SKRIPSI
PARTIKEL YO DALAM DRAMA SAMURAI HIGH SCHOOL
Oleh:
DEWIRA ZULIA
BP: 0910752026SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
ABSTRAK
PARTIKEL YO DALAM DRAMA SAMURAI HIGH SCHOOL
Oleh: Dewira Zulia
Partikel dalam bahasa Jepang terdiri dari 4 jenis, yaitu kakujoshi, fukujoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi. Partikel yo termasuk ke dalam jenis shuujoshi. Shuujoshi adalah partikel yang dipakai di akhir bagian kalimat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif bersifat deskriptif. Data penelitian ini diperoleh dari sebuah drama Jepang yang berjudul Samurai High School. Pada tahap pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode simak dengan Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC). Tahap analisis data penelitian ini menggunakan metode padan pragmatis, dan pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah merangkum dari teori dan penelitian yang sudah ada, yaitu teori dari Naoko (2008), Chandra (2009), Sugihartono (2001), dan Sudjianto (2007), mengenai fungsi partikel yo, dan teori SPEAKING Etnografi Komunikasi oleh Dell Hymes (1973).
Peneliti merangkum dari 4 peneliti sebelumnya menjadi 6 fungsi partikel yo
yang terdapat dalam drama yang berjudul Samurai High School, yaitu: (1) Menunjukkan penegasan dari pendapat si pembicara sebanyak 7 data, (2) mengajak untuk perbuatan sebagai rangkaian dari suatu perbuatan yang lain sebanyak 6 data, (3) menunjukkan perasaan yang tegas pada kalimat perintah dan larangan sebanyak 5 data, (4) digunakan untuk menunnjukkan perasaan keberatan atau mencela sebanyak 3 data, (5) menunjukkan sikap marah pada lawan bicara sebanyak 3 data, dan (6) menunjukkan suatu permohonan sebanyak 1 data. Pada penelitian ini juga ditemukan faktor etnografi komunikasi pemakaian partikel yo dalam bahasa Jepang terdapat pada konteks SPEAKING; setting (di dalam kelas, di lapangan sekolah, kebersamaan keluarga di rumah, di jalan menuju sekolah dengan suasana tegang dan marah),
participants (hubungan akrab), ends (penegasan pendapat, mengajak, perintah, ledekan, marah dan permohonan), act sequence (membentak, membantu, penekanan, memohon, dan marah), key (dengan ledekan, menarik tangan, nada yang serius dan sopan, meminta penjelasan, menundukkan badan, dan kalimat kasar), instrumentalis
(jalur lisan dan tindakan), norm of interaction (berupa penekanan, ajakan, bertanya langsung, merasa prihatin, ungkapan sikap marah) dan genres (dialog).
概要
助詞
マ
Samurai High School
け
ウ
助詞 国語 品詞 付属語 活用 文中
接続 方 添 意味 般 格助詞 副助詞
接続助詞 終助詞 分類 助詞 終助詞 含
終助詞 分 終わ 文 立 疑問 詠嘆 感動 禁止
意味 表 終助詞 文 最後 使用 文章部
文節 端部 用 わ
資料 構 分 調 資料中 特定 素 物質 含
確認 目的 行 分析 利用 研究 日本
マ Samurai High School 基 検討 理解
試 研究 Naoko Chandra Sugihartono Sudjiantono
助詞 機能 理論 使 Dell HYMES
ン エ 理論 使
侍 見 助詞 機能 相手
注意 引 止 気持 込 回 強意 表
回 反駁 気持 強 回 軽 回
人 話 紹 用 回 感情 表
回 研究 背 社会的語用論 意味 助詞 要素
わ , Hymes SPEAKING 理論 資料 分析 結果 話
場所 時間 状態 話 聞 手 話 目的 話 通形 述 態
度 ン ション 口頭 電話 手 等
言葉 寧 言葉 使 わけ
ABSTRACT
THE PARTICLE YO IN SAMURAI HIGH SCHOOL DRAMA
By: Dewira Zulia
Particle in Japanese consist of four kinds, there are kakujoshi, fukujoshi,
setsuzokujoshi, and shuujoshi. Particle yo is involved into shuujoshi. Shuujoshi is a paticle which is used in the end of sentence.
This thesis is a descriptive qualitative research. The data is taken from Japanese drama with the title Samurai High School. This thesis used Teknik Simak Bebas Libat Cakap(SBLC), in analitical data using padan pragmatis, and in the presentation stage of analitycal mark using formal and informal methods. The Theory using in this thesis taken from Naoko (2008), Chandra (2009), Sugiartono (2001) and Sudjianto (2007), about yo particle, and SPEAKING theory Ethnografi Communication by Dell Hymes (1973).
The writer concludes there are 6 particles yo function include in the drama with title Samurai High School, they are: 1) showing surely from argument of the speaker 7 of data, 2) Asking to do something or another action 6 of data, 3) Showing the action of command and prohibition sentences 5 of data, 4)Using for showing despite feeling 3 of data, 5)showing the anger posture to opposite speaker 3 of data, and 6)to show the hopeness 1 of data. In this research, also found that the meaning of particles yo in Japanese from the data have many factors. There are setting (the time and place), participants, ends, act sequence, key, instrumentalis, norm of interaction
and genres.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi “Partikel yo dalam drama Samurai High School” ini dengan baik.
Ucapan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada beberapa pihak atas
bantuan, bimbingan dan motivasinya terhadap penyelesaian skripsi ini. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Imelda Indah Lestari, S.S, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang
Universitas Andalas yang telah meluangkan waktu untuk memberikan dukungan
serta motivasi.
2. Ibu Dini Maulia, S.S, M.Hum, selaku pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dan pikiran mulai dari awal pembuatan skripsi hingga selesai.
3. Ibu Lady Diana Yusri, S.S, M.Hum, selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen-dosen pengajar, Ayu sensei, Adrianis sensei, Idrus sensei, Nila sensei,
Rima sensei, Enzi sensei, Radhia sensei, dan Dona sensei atas ilmu yang
diberikan. Serta Ibu Indi selaku pegawai biro jurusan sastra Jepang yang telah
banyak membantu.
5. Native speaker yang telah memberikan banyak bantuan, Ota sensei, Rinako Sensei, Harada Sensei, Marutani sensei, Hashiguchi sensei dan teman-teman
Jepang, Mikae, Satomi, Noboru dan Yuya, .
6. Orang tua tercinta, ayahanda Ardi Sadin Dt. Jo Ameh dan ibunda Zulhasni atas
kasih sayang dan pengorbanan yang tak terhingga, yang selalu mendoakan serta
memberikan dukungannya. Kakakku Davitra Managawa, ST dan adikku Intan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Partikel sering digunakan dalam ragam lisan maupun tulisan. Penggunaan
partikel tidak dapat digunakan secara lepas atau berdiri sendiri.Dalam gramatika
bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel, yaitu partikel –kah, -lah,–tah, dan
-pun. (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah dalam Sudjianto,2007:2).
Bahasa lain yang juga menggunakan partikel adalah bahasa Jepang.
Partikel dalam bahasa Jepang disebut 助詞 Joshi.Joshi adalah kelas kata yang
tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, menunjukkan hubungan kata agar
lebih jelas (Dahidi dan Sudjianto, 2004:181). Joshimerupakan bagian
darifuzokugo, yaitu kelas kata yang tidak dapat berdiri sendiri, dipakai setelah
suatu kata yang menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain
serta untuk menambah arti kata menjadi lebih jelas.
Mempelajari partikel bahasa Jepang tidaklah mudah karena selain
jumlahnya yang banyak juga disebabkan adanya sejumlah partikel yang memiliki
arti yang sama tetapi fungsi dan cara pemakaiannya berbeda (Sudjianto, 2007:7).
Partikel yang digunakan dalam kalimat tidak dapat digabungkan dengan
benar menjadi suatu keharusan dalam menciptakan komunikasi yang baik dalam
berbahasa Jepang.
Secara garis besar, partikel dalam bahasa Jepang menurut Sudjianto dan
Dahidi (2004:181-182) dibagi menjadi empat jenis, yaitu kakujoshi,setsuzokushi,
fukujoshi,dan shuujoshi.Pada penelitian ini, penulis membahas salah satu jenis
partikel bahasa Jepang tersebut, yaitu tentang Shuujoshi. Partikel Shuujoshi
dipakai pada akhir kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan, larangan, seruan,
rasa haru, dan sebagainya. Jenis-jenis shuujoshi diantaranya, ka, kashira, kke, na /
naa, ne / nee, no, sa, tomo, wa, ya, yo, ze,dan zo(Sudjianto, 2000:70).
Penulis membahas salah satu jenis shuujoshi yaitu shuujoshi
yo.Shuujoshiyoatau partikel yobanyak dipakai dalam percakapan sehari-hari orang
Jepang, sering digunakan dalam percakapaninformal. Partikel yodapat dipakai
untuk menyampaikan ketegasan, pemberitahuan, atau peringatan kepada lawan
bicara (Sudjianto, 2007:79). Selanjutnya partikel yo dapat dipakai setelah
ungkapan-ungkapan yang berbentuk ajakan, larangan, atau perintah (Chandra,
2009:146). Berikut ini merupakan contoh kalimat dengan penggunaan partikel
yomenurut Sugihartono:
1). 公園 桜花
Kouen no sakura no hanaga kirei dayo. ‘Bunga sakura di taman itu indah lho!’
2). 茶 飲
Ocha demo nomimashouyo.
‘Mari kita minum meskipun sekedar teh’.
Contoh kalimat (1) dan (2) merupakan bentuk kalimat dengan
menggunakan partikel yo dengan fungsi partikel yo yang tidak sama. Pada kalimat
(1), partikel yoberfungsi menunjukkan penegasan dari pendapat si pembicara,
sedangkan pada kalimat (2), partikel yoberfungsi menunjukkan ajakan pada lawan
bicara. Berdasarkan kedua contoh tersebut dapat diketahui bahwa shuujoshi
yomemiliki makna dan fungsi yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
konteks atau kondisi dari penuturan.
Alasan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih
lanjut pemakaian partikel yo dalam percakapan bahasa Jepang. Hal ini didasari
bahwa banyak dari pembelajar bahasa Jepang hanya mengetahui fungsi partikel
yo sebagai penegasan dari pendapat si pembicara saja. Kenyataannya,selain
menunjukkan penegasan dari pendapat si pembicara juga menunjukkan sikap
marah pada lawan bicara, menunjukkan permintaan atau perintah pada lawan
bicara, dan menunjukkan penegasan ajakan pada lawan bicara (Sugihartono,
2001:174-175). Tidak hanya itu, partikel yo juga digunakan bersamaan dengan
kata ganti tanya untuk menunjukkan perasaan keberatan atau mencela, dan
memberikan tanggapan terhadap ucapan atau pertanyaan orang lain dengan pasti
atau menyatakan sebaliknya (Chandra, 2009: 147-148).
Penelitian partikel yo yang peneliti lakukan bersumber dari drama Jepang.
Penelitian yang bersumber dari sebuah drama akan memudahkan untuk
memahami konteksnya karena bisa dilihat langsung gambar atau visualisasi yang
Samurai High Schoolsebagai sumber data penelitian, karena di dalam drama ini
terdapat banyak data partikel yo ditemukan disetiap episodenya.
Hal inilah yang mendorong keinginan penulis untuk menganalisis fungsi
partikel yo dalam drama Samurai High School dan bagaimana aspek etnografi
komunikasi secara tinjauan Sosiopragmatikyang ditimbulkan dari pemakaian
partikel yo. Selanjutnya, penulis akan menyingkat penulisan Samurai High School
dengan “SHS”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja fungsi partikel yo dalam bahasa Jepang pada drama Samurai High
School?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan pemakaian partikel yo dalam
bahasa Jepang?
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada,peneliti menganggap perlu adanya
batasan masalah dalam melakukan penelitian. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini adalah menganalisis fungsipartikel yoserta mengkaji aspek etnografi
komunikasi partikel yo menurut Teori Hymes (1973:114) tentang Etnografi
Instrumentalities, Norm of interaction and interpretation, Genre yang disingkat
dengan teori SPEAKING.
Sumber data yang peneliti gunakan untuk menganalisis partikel yo adalah
pada drama Jepang yang berjudul Samurai High Schoolepisode 1 dan 2. Peneliti
mengambil dua episode ini karena terdapat banyak pemakaian partikel yo dalam
episode tersebut dan dapat mewakili sumber data yang digunakan untuk
menganalisis penelitian partikel yo yang peneliti lakukan.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai penggunaan partikel yo dalam drama Jepang
Samurai High School adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan fungsi partikel yodalam bahasa Jepang pada drama Samurai
High School.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan pemakaian partikel yo dalam
bahasa Jepang.
1.5Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang
pembaca maupun bagi peneliti sendiri. Manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Secara umum peneliti berharap semoga penelitian ini bisa menambah
Jepang.Secara khusus manfaat yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian ini
adalah peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan lebih jauh tentang
fungsi shuujoshi yo serta aspek etnografi komunikasi dari pemakaian partikel
yodalam bahasa Jepangdi dalam teori SPEAKING dalam ilmu Sosiopragmatik.
1.6Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam melakukan
penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang
bersifat deskriptif. Penelitian melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data,
analisis data, dan penyajian hasil analisis data.
1.6.1 Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data adalah metode simak.
Metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data yang
dilakukan dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2007:92).
Penelitian ini dilakukan dengan cara menyimak sebuah drama yang berjudul
Samurai High School. Teknik lanjutan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah berupa teknik simak bebas libat cakap, yaitu peneliti hanya menyimak
serta mengutip atau mencatat kalimat-kalimat yang berhubungan dengan hal yang
akan diteliti yaitu partikel yo.
Data-data yang telah peneliti kumpulkan kemudian dianalisis. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu berdasarkan
fakta-fakta yang ada atau yang dipaparkan dalam drama Samurai High School.
Sudaryanto (1993:6) mengungkapkan bahwa tahap analisis data merupakan upaya
peneliti menangani langsung masalah yang terkandung dalam data.
Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode padan. Metode
padan merupakan metode analisis data yang alat penentunya berada di luar,
terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang diteliti.Metode padan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode padan pragmatis karena
berkenaan dengan penutur dan mitra tutur.Metode padan pragmatis menurut
Kesuma (2007:49) adalah:
“metode yang alat penentunya adalah mitra wicara, metode ini dipakai untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibatyang terjadi pada lawan bicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara”.
Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah teknik pilah unsur
penentu dengan menggunakan daya pilah pragmatis yaitu daya pilah yang
menggunakan mitra tutur sebagai penentu. Teknik pilah unsur penentu adalah
teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan yang
dianalisis dengan alat penentu berupa daya pilah yang bersifat mental yang
dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:51). Objek penelitian
ditentukan berdasarkan kadar kesepadanannya, keselarasannya, kesesuaiannya,
menjadi standar atau pembakunya (Sudaryanto, 1993:13).Contoh analisis
penggunaan partikel yo, dapat diperhatikan pada percakapan berikut:
1).先生 出 わ .
Ibu gurunya bertanya ketika melihat siswa laki-laki (Kotarou) tidur dan membangunkannya. Melihat tatapan siswa Kotarou aneh dan ilerannya keluar, guru bertanya kepada anak laki-lai itu. Kotarou sedikit mengingat-ingat mimpinya sambil memegang mulutnya. Lalu teman perempuannya (Yurika) mencoba menerka sambil bercanda bahwa Kotarou membayangkan hal yang kotor.
Partikel yo biasa digunakan oleh orang Jepang sebagai penegasan. Dari
partikel yo seperti kata deteruwayo, dayone, dan chigauyo. Penuturan partikel
yoberfungsi sebagai penegasan, diantaranya penegasan dari pendapat si
pembicara penegasan dalam bertanya, penegasan ketika menebak sesuatu, dan
penegasan ketika menegaskan ketidak benaran atau penyangkalan.
Pemakaiannya dan kata yang mengikuti partikel yo berbeda-beda
tergantung kondisi.Berdasarkan contoh percakapan data (1) di atas, dapat dilihat
bahwa pemakaian partikel yo yang ada dalam drama Samurai High School, tidak
hanya dipakai oleh orang muda, tapi juga orang tua. Selanjutnya,dapat dilihat
bahwa percakapan partikel yo juga digunakan dalam ruang lingkup sekolah dan
ruang lingkup keluarga.
Berdasarkan uraian tersebut,selain mengetahui fungsi makna partikel yo
peneliti juga mengkaji mengenai aspek Sosiopragmatik pemakaian partikel yo.
Aspekyang dikaji ditinjau melalui faktor Etnografi Komunikasi, karena ada atau
tidaknya partikel yo tidak akan mempengaruhi arti dari suatu kalimat, namun
dengan adanya partikel yo akan menimbulkan makna sesuai dengan faktor
Etnografi Komunikasi yang mengikutinya.Komponenfaktor Etnografi
komunikasi tersebut disampaikan oleh Hymes teori SPEAKING(1973:114),
yaitu; setting (waktu dan tempat), participants (pihak yang terlibat), ends
(tujuan), act sequence (bentuk/isi ujaran), key (cara), instrumentalis (jalur
bahasa), norm of interaction (aturan) dan genres (jenis penyampaian).
Seperti dari contoh di atas, analisis teori SPEAKING-nya adalah:Peristiwa
tutur pada contoh data (1) yang menjadi (S) adalah di dalam sebuah kelas saat
atau suasana pada petuturan di atas adalah suasana tegang karena Ibu guru marah
melihat Kotarou yang tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Kotarou tertidur di
dalam kelas, dan dibangunkan dalam keadaan air liurnya keluar. Lalu Ibu guru
menghukumnya dengan membuat laporan. (P) atau pelaku pada petuturan
tersebut adalah Kotarou, Ibu guru, dan Yurika. Maksud dan tujuan tuturan atau
(E) pada percakapan di atas adalah Ibu guru menanyakan kenapa siswanya,
Kotarou bisa ketiduran dan air liurnya keluar. Lalu dibalas oleh teman
perempuannya Yurika dengan meledek bahwa Kotarou bermimpi hal kotor.
Kotarou lalu membantahnya. Bentuk tuturan atau (A) adalah deteruwayo
diucapakan ibu guru, kata dayone yang diucapkan Yurika kepada Kotarou,
sedangkan bentuk bantahan dari Kotarou adalah chigauyo, yaitu merupakan
bentuk penekanan bahwa hal yang diungkapkan Yurika adalah salah.
Cara penyampaian atau key pada tuturan dengan partikel yo tersebut
adalah dengan bertanya, ledekan dan penyangkalan. Jalur tuturan atau (I) pada
percakapan tersebut adalah jalur lisan.Aturan interakasi (N) pada percakapan di
atas adalah ibu guru curiga kepada Kotarou, Yurika meledek Kotarou, dan
Kotarou membantahnya. Jenis penyampaian (G) pada percakapan di atas
berbentuk dialog.
1.6.3 Penyajian Hasil Analisis Data
Dalam menyajikan hasil analisis data, peneliti menggunakan penyajian
baik secara formal maupun informal.Sudaryanto (1993:145) menyatakan bahwa
informal dan formal. Penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa sedangkan, penyajian formal adalah perumusan dengan tanda-tanda atau
lambang.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah urutan dalam penulisan yang akan
dilakukan. Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari IV Bab yaitu,
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.Bab II berupa landasan teori yang peneliti
gunakan untuk menganalisa pemakaian partikel yo. Bab III penelitimenguraikan
tentang analisisfungsi makna partikel yo dan faktor etnografi komunikasi secara
tinjauan Sosiopragmatikdari pemakaian partikel yo dalam bahasa Jepang dalam
teori SPEAKING. Bab IVberupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang