• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUANG GADIANG KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUANG GADIANG KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

UJUANG GADIANG KECAMATAN LEMBAH MELINTANG

KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

oleh :

IDFAN YUHERRY AM BP : 1010334025

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

(2)
(3)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi

IDFAN YUHERRY AM, No.BP. 1010334025

FAKTOR KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUANG GADIANG KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012

xiv+75 halaman, 11 tabel, , 4 gambar, 6 lampiran

ABSTRAK

TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, merupakan salah satu penyakit menular langsung yang masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di banyak negara di dunia . Indonesia sebagai negara sedang berkembang berada pada peringkat ke-5. Pasaman Barat mempunyai angka kejadian TB yang tinggi, yaitu berada pada posisi ke-4 di Sumatera Barat. Pada tahun 2011 ditemukan 598 penderita TB dan 399 diantaranya adalah penderita TB Paru BTA Positif.

Penelitian ini menggunakan disain penelitian case control study. Sampel dalam penelitian ini terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok kasus 52 sampel dan kelompok kontrol 52 sampel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan faktor kesehatan lingkungan rumah dengan kejadian penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Ujuang Gadiang, Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012.

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian TB Paru dengan kepadatan rumah (p<0,005) dengan factor risiko (OR=6,024), pencahayaan (p<0,005) dengan factor risiko (OR=4,632), lantai (p<0,005) dengan factor risiko (OR=2,486), dan dinding (p<0,005) dengan factor risiko (OR=15,640). Sedangkan variabel ventilasi pada penelitian ini didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian TB Paru dengan nilai p = 0,18 (p>0.05).

Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan dengan kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Ujuang Gadiang adalah dinding (p=0,000; OR= 17,756).

Disarankan upaya peningkatan penjaringan terhadap penderita TB Paru, peningkatan perbaikan kondisi lingkungan rumah dengan lebih memperhatikan aspek sanitasi rumah sehat.

Daftar Pustaka: 35 (1994-2011)

(4)

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

SPECIALISATION IN OCCUPUTIONAL HEALTH AND SAFETY AND

ENVIRONMENTAL HEALTH ANDALAS UNIVERSITY

Skripsi

IDFAN YUHERRY AM, No.BP. 1010334025

ENVIRONMENTAL HEALTH HOUSE FACTORS ASSOCIATED WITH LUNG TUBERCULOSIS IN THE WORK AREA HEALTH CENTRE UJUANG GADIANG SUB DISTRICT LEMBAH MELINTANG, DISTRICT PASAMAN BARAT, IN 2012.

xiv +75 pages, 11 tables, 4 pictures, 6 attachments

ABSTRACT

Tuberculosis is caused Mycobacterium Tuberculosis, it is one of the direct infectious disease that remains a serious health problem in many countries around the world. Indonesia is a developing country that ranked the fifth. Pasaman Barat is the fourth in Sumatra Barat. it found 598 people infected with TB and 399 of them were smear positive lung TB patients, in 2011.

The researc used a case control study design. Sample consisted of two groups, that is the case group were 52 samples and control group were 52 samples. The aims of this object is knew the relationship environmental health house factors with the incidence of lung TB disease in the Work Area Health Center Ujuang Gadiang, Sub District Lembah Melintang, District Pasaman Barat in 2012.

Conclusion of bivariate analysis showed that there were related between lung tuberculosis and humidity (p<0,005) and risk factor (OR=6,024), lighting (p<0,005) and risk factor (OR=4,632), Floor (p<0,005) and risk factor (OR=2,486), wall (p=0,005) and risk factor (OR=15,640). While the ventilation variables in this survey the results obtained no significant with the incidence of lung tuberculosis (p> 0.05).

Multivariate analysis reported that the most dominant factor is wall in the work area health centre Ujuang Gadiang for the incidence of lung tuberculosis, (p <0,005) and risk factor (OR= 17.756).

Recommended increased efforts to crawl against lung TB patients, home improvement with more attention to environmental sanitation aspects of a healthy home

Bibliography: 35 (1994-2011)

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azazi manusia, setiap individu berhak untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan

salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Dalam pembangunan kesehatan diharapkan masyarakat mempunyai

kesadaran, kemauan, dan kemampuan serta mandiri untuk dapat hidup sehat dan tercapai

kesehatan yang optimal.

Penyakit menular adalah salah satu permasalahan kesehatan yang masih sulit untuk

ditanggulangi, baik itu penyakit menular langsung maupun tidak langsung. TB yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan salah satu penyakit menular langsung

yang masih menjadi permasalahan kesehatan yang serius di banyak negara di dunia.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis.1 hal ini disebabkan oleh semakin memburuknya situasi TB dunia, terutama pada

22 negara dengan masalah TB besar (High Burden Countries), pada tahun 1993, WHO

mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia.1

Pada Tahun 1995, terdapat 9 Juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di

seluruh dunia (WHO, 1997). Persentase TB saat itu yaitu 95 % kasus TB dan 98 % kematian

akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga kematian wanita

akibat TB lebih banyak daripada kematian yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan

(6)

Meluasnya infeksi HIV/AIDS di berbagai negara turut menyebabkan semakin

tingginya prevalensi penyakit TB, karena terjadi koinfeksi TB HIV. Di dunia saat ini terdapat

40 Juta ODHA, 1/3 nya telah terinfeksi TB. TB merupakan penyebab kematian utama pada

pasien HIV. Dengan meningkatnya kasus TB HIV, maka akan meningkatkan beban kasus TB

aktif serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas terkait HIV pada pasien TB. 1

Secara umum perjalanan alamiah penderita TB yang tidak diobati setelah lima tahun

akan berakibat 50 % dari penderita akan meninggal dunia, 25 % akan sembuh dengan daya

tahan tubuh yang tinggi, dan 25 % tetap sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO, 1996).

Apabila kasus kronik ini tidak segera ditemukan dan diobati maka akan tetap menjadi sumber

penularan terhadap manusia lainnya dan semakin meluasnya penyakit TB yang sulit untuk

dikendalikan. 1

Berdasarkan hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004, didapatkan hasil

prevalensi TB nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara regional, insiden TB untuk wilayah

Sumatera yaitu 160 per 100.000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa insiden TB wilayah

sumatera menduduki peringkat ke dua terbanyak setelah wilayah Indonesia Timur yaitu 210

per 100.000 penduduk. 2

Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-5 di dunia setelah India,

Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria (WHO, 2009). Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia

sekitar 5,8% dari total jumlah pasien TB di dunia. Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus

baru dan kematian 62.246 orang. 1

Sumatera Barat sebagai salah satu propinsi di Indonesia juga mempunyai permasalahan

penyakit TB yang tinggi. Berdasarkan hasil survei tuberculin di Sumatera Barat pada tahun

2006, didapatkan angka prevalensi infeksi tuberculosis pada anak sekolah dasar kelas satu,

dua dan tiga sebesar 7.9% ( 6.0 – 9.7% dan annual risk of tuberculosis infection dari estimasi

(7)

Pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Barat telah ditemukan dan diobati sekitar 6.706

penderita TB dan 4.587 diantaranya adalah penderita TB BTA Positif yang merupakan sumber

penularan terhadap orang lain. Penemuan tersebut masih belum mencapai target nasional.

Penemuan penderita BTA Positif yang diperkirakan adalah 7.693 penderita. 4(Dinas Kesehatan

Propinsi Sumatera Barat, 2011).

TB di Kabupaten Pasaman Barat, juga menjadi permasalahan yang serius dan

merupakan salah satu penyebab kematian. Pada tahun 2011 ditemukan 598 penderita TB dan

penderita TB BTA Positif adalah 399 orang dari penderita yang ditemukan. Target penemuan

penderita TB BTA Positif Kabupaten Pasaman Barat sebesar 538 orang. Sekitar 197 orang

diperkirakan masih belum dapat ditemukan dan diobati. Penderita TB BTA Positif ini akan

menularkan kepada orang lain, diperkirakan 1 orang penderita TB BTA positif akan dapat

menularkan 10 -15 orang.

Menurut rengking, Kabupaten Pasaman Barat merupakan peringkat ke 4 penyumbang

kasus TB terbanyak di Provinsi Sumatera Barat setalah Kota Padang, Kabupaten Padang

Pariaman, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Tingginya penderita TB di Kabupaten Pasaman

Barat merupakan beban yang berat bagi pemerintahan karena tingginya biaya yang diperlukan

untuk penanggulangan penyakit tersebut.4

Wilayah kerja Puskesmas Ujung Gading merupakan daerah yang setiap tahunnya

mempunyai insiden penyakit TB tertinggi di Kabupaten Pasaman Barat, berdasarkan data

penemuan kasus TB Paru BTA Positif : Tahun 2009 ditemukan dan diobati 67 penderita (CDR

106,3%), Tahun 20kkm10 ditemukan dan diobati 64 penderita (CDR 101,6%) dan pada tahun

2011 ditemukan dan diobati sejumlah 69 orang (CDR 109,5%), (Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat, 2012). Sedangkan target penemuan penderita BTA positif di wilayah kerja

(8)

telah mencapai CDR (Case DetectionRate) selama tiga tahun terakhir di atas 100%, jauh

melampaui target CDR nasional dalam hal penemuan penderita, sebesar 70%.

Selain dari sisi kesehatan, Penyakit Tuberkulosis juga telah meyebabkan permasalahan

yang sangat serius dan menimbulkan dampak besar terhadap kehidupan serta menimbulkan

kerugian ekonomi, karena sekitar 75% penderita TB adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15-50) tahun. Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan

kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal ini berakibat pada kehilangan

pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 – 30%. Jika meninggal akibat TB, maka akan

kehilangan pendapatan sekitar 15 Tahun.1 Selaian dari segi ekonomi, TB juga memberikan

dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Faktor risiko yang berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit tuberkulosis paru

dikelompokkan menjadi 2 kelompok faktor risiko, yaitu faktor risiko kependudukan (jenis

kelamin, umur, status gizi, kondisi sosial ekonomi) dan faktor risiko lingkungan (kepadatan,

lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, dan ketinggian). 6 Lingkungan rumah

merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan

penghuninya karena sebagian besar waktu aktivitas manusia adalah didalam rumah, sehingga

apabila kondisi rumah tidak sehat akan menimbulkan dampak yang buruk pada penghuninya.

Thesis Siti Fatimah pada tahun 2009 di Kabupaten Cilacap (Kecamatan : Sidareja,

Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara kesehatan lingkungan rumah (Kepadatan, Ventilasi,

Pencahayaan, Lantai dan Dinding rumah) dengan kejadian penyakit TB Paru.6 Azwar Musadad

Tahun 2002 di Kabupaten Tangerang, dalam penelitianya yang berjudul Hubungan Faktor

Lingkungan Rumah Dengan penularan TB Paru Kontak Serumah mendapatkan hasil bahwa

ada hubungan yang bermakna antara masuknya sinar matahari langsung dalam rumah dengan

(9)

Hasil observasi awal yang penulis lakukan pada tanggal 3 Maret 2012, di wilayah kerja

Puskesmas Ujuang Gadiang terhadap kondisi lingkungan perumahan dari sepuluh penderita

TB Paru, ditemukan 80% mempunyai ventilasi yang buruk, yaitu kurang dari 10 % luas lantai

sebagaimana yang dipersyaratkan untuk sebuah rumah sehat, 90% rumah penderita

mempunyai pencahayaan yang tidak memenuhi standar rumah sehat (60 lux meter), dan 70 %

mempunyai kepadatan rumah yang tinggi, seharusnya tiap jiwa menempati 3 M².

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor kesehatan

lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ujung Gading,

Kecamatan Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada hubungan faktor kesehatan lingkungan rumah dengan kejadian TB

Paru di Wilayah kerja Puskesmas Ujuang Gadiang, Kec. Lembah Melintang, Kab.

Pasaman Barat tahun 2012?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor kesehatan lingkungan rumah, dengan kejadian

penyakit TB Paru, dan besar resiko kejadian penyakit TB Paru di Wilayah kerja

Puskesmas Ujuang Gadiang, Kec. Lembah Melintang, Kab. Pasaman Barat Tahun

(10)

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Menganalisa hubungan dan besar risiko faktor kepadatan penghuni rumah dengan

kejadian TB Paru di Puskesmas wilayah kerja Ujuang Gadiang tahun 2012.

1.3.2.2. Menganalisa hubungan dan besar risiko faktor ventilasi rumah dengan kejadian TB

Paru di Puskesmas wilayah kerja Ujuang Gadiang tahun 2012.

1.3.2.3. Menganalisa hubungan dan besar risiko faktor pencahayaan dengan kejadian penyakit

TB Paru di Puskesmas wilayah kerja Ujuang Gadiang tahun 2012.

1.3.2.4. Menganalisa hubungan dan besar risiko faktor lantai rumah dengan kejadian penyakit

TB Paru di Puskesmas wilayah kerja Ujuang Gadiang tahun 2012.

1.3.2.5. Menganalisa hubungan dan besar risiko faktor dinding rumah dengan kejadian

penyakit TB Paru di Puskesmas wilayah kerja Ujuang Gadiang tahun 2012.

1.3.2.6. Diketahuninya faktor kesehatan lingkungan rumah yang paling dominan yang

berhubungan dengan kejadian penyakit TB Paru di Puskesmas wilayah kerja Ujuang

Gadiang tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk memberikan pengalaman bagi peneliti agar dapat berpikir secara sistematik dan

teoritis di dalam menelaah suatu masalah yang berhubungan dengan pelayanan

(11)

1.4.2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas untuk lebih meningkatkan upaya kesehatan

masyarakat khususnya TB Paru.

1.4.3. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat dan sebagai

informasi dalam mengambil kebijakan khususnya kebijakan yang berhubungan dengan

TB Paru.

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lanjutan dalam melakukan

penelitian tentang TB Paru.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul ”Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan

Dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Ujuang Gadiang Kecamatan

Lembah Melintang, Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012. Variabel yang akan diteliti

adalah variabel Independen yang meliputi variabel kepadatan Penghuni, Ventilasi,

Pencahayaan, Lantai, dan dinding rumah dan variabel Dependen yaitu Kejadian

(12)

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan

Biasanya untuk menyelesaikan permasalahan subyek dan istrinya tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, menurutnya ketika sedang mengalami masalah dengan istri paling lama dua hari

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah dapat merencanakan dan menentukan tebal perkerasan serta alternatif perbaikan tanah dasar guna mencegah

Membawa kelengkapan dokumen asli atau dokumen yang dilegalisir oleh. pihak yang berwenang sebagaimana yang telah disampaikan

keamanan, persepsi kemudahan penggunaan, kualitas layanan, kepercayaan pelanggan, pelanggan internet banking signifikan terhadap adopsi internet banking sedangkan umpan

Pada buku ajar yang digunakan tidak terjadi miskonsepsi, pada materi katabolisme karbohidrat, tetapi bahan ajar yang digunakan masih terdapat pengetahuan yang kurang

Untuk membuat web telah terdapat banyak software yang beredar di pasaran tetapi dari semua software tersebut masih terdapat banyak kekakuan atau kekurangan sehingga web tidak

Aplikasi Interaktif Learning Untuk Prasekolah ini merupakan sebuah aplikasi multimedia yang berisikan pelajaran tentang mengenal huruf, angka, bangun ruang, warna dan dilengkapi