of Tsukuba.

Sudrajat, A (2009. Pengertian Tujuan Pembelajaran . [Online]. Tersedia http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/08/30/tujuan-pembelajaran sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran.[27 Februari 2014]

Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Smkyza1bogor.(2008).Materi Mengetik. Tersedia [Online].Tersedia

(39)

76

Syariful Fahmi. (2009). Mengenal Tunanetra . [Online]. Tersedia http://syarifulfahmi.blogspot.com/2009/01/mengenal-tunanetra. [27 Februari 2014]

Tim Pengembang MKDP (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan dalam konten sains tidak hanya dibatasi pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum IPA di sekolah tetapi juga termasuk pengetahuan yang dapat

sedangkan pada kelas lima hingga kelas tujuh hanya mempelajari kitab hasyiyah al-khudury. Pada mata pelajaran sharf , kitab yang dipelajari juga empat kitab, yaitu: Kitab

candidate should organize this application in a separate file, adding the DAAD application form , a motivation letter with reference to the current occupation, professional

Perbedaan yang signifikan ini menujukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS

[r]

Pada bulk-fill untuk mengurangi polimerisasi shrinkage produsen menambahkan suatu bahan yaitu shrinkage stress reliever, merupakan suatu filler khusus yang sebagian

[r]

Jadwal Penyelenggaraan pemilihan Gubemur dan wak Gubernur, Bupati dan wakil Bupati, dan/atau walikota dan wakil walikota Tahun 2017 menyebutkan bahwa tanggal 22 NIet