• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Oleh Rahmat Hidayat

NIM 1204748

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Oleh

Rahmat Hidayat

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

© Rahmat Hidayat 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. rer. nat. Asep Supriatna, M.Si

NIP. 19660502 199003 1005

Pembimbing II

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si

NIP. 19681015 199403 1002

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si

(4)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA

PEMANASAN GLOBAL

Rahmat Hidayat, 1204748 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi bagaimana implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep IPA pada tema pemanasan global. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-eksperiment dengan desain One-Group

Pretest-Postest. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dengan jumlah siswa 31 orang

di salah satu SMP Negeri di Kab. Bandung Barat Propinsi Jawa Barat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes keterampilan generik sains dan tes pemahaman konsep berbentuk tes tertulis jenis Pilihan Ganda dengan Tema Pemanasan Global, serta skala sikap tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan pada tema Pemanasan Global dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa yang ditunjukkan dengan presentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> keterampilan generik sains sebesar (0,44) (kategori sedang). Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil keterampilan generik sains siswa yaitu keterampilan bahasa simbolik (0,3) kategori sedang, kerangka logika (0,47) kategori sedang, inferensi logika (0,17) kategori rendah, hukum sebab akibat (0,30) kategori sedang, pemodelan (0,43) kategori sedang dan abstraksi (0,32) kategori sedang. Implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan pada tema pemanasan global juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dengan persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> pemahaman konsep sebesar (0,34) kategori sedang, Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil pemahaman konsep siswa yaitu kemampuan menjelaskan (0,37) kategori sedang, mencontohkan (0,25) kategori rendah, menyimpulkan (0,24) kategori rendah, membandingkan (0,23) kategori rendah dan kemampuan menafsirkan (0,32) kategori sedang. hasil analisis data skala sikap menunjukkan bahwa hampir semua siswa setuju terhadap implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan dengan prosentase persetujuan sebesar (83,49%). Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan pemahaman konsep siswa .

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..…..i

LEMBAR HAK CIPTA ……….….ii

LEMBAR PENGESAHAN..………..…iii PERNYATAAN……….……….iv

ABSTRAK………...v

KATA PENGANTAR……….……vi

UCAPAN TERIMA KASIH………...….vii

DAFTAR ISI……….,.…..…..ix

DAFTAR TABEL………...xi

DAFTAR GAMBAR………..…..xii

DAFTAR LAMPIRAN……….…xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..……1

B. Rumusan masalah ………..6

C. Pertanyaan Penelitian……….7

D. Batasan Masalah……….…7

E. Tujuan Penelitian………7

F. Manfaat Penelitian………..8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran berbasis tantangan…....………....……9

B. Problem Based Learning………..……12

C. Project Based Learning………14

D. Pemahaman Konsep……….17

E. Keterampilan Generik Sains………...…..20

F. Keterkaitan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan dengan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains …….….25

G. Analisis Materi tema Pemanasan Global………..………26

H. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan subjek penelitian ………..……….35

B. Desain Penelitian ………35

C. Metode Penelitian ……….……. 36

D. Definisi Operasional ………..………. 36

E. Instrumen Penelitian ………...…… 37

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………...………. 38

G. Uji Coba Instrumen ……… 40

H. Teknik Pengumpulan ………...………...…… 47

I. Teknik Pengolahan Data ……… 48

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………...… 53

1. Observasi keterlaksanaan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan ………... 54

2. Tes Pemahaman Konsep ………..……… 56

a. Deskripsi Data Pemahaman Konsep ……….….… 56

b. Deskripsi Data Profil Pemahaman Konsep …………...….… 59

3. Tes Keterampilan Generik Sains ………...…... 62

a. Deskripsi Data Keterampilan Generik Sains ………. 62

b. Deskripsi Data Profil Keterampilan Generik Sains ……...… 65

4. Tanggapan Siswa Terhadap pembelajaran berbasis tantangan .... 68

B. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ………..………. 71

1. Keterlaksanaan pembelajaran ……….….. 71

2. Peningkatan Pemahaman Konsep ……….………74

3. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ……….…76

4. Tanggapan Siswa …...…..……….… 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……….……... 82

B. Saran ………..….… 82

DAFTAR PUSTAKA ………...….….….. 84

LAMPIRAN ……….…… 87

(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa

indikator keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai

ujian nasional (UN). Pandangan seperti itu tidak keliru, akan tetapi baru melihat

salah satu indikator saja. Apabila keberhasilan hanya dipandang dari indikator itu,

maka pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif semata,

sehingga aspek afektif dan psikomotorik agak terabaikan.

Salah satu aspek yang penting yang mesti dimiliki oleh siswa adalah

memiliki kecakapan hidup (life skill) sebagai inti dari kompetensi dan hasil

pendidikan, sehingga peserta didik ketika hidup di masyarakat peserta didik sudah

memiliki kemampuan untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan

dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari

serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas,

2006).

Empat pilar yang dicanangkan Unesco apabila diterapkan dengan baik di

sekolah-sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang

dibutuhkan siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan

tersebut adalah belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

berbuat atau bekerja (learning to do), belajar untuk menjadi jati diri (learning to

be) dan belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together).

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk membangun empat pilar diatas melalui belajar tentang diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Sehingga siswa mempunyai bekal

kemampuan dalam menghadapi dunia nyata yang sesungguhnya, siswa dapat

(8)

belajar hidup bermasyarakat, pada akhirnya siswa mempunyai kecakapan hidup

yang dibutuhkan dalam hidup di masyarakat.

IPA sangat berperan dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Salah satu contoh penerapan konsep dalam IPA adalah siswa

dibimbing untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat

SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA

sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah. (Depdiknas, 2007)

Proses pembelajaran yang mengedepankan proses dan produk akan lebih

baik dibandingkan dengan mengandalkan hasil akhir saja, disamping pada peserta

didik melatih keterampilan berpikir untuk dapat menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari juga akan lebih tertanam rasa percaya diri

untuk menghadapi tantangan hidup. Untuk memberikan keterampilan yang cukup

untuk peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup diperlukan metode,model,

atau pendekatan yang dapat membantu peserta didik mengarahkan pada tujuan

tadi, diantaranya guru harus berani mengubah pendekatan ataupun metode biasa

yang selama ini dipraktekkan.

Perlunya guru IPA mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah

dalam kehidupan sehari-hari juga ditegaskan oleh National Science Teachers

Association/NSTA & AETS (2003). NSTA & AETS (dalam Ramlawati 2012)

menegaskan standar penyiapan guru IPA bahwa guru IPA pada berbagai level

(9)

masalah melalui penyelidikan. Mereka harus memahami bagaimana ilmu

pengetahuan mempengaruhi komunitas dan kehidupan mereka. Salah satu

keterampilan yang penting pada pembelajaran sains adalah keterampilan generik

sains, menurut Brotosiswoyo (2001) menyatakan bahwa keterampilan generik

sains saat ini sangat penting dalam membangun kepribadian dan pola tindakan

dalam kehidupan setiap insan Indonesia. Hal ini disebabkan karena keterampilan

generik sains merupakan dasar dalam proses pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan siswa.

Pentingnya keterampilan generik sains diakui oleh beberapa peneliti sebelumnya

(Harris et al., 2007; Mitchell, 2005; dan Brotosiswoyo, 2001).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis disekolah

diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan metode konvensional

terutama materi IPA Terpadu masih terpusat oleh guru, materi yang diberikan

masih terpisah, materi pelajaran masih dibahas dari satu disiplin tertentu tidak

dibahas secara multi disiplin IPA baik dari segi disiplin Ilmu Fisika, Biologi dan

Kimia sedangkan IPA itu sendiri merupakan satu kesatuan disiplin ilmu yang

tidak bisa dipisahkan atau terintegrasi satu sama lainnya. Hal inilah yang

menyebabkan materi IPA tidak sepenuhnya terserap oleh siswa dan menjadi

pembelajaran yang bermakna dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dampak dari permasalahan diatas menyebabkan pemahaman konsep siswa

rendah, begitu pula dengan keterampilan generik sains siswa yang dimiliki siswa

sangatlah kurang, diperkuat dengan hasil diskusi dengan guru IPA mengenai hasil

Ujian Akhir Semester tahun pelajaran 2012/2013 rata-rata siswa 52% masih

dibawah KKM yaitu 65%. Pentingnya proses pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dan menyenangkan, akan membuat siswa termotivasi mengikuti

kegiatan pembelajaran, seperti yang dipaparkan Silberman, 2009 dalam Setiawati,

2013):

Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka menggunakan otak mereka

(10)

apa yang dipelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati.

Pada saat proses pembelajaran siswa tidak ikut dilibatkan maka hal ini

menyebabkan keterampilan yang harus dimiliki siswa tidak dapat terukur dengan

baik dan siswa menjadi kurang tertantang untuk ikut serta dalam proses

pembelajaran dikelas, guru hanya melihat dari satu aspek kognitif saja tidak

melihat dari segi yang lainnya yaitu aspek keterampilan/psikomotor. Apalagi saat

ini pada kurikulum 2013 sudah ditetapkan 4 aspek yang harus diterapkan pada

siswa antara lain : aspek sikap, sosial, pengetahuan dan keterampilan harus

muncul pada diri siswa, dan standar proses pembelajaran selama ini belum

menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang

penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat

pada guru.

Pembelajaran IPA saat ini masih kurang menantang kepada siswa, siswa

perlu dilibatkan dan aktif dalam proses pembelajaran, siswa harus diberikan

sebuah tantangan yang menarik terkait dengan fenomena yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, pada akhirnya siswa merasa tertantang untuk mencari dan

menyelesaikan persoalan tersebut, terkait dengan permasalahan pembelajaran

diatas, peneliti merasa perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran IPA.

Salah satu pendekatan yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah

melalui pendekatan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge Based Learning),

pembelajaran berbasis tantangan ini merupakan sebuah pendekatan dalam

pembelajaran dimana pembelajaran dimulai dari fenomena atau kejadian yang

akrab dalam kehidupan kita sehari-hari (kontekstual) maupun berasal dari

permasalahan yang ada atau isu-isu global, dan untuk memecahkan masalah atau

tantangan tersebut dilakukan sebuah perencanaan untuk menyelesaikannya.

Tantangan yang diajukan dapat berupa tugas menyelesaikan masalah, tugas

menjelaskan fenomena alam, atau berupa proyek membuat prakarya dengan

menggunakan konsep dasar IPA yang dipelajari (Yalcin, 2009 dalam setiawati

(11)

Dalam pembelajaran siswa ditantang untuk menyelesaikan permasalahan

berupa tugas/proyek yang harus diselesaikan atau juga dapat berasal dari isu

hangat untuk didiskusikan. Penyelesaian yang dilakukan oleh siswa hendaknya

berupa sebuah tindakan nyata dan solusi yang diperoleh hendaknya berasal dari

hal-hal sederhana yang biasa mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran yang dihadirkan demikian akan merangsang keterampilan generik

sains siswa sehingga pada diri siswa akan tertanam layaknya seorang ilmuwan

dalam menyelesaikan masalah.

Pembelajaran berbasis tantangan adalah bentuk khusus dari pembelajaran

berbasis masalah dimana permasalahannya adalah nyata dan alamiah.

Pembelajaran ini berisi fitur pendekatan pengalaman dan beberapa tugas proyek.

Dalam prosesnya, guru menghadirkan ide besar yang dapat mewakili keseluruhan

proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Ide besar dapat berasal dari hal-hal

yang akrab dengan kehidupan kita. Dari ide besar (big idea) yang dihadirkan akan

muncul pertanyaan-pertanyaan dan tantangan yang harus diselesaikan oleh siswa.

Proses pembelajaran itu sendiri akan menjadi aktivitas pemandu siswa dalam

penyelesaian tantangan, selain dibantu dengan pertanyaan dan sumber-sumber

pemandu. Pada akhir pembelajaran siswa diharapkan adanya hasil akhir yaitu

adanya solusi terhadap tantangan yang dihadirkan dan solusi tersebut dapat

dilakukan dalam bentuk tindakan nyata.

Tema atau ide yang dipilih untuk dibahas pada pembelajaran ini adalah

pemanasan global (global warming) dengan alasan bahwa tema atau ide tentang

pemanasan global sangat akrab diperbincangkan dan termasuk fenomena yang

sedang dan akan terjadi pada masa yang akan datang. Hal ini disebabkan

pemanasan global yang terjadi diseluruh dunia seperti dampak dari transportasi

kendaraan, pabrik-pabrik industri telah memberi kontribusi bagi terjadinya

pemanasan global. Selain itu tema ini merupakan tema yang kompleks

pembahasannya yang merupakan konsep IPA terpadu dimana isi pembahasannya

bisa dibahas dari sisi ilmu fisika, ilmu kimia dan ilmu biologi, dan itu

(12)

Beberapa penelitian terkait dengan peningkatan pemahaman konsep

perubahan iklim telah dilakukan dengan menggunakan berbagai

model/pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran dengan berbantuan video

visual pada konsep perubahan iklim yang dilakukan oleh Ratnasari (2010) dapat

meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa pada siswa SMP. Meskipun

demikian hasil penelitian tersebut hanya melihat dari aspek penggunaan media

berbantuan video visual tidak melibatkan anak langsung untuk turut serta dalam

pembelajaran dikelas dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui pembelajaran berbasis tantangan ini siswa diajak untuk ikut

berpikir sesuatu hal yang berhubungan dengan fenomena Global Warming melalui

sebuah tantangan yang dihadirkan oleh guru, sehingga siswa pada akhirnya akan

memberikan solusi dan tindakan nyata untuk menghadapi fenomena tersebut

dimasa yang akan datang.

Pada pendekatan pembelajaran Berbasis Tantangan ini terdapat keterkaitan

keterampilan yang dimunculkan dengan keterampilan generik sains siswa

berdasarkan indikator-indikator yang terdapat pada keterampilan generik sains,

diantaranya indikator bahasa simbolik, sampai kepada abstraksi sehingga

diharapkan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan ini mampu meningkatkan

keterampilan generik sains siswa.

Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mencoba untuk

menerapkan pembelajaran berbasis tantangan untuk materi/tema pemanasan

global (global warming) dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep

dan keterampilan generik sains siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan latar belakang yang telah

dikemukakan, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ bagaimanakah

peningkatan keterampilan generik sains siswa dan pemahaman konsep siswa pada

tema pemanasan global menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

(13)

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk

menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian tersebut.

1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep IPA siswa pada tema

pemanasan global menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

tantangan ?

2. Bagaimana peningkatan Keterampilan Generik Sains siswa pada tema

pemanasan global menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

tantangan?

3. Bagaimana tanggapan siswa setelah implementasi pendekatan

pembelajaran berbasis tantangan pada tema pemanasan global di SMP

kelas VII?

D. Batasan Masalah

Pada penelitian yang akan dilakukan, terdapat beberapa pembatasan ruang

lingkup masalah, yaitu :

1. Materi pelajaran pada penelitian ini adalah tema pemanasan global

yang dibatasi pada konsep lingkungan dan perubahan iklim.

2. Peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa

yang dimaksudkan sebagai perubahan siswa kearah yang lebih baik

antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Kategori peningkatan

pemahaman siswa dan keterampilan generik sains ditentukan oleh

rata-rata skor gain yang di normalisasi.

(14)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, yang menjadi

tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran bagi penulis bagaimana

implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan untuk meningkatkan

keterampilan generik sains siswa serta pemahaman konsep IPA pada tema

pemanasan global

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat terhadap peningkatan

kualitas pembelajaran IPA secara umum. Secara khusus, manfaat penelitian ini

antara lain :

1. Memberikan alternatif pendekatan untuk pembelajaran IPA guna

meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan pemahaman konsep

IPA.

2. Memberikan pengalaman bagi guru dan siswa dalam implementasi

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelas VII pada salah satu SMP Negeri yang

terletak di Kabupaten Bandung Barat pada tahun pembelajaran 2013/2014. Selain

dilatarbelakangi oleh kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan generik

yang belum muncul seperti yang sudah dijelaskan dalam latar belakang,

lingkungan sekitar sekolah berupa kawasan pertanian dan kawasan industri tekstil

sehingga sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam proses pembelajaran.

Sampel penelitian diambil satu kelas secara acak. Teknik sampling yang

digunakan adalah dengan mengundi seluruh kelas populasi yang memiliki

kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan bentuk rancangan penelitian dengan one

group pretest-posttest yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok

tanpa menggunakan kelas kontrol. Kelompok subjek tunggal diberi pretest (O1),

perlakuan (X) dan posttest (O2). instrumen pada saat pretest dan posttest sama,

tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Adapun desain penelitian yang

dimaksud, dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tes awal Perlakuan Tes Akhir

O1 X O2

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Keterangan :

X = perlakuan berupa penerapan pembelajaran berbasis

tantangan

O1 = pretest

(16)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Pre-experiment (Milla, Mc. JH., Schumacher, Sally. 1997, Fraenkel & Wallen, 2006).

Karena dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat gambaran dan informasi

dari implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan terhadap

peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa, tidak

sampai pada pengujian efektivitasnya jika dibandingkan dengan penggunaan

model pembelajaran yang lain. Metode ini merupakan metode penelitian

eksperimen tetapi tanpa penggunaan kelompok kontrol. Perlakuan hanya

difokuskan pada satu kelompok saja.

D. Definisi Operasional

Agar lebih fokus dalam penelitian ini maka diperlukan definisi

operasional. Beberapa definisi operasional yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan Challenge Based Learning adalah Pendekatan yang

digambarkan sebagai bentuk khusus dari pendekatan pembelajaran

berbasis masalah, di mana masalah-masalahnya berkaitan dengan alam

nyata, terbuka. Pembelajaran berbasis tantangan berisi fitur dari

pendekatan pembelajaran pengalaman dan berbasis proyek dengan

memiliki kerangka sebagai berikut : Ide Besar/Gagasan utama (The Big

Idea), Pertanyaan penting (Essential Question), Tantangan (Challenge),

Pertanyaan Pemandu (Guiding Question), Aktivitas Pemandu (Guiding

Aktivities), Sumber Pemandu (Guiding resources), Solusi (Solution),

Penilaian (assessment), Publikasi (Publishing).

2. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah skor kemampuan siswa

(17)

menjelaskan sesuai dengan tingkatan kognitif Taksonomi Bloom Revisi.

Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda yang

dikembangkan oleh penulis sendiri.

3. Keterampilan Generik Sains

Keterampilan Generik Sains dalam penelitian ini adalah skor keterampilan

dasar yang dimiliki siswa dalam pembelajaran sains yang meliputi : a)

Bahasa Simbolik; b) Kerangka Logika; c) Inferensi Logika; d) Hukum

Sebab Akibat; e) Pemodelan; f) Abstraksi

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan terdiri atas :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dibuat oleh penulis sendiri

c. Hand Out materi pemanasan Global

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Tes Pemahaman Konsep

Tes Pemahaman Konsep menurut taksonomi kognitif Bloom yang

telah direvisi (Anderson, L.W. et. al., 2001) mencakup indikator

pemahaman konsep antara lain indikator Menafsirkan, mencontohkan,

menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan. Adapun bentuk tesnya

adalah tes pilihan ganda dan diberikan pada saat pretest dan posttest.

Langkah pembuatan tes pemahaman konsep adalah dengan membuat

kisi-kisi soal yang dibimbing oleh dosen pembimbing dan dosen ahli. Soal

kemudian diuji coba dan dianalisis kelayakan melalui uji validitas, uji

reliabilitas, tingkat kesukaran dan indeks daya beda soal. Soal awal yang

(18)

SMPN 2 Batujajar yang telah sebelumnya mempelajari materi pemanasan

global.

b. Tes Keterampilan Generik Sains (KGS)

Tes Keterampilan Generik Sains yang dikembangkan dalam

penelitian ini dan sesuai dengan karakteristik tema pemanasan global

adalah mencakup indikator Bahasa Simbolik, Kerangka Logika, Inferensi

Logika, Hukum Sebab Akibat, Pemodelan dan Abstraksi.

c. Angket

Angket yang digunakan adalah angket tertutup untuk melihat

tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan

Challenge Based Learning.

d. Lembar observasi terhadap aktifitas guru saat penerapan pendekatan

Challenge Based Learning.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu : (1) tahap persiapan,

(2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengolahan dan analisis data (4) penulisan

laporan penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang akan dilaksanakan antara lain :

a. Studi awal

Studi awal dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan

pembelajaran IPA terutama pada tema pemanasan global. Studi ini

dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru IPA mengenai pelaksanaan

(19)

belajar masih rendah, keterampilan generik sains siswa belum diketahui,

dan guru belum pernah melaksanakan pembelajaran tema pemanasan

global karena sebelumnya masih belum terpadu dan kurikulum yang

digunakan kurikulum KTSP.

b. Studi literatur

Studi literature dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan

dengan indikator keterampilan generik sains dan pemahaman konsep

c. Menyusun instrumen; RPP, Soal Tes Pemahaman Konsep, Tes

Keterampilan Generik sains, Lembar Observasi

d. Menjugment instrument oleh para ahli

e. Menguji validitas, Reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda

instrument

f. Merevisi dan menganalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya pembeda instrument

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap pengumpulan data yaitu

data yang diperoleh berupa :

a. Siswa melaksanakan Tes awal (Pre-test) Pemahaman Konsep dan

Keterampilan Generik Sains.

b. Pelaksanaan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan

Challenge Based Learning di kelas

c. Pelaksanaan Observasi kelas

d. Siswa melaksanakan Tes akhir (Postest) Pemahaman Konsep dan

Keterampilan Generik Sains.

e. Pembagian angket tanggapan siswa

(20)

Pada tahap pengolahan data dan analisis data, penulis melakukan sebagai

berikut :

a. Pengolahan hasil tes awal dan tes akhir dan N-gain menggunakan

Program Excel dan SPSS versi 16.

b. Pengolahan data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran

menggunakan Program Excel

c. Pengolahan hasil angket siswa

4. Penulisan laporan penelitian

Penulisan laporan penelitian terdiri dari 5 bab dengan urutan penyajian

sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, batasan masalah, tujuan

penelitian dan manfaat penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka yang membahas

tinjauan teoritis tentang CBL, Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik

Sains. Bab III Metodologi Penelitian yang membahas tentang Lokasi dan subjek

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument

penelitian, teknik pengumpulan data dan analisa data. Bab IV Hasil Penelitian

dan pembahasan yang membahas tentang hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan

saran yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian

G. Uji Coba Instrumen

Telah dilakukan analisis istrumen untuk mengetahui baik atau tidaknya

instrument pengambilan data. Analisis instrument dilakukan dengan menguji

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrument. Berikut ini

hasil analisis instrument :

1. Analisis Uji Validitas soal

Pengujian validitas soal dilakukan dengan cara meminta pertimbangan

(21)

disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta

memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrument yang telah disusun.

Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrument

dengan materi pelajaran yang diajarkan (KI, KD) indikator pemahaman konsep

dan indikator keterampilan generik sains.

Hasil pertimbangan (judgement) ahli menyimpulkan bahwa instrument

pemahaman konsep dan keterampilan generik sains yang disusun sudah dapat

digunakan untuk keperluan penelitian. Namun ada beberapa hal terkait konteks,

konten, dan redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan oleh ahli lengkap

dapat dilihat pada lampiran B.

2. Analisis Uji Validitas butir soal

Validitas berkaitan erat dengan ketepatan melakukan pengukuran. Sebuah

tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal

terhadap skor total. Untuk menguji validitas butir soal, skor-skor yang ada pada

butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan

memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang

besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk

korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus

korelasi.

Salah satu persamaan yang digunakan koefisien korelasi adalah rumus

korelasi product moment Pearson seperti berikut :

(Arikunto, 2011)

Keterangan :

(22)

X = Skor butir soal

Y = Skor Total

N = Jumlah siswa

Perhitungannya dibantu dengan menggunakan program anates versi 4.00.

taraf signifikansi untuk instrument adalah p = 0,05 dengan df = N-2

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,8 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,6 < rxy≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,4 < rxy≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,2 < rxy≤ 0,40 Rendah (kurang)

rxy≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2011)

3. Analisis Uji Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

� = �/ . / ( + �/ . / )

Keterangan :

r11 : koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan

r1/21/2 : koefisien korelasi antara soal ganjil dan genap

harga dari r1/21/2 dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan

skor total untuk soal nomor ganjil dan skor total untuk

soal-soal nomor genap (arikunto, 2011)

(23)

Koefisien Reliabilitas Kriteria Reliabilitas

0,81 ≤r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 ≤r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 ≤r ≤ 0,60 Cukup

0,21 ≤r ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2011)

Pada pengujian tes pemahaman konsep jumlah butir soal yang diuji yang

diperoleh dengan menggunakan program anates versi 4 adalah : 1) rata-rata skor =

13,29; 2) simpangan baku = 2,88; 3) korelasi XY (skor nomor soal ganjil genap)=

0,27; 4) reliabilitas tes = 0,42 (kategori sedang).

Dan pengujian tes keterampilan generik sain jumlah butir soal yang diuji yang

diperoleh dengan menggunakan program anates versi 4 adalah : 1) rata-rata skor =

13,53; 2) simpangan baku = 3,62; 3) korelasi XY (skor nomor soal ganjil genap)=

0,49; 4) reliabilitas tes = 0,66 (kategori tinggi).

4. Analisis tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi symbol P (proporsi) yang dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut : (arikunto, 2011)

� =

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

N = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran

(24)

0,00 ≤ P ≤ 0,3 Soal sukar 0,31 < P ≤ 0,70 Soal sedang

0,71 < P ≤ 1,00 Soal mudah

Tes yang baik memuatkira-kira 25% soal mudah, 50% sedang dan 25%

sukar. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran, dari 25 soal yang diuji untuk

tes pemahaman konsep terdapat 7 soal mudah, 11 soal sedang dan 7 sukar. Dan

untuk tes keterampilan generik sains terdapat 7 soal mudah, 13 soal soal sedang

dan 5 soal soal sukar. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat

dilihat pada lampiran C.

5. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Rumus yang digunakan adalah

D = BaJa − BbJb = Pa − Pb

Keterangan :

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

(25)

Batasan Kategori

0,0 ≤ D ≤ 0,2 Rendah

0,2 < D ≤ 0,4 Sedang

0,4 < D ≤ 0,7 Tinggi

0,7 < D ≤ 1 Tinggi Sekali

Dari hasil ujicoba yang dilakukan diperoleh untuk daya pembeda soal tes

pemahaman konsep dari 25 soal yang diujicobakan terdapat 8 soal yang memiliki

daya pembeda rendah. Untuk tes keterampilan generik sains terdapat 4 soal yang

memiliki daya pembeda rendah. Akan tetapi soal tersebut tetap digunakan setelah

mengalami perbaikan karena untuk mencegah hilangnya butir soal yang mewakili

indikator yang diukur baik soal tes pemahaman konsep maupun tes keterampilan

generik sains.

Hasil perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda soal tes pemahaman konsep dan keterampilan generik sains dalam

penelitian ini selengkapnya disajikan pada lampiran. Taraf soal dianggap valid

adalah dengan taraf signifikansi P = 0,05 dengan nilai r tabel = 0,349 (df=32).

Berikut hasil rangkuman analisis butir soal Pemahaman Konsep yang telah

dilakukan

Tabel 3.6 Hasil analisis butir soal Pemahaman Konsep No

Soal

Nilai r Indeks

Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Ket

1 0,07 0,91 Mudah 0,00 Rendah Revisi

2 0,14 0,97 Mudah 0,11 Rendah Revisi

3 0,07 0,85 Mudah 0,00 Rendah Revisi

4 0,3 0,97 Mudah 0,11 Rendah Revisi

5 0,3 0,47 Sedang 0,22 Sedang Digunakan

(26)

7 0,34 0,26 Sukar 0,44 Tinggi Digunakan

8 0,062 0,94 Mudah 0,11 Rendah Revisi

9 0,5 0,50 Sedang 0,67 Tinggi Digunakan

10 0,42 0,64 Sedang 0,33 Sedang Revisi

11 0,54 0,67 Sedang 0,67 Tinggi Digunakan

12 0,13 0,47 Sedang 0,22 Sedang Digunakan

13 0,54 0,67 Sedang 0,78 Tinggi Digunakan

14 0,3 0,20 Sukar 0,33 Sedang Digunakan

15 0,05 0,76 Mudah 0,11 Rendah Digunakan

16 0,24 0,82 Mudah 0,22 Sedang Digunakan

17 0,18 0,11 Sukar 0,22 Sedang Digunakan

18 0,53 0,47 Sedang 0,56 Tinggi Digunakan

19 0,46 0,32 Sedang 0,56 Tinggi Digunakan

20 0,03 0,26 Sukar 0,22 Sedang Digunakan

21 0,24 0,26 Sukar 0,22 Sedang Digunakan

22 0,3 0,32 Sedang 0,22 Sedang Digunakan

23 0,4 0,67 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan

24 0,14 0,02 Sukar 0,11 Rendah Revisi

25 0,41 0,52 sedang 0,56 Tinggi Digunakan

Hasil rangkuman analisis butir soal Keterampilan Generik Sains

Tabel 3.7 hasil analisis butir soal Keterampilan Generik Sains No

Soal

Nilai r Indeks

Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Ket

1 0,3 0,91 Mudah 0,22 Sedang Digunakan

2 0,52 0,79 Mudah 0,44 Tinggi Digunakan

3 0,19 0,47 Sedang 0,22 Sedang Digunakan

4 0,36 0,76 Mudah 0,33 Sedang Digunakan

5 0,45 0,55 Sedang 0,55 Tinggi Digunakan

6 0,065 0,55 Sedang 0,22 Sedang Digunakan

7 0,4 0,11 Sukar 0,33 Sedang Digunakan

(27)

9 0,169 0,17 Sukar 0,11 Rendah Revisi

10 0,34 0,52 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan

11 0,55 0,35 Sedang 0,77 Tinggi

sekali

Digunakan

12 0,25 0,26 Sukar 0,22 Sedang Digunakan

13 0,36 0,50 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan

14 0,411 0,29 Sukar 0,44 Tinggi Digunakan

15 0,63 0,82 Mudah 0,55 Tinggi Digunakan

16 0,3 0,35 Sedang 0,33 Sedang Digunakan

17 0,58 0,61 Sedang 0,77 Tinggi

sekali

Digunakan

18 0,47 0,67 Sedang 0,55 Tinggi Digunakan

19 0,38 0,67 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan

20 0,36 0,79 Mudah 0,44 Tinggi Digunakan

21 0,06 0,14 Sukar 0,11 Rendah Revisi

22 0,3 0,82 Mudah 0,11 Rendah Revisi

23 0,53 0,85 Mudah 0,33 Sedang Digunakan

24 0,27 0,41 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan

25 0,26 0,52 Sedang 0,44 Tinggi Digunakan

H. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan tigas jenis pengumpulan data yaitu

perangkat tes, lembar observasi dan angket.

a. Tes Pemahaman Konsep

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep yang

dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis tantangan (CBL). Tes

pemahaman konsep diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pembelajaran

(pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini bertujuan untuk mengukur

pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Berdasarkan

hasil pretest dan posttest, akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> untuk

melihat peningkatan indikator pemahaman konsep apa yang dapat dikembangkan

(28)

Tes pemahaman konsep ini berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda

dengan empat pilihan jawaban.

b. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan generik sains

yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis tantangan. Tes

keterampilan generik sains diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum

pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini bertujuan untuk

mengukur keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah perlakuan

diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, akan dihitung gain yang

dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan indikator keterampilan generik sains

apa yang dapat dikembangkan melalui implementasi pembelajaran berbasis

tantangan.

Tes keterampilan generik sains ini berupa tes tertulis jenis pilihan ganda

dengan empat pilihan jawaban.

c. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru

Lembar observasi aktifitas guru memuat sejumlah aktifitas yang harus

dilaksanakan guru selama pembelajaran berbasis tantangan

d. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat daftar

pertanyaan dan pernyataan tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis tantangan

yang telah dilaksanakan.

I. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Data Pretest dan Postest

Data pretest dan posttest diolah secara statistik dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

(29)

Berdasarkan data yang terjaring dari hasil pretest dan posttest dengan

soal pilihan ganda masing-masing diberi skor 1 untuk jawaban benar.

Jumlah jawaban benar kemudian dibagi jumlah soal dan dikali 100

sehingga diperoleh nilai maksimum100

Adapun langkah-langkah dala pengolahan data objektif ini adalah

sebagai berikut :

1. Menghitung skor dari setiap jawaban benar

2. Menghitung nilai total

3. Menghitung rata-rata mean dengan rumus :

�̅ =∑ �

4. Menghitung skor Gain yang dinormalisasi

Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep, keterampilan

generik sains yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung N –

gain, dengan rumus

N_gain = �� � − �� � �

�� ��� − �� � � � % ...(5)

(Metzer, 2002)

Tabel 3.8 Kriteria Gain dinormalisasi

<g> Kriteria

<g> > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis

menggunakan program excel 2007 dan SPSS versi 16. Hasil perolehan

data penelitian mengenai N-gain akan dipaparkan pada bab IV tentang

pembahasan hasil penelitian.

(30)

Pada pengolahan data penelitian ini dilakukan uji normalitas

terhadap hasil pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep dan

keterampilan generik sains dengan menggunakan program SPSS 16.00

dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan untuk melihat

data yang didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan

normal jika hasil perhitungan probalitas (Sig. 2-tailed) lebih besar dari tara

nyata yaitu dengan signifikansi 0,05

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah skor pretest dan

posttest dari hasil penelitian yang dilakukan homogeny atau tidak

untuk signifikansi 0,05. Uji homogenitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 16.00 menggunakan Uji Levene. Data

dikatakan homogeny jika nilai probabilitas (sig) > 0,05

2. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru

Untuk mengetahui interpretasi kategori keterlaksanaan

pembelajaran berbasis tantangan yang dilakukan guru dapat

[image:30.595.148.498.511.687.2]

diinterpretasikan pada tabel 3.4

Tabel 3.9 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

% Kriteria

0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < K < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 < K < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

K = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < K < 75 Sebagian besar kegiatab terlaksana

75 < K < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

K = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(31)

Untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan siswa terhadap

penerapan pembelajaran berbasis tantangan, siswa diberi angket.

Pemberian skor kepada setiap pernyataan siswa dengan ketentuan seperti

[image:31.595.132.529.213.332.2]

pada Tabel berikut :

Tabel 3.10 Pemberian Skor Tanggapan Siswa

Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (SS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif

menggunakan perhitungan persentase (%) untuk setiap pernyataannya.

Untuk menentukan kriteria persentase dari angket yang diolah, peneliti

menggunakan aturan yang dikemukakan oleh Budiarti (Solihat, 2010) pada

tabel berikut :

Tabel 3.11 Kriteria Persen Angket

Responden (%) Kriteria

R = 0 Tidak seorang pun reponden

0 < R < 25 Sebagian Kecil responden

25 < R < 50 Hampir Setengahnya dari jumlah responden

R = 50 Setengah dari jumlah responden

50 < R < 75 Sebagian Besar responden

75 < R < 100 Hampir Seluruh responden

R = 100 Seluruh responden

R adalah persentase responden yang menjawab alternatif jawaban untuk

(32)
(33)

Studi Literatur

Analisis Standar Isi Kurikulum

Penyusunan Instrumen Perangkat Soal

Angket

Lembar Observasi

Penyusunan RPP Pembelajaran Berbasis

Tantangan

Uji Coba, Revisi, Validasi

Analisis materi pelajaran

Analisis Indikator Keterampilan Generik Sains & pemahaman konsep

Validasi

pretest

Pembelajaran berbasis tantangan

Posttest Angket

Analisis Data

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada siswa kelas VII SMP

dengan implementasi pendekatan pembelajaran berbasis tantangan pada tema

pemanasan global dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa. Adapun

peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa dipaparkan

sebagai berikut :

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa meningkat secara signifikan, terbukti

dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dari hasil pretest ( 45,81) dan

posttest ( 64,39) dengan N-gain 0,34 termasuk kategori sedang sedangkan

untuk profil pemahaman konsep yaitu : profil pemahaman konsep kemampuan

menjelaskan dan menafsirkan tergolong katagori sedang, sedangkan

kemampuan mencontohkan, kemampuan menyimpulkan dan kemampuan

membandingkan tergolong katagori rendah

2. Peningkatan keterampilan generik sains siswa dari hasil pretest (48,09) dan

posttest (71,26) dengan N-gain 0,44 termasuk kategori sedang. Sedangkan

untuk profil keterampilan generik sains yaitu : Bahasa simbolik ,kerangka

logika, hukum sebab akibat, pemodelan dan abstraksi tergolong kategori

sedang dan profil inferensi logika tergolong katagori rendah

3. Tanggapan siswa terhadap implementasi pendekatan pembelajaran berbasis

tantangan pada tema pemanasan global memberikan tanggapan yang positif

dan setuju apabila dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Pendekatan menggunakan pembelajaran berbasis tantangan masih jarang

(35)

harus mengungkapkan pengetahuan awal dan tantangan yang tepat untuk

menunjang materi baru yang akan diberikan. Oleh karena itu, disarankan guru

lebih kreatif lagi dalam menggali berbagai materi yang dapat diterapkan

menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis tantangan ini. Tugas/proyek

yang diberikan harus lebih kepada permasalahan kehidupan sehari-hari yang

mereka akan atau sedang terjadi sehingga siswa akan lebih tertantang untuk

memberikan solusinya. Pemberian motivasi oleh guru pada awal pembelajaran

akan membuat siswa dapat lebih fokus pada materi yang akan disampaikan

dan peningkatan motivasi akan lebih meningkat jika pendekatan berbasis

tantangan ini lebih banyak digunakan pada proses pembelajaran.

2. Guru sebaiknya mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Dalam penelitian yang dilakukan masih ada siswa yang menggunakan cara

belajar yang konvensional, guru diharapkan mampu menggunakan berbagai

model dan strategi mengajar di kelas sehingga proses belajar dikelas dapat

terlaksana dengan baik.

3. Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang melaksanakan tugas

yang diberikan sehingga muncul sikap sungguh-sungguh dari siswa dalam

melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Walaupun dalam pelaksanaanya

tugas-tugas yang diberikan kepada siswa memerlukan waktu relatif lama.

4. Beberapa siswa lebih senang mengerjakan tugas secara individu sehingga

kesulitan ketika harus bekerja sama dalam diskusi. Oleh karena itu, pada

pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

tantangan berikutnya diharapkan guru dapat lebih memahami karakter siswa

dan memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya bekerja secara

kelompok. Guru juga diharapkan mampu menguasai kelas sehingga dapat

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran
Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

- Wahlbereich: Kartellrecht, Lauterkeits- und Markenrecht, Bank- und Kapitalmarktrecht, Umwandlungsrecht, Konzernrecht, erbrechtliche Fragen des

penelitian ini, cara yang di lakukan dalam penelitian ini yang pertama di lakukan adalah dengan test intelegensi siswa untuk mengetahui tingkat kecerdasan yang

Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur yang biasa dan sering dilakukan.. oleh dokter gigi.Pencabutan gigi bisa berhasil dilakukan, akan tetapi dapat

Fraktur mahkota gigi dapat terjadi karena penggunaan tang atau teknik. pencabutan gigi yang tidak tepat atau karena gigi yangakan

Manusia dalam hidupnya selalu menghadapi masalah. Permasalahan manusia dipengaruhi oleh tingkat perkembangan peradabannya. Pada awalnya permasalahan manusia masih berkisar

[r]

[r]