• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN

PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Azza Nuzullah Putri

1102577

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Azza Nuzullah Putri, 2013

ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN

PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS

Oleh:

Azza Nuzullah Putri

S.Pd, Universitas Negeri Padang, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi

Sekolah Pasca Sarjana

© Azza Nuzullah Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Azza Nuzullah Putri, 2013

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Analisis

Penguasaan Hakikat Sains Guru Biologi SMA dan Penerapannya dalam Pengembangan LKS” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada

saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Desember 2013 Yang membuat pernyataan

(5)

ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU BIOLOGI SMA DAN PENERAPANNYA DALAM PENGEMBANGAN LKS

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguasaan hakikat sains dan penerapannya dalam LKS yang telah dikembangkan guru biologi SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Partisipan dari penelitian ini adalah guru-guru biologi dari SMA berbeda di Bandung yang mengikuti program pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada tahun 2012-2013 yang diadakan oleh Dosen Program Studi Pendidikan Biologi UPI. Data dikumpulkan melalui tes hakikat sains, kuesioner, lembar observasi dan wawancara. Hasil tes hakikat sains menunjukkan bahwa aspek kaidah-kaidah fakta ilmiah dan postulat sains mendapatkan hasil capaian yang sama (80%). Capaian yang terendah yaitu pada aspek tatanama ilmiah (45%). LKS yang dikembangkan guru termasuk pada jenis discovery (60%), expository (40%) dan belum ada yang termasuk jenis inquiry. LKS yang dikembangkan oleh guru telah mengandung aspek-aspek hakikat sains. Guru telah melakukan proses inkuiri dalam mengembangkan LKS, namun belum mentransformasikan proses atau langkah-langkah inkuiri tersebut ke dalam LKS yang dikembangkannya.

(6)

iii

Azza Nuzullah Putri, 2013

THE ANALYSIS OF NOS MASTERY OF SENIOR HIGH SCHOOL BIOLOGY TEACHERS AND THE IMPLEMENTATION

IN DEVELOPING WORKSHEET DESIGNED

ABSTRACT

This research aimed to describe the mastery of NOS and the implementation in developing worksheet designed by senior high school biology teacher. This research was conducted using descriptive method. Research participants were biology teachers from different high school in Bandung who joined tutorial program for inquiry-based laboratory activities organized by the Biology Education Lecturer UPI 2012-2013. Data were collected through NOS test, questionnaire, observation and interview sheet. Based on the results of NOS test, the rules of scientific evidence and postulates of science aspects got the same achievement (80%). Lowest achievement results obtained in the aspect of scientific nomenclature (45%). The worksheets that have been developed by teachers were categorized to discovery (60%), expository (45%) and no one was inquiry style. The worksheets have been developed by teachers contained aspects of the nature of science.The teachers have made process of inquiry in developing worksheets, but they have not been transform the process or the steps of inquiry into worksheets that they have developed.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Pertanyaan Penelitian ... 4

D.Batasan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ANALISIS PENGUASAAN HAKIKAT SAINS GURU SMA DAN PENERAPANNYA DALAM LKS A.Kemampuan Guru Sains (Biologi) ... 6

B.Hakikat Sains ... 9

C.Aspek-aspek Hakikat Sains ... 12

D.Miskonsepsi Mengenai Sains ... 19

E. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 21

F. Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri.. 25

G.Penelitian yang Relevan ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 28

B.Metode Penelitian ... 28

C.Definisi Operasional ... 29

D.Instrumen Penelitian ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G.Analisis Data ... 35

(8)

viii

Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 38

1. Data Hasil Tes Hakikat Sains Guru Biologi SMA ... 39

2. Hasil Analisis Jenis LKS Guru Biologi SMA ... 46

3. Aspek-aspek Hakikat Sains pada LKS Guru Biologi SMA ... 47

4. Data Hasil Analisis Angket ... 48

5. Data Hasil Analisis Wawancara ... 51

6. Data Hasil Observasi ... 54

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... .... 55

1. Guru A... 57

2. Guru B ... 64

3. Guru C ... 68

4. Guru D... 71

5. Guru E ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 79

B.Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Istilah dan Konsep Penting Dalam Sains ... 13

2.2 Perbandingan Aspek Hakikat Sains ... 18

3.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains ... 30

3.2 Hasil Ujicoba Soal Hakikat Sains ... 31

3.3 Kisi-kisi Lembar Angket ... 32

3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 32

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Kategori Persentase ... 35

3.7 Kategori Persentase Angket ... 46

4.1 Rata-rata Setiap Aspek Hakikat Sains Guru ... 39

4.2 Capaian Hakikat Sains Guru Pada Tiap Aspek ... 40

4.3 Hasil Analisis Jenis LKS ... 46

4.4 Aspek Hakikat Sains yang Muncul pada LKS ... 47

4.5 Analisis Hasil Angket ... 49

4.6 Analisis Hasil Wawancara ... 51

(10)

x

Azza Nuzullah Putri, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Tiga Domain Sains ... 10

3.1 Alur Penelitian ... 37

4.1 Capaian Hakikat Sains Guru ... 40

4.2 Capaian Aspek Tatanama Ilmiah ... 42

4.3 Capaian Aspek Keterampilan Proses Intelektual ... 43

4.4 Capaian Aspek Kaidah-Kaidah Fakta Ilmiah ... 44

4.5 Capaian Aspek Postulat Sains ... 45

4.6 Capaian Aspek Watak Ilmiah ... 46

4.7 Rancangan Alat Penjernihan Air Menggunakan Botol Bekas dan Selang Infus ... 61

4.8 Lilin Penutup Elemenyer ... 65

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Instrumen Penelitian

A.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains ... 85

A.2 Kisi-kisi Lembar Angket ... 96

A.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 98

A.4 Hasil Ujicoba Soal Hakikat Sains... 99

B. Hasil Penelitian B.1 Hasil Tes Pengetahuan Hakikat Sains Guru ... 101

B.2 Hasil Angket dan Wawancara ... 104

C. Dokumentasi C.1 LKS... 116

C.2 Biodata Peserta Program Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri ... 133 C.3 Dokumentasi Kegiatan ... 134

(12)

1

Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita

untuk memiliki sumber daya manusia yang cerdas serta terampil. Hal ini dapat

terwujud melalui generasi yang memiliki kemampuan berfikir yang baik.

Kemampuan tersebut dapat diperoleh dan dikembangkan melalui proses

pendidikan dan pembelajaran sains. Pendidikan sains memiliki peran penting

dalam mempersiapkan siswa untuk mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan

inisiatif dalam menanggapi isu-isu di masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan

dari kurikulum 2013, yaitu untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam

melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang

mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.

Siswa diharapkan memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang lebih baik sehingga siswa akan lebih kreatif, inovatif, produktif dan dapat

sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya

(Kemdikbud, 2013).

Pembelajaran sains yang efektif harus memperhatikan hakikat bagaimana

siswa belajar dan hakikat materi yang diajarkan. Biologi sebagai salah satu bidang

pembelajaran sains memiliki empat tujuan, antara lain: mengajarkan fakta-fakta

biologi, mengembangkan kemampuan, mengajarkan keterampilan dan mendorong

sikap yang nyata (Rustaman et al., 2003). Agar dapat mencapai tujuan tersebut

maka para guru biologi perlu memiliki pemahaman tentang hakikat sains. Selain

itu juga dibutuhkan suatu pendekatan dan metode yang dapat membantu guru

melaksanakan kegiatan pengembangan keterampilan dan kemampuan berfikir,

salah satunya adalah melalui pendekatan inkuiri.

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

dan Menengah (BSNP, 2013) mengisyaratkan mengenai perlunya proses

pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Upaya

(13)

2

dari kurikulum 2013. Guru dipersiapkan untuk dapat meningkatkan kompetensi

yang dimilikinya, salah satunya dalam melaksanakan kegiatan inkuiri.

The National Science Teacher Association (NSTA dan AETS, 2003)

menyebutkan bahwa inkuiri merupakan cara yang paling baik untuk memahami

isi sains, siswa belajar bagaimana bertanya dan menggunakan bukti untuk

menjawab pertanyaan tersebut. Namun proses pembelajaran sains yang

melibatkan proses inkuiri masih jarang dilakukan oleh guru-guru di sekolah. Hal

ini disebabkan karena masih terdapat beberapa guru yang belum banyak mengenal

pembelajaran berbasis inkuiri apalagi untuk mengembangkan suatu kegiatan

inkuiri. Berdasarkan hasil observasi field study yang dilakukan (Putri, 2012),

ditemukan bahwa metode pembelajaran biologi yang digunakan masih belum

bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

sehingga siswa pasif hanya menerima apa yang disampaikan guru. Salah satu

kemungkinan yang menyebabkan pembelajaran sains khususnya biologi masih

bersifat teacher centered karena lemahnya pemahaman guru mengenai hakikat

sains (nature of science).

Guru sains memerlukan kemampuan dalam memahami hakikat sains dan

melakukan inkuiri. Menurut National Science Education Standard (NRC, 1996)

seseorang yang memahami sains adalah yang memiliki pengetahuan mengenai

teori, hukum, prinsip, konsep, dan teknologi sains serta hubungannya dengan

lingkungan sosial atau kata lain orang tersebut harus memahami hakikat sains atau

Nature of Science (NOS). Dengan memahami hakikat sains seorang guru dapat

meningkatkan aktivitas siswanya, sehingga siswa dapat bertindak dan berpikir

secara ilmiah (NSTA dan AETS, 2003). Driver et al. (Lederman, 2006)

memberikan lima alasan mengenai pentingnya memahami NOS dari berbagai

aspek, yaitu: (1) kegunaan, pemahaman NOS diperlukan untuk memahami dan

mengelola serta memproses objek teknologi dalam kehidupan sehari-hari

memahami sains untuk mengelola objek teknologi serta prosesnya dalam

kehidupan sehari-hari, (2) demokratis, pemahaman NOS memberikan

pengetahuan dalam pengambilan keputusan mengenai berbagai persoalan sosial

(14)

3

Azza Nuzullah Putri, 2013

menghargai nilai sains sebagai bagian budaya masa kini, (4) moral, pemahaman

NOS membantu mengembangkan pemahaman norma-norma komunitas ilmiah

yang mengandung komitmen moral yang bernilai umum di masyarakat, (5)

pembelajaran sains, pemahaman NOS memfasilitasi pembelajaran materi sains.

National Research Council (1996) menyatakan bahwa pemahaman guru

terhadap hakikat sains penting untuk mendukung kemampuannya dalam

mengajarkan sains melalui inkuiri. Kemampuan guru untuk merancang sebuah

pembelajaran inkuiri sangat berkaitan dengan pemahamannya terhadap hakikat

sains. Selain itu menurut Riley (Abd-El-Khalick, 2012) guru dapat membantu

mengembangkan pemahaman siswa mengenai hakikat sains dengan memberikan

pengalaman berinkuiri kepada mereka melalui pembelajaran inkuiri. Seorang guru

sains yang mengembangkan dan mengintegrasikan pemahaman NOS lebih dalam

dapat menggunakan inkuiri sebagai sebuah pendekatan yang efektif dalam

pembelajaran (Abd El-Khalick, 2005).

Guru yang memiliki kompetensi melakukan inkuiri akan dapat membantu

siswa dalam penyelidikan ilmiah, memahami aturan yang diperlukan dalam

melakukan suatu penyelidikan ilmiah, dan untuk mengembangkan pengetahuan

ilmiah siswa. Agar dapat memfasilitasi siswa dalam melakukan penyelidikan

ilmiah, maka seorang guru harus mengemas sebuah kegiatan pembelajaran yang

tepat. Kegiatan pembelajaran ini salah satunya dapat dikemas dalam bentuk

Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan perangkat pembelajaran yang

berguna sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran.

Dalam mengembangkan sebuah LKS, guru perlu memperhatikan bentuk intruksi

yang digunakannya, supaya tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan menjadi

lebih jelas. Domin (Lagowski, 2002) membedakan jenis pengajaran laboratorium

ini menjadi empat yaitu: expository, inquiry, discovery, dan problem-based.

Jenis-jenis ini dibedakan berdasarkan hasil, pendekatan, dan prosedur yang digunakan.

Pada saat ini sedang dilakukan pendampingan untuk pengembangan

kegiatan laboratorium berbasis inkuiri bagi guru-guru biologi yang terlibat dalam

kegiatan MGMP. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan

(15)

4

Beberapa guru diarahkan untuk dapat mengembangkan LKS inkuiri dan sebagian

lagi diarahkan untuk merancang miniriset. Berdasarkan paparan diatas, maka

penulis perlu untuk mendeskripsikan penguasaan hakikat sains guru biologi SMA

dan penerapannya dalam pengembangan LKS pada kegiatan tersebut. Selain itu

juga penting untuk menganalisis jenis LKS yang dikembangkan oleh guru, apakah

telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu menghasilkan LKS jenis inkuiri atau

termasuk dalam jenis lainnya.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penguasaan Hakikat Sains Guru Biologi SMA dan Penerapannya dalam Pengembangan LKS?”

C.Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan menjadi beberapa

pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimanakah penguasaan hakikat sains guru biologi SMA?

2. Bagaimanakah jenis LKS yang dikembangkan guru biologi SMA?

3. Bagaimanakah kandungan aspek-aspek hakikat sains dalam LKS yang

dikembangkan guru biologi SMA?

D.Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini, maka

dibuat batasan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Penguasaan hakikat sains didasarkan pada aspek yang dikembangkan oleh

Wenning (2006a).

2. Penentuan jenis LKS didasarkan pada kriteria menurut Domin (Lagowski,

2002)

3. Guru-guru biologi SMA dalam penelitian ini adalah guru-guru biologi SMA

yang tergabung dalam MGMP biologi kota Bandung sebanyak 5 orang yang

(16)

5

Azza Nuzullah Putri, 2013

kegiatan laboratorium berbasis inkuiri tahun 2012/2013 yang dilaksanakan oleh

dosen jurusan biologi Universitas Pendidikan Indonesia.

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis penguasaan hakikat sains guru, jenis

LKS yang dikembangkan guru biologi SMA serta aspek-aspek hakikat sains yang

terdapat dalam LKS.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Memberikan gambaran bagi guru-guru biologi khususnya dan IPA umumnya,

agar dapat lebih memahami hakikat sains dan memahami kriteria-kriteria

pengembangan LKS yang baik untuk dapat mengimplementasikannya dalam

proses pembelajaran.

2. Bagi Peneliti

Memperoleh fakta mengenai penguasaan hakikat sains guru biologi SMA kota

Bandung yang mengikuti pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium

berbasis inkuiri dan memperoleh fakta bagaimana jenis LKS yang

dikembangkan oleh guru biologi SMA.

3. Bagi Peneliti Lain

Memberikan data dan kajian permasalahan dari penelitian yang memfokuskan

(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada beberapa lokasi di kota Bandung. Lokasi

penelitian merupakan tempat dilakukannya kegiatan pendampingan

pengembangan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri yaitu kampus Universitas

Pendidikan Indonesia dan tiga SMA di Bandung yang terdiri dari dua SMA negeri

dan satu SMA swasta.

Penelitian dilakukan pada lima orang guru biologi SMA kota Bandung yang

mengikuti kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan laboratorium berbasis

inkuiri yang diselenggarakan oleh dosen jurusan pendidikan biologi UPI pada

tahun 2012-2013. Guru-guru tersebut mengajar di sekolah yang berbeda, dua

orang guru mengajar di SMA negeri, dan tiga orang guru mengajar di SMA

swasta. Dalam penelitian ini masing-masing guru diberi kode, yaitu A, B, C, D,

dan E. Subjek penelitian diambil dari beberapa orang guru biologi SMA dari

seluruh peserta yang mengikuti kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan

laboratorium berbasis inkuiri tersebut.

Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposif (purposive

sampling), yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono,

2010). Pertimbangannya adalah guru-guru yang dipilih merupakan guru-guru

yang mendapat bimbingan untuk mengembangkan LKS. Dengan demikian

penentuan guru-guru tersebut sebagai subjek penelitian akan sesuai dengan tujuan

dari penelitian ini. Menurut McMillan dan Schumacher (2001), ukuran sampel

purposif diantara rentang 1- 40 orang atau lebih.

B.Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran penguasaan hakikat

sains dan penerapannya dalam pengembangan LKS guru biologi SMA. Data yang

didapat dalam penelitian ini dikumpulkan, disusun, dianalisis, diinterpretasikan

dan ditriangulasikan untuk memperoleh gambaran tersebut. Berdasarkan hal

(18)

29

Azza Nuzullah Putri, 2013

deskriptif, yang ditujukan untuk menilai dan mendeskripsikan fakta

sebanyak-banyaknya terhadap suatu subjek kajian tanpa adanya perlakuan atau manipulasi

variabel. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan

fenomena-fenomena yang ditemukan dan dideskripsikan apa adanya, tidak

dimodifikasi atau diberi perlakuan (Arikunto, 2010).

C.Definisi Operasional

Untuk menghindari berbagai penafsiran yang keliru terhadap definisi yang

digunakan dalam penelitian ini, maka operasional dari masing-masing variabel

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Hakikat sains menurut Lederman dan Zeidler merupakan nilai dan asumsi yang

melekat pada pengembangan pengetahuan ilmiah dan kegiatan ilmiah. Hakikat

sains mengacu pada epistemologi sains, sains sebagai jalan untuk mengetahui,

atau nilai dan kepercayaan yang melekat pada perkembangan pengetahuan

ilmiah. NOS merupakan pengetahuan tentang bagaimana ilmuwan

menggunakan dan mengembangkan scientific views, yaitu: bagaimana mereka

menentukan pertanyaan penelitian, bagaimana mereka mengumpulkan data dan

menganalisis temuan dari pengamatan terhadap fakta-fakta ilmiah yang ada

disekitar kita (Lederman, 1992).

2. Penguasaan hakikat sains diartikan sebagai pemahaman hakikat sains guru

biologi SMA yang ditunjukkan melalui skor hasil tes hakikat sains yang

merujuk pada aspek hakikat sains yang terdapat dalam kerangka pengajaran

NOS menurut Wenning (2006a). Aspek-aspek NOS yang digali pada penelitian

ini, yaitu: tatanama ilmiah (scientific nomenclature), keterampilan proses

intelektual (intellectual process skills), kaidah-kaidah fakta ilmiah (rules of

scientific evidence), postulat sains (postulates of science) dan watak ilmiah

(scientific disposition). Soal hakikat sains yang digunakan, penulis modifikasi

dari Nature of Science Literacy Test (NOSLiT) (Wenning, 2006b) yang telah

dialih bahasakan berupa 14 soal pilihan ganda, 4 butir soal benar-salah dan 3

soal uraian. Soal sudah divalidasi melalui ujicoba dengan reabilitas tes untuk

(19)

30

3. LKS yang dikembangkan oleh guru biologi SMA dianalisis berdasarkan jenis

instruksi laboratorium menurut Domin (Lagowski, 2002) yang dibedakan

menjadi empat yaitu: expository, inquiry, discovery,dan problem-based. Jenis

intruksi laboratorium tersebut dikelompokkan berdasarkan hasil (sudah atau

belum ditentukan), prosedur (diberikan guru atau dikembangkan siswa) dan

pendekatan yang digunakan (induktif atau deduktif). Selain itu juga dianalisis

kemunculan aspek-aspek hakikat sains yang terdapat pada LKS tersebut.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk dapat menjaring data yang

diharapkan pada penelitian ini adalah:

1. Soal hakikat sains

Soal-soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan hakikat sains guru

biologi SMA dalam penelitian ini adalah soal konten penguasaan hakikat sains

dimodifikasi dari Nature of Science Literacy Test (NOSLiT) (Wenning, 2006b)

yang telah dialih bahasakan berupa 14 soal pilihan ganda, 4 soal benar-salah

dan 3 soal uraian.

Berikut ini merupakan kisi-kisi soal hakikat sains berdasarkan aspek-aspek

dalam kerangka pengajaran hakikat sains menurut Wenning (2006a):

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains

No Aspek yang digali Nomor Soal

1 Tatanama Ilmiah (scientific nomenclature) 1,2,3,4 2 Keterampilan Proses Intelektual (intellectual process skills)

a. menghasilkan prinsip melalui induksi 5,6

b. menjelaskan dan memprediksi 7

c. mengobservasi dan merekam data 8,9

d. mengidentifikasi dan mengontrol variabel 10,11 e. mengkonstruksi grafik untuk menemukan

hubungan

12

f. mendesain dan memimpin investigasi ilmiah 13 g. penarikan kesimpulan dari fakta-fakta 14,15 3 Kaidah-kaidah fakta ilmiah (rules of scientific

evidence)

16,17

(20)

31

Azza Nuzullah Putri, 2013

Sebelum digunakan dalam penelitian, soal hakikat sains (nature of science)

diujicoba terlebih dahulu. Berikut ini disajikan rekap hasil uji coba soal hakikat

sains:

Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Soal Hakikat sains

a. Butir soal pilihan ganda (PG)

Butir Asli Butir Baru Korelasi Sign. Korelasi Keterangan

1 1 0,931 Sangat signifikan Digunakan

2 2 0,433 Signifikan Digunakan

3 3 0,587 Sangat signifikan Digunakan

5 4 0,492 Signifikan Digunakan

6 5 0,447 Signifikan Digunakan

7 6 0,561 Sangat signifikan Digunakan

8 7 0,477 Signifikan Digunakan

9 8 0,707 Sangat signifikan Digunakan

11 9 0,477 Signifikan Digunakan

15 13 0,931 Sangat signifikan Digunakan

16 14 0,625 Sangat signifikan Digunakan

17 15 0,625 Sangat signifikan Digunakan

18 16 0,504 Signifikan Digunakan

21 17 0,433 Signifikan Digunakan

b. Butir soal benar-salah (B-S)

Butir asli Butir baru Korelasi Sign. Korelasi Keterangan

19 18 0,486 Signifikan Digunakan

22 19 0,547 Signifikan Digunakan

25 20 0,584 Sangat signifikan Digunakan

28 21 0,644 Sangat signifikan Digunakan

Berdasarkan Tabel 3.2 a dan b terdapat 18 butir soal hakikat sains yang

dinyatakan valid. Soal pilihan ganda memiliki signifikansi korelasi >0,432

sehingga dinyatakan valid. Pada soal benar-salah signifikansi korelasi >0,485,

maka soal dinyatakan valid. Reliabilitas tes untuk butir soal pilihan ganda

adalah 0,60 dan butir soal benar-salah adalah 0,67. Reliabilitas dari butir soal

ini termasuk kategori tinggi.

2. Lembar angket

Lembar angket pada penelitian ini berisi sejumlah pertanyaan terhadap guru

(21)

32

pengembangan LKS pada kegiatan pendampingan pengembangan kegiatan

laboratorium berbasis. Angket terdiri dari pertanyaan dengan alternatif jawaban ‘ya’ dan ‘tidak’ serta dilengkapi dengan alasan atau penjelasan dari jawaban tersebut. Kisi-kisi lembar angket dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Angket

No Aspek yang digali No pernyataan/

pertanyaan

1 Tata nama ilmiah 1

2 Keterampilan proses intelektual 2,3,4,5,6,7

3 Watak ilmiah 8,9,10

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini untuk memperoleh informasi tentang pengalaman

merancang LKS serta kendala yang dialami guru ketika merancang LKS

tersebut. Data hasil wawancara digunakan untuk mendukung data hasil

penguasaan hakikat sains yang diuji dengan soal hakikat sains serta melengkapi

informasi yang diperoleh dari angket.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No Aspek yang digali No pertanyaan

1. Pengembangan LKS 1,2,3

2. Aspek-aspek hakikat sains 4,5,6,7,8

4. Catatan lapangan dan dokumentasi

Catatan lapangan merupakan kumpulan tulisan peneliti terhadap segala

informasi yang didengar dan dilihat selama mengumpulkan data penelitian.

Catatan ini merupakan catatan faktual dari aktifitas guru selama kegiatan

pendampingan. Dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan

kegiatan-kegiatan guru selama kegiatan-kegiatan pendampingan baik berupa rekaman suara, foto

dan video. Beberapa aktifitas guru dalam kegiatan pendampingan seperti

proses diskusi, presentasi, ujicoba LKS dan pada saat guru berkonsultasi

(22)

33

Azza Nuzullah Putri, 2013

pelengkap untuk menganalisis data yang diperoleh serta melengkapi dan

mengkonfirmasi data yang lainnya.

E.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap pengambilan kesimpulan sebagaimana yang diuraikan

sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menentukan dan merumuskan masalah

b. Studi literatur dan kepustakaan mengenai masalah yang diteliti

c. Membuat proposal penelitian dengan bimbingan dosen pembimbing

d. Melaksanakan seminar proposal

e. Perbaikan proposal penelitian dengan bimbingan dosen

f. Menyusun instrumen penelitian

g. Melakukan judgement oleh beberapa dosen ahli di jurusan pendidikan

biologi terhadap instrumen

h. Mengamati kegiatan pendampingan guru-guru biologi dalam

mengembangkan LKS

2. Tahap pelaksanaan

a. Memberikan soal hakikat sains kepada guru-guru.

b. Melakukan observasi terhadap proses pengembangan LKS oleh guru-guru

biologi

c. Mendokumentasikan kegiatan uji coba LKS yang telah dikembangkan oleh

guru-guru biologi

d. Mengumpulkan LKS yang telah dikembangkan oleh guru-guru biologi

e. Melakukan analisis jenis dan identifikasi aspek-aspek hakikat sains dalam

LKS yang dikembangkan oleh guru-guru biologi

f. Meminta guru untuk mengisi angket tentang hakikat sains dan penerapannya

dalam LKS yang dikembangkan serta kesulitan yang dihadapi guru dalam

(23)

34

g. Melakukan wawancara kepada guru-guru mengenai pengalaman dalam

merancang LKS sebelumnya serta hal yang berkaitan dengan aspek-aspek

hakikat sains

3. Tahap pengambilan kesimpulan

a. Menganalisis dan mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian

c. Menarik kesimpulan

d. Menyusun laporan

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui tes, observasi, kuesioner,

wawancara dan studi dokumentasi.

Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data

No Aspek yang

diungkap

Teknik pengumpulan

Instrumen Sumber

data

1 Informasi mengenai penguasaan hakikat sains guru biologi

- Tes hakikat sains

- Wawancara

- Kuesioner

- Observasi

- Soal hakikat sains dimodifikasi dari NOSLit

- Lembar angket

- Pedoman wawancara

Guru

2 Informasi mengenai jenis LKS yang dikembangkan guru dan aspek-aspek hakikat sains dalam LKS

- Studi

dokumentasi

- Kriteria jenis-jenis LKS - Lembar identifikasi aspek hakikat sains pada LKS Guru

3 Informasi mengenai kendala-kendala yang ditemukan guru dalam mengembangkan LKS -Wawancara -Kuesioner - Pedoman wawancara

- Lembar angket

Guru

4 Catatan hal-hal penting yang terjadi selama penelitian

(24)

35

Azza Nuzullah Putri, 2013 G.Analisis Data

1. Analisis data hasil tes hakikat sains

Data berupa skor hasil tes hakikat sains dari masing-masing guru biologi

SMA. Skor tersebut dianalisis secara deskriptif dari setiap aspek hakikat sains.

Pendeskripsian aspek-aspek hakikat sains dilakukan pada setiap guru yang

mengikuti pendampingan serta juga akan dideskripsikan secara total dari seluruh

guru. Skor dihitung dari setiap jawaban yang benar saja.

Skor setiap soal pilihan jika benar diberi skor 2 (dua) dan jika salah diberi

skor 0 (nol). Soal uraian akan memungkinkan terdapat benar dan lengkap (benar

penuh), jawaban benar namun tidak lengkap (setengah benar), dan jawaban yang

salah. Jawaban benar dan lengkap akan mendapat skor 2 (dua), jawaban setengah

benar mendapat skor 1 (satu), dan jawaban yang salah akan mendapat skor salah

yaitu 0 (nol).

Pengolahan skor penguasaan hakikat sains guru dilakukan sebagai berikut:

a. Skor hakikat sains dari setiap guru merupakan jumlah total skor dari semua

soal. Jumlah skor maksimal yang dapat dicapai oleh guru adalah 42, yang

didapat dari mengalikan jumlah soal dengan skor dua (21 x 2 = 42). Setiap

butir soal dianggap setara.

b. Skor yang diperoleh kemudian diubah menjadi nilai capaian dengan ketentuan :

c. Membuat penafsiran persentase berdasarkan hasil perhitungan di atas.

Penafsiran dilakukan berdasarkan kategori yang disusun Arikunto (2008)

sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kategori Persentase Capaian Tes Hakikat Sains

Persentase Kategori

80 – 100 % Sangat Baik

66 – 79 % Baik

56 – 65 % Cukup

40 – 55 % Kurang

(25)

36

2. Analisis angket

Analisis angket diolah dengan menggunakan analisis deskriptif dan

interpretasinya berdasarkan persentase dari alternatif jawaban yang telah

dikemukakan oleh partisipan. Mencari nilai persentase dilakukan dengan rumus:

Keterangan:

P = Persentase jawaban guru

F = Frekuensi jawaban terhadap salah satu alternatif jawaban (ya/tidak) N = Jumlah seluruh guru

100%= Bilangan konstanta/tetap

Selanjutnya, hasil perhitungan di atas diinterpretasikan dengan cara

membuat kategori untuk setiap kriteria berdasarkan tabel yang disusun menurut

Koentjaraningrat (1990) sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori Persentase Angket

Persentase Kategori

0 Tidak ada 1 - 25 Sebagian kecil 26- 49 Hampir separuhnya

50 Separuhnya 51- 75 Sebagian besar 76- 99 Hampir seluruhnya

100 Seluruhnya

3. Analisis data wawancara

Hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini diolah dengan cara

merekap dan menginterpretasi hasil wawancara secara menyeluruh sebagai

keterangan penjelas untuk hasil analisis. Hasil wawancara kemudian

(26)

37

Azza Nuzullah Putri, 2013

Penarikan Kesimpulan

Pelaporan

H.Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Identifikasi Masalah

Kajian literatur tentang Hakikat Sains dan LKS

Guru mengembangkan LKS

Analisis jenis dan identifikasi aspek-aspek hakikat sains dalam LKS yang dikembangkan oleh guru

Pendampingan Pengembangan Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

dalam penelitian ini diperoleh bahwa capaian rata-rata penguasaan hakikat sains

guru biologi SMA berdasarkan hasil tes dikategorikan baik. Capaian yang

tertinggi adalah pada aspek kaidah-kaidah fakta ilmiah dan postulat sains,

sedangkan yang terendah adalah pada aspek tatanama ilmiah. Hakikat sains

merupakan salah satu hal yang penting dikuasai oleh guru, agar dapat menjadi

bekal dalam pengembangan proses pembelajaran. Namun hakikat sains bukan

merupakan satu-satunya faktor penentu dalam menghasilkan sebuah LKS yang

baik.

LKS yang dikembangkan guru berdasarkan jenis instruksi laboratoriumnya

termasuk jenis discovery dan expository, dan belum ada LKS yang termasuk jenis

inquiry. Pada bagian prosedur LKS, masih diberikan oleh guru baik secara rinci

maupun hanya sebagian saja. Dalam mengembangkan LKS guru telah melakukan

proses inkuiri, namun guru belum dapat mentransformasikan proses atau

langkah-langkah inkuiri tersebut ke dalam LKS yang dikembangkannya.

LKS yang dikembangkan oleh guru biologi SMA, sebagian besar telah

mengandung aspek-aspek hakikat sains di dalamnya, meskipun belum seluruh

aspek dapat teridentifikasi. Aspek-aspek hakikat sains yang paling banyak

diidentifikasi pada LKS yang dikembangkan oleh guru adalah pada aspek

keterampilan proses intelektual. Keterampilan proses ini tergambar pada

langkah-langkah atau prosedur yang terdapat dalam LKS.

B.Saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, mendorong

penulis untuk memberikan saran sebagai berikut:

1. Upaya untuk meningkatkan penguasaan hakikat sains guru antara lain dengan

(28)

80

Azza Nuzullah Putri, 2013

mengenai hakikat sains dan berdiskusi baik dengan teman sejawat maupun

ahli tentang permasalahan ilmiah yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

2. Upaya untuk melatih guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran

berbasis inkuiri salah satunya dapat dilakukan dengan membuat rancangan

LKS untuk kegiatan pembelajarannya di kelas secara rutin dan kemudian

mengujicobakannya. Guru juga diberikan motivasi agar tetap dapat

melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya melatih kemampuan guru

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Abd-El-Khalick, F. (2005). “Developing Deeper Understandings of Nature of Science: The Impact of A Philosophy of Science Course on Preservice Science Teacher’s View and Instructional Planning”. International Journal of Science Education. 27, (1), 15-42. [Online]. Tersedia:

http://www.tandfonline.com. [23 Januari 2013]

________________. (2012). “Teaching with and about Nature of Sience, and Science Teacher Knowledge Domains”. In B. J. Fraser, K. Tobin, dan C. McRobbie (Eds.), Second international handbook of science education. The Netherlands: Springer. [Online]. Tersedia : http://www.bu.edu/hps- scied/files/2012/10/Abd-El-Khalick-HPS-Teaching-With-and-About-NoS-and-Science-Teacher-Knowledge-Domains.pdf. [23 Januari 2013]

Anggraeni, S. (2006). Model Perkuliahan Biologi Umum Berbasis Inkuiri bagi

Calon Guru Biologi. Disertasi Doktor pada SPS UPI Bandung: tidak

diterbitkan

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

_________. (2010). Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bell, R. L. (2009). Teaching The Nature of Science: Three Critical Question. [Online]. Tersedia: http://www.ngspscience.com/profdev/Monographs/ SCL22-0449A_SCI_ AM_Bell_lores.pdf. [23 Januari 2013]

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Permendikbud Nomor 65 tahun 2013

tentang Standar Proses. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id.

[17 Oktober 2013]

Costa, A. L. (1985). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD

Dahar, R. E. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-Hall Inc

Elliot, M. J. (2006). “On the Role of the Laboratory in Learning Chemistry”.

(30)

82

Azza Nuzullah Putri, 2013

Hadjam, M.N. (2012). Meningkatkan Kreatifitas Guru dan Siswa dalam Proses

Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.bakharuddin.net/2012/

06/meningkatkan-kreatifitas-guru-dan-siswa.html. [21 Oktober 2013]

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Harja, E.J. (2013). “Efektifitas Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminate) Sebagai Teknologi Filter Penjernihan Sederhana Terhadap Air Yang Tercemar Tembaga (Cu) Dan Timah (Pb)”. Makalah. [Online]. Tersedia: http://endrajuniharja.blogspot.com/2013/03/efektifitas-pisang-kepok-terhadap-logam.html. [20 Juni 2013]

Harlen, W. (1992). The Teaching of Science. Great Britain: David Fulton Publishers

Johnstone dan Al-Shuaili. (2001). “Learning in the laboratory; some thoughts from the literature”. The Royal Society of Chemistry. 5, 42-51. [Online].

Tersedia: http://www.rsc.org/pdf/uchemed/papers/2001/p8_johnstone.pdf. [9 November 2013]

Kemdikbud. (2013). Pengembangan Kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://www.kemdikbud.go.id/. [11 Oktober 2013]

Koentjaraningrat. (1990). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Pustaka Jaya

Lagowski, J. J. (2002). “The Role of The Laboratory in Chemical Education”. The

Royal Society of Chemistry. [Online]. Tersedia: http://www.utexas.edu/research/chemed/lagowski/jjl_beijing_02.pdf. [9 November 2013]

Laurens, T. (2001). “Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran

Matematika”. Makalah. Seminar Nasional Matematika, Universitas

Pattimura

Lederman, N.G. (1992). “Students’ and Teachers’ Conceptions of the Nature of Science: A Review of the Research”. Journal of Research in Science Teaching. 29, (4), 331-359. [Online]. Tersedia: http://onlinelibrary.wiley.

com/doi/10.1002/tea.3660290404/pdf. [23 Januari 2013]

____________. (2006). “Nature of Science: Past, Present, and Future”. In S.K. Abell, & N.G. Lederman, (Editors), Handbook of research in science

education. 831-879. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum

(31)

83

Lederman, N.G., Abd-El-Khalick, F., Bell, R.L., & Schwartz, R. (2002). “Views of Nature of Science Questionnaire: Toward Valid and Meaningful Assessment of Learner’s Conceptions of Nature of Science”. Journal of Research in Science Teaching. 39, (6), 497-521. [Online]. Tersedia:

http://umdberg.pbworks.com/w/file/fetch/38495119/VNOS.pdf. [19 Januari 2013]

McComas, W.F. (1998). The Principal Elements Of The Nature Of Science:

Dispelling The Myths. [Online].Tersedia:http: http://coehp.uark.edu/pase/

TheMythsOfScience.pdf.[20 Mei 2013]

McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education. Fifth edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc

National Research Council. (1996). National Science Education standards. Washington, DC: National Academic Press

NSTA dan AETS. (2003). Standards for Science Teacher Preparation. [Online]. tersedia: http://www.nsta.org/pdfs/PositionStatement_ScientificInquiry. pdf. [23 januari 2013]

Putri, A. N. (2012). Kajian tentang Penggunaan Buku PR Biologi sebagai Bahan

Latihan Bagi Siswa Dalam Pembelajaran Biologi di MAN Z Bukitinggi.

Laporan Field Study: tidak diterbitkan

Rachmawati, S. (2011). Menguji Kualitas Air dengan Cara Sederhana. [Online].

tersedia:http://sitirachmawati.wordpress.com/2011/12/30/menguji-kualitas- air-dengan-cara-sederhana/. [21 November 2013]

Rustaman, A. dan Wulan, A.R. (2007). Kegiatan Laboratorium dalam

Pembelajaran. Modul Pembelajaran: tidak diterbitkan

Rustaman, N.Y., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2003). Common textbook

(EdisiRevisi) Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA

UPI

Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press

Santyasa, I. W. (2006). “Pembelajaran inovatif model kolaboratif basis proyek dan orientasi NOS”. Makalah. [Online]. Tersedia: http://www.freewebs.

com/santyasa/PDF_Files/Collaborative_Model__Project_Based__dan_Ori entasi_NOS.pdf. [19 Januari 2013]

(32)

84

Azza Nuzullah Putri, 2013

Supriatno, B., Rustaman, N., Redjeki, S., Sudargo, F. (2011). Analisis Desain

Kegiatan Laboratorium Biologi Sekolah. Prosiding Seminar Nasional

Biologi UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Trianto. (2007) Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka

Wenning, C.J. (2006a). “A Framework for teaching the nature of science”.

Journal of Physics Teacher Education Online. 3, (3), 3-10. [Online].

Tersedia:=http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/assessing_NOS.pdf. [19 Januari 2013]

Wenning, C.J. (2006b). “Assessing nature-of-science literacy as one component of scientific literacy”. Journal of Physics Teacher Education Online. 3,

(4), 3-14. [Online]. Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/ assessing_NOS.pdf. [19 Januari 2013]

Yang, S. P. (2007). “Laboratory Instruction Style”. Makalah. National Changhua

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Hakikat Sains
Tabel 3.2 Hasil Uji Coba Soal Hakikat sains
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apabila tanaman memperoleh unsur hara utamanya unsur nitrogen dalam jumlah yang cukup maka tanaman mampu membentuk klorofil lebih banyak, akibatnya proses

REKAYASA PROSES PENYISIHAN ION MELASSIGENIK NIRA TEBU DENGAN TEKNIK ELEKTRODEIONISASI KONTINU UNTUK PRODUKSI GULA RAFINASI.. Peneliti : I

Bab IV, Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS Tahun 1951-1985, merupakan pembahasan dari penelitian yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan

EFEKTIVITAS MODEL CONCENTRATED LANGUAGE ENCOUNTER (CLE) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Keberhasilan pengembangan nilai-nilai antikorupsi dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan metode project citizen dapat dicapai apabila tenaga pengajar telah

(2009), Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP, Acta Civicus Jurnal Pendidikan

Medan : Forkala Provinsi Sumatera Utara.. Universitas

Seiring pesatnya perkembangan film, khususnya film Hollywood yang beredar di Indonesia dan minimnya pengetahuan masyarakat akan spesifikasi film tersebut, maka dibutuhkan perangkat