• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS GEOGRAFI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS GEOGRAFI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……… i

Lembar Pengesahan ……….. ii

Abstrak .. ……… iii

Pernyataan ……….. iv

Motto ……….. v

Kata Pengantar ……… vi

Daftar Isi ……… ix

Daftar Tabel ………. xii

Daftar Gambar ……… xiii

Daftar Lampiran ……...………. xiv

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan Penelitian ………. 6

D. Manfaat Penelitian ………. 7

E. Verifikasi Konsep ….……… 9

F. Metode Penelitian ……… 10

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 11

BAB II KAJIAN KONSEPTUAL ……….. 12

A. Hakekat IPS dan Pendidikan IPS ... 12

1. Hakekat IPS ... 12

(2)

3. Tujuan Pendidikan IPS ... 17

B. Hakekat Geografi dan Pengajaran geografi ... 21

1. Hakekat Geografi ... 21

2. Tujuan Pendidikan Geografi ... 23

3. Ruang Lingkup Pengajaran geografi ... 25

4. Karakteristik Pengajaran geografi ... 27

5. Metode Pendekatan geografi ... 27

C. Hakekat Lingkungan Alam Sosial, Budaya, dan Psikologis ... 29

1. Lingkungan Alam ... 29

2. Lingkungan Sosial ... 32

3. Lingkungan Budaya ... 32

4. Lingkungan Psikologis ... 33

D. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ... 34

E. Sumber Belajar dalam proses Pembelajaran Bidang Studi Geografi ... 36

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 38

A. Metode Penelitian ... 38

B. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan kelas ... 40

C. Instrumen Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Lokasi dan Subjek penelitian ... 44

F. Langkah-Langkah Penelitian ... 44

G. Teknik Analisis data ... ... 49

(3)

A. Deskripsi Data... 53

1. SMP Negeri 1 Slawi ... 53

2. Orientasi ... 58

3. Pelaksanaan Penelitian pada Tindakan Pertama ... 62

4. . Pelaksanaan Penelitian pada Tindakan Kedua ... 65

5. Pelaksanaan Penelitian pada Tindakan Ketiga ... 71

6. Pelaksanaan Penelitian pada Tindakan Keempat ... 77

7. Pelaksanaan Penelitian pada Tindakan Kelima ... 82

B. Pembahasan ... 90

C. Temuan Penelitian ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1 Nama Guru dan Staf TU ... ... 55

2 Nama Wali Kelas ... 57

3 Sarana dan Prasarana ... 58

4 Rekapitulasi Temuan Setiap Siklus... 86

5 Hasil Tes Formatif untuk setiap Tindakan ……….. 89

6 Rekapitulasi Perolehan Nilai untuk Setiap Tindakan... 97

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

1 Alur Kegiatan Pembelajaran ... 46

2. Gedung SMP Negeri 1 Slawi ... 53

3 Denah Lokasi SMP Negeri 1 Slawi ... 54

4 Perolehan Nilai untuk setiap tindakan ... 98

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman

1 Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah …………. 110

2 Pedoman Wawancara untuk siswa ……… 111

3 Pedoman Waancara untuk guru ……… 111

4 Lembar Kerja Siswa ………. 113

5 Rencana Pembelajaran ………. 117

6 Surat Keterangan Penelitian ………. 125

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka pada tiap jenjang dan jenis pendidikan disusun kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pendidikan. Menurut aliran teori belajar Gestalt, kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan (Pasaribu, 1983 : 97). Hilda Taba dalam Ibrahim (1996:5) menjelaskan bahwa kurikulum terdiri atas tujuan, isi, pola belajar mengajar dan evaluasi. Lebih lanjut Hasan (1988:36) menjelaskan sebagai produk maka kurikulum dipengaruhi oleh berbagai faktor guru, siswa, dan lingkungan. Oleh karenanya ketiga faktor tersebut merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan dan saling menunjang. Bila dikaji secara seksama maka proses pembelajaran yang merupakan realisasi pelaksanaan kurikulum dan merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, di dalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini melibatkan berbagai komponen seperti sarana, metode alat (media), dan sumber, sehingga tercipta situasi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Hal ini senada dengan

(8)

apa yang pernah dikemukakan oleh Sardiman (1996:14) dan Djadjuri : (1997:21) bahwa proses belajar mengajar senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru tersebut dibutuhkan komponen-komponen pendukung yang edukatif.

Kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran merupakan salah satu syarat bagi seorang guru dalam mengupayakan hasil belajar yang lebih baik. Agar menjadi proses pembelajaran yang optimal, maka seorang guru harus menguasai berbagai ketrampilan mengajar. Salah satu keterampilan mengajar tersebut adalah keterampilan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai salah satu sumber belajar. Karena lingkungan yang ada di sekitar siswa adalah salah satu sumber yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar secara lebih optimal. Bila dalam proses pembelajaran guru menggunakan lingkungan tersebut sebagai sumber belajarnya, maka hal ini akan lebih bermakna dan bernilai, sebab para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih factual, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Nilai-nilai yang dapat diperoleh dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar antara lain:

1. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa kita, memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan kebenarannya lebih akurat.

(9)

3. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learning) sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.

4. Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan memungkinkannya menggunakan berbagai cara seperti proses mengamati, bertanya, atau wawancara membuktikan sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya.

5. Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, memberikan kebebasan siswa untuk belajar secara aktif, serta memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai salah satu sumber belajar. Di samping itu maka bahan dan sumber belajar hendaknya disajikan secara meaningful, integrative value based, challenging sehingga memungkinkan siswa aktif di dalam proses belajar mengajarnya.

Siswa pada hakekatnya adalah sebagai pembelajaran pelaku atau subjek dalam belajar. Mereka memiliki potensi untuk aktif dalam belajar active leaner. Menurut Roth & Rochounbury (1992) dalam Suarma (2001: 4)

(10)

Dalam kenyataannya sehari-hari dominasi guru dalam proses belajar mengajar masih banyak terjadi sebagai akibat dari pendekatan guru yang teacher centred siswa menjadi pasif dalam menerima pelajaran. Sebagaimana

yang ditunjukkan penelitian selama ini bahwa siswa dalam PIPS GEOGRAFI lebih berada pada posisi pasif, menerima bahan pelajaran, dan guru aktif menyajikan bahan pelajaran (Suwarma, 1991: 7).

Di samping itu kurang bervariasinya sumber belajar di mana guru masih mengandalkan buku teks yang kadang kurang relevansi dengan tujuan yang ingin dicapai, yang lebih parah lagi bahwa masih ada pandangan dari sebagian guru yang beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya sumber.

Hal tersebut senada dengan penilaian A. Sanusi (1997) dalam Suwarma (2001: 9) tentang bahan dari lingkungan social peserta, dikemukakan bahwa “Struktur sistem sosial dan perilaku kemasyarakatan individual, kelompok, dan organisasi pada tingkat lokal, nasional dan global yang disignifikasikan pada saat ini tidak jadi acara dalam pertemuan kelas pada pengajaran Ilmu Sosial.“ Dikemukakannya pula bahwa kondisi ini mempengaruhi dalam sistim penyampaiannya yang menunjukkan bahwa “pertemuan kelas dalam pengajaran Ilmu Sosial yang mengandung transfer informasi tentang konsep ilmu-ilmu social amat lemah.”

(11)

banyak sumber belajar yang dapat mempengaruhi perolehan hasil belajar siswa. Siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi dengan guru, dengan temannya maupun dengan lingkungannya (Semiawan, 1992: 16).

Kegiatan belajar memerlukan interaksi dengan berbagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa, salah satu peran guru adalah menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda, masih banyak guru yang belum melakukan peranannya sebagai fasilitator. Dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang memang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan belajarnya secara efektif dan efisien.

(12)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang seperti diuraikan di atas maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana guru memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama untuk meningkatkan hasil belajar?”

Masalah pokok tersebut dapat dijabarkan ke dalam sub-sub masalah, untuk memudahkan dalam penganalisisan sebagai berikut:

1. Apakah guru dalam memberikan pelajaran di kelasnya telah memanfaatkan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar?

2. Bagaimanakah hasil pembelajaran guru yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada pelajaran IPS Geografi.

3. Bagaimanakah keuntungan guru dalam proses belajar mengajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar?

4. Kendala apakah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum penelitian dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

(13)

2. Tujuan Khususnya adalah untuk mengungkapkan:

a. Ada tidaknya guru dalam proses pembelajaran telah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi kelas II SMP Negeri I Slawi.

b. Hasil pembelajaran dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi bagi siswa SMP Negeri I Slawi.

c. Keuntungan guru dalam proses pembelajaran yang memanfatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi pada kelas II SMP Negeri 1 Slawi.

d. Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi bagi siswa SMP Negeri I Slawi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan mendapat masukan bagi :

1. Guru Sekolah Menengah Pertama untuk:

(14)

b. Mengelola dan memberdayakan lingkungan sekitar terutama dalam rangka menunjang pengayaan materi pelajaran oleh guru serta menunjang kualitas proses belajar mengajar IPS Geografi.

c. Menyempurnakan pola pembelajaran Pendidikan IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama.

d. Peningkatkan serta pengembangan profesionalisme guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama.

e. Peningkatkan pembelajaran pendidikan IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama.

2. Program Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan materi untuk mempersiapkan calon guru Sekolah Menengah Pertama, terutama dalam meningkatkan kemampuan profesionalisme calon guru Sekolah Menengah Pertama dalam mengelola kelas. Mengembangkan strategi belajar mengajar, menggunakan media pengajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

Selain itu juga dapat dipakai sebagai acuan di dalam mengajarkan bagaimana cara memanfaatkan lingkungan sekitar dalam proses belajar mengajar.

3. Kepala Sekolah, Depdiknas dan Instansi Terkait.

(15)

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara baik masa kini, sekarang maupun yang akan datang.

4. Bagi Orang Tua Murid

Melalui komite sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana bagi orang tua untuk berpartisipasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam perannya sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber belajar di lingkungan sekitar yang memang sangat diperlukan bagi anak, untuk menunjang proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama.

E. Verifikasi Konsep

Guna menghindari penafsiran yang berbeda dan untuk memperoleh kesamaa persepsi dalam penelitian ini, maka perlu diberikan beberapa definisi yang digunakan sebagai berikut:

1. Lingkungan

Lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan hidup manusia , yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang berpengaruh terhadap sifat-sifat dan pertumbuhan manusia yang bersangkutan. Oleh karena itu, manusia lain, benda-benda hasil budaya, peraturan, udara, air, panas matahari, dan lain-lainnya yang ada di sekitar manusia, termasuk lingkungan hidup manusia. Dengan demikian kita membedakan lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan budaya. (Nursid Sumaatmadja, 1998: 23).

Selanjutnya akan diuraikan tentang lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan psikologis.

(16)

b. Lingkungan sosial, adalah kehidupan sosial manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya baik sendiri-sendiri maupun kelompok, misalnya keluarga, tetangga, organisasi sosial, masyarakat.

c. Lingkungan budaya, adalah suatu kondisi baik yang berupa materi maupun nonmateri yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitasnya yang berpengaruh terhadap kehidupan.

d. Lingkungan psikologis, yaitu suasana psikologis yang melingkupi kehidupan manusia, misalnya keadaan damai, aman, tertib, gaduh, bising dan lainnya.

2. Pemanfaatan adalah fungsi pengembangan belajar yang bertujuan mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan komponen sistem instruksional.

3. Sumber belajar, adalah semua hal yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam belajar.

4. Hasil belajar, hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajar mengajar yang meliputi aspek kognitif, skills, attitude, dan value.

5. Pembelajaran, adalah upaya yang dilakukan guru untuk membangkitkan prakarsa belajar siswa, agar dapat belajar lebih mudah, lebih lancar, dan lebih berhasil dalam mencapai tujuan belajar.

F. Metode Penelitian

(17)

digunakan harus menekankan pada suatu kajian reflektif dan kolaboratif yang bertumpu pada realitas lapangan (natural setting).

Berdasarkan paradikma yang demikian maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Pemilihan metode tersebut didasarkan pada tujuan dan karakteristik masalah penelitian yang telah ditetapkan.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil adalah SMP Negeri 1 Slawi Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, yang beralamat di Jl. Prof. Moh. Yamin Slawi Kabupaten Tegal. Dalam tahun pelajaran 2003/2004 ini memiliki siswa sejumlah 27 kelas yang terdiri atas kelas I, II, dan III masing-masing 9 kelas. Sebagai sampel penelitiannya adalah kelas II-A yang berjumlah 42 siswa terdiri atas laki-laki 20, dan perempuan 22 siswa, tahun pelajaran 2004/2005.

SMP Negeri I Slawi adalah termasuk sekolah yang favorit di kecamatan Slawi dibandingkan dengan empat SMP Negeri yang lainnya. Di samping itu lokasinya adalah sangat strategis, mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Berdasarkan beberapa hal tersebut maka penulis menentukan SMP negeri I Slawi sebagai lokasi penelitian ini.

2. Subjek Penelitian

(18)
(19)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, merefleksi secara kritis dan kolaboratif realistis terhadap permasalahan-permasalahan dari penerapan suatu tindakan pembelajaran di kelas, yang meliputi kinerja guru maupun siswa serta situasi pembelajaran yang terjadi di dalamnya. Dengan demikian metode yang diterapkan ditekankan pada suatu kajian reflektif dan kolaboratif berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research). Dengan model penelitian yang demikian, tidak hanya memecahkan permasalahan yang ada di dalam kelas, melainkan selalu berusaha untuk meningkatkan profesionalisme bagi guru melalui kegiatan kolaboratif.

Penelitian tindakan kelas sebagai bentuk dari penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan kualitas sekolah, dan keahlian mengajar (Niff dalam Sukidin, 2002: 12). Dengan demikian berarti penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang telah dilakukan.

Penelitian tindakan merupakan perpaduan antara prosedur penelitian dan tindakan substantif. Sebagai prosedur penelitian, model ini bercirikan adanya kajian reflektif diri secara inkuiri, partisipasi serta kolaborasi terhadap latar alamiah dan atau implikasi dari suatu tindakan. (Hopkins, 1993: 45).

(20)

Penggunaan penelitian tindakan kelas langsung ditujukan pada kepentingan praktis yang terjadi di lapangan. Maksudnya melalui penelitian tindakan diharapkan mendorong dan membangkitkan para guru di lapangan agar memiliki kesadaran untuk selalu merefleksi dan mengkritisi pada dirinya sendiri dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Langkah pertama pada penelitian ini adalah diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan pada 10 sekolah lanjutan tingkat pertama. Pada penelitian pendahuluan peneliti memberikan angket kepada 10 guru IPS di Kabupaten Tegal. Angket terdiri atas 20 pertanyaan yang isinya memuat lingkungan sekitar yang dapat dipergunakan sebagai sumber belajar IPS, yang meliputi lingkungan alam, sosial, budaya, dan psikologis.

Selanjutnya untuk kepentingan penelitian, prosedur pendahuluan dilakukan di beberapa kelas yang salah satunya nanti akan dijadikan sampel dalam penelitian ini. Temuan dari hasil studi pendahuluan, kemudian dilakukan refleksi bersama dengan guru kelas dan menentukan langkah-langkah selanjutnya sehingga tercapai tujuannya. Penelitian dengan model seperti ini dikategorikan dalam bentuk educational action research (Hopkins, 1993: 12). Berkembanganya penelitian tindakan kelas disebabkan oleh adanya persoalan praktis bagi guru dalam mengembangkan teori di kelas dalam pembelajaran. Guru sering menghadapi masalah yang berupa pemisahan antara teori yang ada dengan praktik yang diharapkan.

(21)

ancangan kualitatif dalam penelitian ini bermakna bahwa usaha dari peneliti untuk mengeksplorasi dan mengintervensi situasi sosial kelas melalui program pengembangan tindakan yang dilakukan bertolak dari informasi aktual yang diperoleh dari realitas wajar, dari aktifitas guru dan siswa serta proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung di dalam kelas.

B. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Dilaksanakan penelitian tindakan kelas karena PTK cocok untuk meneliti tentang sesuatu realitas sosial, dan bermaksud untuk melakukan perbaikan tentang realitas sosial, terutama dalam proses pembelajaran. Tujuan dari action research adalah untuk melakukan perbaikan realitas sosial berdasarkan data kualitatif.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dalam hal ini adalah guru yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan (Sudikin, 2002: 16).

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dan guru tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dalam mencobakan suatu tindakan pembelajaran yang baru, kemungkinan hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru mempertimbangkan untuk memberikan hal yang terbaik kepada siswanya. Penetapan siklus tindakan dalam penelitian tindakan kelas selalu mengacu pada penguasaan yang ditargetkan pada perencanaan.

(22)

2002: 20). Masalah-masalah yang dimunculkan oleh guru hendaknya merupakan masalah yang cukup menantang, sehingga pemecahannya yang diharapkan dapat meningkatkan perbaikan proses pembelajaran.

Suatu penelitian tindakan kelas ditandai oleh: 1) adanya problema yang harus dipecahkan, bahwa problema penelitian tindakan kelas harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. 2) Adanya bentuk kegiatan penelitian, penelitian tindakan kelas juga ditandai dengan adanya tindakan-tindakan tertentu (alternatif) untuk dicobakan guru memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Arifin Maksum, 1997: 39).

Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah untuk: 1) melakukan perbaikan realitas atau pengembangan praktik pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas, 2) peningkatan dan layanan profesional guru, 3) terwujudnya proses latihan dalam jabatan selama berlangsungnya kegiatan penelitian tindakan (Mcniff, 1992 dalam Suyanto, 1996:4). Jadi bukan hanya semata-mata untuk memperbaiki proses pembelajaran namun sampai dengan tercapainya perbaikan situasi sosial di dalam kelas itu sendiri, sehingga manfaatnya menghasilkan kelas sebagai sarana inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, dapat meningkatkan profesionalisme guru serta hasil belajar siswa.

(23)

Proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) mengidentifikasi dan menganalisis masalah serta menemukan faktor penyebab utamanya, 2) merumuskan rencana pemecahan masalah, 3) menyusun rencana tindakan dalam mengatasi masalah, 4) melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, 5) melaksanakan observasi atas tindakan yang telah dilaksanakan, 6) melakukan refleksi terhadap apa yang telah dilakukan, dan dilanjutkan dengan perumusan rencana tindakan berikutnya sehingga tercapai tujuan yang telah direncanakan (Sudarsono, 1997: 15).

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas berbentuk siklus (cycle), yang berlangsung tidak hanya satu kali tetapi dapat dilakukan beberapa kali sampai tercapai tujuan yang telah direncanakan (Hopkins, 1993: 17). Dalam setiap siklus terdiri atas lima kegiatan pokok yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan refleksi. Pada siklus kedua dan selanjunya dilakukan kegiatan modifikasi pada tahap perencanaan, sebagai perbaikan (Hopkins dalam Arifin Maksum, 1997: 41)

Penelitian tindakan kelas dalam bentuk kolaborasi ditandai oleh adanya keterlibatan antara guru kelas, peneliti, kepala sekolah, karyawan kantor. Sesuai dengan prinsip PTK, dalam lima siklus penelitian menyajikan materi yang berbeda agar tidak mengganggu proses dan program pembelajaran di kelas.

C. Instrumen Penelitian

(24)

belajar dalam pembelajaran Pendidikan IPS Geografi di Sekolah Menengah Pertama”, dan untuk mengetahui kualitas pembelajaran, serta hasil belajar siswa, dilakukan dengan cara observasi langsung di tempat kegiatan pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Untuk memperkuat dan melengkapi data juga diadakan wawancara kepada guru, siswa, mapun kepala sekolah.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti bersama dengan guru kelas. Pedoman ini digunakan untuk membantu peneliti dalam mengamati seluruh proses pelaksanaan tindakan. 3. Pedoman Wawancara.

Pedoman wawancara juga disusun oleh peneliti untuk menggali data disesuaikan dengan situasi di lapangan digunakan untuk mengkaji pola-pola interaksi guru dan siswa selama dalam pelaksanaan tindakan. Pedoman wawancara yang khusus untuk siswa juga disusun oleh peneliti sendiri untuk mengakses pandangan siswa terhadap tindakan guru dan pengaruhnya terhadap reaksi dirinya, serta terhadap keseluruhan pembelajaran yang telah berlangsung.

4. Dokumentasi, Alat Rekam, dan Kamera.

(25)

kegiatan belajar baik pada tindakan pertama, kedua maupun ketiga dan seterusnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi meliputi: (1) observasi (2) wawancara (3) dokumentasi, dan (4) tes.

E. Lokasi, dan Subjek Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Slawi. SMP Negeri Slawi adalah salah satu dari tiga SMP di Kecamatan Slawi. Dari ketiga SMP tersebut, SMP Negeri 1 Slawi adalah yang paling favorit. Alasan peneliti un tuk memilih SMP Negeri 1 Slawi antara lain adalah karena SMP Negeri 1 Slawi adalah memang SMP yang paling favorit di Kecamatan Slawi, dan di Kabupaten Tegal pada umumnya. Dengan kafavoritannya tersebut apakah sekolah tersebut telah memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajarnya.

2. Subjek Penelitian.

Yang menjadi subjek penelitian sebagai sumber informai dalam penelitian ini adalah guru dan siswa-siswa kelas II-A SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal.

F. Langkah-Langkah Penelitian

(26)

dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran, menyiapkan alat-alat termasuk alat peraga yang akan digunakan dalam kegiatanpembelajaran. (4) melatih guru yang akan melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai kolaborator bagi peneliti. (5) penerapan rencana pembelajaran ke dalam proses yang sebenarnya. (6) observasi dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kendala apa yang dihadapi oleh guru, respon dari siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, respon siswa dan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Kegiatan-kegiatan dalam tahap persiapan meliputi : (1) mengidentifikasi, menganalisis, dan merumuskan masalah. (2) membuat rencana pembelajaran, (3) melatih guru dalam pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan : (1) pengisisan kuesioner oleh guru sebelum pembelajaran, (2) wawancara dengan guru sebelum pembelajaran, (3) observasi terhadap guru sebelum pembelajaran, (4) memberikan penjelasan terhadap guru tentang rencana pembelajaran yang akan diterapkan, (5) melaksanakan tes awal kepada siswa, (6) melaksanakan pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran pendidikan IPS Geografi, (7) melaksanakan observasi terhadap guru dan siswa selama pembelajaran, (8) melaksanakan tes akhir, (9) wawancara dengan guru setelah pembelajaran, (10) wawancara dengan siswa setelah pembelajaran, (11) melakukan triangulasi dengan guru dan kepala sekolah.

(27)

Gambar: 1

Alur Kegiatan Pembelajaran

Yang Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ( Modifikasi Hopkins, 1993 : 48 )

Alur kegiatan penelitian tersebut di atas dapat dijelaskan sebagaia berikut : 1. Identifikasi Masalah

Sebelum pelaksanaan penelitian, dilaksanakan observasi dan wawancara terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar IPS Geografi yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional. Ceramah masih mendominasi kegiatan belajar mengajar. Alat peraga, baik berupa model maupun benda asli serta lingkungan sekitar tidak digunakan dalam

Identifikasi masalah

Penyusunan instrumen

Menyusun renpel

Tindakan I Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi

Tindakan II

Tindakan III

Tindakan IV

Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi

Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi

Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi

(28)

kegiatan belajar. Penekanannya adalah penguasaan konsep, belum memperhatikan ranah yang lainnya. Metode eksperimen tidak pernah dilakukan. Diskusi kelompok jarang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Penelitian ini ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam pembelajaran pendidikan IPS Geografi sebagai usaha dalam meningkatkan pemahaman konsep dan sikap siswa.

2. Perencanaan

Di sini menyusun rencana tindakan dan penelitian termasuk revisi dan perubahan perencanaan, yang akan diselenggarakan dalam pembelajaran IPS Geografi. Keduanya disusun secara fleksibel untuk menghadapi berbagai masalah dan pengaruh yang mungkin timbul di lapangan yang belum diduga sebelumnya. Perencanaan disusu dan dipilih atas dasar pertimbangan kemungkinan untuk dilaksanakan secara baik dalam berbagai situasi. Sehubungan dengan hal tersebut rencana disusun secara reflektif, partisipatif, dan kolaboratif antara peneliti, guru mata pelajaran dan yang lainnya yang terkait.

3. Pedoman Observasi dan Wawancara

(29)

utama, terjun langsung ke lapangan, berusaha sendiri memperoleh informasi yang diperlukan.

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka digunakan instrumen penelitian. Instrumen yang diperlukan adalah : (1) lembar tes pemahaman konsep untuk tes awal dan tes akhir guna mengetahui pemahaman konsep bagi siswa baik sebelum maupun setelah pembelajaran. (2) pedoman wawancara untuk guru. (3) pedoman wawancara untuk siswa (4) lembar kuesioner untuk siswa. (5) lembar kuesioner untuk guru. (6) lembar observasi. (7) lembar penilaian

4. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran disusun secara kolaboratif oleh guru dan peneliti. Guru dan peneliti bersama-sama mengkaji GBPP, untuk mencari dan menentukan konsep dan keterampilan-keterampilan yang dapat disampaikan dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran pendidikan IPS Geografi. Kemudian menentukan topik-topik dari tema yang telah ditentukan lebih awal, menentukan alokasi waktu. Selanjutnya menyusun rencana pembelajaran untuk masing-masing topik, menentukan alat peraga yang dapat diperoleh di sekitar sekolah dalam pembelajaran pendidikan IPS Geografi, menentukan jenis kegiatan, menyusun LKS, dan menyusun alat evaluasinya.

5. Pelaksanaan Pembelajaran / Tindakan

(30)

5. Observasi dan Refleksi

Pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui dan mencari kesulitan-kesulitan yang muncul baik dari guru maupun dari siswanya, selama pembelajaran berlangsung. Dari hasil pengamatan yang ditemukan, kemudian direfleksikan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan, guna memperbaiki pembelajaran berikutnya.

6. Evaluasi Keseluruhan

Evaluasi keseluruhan dilaksanakan terhadap semua data yang telah terkumpul untuk menyempurnakan pembelajaran pendidikan IPS Geografi yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Dengan penyempurnaan tersebut diharapkan peneliti dan guru telah mempunyai satu pembelajaran yang baik yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

E. Teknik Analisis Data

1. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Setelah memperoleh izin penelitian, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh data awal sebagai pendukung untuk memperkuat permasalahan yang ada dengan cara wawancara langsung kepada guru mata pelajaran IPS Geoagrafi, mengamati cara guru meneglola proses pembelajaran, dan melakukan wawancara langsung dengan beberapa siswa di kelas tersebut.

(31)

yang direncanakan, dan mengarah kepada keputusan bersama untuk mengumpulkan data melalui observasi kelas. Selama observasi kelas, peneliti mengamati guru di dalam kelas dan mengumpulkan data pada aspek pembelajaran yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam diskusi balikan antara guru dengan peneliti memberikan informasi yang telah dikumpulkan selama observasi, memutuskan tindakan yang tepat, menyepakati adanya catatan-catatan diskusi, menentukan waktu untuk pertemuan selanjunya.

2. Analisis dan Penafsiran Data.

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, yaitu mengkategori dan mengklasifikasi data yang telah dikumpulkan berdasarkan analisis logisnya. Selanjutnya ditafsirkan dan disajikan secara sistematis untuk seluruh permasalahan.

Penganalisisan dilakukan secara reflektif, partisipatif, kolaboratif dalam bentuk lisan, tindakan, dan hasil dokumentasi. Pengolahan serta analisis data menggunakan metode analisis pembicaraan (talk and conversation analysis), teks (ethnografic analysis, dan interaksi (interaction analysis) (Hopkins, 1993: 19)

(32)

Proses pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, rekaman disajikan dalam bentuk matrik. Untuk memudahkan interpretasi data, semua data yang telah terkumpul diorganisasikan dengan memberikan tanda sehingga memudahkan dan memberi makna semua hasil temuan dalam penelitian, sehingga memperoleh beberapa kelompok data sesuai dengan atribut masing-masing.

b. Validasi

Validasi data dilakukan dengan: 1) Triangulasi

Maksudnya data divalidasi melalui tiga sudut pandang yang berbeda, sehingga masing-masing data pengakses data yang relevan dengan situasi pembelajaran pendidikan IPS Geografi yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran data dengan menggunakan sumber lain yaitu dengan cara membandingkan kebenaran data dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain misalnya guru IPS, siswa, tenaga administrasi, perpustakaan. Membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang tinggi.

(33)

mempengaruhi tindakan-tindakan selama proses pembelajaran berlangsung. c) Pengamat, mengakses melalui data-data yang dikumpulkan selama observasi yang dapat menggambarkan bagaimana proses dan interaksi terjadi selama pembelajaran berlangsung, (Hopkins, 1993: 153)

2) Member check

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti kembali kebenaran data dengan mengkonfirmasikan dengan sumber datanya. Peneliti mengkonfirmasikan data yang diperoleh kepada guru melalui kegiatan refelktif-kolaboratif beberapa saat setelah kegiatan pembelajaran berakhir, atau pada waktu yang telah disepakati bersama. Temuan yang diperoleh dikemukakan untuk mendapatkan tanggapan, sanggahan, perbaikan, masukan, maupun informasi tambahan dari guru sehingga diperoleh validasi data yang tinggi.

3) Audti trail

Dengan memanfaatkan guru pendidikan IPS Geografi yang lainnya, pembimbing tesis, teman seangkatan, untuk berdiskusi tentang kebenaran data serta prosedur pengumpulannya. Tujuannya adalah untuk memperoleh kritik, saran, dan tanggapan sehingga akan memperkuat kebenaran data yang diperoleh.

3. Interpretasi Data

(34)
(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan penelitian dengan melaksanakan tindakan kelas serta pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah membawa suatu perubahan baik pada perilaku siswa, nilai yang diperoleh serta kinerja guru dalam proses pembelajaran. Adapun secara khusus berdasarkan temuan dan hasil pembahasan penelitian yang telah dikemukakan di depan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru dalam kesehariannya belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPS Geografi. Namun sesuai dengan rencana dan pelaksanaan penelitian, guru telah memanfatkan lingkungan sebagai sebagai sumber belajar. Lingkungan yang dimaksud adalah daerah tercemar, daerah hutan yang rusak, persawahan, peternakan ayam, dan perikanan sebagai sumber belajar. Hal tersebut sesuai dengan pengertian sumber belajar bahwa semua kenyataan yang ada dan terjadi di permukaan bumi, baik yang berkenaan dengan kehidupan manusia maupun yang berkenaan dengan alam lingkungan manusia, segala prosesnya, menjadi sumber pengajaran geografi. (Nursid Sumaatmadja, 11996: 13)

2. Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam mata pelajaran IPS Geografi Kelas II SMP Negeri I Slawi telah menunjukkan hasilnya antara lain meningkatnya semangat dan gairah belajar siswa, meningkatnya kreatifitas dan daya nalar siswa, menumbuhkan kesadaran, meningkatnya hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran geografi. Hal tersebut

(36)

sesuai dengan fungsi pengajaran geografi yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam mengenal dan memahami gejala alam dan kehidupan dalam kaitannya dengan keruangan dan kewilayahan serta mengembangkan sikap postif dan rasional dalam menghadapi permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh manusia terhadap lingkungannya (Kurikulum Pendidikan dasar, 1993: 1)

3. Keuntungan guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah meningkatnya kemampuan dalam melaksanakan tugas guru, mendalamnya pemahaman tindakan-tindakan yang telah dilakukan, tercapainya kondisi praktek pembelajaran yang lebih baik. Hal tersebut karena dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan pendekatan yang memungkinkan seorang siswa memperoleh pengalaman langsung, terutama pengalaman yang memberikan hasil yang positif yang dapat mendukung tujuan belajar. Di samping itu sesuai dengan apa yang diharapkan sebagai guru yang profesional yaitu kemampuan merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar mengajar, menilai kemajuan kegiatan belajar mengajar, memanfaatkan dan menafsirkan hasil penilaian kemampuan belajar mengajar.

(37)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, temuan, dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru Pendidikan IPS Geografi.

Untuk selalu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar Pendidikan IPS Geografi, sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Hendaklah secara sadar berusaha untuk mengubah gaya mengajar, dari yang tadinya tidak banyak melibatkan secara aktif kepada seluruh siswa, menjadi lebih aktif untuk melibatkan aktifitas siswa, menghargai dan menggali potensi siswa, menggali dan mengungkapkan pengalaman siswa, sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna.

2. Kepada Kepala Sekolah

(38)

3. Kepada Kelompok Kerja Guru

Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Pendidikan IPS Geografi dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran yang lebih bermakna, oleh karena itu penulis sarankan agar dalam kegiatan kerja guru dapat dibahas lebih lanjut agar dapat semaksimalnya memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

4. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten

Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Pendidikan IPS Geografi dapat meningkatkan perolehan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran yang lebih bermakna, sedangkan bagi guru belum mempunyai kemampuan profesional untuk itu, maka hendaknya Dinas

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1981. Ketrampilan-Ketrampilan Dalam Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depdikbud.

AECT. 1997. Definisi Teknologi Pendidikan, Satuan Tugas Definisi Terminologi AECT. terjemahan oleh Miarso, dkk, 1986, Jakarta: CV. Rajawali.

Achmad Sanusi, 1993. Program Strategis Pembangunan Lokal dan Pengentasan Kantong-kantong Kemiskinan (pesantren sebagai Patner and Trigger of local Development). Draft-1/ AS. Bandung.

Arief Achmad, 1997. Pemanfaatan Media Massa sebagai Sumber Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Arifin Maksum, 1997. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, IKIP Bandung.

Buchari Alma. 2003. Hakekat Studi Sosial. Bandung : Alfabeta.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga. Daldjoeni, N. 1981. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Alumni. Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-Garis Besar Program

Pengajaran SLTP. Mata Pelajaran IPS GEOGRAFI. Jakarta : Depdikbud.

Djahiri, K. 1994. Pedoman Pengajaran IPS GEOGRAFI Bagi Guru. Bandung : FKIS – IKIP.

Djahiri, A. Kosasih. 1980. CBSA Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depdikbud.

Hamalik, Oemar. 1992. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : CV. Mandar Maju.

Hapkins, David, 1985. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelpia : Open University Press. Milton Keynes.

Hasan, 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Depdikbud. Dirjen Dikti. Jakarta.

_____, 2001. Pendidikan IPS GEOGRAFI dan Ilmu Sosial di Masa Mendatang. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Bandung.

Hasan, Said Hamid. 1993. Tujuan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. JPIS. Edisi Perdana. Bandung : FPIPS GEOGRAFI-IKIP.

(40)

Hernawan. 1998. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud UT.

Iskandar Wijoyokusumo. 1989. Pengelolaan Sumber Belajar. Surabaya. University Press. IKIP Surabaya.

Jarolimek, John. 1982. Social Studies in Elementary Education. 6th eds. New York Macmillan Publishing Co. Inc.

Komaruddin Sastradipoera. 2002. Manajemen Sumber Daya manusia, Suatu pendekatan Fungsi Operatif. Bandung. KAPPA SIGMA.

Mohammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

________. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo Offset.

Mulyono Tj. 1980. Pengertian dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdikbud – P3G.

Nasution S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nur Hadi, 1997. Pemanfaatan Sumber Belajar oleh Guru dan Pengaruhnya

terhadap Hasil Belajar dalam Pengajaran Pendidikan IPS.

Nursid Sumaatmadja. 1984. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Alumni. Bnadung.

_______. 1986. Pengantar Studi Sosial. Bandung. Alumni.

_______. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung. Alumni.

_______. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. Bumi Aksara.

_______. 2000. Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung. Alfabeta.

_______. 2002. Pendidikan pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung. Alfabeta.

Pasaribu, I.L. & Simandjuntak, B. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.

(41)

Sudjana, N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N & Ibrahim, R. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Insan Cendekia.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang : IKIP.

Referensi

Dokumen terkait

From the data analysis, the reseacher found the students’ problem and the cause of the problem in the process of learning listening of SMAN 15 Bandar Lampung

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan ekstrakurikuler pramuka penggalang di SD Jaranan Banguntapan Bantul dapat dilihat dari 1) perencanaan pihak

Termasuk yang juga bisa menolong untuk khusyu’ dalam shalat, yaitu tidak mengganggu orang lain dengan bacaan al Qur`an, tidak shalat dengan pakaian atau baju yang ada

 Perubahan lain dari HTC melalui sistem operasi Froyo Desire adalah dapat meletakkan aplikasi di sd card berbeda dengan sitem operasi terdahulu yang hanya

Perhitungan terminal value menurut Damodaran (2012) didasarkan pada kenyataan bahwa estimasi aliran kas tidak dapat dilakukan setiap tahun selamanya, sehingga biasanya

pelaku yang dipenjara juga memunculkan persoalan baru bagi keluarga dan sebagainya. Ciri yang menonjol dari restorative justice, kejahatan ditempatkan sebagai gejala

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

[r]