PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED)
UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS
DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
MIA KHAERUNNISA
0902044
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED)
UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS
DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA
Oleh
Mia Khaerunnisa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Mia Khaerunnisa 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN METODE EXPERIMENTING AND DISCUSSION (ED)
UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS
DAN MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA
Oleh:
Mia Khaerunnisa NIM.0902044
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I,
Dra. Heni Rusnayati, M.Si NIP. 196102021989012001
Pembimbing II,
Winny Liliawati, S.Pd, M.Si. NIP. 197812182001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) untuk Mengetahui
Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep
Siswa SMA
Mia Khaerunnisa, NIM. 0902044, Pembimbing I: Dra. Heni Rusnayati, M.Si., Pembimbing II: Winny Liliawati, S.Pd, M.Si., Jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA UPI
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penguasaan konsep yang masih rendah, dimana nilai ulangan harian siswa dibawah KKM dan dalam proses pembelajaran tidak melatihkan keterampilan proses sains. Sehingga dilakukan penelitian untuk memperoleh profil keterampilan proses sains dan mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa. Desain penelitian adalah One Group Pretest-Posttest Design menggunakan pembelajaran dengan metode Experimenting and Discussion (ED). Sampel penelitian adalah salah satu kelas X pada SMA di Cimahi yang berjumlah 35 siswa. Pengambilan data pada penelitian ini melalui lembar observasi keterampilan proses sains dengan delapan aspek keterampilan proses sains, tes keterampilan proses sains berupa soal pilihan ganda 12 soal dengan tiga aspek keterampilan proses sains untuk post-test, tes penguasaan konsep berupa soal pilihan ganda 28 soal untuk pre-test dan post-test. Setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED) diperoleh persentase rata-rata keterampilan proses sains berdasarkan lembar observasi sebesar 76,35%, berdasarkan tes keterampilan proses sains sebesar 79,43% dan rata-rata gain ternormalisasi penguasaan konsep siswa sebesar 0,66. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Experimenting and Disscussion (ED) dapat memperoleh profil keterampilan proses sains dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.
Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) untuk Mengetahui
Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep
Siswa SMA
Mia Khaerunnisa, NIM. 0902044, Pembimbing I: Dra. Heni Rusnayati, M.Si., Pembimbing II: Winny Liliawati, S.Pd, M.Si., Jurusan Pendidikan Fisika
FPMIPA UPI
ABSTRACT
This research was suggested by the low level of mastery of concepts, where the value of daily students test score under KKM and the students learning process was not trained well with science process skills. So, the research was conducted to gain of the science process skills profile and to knowing gain students mastery of concepts. Research design was One Group Pretest and Posttest Design that teaching and learning processes used Experimenting and Disscussion (ED) method. Sample of this research was one of grade X in Senior High School in Cimahi with 35 students. The data in this study was retrieved through observation sheets of science process skills with eight aspects of science process skills, science process skills test in the form of questions about multiple choice of 12 question with three aspects of science process skills for post-test and test mastery of concepts in the form of questions about multiple choice 28 question for pretest-posttest. After the method of Experimenting and Discussion (ED) was applied, obtained an average percentage of science process skills based on observation sheet at 76.35%, based on science process skills test at 79.43 %, and average normalized gain student’s mastery of concepts at 0,66. Thus, it can be concluded that the application of Experimenting and Disscussion (ED)’s method can discover profile of science process skills, and gain student’s mastery of concepts.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Metode Experimenting and Discussion (ED) ... 8
B. Keterampilan Proses Sains ... 13
C. Penguasaan Konsep ... 15
D. Hubungan antara Metode Experimenting and Discussion (ED) dan Keterampilan Proses Sains ... 18
E. Kerangka Pemikiran ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Metode Penelitian... 22
B. Desain Penelitian ... 22
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
D. Instrumen Penelitian... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ... 25
F. Prosedur Penelitian... 27
G. Teknik Analisis Instrumen Tes ... 31
H. Teknik Pengolahan Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil Penelitian ... 42
B. Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
yang dipelajari dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Agar suatu proses penemuan dapat
dilaksanakan dengan baik, hendaknya proses pembelajaran dapat melatihkan
berbagai keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan
mata pelajaran Fisika ditingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
menyatakan bahwa mata pelajaran Fisika merupakan sarana mengembangkan
pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji
hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Selanjutnya, mata pelajaran Fisika
sebagai sarana menguasai konsep dan prinsip Fisika serta keterampilan dan
sikap ilmiah (Departemen Pendidikan Nasional, 2006). Selain itu, pada tahun
2013 ini, mulai dikembangkan kurikulum untuk memberikan pengalaman
belajar bagi siswa dalam mengembangkan sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
Dari uraian tersebut tampak bahwa penyelenggaran mata pelajaran Fisika di
SMA tidak hanya memperhatikan hasil akhirnya saja, tetapi dilihat juga pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Apabila proses pembelajaran baik, maka
akan didapatkan hasil akhir yang baik pula. Proses pembelajaran yang baik
yaitu proses pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman kepada siswa
untuk melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains pada
keterampilan memprediksi, keterampilan mengukur, keterampilan mengamati,
keterampilan mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data,
mendefinisikan secara operasional agar siswa dapat menguasai konsep dan
prinsip Fisika serta mengembangkan pengetahuannya.
Namun fakta dilapangan, berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui
observasi proses pembelajaran dan wawancara yang dilakukan di salah satu
SMA Negeri di kota Cimahi didapatkan bahwa secara umum proses
pembelajaran Fisika masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran hanya
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa (teacher center), dimana siswa
lebih banyak mendengar dan menulis informasi yang disampaikan oleh guru
sehingga keterampilan proses sains yang ada dalam diri siswa tidak terlatihkan.
Selain itu, berdasarkan nilai ulangan harian didapatkan bahwa masih banyak
siswa yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mata
pelajaran Fisika untuk kelas X di sekolah tersebut yaitu 70. Pada ulangan
harian pertama dimana proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen
terdapat 20 siswa yang nilainya dibawah nilai KKM dengan persentase
54,05%. Pada nilai ulangan harian kedua, ketiga dan keempat yang
menggunakan metode ceramah secara berturut-turut yaitu terdapat 25 siswa
dengan persentase 67,56%, terdapat 25 siswa dengan persentase 67,56% dan
terdapat 23 siswa dengan persentase 62,16% yang nilainya dibawah nilai
KKM. Dari data ulangan harian tersebut menunjukkan bahwa penguasaan
konsep siswa masih rendah.
Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat melatihkan
keterampilan proses sains dan meningkatkan penguasaan konsep siswa. Salah
satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode
Experimenting and Discussion (ED). Metode Experimenting and Discussion
(ED) merupakan penggabungan dari dua metode yaitu metode eksperimen dan
metode diskusi. Langkah-langkah metode Experimenting and Discussion (ED)
pada penelitian ini, yaitu: guru mengawali pertemuan dengan melakukan
percobaan didepan kelas, siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaan
dan mencatatnya, siswa memberikan penjelasan dari prediksi hasil percobaan
dan siswa dikelompokkan berdasarkan prediksinya, siswa melakukan
dilakukan dan mencatat hasil percobaan, siswa menyusun laporan percobaan,
siswa mempresentasikan laporan percobaan, kemudian berdiskusi antar
kelompok.
Metode Experimenting and Disscussion (ED) pernah diterapkan di suatu
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kroasia selama satu semester penuh pada
siswa kelas XII. Dari hasil penerapan metode tersebut, terdapat perubahan pada
sikap dan keyakinan siswa. Diharapkan metode ini juga dapat melatihkan
keterampilan proses sains yang ada dalam diri siswa dan adanya peningkatan
penguasaan konsep siswa SMA di Indonesia.
Dari uraian latar belakang diatas, penulis mengambil judul pada penelitian
ini adalah “Penerapan Metode Experimenting and Discussion (ED) untuk
Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMA”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:“Bagaimana profil keterampilan proses
sains dan peningkatkan penguasaan konsep siswa SMA setelah diterapkan
metode Experimenting and Discussion (ED)?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah diatas
dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana profil keterampilan proses sains siswa SMA setelah
diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED)?
b. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa SMA setelah
diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED)?
2. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam
a. Profil keterampilan proses sains dalam penelitian ini mengacu pada teori
Karen L. Ostlund pada level tiga. Profil keterampilan proses sains dilihat
melalui lembar observasi dan tes keterampilan proses sains. Pada lembar
observasi, profil keterampilan proses sains yang dilihat ada delapan
aspek yaitu keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi,
keterampilan mengukur, keterampilan mengamati, keterampilan
mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan
membuat grafik dan keterampilan mendefinisikan secara operasional
sedangkan pada tes keterampilan proses sains yang dilihat hanya ada tiga
aspek yaitu keterampilan berkomunikasi, keterampilan menginterpretasi
data dan keterampilan mendefinisikan secara operasional.
b. Peningkatan penguasaan konsep yang dimaksud adalah adanya
peningkatan skor penguasaan konsep antara skor pre-test sebelum
diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED) dan skor post-test
setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED).
Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif
menurut Anderson pada aspek C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3
(penerapan) dan C4 (analisis).
3. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu
metode Experimenting and Discussion (ED) sedangkan variabel terikat pada
penelitian ini yaitu keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa.
4. Definisi Operasional
a. Metode Experimenting and Discussion (ED)
Metode Experimenting and Discussion (ED) merupakan suatu metode
pembelajaran yang menggabungkan antara metode experimenting
(eksperimen) dan metode discussion (diskusi). Langkah Experimenting
and Discussion (ED) yaitu guru mengawali pertemuan dengan
melakukan percobaan didepan kelas kemudian siswa diminta untuk
untuk memberikan penjelasan dari prediksinya kemudian dikelompokkan
berdasarkan prediksinya. Untuk membuktikan prediksinya, siswa
melakukan percobaan, kemudian mengamati percoban dan menuliskan
data hasil percbaan. Setelah percobaan selesai, kemudian siswa
menyusun laporan percobaan dan mempresentasikan laporan percobaan,
dan terjadi diskusi antar kelompok. Instrumen metode Experimenting and
Discussion (ED) menggunakan format lembar observasi keterlaksanaan
metode Experimenting and Discussion (ED) dengan melihat aktivitas
guru dan aktivitas siswa. Hasil dari lembar observasi ini berupa skor
yang diolah untuk mengetahui persentase keterlaksanaan metode
Experimenting and Discussion (ED).
b. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah keterampilan ilmiah yang mencakup
keterampilan intelektual, manual dan sosial yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa yang
digunakan untuk menemukan, mengembangkan fakta, konsep dan prinsip
IPA. Profil keterampilan proses sains dalam penelitian ini mengacu pada
teori Karen L. Ostlund pada level tiga. Instrumen yang digunakan untuk
mengetahui keterampilan proses sains yaitu dengan menggunakan lembar
observasi dan tes keterampilan proses sains. Pada lembar observasi
terdapat tiga aspek keterampilan proses sains yang dilihat langsung oleh
observer selama proses pembelajaran menggunakan metode
Experimenting and Discussion (ED) yaitu keterampilan mengamati,
keterampilan mengukur dan keterampilan berkomunikasi sedangkan lima
aspek keterampilan proses sains yang lainnya dilihat dari Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) yaitu keterampilan memprediksi, keterampilan
mengumpulkan data, keterampilan menginterpretasi data, keterampilan
membuat grafik, dan keterampilan mendefinisikan secara operasional.
Hasil dari lembar observasi ini berupa skor yang diolah untuk
mengetahui profil keterampilan proses sains siswa. Tes keterampilan
keterampilan menginterpretasi data dan keterampilan mendefinisikan
secara operasional. Tes ini dilakukan pada saat post-test saja. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui profil keterampilan proses sains setelah
diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED).
c. Penguasaan Konsep
Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang tidak hanya sekedar
mengetahui atau menghapal konsep-konsep, melainkan juga benar-benar
memahaminya dengan baik, serta mampu menerapkannya dalam
menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu
sendiri, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep yang
digunakan yaitu kemampuan kognitif menurut Anderson. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa melalui tes dalam
bentuk pilihan berganda sebanyak 28 soal pada aspek C1 (pengetahuan)
dengan indikator mendefinisikan, C2 (pemahaman) dengan indikator
menentukan dan membandingkan, C3 (penerapan) dengan indikator
menentukan dan menerapkan, C4 (analisis) dengan indikator
menganalisis, menentukan dan mengelompokkan. Instrumen ini
diberikan sebanyak dua kali yaitu pada saat pre-test dan post-test.
Peningkatan penguasaan konsep dilihat dari skor pre-test dan skor
post-test.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Memperoleh gambaran profil keterampilan proses sains siswa.
2. Mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dengan penerapan metode Experimenting and Discussion
(ED) ini diharapkan dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran alternatif
dalam mengetahui profil keterampilan proses sains dan meningkatkan
E. Struktur Organisasi
Pada bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi. Pada bab II kajian pustaka terdiri dari metode Experimenting and
Discussion (ED), keterampilan proses sains, penguasaan konsep, hubungan
antara metode Experimenting and Discussion (ED) dan keterampilan proses
sains serta kerangka pemikiran. Pada bab III metodologi penelitian terdiri dari
metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, teknik analisis
instrumen tes dan teknik pengolahan data. Pada bab IV hasil penelitian dan
pembahasan terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan
temuan berkaitan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian
dan pembahasan atau analisis hasil temuan. Pada bab V kesimpulan dan saran
terdiri dari kesimpulan terhadap hasil analisis temuan penelitian, saran atau
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010:203). Pendapat yang selaras dikemukakan oleh Sukmadinata (2011:52) menyatakan bahwa
“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan
filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah
Pre-Experimental. Metode Pre-Experimental bertujuan untuk memperoleh data
dengan memanipulasi variabel-variabel yang sulit dikontrol. Penelitian yang
dilakukan didalam kelas tidak memungkinkan mengontrol semua variabel yang
relevan, sehingga masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel terikat, dimana hasil eksperimen yang merupakan
variabel terikat bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini
terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara
random. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode Quasi
Experiment, dimana metode ini menggunakan rancangan yang memungkinkan
dapat mengendalikan situasi yang ada.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group
pretest-posttest design. Pada desain ini, penelitian dilakukan pada satu kelas
saja sebagai kelas eksperimen dan tidak ada kelas kontrol sebagai pembanding.
Tes penguasaan konsep dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan
post-test, sehingga diharapkan akan terlihat pengaruh perlakuan (treatment)
terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa.
Sebelum perlakuan (treatment), siswa terlebih dahulu mengerjakan pre-test
berupa soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep siswa. Setelah
Experimenting and Discussion (ED). Selama diberi perlakuan (treatment)
metode Experimenting and Discussion (ED) dilihat bagaimana keterampilan
proses sains yang dimiliki siswa. Lalu setelah pembelajaran berakhir, siswa
diberi post-test berupa soal pilihan ganda untuk mengukur penguasaan konsep
siswa dan tes keterampilan proses sains. Secara sederhana desain penelitian
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
One Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2013:111)
Keterangan:
O1 = Pre-test (tes awal) dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan.
X = Treatment (perlakuan) yaitu penerapan metode Experimenting and
Discussion (ED).
O2 = Post-test (tes akhir) dilakukan setelah diberi perlakuan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2013:117).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kota Cimahi tahun ajaran 2012/2013
yang tersebar dalam sepuluh kelas.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut” (Sugiyono, 2013:118). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. “Nonprobability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel” (Sugiyono, 2013:122). Jenis nonprobability sampling yang digunakan yaitu sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik
pertimbangan dari peneliti sendiri dan saran guru mata pelajaran Fisika di
sekolah tersebut. Selain itu, dipertimbangkan pula jadwal pembelajaran Fisika
yang sesuai dengan peneliti, maka menetapkan kelas X-3 sebagai sampel
penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Menurut Arikunto (2010:193) mengungkapkan
bahwa “Instrumen penelitian secara garis besar digolongkan menjadi dua macam, yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes”. Instrumen yang bersifat tes digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa dan keterampilan
proses sains siswa sedangkan instrumen non-tes digunakan untuk
keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dan mengetahui
profil keterampilan proses sains. Materi pembelajaran dalam penelitian ini
adalah materi kalor. Perangkat pembelajaran untuk penelitian ini terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran dan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS). Penelitian dilakukan selama tiga kali pertemuan.
1. Instrumen Tes
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”
(Arikunto, 2010:193). Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur
penguasaan konsep siswa dan keterampilan proses sains siswa dengan
menggunakan soal objektif berupa tes pilihan berganda sebanyak 28 soal
dengan lima pilihan jawaban. Tes penguasaan konsep ini dilakukan dua kali
yaitu pre-test dan post-test sedangkan tes keterampilan proses sains hanya
dilakukan satu kali pada saat post-test saja.
Langkah-langkah untuk menyusun instrumen tes, yaitu:
a. Menyusun kisi-kisi untuk penyusunan instrumen penelitian, dalam hal ini
soal mata pelajaran Fisika SMA kelas X, materi kalor.
c. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat
kepada dua orang dosen dan satu orang guru Fisika.
d. Melakukan revisi dan melakukan judgment ulang.
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa yang memiliki
kesamaan dengan kelas sampel penelitian.
f. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
pada hasil uji coba instrumen.
2. Instrumen Non-Tes
Instrumen non-tes merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengetahui keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion (ED) dan
mengetahui profil keterampilan proses sains. Instrumen non-tes yang
digunakan berbentuk format observasi. “Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2011:220). Berdasarkan pengertiannya, maka observasi dilakukan pada pelaksanaan
pembelajaran dengan bantuan observer. Jenis observasi yang digunakan
yaitu observasi sistematis, yang dilakukan oleh observer dengan
menggunakan pedoman pengamatan. Pengisian lembar observasi dengan
metode check-list (√).
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data merupakan cara yang
dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung pencapaian tujuan
penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah:
1. Tes Penguasaan Konsep
Tes penguasaan konsep merupakan tes yang berbentuk pilihan berganda
yang berjumlah 28 soal dengan lima pilihan jawaban. Tes Penguasaan
konsep yang digunakan yaitu kemampuan kognitif menurut Anderson pada
aspek C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4
indikator mendefinisikan, sebelas soal pada aspek C2 (pemahaman) dengan
indikator menentukan dan membandingkan, delapan soal pada aspek C3
(penerapan) dengan indikator menentukan dan menerapkan, dan enam soal
pada aspek C4 (analisis) dengan indikator menganalisis, menentukan dan
mengelompokkan. Tes penguasaan konsep dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pre-test dan post-test. Hal ini dilakukan agar terlihat adanya
peningkatan penguasaan konsep siswa.
2. Tes Keterampilan Proses Sains
Tes keterampilan proses sains merupakan tes yang berbentuk pilihan
berganda yang berjumlah 12 soal dengan lima pilihan jawaban. Soal ini
terdiri atas dua soal pada keterampilan berkomunikasi, tujuh soal pada
keterampilan menginterpretasi data dan tiga soal pada keterampilan
mendefinisikan secara operasional. Tes ini dilakukan satu kali pada saat
post-test saja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil keterampilan
proses sains setelah diterapkan metode Experimenting and Discussion (ED).
3. Observasi Keterlaksanaan Metode Experimenting and Discussion (ED)
Format lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and
Discussion (ED) dengan melihat aktivitas guru dan siswa. Pengisian lembar
observasi dengan metode check-list (√). Dalam lembar ini juga terdapat kolom keterangan untuk memuat saran-saran observer terhadap
kekurangan-kekurangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Lembar
observasi ini kemudian dikoordinasikan kepada observer.
4. Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
Format lembar observasi keterampilan proses sains siswa berisi aspek-aspek
keterampilan proses sains yang mengacu pada teori Karen L. Ostlund pada
level tiga. Aspek keterampilan yang diukur yaitu keterampilan mengamati,
keterampilan memprediksi, keterampilan berkomunikasi, keterampilan
mengukur, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan
menginterpretasi data, keterampilan membuat grafik dan keterampilan
mendefinisikan secara operasional. Selain itu, berisi petunjuk pengisian
aspekyang diukur atas empat kriteria pencapaian, mulai dari skor satu yang
menandakan tidak tercapai (teramati) keterampilan yang diukur sampai
dengan skor empat yang menandakan teramatinya ketercapaian ideal dari
keterampilan yang diukur. Pengisian lembar observasi dengan metode
check-list (√). Pada pengisian lembar observasi ini ada tiga aspek keterampilan proses sains yang dilihat langsung oleh observer selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu keterampilan mengamati, keterampilan
mengukur dan keterampilan berkomunikasi sedangkan lima keterampilan
proses sains yang lainnya dilihat dari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yaitu
keterampilan memprediksi, keterampilan mengumpulkan data, keterampilan
menginterpretasi data, keterampilan membuat grafik, dan keterampilan
mendefinisikan secara operasional. Lembar observasi ini kemudian
dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman
terhadap isi dari lembar observasi tersebut.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa hal, yaitu:
a. Melakukan pengkajian dan penelaahan teori-teori terkait penelitian agar
penelitian berdasarkan teori yang kuat (studi pustaka). Hal ini dilakukan
untuk memperoleh informasi yang tepat mengenai metode Experimenting
and Discussion (ED), keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
sesuai dengan masalah yang dikaji.
b. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi observasi langsung proses
kegiatan pembelajaran Fisika di kelas, melakukan wawancara terhadap
guru mata pelajaran Fisika, menyebarkan angket pada siswa,
menganalisis nilai ulangan harian Fisika. Dengan cara seperti ini
diharapkan dapat mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan proses
c. Melakukan studi kurikulum SK dan KD mata pelajaran Fisika mengenai
materi yang akan dijadikan penelitian.
d. Menyusun perangkat pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) dengan bimbingan dari dosen pembimbing.
e. Menyusun instrumen penelitian seperti format observasi keterlaksanaan
metode Experimenting and Discussion (ED), format observasi
keterampilan proses sains, soal penguasaan konsep dan soal keterampilan
proses sains, dengan bimbingan dari dosen pembimbing.
f. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat untuk melaksanakan
penelitian dan membuat surat ijin penelitian.
g. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
h. Menyerahkan soal penguasaan konsep, soal keterampilan proses sains dan
lembar observasi keterampilan proses sains kepada dua orang dosen dan
guru mata pelajaran Fisika untuk di judgment.
i. Melakukan uji coba soal penguasaan konsep dan soal keterampilan proses
sains yang telah mendapatkan judgment.
j. Menganalisis hasil uji coba penguasaan konsep dan soal keterampilan
proses sains meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
reliabilitas sehingga layak dipakai untuk pre-test dan post-test.
l. Memilih dan berkoordinasi dengan observer, supaya penelitian berjalan
dengan lancar.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan beberapa hal, yaitu:
a. Memberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai
penguasaan konsep.
b. Memberikan treatment (perlakuan) dengan menggunakan metode
Experimenting and Discussion (ED).
c. Melakukan pengamatan keterlaksanaan metode Experimenting and
observer selama treatment (perlakuan) metode Experimenting and
Discussion (ED).
d. Memberikan post-test pada sampel penelitian mengenai penguasaan
konsep dan keterampilan proses sains dengan instrumen yang sama
dengan pre-test.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini dilakukan beberapa hal, yaitu:
a. Mengolah data hasil pre-test dan post-test mengenai penguasaan konsep,
data hasil post-test mengenai keterampilan proses sains, lembar observasi
keterampilan proses sains (berdasarkan observasi langsung dan LKS) dan
lembar observasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion
(ED).
b. Menentukan profil keterampilan proses sains siswa dilihat dari lembar
observasi dan hasil post-test.
c. Menentukan peningkatan penguasaan konsep siswa.
d. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.
e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data untuk menjawab permasalahan penelitian.
f. Mengevaluasi hasil penelitian untuk melihat kekurangan dan
hambatannya, serta memberikan saran untuk penelitian yang lebih baik.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
dan KD Fisika
Judgment Instrumen
Pre-test
Post-test
Pengolahan dan Analisis Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Uji Coba Instrumen
Penyusunan Laporan
Kesimpulan
Menyusun Perangkat
Pembelajaran Menyusun
Instrumen Penelitian Sampel
Penelitian
Analisis Uji Coba Instrumen
G. Teknik Analisis Instrumen Tes
Instrumen penelitian tes bisa digunakan dalam penelitian jika sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Oleh karena itu, diperlukan adanya uji coba
instrumen. Uji coba instrumen diberikan kepada kelas yang memiliki
karakteristik yang sama dengan kelas sampel penelitian. Setelah diujicobakan,
instrumen ini dianalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran.
1. Validitas
“Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen” (Arikunto, 2010:211). Apabila dilihat dari cara pengujiannya didasarkan pada validitas internal. Validitas internal
dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian butir soal dengan
instrumen secara keseluruhan. Validitas soal dapat dihitung dengan
menggunakan Pearson’s Product Moment dengan angka kasar, sebagai
berikut:
=
–√ – –
... (Persamaan 3.1)
(Arikunto, 2009:72) Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
X = Jumlah benar per item
Y = Jumlah skor total
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan validitas soal digunakan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal
Nilai rxy Kriteria
0,81 - 1,00 Sangat tinggi 0,61 - 0,80 Tinggi 0,41 - 0,60 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat Rendah
2. Reliabilitas
“Reliabilitas menunjukkan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik” (Arikunto, 2010:221). Reliabilitas dapat diartikan ketetapan suatu tes atau soal. Suatu tes memiliki ketetapan apabila hasilnya
tetap bila digunakan untuk mengukur hal yang sama walaupun waktu dan
subyeknya berlainan. Indikator suatu tes reliabilitas yaitu hasil ukur
konsisten, benar apa yang diukur dan nilai ketetapan tinggi. Untuk
menghitung tingkat reliabilitas instrumen dapat dilakukan menggunakan
rumus K-R.20, sebagai berikut:
=
∑
... (Persamaan 3.2)
(Arikunto, 2009:100)
Keterangan:
11
r = Koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan
p = Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
∑ pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan reliabilitas soal digunakan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Tingkat Reliabilitas
Nilai r11 Kriteria
0,81 - 1,00 Sangat tinggi 0,61 - 0,80 Tinggi 0,41 - 0,60 Cukup 0,21 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat Rendah
3. Daya Pembeda
“Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2009:211). Daya pembeda butir soal dapat dihitung dengan persamaan, sebagai berikut:
D
=
... (Persamaan 3.3)
(Arikunto, 2009:213)
Keterangan:
D = Daya pembeda butir soal
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda, digunakan
kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda
Nilai Kategori
0,00 – 0,20 Jelek 0,20 – 0,40 Cukup 0,40 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Baik sekali
Negatif Semua tidak baik
(Arikunto, 2009:218)
4. Tingkat Kesukaran
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar” (Arikunto, 2009:207). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
JS B
P ... (Persamaan 3.4)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran soal
5. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa yang memiliki karakteristik
yang sama dengan siswa yang menjadi sampel penelitian. Dalam penelitian
ini, uji coba dilakukan pada hari sabtu tanggal 27 April 2013 kepada siswa
SMA kelas XI IPA di sekolah yang sama dengan sampel penelitian. Data
hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi validitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Sehingga diperoleh instrumen tes
yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian.
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen
No Soal
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda
Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
No Soal
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda
Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
10 0,481 Cukup 0,45 Sedang 0,3 Cukup Dipakai
Dari data hasil uji coba instrumen pada Tabel 3.6, yaitu:
a. Validitas
4 soal termasuk kriteria sangat rendah dengan persentase 11,76%.
11 soal termasuk kriteria rendah dengan persentase 32,35%.
13 soal termasuk kriteria cukup dengan persentase 38,23%.
6 soal termasuk kriteria tinggi dengan persentase 17,65%.
b. Tingkat Kesukaran
2 soal termasuk kriteria mudah dengan persentase 5,88%.
29 soal termasuk kriteria sedang dengan persentase 85,29%.
3 soal termasuk kriteria sukar dengan persentase 8,82%.
c. Daya Pembeda
5 soal termasuk kriteria jelek dengan persentase 14,71%.
13 soal termasuk kriteria cukup dengan persentase 38,24%.
15 soal termasuk kriteria baik dengan persentase 44,11%.
1 soal termasuk kriteria baik sekali dengan persentase 2,94%.
d. Reliabilitas
Nilai reliabilitas soal adalah 0,854 yang termasuk kriteria sangat tinggi.
Berdasarkan data diatas, dari 34 soal yang diujicobakan terdapat enam
soal yang dibuang dan 28 soal yang dipakai. Soal yang dibuang diantaranya
empat soal yang memiliki kriteria validitas yang sangat rendah dan memiliki
kriteria daya pembeda jelek, satu soal yang memiliki kriteria validitas
rendah dan memiliki kriteria daya pembeda jelek, satu soal yang memiliki
kriteria validitas rendah dan daya pembeda cukup. Soal yang dipakai untuk
penelitian yaitu pada aspek C1 (pengetahuan) sebanyak tiga soal, C2
(pemahaman) sebanyak sebelas soal, C3 (penerapan) sebanyak delapan soal,
dan C4 (analisis) sebanyak enam soal.
H. Teknik Pengolahan Data
1. Tes Penguasaan Konsep
Dalam penelitian ini, data skor tes digunakan untuk mengukur
peningkatan penguasaan konsep siswa. Skor tes ini berasal dari nilai pre-test
dan post-test. Pengolahan data-datanya dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pemberian Skor
Semua jawaban pre-test dan post-test siswa diberi skor. Skor yang
jawaban yang salah adalah nol. Skor total dihitung dari banyaknya
jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
b. Menghitung Rata-rata Skor Pre-test dan Post-test
Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pre-test maupun post-test
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
N X X
... (Persamaan 3.5) Keterangan:
X = Nilai rata-rata skor pre-test maupun post-test
X = Skor yang diperoleh setiap siswa
N = Jumlah siswa
c. Menghitung Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi
Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan menggunakan
persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998), yaitu sebagai berikut:
... (Persamaan 3.6) Keterangan:
<g> = Rata-rata gain yang dinormalisasi
Sf = Skor post-test
Si = Skor pre-test
Nilai <g> yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai <g> Klasifikasi <g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang <g> < 0,3 Rendah
2. Tes Keterampilan Proses Sains
Dalam penelitian ini, data skor tes keterampilan proses sains digunakan
untuk mengetahui profil keterampilan proses sains. Skor tes ini berasal dari
nilai post-test. Pengolahan data-datanya dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap aspek keterampilan proses
sains.
b. Menghitung persentase pencapaian keterampilan proses sains dengan
membandingkan jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa dengan skor
maksimum untuk setiap aspek keterampilan proses sains, kemudian
mengubah dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
... (Persamaan 3.7)
Keterangan:
IPK = Indeks prestasi kelompok
Mean = Skor yang diperoleh
SMI = Skor maksimum ideal
c. Menginterpretasi hasil perhitungan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.8
Interpretasi Persentase IPK
Persentase (%) Kategori
90 – 100 Sangat terampil 75 – 89 Terampil 55 – 74 Cukup terampil 31 – 54 Kurang terampil
0 – 30 Sangat kurang terampil
(Panggabean, 1996:32)
3. Observasi Keterlaksanaan Metode Experimenting and Discussion (ED)
Teknik pengolahan data observasi keterlaksanaan metode Experimenting
and Discussion (ED), yaitu sebagai berikut:
a. Menghitung jumlah checklist ya pada lembar observasi keterlaksanaan
b. Menghitung persentase keterlaksanaan metode Experimenting and
Discussion (ED) dengan menggunakan persamaan:
... (Persamaan 3.8)
c. Menginterpretasi keterlaksanaan metode Experimenting and Discussion.
Tabel 3.9
Kriteria Persentase Keterlaksanaan Metode
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana
0 < KM ≤ 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < KM ≤ 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75< KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
Budiarti (Dirgantara, 2009)
Keterangan: KM = Persentase keterlaksanaan metode
4. Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
Teknik pengolahan data observasi untuk mengetahui profil keterampilan
proses sains yang dimiliki siswa selama diterapkan metode Experimenting
and Discussion (ED), yaitu sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap aspek keterampilan proses
sains.
b. Menghitung persentase pencapaian keterampilan proses sains dengan
membandingkan jumlah skor rata-rata yang diperoleh siswa dengan skor
maksimum untuk setiap aspek keterampilan proses sains, kemudian
mengubah dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan rumus
c. Menginterpretasi hasil perhitungan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.10
Interpretasi Persentase IPK
Persentase (%) Kategori
90 – 100 Sangat terampil 75 – 89 Terampil 55 – 74 Cukup terampil 31 – 54 Kurang terampil
0 – 30 Sangat kurang terampil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap
siswa kelas X dengan menerapkan metode Experimenting and Discussion (ED)
dapat ditarik kesimpulan secara umum profil keterampilan proses sains
berdasarkan lembar observasi memiliki rata-rata 76,35% sedangkan
berdasarkan tes keterampilan proses sains memiliki rata-rata 79,43% dan
mengalami peningkatan penguasaan konsep dengan rata-rata gain
ternormalisasi sebesar 0,66. Bila dijabarkan kesimpulannya sebagai berikut:
1. Profil keterampilan proses sains yang diperoleh berdasarkan rata-rata
keterampilan proses sains hasil observasi sebesar 76,35% yang termasuk
kriteria terampil. Apabila dilihat dari aspek keterampilan proses sains
terdapat satu keterampilan yang termasuk kriteria sangat terampil yaitu
keterampilan mengumpulkan data dengan persentase 91,50%, empat
keterampilan yang termasuk kriteria terampil yaitu keterampilan mengamati
dengan persentase 87,31%, keterampilan membuat grafik dengan persentase
80,02%, keterampilan menginterpretasi data dengan persentase 79,84% dan
keterampilan mengukur dengan persentase 75,75%, serta terdapat tiga
keterampilan yang termasuk kriteria cukup terampil yaitu keterampilan
memprediksi dengan persentase 72,36%, keterampilan mendefinisikan
secara operasional dengan persentase 67,01% dan keterampilan
berkomunikasi dengan persentase 57,34%. Profil keterampilan proses sains
yang diperoleh berdasarkan rata-rata tes keterampilan proses sains sebesar
79,43% yang termasuk kriteria terampil yaitu keterampilan mendefinisikan
secara operasional dengan persentase 80,00%, keterampilan
menginterpretasi data dengan persentase 79,59% dan keterampilan
berkomunikasi dengan persentase 75,71%.
2. Penerapan metode Experimenting and Discussion (ED) dapat meningkatkan
rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,66 yang termasuk kriteria sedang.
Peningkatan penguasaan konsep yang paling tinggi yaitu pada aspek C3
(penerapan) dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,70 yang
termasuk kriteria tinggi sedangkan aspek C1 (pengetahuan) mengalami
peningkatan yang paling rendah dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar
0,58 yang termasuk kriteria sedang.
B. Saran
Dari keseluruhan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, peneliti
mengajukan beberapa saran, diantaranya:
1. Sebaiknya siswa diberi bahan bacaan mengenai fungsi dari alat-alat yang
akan digunakan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
pelaksanaan eksperimen.
2. Memerlukan persediaan alat dan bahan yang cukup banyak, untuk
mengantisipasi banyaknya kelompok yang terbentuk pada saat
pembelajaran.
3. Untuk keterampilan berkomunikasi, guru perlu memotivasi siswa dalam
menyampaikan pendapat secara tertulis maupun lisan.
4. Dalam proses pembelajaran aspek keterampilan proses sains yang akan
diteliti disesuaikan dengan materi pembelajaran.
5. Dalam pembuatan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) aspek keterampilan proses
sains disesuaikan dengan tingkatan siswa dan level siswa dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi, Cetakan kesembilan, Jakarta: Bumi Aksara.
Bahri, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Dirgantara, Y. (2009). Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. [Online]. Tersedia: ydgfis.blogspot.com/2009/03/model-latihan-inkuiri.html [12 Januari 2013]
Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement Versus Traditional Methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses . Am. J. Phys. 66, (1).
Ostlund, K. L. (1992). Science Process Skills. Amerika: Addison-Weley Publishing Company.
Marusic, Mirko. et al. (2012). “Effect of Two Different Types of Physics Learning on The Result of CLASS Test”. Physics Education Research. 8, (010107). [Online]. Tersedia: http://prst-per.aps.org/abstract/PRSTPER/v8/i1/e010107 [13 September 2012]
Narbuko, C & Achmadi A. (2009). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Panggabean, L. P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Panggabean, L. P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Semiawan, C. (1986). Pendekatan Proses Sains. Jakarta: Gramedia.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman. (2011). “Penerapan Metode Eksperimen-Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-B SMA Negeri 1 Stabat”. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika. 3 (1), 21-26. [Online]. Tersedia: http://jurnalagfi.org/penerapan-metode-eksperimen-diskusi-untuk-
meningkatkan-aktivitas-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-kelas-x-b-sma-negeri-1-stabat/ [1 September 2013]
Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, W. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Tarsito.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: CV. Cakra.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.