TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA
Oleh Rahmat Hidayat
NIM 1204748
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA
Oleh
Rahmat Hidayat
S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2004
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
© Rahmat Hidayat 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. rer. nat. Asep Supriatna, M.Si
NIP. 19660502 199003 1005
Pembimbing II
Dr. Dadi Rusdiana, M.Si
NIP. 19681015 199403 1002
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si
IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA
PEMANASAN GLOBAL
Rahmat Hidayat, 1204748 Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi bagaimana implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep IPA pada tema pemanasan global. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperiment dengan desain One-Group
Pretest-Postest. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dengan jumlah siswa 31 orang
di salah satu SMP Negeri di Kab. Bandung Barat Propinsi Jawa Barat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes keterampilan generik sains dan tes pemahaman konsep berbentuk tes tertulis jenis Pilihan Ganda dengan Tema Pemanasan Global, serta skala sikap tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan pada tema Pemanasan Global dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa yang ditunjukkan dengan presentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> keterampilan generik sains sebesar (0,44) (kategori sedang). Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil keterampilan generik sains siswa yaitu keterampilan bahasa simbolik (0,3) kategori sedang, kerangka logika (0,47) kategori sedang, inferensi logika (0,17) kategori rendah, hukum sebab akibat (0,30) kategori sedang, pemodelan (0,43) kategori sedang dan abstraksi (0,32) kategori sedang. Implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan pada tema pemanasan global juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dengan persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> pemahaman konsep sebesar (0,34) kategori sedang, Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil pemahaman konsep siswa yaitu kemampuan menjelaskan (0,37) kategori sedang, mencontohkan (0,25) kategori rendah, menyimpulkan (0,24) kategori rendah, membandingkan (0,23) kategori rendah dan kemampuan menafsirkan (0,32) kategori sedang. hasil analisis data skala sikap menunjukkan bahwa hampir semua siswa setuju terhadap implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan dengan prosentase persetujuan sebesar (83,49%). Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan pemahaman konsep siswa .
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………..…..i
LEMBAR HAK CIPTA ……….….ii
LEMBAR PENGESAHAN..………..…iii PERNYATAAN……….……….iv
ABSTRAK………...v
KATA PENGANTAR……….……vi
UCAPAN TERIMA KASIH………...….vii
DAFTAR ISI……….,.…..…..ix
DAFTAR TABEL………...xi
DAFTAR GAMBAR………..…..xii
DAFTAR LAMPIRAN……….…xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..……1
B. Rumusan masalah ………..6
C. Pertanyaan Penelitian……….7
D. Batasan Masalah……….…7
E. Tujuan Penelitian………7
F. Manfaat Penelitian………..8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran berbasis tantangan…....………....……9
B. Problem Based Learning………..……12
C. Project Based Learning………14
D. Pemahaman Konsep……….17
E. Keterampilan Generik Sains………...…..20
F. Keterkaitan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan dengan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains …….….25
G. Analisis Materi tema Pemanasan Global………..………26
H. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan subjek penelitian ………..……….35
B. Desain Penelitian ………35
C. Metode Penelitian ……….……. 36
D. Definisi Operasional ………..………. 36
E. Instrumen Penelitian ………...…… 37
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………...………. 38
G. Uji Coba Instrumen ……… 40
H. Teknik Pengumpulan ………...………...…… 47
I. Teknik Pengolahan Data ……… 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………...… 53
1. Observasi keterlaksanaan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan ………... 54
2. Tes Pemahaman Konsep ………..……… 56
a. Deskripsi Data Pemahaman Konsep ……….….… 56
b. Deskripsi Data Profil Pemahaman Konsep …………...….… 59
3. Tes Keterampilan Generik Sains ………...…... 62
a. Deskripsi Data Keterampilan Generik Sains ………. 62
b. Deskripsi Data Profil Keterampilan Generik Sains ……...… 65
4. Tanggapan Siswa Terhadap pembelajaran berbasis tantangan .... 68
B. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ………..………. 71
1. Keterlaksanaan pembelajaran ……….….. 71
2. Peningkatan Pemahaman Konsep ……….………74
3. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ……….…76
4. Tanggapan Siswa …...…..……….… 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……….……... 82
B. Saran ………..….… 82
DAFTAR PUSTAKA ………...….….….. 84
LAMPIRAN ……….…… 87
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa
indikator keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai
ujian nasional (UN). Pandangan seperti itu tidak keliru, akan tetapi baru melihat
salah satu indikator saja. Apabila keberhasilan hanya dipandang dari indikator itu,
maka pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif semata,
sehingga aspek afektif dan psikomotorik agak terabaikan.
Salah satu aspek yang penting yang mesti dimiliki oleh siswa adalah
memiliki kecakapan hidup (life skill) sebagai inti dari kompetensi dan hasil
pendidikan, sehingga peserta didik ketika hidup di masyarakat peserta didik sudah
memiliki kemampuan untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas,
2006).
Empat pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di
sekolah-sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang
dibutuhkan siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan
tersebut adalah belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk
berbuat atau bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi jati diri (learning to
be) dan belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together).
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk membangun empat pilar diatas melalui belajar tentang diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Sehingga siswa mempunyai bekal
kemampuan dalam menghadapi dunia nyata yang sesungguhnya, siswa dapat
belajar hidup bermasyarakat, pada akhirnya siswa mempunyai kecakapan hidup
yang dibutuhkan dalam hidup di masyarakat.
IPA sangat berperan dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Salah satu contoh penerapan konsep dalam IPA adalah siswa
dibimbing untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat
SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan
sikap ilmiah. (Depdiknas, 2007)
Proses pembelajaran yang mengedepankan proses dan produk akan lebih
baik dibandingkan dengan mengandalkan hasil akhir saja, disamping pada peserta
didik melatih keterampilan berpikir untuk dapat menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari juga akan lebih tertanam rasa percaya diri
untuk menghadapi tantangan hidup. Untuk memberikan keterampilan yang cukup
untuk peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup diperlukan metode,model,
atau pendekatan yang dapat membantu peserta didik mengarahkan pada tujuan
tadi, diantaranya guru harus berani mengubah pendekatan ataupun metode biasa
yang selama ini dipraktekkan.
Perlunya guru IPA mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari-hari juga ditegaskan oleh National Science Teachers
Association/NSTA & AETS (2003). NSTA & AETS (dalam Ramlawati 2012)
menegaskan standar penyiapan guru IPA bahwa guru IPA pada berbagai level
masalah melalui penyelidikan. Mereka harus memahami bagaimana ilmu
pengetahuan mempengaruhi komunitas dan kehidupan mereka. Salah satu
keterampilan yang penting pada pembelajaran sains adalah keterampilan generik
sains, menurut Brotosiswoyo (2001) menyatakan bahwa keterampilan generik
sains saat ini sangat penting dalam membangun kepribadian dan pola tindakan
dalam kehidupan setiap insan Indonesia. Hal ini disebabkan karena keterampilan
generik sains merupakan dasar dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan siswa.
Pentingnya keterampilan generik sains diakui oleh beberapa peneliti sebelumnya
(Harris et al., 2007; Mitchell, 2005; dan Brotosiswoyo, 2001).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis disekolah
diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode konvensional
terutama materi IPA Terpadu masih terpusat oleh guru, materi yang diberikan
masih terpisah, materi pelajaran masih dibahas dari satu disiplin tertentu tidak
dibahas secara multi disiplin IPA baik dari segi disiplin Ilmu Fisika, Biologi dan
Kimia sedangkan IPA itu sendiri merupakan satu kesatuan disiplin ilmu yang
tidak bisa dipisahkan atau terintegrasi satu sama lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan materi IPA tidak sepenuhnya terserap oleh siswa dan menjadi
pembelajaran yang bermakna dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dampak dari permasalahan diatas menyebabkan pemahaman konsep siswa
rendah, begitu pula dengan keterampilan generik sains siswa yang dimiliki siswa
sangatlah kurang, diperkuat dengan hasil diskusi dengan guru IPA mengenai hasil
Ujian Akhir Semester tahun pelajaran 2012/2013 rata-rata siswa 52% masih
dibawah KKM yaitu 65%. Pentingnya proses pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dan menyenangkan, akan membuat siswa termotivasi mengikuti
kegiatan pembelajaran, seperti yang dipaparkan Silberman, 2009 dalam Setiawati,
2013):
Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka menggunakan otak mereka
apa yang dipelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati.
Pada saat proses pembelajaran siswa tidak ikut dilibatkan maka hal ini
menyebabkan keterampilan yang harus dimiliki siswa tidak dapat terukur dengan
baik dan siswa menjadi kurang tertantang untuk ikut serta dalam proses
pembelajaran dikelas, guru hanya melihat dari satu aspek kognitif saja tidak
melihat dari segi yang lainnya yaitu aspek keterampilan/psikomotor. Apalagi saat
ini pada kurikulum 2013 sudah ditetapkan 4 aspek yang harus diterapkan pada
siswa antara lain : aspek sikap, sosial, pengetahuan dan keterampilan harus
muncul pada diri siswa, dan standar proses pembelajaran selama ini belum
menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang
penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat
pada guru.
Pembelajaran IPA saat ini masih kurang menantang kepada siswa, siswa
perlu dilibatkan dan aktif dalam proses pembelajaran, siswa harus diberikan
sebuah tantangan yang menarik terkait dengan fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, pada akhirnya siswa merasa tertantang untuk mencari dan
menyelesaikan persoalan tersebut, terkait dengan permasalahan pembelajaran
diatas, peneliti merasa perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran IPA.
Salah satu pendekatan yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah
melalui pendekatan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge Based Learning),
pembelajaran berbasis tantangan ini merupakan sebuah pendekatan dalam
pembelajaran dimana pembelajaran dimulai dari fenomena atau kejadian yang
akrab dalam kehidupan kita sehari-hari (kontekstual) maupun berasal dari
permasalahan yang ada atau isu-isu global, dan untuk memecahkan masalah atau
tantangan tersebut dilakukan sebuah perencanaan untuk menyelesaikannya.
Tantangan yang diajukan dapat berupa tugas menyelesaikan masalah, tugas
menjelaskan fenomena alam, atau berupa proyek membuat prakarya dengan
menggunakan konsep dasar IPA yang dipelajari (Yalcin, 2009 dalam setiawati
Dalam pembelajaran siswa ditantang untuk menyelesaikan permasalahan
berupa tugas/proyek yang harus diselesaikan atau juga dapat berasal dari isu
hangat untuk didiskusikan. Penyelesaian yang dilakukan oleh siswa hendaknya
berupa sebuah tindakan nyata dan solusi yang diperoleh hendaknya berasal dari
hal-hal sederhana yang biasa mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang dihadirkan demikian akan merangsang keterampilan generik
sains siswa sehingga pada diri siswa akan tertanam layaknya seorang ilmuwan
dalam menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis tantangan adalah bentuk khusus dari pembelajaran
berbasis masalah dimana permasalahannya adalah nyata dan alamiah.
Pembelajaran ini berisi fitur pendekatan pengalaman dan beberapa tugas proyek.
Dalam prosesnya, guru menghadirkan ide besar yang dapat mewakili keseluruhan
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Ide besar dapat berasal dari hal-hal
yang akrab dengan kehidupan kita. Dari ide besar (big idea) yang dihadirkan akan
muncul pertanyaan-pertanyaan dan tantangan yang harus diselesaikan oleh siswa.
Proses pembelajaran itu sendiri akan menjadi aktivitas pemandu siswa dalam
penyelesaian tantangan, selain dibantu dengan pertanyaan dan sumber-sumber
pemandu. Pada akhir pembelajaran siswa diharapkan adanya hasil akhir yaitu
adanya solusi terhadap tantangan yang dihadirkan dan solusi tersebut dapat
dilakukan dalam bentuk tindakan nyata.
Tema atau ide yang dipilih untuk dibahas pada pembelajaran ini adalah
pemanasan global (global warming) dengan alasan bahwa tema atau ide tentang
pemanasan global sangat akrab diperbincangkan dan termasuk fenomena yang
sedang dan akan terjadi pada masa yang akan datang. Hal ini disebabkan
pemanasan global yang terjadi diseluruh dunia seperti dampak dari transportasi
kendaraan, pabrik-pabrik industri telah memberi kontribusi bagi terjadinya
pemanasan global. Selain itu tema ini merupakan tema yang kompleks
pembahasannya yang merupakan konsep IPA terpadu dimana isi pembahasannya
bisa dibahas dari sisi ilmu fisika, ilmu kimia dan ilmu biologi, dan itu
Beberapa penelitian terkait dengan peningkatan pemahaman konsep
perubahan iklim telah dilakukan dengan menggunakan berbagai
model/pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran dengan berbantuan video
visual pada konsep perubahan iklim yang dilakukan oleh Ratnasari (2010) dapat
meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa pada siswa SMP. Meskipun
demikian hasil penelitian tersebut hanya melihat dari aspek penggunaan media
berbantuan video visual tidak melibatkan anak langsung untuk turut serta dalam
pembelajaran dikelas dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pembelajaran berbasis tantangan ini siswa diajak untuk ikut
berpikir sesuatu hal yang berhubungan dengan fenomena Global Warming melalui
sebuah tantangan yang dihadirkan oleh guru, sehingga siswa pada akhirnya akan
memberikan solusi dan tindakan nyata untuk menghadapi fenomena tersebut
dimasa yang akan datang.
Pada pendekatan pembelajaran Berbasis Tantangan ini terdapat keterkaitan
keterampilan yang dimunculkan dengan keterampilan generik sains siswa
berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada keterampilan generik sains,
diantaranya indikator bahasa simbolik, sampai kepada abstraksi sehingga
diharapkan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan ini mampu meningkatkan
keterampilan generik sains siswa.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mencoba untuk
menerapkan pembelajaran berbasis tantangan untuk materi/tema pemanasan
global (global warming) dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep
dan keterampilan generik sains siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan latar belakang yang telah
dikemukakan, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ bagaimanakah
peningkatan keterampilan generik sains siswa dan pemahaman konsep siswa pada
tema pemanasan global menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian tersebut.
1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep IPA siswa pada tema
pemanasan global menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
tantangan ?
2. Bagaimana peningkatan Keterampilan Generik Sains siswa pada tema
pemanasan global menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
tantangan?
3. Bagaimana tanggapan siswa setelah implementasi pendekatan
pembelajaran berbasis tantangan pada tema pemanasan global di SMP
kelas VII?
D. Batasan Masalah
Pada penelitian yang akan dilakukan, terdapat beberapa pembatasan ruang
lingkup masalah, yaitu :
1. Materi pelajaran pada penelitian ini adalah tema pemanasan global
yang dibatasi pada konsep lingkungan dan perubahan iklim.
2. Peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa
yang dimaksudkan sebagai perubahan siswa kearah yang lebih baik
antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Kategori peningkatan
pemahaman siswa dan keterampilan generik sains ditentukan oleh
rata-rata skor gain yang di normalisasi.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, yang menjadi
tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran bagi penulis bagaimana
implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan untuk meningkatkan
keterampilan generik sains siswa serta pemahaman konsep IPA pada tema
pemanasan global
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat terhadap peningkatan
kualitas pembelajaran IPA secara umum. Secara khusus, manfaat penelitian ini
antara lain :
1. Memberikan alternatif pendekatan untuk pembelajaran IPA guna
meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan pemahaman konsep
IPA.
2. Memberikan pengalaman bagi guru dan siswa dalam implementasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas VII pada salah satu SMP Negeri yang
terletak di Kabupaten Bandung Barat pada tahun pembelajaran 2013/2014. Selain
dilatarbelakangi oleh kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan generik
yang belum muncul seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang,
lingkungan sekitar sekolah berupa kawasan pertanian dan kawasan industri tekstil
sehingga sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam proses pembelajaran.
Sampel penelitian diambil satu kelas secara acak. Teknik sampling yang
digunakan adalah dengan mengundi seluruh kelas populasi yang memiliki
kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk rancangan penelitian dengan one
group pretest-posttest yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok
tanpa menggunakan kelas kontrol. Kelompok subjek tunggal diberi pretest (O1),
perlakuan (X) dan posttest (O2). instrumen pada saat pretest dan posttest sama,
tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Adapun desain penelitian yang
dimaksud, dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tes awal Perlakuan Tes Akhir
O1 X O2
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Keterangan :
X = perlakuan berupa penerapan pembelajaran berbasis
tantangan
O1 = pretest
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Pre-experiment (Milla, Mc. JH., Schumacher, Sally. 1997, Fraenkel & Wallen, 2006).
Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat gambaran dan informasi
dari implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan terhadap
peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa, tidak
sampai pada pengujian efektivitasnya jika dibandingkan dengan penggunaan
model pembelajaran yang lain. Metode ini merupakan metode penelitian
eksperimen tetapi tanpa penggunaan kelompok kontrol. Perlakuan hanya
difokuskan pada satu kelompok saja.
D. Definisi Operasional
Agar lebih fokus dalam penelitian ini maka diperlukan definisi
operasional. Beberapa definisi operasional yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Challenge Based Learning adalah Pendekatan yang
digambarkan sebagai bentuk khusus dari pendekatan pembelajaran
berbasis masalah, di mana masalah-masalahnya berkaitan dengan alam
nyata, terbuka. Pembelajaran berbasis tantangan berisi fitur dari
pendekatan pembelajaran pengalaman dan berbasis proyek dengan
memiliki kerangka sebagai berikut : Ide Besar/Gagasan utama (The Big
Idea), Pertanyaan penting (Essential Question), Tantangan (Challenge),
Pertanyaan Pemandu (Guiding Question), Aktivitas Pemandu (Guiding
Aktivities), Sumber Pemandu (Guiding resources), Solusi (Solution),
Penilaian (assessment), Publikasi (Publishing).
2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah skor kemampuan siswa
menjelaskan sesuai dengan tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi.
Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang
dikembangkan oleh penulis sendiri.
3. Keterampilan Generik Sains
Keterampilan Generik Sains dalam penelitian ini adalah skor keterampilan
dasar yang dimiliki siswa dalam pembelajaran sains yang meliputi : a)
Bahasa Simbolik; b) Kerangka Logika; c) Inferensi Logika; d) Hukum
Sebab Akibat; e) Pemodelan; f) Abstraksi
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan terdiri atas :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dibuat oleh penulis sendiri
c. Hand Out materi pemanasan Global
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Tes Pemahaman Konsep
Tes Pemahaman Konsep menurut taksonomi kognitif Bloom yang
telah direvisi (Anderson, L.W. et. al., 2001) mencakup indikator
pemahaman konsep antara lain indikator Menafsirkan, mencontohkan,
menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Adapun bentuk tesnya
adalah tes pilihan ganda dan diberikan pada saat pretest dan posttest.
Langkah pembuatan tes pemahaman konsep adalah dengan membuat
kisi-kisi soal yang dibimbing oleh dosen pembimbing dan dosen ahli. Soal
kemudian diuji coba dan dianalisis kelayakan melalui uji validitas, uji
reliabilitas, tingkat kesukaran dan indeks daya beda soal. Soal awal yang
SMPN 2 Batujajar yang telah sebelumnya mempelajari materi pemanasan
global.
b. Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)
Tes Keterampilan Generik Sains yang dikembangkan dalam
penelitian ini dan sesuai dengan karakteristik tema pemanasan global
adalah mencakup indikator Bahasa Simbolik, Kerangka Logika, Inferensi
Logika, Hukum Sebab Akibat, Pemodelan dan Abstraksi.
c. Angket
Angket yang digunakan adalah angket tertutup untuk melihat
tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan
Challenge Based Learning.
d. Lembar observasi terhadap aktifitas guru saat penerapan pendekatan
Challenge Based Learning.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu : (1) tahap persiapan,
(2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengolahan dan analisis data (4) penulisan
laporan penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang akan dilaksanakan antara lain :
a. Studi awal
Studi awal dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
pembelajaran IPA terutama pada tema pemanasan global. Studi ini
dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru IPA mengenai pelaksanaan
belajar masih rendah, keterampilan generik sains siswa belum diketahui,
dan guru belum pernah melaksanakan pembelajaran tema pemanasan
global karena sebelumnya masih belum terpadu dan kurikulum yang
digunakan kurikulum KTSP.
b. Studi literatur
Studi literature dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan
dengan indikator keterampilan generik sains dan pemahaman konsep
c. Menyusun instrumen; RPP, Soal Tes Pemahaman Konsep, Tes
Keterampilan Generik sains, Lembar Observasi
d. Menjugment instrument oleh para ahli
e. Menguji validitas, Reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda
instrument
f. Merevisi dan menganalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya pembeda instrument
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap pengumpulan data yaitu
data yang diperoleh berupa :
a. Siswa melaksanakan Tes awal (Pre-test) Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Generik Sains.
b. Pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan
Challenge Based Learning di kelas
c. Pelaksanaan Observasi kelas
d. Siswa melaksanakan Tes akhir (Postest) Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Generik Sains.
e. Pembagian angket tanggapan siswa
Pada tahap pengolahan data dan analisis data, penulis melakukan sebagai
berikut :
a. Pengolahan hasil tes awal dan tes akhir dan N-gain menggunakan
Program Excel dan SPSS versi 16.
b. Pengolahan data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
menggunakan Program Excel
c. Pengolahan hasil angket siswa
4. Penulisan laporan penelitian
Penulisan laporan penelitian terdiri dari 5 bab dengan urutan penyajian
sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, batasan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka yang membahas
tinjauan teoritis tentang CBL, Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik
Sains. Bab III Metodologi Penelitian yang membahas tentang Lokasi dan subjek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument
penelitian, teknik pengumpulan data dan analisa data. Bab IV Hasil Penelitian
dan pembahasan yang membahas tentang hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan
saran yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian
G. Uji Coba Instrumen
Telah dilakukan analisis istrumen untuk mengetahui baik atau tidaknya
instrument pengambilan data. Analisis instrument dilakukan dengan menguji
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrument. Berikut ini
hasil analisis instrument :
1. Analisis Uji Validitas soal
Pengujian validitas soal dilakukan dengan cara meminta pertimbangan
disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta
memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrument yang telah disusun.
Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrument
dengan materi pelajaran yang diajarkan (KI, KD) indikator pemahaman konsep
dan indikator keterampilan generik sains.
Hasil pertimbangan (judgement) ahli menyimpulkan bahwa instrument
pemahaman konsep dan keterampilan generik sains yang disusun sudah dapat
digunakan untuk keperluan penelitian. Namun ada beberapa hal terkait konteks,
konten, dan redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan oleh ahli lengkap
dapat dilihat pada lampiran B.
2. Analisis Uji Validitas butir soal
Validitas berkaitan erat dengan ketepatan melakukan pengukuran. Sebuah
tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal
terhadap skor total. Untuk menguji validitas butir soal, skor-skor yang ada pada
butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan
memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang
besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk
korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus
korelasi.
Salah satu persamaan yang digunakan koefisien korelasi adalah rumus
korelasi product moment Pearson seperti berikut :
(Arikunto, 2011)
Keterangan :
X = Skor butir soal
Y = Skor Total
N = Jumlah siswa
Perhitungannya dibantu dengan menggunakan program anates versi 4.00.
taraf signifikansi untuk instrument adalah p = 0,05 dengan df = N-2
Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,8 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,6 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,4 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,2 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang)
rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2011)
3. Analisis Uji Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
� = �/ . / ( + �/ . / )
Keterangan :
r11 : koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan
r1/21/2 : koefisien korelasi antara soal ganjil dan genap
harga dari r1/21/2 dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan
skor total untuk soal nomor ganjil dan skor total untuk
soal-soal nomor genap (arikunto, 2011)
Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas
0,81 ≤r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61 ≤r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 ≤r ≤ 0,60 Cukup
0,21 ≤r ≤ 0,40 Rendah
0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2011)
Pada pengujian tes pemahaman konsep jumlah butir soal yang diuji yang
diperoleh dengan menggunakan program anates versi 4 adalah : 1) rata-rata skor =
13,29; 2) simpangan baku = 2,88; 3) korelasi XY (skor nomor soal ganjil genap)=
0,27; 4) reliabilitas tes = 0,42 (kategori sedang).
Dan pengujian tes keterampilan generik sain jumlah butir soal yang diuji yang
diperoleh dengan menggunakan program anates versi 4 adalah : 1) rata-rata skor =
13,53; 2) simpangan baku = 3,62; 3) korelasi XY (skor nomor soal ganjil genap)=
0,49; 4) reliabilitas tes = 0,66 (kategori tinggi).
4. Analisis tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi symbol P (proporsi) yang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut : (arikunto, 2011)
� =��
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
N = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran
0,00 ≤ P ≤ 0,3 Soal sukar 0,31 < P ≤ 0,70 Soal sedang
0,71 < P ≤ 1,00 Soal mudah
Tes yang baik memuatkira-kira 25% soal mudah, 50% sedang dan 25%
sukar. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran, dari 25 soal yang diuji untuk
tes pemahaman konsep terdapat 7 soal mudah, 11 soal sedang dan 7 sukar. Dan
untuk tes keterampilan generik sains terdapat 7 soal mudah, 13 soal soal sedang
dan 5 soal soal sukar. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat
dilihat pada lampiran C.
5. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Rumus yang digunakan adalah
D = BaJa − BbJb = Pa − Pb
Keterangan :
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Batasan Kategori
0,0 ≤ D ≤ 0,2 Rendah
0,2 < D ≤ 0,4 Sedang
0,4 < D ≤ 0,7 Tinggi
0,7 < D ≤ 1 Tinggi Sekali
Dari hasil ujicoba yang dilakukan diperoleh untuk daya pembeda soal tes
pemahaman konsep dari 25 soal yang diujicobakan terdapat 8 soal yang memiliki
daya pembeda rendah. Untuk tes keterampilan generik sains terdapat 4 soal yang
memiliki daya pembeda rendah. Akan tetapi soal tersebut tetap digunakan setelah
mengalami perbaikan karena untuk mencegah hilangnya butir soal yang mewakili
indikator yang diukur baik soal tes pemahaman konsep maupun tes keterampilan
generik sains.
Hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal tes pemahaman konsep dan keterampilan generik sains dalam
penelitian ini selengkapnya disajikan pada lampiran. Taraf soal dianggap valid
adalah dengan taraf signifikansi P = 0,05 dengan nilai r tabel = 0,349 (df=32).
Berikut hasil rangkuman analisis butir soal Pemahaman Konsep yang telah
dilakukan
Tabel 3.6 Hasil analisis butir soal Pemahaman Konsep No
Soal
Nilai r Indeks
Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Ket
1 0,07 0,91 Mudah 0,00 Rendah Revisi
2 0,14 0,97 Mudah 0,11 Rendah Revisi
3 0,07 0,85 Mudah 0,00 Rendah Revisi
4 0,3 0,97 Mudah 0,11 Rendah Revisi
5 0,3 0,47 Sedang 0,22 Sedang Digunakan
7 0,34 0,26 Sukar 0,44 Tinggi Digunakan
8 0,062 0,94 Mudah 0,11 Rendah Revisi
9 0,5 0,50 Sedang 0,67 Tinggi Digunakan
10 0,42 0,64 Sedang 0,33 Sedang Revisi
11 0,54 0,67 Sedang 0,67 Tinggi Digunakan
12 0,13 0,47 Sedang 0,22 Sedang Digunakan
13 0,54 0,67 Sedang 0,78 Tinggi Digunakan
14 0,3 0,20 Sukar 0,33 Sedang Digunakan
15 0,05 0,76 Mudah 0,11 Rendah Digunakan
16 0,24 0,82 Mudah 0,22 Sedang Digunakan
17 0,18 0,11 Sukar 0,22 Sedang Digunakan
18 0,53 0,47 Sedang 0,56 Tinggi Digunakan
19 0,46 0,32 Sedang 0,56 Tinggi Digunakan
20 0,03 0,26 Sukar 0,22 Sedang Digunakan
21 0,24 0,26 Sukar 0,22 Sedang Digunakan
22 0,3 0,32 Sedang 0,22 Sedang Digunakan
23 0,4 0,67 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan
24 0,14 0,02 Sukar 0,11 Rendah Revisi
25 0,41 0,52 sedang 0,56 Tinggi Digunakan
Hasil rangkuman analisis butir soal Keterampilan Generik Sains
Tabel 3.7 hasil analisis butir soal Keterampilan Generik Sains No
Soal
Nilai r Indeks
Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Ket
1 0,3 0,91 Mudah 0,22 Sedang Digunakan
2 0,52 0,79 Mudah 0,44 Tinggi Digunakan
3 0,19 0,47 Sedang 0,22 Sedang Digunakan
4 0,36 0,76 Mudah 0,33 Sedang Digunakan
5 0,45 0,55 Sedang 0,55 Tinggi Digunakan
6 0,065 0,55 Sedang 0,22 Sedang Digunakan
7 0,4 0,11 Sukar 0,33 Sedang Digunakan
9 0,169 0,17 Sukar 0,11 Rendah Revisi
10 0,34 0,52 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan
11 0,55 0,35 Sedang 0,77 Tinggi
sekali
Digunakan
12 0,25 0,26 Sukar 0,22 Sedang Digunakan
13 0,36 0,50 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan
14 0,411 0,29 Sukar 0,44 Tinggi Digunakan
15 0,63 0,82 Mudah 0,55 Tinggi Digunakan
16 0,3 0,35 Sedang 0,33 Sedang Digunakan
17 0,58 0,61 Sedang 0,77 Tinggi
sekali
Digunakan
18 0,47 0,67 Sedang 0,55 Tinggi Digunakan
19 0,38 0,67 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan
20 0,36 0,79 Mudah 0,44 Tinggi Digunakan
21 0,06 0,14 Sukar 0,11 Rendah Revisi
22 0,3 0,82 Mudah 0,11 Rendah Revisi
23 0,53 0,85 Mudah 0,33 Sedang Digunakan
24 0,27 0,41 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan
25 0,26 0,52 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan
H. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan tigas jenis pengumpulan data yaitu
perangkat tes, lembar observasi dan angket.
a. Tes Pemahaman Konsep
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep yang
dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis tantangan (CBL). Tes
pemahaman konsep diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pembelajaran
(pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini bertujuan untuk mengukur
pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Berdasarkan
hasil pretest dan posttest, akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> untuk
melihat peningkatan indikator pemahaman konsep apa yang dapat dikembangkan
Tes pemahaman konsep ini berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda
dengan empat pilihan jawaban.
b. Tes Keterampilan Generik Sains
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan generik sains
yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis tantangan. Tes
keterampilan generik sains diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum
pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini bertujuan untuk
mengukur keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah perlakuan
diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, akan dihitung gain yang
dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan indikator keterampilan generik sains
apa yang dapat dikembangkan melalui implementasi pembelajaran berbasis
tantangan.
Tes keterampilan generik sains ini berupa tes tertulis jenis pilihan ganda
dengan empat pilihan jawaban.
c. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru
Lembar observasi aktifitas guru memuat sejumlah aktifitas yang harus
dilaksanakan guru selama pembelajaran berbasis tantangan
d. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat daftar
pertanyaan dan pernyataan tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis tantangan
yang telah dilaksanakan.
I. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Pretest dan Postest
Data pretest dan posttest diolah secara statistik dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
Berdasarkan data yang terjaring dari hasil pretest dan posttest dengan
soal pilihan ganda masing-masing diberi skor 1 untuk jawaban benar.
Jumlah jawaban benar kemudian dibagi jumlah soal dan dikali 100
sehingga diperoleh nilai maksimum100
Adapun langkah-langkah dala pengolahan data objektif ini adalah
sebagai berikut :
1. Menghitung skor dari setiap jawaban benar
2. Menghitung nilai total
3. Menghitung rata-rata mean dengan rumus :
�̅ =∑ ��
4. Menghitung skor Gain yang dinormalisasi
Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep, keterampilan
generik sains yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung N –
gain, dengan rumus
N_gain = �� � − �� � �
�� ��� − �� � � � % ...(5)
(Metzer, 2002)
Tabel 3.8 Kriteria Gain dinormalisasi
<g> Kriteria
<g> > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah
Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis
menggunakan program excel 2007 dan SPSS versi 16. Hasil perolehan
data penelitian mengenai N-gain akan dipaparkan pada bab IV tentang
pembahasan hasil penelitian.
Pada pengolahan data penelitian ini dilakukan uji normalitas
terhadap hasil pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep dan
keterampilan generik sains dengan menggunakan program SPSS 16.00
dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan untuk melihat
data yang didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan
normal jika hasil perhitungan probalitas (Sig. 2-tailed) lebih besar dari tara
nyata yaitu dengan signifikansi 0,05
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor pretest dan
posttest dari hasil penelitian yang dilakukan homogeny atau tidak
untuk signifikansi 0,05. Uji homogenitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 16.00 menggunakan Uji Levene. Data
dikatakan homogeny jika nilai probabilitas (sig) > 0,05
2. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru
Untuk mengetahui interpretasi kategori keterlaksanaan
pembelajaran berbasis tantangan yang dilakukan guru dapat
[image:30.595.148.498.511.687.2]diinterpretasikan pada tabel 3.4
Tabel 3.9 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
% Kriteria
0 Tak satu kegiatan pun terlaksana
0 < K < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 < K < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
K = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < K < 75 Sebagian besar kegiatab terlaksana
75 < K < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
K = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
Untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan siswa terhadap
penerapan pembelajaran berbasis tantangan, siswa diberi angket.
Pemberian skor kepada setiap pernyataan siswa dengan ketentuan seperti
[image:31.595.132.529.213.332.2]pada Tabel berikut :
Tabel 3.10 Pemberian Skor Tanggapan Siswa
Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (SS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif
menggunakan perhitungan persentase (%) untuk setiap pernyataannya.
Untuk menentukan kriteria persentase dari angket yang diolah, peneliti
menggunakan aturan yang dikemukakan oleh Budiarti (Solihat, 2010) pada
tabel berikut :
Tabel 3.11 Kriteria Persen Angket
Responden (%) Kriteria
R = 0 Tidak seorang pun reponden
0 < R < 25 Sebagian Kecil responden
25 < R < 50 Hampir Setengahnya dari jumlah responden
R = 50 Setengah dari jumlah responden
50 < R < 75 Sebagian Besar responden
75 < R < 100 Hampir Seluruh responden
R = 100 Seluruh responden
R adalah persentase responden yang menjawab alternatif jawaban untuk
Studi Literatur
Analisis Standar Isi Kurikulum
Penyusunan Instrumen Perangkat Soal
Angket
Lembar Observasi
Penyusunan RPP Pembelajaran Berbasis
Tantangan
Uji Coba, Revisi, Validasi
Analisis materi pelajaran
Analisis Indikator Keterampilan Generik Sains & pemahaman konsep
Validasi
pretest
Pembelajaran berbasis tantangan
Posttest Angket
Analisis Data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada siswa kelas VII SMP
dengan implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan pada tema
pemanasan global dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa. Adapun
peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa dipaparkan
sebagai berikut :
1. Peningkatan pemahaman konsep siswa meningkat secara signifikan, terbukti
dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dari hasil pretest ( 45,81) dan
posttest ( 64,39) dengan N-gain 0,34 termasuk kategori sedang sedangkan
untuk profil pemahaman konsep yaitu : profil pemahaman konsep kemampuan
menjelaskan dan menafsirkan tergolong katagori sedang, sedangkan
kemampuan mencontohkan, kemampuan menyimpulkan dan kemampuan
membandingkan tergolong katagori rendah
2. Peningkatan keterampilan generik sains siswa dari hasil pretest (48,09) dan
posttest (71,26) dengan N-gain 0,44 termasuk kategori sedang. Sedangkan
untuk profil keterampilan generik sains yaitu : Bahasa simbolik ,kerangka
logika, hukum sebab akibat, pemodelan dan abstraksi tergolong kategori
sedang dan profil inferensi logika tergolong katagori rendah
3. Tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan pembelajaran berbasis
tantangan pada tema pemanasan global memberikan tanggapan yang positif
dan setuju apabila dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Pendekatan menggunakan pembelajaran berbasis tantangan masih jarang
harus mengungkapkan pengetahuan awal dan tantangan yang tepat untuk
menunjang materi baru yang akan diberikan. Oleh karena itu, disarankan guru
lebih kreatif lagi dalam menggali berbagai materi yang dapat diterapkan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan ini. Tugas/proyek
yang diberikan harus lebih kepada permasalahan kehidupan sehari-hari yang
mereka akan atau sedang terjadi sehingga siswa akan lebih tertantang untuk
memberikan solusinya. Pemberian motivasi oleh guru pada awal pembelajaran
akan membuat siswa dapat lebih fokus pada materi yang akan disampaikan
dan peningkatan motivasi akan lebih meningkat jika pendekatan berbasis
tantangan ini lebih banyak digunakan pada proses pembelajaran.
2. Guru sebaiknya mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Dalam penelitian yang dilakukan masih ada siswa yang menggunakan cara
belajar yang konvensional, guru diharapkan mampu menggunakan berbagai
model dan strategi mengajar di kelas sehingga proses belajar dikelas dapat
terlaksana dengan baik.
3. Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang melaksanakan tugas
yang diberikan sehingga muncul sikap sungguh-sungguh dari siswa dalam
melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Walaupun dalam pelaksanaanya
tugas-tugas yang diberikan kepada siswa memerlukan waktu relatif lama.
4. Beberapa siswa lebih senang mengerjakan tugas secara individu sehingga
kesulitan ketika harus bekerja sama dalam diskusi. Oleh karena itu, pada
pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
tantangan berikutnya diharapkan guru dapat lebih memahami karakter siswa
dan memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya bekerja secara
kelompok. Guru juga diharapkan mampu menguasai kelas sehingga dapat