• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI DENGAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN SALINGTEMAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI DENGAN PENGUASAAN KONSEP SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN SALINGTEMAS."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

E. Asumsi ... 8

F. Hipotesis ... 9

BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI DAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN SALINGTEMAS………..10

A.Pembelajara Kontekstual ... 10

B.Pembelajaran Salingtemas ... 14

C.Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 19

D.Teori-Teori Belajar Yang Mendukung Keterampilan Proses ... 21

E. Penelitian Yang Relevan ... 23

F. Tinjauan Pembelajaran Sistem Respirasi ... 24

1. Sistem Respirasi Manusia ... 27

2. Penyakit/ kelainan sistem respirasi pada manusia ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A.Metode dan Desain Penelitian ... 31

(2)

2. Desain Penelitian ... 31

B.Definisi Operasional ... 32

C.Populasi dan Sampel ... 33

D.Instrumen Penelitian ... 33

E. Prosedur Penelitian ... 40

F. Alur Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A.HASIL PENELITIAN ... 44

1. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 44

a. Hasil Analisis Data Peningkatan Penguasaan Konsep ... 44

b. Hasil Analisis data Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 47

1). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Siswa Kelas Salingtemas ... 49

2). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Siswa Kelas Kontekstual ... 50

2. Kuesioner Tanggapan Siswa setelah Penggunaan Pembelajaran ... 52

B.PEMBAHASAN ... 57

1. Penguasaan Konsep Siswa ... 57

2. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Siswa ... 62

3. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Pembelajaran ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A.Kesimpulan ... 70

B.Keterbatasan Penelitian ... 71

C.Saran ... 72

(3)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 77

Lampiran A (RPP) ... 77

Lampiran B (Kisi-kisi, Soal, Format Lembar Kuesioner + Lembar Observasi) ... 93

Lampiran C (Hasil Analisis Data) ... 128

Lampiran D (Dokumentasi) ... 157

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel.

3.1. Desain Penelitian ... 32

3.2. Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep ... 35

3.3. Hasil Analisis Butir Soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 36

3.4. Koefisien Validitas Butir Soal ... 37

3.5. Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal ... 38

3.6. Indeks Tingkat Kesukaran... 38

3.7. Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

4.1. Uji Normalitas Peningkatan Penguasaan Konsep ... 44

4.2. Uji Homogenitas Peningkatan Penguasaan Konsep ... 45

4.3. Uji Signifikansi Peningkatan Penguasaan Konsep ... 45

4.4. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 46

4.5. Uji Normalitas Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 47

4.6. Uji Homogenitas Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 47

4.7. Uji Signifikansi Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 48

4.8. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi ... 48

4.9. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Terintegrasi untuk Setiap Indikator pada Kelas Salingtemas ... 49

(5)

Tabel.

4.11. Perbandingan N-gain Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

Antara Pembelajaran Salingtemas dengan Kontekstual ... 52

4.12. Uji Normalitas Kuesioner ... 52

4.13. Tanggapan Siswa Tentang Pelajaran Biologi ... 53

4.14. Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran yang dapat Membantu

dalam Memahami Biologi ... 54

4.15. Taggapan Siswa terhadap Pembelajaran Salingtemas

dan Kontekstual ... 55

4.16 Tanggapan Siswa terhadap Peran Guru dalam Pembelajaran Salingtemas

Dan Kontekstual ... 56

(6)

Gambar .

1. Bagan Keterkaitan antar Komponen Pembelajaran Kontekstual ... 14

2. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Salingtemas

di Indonesia ... 17

3. Alur Penelitian ... 43

4. Grafik Rata-Rata Pre test dan Post test Penguasaan Konsep pada

Pembelajaran Salingtemas dan Pembelajaran Kontekstual ... 46

5. Grafik Rata-Rata Pre test dan Post test Keterampilan Proses

Sains Terintegrasi pada Pembelajaran Salingtemas dan

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru,

siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan belajar (Rustaman et al., 2005). Jadi belajar tidak hanya

merupakan suatu transfer pengetahuan saja dari guru kepada siswa tetapi siswa

semestinya diberi persoalan-persoalan yang membutuhkan pencarian,

pengamatan, percobaan, analisis, sintesis, perbandingan, pemikiran dan

penyimpulan oleh siswa, agar siswa menemukan sendiri jawaban terhadap suatu

konsep atau teori. Pada masa sekarang ini, bukanlah waktunya lagi bagi guru

untuk menjadi orang pertama yang bertindak sebagai komunikator. Guru dan

siswa dapat saling tukar informasi satu sama lain. Melalui pemilihan pendekatan

dan model pembelajaran yang tepat proses tukar informasi ini akan efektif.

Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dipengaruhi keberhasilan

guru dalam menggunakan pendekatan dan model dalam pembelajaran. Pendukung

pendekatan pembelajaran diantaranya kelengkapan fasilitas belajar, keadaan anak

didik, serta materi pelajaran. Oleh sebab itu, seorang guru harus dapat memilih

pendekatan dan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang

dipelajari. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diharapkan mampu

menumbuhkan minat belajar siswa adalah pendekatan kontekstual dan

(8)

proses belajar mengajar (Rustaman et al., 2005). Kegiatan guru sebagai mediator

agar proses belajar mengajar lebih optimal dan siswa proaktif untuk merumuskan

sendiri tentang fenomena yang berkaitan dengan fokus kajian secara kontekstual

bukan tekstual.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat (Nurhadi, 2003:4). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan

lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari

guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (Nurhadi,

2003:4). Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, dalam status apa mereka belajar, dan bagaimana mencapainya.

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan

begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal

untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing.

Selain pendekatan kontekstual, terdapat juga suatu model pembelajaran

Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) yang merupakan peng-Indonesiaan dari

Science, Technologi and Society (STS). Pada dasarnya model STM ini menuntut

(9)

Siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tapi juga harus

mengetahui teknologi – teknologi apa saja yang berhubungan dengan materi yang

disampaikan. Dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta

kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan

dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah di

lingkungan sosial (Poedjiadi, 2005).

Pada dasarnya model Salingtemas diawali dengan isu atau masalah yang

berkembang di masyarakat, setelah melakukan pemantapan dalam pembelajaran

siswa akan diminta mencari solusi untuk memecahkan masalah. Seperti yang

dikemukakan oleh Poedjiadi (2005: 123) bahwa tujuan pembelajaran Salingtemas

adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta

memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Proses

pemecahan masalah dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan teman

kelompok. Dengan demikian, melalui model pembelajaran Salingtemas siswa juga

dituntut aktif dalam pembelajaran dan hasil belajarnya bisa digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran di Indonesia pada saat ini masih banyak yang bersifat

teacher-oriented atau guru sebagai sumber informasi, seharusnya sistem seperti

itu sudah harus mulai ditinggalkan dan beralih ke student-oriented di mana siswa

harus mampu untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang dia miliki dan

dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

(10)

membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Artinya, guru lebih banyak berurusan

dengan strategi dari pada memberi informasi kepada siswanya (Nurhadi, 2003:5).

Walaupun demikian kita tidak bisa mengesampingkan tugas guru sebagai

pendidik, guru merupakan komponen penting dalam pendidikan karena seberapa

baiknya program pendidikan yang dikembangkan dan diterapkan oleh pemerintah,

kalau guru tidak dapat melaksanakannya dengan baik, maka hasilnya akan tidak

maksimal. Pentingnya peran guru seperti dikemukakan oleh Washton (Rustaman

et al., 2005:4) “di antara banyak faktor yang mempengaruhi pelajaran IPA seperti

guru, jumlah siswa dalam kelas, peralatan labolatorium dan staf administrasi,

ternyata guru lah yang merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembelajaran

IPA”, demikian juga Klopfer (Rustaman et al., 2005:4) menyatakan bahwa

“bagaimana pun IPA diajarkan, guru lah yang terutama menentukan apa yang

dipelajari siswa”.

Oleh karena itu, tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di

sekolah secara operasional adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses

dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri.

Bertolak dari hal ini, maka hal-hal pokok yang hendaknya menjadi pengalaman

siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses dan memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya. Cain dan

Evans (Rustaman et al., 2005) menyatakan bahwa sains mengandung empat hal,

yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains

mengandung keempat hal tersebut di atas, maka ketika belajar sains pun siswa

(11)

Keempat hal tersebut dapat ditemukan ketika melatih mengembangkan

keterampilan proses siswa. Pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk

mengembangkan kemampuan - kemampuan yang dimiliki oleh individu siswa.

Keterampilan proses sains juga melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif

atau intelektual karena dengan melakukan keterampilan proses siswa

menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas tampak dalam keterampilan

proses karena melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan

atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka

berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Jenis-jenis keterampilan proses sains terintegrasi di antaranya: 1) Mengidentifikasi

variabel, 2) merumuskan hipotesis, 3) menganalisis data, 4) mengumpulkan dan

membuat grafik data, 5) menterjemahkan variabel, 6) membuat desain penelitian,

7) eksperimen (Rezba et al., 1999).

Sistem respirasi merupakan salah satu materi biologi yang bersifat

abstrak, karena prosesnya terjadi di dalam tubuh, dan seringkali guru

menyampaikan dalam bentuk konsep-konsep. Materi seperti ini biasanya akan

sulit dipahami siswa karena mereka tidak bisa melihat langsung proses respirasi.

Seperti yang dikemukakan DEPDIKNAS (Nurhadi, 2003:3), bahwa siswa

memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa

diajarkan, yaitu menjelaskan sesuatu yang abstrak dengan menggunakan metode

ceramah. Mereka akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang berhubungan

(12)

lebih mudah dipahami siswa apabila disampaikan dengan cara mencoba

mengaitkan konsep dengan keadaan sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, diharapkan setelah pembelajaran ini siswa akan lebih mudah

dalam memahami konsep sistem respirasi dan lebih bermakna bagi siswa setelah

mempelajarinya. Oleh karena itu, penting kiranya dilakukan penelitian yang

mencoba mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa

di lingkungannya sehingga pembelajaran tersebut jadi lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya

adalah, sebagai berikut : Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Kontekstual dan

pembelajaran Salingtemas dalam meningkatkan KPS terintegrasi dan penguasaan

konsep siswa?

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan maka dari rumusan

masalah dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimana perbandingan peningkatan penguasaan konsep siswa antara

yang mendapat pembelajaran Kontekstual dengan pembelajaran

Salingtemas?

2) Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan proses sains

terintegrasi siswa antara yang mendapat pembelajaran Kontekstual dengan

(13)

3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran

Kontekstual dan Salingtemas?

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus dan tidak keluar dari tujuan penelitian,

maka penelitian ini dibatasi oleh batasan masalah sebagai berikut :

a. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah kelainan pada sistem

respirasi manusia dan hewan.

b. Penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan mengingat,

memahami, menerapkan, dan menganalisis menurut Bloom yang telah

direvisi (Anderson dan Krathwohl, 2001).

c. Keterampilan proses sains yang digunakan adalah KPS terintegrasi, yang

meliputi kemampuan mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis,

menganalisis data, mengumpulkan dan membuat grafik data,

menterjemahkan variabel, membuat desain penelitian, dan eksperimen

(Rezba et al., 1999).

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menemukan alternatif kegiatan

pembelajaran yang bisa meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan

(14)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam proses belajar mengajar baik di dalam

kelas maupun di luar kelas, diantaranya:

1) Bagi Siswa : dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih aktif

terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta diharapkan dapat meningkatkan

penguasaan konsep dan keterampilan proses sains terintegrasi, selain itu

diharapkan proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan lebih

bermakna karena siswa dilibatkan aktif dalam proses belajar mengajar.

2) Bagi Guru : memberikan masukan kepada guru mengenai alternatif lain

dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga proses belajar mengajar

menjadi lebih bermakna tanpa mengesampingkan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

3) Peneliti : menambah pengetahuan dan pemahaman tentang model

pembelajaran khususnya pembelajaran yang berpusat pada siswa serta dapat

diterapkan dalam proses belajar mengajar.

E. Asumsi

1) Melalui pembelajaran Salingtemas, siswa dapat mempelajari konsep secara

lebih bermakna (Poedjiadi, 2005 : 84).

2) Melalui pembelajaran Kontekstual, siswa mengalami sendiri apa yang

(15)

3) Siswa menggunakan semua keterampilan prosesnya pada pembelajaran

Salingtemas.

4) Keterampilan Proses Sains Terintegrasi berkembang baik dalam pembelajaran

yang melibatkan praktikum.

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

Penguasaan konsep siswa dan keterampilan proses sains terintegrasi siswa melalui

pembelajaran salingtemas tidak berbeda signifikan dibandingkan dengan

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan dua macam pembelajaran yaitu

pembelajaran Kontekstual dan pembelajaran Salingtemas sebagai variabel bebas

yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses sains terintegrasi

siswa dan penguasaan konsep sistem respirasi sebagai variabel terikat pada

konsep sistem respirasi.

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

quasi eksperimen, karena penentuan kelas dilakukan secara acak kelas dengan The

Static Group Prettest-Posttest Design (Fraenkel & Wallen, 2006). Penelitian

quasi experiment, digunakan untuk menguji secara langsung pengaruh hipotesis

hubungan sebab akibat. Baik kelompok eksperimen 1 (kelompok yang diberi

pembelajaran Salingtemas) maupun kelompok eksperimen 2 (kelompok yang

diberi pembelajaran Kontekstual) akan dibandingkan hasil pretes dan postesnya,

kemudian dibandingkan juga N-gain dari hasil pretes dan hasil postes antara

pembelajaran kontekstual dan pembelajaran salingtemas.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Static

(17)

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Test Awal Perlakuan Test Akhir

Eksperimen 1 O X1 O

Eksperimen 2 O X2 O

Keterangan:

O : Pemberian Tes

X1 : Pembelajaran Salingtemas (STM) X2 : Pembelajaran Kontekstual

B. Definisi Operasional

Definisi operasional ini bertujuan untuk lebih memudahkan dalam

memahami beberapa istilah di dalam penelitian ini. Definisi operasional

disesuaikan dengan tujuan dari penelitian, sehingga lebih mudah untuk

memahami isi dari penelitian. Beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Kontekstual adalah pembelajaran yang menampilkan isu atau

masalah penyakit/kelainan sistem respirasi di masyarakat. Siswa

mendiskusikan penyebab, gejala, proses penyebaran dan cara pencegahan

masalah tersebut.

2. Pembelajaran Salingtemas adalah pembelajaran di mana siswa diminta

melakukan observasi untuk mengetahui masalah yang sedang dialami

masyarakat terkait sistem respirasi, kemudian mencari solusinya dalam

bentuk teknologi sederhana.

3. Penguasaan konsep merupakan skor tes tertulis siswa dalam menguasai dan

memahami konsep sistem respirasi pada jenjang SMA yang diberikan

sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran dalam bentuk pilihan ganda.

(18)

merumuskan hipotesis, menganalisis data, mengumpulkan dan membuat

grafik data, menterjemahkan variabel, membuat desain penelitian, serta

eksperimen pada konsep sistem respirasi jenjang SMA yang diberikan setelah

kegiatan pembelajaran dalam bentuk essai.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian quasi experiment ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di

Kabupaten Subang pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Sampel dalam

penelitian ini ialah siswa kelas XI sebanyak dua kelas. Pemilihan sampel

dilakukan secara acak kelas. Satu kelas dipilih sebagai kelas eksperimen 1 yaitu

kelas yang diberi perlakuan dalam hal ini kelas yang menggunakan kegiatan

pembelajaran Salingtemas, sedangkan lainnya merupakan kelas eksperimen 2

yaitu kelas yang menggunakan kegiatan pembelajaran Kontekstual.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, instrumen yang

digunakan adalah kuesioner dan tes. Berikut adalah penjelasan operasional dari

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Tes, digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan sesudah

diberi perlakuan. Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jenis tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda dan tes uraian yang

berbentuk essai. Tes obyektif atau pilihan ganda digunakan untuk mengukur

(19)

essai digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan

proses sains terintegrasi pada materi yang diajarkan.

2. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang model dan

pendekatan pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini model pembelajaran

kontekstual dan pembelajaran salingtemas.

Dalam membuat instrumen penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Melakukan Uji Coba Butir Soal

Untuk menghasilkan soal yang baik, maka soal terlebih dahulu diuji coba.

Dengan dilakukannya uji coba butir soal dapat diketahui soal mana yang masuk

kategori sulit, sedang dan mudah, sehingga pada saat penelitian soal yang

digunakan benar-benar mencerminkan kemampuan siswa yang sedang diteliti. Di

bawah ini tabel hasil analisis uji coba soal Penguasaan konsep dan KPS

(20)

Tabel 3.2. Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep Butir

Soal

D P

(%) Krit

Indeks Ting.

Kes

Ting.

Kes Val Ket

Soal 1 0% Jelek 0,875 Mudah 0,129 0,320 tidak valid

Tidak digunakan

Soal 2 5% Jelek 0,800 Mudah 0,251 0,320 tidak valid

Tidak digunakan Soal 3 45% Baik 0,450 Sedang 0,614 0,320 valid Dipakai Soal 4 60% Baik 0,425 Sedang 0,581 0,320 valid Dipakai Soal 5 15% Jelek 0,300 Sukar 0,335 0,320 valid Dipakai Soal 6 40% Baik 0,325 Sedang 0,629 0,320 valid Dipakai Soal 7 45% Baik 0,400 Sedang 0,756 0,320 valid Dipakai Soal 8 10% Jelek 0,625 Sedang 0,329 0,320 valid Dipakai Soal 9 25% Cukup 0,700 Sedang 0,387 0,320 valid Dipakai Soal 10 30% Cukup 0,575 Sedang 0,477 0,320 valid Dipakai Soal 11 30% Cukup 0,675 Sedang 0,556 0,320 valid Dipakai Soal 12 5% Jelek 0,350 Sedang 0,331 0,320 valid Dipakai Soal 13 30% Cukup 0,275 Sukar 0,734 0,320 valid Dipakai Soal 14 30% Cukup 0,725 Mudah 0,473 0,320 valid Dipakai Soal 15 30% Cukup 0,675 Sedang 0,533 0,320 valid Dipakai Soal 16 25% Cukup 0,250 Sukar 0,357 0,320 valid Dipakai Soal 17 30% Cukup 0,625 Sedang 0,441 0,320 valid Dipakai

Soal 18 5% Jelek 0,650 Sedang 0,273 0,320 tidak

valid Diperbaiki

Soal 19 10% Jelek 0,725 Mudah 0,210 0,320 tidak

valid Diperbaiki

Soal 20 35% Cukup 0,400 Sedang 0,462 0,320 valid Dipakai Soal 21 40% Baik 0,525 Sedang 0,475 0,320 valid Dipakai Soal 22 45% Baik 0,250 Sukar 0,703 0,320 valid Dipakai

Nilai Reliabilitas (0.88) termasuk kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil analisis butir soal di atas, terdapat empat soal yang

tidak valid dengan kriteria yang jelek. Namun, dari keempat soal yang tidak valid

tersebut penulis mencantumkan dua soal tetap digunakan dengan diperbaiki

terlebih dahulu yaitu soal 18 dan 19 dan dua soal lagi tidak digunakan yaitu soal 1

dan 2.

Alasan penulis memperbaiki butir soal 18 dan 19 dan membuang butir

(21)

Butir soal 1 dan 2 merupakan bentuk soal ranah C1 sedangkan butir soal 18 dan

19 bentuk soal ranah C4 dan C5.

Tabel 3.3. Hasil Analisis Butir Soal Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Yang Digunakan

Butir Soal Daya Pembeda (%)

Tingkat

Kesukaran Validitas Keterangan

1 0.43 (Baik) Sedang 0.80 (Sangat Tinggi) Dipakai

2 0.27 (Cukup) Sedang 0.69 (Tinggi) Dipakai

3 0.30 (Cukup) Sedang 0.58 (Cukup) Dipakai

4 0.29 (Cukup) Sedang 0.67 (Tinggi) Dipakai

5 0.36 (Cukup) Sedang 0.76 (Tinggi) Dipakai

6 0.27 (Cukup) Sedang 0.68 (Tinggi) Dipakai

7 0.31 (Cukup) Mudah 0.61 (Tinggi) Dipakai

8 0.29 (Cukup) Sedang 0.73 (Tinggi) Dipakai

9 0.31 (Cukup) Sedang 0.78 (Tinggi) Dipakai

10 0.48 (Baik) Mudah 0.85 (Sangat Tinggi) Dipakai Nilai Reliabilitas (0.94) termasuk kategori sangat tinggi

2. Melakukan Analisis Butir Soal

a. Validitas

Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki kesahihan yang baik pula. Soal

tersebut dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total,

karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.

Jadi, satu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mengukur apa

yang seharusnya diukur. Pengukuran validitas butir soal pada penelitian ini

menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy =

2 2 2 2 ) ( ( ) ) ( ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N          

(22)

keterangan :

rxy : Vasilitas butir soal

N : Jumlah peserta tes X : Nilai suatu butir soal Y : Nilai soal

Adapun koefisien dari validitas butir soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4. Koefisien validitas butir soal

Rentang Keterangan

0,8 – 1,00 Sangat tinggi

0,6 – 0,80 Tinggi

0,4 – 0,60 Cukup

0,2 – 0,40 Rendah

0,0 – 0,20 Sangat rendah ( Sumber: Arikunto, 2001 : 75 )

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kepercayaan suatu soal, apakah soal memberikan

hasil yang tetap atau berubah-ubah (Arikunto, 2001 : 86). Jadi reliabilitas harus

mampu menghasilkan informasi yang sebenarnya. Untuk mengukur reliabilitas

digunakan rumus:

r11 =

            2 2 1 S pq S n n Keterangan :

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

p : Proprsisi subjek yang menjawab item dengan benar q : Proporsisi subjek yang menjawab dengan salah (q = 1 - 1)

pq

 : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item

(23)

Adapun nilai koefisien dari reliabilitas ini dapat kita lihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.5. Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal

Rentang Keterangan

0,8 – 1,00 Sangat tinggi

0,6 – 0,79 Tinggi

0,4 – 0,56 Cukup

0,2 – 0,39 Rendah

0,0 – 0,19 Sangat rendah ( Sumber: Arikunto, 2001 )

c. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar (Arikunto, 2001: 207). Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat

kesukaran soal adalah sebagai berikut :

P =

JS B

(Arikunto, 2001 : 208)

Keterangan :

P : Indeks tingkat kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.6. Indeks tingkat kesukaran

Rentang Keterangan

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(24)

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk memberikan siswa

yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan

rendah (Arikunto, 2001 : 211). Rumus yang digunakan untuk melihat daya

pembeda adalah :

D =

B B

A A

J B J B

Keterangan :

D : Indeks daya pembeda

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

BA : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.7. Klasifikasi daya pembeda

Rentang Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

(Sumber : Arikunto, 2001 : 210)

e. Pedoman Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam bentuk diferensiasi semantik

(Riduwan, 2009), bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa pada model

pembelajaran kontekstual dan salingtemas melalui keterampilan proses sains

(25)

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitan ini bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

a. Melaksanakan seminar pra proposal penelitian yang tujuannya untuk

memperoleh masukan-masukan untuk memperlancar penelitian yang akan

dilaksanakan.

b. Menyempurnakan proposal penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian dan dijudgemen oleh dosen pembimbing dan

dosen ahli.

d. Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru yang bersangkutan.

e. Melakukan uji coba instrument untuk mengukur validitas, reabilitas dan

tingkat kesukaran instrumen.

f. Membuat surat izin penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

a. Kelas Salingtemas

1) Melaksanakan pre-test pada kelas yang dijadikan sampel penelitian.

2) Siswa mendiskusikan hasil observasi lapangan.

3) Memecahkan masalah yang mereka temui selama observasi di masyarakat.

4) Memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi masyarakat sekitar dalam

bentuk teknologi sederhana.

5) Melaksanakan post-test setelah proses belajar mengajar berakhir.

(26)

7) Memberikan kuesioner yang isinya sekitar proses belajar mengajar yang telah

dilakukan sebagai referensi tambahan.

b. Kelas Kontekstual

1) Melaksanakan pre-test pada kelas yang dijadikan sampel penelitian.

2) Melakukan diskusi kelompok terhadap hasil observasi yang mereka temui di

masyarakat.

3) Siswa menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya mereka dapatkan

dengan pengetahuan hasil diskusi tentang masalah penyakit sistem respirasi.

4) Melaksanakan post-test setelah proses belajar mengajar berakhir.

5) Mengumpulkan data hasil pre-test dan post-test.

6) Memberikan kuesioner yang isinya sekitar proses belajar mengajar yang telah

dilakukan sebagai referensi tambahan.

3. Tahapan Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai

berikut:

a. Mengolah data pre-test dan post-test keseluruhan:

1) Menghitung skor mentah dari setiap jawaban per-test dan post-test, jika

jawaban benar diberi skor 1 (satu), jika jawaban salah diberi skor 0 (nol).

2) Mengubah skor pretest dan posttest siswa.

Skor siswa =

total Skor

benar jawaban jumlah

3) Menghitung skor rata-rata pada keseluruhan siswa.

N x Mean

) (

) (

Siswa Jumlah

(27)

4) Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak menggunakan

test Kolmogorov-Smirnov (SPSS-14).

5) Untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak maka digunakan

Levene Test (Test of Homogenity of Variances).

6) Untuk menghitung perbedaan dua data atau uji rerata menggunakan uji t.

7) Menghitung normalisasi gain dari pre-test dan post-test siswa.

Rumus indeks gain yang digunakan adalah :

Indeks Gain =

t Skorpretes Maks

Skor

t Skorpretes st

SkorPostte 

Meltzer (Coletta, 2005)

Dari nilai gain yang diperoleh diinterpretasikan makna yang terjadi

dengan menggunakan kriteria berikut:

g ≥ 0,7: tinggi 0,3 < g < 0,7 : sedang g < 0,3 : rendah

6). Menganalisis hasil kuesioner. Hasil kuesioner yang hasilnya dalam bentuk

(28)

F. Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Memberikan

Pretest

Kajian Pembelajaran

Kontekstual dan

Salingtemas

Merumuskan

Hipotesis

Pembuatan Instrumen Penelitian

Penguasaan Konsep dan KPS

Terintegrasi

Penentuan Populasi

dan Sampel

Pengujian Validitas,

Reliabilitas, Taraf

Kesukaran, dan Daya

Pembeda

Pembelajaran

Kontekstual

Memberikan Postest

dan Kuesioner Kajian Materi sistem

respirasi

Mengolah Data Pretest, Postest dan Kuesioner

Pembelajaran

Salingtemas Masalah

Sampel Penelitian

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik, tidak terdapat perbedaan secara signifikan

antara pembelajaran Salingtemas maupun pembelajaran Kontekstual, baik dari

penguasaan konsep siswa maupun keterampilan proses sains terintegrasi siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.

Berdasarkan hasil analisis post test penguasaan konsep baik kelas

Salingtemas maupun kelas Kontekstual sama-sama mengalami peningkatan

dengan kategori sedang. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan statistik dimana t

hitung = t table dengan tingkat signifikansi yang berarti

tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan dalam penguasaan konsep antara

keduanya.

Sedangkan untuk KPS Terintegrasi di kelas Salingtemas dan Kontekstual

juga mengalami peningkatan dengan kategori rendah. Kedua pembelajaran tidak

berbeda secara signifikan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan proses

terintegrasi siswa.hal ini terlihat dari perhitungan statistic di mana t hitung =

t table dengan tingkat signifikansi yang berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

Begitu juga dengan kuesioner, baik kelas Salingtemas maupun kelas

Kontekstual memberikan tanggapan positif terhadap kedua pembelajaran tersebut.

Namun, kedua pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

(30)

siswa untuk berpikir lebih kritis dan kreatif, melatih siswa untuk lebih berinisiatif

dan bekerja keras dalam memecahkan masalah. Sedangkan kekurangan yang

ditemukan pada pembelajaran Salingtemas yaitu memerlukan waktu lebih lama

karena tahapan lebih banyak dan lebih sulit dikerjakan, memerlukan upaya yang

dilakukan guru lebih besar, serta memerlukan upaya yang lebih besar dari siswa,

sehingga cenderung tidak disukai oleh siswa yang tidak suka tantangan. Sehingga

kedua pembelajaran ini dapat dilakukan dalam kondisi-kondisi tertentu.

Pada kelas Kontekstual kelebihan yang ditemukan yaitu waktu yang

diperlukan dalam pembelajaran lebih singkat, tahapan pembelajaran tidak terlalu

rumit, sehingga lebih mudah dikelola oleh guru, serta lebih disukai oleh siswa

yang kurang suka tantangan. Sedangkan kekurangan yang terdapat pada kelas

Kontekstual yaitu tidak ada tuntutan bagi siswa untuk membuat solusi dari

permasalahan yang mereka temui, siswa tidak dituntut untuk menggunakan

teknologi sederhana sebagai implikasi dari solusi, serta kurang memberikan

kesempatan kepada semua siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan, diantaranya tidak

semua aspek penguasaan konsep dan keterampilan proses sains terintegrasi

diteliti. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh peneliti juga

menyebabkan banyak potensi dan permasalahan yang belum digali dengan

(31)

C.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka ada beberapa hal yang

dapat dipertimbangkan sebagai saran, diantaranya adalah :

Bagi guru : pembelajaran Salingtemas dapat digunakan apabila memiliki waktu

yang cukup panjang dan ditujukan untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam memecahkan masalah. Pembelajaran Kontekstual dapat digunakan apabila

waktu pembelajaran yang tersedia lebih sedikit dan pembelajaran lebih ditujukan

untuk memotivasi siswa belajar.

Bagi peneliti lain : diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran

Salingtemas yang lebih menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2007). Science technology and Society. http//www.wikipdia.com/ Science technology and Society (diakses tanggal 20 Februari 2008).

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bennet, J. et al. (2006). Bringing Science to Life: A Synthesis of the Research Evidence on the Effects of Context-Based and STS Approaches to Science Teaching. Published online 18 October 2006 in Wiley InterScience

(www.interscience.wiley.com) DOI 10.1002/sce.20186

BSNP (2006). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Jakarta: DEPDIKNAS

Campbell, et al. (2004). Biologi. Jilid III. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Coletta. V.P. & Phillips. J.A. (2005). Interpreting FCI Scores: Normalized Gain,

Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability. American Journal physics, Vol. 73, No. 12, Desember 2005)

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006). Pembelajaran Berbasis Kontekstual 2. Sosialisasi KTSP. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.

Djamarah, S. B. & Aswin Z. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Erwansyah (2006). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada

Pembelajaran Bioteknologi Dengan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA SPS UPI: Tidak

diterbitkan.

Fenshman, P. (1988). Familiar But Different: Some Dilemmas and New

Directions In Science Education. In P.J. Fenshman (ed), Developments and Dilemmas In Science Educations. New York: Falmer Press PP. 1-26.

Tersedia: http//on.wikipidea.org/wiki/science %2C technology %2C society and environment education.

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curricula. Palatine Illinois : IRI/Skylight Publishing, Inc.

Fraenkel, J.R., & Wallen N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in

(33)

Hendrik, Putrolo S. (2000). Pembelajaran Konsep Struktur Tumbuhan dengan

Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Kegiatan Laboratorium. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak

diterbitkan.

Holil, A. (2008). Menjadi Manusia Pembelajar. Tersedia. Online

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html.

Inmahmudah. (2005). Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas I SMU Muhammadiyah I Malang.http://student-research.umm.ac.id/print/student_research_6683.html

(diakses tanggal 12 juni 2012)

Johnson. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: MLC

Karli, H. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi: Model-Model

Pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi

Kasanda, et al. (2005). The Role of Everyday Contexts in Learner-centred Teaching: The practice in Namibian secondary schools. International

Journal of Science Education Vol. 27, No. 15, 16 December 2005, pp.

1805–1823

Kurniati, T. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis PPs UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan

Mulyasa, E. (2006). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nurhadi, & Senduk, A. G. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Oktian, F. Y. (2005). Implementasi Contextual Teaching and Learning dalam

Pembelajaran Rangkaian Listrik untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa SMP. Tesis pada PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Poedjiadi. (2005). Sains Teknlogi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Pratiwi, D. A. Dkk (2006). Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga

(34)

Puskur Balitbang Depdiknas. (2006). Model Pengembangan Silabus Mata

Palajaran Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:

Tidak diterbitkan.

Resmiati, S. (2005) Upaya Meningkatkan Potensi Belajar Siswa Pada Konsep

Pembelajaran Tumbuhan dengan Menggunakan Pendekatan STM. Tesis

Magister Program Studi Pendidikan IPA SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Rezba. J. Richard, et al. (1999). Learning and Assessing: SCIENCE PROCESS

SKILLS. Fourth Editon. Kendall/Hunt Publishing Company.

Riduwan & Sunarto. (2009). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta

Rustaman, N. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana

Shamsid-Deen, I & Smith, P. B. (2006). Contextual Teaching And Learning Practices In The Family And Consumer Sciences Curriculum. Journal of

Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, Spring/Summer, 2006

Sudarman. (2009). Lalu Gede Sudarman Blogs. Tersedia. Online.

http://pembelajaranfisika.blogspot.com/2009/02/ipa-terpadu.html

Sukri, (2002). Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran

biologi (Studi Kuasi Eksperimen Topik Penggunaan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Kelas 1 MAN Malang). Tesis Magister Program

Studi Pendidikan IPA PPS UPI: tidak diterbitkan.

Suparno. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta Kanisius.

Syamsuri. (2004). Sains Biologi SMA. Jakarta: Erlangga

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher.

Gambar

Tabel.
Tabel. 4.11. Perbandingan N-gain Keterampilan Proses Sains Terintegrasi
Gambar .
grafik data,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali, suatu objek

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman pernyataan atau pedoman observasi yang disusun oleh Saputra (2007) tentang keterampilan lokomotor anak. Berikut

Produksi tanaman kelapa sawit bergantung pada hujan dan komposisi umur tanaman.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh curah hujan dan hari hujan serta hubungan korelasi

Untuk selanjutnya metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat terus diterapkan dalam pembelajaran IPS di SD/MI karena terbukti memberikan peningkatan hasil

Sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam Microsoft Visual Basic 6.0 maka, dapat dibuat sebuah program sederhana

ekonomi resapan hutan lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam. (TWA) Deleng Lancuk dengan pendekatan pemanfatan langsung sumber

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IIS SMA Negeri 6

Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi , Graha Ilmu, Jakarta.. Kreitner, Robert &amp; Kinicki,