• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PKB (PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN) MELALUI KEGIATAN MGMP (MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA GURU : Suatu Studi terhadap guru-guru IPA SMP di Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PKB (PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN) MELALUI KEGIATAN MGMP (MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN) DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA GURU : Suatu Studi terhadap guru-guru IPA SMP di Kota "

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

D. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Mutu Pendidikan ... 17

1. Pengertian Mutu ... 17

2. Konsep TQM ... 18

3. Konsep TQM dalam Pendidikan ... 20

B. MSDM ... 23

1. Pengertian MSDM ... 23

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan pkb mgmp bahasa indonesia

(2)

3. Model Strategi Pengembangan SDM ... 29

C. Continuing Professional Development (CPD) ... 38

1. Pengertian CPD ... 38

2. Tujuan CPD ... 40

3. Karakteristik CPD... 41

4. Jenis-jenis Aktivitas CPD ... 43

D. MGMP ... 47

1. Pengertian MGMP ... 48

2. Tujuan Pembentukan MGMP ... 49

3. Prosedur Operasional Penyelenggaraan MGMP ... 50

E. Kompetensi ... 54

1. Kompetensi SDM ... 54

2. Kompetensi Guru ... 57

F. Kinerja ... 66

1. Pengertian Kinerja ... 66

2. Dimensi Kinerja ... 67

3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja... 69

4. Kinerja Guru ... 69

G. Pengaruh Model PKB melalui Kegiatan MGMP terhadap Kompetensi Pedagogik dan Profesional Serta Kinerja Guru ... 74

H. Kerangka Berfikir ... 76

(3)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 83

1. Populasi Penelitian ... 83

2. Sampel Penelitian ... 84

B. Rancangan Penelitian ... 88

C. Variabel Penelitian dan Desain Operasional ... 88

1. Variabel-variabel Penelitian ... 88

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 89

D. Instrumen Penelitian ... 91

1. Jenis Instrumen yang Digunakan ... 91

2. Kisi-kisi Instrumen ... 91

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 97

E. Teknik Pengumpulan Data ... 99

F. Teknik Analisis Data ... 100

1. Analisis Deskriptif ... 100

2. Analisis Statistik ... 101

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 111

1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 111

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 119

3. Analisis Faktor ... 128

4. Uji Korelasi ... 134

(4)

B. Pengujian Variabel Penelitian ... 140

1. Analisis Korelasi... 140

2. Model Hipotesis ... 141

C. Pembahasan ... 152

1. Gambaran PKB melalui MGMP... 152

2. Gambaran Kompetensi Pedagogik ... 153

3. Gambaran Kompetensi Profesional ... 156

4. Gambaran Kinerja Guru ... 158

5. Pengaruh MGMP terhadap kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional ... 160

6. Pengaruh MGMP, kompetensi pedagogik, kompetensi Profesional terhadap kinerja guru ... 163

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 165

B. Rekomendasi ... 167

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. 10 Provinsi dengan Nilai UKA Tertinggi dan 5 Provinsi

dengan Nilai UKA Terendah ... 3

1.2. Skor Rata-rata Prestasi Sains Siswa SMP antar negera peserta TIMSS ... 5

3.1. Jumlah Guru IPA SMP Kota Bandung per wilayah ... 83

3.2. Perhitungan Sampel Proporsional ... 87

3.3. Kisi-kisi Model PKB melalui Kegiatan MGMP ... 92

3.4. Kisi-kisi Kompetensi Pedagogik Guru ... 93

3.5. Kisi-kisi Kompetensi Profesional Guru ... 94

3.6. Kisi-kisi Kinerja Guru ... 96

3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 99

3.8. Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ... 100

3.9. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 108

4.1. Persentase Pencapaian Dimensi Model PKB... 120

4.2. Persentase Pencapaian Dimensi Kompetensi Pedagogik ... 122

4.3. Persentase Pencapaian Dimensi Kompetensi Profesional ... 124

4.4. Persentase Pencapaian Dimensi Kinerja Guru ... 126

4.5. Analisis Faktor Tahap I Variabel PKB ... 128

4.6. Analisis Faktor Tahap II Variabel PKB ... 129

4.7. Uji KMO Variabel PKB ... 130

4.8. Hasil Analisis Komponen Matrix Variabel PKB... 130

(6)

4.10. Uji KMO Variabel Kinerja ... 132

4.11. Hasil Analisis Komponen Matrix Variabel Kinerja ... 133

4.12. Nilai Korelasi Karakteristik Responden ... 135

4.13. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 138

4.14. Uji Linieritas Variabel Penelitian ... 138

4.15. Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian ... 139

4.16. Uji Heteroskedastisitas Variabel Penelitian ... 140

4.17. Nilai Korelasi antar Variabel Penelitian ... 141

4.18. Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-1 ... 143

4.19. Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-2 ... 145

4.20. Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-3 ... 150

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Paradigma Kerangka Pemikiran….. ... 81

2.2. Paradigma Penelitian ... 82

3.1. Konstilasi Variabel Penelitian ... 89

3.2. Diagram Sub Struktur-1 ... 109

3.3. Diagram Sub Struktur-2 ... 110

3.3. Diagram Sub Struktur-3 ... 110

4.1. Histogram Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 112

4.2. Histogram Responden Berdasarkan Usia ... 113

4.3. Histogram Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 114

4.4. Histogram Responden Berdasarkan Masa Kerja... 115

4.5. Histogram Responden Berdasarkan Pendidikan ... 116

4.6. Histogram Responden Berdasarkan Jabatan ... 117

4.7. Histogram Responden Berdasarkan Status Sertifikasi ... 118

4.8. Histogram Skor Model PKB ... 119

4.9. Histogram Skor Hasil Kompetensi Pedagogik ... 121

4.10. Histogram Skor Hasil Kompetensi Profesional ... 124

4.11. Histogram Skor Kinerja ... 126

4.12. Struktur Hubungan Kausal Sub Struktur-1 ... 143

4.13. Struktur Hubungan Kausal Sub Struktur-2 ... 145

4.14. Struktur Hubungan Kausal Sub Struktur-3 ... 150

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian... 174

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 194

3. Data Hasil Penelitian ... 196

4. Hasil Analisis Faktor ... 208

5. Uji Prasyarat ... 213

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah suatu lembaga profesional yang bertujuan membentuk

anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh,

yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat

dan dirinya sendiri. Orang tua tidak memiliki waktu yang cukup dan tidak

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendidik anak

mereka menjadi seperti yang mereka harapkan, sehingga mereka mempercayakan

anak-anaknya untuk dididik di sekolah. Tanggung jawab ini diberikan kepada para

guru dan tenaga kependidikan yang lainnya. Itulah sebabnya guru harus dididik

dalam profesi kependidikan agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Hal ini mungkin

dilakukan jika guru tersebut adalah seorang yang profesional (Hamalik, 2009:6).

Seorang guru yang profesional adalah guru yang mengedepankan mutu

dalam kualitas layanan dan produknya. Layanan guru harus memenuhi

standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa, dan pengguna serta memaksimalkan

kemampuan peserta didik berdasarkan potensi dan kecakapan yang dimiliki

masing-masing individu. Individu-individu tersebut diharapkan mampu bersaing

dalam dunia akademisi dan dunia kerja yang tidak lain berfokus pada mutu setelah

(10)

Seorang guru yang profesional juga ditandai dengan adanya sertifikat

pendidik yang didapat melalui program sertifikasi guru. Hal ini sesuai dengan

amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa

seorang guru yang profesional adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik

minimum sarjana (S-1) atau diploma IV (D-IV), menguasai kompetensi

(pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial), memiliki sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan.

Mulyasa dalam bukunya ”Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru”

menyebutkan bahwa sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah

seorang calon guru layak untuk diberikan izin dan kewenangan mengajar serta

prosedur yang digunakan untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang

telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai guru (2008:34)

Pada bulan Februari tahun 2012 lalu Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan pelaksanaan Uji Kompetensi Awal

(UKA) bagi guru yang akan mengikuti sertifikasi. Materi yang diujikan adalah

materi yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik dan profesional guru.

Namun hasil yang didapatkan belum memuaskan, hal ini ditandai dengan nilai

rata-rata nasional UKA yang hanya 42.25 dengan standar deviasi 12.72. Angka ini

menandakan bahwa rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 42.25 %. Nilai

rata-rata tertinggi diperoleh Provinsi DIY dengan nilai rata-rata 50.1 dan nilai

(11)

1.1. memperlihatkan data 10 provinsi dengan nilai UKA tertinggi dan 5 provinsi

dengan nilai UKA terendah.

Tabel 1.1. 10 Provinsi dengan Nilai UKA Tertinggi dan 5 Provinsi dengan

Nilai UKA Terendah

No Provinsi Nilai Rata-rata

10 Provinsi dengan Nilai UKA Tertinggi

1 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 50.1

2 DKI Jakarta 49.2

3 Bali 48.9

4 Jawa Timur 47.1

5 Jawa Tengah 45.2

6 Jawa Barat 44.0

7 Kepulauan Riau 43.8

8 Sumatera Barat 42.7

9 Papua 41.1

10 Banten 41.1

5 Provinsi dengan Nilai UKA Terendah

1 Maluku 34.5

2 Maluku Utara 34.8

3 Kalimantan Barat 35.4

4 Kalimantan Tengah 35.5

5 Jambi 35.7

Sumber Data: Jawa Pos Group Online 2012

Pada Tabel 1.1. tersebut terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat masuk

peringkat 10 besar di urutan ke-6 provinsi dengan nilai UKA tertinggi dengan

nilai rata-rata 44.0. dan berada di atas nilai rata-rata nasional (42.25). Data ini

(12)

Seorang guru juga dikatakan mampu mengemban tugasnya sebagai

seorang yang profesional jika memiliki kinerja yang bagus. Yamin (2010:87)

mengatakan bahwa kinerja seorang pengajar adalah perilaku atau respons yang

memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika

menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar pada dasarnya lebih terfokus

pada perilaku tenaga pengajar di dalam pekerjaannya, demikian pula perihal

efektivitas tenaga pengajar adalah sejauh mana kinerja tersebut dapat memberi

pengaruh kepada peserta didik. Seorang guru yang memiliki kinerja yang bagus

akan terlihat dari potensi dan kecakapan yang dimiliki orang peserta didik. Namun

kenyataannya, masih banyak tenaga pengajar yang berasal dari orang-orang di

luar kependidikan, akibatnya terkadang tidak dapat memberikan pelayanan yang

maksimal terhadap siswa dan masyarakat.

Sebagai contoh, pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan diri atau alam lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas, 2007). Tetapi kesan yang

timbul di sebagian peserta didik ternyata berbeda, pelajaran IPA dianggap

membingungkan. Jika peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditanyakan tentang pelajaran apa yang

dianggap paling sulit dipahami, barangkali jawaban mereka adalah pelajaran IPA

(13)

banyak hal abstrak yang sukar dipahami dan banyak rumus yang harus dihapal.

Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil studi Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan oleh International Educational

Achievement (IEA) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. TIMSS adalah

sebuah studi internasional tentang prestasi belajar siswa SMP untuk mata pelajaran

matematika dan sains yang menunjukkan kemampuan IPA peserta didik SMP dan

dilakukan setiap 4 tahun. Manfaat yang diperoleh bagi Indonesia dengan adanya

studi ini antara lain adalah untuk mengetahui posisi peserta didik Indonesia

dibanding peserta didik negara lain, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Berikut

adalah tabel peringkat prestasi sains siswa-siswa SMP antar negara peserta pada

tahun 1999, 2003, dan 2007.

Tabel 1.2. Skor Rata-rata Prestasi Sains Siswa SMP antar negera peserta TIMSS

TIMSS 1999 TIMSS 2003 TIMSS 2007

(14)
(15)

Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai sains siswa SMP negara kita

selalu berada di bawah rata-rata internasional dari tiga kali studi TIMSS. Pada

tahun 1999 siswa Indonesia berada di peringkat ke-32, pada tahun 2003 berada di

peringkat ke-37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke-35. Prestasi siswa

kita masih sangat memprihatinkan apalagi jika kita bandingkan dengan prestasi

siswa negara tetangga kita Singapura yang pada tahun 2003 dan 2007 berada di

peringkat pertama.

Berdasarkan kenyataan ini, pemerintah maupun instansi yang terkait di

dunia pendidikan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan

tersebut, salah satunya dengan melakukan pergantian kurikulum. Pada Tahun

2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menggantikan

kurikulum 1994. Namun masalah besar muncul lagi dengan pergantian kurikulum

ini. Pada kurikulum sebelumnya untuk pelajaran IPA SMP hanya terdapat mata

pelajaran fisika dan biologi dengan guru yang berbeda, Pada KBK, selain

ditambahkan mata pelajaran kimia, hal lain yang menjadi kendala besar bagi guru

IPASMP adalah mereka harus mengajarkan IPA secara terpadu, artinya seorang

guru harus mampu mengajarkan mata pelajaran fisika, biologi dan kimia

sekaligus, sedangkan kebanyakan dari mereka berkualifikasi fisika dan biologi.

Keadaan ini diperparah lagi dengan kenyataan bahwa buku pelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah lebih banyak berfokus pada

bagaimana agar anak memiliki kemampuan mengerjakan tes untuk mendapatkan

(16)

dimana siswa mengalami dan dapat mempergunakan apa yang telah dipelajarinya

dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi ini menuntut agar guru IPA terus berupaya untuk meningkatkan

kompetensinya dalam meningkatkan kemampuannya menguasai materi

pembelajaran dan juga dalam menguasai model dan metode-metode pembelajaran.

Upaya-upaya ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada di

masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan disusunnya UU no. 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen yaitu (1) meningkatkan martabat dan peran guru sebagai

agen pembelajaran (2) meningkatkan tanggung jawab profesi guru sebagai

pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing dan manajer pembelajaran (3) memberi

kesempatan kepada guru untuk mengembangkan keprofesionalannya secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat (4) memberikan jaminan

perlindungan hukum bagi guru dalam menjalankan profesi keprofesionalannya,

dan (5) meningkatkan mutu pelayanan dan hasil pendidikan.

Tujuan tersebut dapat dicapai khususnya tentang Pengembangan

Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) dengan cara sebagai berikut (1) pembinaan

dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karir

untuk kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional (2) pembinaan

dan pengembangan profesi dan karir guru di tingkat satuan pendidikan

diselenggarakan oleh pemerintah, pemda atau masyarakat sesuai dengan kebijakan

(17)

guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemda atau

masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemda (4) satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan

mengembangkan guru, dan (5) pemerintah dan pemda wajib menyediakan

anggaran untuk meningkatkan profesionalisme dan pengabdian guru (6) beban

kerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sekurang-kurangnya 24 jam

dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu.

Selain untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya, PKB juga diakui

sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan

karir guru khususnya dalam kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru selain

kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan

dengan fungsi sekolah/madrasah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, bahwa setiap guru untuk dapat

naik jenjang jabatan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi harus memenuhi

persyaratan kenaikan pangkat. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru

dan Angka Kredit mengamanatkan bahwa guru wajib mengikuti PKB setiap

tahun. Harapannya melalui kegiatan PKB akan terwujud guru yang profesional

yang bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas dan tidak

setengah-setengah, tetapi tidak kalah pentingnya juga memiliki kepribadian yang

(18)

Banyak cara yang dapat ditempuh guru untuk meningkatkan

profesionalismenya antara lain dengan mengikuti kegiatan pelatihan, seminar,

workshop atau pemagangan baik yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah,

perguruan tinggi atau lembaga non pemerintah. Jumlah guru yang banyak tidak

memungkinkan mereka bisa mengikuti kegiatan keprofesionalan seperti di atas

karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah berupaya

mengatasi permasalahan tersebut, salah satu caranya adalah dengan menyediakan

satu wadah profesi untuk guru yaitu Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Menurut Pedoman Penyelenggaraan MGMP (1995), MGMP adalah

forum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar yang

terdiri dari dua unsur yaitu Musyawarah dan Guru Mata Pelajaran. Musyawarah

mencerminkan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru, sedangkan Guru Mata

Pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri maupun Swasta yang mengasuh dan

bertanggung jawab mengelola mata pelajaran yang ditetapkan di dalam

kurikulum.

Melalui wadah MGMP ini diharapkan guru dapat tetap mempertahankan

kualitas profesionalismenya sesuai tuntutan jaman dan kebutuhan sekolah. Selain

itu, MGMP juga dituntut untuk berperan sebagai: (1) reformator, dalam

classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif, (2) mediator

dalam pengembangan dan peningkatan sistem pengujian, (3) supporting agency,

dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah, (4) collaborator,

(19)

developer school reform dalam konteks MPMBS, dan (6) clinical dan academic

supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal (Hunaenah, 2008:13).

Tujuan MGMP yang tercantum di dalam buku Pedoman Penyelenggaraan

MGMP seluruh Indonesia adalah:

1. Menumbuhkan semangat guru untuk meningkatkan kemampuan dan

keahliannya dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program

kegiatan pembelajaran

2. Memeratakan kemampuan dan keahlian guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar untuk menunjang usaha peningkatan pemerataan mutu

pendidikan

3. Menampung segala permasalahan yang dihadapi guru dan memberikan solusi

penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik guru, mata pelajaran, sekolah,

dan lingkungan

4. Membantu guru untuk memperoleh informasi tentang dunia pendidikan yang

berkaitan dengan kegiatan, kebijakan pengembangan kurikulum dan mata

pelajaran yang diampunya

5. Membantu guru dalam upaya menyediakan kebutuhan yang berkaitan dengan

kegiatan belajar mengajar

6. Memberi kesempatan kepada guru untuk saling tukar informasi dan saling

tukar pengalaman mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta

(20)

Berdasarkan tujuan dibentuknya forum MGMP ini, terlihat jelas bahwa

idealnya seorang guru dituntut aktif dalam mengikuti kegiatan MGMP dalam

upaya mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesionalismenya sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang

seberapa besar pengaruh model PKB guru melalui kegiatan MGMP terhadap

peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional serta dampaknya terhadap

kinerja guru.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan yang menyangkut kompetensi guru merupakan suatu

permasalahan yang sangat kompleks. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2008 Tentang Guru menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional, guru wajib memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah model PKB melalui kegiatan MGMP memberikan dampak terhadap

kompetensi pedagogik dan profesional serta terhadap kinerja guru. Penulis

membatasi hanya mengkaji kedua kompetensi ini karena dinilai memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kinerjanya yang nantinya akan berdampak

langsung terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scales

(2011:54) dalam bukunya Continuing Professional Development in the Lifelong

Learning Sector, bahwa ada dua bagian penting yang berkaitan dengan

(21)

kemampuannya yaitu terkait kemampuannya dalam mengajarkan bidang studi

yang diampu (kompetensi professional) dan kemampuannya mengelola

pembelajaran di kelas (kompetensi pedagogik).

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang

menjadi fokus dalam penelitian ini dirumuskan lagi ke dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran model PKB melalui kegiatan MGMP IPA SMP

Kota Bandung?

2. Bagaimanakah gambaran kompetensi pedagogik guru IPA SMP Kota

Bandung?

3. Bagaimanakah gambaran kompetensi professional guru IPA SMP Kota

Bandung?

4. Bagaimanakah gambaran kinerja guru IPA SMP Kota Bandung?

5. Seberapa besar pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap

kompetensi pedagogik guru?

6. Seberapa besar pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap

kompetensi professional guru?

7. Seberapa besar pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP, kompetensi

pedagogik dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(22)

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui model PKB guru

melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi pedagogik dan profesional serta

terhadap kinerja guru.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui gambaran model PKB melalui kegiatan MGMP IPA SMP di

Kota Bandung

b. Mengetahui gambaran kompetensi pedagogik guru IPA SMP Kota Bandung

c. Mengetahui gambaran kompetensi profesional guru IPA SMP Kota Bandung

d. Mengetahui gambaran kinerja guru IPA SMP Kota Bandung

e. Mengetahui pengaruh antara model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap

kompetensi pedagogik guru IPA SMP Kota Bandung

f. Mengetahui pengaruh antara model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap

kompetensi profesional guru IPA SMP Kota Bandung

g. Mengetahui pengaruh antara model PKB melalui kegiatan MGMP,

kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dianggap penting dilaksanakan karena hasilnya akan

bermanfaat bagi sekolah dan pihak-pihak yang terkait.

a. Manfaat Teoritis

(23)

2) Menjadi sumbangan ilmu manajemen khususnya manajemen tentang

pemberdayaan kelompok-kelompok kerja

3) Menjadi referensi/rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam bidang kajian

yang sama

b. Manfaat Praktis

1) Menjadi salah satu referensi pembuatan kebijakan dalam penyelenggaraan

kegiatan MGMP di Kota Bandung bagi instansi terkait seperti Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas

Pendidikan Kabupaten/kota

2) Feedback untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi model PKB

melalui kegiatan MGMP bagi pengurus MGMP IPA SMP Kota Bandung

D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan pemecahan masalah secara struktur

dan sistimatis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan sebagai berikut :

Bab. I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi

dan perumusan masalah, asumsi penelitian, hipotesis, tujuan dan

(24)

Bab ini menguraikan beberapa konsep dasar tentang mutu

pendidikan, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM),

Continuing Professional Development (CPD), Musyawarah Guru

Mata Pelalajaran (MGMP), kompetensi, dan kinerja

Bab.III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian, populasi dan

sampel penelitian, rancangan penelitian, variabel penelitian dan

desain operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data

dan teknik analisis data

Bab.IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang pembahasan atau analisis hasil

penelitian atau hasil pengolahan data mengenai model PKB

melalui MGMP dan pengaruhnya terhadap kompetensi pedagogik

dan profesional serta dampaknya terhadap kinerja guru

Bab.V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab terakhir menguraikan tentang kesimpulan sebagai pemaknaan

peneliti secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang

diperolehnya. Selanjutnya penulis mengemukakan rekomendasi

yang ditujukan dalam rangka perbaikan dan peningkatan dari hasil

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang tidak hanya terdiri dari

orang-orang, tetapi juga obyek dan benda alam yang lain yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan penelitian untuk diteliti dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua guru IPA SMP di sekolah negeri se-Kota Bandung yang terbagi ke dalam 5

wilayah yaitu: Bandung Utara, Bandung Selatan, Bandung Barat, Bandung Timur,

dan Bandung Tenggara.

Tabel 3.1. Jumlah Guru IPA SMP di Kota Bandung per wilayah

No Wilayah Jumlah Guru

1 Bandung Utara 74 orang

2 Bandung Selatan 80 orang

3 Bandung Barat 71 orang

4 Bandung Timur 63 orang

5 Bandung Tenggara 63 orang

Jumlah 351 orang

(26)

2. Sampel Penelitian

Jumlah populasi yang besar, tidak memungkinkan peneliti untuk

mempelajari semua yang ada pada populasi. Hal ini disebabkan keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, sehingga penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil

dari populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian, yaitu

sebagian guru IPA SMP di Kota Bandung. Semua subjek di dalam populasi

dianggap sama, sehingga semua subjek berhak memperoleh kesempatan untuk

dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 72 sampel.

Ukuran sampel minimal dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

rumus dari Harun Al Rasyid, yaitu:

n = �0 1 +nN0

Sedangkan n0 dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n0 =

� 1− �2

Keterangan:

N = populasi

n = banyaknya sampel yang diambil dari seluruh unit

S = simpangan baku untuk variabel yang diteliti dalam populasi dengan

(27)

= Bound of error yang bisa ditolerir atau dikehendaki sebesar 10 %

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel dapat dihitung dengan cara

berikut:

a. Distribusi skor berbentuk kurva distribusi

b. Nilai tertinggi skor responden: (48 x 5) = 240 + 50 = 290

c. Nilai terendah skor responden: (48 x 1) = 48

d. Rentang = Nilai tertinggi – nilai terendah = 290 – 48 = 242

e. S = simpangan baku untuk variabel yang diteliti dalam populasi (populasi

standar deviator) diperoleh:

S = 0,21 x242 = 50.82

f. Derajat kepercayaan = 90 % dimana α = 0,1 Z 1−�

2 = Z 0.90 = 1.64

Adapun perhitungan ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan mencari nilai n0 terlebih dahulu, yaitu:

N = 351 orang

= 10 %

Z = 1.64

S = 50.82

n0 = �

1− �2

(28)

n0 = [ 83.3

10 ] 2

= [8.33]2

= 69.39

= 69

Nilai n0 sudah diketahui yaitu sebesar 69, berikut dilakukan penghitungan

mencari nilai n untuk mencari jumlah sampel yang akan diteliti.

n = �0 1 +nN0

n = 69 1 +35169

= 69 1.197

= 57.64 ≈ 58

Jadi ukuran sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah 58 orang.

Untuk keperluan penelitian, peneliti menambah jumlah sampel sebanyak 14

orang, sehingga sampel dalam penelitian ini menjadi 72 orang. Setelah diperoleh

jumlah sampel, selanjutnya dicari jumlah sampel untuk masing-masing wilayah

untuk mendapatkan sampel proporsional. Perhitungan sampel proporsional ini

(29)

Tabel 3.2. Perhitungan sampel proporsional

No Wilayah Jumlah Sampel Jumlah Jumlah

1 Bandung Utara 74 74/351x72 15.18 15

2 Bandung Selatan 80 80/351x72 16.41 16

3 Bandung Barat 71 71/351x72 14.56 15

4 Bandung Timur 63 63/351x72 12.92 13

5 Bandung Tenggara 63 63/351x72 12.92 13

Sumber Data: Pengolahan Penelitian 2012

Anggota sampel dipilih dengan menggunakan sampling sistematis.

Sugiyono (2010: 123) menyebutkan bahwa sampling sistematis adalah teknik

pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi

nomor urut. Berikut cara pemilihan elemen anggota sampel adalam penelitian ini:

a. Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut mulai dari 1

sampai 351. Setelah itu peneliti membuat potongan kertas nomor 1 – 9, kertas

dilipat, kemudian dimasukkan ke dalam kotak, kotak diaduk-aduk (dikocok),

diambil 1 potong. Jika kita mengambil nomor 3, maka nomor 3 adalah nomor

sampel kita yang pertama yang kita namakan random start.

b. Menentukan random number dengan rumus populasi/sampel = 351/72 = 4.9.

Jika kita tadi mendapatkan random start nya = 3, maka sampel selanjutnya

adalah subjek dengan nomor 3 + 4.9 = 7.9 = sampel nomor 8, begitu

seterusnya dilakukan hingga peneliti memperoleh jumlah sampel yang

(30)

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

korelasional. Penelitian korelasional bersifat menjelaskan hubungan kausal dan

pengujian hipotesis. Penelitian ini akan mengungkapkan hubungan kausal antar

variabel. Sugiyono (2010:59), hubungan kausal yaitu penelitian yang diarahkan

untuk menyelidiki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang

terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak

langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab

akibat tersebut adalah variabel model PKB melalui MGMP terhadap variabel

kompetensi professional dan pedagogik guru serta kinerja guru.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel-variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

dapat dijadikan sebagai informasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga dapat ditarik kesimpulan. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel independen, disebut juga variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model PKB melalui MGMP (X),

kompetensi pedagogik (Y1) dan kompetensi professional guru (Y2).

b. Variabel dependen, disebut juga variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen.

(31)

Pola hubungan antar variabel yang akan diteliti disebut sebagai konstelasi

antar variabel penelitian. Berikut adalah konstilasi variabel penelitian dalam

penelitian ini, yaitu:

Gambar 3.1. Konstilasi antar Variabel Penelitian

2. Definisi Operasional Variabel-variabel Penelitian

Definisi operasional adalah pemahaman konseptual dari variabel-variabel

yang terukur dalam penelitian. Defini operasional yang akan dijelaskan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. PKB melalui MGMP

Kemendiknas (2009) dalam buku pengelolaan PKB mengatakan bahwa

PKB merupakan bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru dalam upaya

membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan keberhasilan siswa. PKB

ini mencakup tiga hal yaitu pelaksanaan pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan

karya inovatif. Kegiatan pelaksanaan pengembangan diri terdiri dari diklat

X

Y

1

Y

2

(32)

kolektif guru yang merupakan suatu wadah yang efektif untuk menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi guru di kelas.

b. Kompetensi Pedagogik Guru

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

mengatakan bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran peserta didik, yang meliputi pemahaman wawasan atau

landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan

kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang

mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

c. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai

materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi konsep, struktur,

dan metode keilmuan/teknologi/seni yang koheren dengan materi ajar; materi ajar

yang ada dalam kurikulum sekolah; hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;

penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari serta kompetisi

secara professional dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

d. Kinerja Guru

Kinerja guru adalah perilaku atau respons yang memberi hasil yang

mengacu pada apa yang mereka kerjakan ketika mereka menghadapi suatu tugas.

Beberapa aktivitas yang dapat dilihat dari kinerja seorang guru yaitu (1) kegiatan

(33)

pengajaran regular, (4) kegiatan tentang keterlibatan guru dalam masyarakat

pendidikan atau lingkungannya secara luas (Yamin dan Maisah, 2010:87).

D. Instrumen Penelitian

1. Jenis instrumen yang digunakan

Kualitas hasil penelitian ditentukan oleh dua hal utama yaitu instrumen

penelitian dan cara pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian ini berkaitan

dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data

berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dan tes. Angket ini

diisi oleh 72 orang guru IPA SMP Negeri se-Kota Bandung untuk mengetahui

persepsi mereka dalam mengikuti kegiatan MGMP dan untuk mengetahui kinerja

guru. Angket ini menggunakan 5 alternatif pilihan jawaban.

Tes digunakan untuk melihat kompetensi pedagogik dan professional guru.

Tes ini menggunakan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu A, B, C, dan D.

Banyaknya soal untuk masing-masing kompetensi adalah 25 pertanyaan. Nilai

100 akan diberikan apabila guru dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan

benar.

2. Kisi-kisi Instrumen

Pengembangan instrumen dilakukan dengan beberapa cara yaitu: (a)

(34)

melakukan uji coba instrumen, serta melakukan validitas dan reliabilitas

instrumen.

Berikut kisi-kisi masing-masing instrumen:

a. Kisi-kisi Model PKB melalui Kegiatan MGMP

Tabel 3.3. Kisi-kisi Model PKB melalui Kegiatan MGMP

No Variabel Sub Variabel Indikator Nomor Item 1 PKB melalui

kegiatan

MGMP

a. Perencanaan - Program

- Jadwal Kegiatan

1, 2,3

4

b.Pelaksanaan - Intensitas

- Materi

(35)

b. Kisi-kisi Kompetensi Pedagogik Guru

Tabel 3.4. Kisi-kisi Kompetensi Pedagogik Guru

No Indikator Sub Indikator Nomor

Item 1 Menguasai karakteristik

siswa

pembelajaran yang mendidik

secara kreatif

3 – 7

3 Mengembangkan

kurikulum yang terkait

dengan mata pelajaran

yang diampu

c. Memahami prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum

d. Menata materi pembelajaran

secara sesuai dengan karakteristik

siswa

e. Mengembangkan indikator dan

instrumen penilaian

pembelajaran yang relevan

dengan karakteristik siswa

12 - 13

5 Memanfaatkan Teknologi

Informasi dan Komunikasi

(TIK) untuk belajar

g. Menggunakan TIK dalam

pembelajaran yang diampu

14 - 15

6 Berkomunikasi secara

efektif, empatik dan santun

dengan siswa

h. Memahami berbagai strategi

berkomunikasi yang efektif,

empatik dan santun secara lisan,

tulisan, dan atau bentuk lain

16 – 17

7 Melakukan tindakan

reflektif untuk peningkatan

i. Mampu melakukan tindakan

reflektif untuk peningkatan

(36)

c. Kisi-kisi Kompetensi Profesional Guru

Tabel 3.5. Kisi-kisi Kompetensi Profesional Guru

No Kompetensi Dasar Indikator Soal Nomor

Item

1 Memahami konsep-konsep,

hukum-hukum,dan teori-teori

IPA serta penerapannya secara

fleksibel.

Membuat grafik yang sesuai dari

suatu data gerak lurus yang

disajikan dalam suatu tabel

4

Menentukan rumus kimia

sederhana

5, 6

Menarik kesimpulan tentang

sifat fisika bahan kimia dari

tabel data sifat bahan kimia yang

disajikan

9

Menentukan bentuk perubahan

zat cair

10

Menentukan besarnya arus

listrik dari gambar yang

Menarik kesimpulan dari data

hasil penelitian

7, 12

Menyimpulkan data yang

ditampilkan dalam tabel

2

Menentukan tekanan udara suatu

zat agar bisa mencair

3

Mengaitkan struktur dan fungsi

tumbuhan

(37)

Lanjutan Tabel 3.5.

hari dengan menggunakan

konsep, atom, ion, dan molekul

8, 13,

25

Menggunakan bahan logam

untuk menjadi magnet

24

Menentukan perbedaan antara

sel hewan dan sel tumbuhan

1

Menjelaskan efek dari

penggunaan obat-obatan

terlarang pada tubuh manusia

23

Menentukan proses pertukaran

gas pada sistem respirasi

18 – 19

Mengidentifikasi beberapa jenis

tumbuhan berdasarkankan kunci

determinasi

pemantulan dan pembiasan

dalam menentukan arah lintasan

cahaya

(38)

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru

No Variabel Sub Variabel Indikator Nomor

Soal - Belajar dari berbagai sumber

- Memanfaatkan TIK untuk

(39)

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penggunaan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data

bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen

yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010:173).

a. Validitas Instrumen

Riduwan (2004:109) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk

menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari korelasi antara bagian-bagian

dan alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk

menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu:

rxy =

� −

� 2( )2 2( )2

Keterangan:

Rxy = besarnya koefisien korelasi

N = jumlah responden

X = skor variabel X

(40)

Harga r yang diperoleh dari perhitungan di atas, kemudian dibandingkan dengan

nilai r tabel dalam tabel statistik. Dengan menggunakan taraf signifikan α = 5 %

dan derajat kebebasan (dk – n-2), dengan sampel uji coba sebanyak 30 orang,

maka didapatkan r tabel = 0.361.

Jika nilai rhitung > rtabel berarti alat instrumen penelitian yang digunakan valid.

Jika nilai rhitung < rtabel berarti alat instrumen yang digunakan tidak valid.

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh bahwa butir

pernyataan nomor 4 dan 14 untuk variabel X (model PKB melalui kegiatan

MGMP) dan butir pernyataan nomor 10, 13, dan 15 untuk variabel Y (kinerja

guru) tidak valid karena nilai r > 0.361. Uji validitas untuk instrumen kompetensi

pedagogik dan professional guru tidak dilakukan uji karena instrumen tersebut

diperoleh dari bank soal Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TK IPA) yang sudah teruji

validitasnya.

b. Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alpha, rumus

yang digunakan adalah koefisien Alpha ( ) Cronbach sebagai berikut:

11 = �−

1 1− ��2

2

Keterangan:

r = reliabilitas instrumen

(41)

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh ringkasan

reliabilitas tiap instrumen pada Tabel 3.7. mengindikasikan tingginya reliabilitas

instrumen.

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Reliability Statistiks

Cronbach’s Alpha N of Items

PKB melalui MGMP 0.878 21

Kinerja Guru 0.887 27

Sumber Data: Pengolahan Penelitian 2012

Tabel 3.7. tersebut memperlihatkan bahwa reliabilitas instrumen model

PKB melalui kegiatan MGMP dan kinerja guru sangat tinggi karena nilai

Cronbach’s Alphanya di atas 0.8 (kriteria indeks reliabilitas sama dengan kriteria

koefisien korelasi di Tabel 3.9). Artinya bahwa tingkat keandalan atau tingkat

kepercayaan instrumen yang digunakan untuk mengukur model PKB melalui

kegiatan MGMP sebesar 87.8 % dan 88.7 % untuk kinerja guru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrumen. Instrumen terdiri

dari instrumen tes/soal dan non tes (menggunakan angket atau kuesioner).

Arikunto (2010:193) menyebutkan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

(42)

mendapatkan gambaran kompetensi pedagogik dan profesional guru IPA SMP

Kota Bandung.

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto: 2010:194). Angket yang

digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

profil MGMP IPA SMP Kota Bandung, kegiatan guru dalam mengikuti MGMP

serta kinerja guru.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

mengenai karakteristik unit analisis/responden/sampel yang akan diteliti. Data

karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, usia, pangkat/golongan, masa

kerja, pendidikan terakhir, jabatan selain guru, dan status sertifikasi. Deskripsi

variabel penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai hasil

penelitian secara umum.

Tabel 3.8. Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

No Rentang % Skor Kriteria

1 80% – 100 % Sangat tinggi

2 60 % - 79.99 % Tinggi

3 40 % - 59.99 % Cukup

4 20% – 39.99 % Rendah

(43)

2. Analisis Statistik

a. Metode Successive Interval (MSI)

Jika data yang kita miliki adalah data dengan skala ordinal, sedangkan kita

ingin melakukan uji statistik parametrik Pearson Correlation Product Moment,

Partial Corelation, Multiple Corelation, Partial Regression and Multiple

Regression, yang mensyaratkan data dalam bentuk interval atau rasio dan harus

berdistribusi normal, maka menurut Riduwan (2011:30) data tersebut dapat

dinaikan menjadi skala interval dengan menggunakan Metode Successive Interval

(MSI).

Berikut adalah langkah-langkah Metode Successive Interval:

1) Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab (memberikan)

responden terhadap alternatif (kategori) jawaban yang tersedia

2) Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (n), kemudian

tentukan proporsi untuk setiap alterantif jawaban responden tersebut.

3) Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif untuk

setiap alterantif jawaban responden

4) Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, hitung nilai z untuk setiap

kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif jawaban

responden tadi

5) Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan menggunakan

rumus: SV = (Area under upper limit dikurangi Density at upper limit) dibagi

(44)

6) Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala

ordinal ke nilai skala interval, dengan rumus: Y = SVi + SVmin.. Dengan

catatan, SV yang nilainya kecil atau harga negatif tersebut diubah menjadi

sama dengan satu.

b. Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk

memahami yang mendasari dimensi-dimensi atau regularitas suatu gejala. Teknik

ini bertujuan untuk membuat ringkasan informasi yang dikandung dalam sejumlah

besar variabel ke dalam suatu kelompok faktor yang lebih kecil. Teknik ini

bermanfaat untuk mengurangi jumlah data dalam rangka mengidentifikasi

sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varians yang sedang diteliti secara

lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang jumlahnya lebih besar.

Pengurangan dilakukan dengan melihat inderdependensi beberapa variabel yang

dapat dijadikan satu yang disebut dengan faktor sehingga diketemukan

faktor-faktor yang dominan atau penting untuk dianalisa lebih lanjut (Narimawati,

2008:12).

Pada dasarnya analisis faktor bertujuan untuk mendapatkan sejumlah

faktor yang memiliki sifat-sifat (1) mampu menerangkan semaksimal mungkin

keragaman data, dan (2) faktor-faktor saling bebas. Analisis faktor ini memiliki

dua fungsi utama yaitu exploratory (mengelompokkan faktor yang acak) dan

confirmatory (mengkonfirmasi kesesuaian faktor) (Wijaya, 2010:101).

Teknik ini dapat digunakan jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(45)

2) Data harus mempunyai distribusi normal bivariate untuk masing-masing

pasangan variabel

3) Model ini mengkhususkan bahwa semua variabel ditentukan oleh

faktor-faktor biasa (faktor-faktor-faktor-faktor yang diestimasikan oleh model) dan faktor-faktor-faktor-faktor

unik (yang tidak tumpang tindih antara variabel-variabel yang sedang

diobservasi)

4) Estimasi yang dihitung didasarkan pada asumsi bahwa semua faktor unik

tidak saling berkorelasi satu dengan lainnya dan dengan faktor-faktor biasa

5) Persyaratan dasar untuk melakukan penggabungan ialah besarnya korelasi

antar variabel independen setidak-tidaknya 0.5, karena prinsip analisis faktor

ialah adanya korelasi antar variabel.

c. Uji Prasyarat

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi

dalam penggunaan analisis parametrik. Uji normalitas berguna untuk

membuktikan data dari sampel yang dimiliki berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Normal atau tidaknya suatu data berdasarkan patokan

distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji

normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki

dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi

(46)

dan Shapiro WIlk. Dalam penelitian ini, uji normalitas data diperoleh dengan uji

Kolmogorof-Smirnov (K-S) dari masing-masing variabel. Analisis data ini

dilakukan dengan menggunakan alat uji K-S yang ada pada program SPSS versi

17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas berdasarkan

probabilitas. Jika probabilitas > 0.05 diputuskan bahwa data penelitian

berdistribusi normal. Selain menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov, analisis

kenormalan data ini dapat juga diperkuat oleh perbandingan histogram dengan

kurva normal. Apabila histogram yang diperoleh menghasilkan kurva normal,

dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.

2) Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linear tidaknya suatu data

penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik

analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data

yang linier maka digunakan analisis regresi linier, sebaliknya jika hasil uji

linieritas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan

nonlinier.

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan curve estimation, yaitu

gambaran hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika nilai

sig f lebih kecil dari 0.05 (5%), maka variabel bebas tersebut memiliki hubungan

yang linier dengan variabel terikat (Nurjannah, 2008:9).

Selain dengan metode tersebut, penentuan linieritas juga dapat dilakukan

(47)

SPSS. Dengan diagram ini dapat diketahui normalitas sampel, linieritas,

keterhubungan dan kesamaan variansi. Diagram ini menggambarkan nilai residu

amatan yang dihitung secara kumulatif dan dicocokkan dengan nilai residu

normal yang digambarkan dengan garis hints linier dari kiri bawah ke kanan atas.

Bila nilai residu amatan berkonsentrasi dan sejalan dengan garis tersebut, maka

sampel berdistribusi normal dan regresi berbentuk linier.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residu satu ke pengamatan-pengamatan yang lain.

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana varians (dalam hal ini varians

residual) tidak stabil (konstan). Situasi seperti ini dapat terjadi manakala residual

semakin membesar sejalan dengan semakin besarnya nilai independen variabel.

Heteroskedastisitas dapat terjadi bila efek variabel independen pada variabel

dependen berbeda pada dua kelompok sampel yang berbeda (Gudono, 2011:135).

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank

Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolute residual hasil regresi dengan

semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0.05 (5%)

maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas, dan sebaliknya

bila signifikansi hasil korelasi lebih besar dari 0.05 maka persamaan tersebut

(48)

4) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi

yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear

berganda, Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya terganggu. Uji

multikolinieritas dapat dideteksi dengan menggunakan koefisien korelasi ganda

dan membandingkannya dengan koefisien korelasi antar variabel bebas. Uji

multikolinieritas dilakukan dengan SPSS melalui uji regresi dengan patokan nilai

VIF (variance inflation faktor) dan koefisien korelasi antar variabel bebas. Nilai

VIF di bawah 10 dikatakan tidak terdapat masalah multikolinieritas.

Solusi adanya multikolinieritas adalah dengan menghilangkan variabel

yang memiliki multikolinieritas tersebut, namun bila variabel tersebut secara

teoritis harus ada di dalam model, biasanya perlu pertimbangan yang lebih banyak

lagi untuk menghilangkan variabel tersebut. Solusi kedua adalah dengan

membiarkannya, hal ini dilakukan karena ada penelitian bahwa hasil estimasi

regresi masih juga BLUE (Best Linier Unbiased Estimates), sehingga seandainya

dibiarkan tidak akan menjadi masalah (Gudono, 2011:138).

d. Uji Hipotesis

Jika data penelitian telah memenuhi seluruh persyaratan untuk analisis

hipotesis, selanjutnya ditentukan analisis hipotesis apa yang akan digunakan.

(49)

maka analisis data yang akan digunakan yaitu analisis korelasi, analisis regresi,

dan analisis path dengan menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.

1) Analisis Korelasi

Korelasi menunjukkan derajat asosiasi atau keeratan hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya. Terdapat tiga jenis korelasi yaitu korelasi

sederhana (simple correlation), korelasi parsial (partial correlation), dan korelasi

kompleks (multiple correlation). Korelasi sederhana dilakukan untuk mencari

keeratan hubungan antara dua variabel. Bila variabel yang dianalisis lebih dari dua

variabel tetapi kita hanya tertarik mencari korelasi dua variabel sedangkan

variabel lain dianggap tetap atau mengontrol variabel lain disebut korelasi parsial.

Namun ketika variabel yang dianalisis lebih dari dua variabel dan sekaligus

mencari korelasi secara bersama-sama maka korelasi ini disebut korelasi berganda

(Widarjono, 2010:263).

Nilai koefisien korelasi berada pada rentang -1 sampai 1. Angka korelasi r

ini menunjukkan tidak hanya besaran (magnitude) tetapi sekaligus arah hubungan

antara dua variabel. Nilai r = -1 menunjukkan korelasi positif yang sempurna dan

nilai r = 1 menunjukkan korelasi positif yang sempurna. Semakin mendekati ±1

maka semakin kuat hubungan antara dua variabel sebaliknya semakin mendekati 0

maka semakin lemah hubungan antara dua variabel (Widarjono, 2010:263).

Berikut adalah tabel untuk memberi interpretasi terhadap koefisien

(50)

Tabel 3.9. Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi

No Interval Kriteria

1 0.00 – 0.199 Sangat rendah

2 0.20 – 0.399 Rendah

3 0.40 – 0.599 Sedang

4 0.60 – 0.799 Kuat

5 0.80 – 1.00 Sangat kuat

Sumber Data: Agung, W (2010:183)

2) Analisis Regresi

Analisis regresi yaitu suatu studi bagaimana satu variabel yaitu variabel

dependen dipengaruhi oleh satu atau lebih dari variabel lain yaitu dengan tujuan

untuk mengestimasi dan atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen

didasarkan pada nilai variabel independen yang diketahui (Widarjono, 2010:9).

3) Analisis Path

Analisis path digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel

kompleks yang tidak dapat dikerjakan dengan menggunakan regresi berganda.

Terdapat lebih dari satu variabel dependen pada hubungan yang kompleks,

sehingga diperlukan serangkaian persamaan regresi. Path analisis merupakan

perluasan analisis regresi, maka semua asumsi dalam analisis regresi juga berlaku

dalam analisis path seperti residual tidak saling berkorelasi dan hubungan antar

variabel linier dan additive (pertambahan) serta jumlah data cukup banyak

(51)

e. Model Hipotesis

Model hipotesis yang dapat dirumuskan untuk menjawab rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1) Y1 = F (X) = Model PKB melalui kegiatan MGMP berpengaruh terhadap

kompetensi pedagogik guru.

2) Y2 = F (X) = Model PKB melalui kegiatan MGMP berpengaruh terhadap

kompetensi professional guru.

3) Z = F (X, Y1, Y2) = Model PKB melalui kegiatan MGMP, kompetensi

pedagogik, dan kompetensi professional secara bersama maupun individual

berpengaruh terhadap kinerja guru.

Berdasarkan model hipotesis yang diajukan, berikut dibuat sub struktur

yang tujuannya untuk menjelaskan dan mempermudah perhitungan:

1) Sub Struktur 1 (Hipotesis 1)

Gambar 3.2. Diagram Sub Struktur 1

Keterangan:

Variabel endogen (Kompetensi Pedagogik)

Variabel eksogen ( PKB melalui Kegiatan MGMP)

Persamaan struktur Y1= ρy1xX + 1 PKB melalui

kegiatan MGMP

Kompetensi Pedagogik

(52)

2) Sub Struktur 2 (Hipotesis 2)

Gambar 3.3. Diagram Sub Struktur -2

Keterangan:

Variabel endogen (Kompetensi Profesional)

Variabel eksogen ( PKB melalui Kegiatan MGMP)

Persamaan struktur Y2= ρy2xX + 2

3) Sub Struktur 3 (Hipotesis 3)

Gambar 3.4. Diagram Sub Struktur -3

Keterangan:

Variabel endogen (Kinerja Guru)

Variabel eksogen (PKB melalui Kegiatan MGMP, Kompetensi Pedagogik,

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

1. Persentase capaian kegiatan MGMP IPA SMP di Kota Bandung termasuk

dalam kategori tinggi. Persentase pencapaian dimensi perencanaan dan

pengendalian di bawah rata-rata. Keterlibatan guru dalam kegiatan MGMP

ini dirasakan masih kurang. Guru-guru lebih banyak terlibat pada aspek

pelaksanaan sebagai peserta kegiatan MGMP saja, namun pada tahap

perencanaan dan pelaksanaan hanya didominasi oleh pengurus MGMP.

2. Persentase capaian kompetensi pedagogik guru termasuk dalam kategori

cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa kompetensi ini perlu mendapat

perhatian yang cukup untuk ditingkatkan terutama pada beberapa dimensi

yang persentase pencapaiannya di bawah rata-rata, seperti kemampuan guru

dalam menguasai karakter siswa (fisik, kepribadian, sosial, intelegensia dan

kecakapan), dimensi mengembangkan kurikulum (memahami prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum, menata materi pembelajaran dan mengembangkan

indikator dan instrumen penilaian) serta dimensi menyelenggarakan

pembelajaran yang mendidik (menggunakan dan memilih media

pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa.

3. Persentase capaian kompetensi professional guru-guru IPA SMP di Kota

(54)

persentase pencapaian di bawah rata-rata seperti memahami dan menerapkan

konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori IPA serta penerapannya secara

fleksibel, sehingga perlu ditingkatkan.

4. Persentase capaian kinerja guru IPA SMP di Kota Bandung termasuk dalam

kategori tinggi. Terdapat tiga dimensi dari kinerja guru yang persentase

pencapaiannya di atas rata-rata yaitu dimensi memiliki catatan gambaran

kinerja, memanfaatkan bukti gambaran kinerja dan melakukan PKB. Hal ini

berarti bahwa guru-guru telah mampu melakukan refleksi dari hasil kinerja

sebelumnya untuk merencanakan kegiatan pengembangan dirinya

selanjutnya. Namun pelaksanaan kinerja ini kurang maksimal dikarenakan

guru-guru kurang memanfaatkan TIK dalam pelaksanaan PKB, baik itu

dalam hal sharing informasi dengan teman melalui internet maupun dalam

mencari berbagai sumber informasi.

5. Pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi

pedagogik guru termasuk dalam kategori cukup. Hal ini mengindikasikan

bahwa kegiatan MGMP memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kompetensi pedagogik guru. Jika kegiatan MGMP memiliki perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian yang baik serta melibatkan seluruh guru-guru

dalam ketiga aspek ini, maka akan memberikan kontribusi yang baik pula

terhadap kompetensi pedagogik guru.

6. Pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi

profesional guru termasuk dalam kategori rendah. Hal ini mengindikasikan

(55)

terhadap kompetensi professional guru. Hal ini karena materi-materi yang

diberikan dalam kegiatan MGMP lebih banyak materi-materi yang

menunjang kompetensi pedagogik. Jika materi-materi keilmuan IPA

diberikan sesuai dengan kebutuhan guru dan porsinya seimbang dengan

materi lainnya, maka akan semakin baik pula kompetensi professional guru.

7. Pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kinerja guru melalui

kompetensi pedagogik dan kompetensi professional guru termasuk dalam

kategori cukup. Kontribusi MGMP terhadap kinerja guru secara langsung

lebih signifikan dibanding jika melalui kompetensi pedagogik dan

kompetensi professional guru. Hal ini disebabkan karena kinerja yang diukur

pada penelitian ini berkaitan dengan kegiatan pengembangan keprofesionalan

guru yang salah satunya adalah melalui kegiatan MGMP. Pada kegiatan

MGMP juga banyak mendiskusikan materi yang berkaitan dengan kinerja

guru yang diukur dalam penelitian ini seperti materi Penelitian Tindakan

Kelas (PTK), pembuatan LKS/modul dan pembuatan alat bantu praktikum.

B. Rekomendasi

1. Kegiatan MGMP di Kota Bandung perlu ditingkatkan lagi terutama

keterlibatan semua anggota pada tahap perencanaan, dan pengendalian agar

semua guru merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kemajuan

kegiatan MGMP ini. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

(56)

a. Pada tahap perencanaan, undang semua guru mengikuti workshop untuk

melakukan analisis kebutuhan materi yang dibutuhkan guru serta

menetapkan jadwal kegiatan.

b. Pada tahap pelaksanaan lakukan berbagai variasi kegiatan agar guru

termotivasi untuk selalu mengikuti kegiatan ini seperti kegiatan workshop,

kunjungan ke sekolah lain, atau kegiatan lesson study.

c. Pada tahap pengendalian libatkan lagi guru dalam proses evaluasi kegiatan

untuk mengetahui keefektivan kegiatan MGMP serta melakukan refleksi

sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan MGMP di masa yang akan

datang.

2. Kompetensi pedagogik guru perlu ditingkatkan lagi terutama kemampuan

guru dalam menguasai karakteristik siswa, mengembangkan kurikulum dan

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Hal ini dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti melakukan kegiatan lesson study (melihat

bagaimana guru model mengelola kelas, menggunakan media pembelajaran,

dan menyampaikan materi), serta pelaksanaan supervisi akademik dan klinis

oleh pengawas dan kepala sekolah secara berkala agar kemajuan guru dapat

terlihat .

3. Kompetensi professional guru terkait konten pelajaran IPA juga perlu

ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengundang nara sumber yang

berkompeten seperti dosen dari perguruan tinggi maupun widyaiswara dari

(57)

4. Kinerja guru dalam pemanfaatan TIK untuk menunjang pembelajaran di kelas

maupun menunjang aktivitas keprofesionalan guru perlu ditingkatkan melalui

pelatihan TIK di sekolah, menyediakan perangkat komputer dan jaringan

internet di sekolah, belajar mandiri dengan mengikuti kursus dan belajar

dengan teman sejawat.

5. Kegiatan MGMP memberikan pengaruh terhadap kompetensi pedagogik,

kompetensi professional serta terhadap kinerja guru. Instansi pemerintah yang

terkait dengan pendidikan seperti Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

(LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan kabupaten/kota perlu

terus meningkatkan koordinasi mendorong kegiatan-kegiatan yang mengarah

pada peningkatan kompetensi dan kinerja guru melalui pembuatan kebijakan

yang memudahkan terselenggaranya kegiatan MGMP. Hal ini dapat dilakukan

dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung guru dalam

melaksanakan pengembangan keprofesionalannya seperti menyediakan

infocus, memberikan bantuan dana operasional kegiatan, menyediakan tenaga

instruktur yang kompeten dan melakukan evaluasi secara berkala.

6. Para peneliti yang ingin mengembangkan penelitian serupa, diharapkan dapat

menambahkan variabel-variabel lain yang diduga memiliki kontribusi yang

signifikan terhadap kinerja guru melalui turunan dari teori-teori yang

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 1.1. 10 Provinsi dengan Nilai UKA Tertinggi dan 5 Provinsi dengan
Tabel 1.2. Skor Rata-rata Prestasi Sains Siswa SMP antar negera peserta TIMSS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Perilaku Pemakaian Masker, Kadar Debu Lingkungan, Kebiasaan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru (KVP) Pekerja Bagian Produksi PT Japfa Comfeed Indonesia (JCI) Sragen,

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

Chen, Lin ja Lin (2008), tutkivat artikkelissaan rotaation vaikutuksia tilintarkastuksen laatuun taiwanilaisella aineistolla. Tutkimus keskittyy siihen, onko

Lima ”dogma” Media Literasi dan Lima Pertanyaan Kunci 158?. Tips Mengajar Literasi Media

lebih banyak terjadinya status gizi kurang pada anak balita dibandingkan ibu yang.. berpendidikan lebih dari SMA

Kemudian Ninjo merupakan suatu perbuatan yang tidak menuntut balas, atau benar-benar tulus dari dalam hati dan tidak melibatkan menjadi

Berdasarkan analisis terhadap data yang didapatkan, diketahui bahwa subjek mengalami stress pasca trauma seperti subjek tersebut mengalami dan menyaksikan peristiwa gempa bumi,

Dalam Gereja Katolik terdapat Perayaan Sakramen Ekaristi yang diadakan setiap hari atau setiap minggunya untuk kenangan wafat serta kebangkitan Tuhan Yesus yang mengabadikan