PERAN PUSTAKAWAN TERHADAP PENGGUNA
DALAM MENELUSUR INFORMASI
DI LAYANAN REFERENSI
MAKALAH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
JUNAIDA, S.Sos
NIP. 19780602 200312 2 004
PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Daftar Isi
Daftar isi... i
Kata Pengantar ... ii
Pendahuluan... 1
Pengertian Pelayanan Referensi ... 3
Tujuan Pelayanan Referensi ... 4
Jenis-jenis koleksi Referensi ... 4
Pelayanan Pemberian Informasi... 9
Pelayanan Pemberian Bantuan... 11
Bantuan Dalam Penelusuran ... 13
Pertanyaan yang Sering Diajukan... 13
Kode Etik Pustakawan... 14
Peran pustakawan Referensi... 15
Penutup... 17
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat Rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Peran Pustakawan Terhadap Pengguna Dalam Menelusur
Informasi Di Layanan Referensi Perpustakaan” ini dengan baik.
Makalah ini menceritakan mengenai pelayanan referensi, bagaimana
menjawab pertanyaan pengguna dengan baik dan juga memberi bantuan
pengguna cara menelusur informasi yang dibutuhkan dilayanan
referensi. Makalah ini merupakan hasil karya tulis untuk melengkapi
persyaratan mengajukan Fungsional Pustakawan Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat menghargai kritik dan saran
sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir
kata penulis mengharap kiranya makalah ini dapat berguna bagi orang
yang membacanya.
Wassalam,
Peran Pustakawan Terhadap Pengguna Dalam Menelusur Informasi
Di Layanan Referensi Perpustakaan
Pendahuluan
Pelayanan referensi adalah salah satu kegiatan pokok yang
dilakukan diperpustakaan yang khusus melayankan atau menyanjikan
koleksi referensi kepada para pemakai atau pengunjung perpustakaan.
Serta dapat membantu para pemakai pengunjung menemukan informasi
dengan cara antara lain menerima pertanyaan-pertanyaan dari para
pemakai atau pengunjung perpustakaan dan kemudian menjawab dengan
menggunakan koleksi referensi, dimana bimbingan untuk menemukan
koleksi referensi dan mencari informasi yang dibutuhkan, dimana
bimbingan kepada para pemakai tentang pengguna bahan pustaka
koleksi referensi.
Untuk dapat mencapai pelayanan referensi yang baik, petugas
referensi harus terampil, ramah dan cekatan, dan juga koleksi
referensi harus memadai sesuai dengan keperluan pamakainya.
Disamping itu petugas juga harus mampu sebagai pembuka jalan atau
harus mempunyai pengetahuan dasar dalam pelayanan referensi,
petugas harus mempunyai pengetahuan dasar dalam pelayanan
referensi, petugas harus mampu menjawab pertanyaan pemakai atau
dapat membimbing bagaimana cara menelusur informasi yang
dibutuhkan.
Bila ada pertanyaan secara tidak langsung melalui surat, telepon
mengetahui identitas dan latar belakang sipenanya. Bila menggunakan
telepon informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dapat langsung
dijawab dan bila menggunakan surat, harus ada tenggang waktu
menjawab 2 (dua) atau 3 (tiga) minggu dan biaya dibebankan kepada
pengguna. Bila informasi yang dibutuhkan tidak ada pada referensi
maka harus diadakan penelusuran untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan oleh sipenanya.
Sarana penelusuran yang digunakan adalah katalog, bibliografi,
abstrak, indeks tercetak. Untuk mempermudah dan mempercepat
penelusuran koleksi disediakan sarana melalui CD-ROM atau jasa
internet. Di layanan referensi Perpustakaan USU terdapat jenis-jenis
koleksi referensi antara lain kamus, ensiklopedi, bibliografi, sumber
biografi, indeks dan abstrak, buku pedoman, direktori, almanak, buku
tahunan, sumber-sumber ilmu bumi, serta terbitan pemerintah. Bagian
layanan referensi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU)
selain memiliki koleksi tercetak juga memiliki koleksi elektronik, serta
memiliki fasilitas akses internet gratis bagi pengguna. Koleksi
referensi tidak boleh dipinjam atau dibawa pulang. Dengan kata lain
koleksi referensi hanya dapat dibaca ditempat atau di fotokopi.
Adapun pokok permasalahan yang dibahas dalam uraian diatas maka
penulis memilih judul adalah “ Peran Pustakawan Terhadap Pengguna
Pengertian pelayanan referensi
Menurut Lasa (1994: 33) referensi berasal dari bahasa Inggris
”reference” berarti menunjuk kepada, menyebut. Sering diartikan pula
dengan acuan, rujukan, sebab jenis koleksi ini sengaja dipersiapkan
untuk memberikan informasi, penjelasan dalam hal-hal tertentu.
Mungkin informasi itu meliputi kata, pokok masalah ,tempat, pustaka,
nama tokoh, petunjuk, ukuran dan lain sebagainya. Jenis koleksi ini
tidak perlu dipelajari secara keseluruhan sebagaimana buku teks
maupun buku fiksi. Karena jenis ini banyak peminatnya dan sering
diperlukan, maka pada umumnya tidak boleh dipinjam untuk dibawa
pulang. Kecuali itu mungkin ada pertimbangan lain, misalnya jenis
koleksi harganya mahal dan kadang sulit dicari. Untuk memudahkan
pengenalan, maka dibedakan dengan koleksi lain dengan bilalmana kode
“R” pada sandi pustaka yang tertulis pada punggung buku, kartu buku
maupun kartu katalog buku. Sebaiknya koleksi ini disendirikan dalam
almari/rak khusus dan lebih baik lagi jika disediakan ruang khusus
referensi.
Sedangkan menurut Depdikbud (1982: 37) pelayanan referensi
adalah suatu kegiatan pelayanan untuk membantu pemakai
perpustakaan menemukan informasi dengan cara menjawab dengan
menggunakan koleksi referensi.
Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa pelayanan
referensi adalah merupakan rujukan dan koleksinya tidak boleh dibawa
Tujuan pelayanan Referensi
Pelayanan ini lebih dititik beratkan pada pelayanan individu agar
mereka mampu mendayagunakan sumber-sumber rujukan itu.
Kemandirian ini sangat penting untuk memperlancar tugas-tugas
keperpustakaan. Juga mereka akan lebih menghemat tenaga dan waktu.
Pelayanan ini memiliki beberapa tujuan antara lain:
a. Membimbing pengguna jasa perpustakaan agar memanfaatkan
semaksimal mungkin akan koleksi yang dimilik suatu perpustakaan.
Mereka diharapkan mampu mandiri dalam menggunakan sumber
tersebut.
b. Memilihkan sumber rujukan yang lebih tepat untuk menjawab
pertanyaan dalam bidang tertentu.
c. Member pengarahan kepada pengguna untuk memperluas wawasan
mereka dalam suatu topik karena penjelasan suatu masalah diberikan
oleh beberapa sumber daya dengan gaya yang berbeda.
d. Mendayagunakan sumber rujukan semaksimal mungkin dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
e. Tercapainya efisiensi tenaga, biaya dan waktu.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu pengguna mengunakan
layanan referensi dan membantu pengguna menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh sipenanya.
Jenis-jenis Koleksi Referensi
Menurut Lasa Hs (1994: 38) untuk menjawab
persoalan-persoalan yang sering muncul dalam berbagai bidang, maka dipersiapkan
1. Kamus/dictionary
Kamus dalam bahasa Inggris adalah ”Dictionary” yang diartikan sebagai
kumpulan kata-kata. Kamus akan memberikan pertolongan pembaca
yang menemukan kesulitan tentang kata. Sebab koleksi ini berisi daftar
kata yang disusun alfabetis, tiap kata dianalisis dan diolah menurut asal
kata, ucapannya, artinya maupun cara penggunaanya juga sering
diberikan sinonim, lawan kata. Kadang diberi foto, grafik maupun
gambar untuk memperjelas arti. Contoh Kamus Besar Bahasa Indonesia
2. Ensiklopedi/ encyclopedia
Salah satu koleksi referensi yang banyak dipergunakan pemakai adalah
ensiklopedi. Jenis karya ini merupakan karya universal, menyeluruh
yang berisi ukuran ringkas tentang berbagai cabang ilmu atau bidang
ilmu pengetahuan. Entri-entrinya disusun alfabetis seperti pada kamus
dan uraiannya dalam bentuk artikel-artikel yang terpisah. Contoh yaitu
: Americana, Brittanica, Colliers danWorld Book”
3. Bibliografi/bibliography
Kata ”bibliografi” berasal dari bahasa yunani kuno/greek ”biblion” yang
berarti buku dan ”graphein” berarti menulis. Kemudian arti ini
berkembang menjadi pengertian menulis tentang buku. Juga dapat
diartikan sebagai daftar pustaka yag disusun menurut aturan maupun
pola tertentu.
4. Sumber Biografi
Kata biografi berasal dari kata “bio” berarti hidup dan “grapheine”
yang berarti menulis dan mencatat. Maka biografi diartikan catatan
maupun tulisan-tulisan tentang riwayat hidup seseorang atau beberapa
orang sejak kecil sampai dewasa yang ditulis seobjektif mungkin.
hidup yang ditulis sendiri oleh pelakunya disebut autobiografi. Contoh :
Biografi nasional : Yakni biografi yang mencantumkan sejumlah nama,
tokoh dalam bidangnya dalam suatu negara dan biografi khusus:
Biografi yang hanya mencantumkan nama-nama orang yang ahli atau
tokoh dalam bidang tertentu.
5 Indeks/abstrack
1. Indeks
Indeks dapat diartikan sebagai tanda atau petunjuk indikasi. Misalnya
IP= indeks prestasi berarti menunjukkan prestasinya juga misalnya
indeks bahan makanan, indeks harga dan lain sebagainya.
2. Abstrak
Abstak sering diartikan dengan sari karangan, ringkasan karya tulis.
Karya ini dilengkapi data bibliogafi sehingga memudahkan proses temu
kembali karena adanya indentifikasi tertentu. Susunan sari karangan ini
pada umumnya berisi:
a. Judul asli atau terjemahan dalam bahasa inggris
b. Nama pengarang, penulis
c. Alamat instansi, lembaga tempat penulisan itu bekerja
d. Data bibliografis seperti: judul, naskah, majalah, volume, nomor,
tahun terbit dan lain-lain
e. Uraian
f. Nama penyusun abstrak
6 Buku pedoman/handbook/manual & guidebook
Yang dimaksud buku pedoman atau pegangan disini berbeda dengan
buku pegangan untuk mengajar bagi guru-guru SD-SMTA. Akan tetapi
jenis ini pada umumnya berisi uraian yang dapat dipergunakan untuk
menyeluruh dalam satu bidang. Di dalam buku ini petunjuk-petunjuknya
diberikan secara mendalam dan dilengkapi dengan gambar-gambar agar
mudah digunakan.
Koleksi ini sangat berguna terutama bagi mereka yang sedang
mendalami bidang tertentu. Para peneliti/research worker pun akan
banyak mendapat pertolongan melalui buku ini.
1. Manual
Yang disebut manual pada prinsipnya hampir sama dengan handbook.
Hanya saja manual ini memberikan instruksi/perintah tentang cara
mengerjakan sesuatu, bagaimana mengindentifikasi sesuatu dan
bagaimana cara menulis materi tertentu.
Contoh : Glenn’s auto repair manual
Buku ini akan memberikan petunjuk bagaimana cara mereparasi,
memperbaiki mobil.
2. Guidebook
Buku ini dipersiapkan untuk para wisatawan atau mereka yang akan
mengunjungi daerah, negara lain. Disini dicakup tentang tempat-tempat
rekreasi, pusat pendidikan, stasiun, terminal, jalur kereta api, bank,
rumah sakit, kantor polisi dan lain-lain.
7 Directori/directory
Koleksi ini berupa daftar nama-nama orang, lembaga, organisasi maupun
perkumpulan lain yang disusun alfabetis maupun sistematis.
Dicantumkan pula data pendukung lainnya seperti: alamat, profesi,
pendidikan dan lain-lain. Jenis ini berguna terutama untuk menghubungi
orang-orang tertentu maupun akan mengunjungi lembaga tertentu.
8 Almanak
Almanak mula-mula diartikan sebagai kalender, penanggalan dalam
waktu satu tahun. Kemudia arti ini berkembang menjadi catatan
peristiwa dalam berbagai bidang selama waktu tertentu. Pada
umumnya, almanak menyajikan fakta, statistik serta informasi dasar
tentang berbagai hal sejak soal-soal pertanian sampai pada binatang.
Almanak merupakan bahan rujukan tentang kependudukan, bisnis,
olahraga serta soal-soal statistik pertanian. Bagi ilmuwan, almanak
sangat membantu kegiatan mereka. Sebagian dicatat pula tentang
gerakan benda-benda angkasa seperti bulan, bintang, matahari, planet.
contoh:1. Almanak Indonesia, 1968 2. Almanak Djakarta, 1971/1972
9 Buku Tahunan/yearbook/annual
Terbitan ini dapat disebut pula sebagai suplemen
ensiklopedi/encyclopedia supplements, lmanac/almanacs, terbitan
tahunan/annual. Menurut A.L.A.glossary of library terms, kata ”annual”
berarti terbitan tahunan yang menyajikan kejadian-kejadian penting
atau perkembangan-perkembangan baru dalam satu tahun. Sedangkan
yearbook” diartikan sebagai publikasi tahunan yang berisi informasi
mutakhir yang disajikan dalam bentuk deskripsi atau bentuk statistik.
Contoh-contoh dan keterangan:
Statistik Indonesia (Statistik Yearbook of Indonesia) Jakarta : biro
pusat statistik
10 Sumber-sumber Ilmu bumi/geographical sources
Sumber informasi ini akan memberikan keterangan tentang kota, pulau,
gunung, danau, sungai dan sumber-sumber alam maupun hasil karya
untuk penelitian sumber daya alam, penjelajahan, peperangan,
pariwisata, transportasi maupun kepentingan keilmuan yang lain.
1. Gazeter/gazetters
Yakni kamus ilmu bumi yang berupa daftar nama tempat yang disusun
alfabetis. Disana disajikan informasi tiap-tiap tempat seperti
lokasinya, statistiknya, sejarah maupun kebudayaannya.
11 Penerbitan pemerintah
Terbitan ini menyajikan informasi yang perlu diketahui oleh
masyakarat pada umumnya. Sumber informasi ini tidak dijual belikan di
toko-toko buku meskipun isinya diperlukan masyarakat. Penerbitan
resmi ini merupakan informasi resmi dalam bidang-bidang pertanian,
statistik, peraturan perundangan, pendidikan, pertahanan dan lainnya.
Bahkan data statistik dalam almanak juga biasanya berdasarkan
sumber resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Secara garis besar, terbitan ini mencakup:
1. Kegiatan pemerintah yang perlu diketahui oleh masyarakat awam
seperti: pemilihan umum, sensus penduduk, dan lain-lain
2. Informasi resmi yang dapat dipergunakan sebagai bahan studi
maupun penelitian.
3. Perundang-undangan, peraturan, ketetapan pemerintah yang harus
diketahui oleh tiap warga negara maupun kelompok masyarakat
tertentu seperti : pajak, undang-undang lalu lintas, undang-undang
perkawinan, undang-undang pendidikan dan lain-lain.
Pelayanan Pemberian Informasi (Information Service)
Menurut Trimo (1992: 60) tampaknya memang tidak mudah
pelayanan informasi yang diberikan oleh suatu perpustakaan hal ini
banyak diakibatkan oleh adanya kemajuan-kemajuan dan
perkembangan-perkembangan yang terakhir dalam pemberian pelayanan
referensi yang cenderung bersifat inklusif pada dewasa ini. Kenyataan
seperti ini dapat kita lihat pada pandangan-pandangan yang diberikan
oleh beberapa pakar dalam dunia perpustakaan, misalnya saja
pendapat-pendapat dari:
1. Donald Davinson, dalam bukunya yang berjudul reference Service
(1980, p, 11) yang mengatakan ”reference and information service in
the activity undertaken by librarians and associated types of staff
from reference libraries,using collections mada available for home
reading or other use outside the library”. Pernyataan atau pendapat ini
jelas-jelas tidak berusaha membedakan antara pelayanan referensi
dengan pelayanan informasi serta seakan-akan kedua jenis layanan itu
dijalankan oleh para pustakawan referensi pada setiap perpustakaan.
2. William A.katz dalam bukunya yang berjudul I ntroduction the
Reference work : vol II, Reference service (1969, p, 6) mencoba
memberikan pengertian tentang pelayanan informasi ini dalam rangka
pembedaan antara reference work, reference service dan information
service. Ia berpendapat antara lain; bahwa pelayanan informasi itu
adalah istilah yang secara masih baru dalam bidang pelayanan
referensi.
Disamping itu, yang termasuk kedalam bentuk pelayanan
informasi ini adalah misalnya buku-buku penuntun cara-cara
meggunakan perpustakaan termasuk peraturan-peraturan peminjaman,
bahan-bahan pustaka, pembuatan dan pemasangan petunjuk-petunjuk
tambahan buku baru, buku-buku panduan dalam mendayagunakan
fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan (misalnya,
penggunaan koleksi-koleksi bahan pustaka tertentu, fasilitas photocopy
computer dan sebagainya), mengadakan pajangan/pameran buku-buku
atau dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan objek/peristiwa
tertentu lengkap dengan informasi-informasi yang berkaitan dan
pemanjangan sampul buku-buku baru agar diketahui oleh para pembaca.
Pelayanan Pemberian Bantuan
Menurut Trimo (1992: 65), inilah suatu jenis pelayanan
perpustakaan dalam membantu dan memberi guidance kepada para
pengunjung/masyarakat yang dilayani olehnya. Contoh bentuk pelayanan
ini adalah seorang mahasiswa, misalnya datang ke perpustakaan dan
meminta bantuan kepada petugas perpustakaan mungkin sekali dengan
perantaraan surat dari dosen yang bersangkutan dalam mengatasi
kesukaran yang dihadapi dalam membuat
skripsi/tesis/laporan/makalahnya ataupun dalam proses bagian
reader’s advisory work untuk membantu sedapat dan sejauh mungkin
mahasiswa itu. Dalam hal ini sangat dibutuhkan bimbingan yang tepat
dari seorang ahli perpustakaan agar mahasiswa itu akhirnya dapat
membuat sendiri tugasnya dengan kemampuan yang ada padanya.
Kebijaksanaan, ketrampilan dan pengetahuan dalam guidance sangat
diperlukan dalam hal ini. Mungkin sekali kesukaran mahasiswa tersebut
hanya berkisar pada (1) kurang tepatnya ia memilih bahan-bahan yang
akan dipakai dalam pembuatan skripsi/laporan itu, atau (2) tidak tahu
bagaimana ia seharusnya menyortir dan mengorganisasi bahan-bahan
Termasuk dalam jenis pelayanan ini adalah antara lain pembuatan
label-label atau etiket-etiket yang akan menunjukkan kepada para
pengunjung perpustakaan penggolongan bidang-bidang ilmu pengetahuan
di perpustakaan tersebut, membantu para pembaca dalam memperluas
minat dalam membacanya, memperbaiki mutu pembaca para mahasiswa,
mengadakan pameran buku-buku baru yang akan menarik perhatian para
pengunjung. Khususnya bagi perpustakaan-perpustakaan IKIP di
Indonesia yang memiliki sekolah-sekolah laboratorium hendaknya
diingat bahwa pelayanannya haruslah diperluas hingga dapat melayani
sekolah-sekolah tersebut. Dalam hal yang terakhir ini, perpustakaan
dapat mengadakan story hours dan ruandi dengan khusus untuk
anak-anak didik sekolah tadi dengan tujuan memberikan bimbingan kepada
mereka agar minat, selera dan kecakapan membaca mereka bertambah.
Ketiga bentuk pelayanan tersebut di atas tadi hanyalah
merupakan sebagian saja dari macam-macam pelayanan yang dapat dan
mungkin dilaksanakan oleh suatu perpustakaan perguruan tinggi. Bagi
setiap perpustakaan, bentuk-bentuk pelayanan apa dan bagaimana
tahapan yang akan diberikan itu bergantung sepenuhnya pada beberapa
faktor, yakni tenaga yang tersedia di perpustakaan yang bersangkutan,
kekuatan koleksinya, fasilitas yang ada pada perpustakaan tersebut
dan faktor geografisnya. Di samping itu perlu diperhatikan bahwa
semua pelayananan ini membutuhan adanya inisiatif kebijaksanaan, dan
know how dari kepala perpustakaan universitas atau institute yang
bersangkutan di samping adanya kerja sama yang bak dan saling
mengerti antara staf pengajar, kepala perpustakaan pusat dan pimpinan
Bantuan Dalam Penelusuran
Menurut Syahrial-Pamunjak (2000: 109), dalam memberikan
bantuan penelusuran, petugas mengembangkan suatu teknik untuk
mewawancarai sipenanya. Dengan sopan, ia harus terus bertanya sampai
terang baginya apa yang dicari pertanyaan lalu di analisa ke dalam
istilah-istilah yang digunakan dalam buku referensi yang akan
digunakan. Kalau petugas tidak memahami subyek yang ditanyai itu, ia
sebaiknya mencari dalam ensiklopedi atau buku pengantar sederhana,
apa arti subyek itu. Sebelum ia mulai mencari informasi yang diminta.
Penelusuran diadakan selagi penanya hadir, ia terus diminta pendapat
selama pencarian dilakukan.
Pertanyaan yang dapat dijawab dengan menggunakan buku
referens, meminta dari petugas pengetahuan tentang buku-buku
tersebut. Untuk permintaan akan informasi yang lebih mendalam, dari
itu diperlukan teknik pencarian dengan cara yang tepat guna. Pertama
harus ditinjau apa yang ada di perpustakaan dengan melihat katalog
perpustakaan. Jika itu pun belum memuaskan, perlu diperiksa dalam
buku referens, apakah ada penunjukkan ke literature lain. Pemahaman
pustakawan mengenal perpustakaan lain atau sumber lain yang mungkin
memiliki lmanacal itu sangatlah diperlukan.
Pertanyaan yang Sering Diajukan
Syahrial-Pamunjak (2000: 109) seringnya pertanyaan diajukan
kabur maksudnya. Pustakawan dengan sopan dan sabar harus
mewawancari penanya sampai jelas, bagian apa yang sebenarnya
menjadi pokok persoalan. Meskipun kedengaran sederhana saja,
Pertanyaan yang agak sulit mencari jawabannya atau tidak terjawab,
baiknya dicatat dalam buku tulis khusus atau pada formulir yang
kemudian di simpan menurut subyek pertanyaan. Jika pertanyaan yang
serupa kelak diajukan lagi, keterangan itu dapat digunakan. Juga dapat
dilihat pertanyaan macam apa yang selalu kembali diajukan. Kalau
koleksi buku referens yang dimiliki tidak mencukupi untuk menjawab
pertanyaan yang selalu timbul kembali, catatan ini dapat digunakan
sebagai pedoman penambahan judul buku referens yang baru.
Kode Etik Pustakawan
Menurut Rachman Hermawan (2006: 105) kode etik pustakawan
Indonesia pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan kode etik yang
terdapat pada organisasi pustakawan di negara-negara lain.
Kode etik pustakawan Indonesia hanya berlaku bagi pustakawan
Indonesia. Yang dimaksud dengan pustakawan dalam kode etik adalah
pustakawan yang dinyatakan dalam AD/ART IPI. Pustakawan ialah
“seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
induknya berdasarkan pengetahuan kepustakawan,yang dimilikinya
melalui pendidikan”.
Dalam pembukaannya, kode etik pustakawan Indonesia terdiri
dari tiga alinea:
1. Alinea pertama,
“ Pustakawa Indonesia adalah seorang yang berkarya secara
profesional di bidang perpustakaan dan dokumentasi yang sadar
pentingnya sosialisasi profesi pustakawan kepada masyarakat luas, dan
Dalam alinea ini terdapat tidak pernyataan/penegasan IPI, sebagai
berikut:
1. Batasan/definisi pustakawan.
2. Perlunya sosialisasi profesi pustakawan kepada masyarakat luas
(public)
3. Perlunya etika profesi sebagai pedoman kerja.
2. Alinea kedua,
“Di alam keterbukaan informasi, perlu ada kebebasan intelektual dan
memperluas akses informasi bagi kepentingan masyarakat luas.
Pustakawan ikut melaksanakan kelancaran arus informasi dan pemikiran
yang bertanggung jawab bagi keperluan generasi sekarang dan yang
akan datang. Pustakawan berperan aktif melakukan tugas sebagai
pembawa perubahan dan meningkatkan kecerdasan masyarakat untuk
mengantisipasi perkembangan dan perubahan di masa datang”.
Peran Pustakawan Referensi
Menurut Hermawan (2006: 57) peranan pustakawan dalam
melayani penggunanya sangat beragam. Dalam banyak hal pustakawan
memainkan berbagai peran (berperan ganda) yang dapat disingkat
dengan akronim emas yaitu:
1. Educator
Dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai
pendidik.
2. Manajer
Mengelola informasi pada satu sisi dengan pengguna informasi disisi
lain. Sebagai manajer pustakawan harus mempunyai jiwa
mampu bertindak sebagai coordinator dan integrator dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
3. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun,
melaksanakan dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat
melakukan analisis atas hasil yang telah dicapai kemudian melakukan
upaya-upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
4. Supervisor
Sebagai pustakawan harus:
a. Dapat melaksanakan pembinaan profesional.
b. Dapat meningkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan.
Penutup
Berdasarkan hasil uraian diatas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Koleksi referensi merupakan koleksi yang informasinya singkat dan
tidak boleh dipinjamkan dibawa pulang hanya bisa digunakan di
Perpustakaan
2. Dilayanan referensi terdapat beberapa jenis koleksi seperti kamus,
ensiklopedi, bibliografi, sumber biografi, indeks, abstrak, buku
pedoman, direktori, almanac, buku tahunan, sumber-sumber ilmu
bumi, penerbitan pemerintah
3. Jenis kegiatan yng dilakukan di layanan referensi yaitu memberikan
informasi yng bersifat umum, memberikan bantuan untuk menelusur
bahan pustaka koleksi referensi dengan menggunakan katalog,
bibliografi, computer dan memberikan bimbingan kepada para
pemakai untuk mengenal berbagai jenis bahan pustaka koleksi
referensi.
4. Peran seorang pustakawan referensi di Perpustakaan yaitu menjawab
seluruh pertanyaan yang telah ditanyakan oleh pengguna dan
menelusur informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
5. Sedangkan kendala yng dihadapi antara lain masih kurangnya
pemahaman user (pengguna) tentang perbedaan buku referensi
dengan buku standart, terjadinya kerusakan pada hardware
komputer sehingga penelusuran melalui online sering terganggu, dan
dalam membeli ensiklopedi-ensiklopedi terbaru tidak semuanya bisa
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1982. Pedoman Pelayanan Sirkulasi dan Referensi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan
Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta:
Sagung Seto.
HS, Lasa. 1994. Pelayanan Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Gajah
MadaUniversity Press.
Syharial, Rusina dan Pamunjak. 2000. Pedoman penyelenggaraan
Sumardji, P. 1992. Pelayanan Referensi di Perpustakaan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Trimo, Soejono. 1992. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: