• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Pustakawan Dalam Pengembangan Perpustakaan Umum Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Pustakawan Dalam Pengembangan Perpustakaan Umum Kota Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PUSTAKAWAN DALAM PENGEMBANGAN

PERPUSTAKAAN UMUM

KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

Diajukan Sebagai salah satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Studi Untuk Memperoleh Gelar Ahlimadya (A.Md) Dalam Bidang Ilmu Perpustakaan

Dan Informasi

Oleh :

HAMZAH SYAHBANA MTH NIM : 122201001

PROGRAM STUDI DIII PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan segala karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini, yang berjudul “Kinerja Pustakawan Dalam Pengembangan Perpustakaan Umum

Kota Medan,” sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan Program

Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rangkaian kata terindah. Penulis ucapkan kepada ayahanda tercinta Maimal Ridwan Munthe S.pd dan Ibunda Tersayang Lengket Hotnida Siregar S.pd yang telah memberikan segenap jiwa dan raga agar penulisan mampu menyelesaikan kertas karya ini, terimkasih juga kepada adik-adik tersayang Agus Faisal Azwar Munthe, Latifa Hanum Munthe dan Aldi Syahputra Munthe.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis akan menerima kritik dan saran demi kesempurnaan kertas karya ini. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis juga telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.pd, selaku Ketua Jurusan Program Studi

D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk memberi arahan dan bimbingan sampai kertas karya ini selesai

4. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar M.pd selaku dosen pembaca pada kertas karya ini.

5. Seluruh staf pengajar prrogram studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan mendidik penulis selama perkuliahan.

6. Kepala Kantor Perpustakaan Umum Kota Medan dan staf terkait lainnya yang bersedia memberi arahan yang bersedia memberikan informasi dan arahan untuk kertas karya penulis.

7. Seseorang yang istimewa Yulia Nander, terimaksih atas waktu tenaga dan bantuan nya sehingga penulis mampu menyelesaikan kertas karya ini.

8. Kepada abangda Richie Frans Boy Nababan terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang telah di berikan sehingga penulis mampu menyelesaikan kertas kaya ini.

9. Kepada teman-teman kos Bang Genhard sinaga, Bryan Siebta Tarigan, Asido Bonafide Sitanggang, dan Xaverius Malau. Terimaksih atas motivasi dan hari-hari yang telah kita lalui bersama selama tiga tahun. 10.Seluruh teman-teman stambuk 2012 yang tidak bisa disebutkan satu

(3)

ii

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan kertas karya ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan kertas karya ini, penulis menerima kritk dan saran yang membangun agar kertas karya ini lebih baik lagi, penulis berharap semoga kertas karya ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, juli 2015

Penulis,

(4)

iii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 3

1.3 Manfaat Penulisan ... 3

1.4 Ruang Lingkup ... 4

1.5 Metode Pengumpulan Data ... 4

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perpustakaan Umum ... 5

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum ... 5

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum ... 6

2.2 Kinerja ... 8

2.2.1 Kinerja Pustakawan ... 9

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 11

2.2.3 Aspek-Aspek Standard Kinerja ... 13

2.2.4 Langkah- Langkah Peningkatan Kinerja ... 14

2.2.5 Penilaian Kinerja ... 15

2.3 Pustakawan ... 16

2.3.1 Kompetensi Pustakawan ... 16

2.3.2 Jabatan Fungsional ... 19

BAB 3 KINERJA PUSTAKAWAN DALAM MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Umum Kota Medan ... 22

(5)

iv

3.3 Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Medan ... 23

3.3.1 Struktur Organisasi Makro ... 23

3.3.2 Struktur Organisasi Mikro ... 24

3.4 Koleksi Perpustakaan Umum Kota Medan ... 26

3.5 Kinerja Pustakawan Dalam Bidang Pengadaan ... 27

3.6 Kinerja Pustakawan Dalam bidang Pengolahan ... 28

3.6.1 Inventarisasi ... 28

3.6.2 Katalogisasi ... 29

3.6.2.1 Penentuan Tajuk Entri Utama ... 30

3.6.2.2 Deskripsi Bibliografi ... 33

3.6.2.3 Penentuan Tajuk Subjek ... 33

3.6.2.4 Klasifikasi ... 34

3.6.3Penyelesaian Fisik ... 35

3.7 Sistem Opac ... 35

3.8 Kinerja Pustakawan Dalam Bidang Pelayanan ... 36

3.8.1 Jenis Pelayanan Pengguna ... 37

3.8.2 Pelayanan Sirkulasi ... 37

3.8.2.1 Pelayanan Referensi ... 37

3.8.2.2 Keanggotaan... 37

3.8.2.3 Peminjaman ... 38

3.8.2.4 Pengembalian ... 39

3.8.2.5 Perpanjangan ... 39

3.8.2.6 Penagihan ... 40

3.8.2.7 Pemberian Sanksi ... 41

3.8.3 Pelayanan Referensi ... 41

3.8.4 Pelayanan Digital ... 42

3.8.5 Pelayanan Terbitan Berseri ... 42

(6)

v

3.8.7 Pelayanan Anak ... 43

3.8.8 Perpustakaan Keliling ... 44

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Struktu Organisasi Makro Perpustakaan ... 24

2. Struktur Organisasi Mikro Perpustakaan Umum ... 25

3. Contoh Katalog Karya Penngarang Tunggal ... 31

4. Contoh Katalog Lebih Tiga Orang ... 31

5. Contoh Katalog Karya Editor Tanpa Pengarang Utama ... 32

6. Contoh Katalog Karya Badan Korporasi ... 32

7. Contoh Katalog Dengan Susunan Tajuk Pengarang ... 33

(8)

vii

DAFTAR TABEL

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan suatu satuan kerja organisasi, badan atau lembaga. Satuan unit kerja teknis tersebut dapat berdiri sendiri, akan tetapi, dapat juga merupakan bagian dari organisasi diatasnya yang lebih besar. Perpustakaan yang berdiri sendiri misalnya: perpustakaan umum, perpustakaan Universitas dan perpustakaan Nasional. Sedangkan perpustakaan yang merupakan bagian dari suatu organisasi lebih kecil, misalnya, perpustakaan khusus/kedinasan instansi yang bergabung dengan suatu lembaga yang mengkoordinasikan perpustakaan sekolah yang bernaung dibawah lembaga pendidikan. Perpustakaan adalah salah satu unit kerja teknis, perpustakaan mempunyai unsur-unsur atau pernyataan seperti: Organisasi, dalam surat keputusan pendiriannya harus tercantum secara jelas sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut: tugas, fungsi, garis wewenang dan tanggung jawab serta struktur organisasi.

Menjalankan tugas di perpustakaan tidaklah mudah, berbagai kendala harus dihadapi oleh pustakawan agar dapat mengembangkan sebuah perpustakaan yang dikelolanya kearah yang lebih baik pula. perpustakaan merupakan sumber informasi bagi masyarakat sekelilingnya, dengan demikian pustakawan harus dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap Pemustaka, disamping memberikan pelayanan, pustakawan juga harus dapat memberikan kesan yang baik terhadap pemustaka. Selain itu, baik atau tidaknya kinerja pustakawan sangat mempengaruhi terhadap perkembangan perpustakaan, karena pustakawan merupakan penggerak semua kegiatan layanan di perpustakaan, baik itu kegiatan pelayanan, pengolahan dan perawatan.

(10)

2

secara langsung atau tidak langsung terhadap pelayanan perpustakaan, di perpustkaan juga terdapat staf non pustakawan atau di sebut juga tenaga tekhnis perpustakaan, mereka juga berperan penting dalam pengembangan perpustakaan. Staf perpustakaan non pustakawan tentunya mempunyai banyak kendala dan kesulitan dalam melakuakan kinerjanya yang tidak ada memepelajari tentang ilmu perpustakaan.

Perpustakaan tidak akan berkembang, jika pustakawan belum mampu mengatasi setiap kendala yang ada, pustakawan harus bekerja keras demi terwujudnya pengembangan sebuah perpustakaan. Pengembangan perpustakaan merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan pembinaan. Jika pembinaan perpustakaan diartikan sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang berdaya guna semakin baik, maka pengembangan Perpustakaan adalah upaya untuk meningkatkan segala sesuatu yang sudah dicapai. Maksudnya agar perpustakaan secara terencana dapat lebih berkembang dan maju. Dalam penulisan kertas karya ini, penulis akan melakukan observasi awal pada perpustakaan umum kota Medan guna untuk melihat dan mengamati kinerja pustakawan di Perpustakaan Umum Kota Medan yang mencakup antara lain sebagai berikut: pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka dan pelayanan bahan pustaka.

Perpustakaan umum Kota Medan merupakan salah satu sarana dan fasilitas yang di peruntukkan kepada masyarakat umum yang berfungsi untuk melayani seluruh lapisan masyarakat disekitarnya, pemakaian perpustakaan umum adalah untuk masyarakat umum yang membutuhkan informasi. Perpustakaan umum sangat berperan penting bagi masyarakat yang ingin mencari informasi dengan menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna/masyarakat umum, untuk memaksimalkan pelayanan Perpustakaan Umum Kota Medan di peroleh kinerja yang baik pustakawan di Perpustakaan Umum Kota Medan.

(11)

3

pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan. Pada bidang pengadaan bahan pustaka, perpustakaan menerapkan dua (2) metode yakni pembelian dan sumbangan. Pada bidang pengolahan bahan pustaka perpustakaan menerapkan tiga metode (3) yakni: inventarisai, katalogisasi, dan penyelesaian bahan fisik, dan yang terakhir adalah jenis jenis pelayanan di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah pelyananan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan pengguna, pelayanan digital, pelayanan terbitan berseri, pelayanan fotokopi, pelayanan anak dan perpustakaan keliling.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah

1. Untuk mengetahui kinerja pustakawan dalam pengembangan Perpustakaan Umum Kota Medan.

2. Untuk mengetahui apa kendala yang di hadapi oleh pustakawan dalam pengembangan Perpustakaan Umum Kota Medan

1.3 Manfaat Penulisan

Diharapkan tulisan kertas karya ini bermanfaat bagi : 1. Perpustakaan Umum Kota Medan

Sebagai sumber informasi dalam upaya pengembangan perpustakaan agar semakin berkembang dan berguna bagi masyarakat umum

2. Penulis

Untuk menambah wawasan penulis tentang pengembangan perpustakaan

3. Pengembangan ilmu

(12)

4 1.4 Ruang Lingkup

Sesuai dengan judul penulisan, lingkup penulisan ini adalah membahas tentang kinerja pustakawan di Perpustakaan Umum Kota Medan yang mencakup: pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, dan pelayanan bahan pustaka.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan tujuan pembahasan yaitu :

1. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung ke perpustakaan umum untuk mengetahui kinerja pustakawan di Perpustakaan Umum Kota Medan 2. Tinjauan literatur

Yaitu mengumpulkan data melalui buku, jurnal, internet, literature dan lain-lain.

3. Wawancara

(13)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum didirikan untuk melayani seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara gratis. Hermawan dan Zen dalam bukunya Etika Kepustakawanan (2006: 30) Menyatakan bahwa, “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang melayani seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku pendidikan dan sebagainya”. Menurut Sulistyo-Basuki yang dikutip Sutarno (2006: 38) menyatakan bahwa: “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk layanan”. Sutarno NS, (2008), dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi menyebutkan bahwa “Perpustakaan umum merupakan salah satu jenis perpustakaan yang ada di kabupaten/ kota, kecamatan, desa/ kelurahan mempunyai koleksi dari berbagai ilmu pengetahuan dan berfungsi melayani seluruh lapisan masyarakat disekitarnya”.

Sedangkan menurut Hendro Wicaksono (2005: 1) “perpustakaan umum yang ideal tidak hanya meningkatkan produktifitas dan taraf hidup masyarakat tetapi juga menjadikan komunitas pemakainya menjadi orang-orang yang kritis, berwawasan luas dan tanggap terhadap problem sosial yang ada”.Berdasarkan semua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang menyediakan koleksi dari berbagai jenis ilmu pengetahuan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum

Pada dasarnya perpustakaan umum memiliki tujuan yang ingin dicapai. Menurut Hermawan dan Zen (2006: 31) tujuan perpustakaan umum yaitu :

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan. 2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

(14)

6

4. Bertindak sebagai agen kultural sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang masa.

Adapun menurut manifesto perpustakaan umum Unesco dalam Sulistyo Basuki yang dikutip oleh Rahayuningsih (2007: 5) menyatakan bahwa Perpustakaan umum mempunyai tujuan utama yaitu ;

1. Memberiakan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan Sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka fungsi ini disebut fungsi pendidikan seumur hidup.

4. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapat informasi secara murah, mudah, cepat, dan tepat dalam meningkatkan pengetahuan keterampilan dan kesejahteraan. Disamping itu perpustakaan umum juga berperan sebagai agen kultural yang bertugas menumbuhkan apresiasi masyarakat dibidang seni dan budaya.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sebagai pusat informasi yang melayani seluruh lapisan masyarakat umum selalu berusaha semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan pengguna dalam mengembangkan kebiasaan membaca. Dalam peyelenggaraanya Perpustakaan umum mempunyai fungsi yang harus dilaksanakan, hal ini dinyatakan dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 6) adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui

(15)

7

5. Pendayagunaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung ke perpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximil, dan lain-lain.

7. Pemsyarakatan perpustakaan .

8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan

9. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat mitra kerja lainnya.

10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi bersama dan sarana/prasarana.

11. Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.

Menurut Siregar dalam bukunya yang berjudul Perpustakaan Energi Pembangunan Bangsa (2004: 76) Bahwa fungsi perpustakaan umum adalah :

1. Membantu orang-orang (terutama orang-orang muda dan anak-anak) menjadi melek informasi.

2. Memberi tahu mereka bagaimana informasi dan juga untuk mengembangkan kebiasaan membaca.

3. Membantu orang dewasa untuk belajar seumur hidup dan belajar kembali untuk perubahan karir.

4. Memelihara dan mempromosikan kebudayaan.

Berdasarkan defenisi di atas penulis berkesimpulan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah sebagai tempat untuk mengumpulkan, mengolah, melestarikan, menyebar luaskan informasi, mengembangkan kebiasaan membaca dan mempromosikan kebudayaan. Salah satu fungsi perpustakaan adalah membantu pengguna agar melek akan informasi dan mengajarkan bagaimana cara menelusuri informasi yang baik. Setiap perpustakaan akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik. Sutarno (2003 : 55), menjelaskan ada beberapa peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan diantaranya :

1. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalam koleksi perpustakaandengan para pemakainya.

2. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin danmengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani.

(16)

8

4. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

5. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan dan agen kebudayaan umat manusia.

6. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat dan pengunjung perpustakaan.

Siregar (2004 :75), juga menyatakan bahwa perpustakaan umum (public libraries) memainkan peranan yang unik didalam masyarakat. Sebagai suatu lembaga netral, perpustakaan menyediakan informasi dan perbedaan pandangan sekaligus disuatu tempat dimana warga masyarakat dapat memberitahu diri mereka sendiri tanpa paksaan tentang isu-isu mutakhir yang peka.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peranan perpustakaan umum adalahsesuatu yang menjadi bagian dari tugas utama yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan pada suatu perpustakaan umum untuk meningkatkan kualitas dalam penyediaan berbagai sumber informasi yang relevan dengan kebutuhan penggunanya. Selanjutnya dapat disimpulkan perpustakaan umum mempunyai tiga peranan penting yaitu sebagai fasilitator, mediator dan motivator.

2.2 Kinerja

Dalam pencapaian sasaran dan tujuan suatu organisasi dibutuhkan tenaga-tenaga terampil di dalam berbagai bidang. Sumber daya manusia sangat berperan bagi berjalanya suatu organisasi. Pencapaian dan tujuan suatu organisasi harus memiliki tenaga kerja yang memiliki pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat tercapainya kinerja yang diharapkan organisasi. Kinerja yang baik dapat menghasilkan sumbangan bagi kemajuan organisasi.

Rivai (2005: 14) mengemukakan bahwa Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang selama priode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

(17)

9

dicapai seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

2.2.1 Kinerja pustakawan

Tuntutan peningkatan kualitas kinerja pustakawan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi telah diamanatkan dalam: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian, dan ketentuan pelaksanaannya diatur dalam Kepustusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. Tuntutan tersebut diharapkan akan menghasilkan pustakawan yang berkualitas, profesional, bertanggung jawab, jujur dan lebih mampu serta akuntabel dalam pemberian pelayanan publik. Dengan kata lain, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menyandang jabatan fungsional pustakawan, diharapkan kedepan adalah pustakawan yang lebih profesional dalam melaksanakan tugas nya. sehingga dapat mewujudkan kinerja yang berkualitas sebagaimana diharapkan.

“Kinerja atau sering disebut unjuk kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi” (Harinandja, 2002: 195). Adapun profesional bersangkutan dengan profesi yang memiliki arti pekerjaan yaitu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan latihan. Persoalannya berkaitan dengan upaya membangun dan mengembangkan kinerja pustakawan ke arah yang lebih baik adalah terkait dengan berbagai kendala atau hambatan yang dihadapinya, seperti pembinaan yang belum memadai, terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki di bidang pusdokinfo, terbatasnya kemampuan dalam penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris, dan faktor-faktor psikologis, sehingga menyebabkan kinerja pustakaawan belum maksimal.

(18)

10

dalam rentang waktu 4 hingga 6 tahun. Ketidakberdayaan pustakawan tersebut disebabkan oleh terbatasnya keterampilan yang mereka miliki.

Kenyataan di lapangan menunjukkan sebagian besar perpustakaan masih kurang memiliki karyawan yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo). Disamping itu tidak proporsional dalam menempatkan tenaga pustakawan (profesional) antar bidang/unit kegiatan, seperti bidang sirkulasi dengan bidang pengolahan dan bidang administrasi. Pada bidang layanan banyak ditemukan tenaga yang kurang profesional atau non pustakawan, berpendidikan rendah serta kurang memiliki wawasan. Menurut Dikti 2015 tugas pokok dan fungsi (Tupoksi)Pustakawan, Tupoksi pustakawan adalah prestasi kerja yang menyangkut tugas pokok dan fungsi pustakawan antara lain:

1. Pengembangan Koleksi mencakup: a. Kajian pengguna

b. Penyusunandan/atau revisi kebijakan pengembangan koleksi c. Seleksi bahan perpustakaan

2. Pengolahan Bahan Perpustakaan mencakup: a. Katalogisasi

b. Klasifikasi

3. Pelayanan Pengguna mencakup: a. Layanan sirkulasi

b. Layanan referensi

(1) Penelusuran informasi (repackaging information, path-finder)

(2) Diseminasi informasi (informasi kilat, diseminasi informasi terseleksi) (3) Literasi informasi/pendidikan pemustaka

(4) Promosi. 4. Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem perpustakaan mencakup prestasi pustakawan dalam bidang:

(19)

11

5. Karya Tulis

Karya tulis mencakup seluruh karya pustakawan dalam bidang kepustakawanan dan/atau Ilmu Perpustakaan/Informasi/Dokumentasi yang dapat berupafotokopi dari:

a. Artikel yang dipublikasikan dalam jurnal terakreditasiin ternasional b. Buku yang diterbitkan dengan ISBN(cukup halaman judul dan verso). c. Bagian dari buku (book chapter) disertai halaman judul dan verso. d. Artikel yang dipublikasikan dalam jurnal terakreditasi nasional.

e. Makalah yang dipresentasikan dalam seminar atau konferensi internasionalnasional/lokal

f. Tulisan yang dimuat dalam media massa internasional/nasional/lokal.

g. Tulisan yang diunggah dalam repositori online dengan menyertakan alamat web institusi.

h. Peserta yang lolos seleksi 15 (lima belas) finalis tingkat nasional wajib membawa bukti asli dari karya tulis, jurnal, dan buku.

6. Pengabdian Kepada Masyarakat Prestasi kerja pustakawan dalam bidang kepustakawanan berupa partisipasi dan/atau keterlibatan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat, misal: penyuluhan perpustakaan, bantuan pengelolaan perpustakaan dan sebagainya yang dilakukan dengan suka rela. Prestasi pustakawan dalam hal tupoksi yang akan dinilai harus terkait minimal kepada salah satu unsur (a,b,c, d, e dan seterusnya) dari 6 komponen penliaian yang diuraikan di atas, akan tetapi tidak harus mutlak mencakup seluruh unsur dan seluruh komponen penilaian. Data prestasi yang dinilai adalah data prestasi dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Data prestasi mengenai tupoksi pustakawan (butir 1 s.d 6) .

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja karyawan di setiap organisasi sangat berbeda-beda. Para pemimpin organisasi sangat menyadari adanya perbedaan antara satu karyawan dengan karyawan yang lain, meskipun para karyawan tersebut berada ditempat yang sama produktifitas kerjanya tidaklah sama, maka dari itu kinerja individu setiap karyawan akan dapat tercapai apabila didukung dengan dengan upaya bekerja dan didukung oleh organisasinya. Oleh karena itu dalam pencapaian kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor.

(20)

12

1. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, Kemampuan (Ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Yang maksudnya pimpinan dan karyawan harus memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatanya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Sedangkan menurut Timple dalam Mangkunegara (2006: 15) kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang seperti kemampuanya dan upayanya dalam bekerja.

2. Faktor Eksternal

Faktor yang mempengaruhi kinerja sesorang yang berasal dari lingkungan seperti prilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim prilaku. Menurut Soeprihanto (2000: 126) Menyatakan bahwa, “ Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah bakat, pendidikan, pelatihan, lingkungan dan fasilitas, iklim kerja, motivasi dan kemampuan hubungan industrial, teknologi, manajemen, kesempatan berprestasi dan lain sebagainya”.Menurut Simamora dalam Mangkunegara (2006: 14) menyatakan bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Individual yang terdiri dari : 1. Kemampuan dan keahlian 2. Latar belakang

3. Demografi

b. Faktor Psikologis yang terdiri dari : 1. Persepsi

2. Attitude 3. Personality 4. Pembelajaran 5. Motivasi

c. Faktor Organisasi yang terdiri dari : 1. Sumber daya

2. Kepemimpinan 3. Penghargaan 4. Struktur 5. Job Design

(21)

13 2.2.3 Aspek-Aspek Standar kinerja

Dalam penentuan kinerja karyawan dapat dilihat dari beberapa aspek. Menurut Mangkunegara (2006: 18) aspek-aspek standard pekerjaan terdiri dari :

Aspek kuantitatif meliputi :

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan.

2. Waktu yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan. 3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan.

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam pekerjaan. Aspek kualitatif meliputi :

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan. 2. Tingkat kemampuan dalam bekerja.

3. Kemampuan Menganalisis data informasi, kemampuan / kegagalan menggunakan mesin / peralatan.

4. Kemampuan Mengevaluasi (keluhan keberatan konsumen).

Menurut Husein dalam Mangkunegara (2006: 18) membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut :

1. Mutu Pekerjaan, 2. Kejujuran karyawan, 3. Inisiatif,

4. Kehadiran, 5. Sikap, 6. Kerjasama, 7. Keandalan,

8. Pengetahuan tentang pekerjaan, 9. Tanggung Jawab,

10.Pemanfaatan waktu kerja.

Sedangkan menurut Hasibuan yang dikutip Mangkunegara (2006: 17) mengemukakan aspek-aspek yang dinilai kinerja yang mencakup sebagai berikut :

1. Kesetiaan,

10. Kecakapan, dan tanggung jawab.

(22)

14

pekerjaan, serta kemampuan dalam bekerjasama dengan karyawan lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

2.2.4 Langkah-langkah Peningkatan Kinerja

Kinerja karyawan dapat ditingkatkan bila organisasi dalam suatu instansi mampu menciptakan iklim dan suasana yang kondusif serta menyusun pembagian kerja yang jelas. Menurut Mangkunegara (2006: 22) dalam rangka peningkatan kinerja, paling tidak terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja.

Dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu :

a. Mengidentifikasikan masalah melalui data daan informasi yang dikumpulkan terus-menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.

b. Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan c. Memperhatikan masalah yang ada.

2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan. Untuk memperbaiki masalah tersebut, diperlukan beberapa informasi, antara lain:

a. Mengidentifikasikan masalah

b. Menentukan tingkat kesetiusan masalah

3.Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri.

4.Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut.

5. Melakukan rencana tindakan tersebut

6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum 7. Mulai dari awal, apabila perlu.

Sedangkan menurut Bacal yang dikutip Mangkunegara (2006: 23) menyatakan bahwa ada 24 (dua puluh empat) point dalam peningkatan kinerja karyawan sebagai berikut :

1. Membuat pola pikir yang modern 2. Kenali manfaat

3. Kelola kinerja

4. Bekerjalah bersama karyawan

5. Rencana secara tepat dengan sasaran jelas 6. Satukan sasaran karyawan

7. Tentukan insentif kinerja

8. Jadilah orang yang mudah ditemui 9. Berfokuslah pada komunikasi 10. Lakukan tatap muka

11. Hindarkan resiko pemeringkatan 12. Jangan lakukan Penggolongan 13. Persiapkan penilaian

(23)

15

15. kenali sebab 16. Akui keberhasilan

17. Gunakan komunikasi yang kooperatif 18. Berfokuslah pada perilaku dan hasil 19. Perjelas kinerja

20. Perlakuan konflik dengan apik 21. Gunakan disiplin bertahap 22. Kinerja dokumen

23. Kembangkan karyawan 24. Tingkatkan terus sistem kerja.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam peningkatan kinerja ada langkah-langkah yang harus dilakukan seperti melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang dihadapi setiap karyawan dan mengevaluasi masalah tersebut.

2.2.5 Penilaian Kinerja.

Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan setiap organisasi dalam melihat sejauh mana tingkat keberhasilan pekerjaan yang dilakukan dari setiap pekerja. Penilaian kinerja juga dapat menciptakan, memelihara suatu iklim dan suasana yang baik di organisasi. Robbins (2001: 56) menyatakan bahwa, yang dapat melakukan penilaian adalah :

1) atasan langsung, 2) rekan kerja, 3) evaluasi diri,

4) bawahan langsung, dan

5) pendekatan menyeluruh : evaluasi 360 derajat

Rivai (2005: 66) menyatakan bahwa : Penilaian kinerja adalah suatu proses untuk penetapan pemahaman bersama tentang apa yang akan dicapai , dan suatu pendekatan untuk mengelola dan megembangkan orang dengan cara peningkatan dimana peningkatan tersebut itu akan dapat dicapai di dalam waktu yang singkat ataupun lama.

Sedangkan menurut Methis dan Jackson (2002: 67) Penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh setiap siapa saja yang paham benar tetang penilaian karyawan secara individual. Kemungkinannya antara lain adalah :

1. para atasan menilai karyawanya, 2. karyawan yang menilai atasanya,

3. anggota kelompok yang menilai satu sama lain, 4. sumber-sumber dari luar,

(24)

16

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan penetapan peningkatan kinerja yang akan dicapai dalam waktu singkat atau lama dan penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung atau rekan kerja yang ada dilingkungan organisasi

2.3 Pustakawan

Pengertian pustakawan seperti yang dikatakan oleh organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan dicantumkan dalam Bab 1 Kode Etik Pustakawan Indonesia, adalah “seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.” Pustakawan adalah profesi, maka untuk menjadi pustakawan perlu kriteria tertentu yang berkaitan dengan bidang tugas yang akan dikerjakan. Pustakawan merupakan petugas perpustakaan yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan perpustakaan dan juga merupakan faktor yang

menentukan berhasil atau tidaknya pelayanan yang ada di perpustakaan.

Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam kode etik yang dikutip Hermawan dan Zen (2006: 3) Menyatakan bahwa: “Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 5) menyatakan bahwa, “Pustakawan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi pemerintah”.

Berdasarkan ketiga uraian di atas maka disimpulkan bahwa pengertian pustakawan adalah Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berijazah dibidang ilmu perpustakaan yang melaksanakan tugas atau kegiatan di unit-unit yang ada perpustakaan.

(25)

17

a. Berusaha mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut selalu mencari peningkatan mutu.

b. Memiliki kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

c. Memiliki ketekunan dan ketabahan yaitu sifat tidak puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

d. Mempunyai integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta atau kenikmatan hidup.

e. Memiliki kebulatan pikiran dan perbutan sehingga terjaga efektifitas kerja.

Jadi pustakawan sebagai professional perlu juga memiliki kelima ciri tersebut. Apabila ada yang tidak dimiliki maka dia tidak akan efektif dalam melaksanakan tugasnya, memajukan dan mengembangkan sebuah perpustakaan. Perpustakaan yang baik dapat diukur dari keberhasilannya dalam menyajikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat. Semakin baik pelayanannya, semakin tinggi penghargaan yang diberikan kepada sebuah perpustakaan, lengkapnya fasilitas yang ada, besarnya dana yang disediakan, serta banyaknya tenaga pustakawan, tidak berarti apa-apa apabila perpustakaan tersebut tidak mampu menyediakan pelayanan yang bermutu.

Menurut Tizan Herman dan Kianta (dalam Fatimah, 2001: 27). Mutu pelayanan dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

1. Kinerja pelayanan dapat diandalkan dan akurat sehingga tingkat kesalahan dapat diperkecil (reliabilitas)

2. Pustakawan mampu memberikan jawaban kepada setiap permintaan dalam waktu relatif singkat (responsive)

3. Setiap pustakawan bersikap sopan, hormat dan ramah serta mampu berkomunikasi dengan pemakai

4. Pustakawan harus mampu menciptakan pelayanan yang memiliki kredibilitas yang tinggi

5. Pelayanan harus dapat menjamin keselamatan fisik, keuangan dan bahan-bahan lain yang dianggap rahasia

6. Pustakawan harus mampu memahami menggali dan mengidentifikasi pemakai, dan

7. Ruangan dan peralatan harus nyaman dan tertata dengan baik (tangible).

2.3.1 Kompetensi Pustakawan.

(26)

18

Dewiyana (2006: 22) menyatakan bahwa “Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran analitik atau kepemimpinan”. Sedangkan menurut Utomo yang dikutip Hermawan dan Zen (2006: 174) menyatakan bahwa: “Kompetensi adalah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, sikap, nilai, prilaku, dan karakteristik sesorang yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu dengan tingkat kesuksesan secara optimal”.

Berdasarkan hasil diskusi Komisi II yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam Hermawan dan Zen (2006: 174) menyatakan bahwa: Kompetensi secara umum adalah kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan, sikap, nilai prilaku, serta karakteristik pustakawan, yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara optimal.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan kompetensi pustakawan adalah pengetahuan, kemampuan serta karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja dalam melakukan pekerjaan yang ada di perpustakaan. Kompetensi pustakawan dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme sebagai pelayan informasi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa perpustakaan. Dalam meningkatkan profesionalisme pustakawan ada yang harus diperhatikan dalam peningkatan kompetensi pustakawan. Menurut Hermawan dan Zen (2006: 176), komponen yang harus di perhatikan dalam peningkatan kompetensi pustakawan yaitu :

1.Penguasaan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, serta integritas pustakawan

2. Kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pustakawan 3. Kesesuaian dan persyaratan penempatan kerja pustakawan 4. Pengakuan dan jaminan formal pustakawan kepada masyarakat

5. Standart kinerja (kualitas dan kuantitas) yang harus dicapai pustakawan

6. Sarana dan prasarana untuk peningkatan yang harus dicapai seorang pustakawan ( pendidikan formal dan non formal)

7. Perangkat organisasi kompetensi pustakawan.

(27)

19 2.3.2 Jabatan Fungsional

Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara No.132/ MENPAN/12/2002 (2006: 5) menyatakan bahwa Jabatan fungsional pustakawan adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil. Menurut Supriyanto (2006: 323) Menyatakan bahwa jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan adalah Sebagai berikut :

1. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahlianya.

2. Jabatan fungsional keterampilan adalah kualifikasi teknisi atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jabatan fungsional adalah jabatan atau kedudukan seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang menunjukkan tugas dan tanggung jawab di satuan organisasinya yang dalam pelaksanaanya didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan. Berdasarkan pengetahuan dan tingkat pendidikan pustakawan maka jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan tingkat ahli. Dalam Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Dan Aparatur Negara No.132/M.PAN/12/2002 (2006: 3) menyatakan bahwa:

1. Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendanhnya diploma II perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau diploma bidang lain yang disetarakan

2. Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya sarjana perpustakan, dokumentasi dan informasi atau sarjana bidang lain yang disetarakan.

Dalam pengangkatan pustakawan menjadi jabatan fungsional ada persyaratan yang harus dipenuhi. Dalam buku jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya (2006: 28) Persyaratan yang harus dipenuhi pustakawan adalah : 1. Persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan pustakawan tingkat terampil, adalah;

a. Berijazah serendah-rendahnya diploma II perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau diploma di bidang lain;

b. Bagi diploma bidang lain harus mengikuti pelatihan kepustakawanan dengan kualifikasi yang ditentukan oleh perpustakaan Nasional RI;

(28)

20

d. Bertugas pada unit perpustakan, dokumentasi dan informasi sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun berturut-turut;

e. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP-3), sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

2. Untuk dapat diangkat dalam jabatan pustakawan tingkat ahli, adalah :

a. Serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi, dan informasi atau sarjana bidang lain;

b. Bagi sarjana bidang lain harus mengikuti pelatihan kepustakawanan dengan kualifikasi yang ditentukan oleh perpustakaan Nasional RI;

c. Serendah-rendahnya menduduki pangkat penata muda, golongan ruang III/a; d. Bertugas pada unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi

sekurang-kurangnya selama 2 (Dua) tahun berturut-turut;

e. Setiap unsur penilain pelaksana pekerjaan (DP-3), sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1(satu) tahun terakhir.

Setelah pustakawan memenuhi persyaratan dalam pengangkatan sebagai jabatan fungsional, maka langkah selanjutnya dilakukan penempatan pustakawan sesuai dengan jenjang jabatan dan pangkat pustakawan. Jabatan fungsional pustakawan mempunyai jenjang jabatan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional,

Menurut Supriyanto (2006: 323) menyatakan bahwa Jabatan Fungsional mempunyai jenjang jabatan sebagai berikut:

1. Jenjang jabatan fungsional keahlian :

a. Jenjang utama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis yang mensyaratkan kulifikasi profesional tingkat tertinggi, dengan kepangkatan dari pembina utama madya (IV/d) s/d pembina utama (IV/e).

b. Jenjang madya yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi professional tingkat tinggi, dengan kepangkatan mulai dari pembina (IV/a) s/d pembina utama muda (IV/c).

c. Jenjang muda yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis oprasional yang mensyaratkan kulaifikasi profesional tingkat lanjutan, dengan kepangkatan mulai dari penata (III/c) s/d (III/d).

d. Jenjang pertama yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat oprasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar, dengan kepangkatan mulai dari penata muda (III/a) s/d penata muda tingkat I (III/b).

2. Jenjang jabatan fungsional keterampilan :

a. Jenjang penyelia yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fugsional tingkat dibawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis oprasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan dari penata (III/c) s/d Penata tingkat I(III/d).

(29)

21

mensyaratkan pengetahuan dan pengakaman teknisi opersional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari penata muda (III/a) s/d Penata muda tingkat I (III/b). c. Jenjang pelaksana yaitu jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas

(30)

22

BAB III

KINERJA PUSTAKAWAN DALAM MENGEMBANGKAN

PERPUSTAKAAN UMUM KOTA MEDAN

3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Umum Kota Medan

Perpustakaan Kota Medan, berdiri tahun 1972 sesuai dengan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Kotamadya Medan No. 839/1972 tanggal 27 Desember 1972 tentang mendirikan Pusat Perpustakaan Umum Komadya Medan dengan tujuan dan fungsi sebagai berikut :

- Menghimpun bahan-bahan dokumentasi daerah, terutama bahan-bahan yang dianggap perlu diketahui masyarakat luas, berupa karya-karya tertulis sehingga dapat dimanfaatkan bagi pembangunan daerah kotamdya medan dalam segala bidang, seperti hasil-hasil seminar, simposium, musda, keputusan-keputusan/peraturan pemerintah daerah, pidato-pidato dalam upacara resmi, dan lain sebagainya.

- Memberikan pelayanan berupa penyediaan bahan-bahan pendidikan dan bahan lainnya sehingga bermanfaat bagi pembinaan mental spritual dan pembinaan kewarganegaraan atas landasan dasar negara Pancasila.

- Memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, masyarakat pelajar, mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan akan sumber-sumber ilmiah dan untuk mengetahui kesulitan sumber pelajaran sesuai dengan kurikulum Sekolah Dasar samapi Perguruan Tinggi, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di daerah Kota madya Medan.

(31)

23

3.2 Visi dan Misi Perpustakaan Umum Kota Medan

VISI

Mewujudkan Perpustakaan yang handal dalam rangka membentuk masyarakat Kota Medan yang memiliki budaya baca dan cinta buku

MISI

a. Meningkatkan kuliatas dan kuantitas Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Khusus dan Perpustakaan Masyarakat

b. Mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan mencintai buku c. Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap keberadaan Perpustakaan

3.3 Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Medan

Struktur organisasi merupakan susunan alur kerja yang menunjukan semua tugas kerja untuk dapat mencapai tujuan organisasi, wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang mencangkup tiap-tiap tugas kerja. Struktur Organisasi sangat dibutuhkan oleh suatu lembaga, baik lembaga kecil maupun besar seperti perguruan tinggi , perusahaan maupun perpustakaan.

Melalui struktur organisasi,dapat diketahui jenis kegiatan kerja dan pembagian tugas yang harus dilakukan staf/pegawai, tingkat jabatan, dan pertanggung jawaban yang harus dilaporkan kepada pemimpinnya mengenai perkerjaan yang dilakukan.

Perpustakaan umum kota medan membentuk Struktur organisasinya dalam bentuk makro dan mikro.

3.3.1 Struktur Organisasi Makro

(32)

24

Struktur organisasi perpustakaan umum di Indonesia dapat dilihat pada skema berikut ini.

Sumber: Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 1. Struktur organisasi Makro Perpustakaan Umum

Dari uraian dan skema di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi perpustakaan secara luas membutuhkan wadah dan di organisme dalam bentuk

struktur yang secara baik. Dengan demikian perpustakaan umum membentuk struktur organisasi yang seimbang dan sesuai dengan perancanaan operasional kerja.

3.3.2 Struktur Organisasi Mikro

Selain struktur organisasi makro yang menjelaskan kedudukan perpustakaan pada struktur organisasi kabupaten/kota, perpustakaan umum memiliki struktur organisasi mikro yang menujukan pengelompokan perkerjan dan pembagian tugas yang dilaksanakan perpustakaan umum. Struktur organisasi tersebut dapat mewadahi dan menampung seluruh aktivitas perpustakaan dalam menjalankan misi dan mewujudkan visinya.

Struktur organisasi mikro sebuah perpustakaan diuraikan sebagai berikut : 1. Pelayanan teknis terdiri dari:

a. Pembinaan/pengembangan koleksi

b. Katalogisasi dan klasifikasi ( pengolahan )

Pemda Tk.II

Kepala

Perpustakaan

Pengadaan

Badan Penyatuan Perpustakaan

Pelayanan Administrasi

(33)

25

c. Pemeliharaan

2. Pelayanan pengguna terdiri dari : a. Pelayanan sirkulasi

b. Pelayanan berkala c. Pelayanan referensi d. Penelusuran informasi e. Bimbingan penguna f. Pelayanan audio dan visual g. Pelayanan anak

3. Pelayanan administarsi a. Umum dan perlengkapan b. Kepegawaian

c. Keuangan

Sesuai dengan pembagian diatas, skema struktur organisasi mikro Perpustakaan Kota Medan dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber:Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 2. Struktur Organisasi Mikro Perpustakaan Umum

Kepala Perpustakaan

Pelayanan Pengguna

1.Sirkulasi 2.Berkala

3.Referensi 4.Penelusuran Informasi 5.Bimbingan Pengguna 6.Audio dan Visual 7.Anak

Pelayanan Teknis

1. Pengembangan Koleksi 2. Katalogisasi/klasifikasi 3. Pemeliharaan

Pelayanan Administrasi

1. Umum dan Perlengkapan 2. Kepegawaian

(34)

26

Bagian-bagian dalam struktur organisasi mikro yang disebutkan diatas dalam pelaksanaan kegiatan/aktifitas perpustakaan saling berhubugan satu dengan yang lainnya.

3.4 Koleksi Perpustakaan Umum Kota Medan

Koleksi perpustakaan merupakan unsur pokok dari setiap perpustakaan. Oleh sebab itu tanpa adanya koleksi yang memadai maka pelayanan yang diberikan kepada pengguna tidak akan pernah terwujud secara maksimal. Selain ituperpustakaan harus menyediakan koleksi yang relevan dengan kebutuhan pengguna agar pelayanan informasi yang akan diberikan dapat tercapai sesuai dengan tujuan perpustakaan.Koleksi Perpustakaan Umum Kota Medan berasal dari pembelian dan sumbangan/hadiah yang saat ini berjumlah 74.725 eksemplar. Berikut adalah tabel jumlah koleksi Perpustakaan Umum Kota Medan pada tahun 2015: Tabel-1 : Jumlah Koleksi Perpustakaan Umum Kota Medan tahun 2015

No Jenis Koleksi Eksemplar 1 Buku Umum 46.973 2 Buku Layanan Keliling 17.910 3 Layanan Anak 1.788 4 Referensi 5.654 5 Layanan Terpadu 600 6 Layanan Cabang 1.800

Jumlah 74.725

Sumber : Perpustakaan Umum Kota Medan, 2015

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Kantor Perpustakaan Umum Kota Medan memiliki 74.725 eksemplar. Koleksi yang terdapat pada Perpustakaan Umum Kota Medan yaitu sebagaiberikut :

1. Koleksi Umum, terdiri dari : a. Karya Umum

(35)

27

g. Seni/Budaya h. Kesusastraan i. Sejarah j. Agama k. Cerita

2. Koleksi Referensi, terdiri dari : a. Kamus

b. Ensiklopedia

c. Peraturan/Undang-undang d. Koleksi Khusus/Daerah e. Tafsir

3. Koleksi Perpustakaan Keliling, terdiri dari : a. Karya Umum

b. Filsafat c. Ilmu Sosial d. Bahasa e. IPA/MM f. Ilmu terapan g. Seni/Budaya h. Kesusastraan i. Sejarah j. Agama k. Cerita

3.5 Kinerja Pustakawan Dalam Bidang Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka dilakukan agar bahan pustaka sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan, apabila dalam melakukan pengadaan bahan pustaka tidak sesuai dengan apa yang di butuhkan oleh pengguna, maka perpustakaan tersebut kurang berhasil dalam melakukan pelayanan terhadap pengguna perpustakaan.

(36)

28

1. Pembelian

Perpustakaan Umum Kota Medan membeli langsung bahan pustaka dengan cara memesan melalui penerbit dan mengimpor bahan pustaka langsung dari luar negeri apabila dibutuhkan

2. Sumbangan

Selain pembelian perpustakaan Umum kota Medan memperoleh bahan pustaka melalui sumbangan, tugas pustakawan dalam memilih bahan koleksi melalui proses ini adalah: Memilih bahan pustaka sumbangan yang di butuhkan, Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang diperlukan.

Dari pantauan penulis selama melakukan observasi di Perpustakaan Umum Kota Medan, penulis mengamati bahwa:

1. Dalam kegiatan pengadaan bahan pustaka secara online, Perpustakaan Umum Kota Medan terlebih dahulu meneliti situs mana saja yang dapat dipercaya dalam bisnis online.

2. Perpustakaan Umum Kota Medan ingin menambahkan koleksinya dengan bahan koleksi yang bersumber dari terbitan pemerintah mengalami kendala dalam pemesanan karena jumlah bahan koleksi terbitan pemerintah sangat sedikit

3.6 Kinerja Pustakawan Dalam Bidang Pengolahan Bahan Pustaka

Dalam tahap pengolahan bahan pustaka, Perpustakaan Umum Kota Medan menerapkan beberapa metode, mulai dari inventarisasi bahan pustaka, katalogisasi dan penyelesaian fisik bahan pustaka.

3.6.1 Inventarisasi

Dalam tahapan inventarisasi pustakawan melakukan tugas tugas seperti berikut : a. Pemberian stempel dilakukan agar dapat diketahui bahwasanya bahan

pustaka resmi milik perpustakaan tersebut,

b. Pustakawan melakukan pemberian nomor induk dan dicatat ke buku induk, agar dapat di ketahui jumlah koleksi yang dimiliki,

(37)

29

c. Pemberian barcode buku agar buku tersebut dapat di scan, dengan alat scanner Perpustakaan Umum Kota Medan.

Metode yang digunakan dalam pengadaan koleksi pepustakaan adalah sangat beragam, hal ini berhubungan dengan kapasitas layanan dan hubungan perpustakaan dengan penyedia sumber-sumber informasi.

3.6.2 Katalogisasi

Katalogisasi adalah proses pembuatan katalog sebagai sarana temu kembali bahan pustaka. Dalam mempersiapkan buku serta bahan pustaka lainya dengan membuat entri yang sesuai dengan katalog perpustakaan. Perpustakaan Umum Kota Medan belum melakukan aturan yang berlaku secara internasional. Maksudnya perpustakaan kota medan didalam pengklasifikasian tidak berpedoman pada DDC edisi 20 atau 21 melanikan berpedoman kepada penentu daftar tajuk subjek yang diterbitkan oleh perpustakaan nasional, dalam penentuan deskripsi bibliografi menggunakan AACR2 namun, mengunakan KDT ( katalog dalam terbitan ), dan didalam penentuan tajuk subjek berpedoman kepada LCSH melainkan dalam menentukan tajuk subjek.

Katalog dilakukan dengan cara komputerrisasi dengan menggunakan program CDS/ISIS. Katalog dibuat berdasarkan judul dan pengarang. Apabila seorang pengguna ingin menelusuri bahan pustaka buku melalui katalog harus melaporkan pada perpustakaan karena pelayananya bersifat tertutup, maksudnya bahan pustaka yang diinginkan akan ditelusuri oleh perpustakaan melalui katalog online. Kegiatan pengatalogan diperpustakaan ini tidak saja untuk bahan pustaka baru ( pembelian dan sumbangan ), tetapi juga bahan koleksi yang lama. Jumlah koleksi yang sudah di katalogan.

(38)

30

pada lembaran T-slip dan setelah selesai diketik pada kartu ukuran 7,5 x 12,5 cm. Setiap bahan perpustakaan dibuatkan satu set kartu katalog yaitu :

a. Kartu judul b. Kartu pengarang

c. Kartu pengarang tambahan ( bila ada pengarang tambahan ) d. Kartu subjek

e. Kartu berkas ( shelf list )

Perpustakaan Umum Kota Medan telah melaksanakan prinsip-prinsip pengolahan perpustakaan, seperti inventaris, koleksi dan pengatalogan. Pengtalogan buku dilakukan dalam beberapa tahap sampai bahan pustaka tersebut siap untuk dilayankan. Setiap buku yang diterima terlebih dahulu dicek pada kartu shelf list. Apakah sudah diolah atau belum. Buku yang belum pernah diolah terlebih dahulu diberi nomor inventaris, stempel, tanda terima dan stempel tanda milik perpustakaan. Buku yang telah diinventarisasi dibuat konsep katalognya yang berisikan tentang data bibliografi buku, subjek dan nomor klasifikasi.

3.6.2.1 Penentuan Tajuk Entri Utama

Pada umumnya yang menjadi tauk entri utama adalah pengarang atau yang bertanggung jawab atas karangan tersebut. Pengarang yang dimaksud dalam hal ini adalah pengarang perseorangan, badan/ lembaga dan karya kumpulan. Tajuk entri utama pada katalog dapat berupa nama :

- Pengarang - Judul

- Badan kooperasi

Berikut contoh penentuan tajuk entri utama di perpustakaan umum kota medan : A.Karya pengarang tunggal yang menjadi entri utamanya adalah pengarang itu

(39)

31 Sumber: Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 3. Contoh katalog karya pengarang tunggal

Pada gambar 3, yaitu pada daerah kolasi, dimana angka romawinya tidak dicantumkan padahal didalam buku tertera angka romawinya.

B.Karya yang dilakukan oleh lebih dari tiga pengarang yang menjadi tajuk entri utama karya tersebut adalah:

Sumber: Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 4. Contoh katalog lebih dari tiga orang

(40)

32

menggunakan tanda(.--) sedangkan menurut AACR2 seharusnya memakai tanda ….[et al]

C.Karya editor tanpa pengarang utama, maka tajuk entrinya utama adalah judul

Sumber: Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 5. Contoh katalog karya editor tanpa pengarang utama

Contoh katalog pada gambar 5, jika nama penerbit tidak ada pengetikannya memakai tanda ( ). Jadi pengetikan seharusnya adalah ( s n ) yang sesuai dengan AACR 2. Penulis subjeknya memakai huruf kecil yang mana seharusnya menggunakan huruf kapital ( huruf besar). Pustakawan bidak konsisten dalam menentukan penggunaan huruf besar atau kecil dalam penulisan subjeknya.

D.Karya badan korporasi dan badan itu sendiri yang bertanggung jawab atas karya tersebut, maka tajuk entri utamanya pada badan itu sendiri.

(41)

33

Pada gambar 6, penulisan subjek menggunakan huruf kecil yang sebaiknya memakai huruf besar ( huruf kapital)

3.6.2.2 Deskripsi Bibliografi

Dalam menemukan deskripsi bibliogrfi perpustakaan umum kota medan belum berpedoman pada AACR2 melainkan mengikuti KDT ( katalog dalam terbitan)

Sumber: Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 7. Contoh katalog dengan susunan Tajuk Pengarang

Katalog pada gambar 7, terletak pada bagian deskripsi bibliografiis tidak sesuai dengan peraturan AACR2.

3.6.2.3 Penentuan Tajuk Subjek

(42)

34

Sumber: Perpustakaan Umum Kota Medan

Gambar 8. Contoh katalog tidak mengunakan pedoman LCSH

Pada gambar 8, didalam penentuan tajuk subjek tidak menggunakan pedoman LCSH sehingga dalam pembuatan nomor klasnya berdasarkan daftar Tajuk Subjek yang diterbitkan oleh perpustakaan nasional yang tertera disamping sebelah kanan subjeknya.

3.6.2.4 Klasifikasi

Klasifikasi merupakan proses pemberian nomor panggil atau notasi buku. Proses klasifikasi buku yang dilakukan perpustakaan umum kota medan sangat sederhana karena buku-buku yang diklasifikasikan tidak mencangkup semua bidang ilu seperti yang terdapat di perpustakaan besar. Buku-buku yang diklasifikasikan terdiri dari buku-buku teknik, hukum, ekonomi, pariwisata dan administrasi.

(43)

35

sudah banyak pengembangan bidang ilmu yang menyebabkan notasi berkembang. Bahkan saat ini sudah menggunakan DDC edisi ke 23 agar lebih baik dalam proses mengklasifikasi untuk pemberian nomor panggil atau notasi buku.

3.6.3 Penyelasian Fisik

Tahap terakhir adalah penyelesaian fisik bahan pustaka meliputi :

a. Menempelkan label pada punggung buku, menempelkan kantong buku dan slip tanggal kembali, membuat dan memasukkan kartu buku.

b. Setelah semua selesai, ini adalah tahap terakhir dalam tahap penyelesaian fisik yaitu menyusun atau menyimpan bahan pustaka dan dokumen di rak, atau menyimpan dokumen sesuai dengan nomor klasifikasi (call number.) Dari pantauan penulis selama melakukan observasi di Perpustakaan Umum Kota Medan pada bidang pengolahan bahan pustaka, penulis mengamati bahwa:

1. Perpustakaan Umum belum mengunakan DDC edisi 22. Sebaiknya pihak perpustakaan menggunakannya karena pada edisi ini sudah banyak pengembangan bidang ilmu yang menyebabkan notasi berkembang. Bahkan saat ini sudah menggunakan DDC edisi ke 23 agar lebih baik dalam proses mengklasifikasi untuk pemberian nomor panggil atau notasi buku.

2. penjajaran buku di rak belum sesuai dengan nomor klasifikasi yang membuat pengguna kesulitan untuk mencari bahan pustaka.

3.7 SISTEM OPAC

Perpustakaan umum kota medan menggunakan katalog komputer untuk membantu penguna mencari bahan pustaka ke rak dan juga sebagai data inventarisasi bagi pustakawan. Sistem yang mereka pakai dengan memakai sistem perangkat lunak CDS/ISIS.

(44)

36

menjadi lebih cepat dan fisik bahan pustakanya dapat segera diproses sebagaimana mestinya sehingga dapat segera dipamerkan dan digunakan di unit sirkulasi. Sistem OPAC yang dikembangkan di PUSTAKA adalah sistem layanan informasi melalui LAN dan WAN, namun karena masih ada keterbatasan, sistem yang dibangun baru pada tahapan LAN. Layanan melalui WAN dilakukan dengan memanfaatkan media internet, sehingga pengguna dapat langsung mengakses informasi dari server pangkalan data. Layanan melalui LAN lebih ditujukan untuk pengguna yang langsung datang ke perpustakaan.

Perpustakaan umum kota medan mengunakan OPAC dalam mencari buku dengan cara buka situs http://perpustakaan.pemkomedan.go.id/

Pengguna Perpustakaan Umum Kota Medan baik itu anggota maupun nonanggota adalah anak-anak, pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD), pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Mahasiswa, Pegawai Instansi Pemerintah, serta masyarakat umum. Pengguna perpustakaan dapat mencari, memilih, membaca serta meminjam koleksi bahan pustaka yang diinginkan. Namu, bagi pengguna perpustakaan yang non-anggota yang ingin meminjam koleksi bahan pustaka tidak diperkenankan untuk meminjam bahan pustaka dari Perpustakaan umum Kota Medan tetapi mereka hanya boleh membaca bahan pustaka ditempat atau memfotokopi bagian isi buku yang diperlukan. Pengguna yang menggunakan fasilitas Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sekitar ± 80 orang per hari.

lalu terbuka halaman depan lalu kelik Katalog Publik setelah itu masukan Query / judul buku yang mau dicari lalu klik search kemudia akan keluar hasil yang dibutuhkan.

3.8 Kinerja Pustakawan Dalam Bidang Pelayanan Bahan Pustaka

(45)

37

pengguna menuju ke rak buku biasanya pengguna menggunakan kartu katalog online (OPAC) untuk memudahkan pengguna dalam pencarian temu balik informasi yang diinginkan. Apabila pengguna mendapatkan kesulitan menemukan informasi yang dicari, maka mereka dapat meminta bantuan petugas perpustakaan. Melihat sistem layanan terbuka (Open Access) yang dilaksanakan pada Perpustakaan Umum Kota Medan dikatakan sangat baik. Karena pengguna dapat dengan mudah mendapatkan informasi atau bahan pustaka yang diinginkan

secara cepat dan tepat.

3.8.1 Jenis Pelayanan Pengguna Pada Perpustakaan Umum Kota Medan

Pelayanan pengguna merupakan salah satu kegiatan yang utama di perpustakaan. Layanan ini merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan pengguna sekaligus merupakan barometer keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Suatu perpustakaan dianggap bermutu apabila memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pengguna. Adapun pelayanan pengguna yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Umum

Kota Medan adalah pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan digital, pelayanan terbitan berseri, pelayanan pendidikan pemakai, pelayanan fotokopi, serta pelayanan anak dan perpustakaan keliling.

3.8.2 Pelayanan Sirkulasi Pada Perpustakaan Umum Kota Medan

Kegiatan pelayanan sirkulasi yang dilakukan pada Perpustakaan Umum Kota Medan meliputi : keanggotaan, peminjaman, pengembalaian, perpanjangan, penagihan, dan pemberian sanksi.

3.8.2.1 Keanggotaan

(46)

38

menjadi anggota terlebih dahulu. Syarat untuk menjadi anggota Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi peraturan-peraturan Perpustakaan kota Medan. b. Mengembalikan buku yang dipinjam tepat pada waktunya. c. Menjaga dan memelihara dengan baik buku yang dipinjam.

d. Membayar atau mengganti dengan buku yang sama apabila buku yang dipinjam rusak atau hilang.

e. Buku yang terlambat dikembalikan sipeminjam (anggota), sesuai dengan batas waktu yang ditentukan dikenakan sanksi dengan memberikan peringatan pertama, kedua dan ketiga dan apabila hal tersebut tidak diindahkan maka keanggotaannya dicabut dan dapat menjadi anggota Perpustakaan Kota Medan. f. Jangka waktu peminjaman selama 14 (empat belas) hari dan dapat diperpanjang

7 (tujuh) hari lagi dengan terllebih dahulu memberi tahu petugas pelayanan umum sebelum masa pinjam berakhir.

g. Maksimal buku yang dipinjam sebanyak 2 (dua) lembar. h. Pas photo ukuran 2 x 3 sebanyak 3 (tiga) lembar.

i. KTP terlampir (KTP Kota Medan).

j. Formulir ini berlaku selama satu bulan sejak dikeluarkan.

Kartu tanda anggota digunakan apabila anggota perpustakaan ingin meminjam bahan pustaka di perpustakaan tanpa harus membawa tanda pengenal lainnya.

3.8.2.2 Peminjaman

Peminjaman adalah pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pencatatan bukti bahwa pemakai/anggota perpustakaan meminjam bahan pustaka. Perpustakaan Umum Kota Medan menerapkan waktu peminjaman bahan pustaka adalah 14 (empat belas) hari. Maksimal buku yang yang dapat dipinjam sebanyak 3 (tiga) eksemplar. Sistem peminjaman sirkulasi yang digunakan pada Perpustakaan Umum Kota Medan adalah Sistem Buku Besar.

Adapun prosedur peminjaman bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :

(47)

39

b. Buku yang sudah dipilih dan akan dipinjam diserahkan kepada petugas perpustakaan, beserta kartu anggota.

c. Petugas melakukan pencatatan tanggal peminjaman dan pengembalian pada pada slip pengembalian yang ada dalam buku yang dipinjamkan.

d. Petugas mengambil kartu buku tersebut disatukan dengan kartu anggota peminjam dengan alat penjepit dan disusun menurut abjad nama peminjam. e. Petugas menyerahkan buku kepada peminjam.

3.8.2.3. Pengembalian

Pelayanan pengembalian bahan pustaka merupakan langkah berikutnya dari pelayanan peminjaman. Setelah habis masa peminjaman maka si peminjam wajib mengembalikan bahan pustaka yang dipinjamnya, jika tidak dikenakan denda/sanksi.

Adapun prosedur pengembalian bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Pengguna mengembalikan bahan pustaka yang dipinjamnya kepada petugas sirkulasi beserta kartu anggota.

b. Petugas menerima dan memeriksa keutuhan serta tanggal pada lembaran tanggal kembali (untuk melihat perlu dikenakan sanksi denda atau tidak). c. Petugas mengambil kartu anggota peminjam dari kotak kartu peminjaman. d. Petugas memberi tanda kembali pada kartu peminjaman.

e. Petugas mengembalikan kartu pada kantung buku. f. Petugas menyerahkan kartu anggota kepada peminjam.

Menurut pantauan penulis, buku yang sudah dikembalikan oleh pengguna oleh petugas perpustakaan langsung disusun ke dalam rak, dengan terlebih dahulu mengelompokkan buku menurut nomor kalsifikasinya.

3.8.2.4 Perpanjangan

(48)

40

Adapun prosedur perpanjangan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Pengguna datang ke bagian sirkulasi dan membawa buku yang akan diperpanjang.

b. Petugas mencatat tanggal peminjaman dan pengembalian pada buku yang akan diperpanjang.

c. Petugas menyerahkan buku kepada pengguna yang memperpanjang masa pinjaman buku.

3.8.2.5 Penagihan

Penagihan merupakan kegiatan meminta kembali bahan pustaka yang dipinjam oleh pengguna perpustakaan. Penagihan dilakukan apabila buku yang dipinjam pengguna telah lama melewati batas waktu pengembalian. Proses penagihan peminjaman bahan pustaka merupakan kegiatan meminta kembali bahan pustaka yang dipinjam oleh pengguna perpustakaan. Penagihan dilakukan apabila buku yang dipinjam pengguna telah lama melewati batas waktu pengembalian.

Adapun proses penagihan peminjaman bahan pustaka kepada anggota Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Buku yang terlambat dikembalikan si peminjam (anggota), sesuai dengan batas waktu yang ditentukan petugas akan memberikan peringatan pertama, kedua dan ketiga.

b. Namun jika peminjam (anggota) tidak mengindahkan maka petugas perpustakaan akan mendatangi alamat anggota yang bersangkutan dan keanggotaannya dicabut dan tidak dapat lagi menjadi anggota perpustakaan. c. Batas waktu dilakukan paling lama 3 (tiga) bulan setelah masa peminjaman

berakhir.

(49)

41 3.8.2.6 Pemberian Sanksi

Pemberian sanksi biasanya diberikan kepada pengguna yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan, misalnya terlambat dalam pengembalian bahan pustaka dan mengembalikan bahan pustaka yang rusak. Pemberian sanksi yang sering terjadi di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah keterlambatan pengembalian bahan pustaka yang dipinjam pengguna. Sanksi yang diberikan kepada pengguna/anggota Perpustakaan Umum Kota Medan adalah sebagai berikut :

a. Bila terlambat mengembalikan bahan pustaka maka pengguna diberi sanksi berupa peringatan/peneguran.

b. Jika bahan pustaka yang dipinjam hilang atau rusak karena kelalaian peminjam maka sipeminjam wajib membayar atau mengganti dengan buku yang sama sesuai dengan judul buku yang hilang atau rusak.

3.8.3 Pelayanan Referensi

Pelayanan referensi adalah suatu kegiatan pelayanan untuk membantu para pemakai perpustakaan menemukan informasi dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta memberikan bimbingan untuk menemukan kembali informasi melalui koleksi referensi.

Pelayanan referensi di Perpustakaan Umum kota Medan bersifat pelayanan sistem terbuka, dimana pengguna perpustakaan dapat mengambil sendiri koleksi yang diinginkannya dari rak buku dan membacanya di ruangan yang telah disediakan, tetapi koleksi referensi tidak dapat dipinjamkan untuk dibawa pulang. Koleksi referensi penempatannya dipisahkan dari koleksi umum. Pelayanan referensi di Perpustakaan Umum Kota Medan juga melayani pembaca/anggota perpustakaan dalam bentuk pertanyaan dan melayani permintaan data atau informasi dengan menggunakan bahan-bahan referensi.

Jumlah koleksi referensi yang terdapat di Perpustakaan Umum Kota Medan berjumlah 74.725 eksemplar.

Koleksi referensi yang dimiliki Perpustakaan Umum Kota Medan berupa :

- Kamus Bahasa Indonesia

Gambar

Gambar 1. Struktur organisasi Makro Perpustakaan Umum
Gambar 2. Struktur Organisasi Mikro Perpustakaan Umum
Gambar 3. Contoh katalog karya pengarang tunggal
Gambar 5. Contoh katalog karya editor tanpa pengarang utama
+3

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan pustakawan dalam kode etik adalah. pustakawan yang dinyatakan dalam

Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia.. Jakarta:

Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia.. Jakarta:

Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan kode etik pustakawan dapat ditelaah melalui beberapa hal yang disebutkan di dalam Kode Etik Pustakawan Indonesia

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kode etik pustakawan pada Perpustakaan UIN Sumatera Utara berdasarkan kode etik pustakawan Indonesia tentang

Setiap anggota Ikatan Pustakawan Indonesia memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kode etik ini dalam standar yang setinggi- tingginya untuk kepentingan

Selanjutnya berdasarkan hasil koefisien determinasi atau daya penentu kode etik pustakawan dengan kinerja pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

Kedua, bagi pemustaka, memberikan pemahaman baru kepada pemustaka bagaimana seharusnya seorang pustakawan melayani pemustaka dengan aturan yang telah ditetapkan dalam kode etik