• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA GESEK DAN GAYA GRAVITASI (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN I Pamijahan,di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA GESEK DAN GAYA GRAVITASI (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN I Pamijahan,di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon)."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI

GAYA GESEK DAN GAYA GRAVITASI

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN I Pamijahan, di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salahsatu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Heru Mudiyanto 0903296

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Sd Kelas V Pada Materi Gaya Gesek Dan Gaya Gravitasi (Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V Sdn I Pamijahan, di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon)” beserta isinya adalah benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat pendidikan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013

Yang membuat pernyataan

(3)

v

B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 12

C. Literasi Sains ... 15

D. Model Learning Cycle dan Teori Yang Mendukung ... 22

1. Pengertian ... 22

2. Macam-macam Learning Cycle ... 22

3. Fase-fase 5E Learning Cycle ... 23

4. Teori Yang Mendukung... 24

E. Gaya Gesek ... 25

F. Gaya Gravitasi ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Metode dan Desain Penelitian ... 28

B. Subjek Penelitian ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Prosedur Penelitian ... 30

1. Tahap Persiapan ... 30

2. Tahap Pelaksanaan ... 30

3. Tahap Analisis Data ... 30

4. Tahap Penarikan Kesimpulan ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 32

1. Soal Tes Kemampuan Literasi Sains ... 32

2. Skala Sikap ... 37

3. Observasi ... 38

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 38

(4)

2. Data Kualitatif ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Hasil Pretes ... 42

2. Hasil Postes ... 49

3. Uji Hpotesis ... 54

4. Hasil Skala Sikap ... 58

B. Temuan dan Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72

(5)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Skala Sikap ... 20

3.1 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas ... 33

3.2 Validitas Tiap Butir Soal Literasi Sains ... 33

3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 34

3.4 Kategori Tingkat Kesukaran ... 35

3.5 Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Literasi Sains ... 35

3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 36

3.7 Daya Pembeda Tiap Butir Soal Literasi Sains ... 37

3.8 Kisi-Kisi Skala Sikap ... 38

4.1 Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 43

4.2 Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 44

4.3 Uji Normalitas Data Pretes ... 46

4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 48

4.5 Hasil Uji t pretest ... 49

4.6 Hasil Postes Kelas Kontrol ... 50

4.7 Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 51

4.8 Uji Normalitas Postes ... 53

4.9 Uji u Postes ... 54

4.10 Hasil Uji u pretest dan posttest Kelompok Eksperimen ... 55

4.11 Uji Normalitas Data N-gain ... 56

4.12 Hasil Uji t ... 57

4.13 Hasil Uji Anova One Way ... 58

4.14 Hasil Skala Sikap Kelas Eksperimen ... 59

3.15 Hasil pretest Skala Sikap Kelas Kontrol ... 60

3.16 Hasil Posttest Skala Sikap Kelas Eksperimen ... 62

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(7)

ix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A ... 71

Lampiran B ... 97

Lampiran C ... 105

Lampiran D ... 113

Lampiran E ... 143

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia Diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai Khalifah dibumi. Sebagai Khalifah, manusia memiliki tugas untuk mengolah dan merawat alam dengan

seoptimal mungkin,memperhatikan kesejahteraan bersama, dan menjaga amanah yang diberikan kepadanya agar tidak merugikan makhluk lain dengan berpegang teguh pada Allah dan Rasul-Nya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai Khalifah, manusia diberi petunjuk berupa Ayat kauniah dan ayat kauliah.

„Ayat Kauliyah adalah firman-firman Allah dalam bentuk al-Qur'an dan

ayat-ayat kauniyah, yakni tanda-tanda yang bertebaran di sekitar manusia yang dapat dipelajari berupa alam yang membentang luas‟(Syairania, 2012) . Agar dapat menjalankan tugas sebagai khalifah dengan baik, kedua ayat tersebut harus dipahami oleh manusia. Namun sayangnya, manusia pada umumnya hanya mempelajari ayat kauliyah saja dan kurang mempelajari ayat kauniah, bahkan menganggap ayat-ayat kauniah sebagai bagian terpisah dari ayat-ayat kauliyah. Mereka menganggap bahwa ayat-ayat kauniah dan ayat-ayat kauliyah berdiri sendiri–sendiri. Padahal ayat kauniah dan ayat kauliyah merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Bahkan dalam faktanya, jumlah ayat kauniah lebih banyak daripada ayat kauliah itu sendiri. Menurut hasil kajian Agus Purwanto (Syairania , 2012 ) bahwa proporsi ayat kauniyah dalam al-Qur‟an berjumlah lebih banyak 800 ayat berbanding dengan tidak lebih 150 ayat-ayat hukum. Salah satu

perwujudan normatif dari ayat kauniah adalah Ilmu Pengetahuan Alam.

Ilmu Pengetahuan Alam dianggap sangat penting karena hanya dengan IPA

(10)

2

Praginda dan Alit Mariana (2009: 18) menyatakan bahwa:

Pada hakikatnya sains adalah ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus; merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji kembali kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta .

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa sains memiliki tiga komponen yaitu produk ilmiah , proses ilmiah dan sikap ilmiah. Sebagai produk ilmiah, sains dipandang sebagai kumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum yang merupakan hasil dari suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh ilmuwan dan dimanfaatkan di dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai proses ilmiah, “sains merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan suatu masalah; sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan” (Asy‟ari, 2006:12). Dalam pandangan sains sebagai proses, Sains digunakan sebagai suatu alat untuk menemukan pengetahuan. Sains dipandang bukan saja kumpulan pengetahuan

tetapi juga bagaimana proses di dalam pencarian pengetahuan tersebut.

Selain sebagai produk dan proses ilmiah, sains juga memiliki Sikap ilmiah yaitu “sikap yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya obyektif terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti, dan sebagainya” (Bundu,2006:13). Dengan adanya sikap sains ini, individu akan berhati-hati di dalam melakukan kegiatan, bersikap jujur dan selalu mengedepankan bukti-bukti di dalam aktivitas sehari-hari.

(11)

3

literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat aktivitas manusia.Literasi sains menjadi kunci utama di dalam menjelaskan komponen-komponen sains yang telah disebutkan di atas.

Pembelajaran sains di Sekolah Dasar harus mencakup tiga komponen sains tersebut, yaitu sains sebagai produk, proses dan sikap ilmiah seperti yang termaktub dalam Kurikulum 2006 (Depdiknas,2006) bahwa tujuan pembelajaran sains adalah sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingn tau, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetaampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(12)

4

Dalam dunia pendidikan, model pembelajaran sangatlah banyak. Model pembelajaran tersebut masing-masing memiliki ciri khas dan kelebihan tersendiri. Dari model-model pembelajaran yang ada. Beberapa model pembelajaran dikhususkan untuk pembelajaran IPA. Beberapa model tersebut dianggap sebagai model yang cocok digunakan di dalam pembelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran yang dianggap cocok untuk pembelajaran IPA adalah model

pembelajaran Learning Cycle.

Model Learning Cycle merupakan hasil dari pengembangan Science Curiculum Improvement Study (SCIS) yang dilakukan oleh Robert Karplus. Model

Learning Cycle ini berdasarkan pada pandangan konstruktivisme Jean Piaget. Piaget (Dahar, 2006: 152) mengemukakan bahwa „belajar sains merupakan suatu proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif siswa‟. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses ekuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru. Jadi siswa akan mendapatkan pengetahuan manakala terjadi kecocokan atau kesinambungan antara skema pengetahuan yang telah ada dengan pengalaman baru yang dalam hal ini adalah konsep atau prinsip sains yang sedang dipelajari.

Dalam kenyataannya, konsepsi anak mengenai suatu hal berbeda dengan konsepsi ilmiah. Dahar (2006: 153) mengemukakan bahwa “konsepsi anak sebagai hasil konstruksi tentang alam sekitarnya berbeda dengan konsepsi ilmiah”. Dengan adanya perbedaan tersbut, maka terjadilah miskonsepsi pada konsep anak ini. Miskonsepsi inilah yang menjadi penghambat di dalam pendidikan sains sehingga perlu diusahakan untuk mengubahnya.

Untuk menekan atau bahkan meniadakan miskonsepsi yang menjadi

penghambat di dalam pendidikan sains, maka dilakukanlah perubahan konseptual oleh para ahli. Posner dan Hewson (Dahar, 2006: 156) mengemukakan bahwa

agar terjadi perubahan konseptual pada anak, harus ada tiga kondisi yang terpenuhi yaitu gagasan baru yang dipelajari harus intelligible (dapat dimengerti), plausible (masuk akal), dan fruitful (memberi suatu kegunaan).

(13)

5

pembelajaran. Lawson menyusun strategi pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme yang mencakup tiga kondisi yang bisa memunculkan terjadinya perubahan konseptual dalam diri siswa. Lawson menamakan strategi pembelajarannya dengan Learning Cycle atau yang lebih dikenal dengan 3 E Learning Cycle. Dalam perkembangannya, model pembelajaran Lawson ini

mendapat beberapa pengembangan dari para ahli sehingga tercipta 4 E Learning

Cycle, 5 E Learning Cycle dan seterusnya. Meskipun memiliki tahap yang

berbeda pada tiap model Learning Cycle diatas, namun pada intinya pokok langkah pembelajaran pada model Learning Cycle diatas, mengacu pada model 3 E Learning Cycle yang dicetuskan oleh Lawson.

Dalam pelaksanaannya, model Learning Cycle pada awalnya terdiri dari tiga fase. Lawson (Indrawati & Setiawan , 2009: 40) menamai fase-fase tersebut sebagai fase eksplorasi (exploration), fase pengenalan istilah (term condition),dan fase penerapan konsep (concept application). Namun dalam perkembangannya fase-fase tersebut dikembangkang menjadi 4 fase, 5 fase bahkan sampai 7 fase. Salah satu hasil pengembangan model Learning Cycle adalah the 5 E Learning Cycle, yaitu model pembelajaran Learning Cycle yang memiliki 5 fase. lima fase

kegiatannya adalah pendahuluan (engagement), eksplorasi (exploration), eksplanasi (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).

Model Learning Cycle dianggap cocok bagi siswa SD karena memberikan pengalaman konkrit pada siswa di dalam pembelajaran. Hal ini tentu sesuai dengan karakteristik siswa SD yang berada pada tahap operasional konkrit. Namun, apakah model Learning Cycle memang benar-benar tepat digunakan dalam pembelajaran IPA terlebih dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi

sains siswa? Tentu harus diadakan studi lebih lanjut tentang hal itu.

Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah penelitian ini dengan judul

“Pengaruh Model Learning Cycle Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa SD

(14)

6

B.Rumusan dan Batasan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi kajian penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle dapat meningkatkan literasi sains siswa pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V secara signifikan ?

2. Adakah perbedaan kemampuan literasi sains siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Learning Cycle dan pembelajaran konvensional?

3. Adakah perbedaan pengaruh model Learning Cycle terhadap peningkatan kemampuan literasi sains pada kelompok siswa rendah, sedang dan tinggi? Penelitian ini dibatasi hanya mengenai keterampilan literasi sains pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V Sekolah Dasar semester genap. Terlalu luasnya cakupan materi literasi sains menjadi alasan dilakukannya pembatasan masalah. Selain itu, pembatasan masalah juga dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya .

C. Tujuan Penelitian

Adapun rumusan masalah yang menjadi kajian penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle dapat meningkatkan literasi sains siswa pada materi gaya

gesek dan gaya gravitasi di kelas V secara signifikan ?

2. Untuk mengetahui adakah perbedaan kemampuan literasi sains siswa

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Learning Cycle dan pembelajaran konvensional?

(15)

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat. Adapun menfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran Learning Cycle pada Keterampilan Proses Sains siswa dalam materi gaya gesek dan gaya

gravitasi di kelas V. 2. Bagi Siswa

Siswa akan merasakan perubahan suasana di saat belajar dengan model Learning Cycle. Siswa juga dilatih keterampilan literasi sainsnya di dalam

pembelajaran. 3. Bagi Guru IPA

Guru IPA di Sekolah Dasar dapat menggunakan model pembelajaran Learning Cycle sebagai alternatif pembelajaran di Sekolah Dasar. Guru

juga dapat mengetahui pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan literasi sains siswa.

4. Bagi Pihak Sekolah

Pihak sekolah dapat meningkatkan mutu dalam melaksanakan pembelajaran dengan adanya penelitian ini.

5. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain terkait dengan keterampilan literasi sains atau juga model pembelajaran Learning Cycle.

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian eksperimen ini terdapat beberapa istilah yang perlu

dijelaskan supaya tidak terjadi salah penefsiran terhadap istilah tersebut. Adapun istilah tersebut adalah :

1. Model Pembelajaran Learning Cycle

(16)

8

(engagement), eksplorasi (exploration), eksplanasi (explanation), elaborasi

(elaboration), dan evaluasi (evaluation).

2. Kemampuan literasi sains

Kemampuan literasi sains di sini mengacu pada aspek-aspek literasi sains di PISA tetapi hanya pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi.

3. Gaya Gesek

“Gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang saling bersentuhan” (Sulistyanto dan Wiyono, 2008: 106).

4. Gaya Gravitasi

“Gaya Gravitasi adalah gaya tarik yang arahnya ke pusat bumi”

(17)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh model Learning Cycle terhadap kemampuan literasi sains siswa SD kelas v pada materi gaya gesek dan

gaya gravitasi. Berdasarkan karakteristiknya maka penelitian ini termasuk kedalam penelitian eksperimen. ”Penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab-akibat”(Syaodih Sukmadinata, 2010:194).

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol pretest-posttest (pretestt-pretest-posttest kontrol group design). Jadi dalam desain penelitian ini

digunakan dua kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi dijadikan sebagai kelas kontrol. Menurut sugiyono (2011:76) bentuk desain penelitiannya adalah sebagai berikut ini.

R O1 X O2

R O3 O4

Keterangan :

R = pemilihan secara acak

O1 = pretest untuk kelompok eksperimen O2 = posttest untuk kelompok eksperimen O3 = pretest untuk kelompok kontrol O4 = posttest untuk kelompok kontrol

X = perlakuan terhadap kelompok eksperimen

Dari bentuk desain penelitian di atas, diketahui bahwa terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara

(18)

29

tidak diberikan perlakuan atau pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran konvensional. Terakhir, dilakukan posttest kepada kedua kelompok (O2 dan O4) untuk mengukur peningkatan kemampuan literasi sains kedua kelompok tesebut dan untuk melihat perbedaan kemampuan literasi sains antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di dalam materi gaya gesek dan gaya gravitasi.

B.Subjek Penelitian 1. Populasi

populasi adalah sebuah subyek (manusia,hewan,dll.) atau objek (benda-benda alam) yang ditetapkan untuk diteliti. Populasi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut. Menurut Sugiyono (2011:80)” populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh SD di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon.

2. Sampel

Mengingat populasi yang digunakan ukurannya cukup besar, maka dilakukan teknik sampling untuk efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Menurut Gay (Maulana, 2009: 26) „menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok‟. Oleh karena itu, pada penentuan sampel dibatasi hanya SD yang memiliki siswa di atas 30. Setelah ditentukan secara acak didapatlah SDN I Pamijahan sebagai sampel. Di SDN I Pamijahan terdapat 2

kelas yaitu kelas VA dan VB. Setelah dilakukan pemilihan secara acak ditentukan bahwa kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol.

(19)

30

C.Prosedur Penelitian

Secara umum, penelitian ini terbagi menjadi empat kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan penarikan kesimpulan

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan di dalam tahap persiapan ini adalah menyusun

silabus pembelajaran, mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran IPA pada materi gaya gesek dan gravitasi di kelas V dengan model Learning Cycle untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas

kontrol, membuat rancangan pembelajaran Learning Cycle, membuat lembar kerja siswa tentang materi gaya gesek dan gaya gravitasi, mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan, dan yang terakhir mempersiapkan soal tes literasi sains dan skala sikap yang akan digunakan sebagai instrumen untuk meilhat kemampuan literasi sains siswa.

Soal tes literasi sains yang akan digunakan sebelumnya dilakukan uji coba terlebih dahulu. Hasil uji coba tersebut dievaluasi apakah valid atau tidak. Apabila valid maka soal tes tersebut akan digunakan namun apabila tidak valid maka soal yang tidak valid diperbaiki atau diganti kemudian kembali dilakukan validasi sehingga soal tersebut menjadi valid.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, kegiatan pertama yang dilakukan adalah melakukan pretest keteramplian proses sains siswa untuk kedua kelas.. Selanjutnya dilaksanakan pembelajaran mengenai materi gaya gesek dan gaya gravitasi. Dalam hal ini, kelas

eksperimen mendapatkan pengajaran dengan model Learning Cycle dan kelas kontrol mendapatkan pengajaran dengan model konvensional. Setelah

pembelajaran dilaksanakan, langkah terakhir pada tahap ini adalah melaksanakan posttest di kedua kelas.

3. Tahap analisis data

(20)

31

posttest kemampuan literasi sains, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui

lembar skala sikap dan observasi. Kedua data tersebut dianalisis dan diolah untuk mengetahui hasil penelitian.

4. Tahap penarikan kesimpulan

Tahap selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan. Pada tahap ini, data

yang berasal dari hasil analisis dan pengolahan yang ada di simpulkan berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun bagan alur prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Alur Penelitian Menyusun silabus pembelajaran Membuat RPP model Learning Cycle Persiapan alat dan media pembelajaran

Instrumentasi (tes literasi sains dan

skala sikap)

Pretest

X : kelompok eksperimen pembelajaran dengan menggunakan model Learning

Cycle

Y : kelompok kontrol pembelajaran dengan menggunakan model konvensional

Posttest

Analisis data

(21)

32

D.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan lembar soal kemampuan literasi sains berupa soal pretestt dan posttest untuk mengetahui kemampuan literasi sains yaitu konteks, konten, dan proses sains. Selain soal kemampuan literasi sains, pada penelitian ini juga digunakna skala sikap untuk mengukur sikap ilmiah siswa dan observasi untuk mengukur KPS pada saat prektek.

1. Soal Tes Kemampuan Literasi Sains

Soal yang digunakan di dalam pretestt dan posttest ini berupa soal pilihan ganda beralasan sebanyak 11 soal dan isian singkat sebanyak 5 soal, serta essay 3 soal. Sebelum soal pretestt dan posttest digunakan, maka terlebih dahulu harus dilakukan uji coba validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran , dan daya pembeda. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2011: 121) “valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Untuk menentukan tingkat validitas soal secara keseluruhan adalah dengan menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan product moment raw score dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154) dengan formula sebagai berikut.

= � −( )( )

{� �−( �)}{� �−( �)}

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara x dan y N = banyaknya peserta tes

x = nilai hasil uji coba y = nilai rata-rata harian

Untuk menentukan validitas masing-masing butir soal, masih menggunakan product moment score dari Pearson, namun variable x untuk jumlah skor soal

(22)

33

menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147) seperti berikut.

Tabel 3.1

Hasil uji coba validitas soal pretestt dan posttest keterampilan literasi sains yang dilakukan pada 30 siswa setelah dihitung dengan bantuan Microsoft excel 2007 adalah 0, 49. Berdasarkan kriteria pada tabel diatas, soal pretestt dan posttest keterampilan literasi sains memiliki validitas yang sedang sehingga layak

untuk digunakan. (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Validitas masing-masing butir soal literasi sains adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Validitas Tiap Butir Soal Literasi Sains No. Soal Koefisien Korelasi Kriteria

(23)

34

No. Soal Koefisien Korelasi Kriteria

15 0,65 Tinggi

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”(Sugiyono, 2011: 121). Untuk mengukur reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990: 194) sebagai berikut :

r11 = koefisien korelasi reliabilitas n = banyaknya butir soal

∑si2 = varian skor setiap butir soal st2 = varian skor total

Selanjutnya, untuk menginterpretasikan koefisien korelasi digunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford (Suherman dan Sukjaya, 1990: 177) sebagai berikut. 11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

(24)

35

dapat dilihat pada lampiran D). Berdasarkan kriteria di atas, maka reliabilitas soal dianggap sangat tinggi sehingga layak untuk digunakan.

c. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal tes literasi sains yang diuji cobakan , digunakan formula sebagai berikut.

�= �

�� Keterangan :

IK = tingkat/indeks kesukaran x = rata-rata skor butir soal. SMI = skor maksimum ideal

Tingkat kesukaran yang diperoleh dari formula diatas kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Microsoft excel 2007 mengenai tingkat kesukaran soal tes literasi sains yang diuji cobakan di dapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3.5

Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Literasi Sains No. Soal Koefisien Korelasi Kriteria

1 0,55 Sedang

(25)

36

No. Soal Koefisien Korelasi Kriteria

3 0,50 Sedang

Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut : XB = rata-rata skor kelompok bawah SMI = skor maksimum ideal

Setelah dihitung menggunakan formula diatas, hasil dari perhitungan tersebut diinterpretasikan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut

(Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

(26)

37

Daya Pembeda Interpretasi 0,40< DP ≤ 0,70 Baik

0,70< DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Berdasarkan hasil uji coba daya pembeda soal pretestt dan posttest kemampuan literasi sains adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Daya Pembeda Tiap Butir Soal Literasi Sains No. Soal Koefisien Korelasi Kriteria

1 0,15 Jelek

Dari 19 soal yang diujicobakan, semuanya akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Adapun untuk soal yang memiliki daya pembeda

yang jelek, tetap dipakai karena soal tersebut valid dan sebenarnya ada perbedaan antara jawaban kelompok unggul dan kelompok asor walaupun sedikit.

2. Skala Sikap

(27)

38

sikap penemuan dan kreativitas. Adapun kisi-kisi skala sikap yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8 Kisi-kisi Skala Sikap

No Dimensi Indikator Nomor Butir

Soal 1 Sikap ingin tahu Antusias mencari jawaban 1

Perhatian pada objek yang diamati 2 Antusias pada proses sains 3 Menanyakan setiap langkah

Observasi dilakukan untuk menilai Keterempilan Proses Sains (KPS) siswa pada saat melaksanakan eksperimen. Observasi ini meliputi keterampilan mengemati, mengukur, menyimpulkan, meramalkan, menggolongkan, dan mengkomunikasikan.Adapun format observasi ini dapat dilihat pada lampiran C.

E.Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang telah didapat kemudian dikelompokkan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest, sedangkan data kualitatif diperoleh dari skala sikap dan

(28)

39

1. Data kuantitatif

Pengolahan data kuantitaif dimulai dari menganalisis hasil pretest, posttest dan N-gain. Untuk melihat adanya signifikasi pengaruh model Learning Cycle terhadap literasis sains, pertama-tama dilakukan uji normalitas terhadap hasil pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas ini

menggunakan bantuan software SPSS. Setelah dilakukan uji normalitas, kemudian

dilihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kemudian langkah yang akan dilakukan adalah:

a. Jika data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas dengan uji-F (Sugiyono, 2008: 275), sebagai berikut.

F = � � � � �

� � � � � �

Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua varians homogen. Karena syarat normalitas dan homogenitas varians terpenuhi, maka uji statistik selanjutnya dapat dilakukan

dengan Uji-t dengan rumus sebagai berikut (Maulana, 2009: 93).

= � 1− � 2

� 1 = Rata-rata kelompok eksperimen

� 2

= Rata-rata kelompok kontrol

�1 = Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen

�2 = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

1² = Variansi kelas eksperimen

2² =Variansi kelas kontrol

(29)

40

b. Jika data tidak berdistribusi normal, maka untuk menguji kesamaan dua reratanya adalah dengan menggunakan uji non parametrik, dalam penelitian ini akan digunakan uji Mann-Whitney U dengan bantuan program SPSS versi 16.

Setelah dilakukan uji kesamaan dua rerata pretest tersebut, maka dapat diketahui apakah kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dan kontrol sama atau tidak.

Untuk melihat adanya perbedaan pengaruh model Learning Cycle terhadap kemampuan literasi sains di kelas kontrol dan eksperimen, langkahnya sama seperti diatas, yaitu uji normalitas, kemudian homogenitas, dan terakhir dilakukan penghitungan N-gain. Penghitungan N-Gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa. Menurut Hake (Yulianti, 2012) untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:

N−gain = skor tes akhir−skor tes awal skor maksimal−skor tes awal

Sedangkan untuk melihat pengaruh model Learning Cycle terhadap kemampuan literasi sains pada kelompok siswa rendah, sedang, dan tinggi digunakan uji anova one way.

2. Data Kualitatif

Pada penelitian ini, data kualitatif diperoleh dari skala sikap dan observasi KPS siswa pada saat melakukan percobaan. Adapun pengolahan dari kedua

instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

a. Skala Sikap

skala sikap yang digunakan menggunakan lima pola jawaban yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang (KD),Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Setiap jawaban memiliki skor tertentu. Berikut adalah ketentuan penyekoran.

Pernyataan sikap Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah

(30)

41

b. Observasi

Pada lembar observasi terdapat aspek-aspek yang diamati. Aspek tersebut kemudian diamati dan diberikan skor berdasarkan rentang skor 1 sampai 4. Skor tersebut kemudian diolah dengan perhitungan sebagai berikut.

(31)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan datahasil penelitian pada Bab IV, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Pembelajaran denagn menggunakan model learning cycle dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa pada materi gaya gesek dan gaya gravitasi di kelas V

secara signifikan. Dari hasil perhitungangan uji dua rata-rata pretest dan posttest didapatkan nila P-value Sig (2-tailed) sebesar 0,001. Karena yang diuji satu arah, maka 0,001 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,0005. Karena P-value < α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa model learning cycle dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa secara signifikan.

2. Ada perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model learning cycle dan pembelajaran konvensional. Dari hasil perhitungan uji t data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai P-value (Sig. 2-tailed) =0,38. Karena P-value (Sig.2-tailed) nilainya lebih besar dari nilai nilai α, sehingga H0 diterima atau H1 ditolak. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan literasi sains kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen 3. Tidak ada perbedaan pengaruh model learning cycle terhadap kemampuan literasi sains

pada kelompok siswa rendah, sedang dan tinggi secara signifikan. Dari perhitungan uji anova, diketahui bahwa nilai P-value (Sig) sebesar 0,835. Nilai P-value (Sig) lebih besar dari nilai α sehingga H0 diterima atau H1 ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan kemampuan literasi sains kelompok rendah, sedang, dan tinggi.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ada beberapa saran yang diajukan sebagai

berikut.

1. Bagi Guru

Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa.

(32)

73

Di dalam pembelajaran siswa diharapkan lebih aktif mengikuti pembelajaran dan mampu menerapkan IPA pada kehidupan sehari-hari.

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi perbandingan dalam landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kemampuan literasi sains.

4. Bagi Sekolah

(33)

74

DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, M. (2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, R.W.(2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Bandung.

Deparemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Diawati, C. (2011). “Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle Pada Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Untuk Meningkatkan Keterampilan

Mengkomunikasikan dan Mengelompokkan”Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA 2011. 4-40 – 4-49

Indrawati dan Setiawan. (2009). Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTKIPA

Kamalia Devi, P. (2010). Keerampilan Proses Unuk Pembelajaran IPA Untuk Guru SD. Bandung: PPPPTKIPA.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live n Liver2Learn.

Muslim, dkk. (2009). “Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkunganku”. Jakarta : Depdiknas.

Praginda, W. dan Alit Mariana, I.M. (2009). Hakikat IPA dan Pendidikan IPA Untuk Guru SD.Bandung: PPPPTKIPA.

PISA.(2009). Pisa 2009 Assessment Framework Key Competencies in Reading, Mathematics and Science. ____:OECD.

Syairania.(2012). Intelektual Sebagai Bekal Menjadi Khalifatullah Fi Al-Ardhi

Q.S. Al-Baqarah : 30-31. [Online].

Tersedia:http://syairania.blogspot.com/2012/05/intelektual-sebagai-bekal-menjadi.html [20 Desember 2012].

Syaodih S.N.(2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Remaja Rosda Karya.

(34)

75

Suherman,E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sulistyanto dan Wiyono.(2009). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Kelas V SD/MI.Jakarta: Depdiknas

Wena, M. (2011). “Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinnjauan Konseptual Operasional”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Tabel
Gambar
Validitas Tiap Butir Soal Literasi SainsTabel 3.2
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

N Kompetensi Dasar Alok Januari Februari Maret April Mei juni.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran

dirancang untuk mencapai tujuan tujuan pendidikan yang spesifik (Zaini, 2008:99). Biasanya role play dikenal sebagai kegiatan bermain peran. Role play digunakan untuk

meningkatkan motivasi, sehingga siswa mampu mencapai prestasi belajar yang.. lebih

Peserta didik menyimak penjelasan dan klarifikasi guru mengenai konsep-konsep inti yang berkaitan dengan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat dan

Penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa fermentasi merupakan metode terbaik dalam menurunkan kandungan metabolit sekunder C.odorata , namun terjadi penurunan

organizations) mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen dan mereka yang berada dibawah arahannya

Pada gambar 14 dan gambar 15, dapat dilihat bahwa semakin besar pembebanan yang diberikan pada evaporator Low Stage menggunakan electric heater maka kurva tingkat

Dengan kata lain DNS Server mirip dengan buku telpon, bila kita ingin menghubungi seseorang maka kita bisa membuka buku telpon yang kita miliki, begitu juga dengan DNS, bila