• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIAN EKSKRESI YODIUM URIN PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD N 027 OLO LADANG KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEDIAN EKSKRESI YODIUM URIN PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD N 027 OLO LADANG KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MEDIAN EKSKRESI YODIUM URIN PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

DI SD N 027 OLO LADANG KECAMATAN PADANG BARAT

KOTA PADANG

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran

oleh

MIA PUSPITA No.BP. 1010312044

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

ABSTRAK

MEDIAN EKSKRESI YODIUM URIN PADA ANAK USIA 6 12 TAHUN

DI SD NEGERI 027 OLO LADANG KECAMATAN PADANG BARAT KOTA PADANG

Oleh

Mia Puspita

Latar belakang: Yodium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan tubuh sebagai

bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Seseorang bisa mengalami Gangguan

Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) apabila asupan yodium tidak mencukupi. GAKY

biasanya ditemukan di daerah pegunungan, namun sekarang GAKY juga ditemukan di

dataran rendah bahkan di daerah pantai, seperti yang terjadi di gugus pulau Halmahera

Utara-Barat.

Tujuan penelitian: untuk melihat gambaran ekskresi yodium urin pada siswa usia 6-12

tahun di SD N 27 Olo Ladang, dimana sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang

berada di sekitar pantai di kota Padang.

Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain Cross

Sectional yang dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai Juli 2013 di SD N 27 Olo

Ladang Padang. Subjek penelitian adalah 62 siswa sekolah dasar yang telah memenuhi

kriteria inklusi, kemudian diambil urinnya untuk dilakukan pemeriksaan kadar yodium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 subjek penelitian, 22 (35,5%) diantaranya

memiliki nilai ekskresi yodium urin tidak mencukupi, 38 (61,3%) memiliki ekskresi

yodium urin cukup, 1 (1,6%) memiliki ekskresi yodium urin lebih dari cukup, dan 1 (1,6%)

memiliki ekskresi yodium urin berlebihan. Dari hasil yodium tersebut, nilai median dari

ekskresi yodium urin para responden adalah 118,5µg/L.

(3)

ABSTRACT

THE MEDIAN URINARY IODINE EXCRETION IN CHILDREN AGED 6-12 YEARS IN

THE STATE ELEMENTARY SCHOOL NUMBER 27 OLO LADANG

THE SUB-DISTRICT OF WEST PADANG, PADANG

by:

Mia Puspita,

Backgroud: Iodine is a mineral needed by the body as a basic material in the formation of

thyroid hormones. One can experience Iodine Deficiency Disorders (IDD) if insufficient

iodine takes place. IDD is usually found in mountainous areas, but now the IDD is also

found in the lowlands, even the coastal areas, as it happened in the group of islands on the

North-West Halmahera.

Purpose: to see the description of the urinary iodine excretion in the 6012 years old

students in the state elementary school number 27 Olo Ladang, which is located around the

coastal area of Padang.

Methods: this study is a descriptive research with the Cross Sectional design conducted in

November 2012 to July 2013 in the state elementary school number 27 Olo Ladang,

Padang. The subjects were 62 elementary school students who have met the inclusion

criteria. Then their urine were taken for examination of the urine iodine levels.

Results: from 62 subjects of the study, 22 (35,5%) of them had insufficient urinary iodine

excretion, 38 (61,3%) of them had sufficient urinary iodine excretion, 1 (1,6%) of them

had more than sufficient urinary iodine excretion, and 1 (1,6%) of themhad excessive

urinary iodine excretion. From this research, median value of the urinary iodine excretion

respondents is 118,5µg/L.

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Yodium merupakan “trace elements” yang dibutuhkan tubuh

sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh

kekurangan yodium, pembentukan hormon tiroid akan berkurang, sehingga

terjadi peningkatan pembentukan TSH oleh hipofise dan merangsang

peningkatan aktifitas tiroid yang berujung pada pembesaran kelenjar (Gibney,

2009). Bahan makanan yang banyak mengandung yodium adalah “seafood”,

selain itu juga terdapat dalam buah-buahan dan sayuran seperti stroberi, apel.

dan jeruk, tergantung pada kandungan yodium dalam tanah dan air tempat

tumbuhan tersebut ditanam (Sudoyo, 2009).

Yodium merupakan zat yang mudah larut dalam air. Jika terjadi

erosi, air dengan mudah mengikis yodium dari permukaan tanah dan

kemudian dibawa ke laut. Pengikisan yodium mengakibatkan tanah

pegunungan mengalami kekurangan yodium sehingga penyakit gondok sering

ditemukan di daerah pegunungan, seperti pegunungan Alpen, Himalaya,

Andes, Bukit Barisan, dan beberapa pegunungan lain (Sudoyo, 2009).

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) juga sering ditemukan pada

daerah terpencil dan terisolasi yang mengonsumsi makanan hanya dari

produk yang mereka tanam sendiri (Geissler, 2005). Selain di pegunungan,

(5)

Belanda, dan bahkan di daerah pantai, seperti di Yunani, Jepang, Pantai

Kebumen di Jawa Tengah dan Kepulauan Maluku (Sudoyo, 2009).

Masih banyak masyarakat yang kurang memahami manfaat

yodium. Pada tahun 1990, lebih dari 1,57 miliar penduduk di bumi ini

menderita defisiensi yodium (Delange, 2002). Sekitar 50 juta anak

mengalami gangguan akibat kekurangan yodium dalam berbagai derajad, dan

setiap tahunnya didapati 100 ribu kasus kretin baru (Quazi, 1997).

Asia tenggara merupakan penyumbang paling besar kasus GAKY

di dunia, yaitu sekitar 486 juta penduduk nya didapati mengalami kekurangan

yodium, terutama di negara Indonesia, Myanmar, dan Thailand (Quazi,

1997). Jumlah penderita GAKY di Indonesia mencakup lebih dari 14 juta

penduduk, 750 ribu orang menderita kretin, 10 juta orang menderita gondok,

dan 3,5 juta orang menderita gangguan lain (Arisman, 2004).

GAKY tidak hanya disebabkan oleh kekurangan asupan yodium,

tetapi juga akibat mengkonsumsi zat goitrogen. Mengonsumsi zat goitrogenik

(CN, Br, Cl, F, alcohol) berperan dalam timbulnya kejadian penyakit

gondok, karena metabolisme makanan tersebut menghasilkan tiosianat yang

akan menekan ambilan yodium oleh kelenjar tiroid.. Contoh makanan yang

mengandung zat goitrogenik adalah singkong, kol, dan rebung (Geissler,

2005).

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi

prevalensi GAKY terhitung cukup banyak. Salah satunya pada tahun 1990,

pemerintah mengeluarkan aturan mengenai penambahan yodium ke dalam

(6)

iodinisasi garam secara nasional, membuahkan hasil. Peraturan mengenai

pembuatan garam beryodium dan tanggapan yang baik dari produsen garam

mengenai peraturan tersebut berhasil menurunkan angka prevalensi penyakit

gondok (Gibney, 2009).

Tahun 1980, di Asia Tenggara dan India terjadi perubahan

epidemiologi kejadian penyakit gondok. Penyakit gondok tidak hanya

ditemukan di daerah pegunungan sebagai akibat pengikisan yodium oleh air

hujan, tapi juga ditemukan di daerah dataran rendah, di sepanjang aliran

sungai, dan bahkan disekitar pantai (Guyton, 1991).

Penyakit gondok di dataran rendah disebabkan air bah yang sering

terjadi, sehingga menghanyutkan yodium yang terkandung dalam tanah,

seperti lembah sungai gangga di India, Pakistan, dan Bangladesh (Arisman,

2004). Selain di dataran rendah, penyakit gondok juga ditemukan di sekitar

pantai .

Berdasarkan hasil Survey Nasioal Gondok tahun 1980/1982 dan

hasil survey tahun 1995/1996, gugus pulau Halmahera Utara-Barat memiliki

TGR 54,7%, ini berarti wilayah ini termasuk endemik berat, padahal wilayah

Kabupaten Halmahera Utara merupakan kawasan pesisir, dimana memiliki

sumber daya alam yang mengandung cukup yodium, seperti ikan dan rumput

laut (Devi C.B, John Haluan, Domu Simbolon, 2009). Selain itu, hasil

pemetaan GAKY nasional tahun 1996/1998, didapati juga bahwa daerah

pantai di Maluku termasuk daerah gondok endemik (Depkes, 1998).

Kejadian gondok yang meningkat di dataran rendah dan daerah sekitar pantai

(7)

Dari temuan di atas, peneliti ingin melakukan survey untuk

mengetahui angka kejadian gangguan akibat kekurangan yodium pada anak

usia 6-12 tahun di daerah sekitar pantai di kota Padang. Indikator yang dapat

dipakai dalam menilai gangguan akibat kurang yodium dalam suatu populasi

adalah mengukur kadar yodium yang di ekskresikan dalam urin.

1.2 Rumusan Masalah

Berapa kadar yodium yang di ekskresikan dalam urin pada anak

usia 6-12 tahun di sekitar pantai di Kota Padang ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

median ekskresi yodium urin pada anak usia 6-12 tahun di daerah

sekitar pantai di kota Padang.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui kadar yodium yang diekskresikan dalam urin

pada anak usia 6-12 tahun di sekitar pantai di kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tambahan di bidang ilmu kedokteran mengenai

adanya pergeseran epidemiologi pada kejadian GAKY.

2. Memberikan informasi tambahan bagi pemerintah dalam menilai tingkat

(8)

3. Sebagai masukan kepada para ilmuan dan ahli dibidang kedokteran untuk

mencari informasi mengenai faktor lain yang menyebabkan gangguan

akibat kekurangan yodium di sekitar pantai selain yodium.

(9)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Yodium

2.1.1. Definisi

Yodium adalah zat makanan yang tergolong kedalam mineral

mikro, bersifat mudah larut dalam air, dan diperlukan oleh hampir semua

makhluk hidup sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid.

2.1.2. Fungsi

Yodium merupakan bahan dasar untuk sintesis hormon tiroid yang

berlangsung di dalam kelenjar tiroid. Hormon tiroid memainkan peranan

yang penting dalam pengaturan metabolisme tubuh (Gibney, 2009).

Fungsi hormon tiroid adalah meningkatkan metabolisme

karbohidrat dan lemak, meningkatkan aliran darah dan curah jantung,

meningkatkan motilitas saluran cerna serta memiliki efek merangsang

terhadap peningkatan kerja sistem saraf pusat (Guyton, 2008). Kekurangan

asupan yodium menyebabkan penurunan jumlah hormon tiroid yang

dibentuk. Hal ini akan menimbulkan banyak efek negatif terhadap tubuh.

Dampak defisiensi yodium terbesar adalah terjadi gangguan terhadap

perkembangan susunan saraf pusat termasuk intelegensi (Sudoyo, 2009).

Defisiensi yodium yang mengganggu perkembangan otak manusia

(10)

WHO menyebutkan bahwa “defisiensi yodium merupakan satu-satunya

penyebab penting kerusakan otak yang dapat dicegah (Sudoyo, 2009).

2.1.3. Metabolisme Yodium

a. Trapping (Penjeratan)

Iodida yang ditelan bersama makanan akan diserap pada saluran

cerna. Dari saluran cerna, yodium akan masuk kedalam sirkulasi, kira-kira

seperlima dari yodium yang ada di sirkulasi akan dipergunakan oleh

kelenjar tiroid untuk sintesis hormon tiroid (Guyton, 2008).

Iodida yang ada di dalam darah akan ditarik masuk ke dalam

sel-sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel-sel tiroid mempunyai

kemampuan yang spesifik untuk memompakan iodida secara aktif ke

bagian dalam sel (Guyton, 2008). Kecepatan penjeratan iodida oleh tiroid

tergantung kadar TSH yang dilepas oleh kelenjar hipofisis. Pada kondisi

defisiensi yodium, pembentukan TSH akan mengalami peningkatan,

sehingga aktifitas pompa iodida juga akan meningkat (Gibney, 2009).

b. Oksidasi

Iodida yang sudah masuk kedalam kelenjar tiroid akan diubah

menjadi yodium yang teroksidasi (Guyton, 2008). Proses oksidasi ion

iodida ini dilakukan oleh enzim peroksidase dan penyertanya hydrogen

peroksidase (Gibney, 2009).

Retikulum endoplasma dan badan golgi pada sel tiroid akan

mensekresi molekul glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin (Guyton,

(11)

merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodida yang sudah

teroksidasi untuk membentuk hormon tiroid. Enzim peroksidase terletak

di bagian apikal membran sel, sehingga menempatkan yodium yang

teroksidasi tadi pada tempat molekul tiroglobulin mula-mula dikeluarkan

dari badan golgi (Guyton, 2009).

c. Organifikasi

Pengikatan yodium dengan molekul tiroglobulin dinamakan

organifikasi tiroglobulin. Proses tersebut dapat berlangsung selama

beberapa detik atau beberapa menit melalui kerja enzim iodinase (Guyton,

2008).

Penggabungan yodium dengan tiroglobulin akan membentuk

monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT). Apabila sebuah molekul

DIT terangkai dengan molekul DIT, maka akan terbentuk tetraiodotironin

atau tiroksin (T4). Apabila sebuah molekul MIT terangkai dengan molekul

DIT, maka akan terbentuk triiodotironin (T3) (Gibney, 2009).

d. Pelepasan

Lisosom pada sel tiroid akan menghasilkan enzim protease yang

akan mencernakan molekul-molekul tiroglobulin dan melepaskan T3 dan

T4 dalam bentuk bebas. Hormon yang sudah bebas akan berdifusi masuk

ke pembuluh-pembuluh kapiler di sekitar (Guyton, 2008).

Sekresi T3 dan T4 dari kelenjar tiroid berlangsung di bawah

pengaruh TSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise, sedangkan

pembentukan TSH distimulasi oleh TRH yang dihasilkan oleh

(12)

pembentukan TSH, sehingga pembentukan hormon tiroid akan menurun

dan menormalkan jumlah T4 yang ada di dalam darah, sedangkan apabila

kadar T4 rendah, pembentukan TSH akan dirangsang dan meningkatkan

aktifitas kelenjar gondok dalam pembentukan hormon tiroid (Gibney,

2009).

Pasokan yodium yang sangat terbatas ke dalam kelenjar tiroid

akan menyebabkan kelenjar tersebut memproduksi lebih banyak T3 (yang

bekerja lebih aktif dari T4) sementara produksi T4 menjadi lebih sedikit

(Gibney, 2009). Kadar T4 yang rendah akan menimbulkan efek negatif

terhadap otak, karena otak hanya dapat mengambil T4 dan bukan T3,

sehingga fungsi otak akan terpengaruh jika kadar T4 rendah sekalipun

kadar T3 cukup untuk melaksanakan fungsi pada jaringan tubuh yang lain

(Gibney, 2009).

Pasokan yodium yang sangat minimal pada kelenjar tiroid juga

akan mengakibatkan tiroglobulin yang tidak mengandung hormon tiroid

(T3 atau T4) dilepaskan ke dalam sirkulasi darah (Gibney, 2009).

Peningkatan kadar tiroglobulin di dalam sirkulasi menjadi salah satu

indikator defisiensi yodium yang sudah berlangsung selama

berbulan-bulan atau bertahun-tahun (Gibney, 2009).

2.1.4. Kebutuhan Yodium

Asupan yodium yang dianjurkan dari makanan untuk berbagai

kelompok umur dan ibu hamil serta menyusui dapat dilihat pada tabel

(13)

Tabel 2.1: Asupan Iodium dari makanan yang direkomendasikan oleh WHO/

Iodium, Gibney,Michael J, Barrie M. Margetts, John M. Kearne,

2009).

2.1.5. Sumber Yodium

Laut merupakan sumber utama yodium, dengan demikian

makanan laut seperti ikan, kerang-kerangan dan rumput laut merupakan

sumber pangan yang kaya dengan yodium (Gibney, 2009). Siklus ekologis

yodium di alam dimulai dalam bentuk uap air laut (yang mengandung

yodium) yang dibawa oleh angin dan awan ke wilayah daratan. Uap air laut

yang mengandung yodium tersebut akan jatuh sebagai air hujan dan

menggantikan lapisan permukaan tanah yang kehilangan yodium. Sebagian

yodium yang terkandung di dalam tanah akan masuk ke dalam air minum dan

sejumlah kecil masuk kedalam tanaman, hewan, dan produk pangan seperti

sereal, kacang-kacangan, buah, sayuran, daging, susu, serta telur (Gibney,

2009).

Defisiensi yodium sering ditemukan di daerah pegunungan dan

wilayah lain yang sering mengalami pengikisan tanah. Defisiensi yodium

juga umum terjadi pada daerah tempat makanan laut tidak biasa dikonsumsi,

(14)

rendah pada tanah dan air yang biasa dipakai untuk minum dan irigasi

tanaman pangan (Gibney, 2009).

Kandungan yodium dalam tanaman tergantung pada tanah tempat

tanaman tersebut ditanam. Semakin tinggi kadar yodium dalam tanah,

semakin tinggi pula yodium yang terdapat dalam tanaman tersebut (Kapil,

2003).

Tabel 2.2: kandungan yodium makanan dari 2 tempat yang berbeda (µg yodium per 100g berat kering)

Sampel makanan Non-Endemik Endemik (TGR 45%)

Beras 36-48 3,8-15,3

Jagung 32-34 6,0-15,0

Biji bayam 73-86 6,4

Daun bayam 130-170 8,2-36

Ketimun 36 28,2

Kedelai 49 4,4

Selain makanan yang mengandung yodium, juga terdapat

makanan yang bekerja berlawanan, seperti makanan yang mengandung

goitrogen. Goitrogen dapat menghambat ambilan iodida oleh kelenjar tiroid.

Goitrogen biasa terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan yang tergolong kedalam

genus brassica, yaitu seperti kol, lobak, taoge, brokoli, dan sejumlah

makanan pokok seperti singkong, jagung, dan buncis. Sebagian besar

Gambar

Tabel 2.1: Asupan Iodium dari makanan yang direkomendasikan oleh WHO/
Tabel 2.2:  kandungan yodium makanan dari 2 tempat yang berbeda (µg yodium per 100g berat kering)

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini bahan tambah yang digunakan adalah plastik jenis polystyrene (PS) sebagai bahan substitusi aspal serta penggunaan abu sekam padi sebagai filler

Karena 1 dan 3 bilangan ganjil serta banyaknya Tetromino-T ada 25 yang juga merupakan bilangan ganjil maka ke-25 Tetromino-T tersebut akan menutupi sejumlah

Hasil survei dan observasi sumberdaya alam berbasisi ekoregion di lapangan yang telah teridentifikasi sebanyak 3 bentuk bentanglahan yang terdiri dari dataran

kami sampaikan Peringkat Teknis Peserta Penawaran E-Seleksi Umum Pengawasan Teknik Pekerjaan Peningkatan Kapasitas Transaksi Gerbang Tol Cikarang Utama dan Penambahan

meningkat berarti akan terjadi peningkatan pendapatan bunga lebih dari pada. peningkatan biaya bunga sehingga pendapatan bank meningkat, laba

Peran BMT dalam menggerakkan usaha kecil tetap menjadi ujung tombak // Namun demikian beberapa masalah masih melingkupi perkembangan BMT / diantarannya sumber daya manusia yang

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal kecuali bagi salah satu dari tiga keadaan : (1) seseorang

Menurut  Sembiring  (1995),  model  regresi  adalah  model  yang  memberikan  gambaran mengenai hubungan antara variabel bebas  X  dengan variabel tak bebas   Y