• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DESKRIPTIF POLA MANAJEMEN DAN KARYA SENI RUPA PROGRAM RESIDENSI ‘TRANSIT#1’DI SELASAR SUNARYO ART SPACE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DESKRIPTIF POLA MANAJEMEN DAN KARYA SENI RUPA PROGRAM RESIDENSI ‘TRANSIT#1’DI SELASAR SUNARYO ART SPACE."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS DESKRIPTIF POLA MANAJEMEN DAN KARYA SENI

RUPA PROGRAM RESIDENSI „TRANSIT#1 DI SELASAR SUNARYO ART SPACE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Oleh:

YESI ADITIA KUSUMA

0901136

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis Deskriptif Pola

Manajemen dan Karya Seni Rupa

Program Residensi „

Transit

#1‟ di

Selasar Sunaryo Art Space

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Oleh

Yesi Aditia Kusuma

© Yesi Aditia Kusuma 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

Yesi Aditia Kusuma

0901136

“ANALISIS DESKRIPTIF POLA MANAJEMEN DAN KARYA

SENI RUPA PROGRAM RESIDENSI „TRANSIT#1‟ DI SELASAR

SUNARYO ART SPACE”

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn.

NIP 196707241997021001

Pembimbing II

Drs. Yaya Sukaya, M.Pd.

NIP 195403031991031001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Bandi Sobandi, S.Pd., M.pd.

(4)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

Yesi Aditia Kusuma

0901136

“ANALISIS DESKRIPTIF POLA MANAJEMEN DAN KARYA

SENI RUPA PROGRAM RESIDENSI „TRANSIT#1‟ DI SELASAR

SUNARYO ART SPACE”

Disetujui dan Disahkan oleh: Penguji I

Dra. Tity Soegiarty, M.Pd.

NIP 195509131985032001

Penguji II

Drs. H. Agus Nursalim, M.T.

NIP 196108181993011001

Penguji III

Yulia Puspita, M.Pd.

(5)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Ruang seni berdiri atas inisiatif seniman senior berkontribusi dalam kurangnya infrastruktur seni rupa Indonesia. Seni rupa Kontemporer saat ini menjadi mainstream seni rupa global dan eksistensi artwork seni rupa Kontemporer berada di tingkat teratas. Seni rupa Kontemporer ada di seluruh negara sehingga semakin kuat menjalin networking, maka seni rupa Kontemporer saat ini mendorong urgensi residensi seniman. Perlu mengetahui lebih komprehensif mengenai pola manajemen residensi seniman, proses residensi seniman, dan hasil karya seniman muda setelah residensi. Metode yang digunakan untuk mengungkap penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif analitik. Program residensi lebih mengedepankan prospek mengedukasi seniman untuk lebih fokus dalam eksplorasi karya ketimbang mengikuti art market. Manajemen (pengelolaan) digunakan sebagai alat pendamping agar terlaksananya program residensi secara efektif dan efisien. Pola pengelolaan residensi Transit#1 merupakan eksplorasi pola residensi untuk menemukan pola residensi Transit yang sesuai dan mapan. Proses residensi melalui mekanisme penyeleksian seniman, presentasi keseluruhan karya, eksplorasi karya, diskusi dengan mentor artis (partner artist residence), open studio dengan publik, pengkurasian, dan hingga memamerkan karya residensi yang diharapkan sebagai karya maestro senimannya. Karya seniman residen menunjukan pengembangan karya dan penajaman konsep. Seniman residen lebih yakin percaya diri dalam berkarya, mendapat wawasan lebih luas, jaringan (networking) lebih luas, terelevasi senimannya, dan lebih yakin bersaing sehat dalam medan seni rupa global. Berdasarkan hasil penelitian tersebut sehingga terdapat rekomendasi bagi Selasar Sunaryo Art Space diharapkan dapat meningkatkan manajemen residensi Transit selanjutnya dan dunia pendidikan seni rupa dapat mempelajari dan mengembangkan model pembelajaran manajemen residensi seni rupa.

Kata kunci: manajemen, karya seni rupa, dan residensi

ABSTRACT

(6)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program emphasizes educating prospects for artists to focus more on exploration of the work of art rather than following the market. Management is used as a companion tool that implementation of the residency program effectively and efficiently. management pattern of ‘Transit#1’ residency is an exploration of patterns of residency to find an appropriate pattern Transit residency and established. The process of selecting an artist residency through the mechanism, the overall presentation of the arts work, exploration of the art work, discussion with artist mentor (partner artist residence), open studio with the public, curation, and to showcase the art work of residency are expected as maestro art work. Resident artists show development art works and sharpening concept. Resident artist more confident in the works of art, get greater insight, network wider, artists of elevation, and more are sure to compete well in the global art arena. Based on these results that there is a recommendation for Selasar Sunaryo Art Space is expected to further improve the management of Transit residency and art education can learn and develop learning models management residency visual arts.

(7)

vii Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

(8)

viii Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Seniman 28

(9)

ix Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Tujuan Yang Akan Dicapai Dalam Program Residensi Transit 7) Petunjuk Pelaksanaan Residensi Transit Di Lapangan

(10)

x Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran 148

(11)

1 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Identitas seni rupa Indonesia kerap kali menjadi perdebatan dan kritikan. Pada masa orde baru sering terjadi gesekan-gesekan perbedaan pemahaman seni rupa, ideologi dan keyakinan estetik antara kaum muda dengan kaum tua. Menelusuri karakter seni rupa Indonesia ‘berkepribadian apa’ dan ‘berakar dari mana’. Masa orde baru, pernyataan Sanento Yuliman (2001:133) bahwa paradigma seni rupa Indonesia dominan berkiblat pada barat (Eropa dan Amerika Utara). Harsono (2013) mengemukakan bahwa pada masa tersebut, seniman muda dan mahasiswa melakukan pemberontakan terhadap seni rupa modern, karena sejarah seni rupa Indonesia Baru sudah dimulai berawal dari Raden Saleh dan berakar dari budaya setempat yang terus mengalami perubahan sesuai dengan masa kini.

Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRBI) dalam Harsono (2013) bahwa GSRBI yang diinisiasi kaum muda melakukan pemberontakan atau pembebasan terhadap seni rupa modern yang formalisme, individualisme, dan elitisme yang dipegang oleh kaum tua. Sehingga muncul Lima Jurus Gebrakan GSRBI yang dituangkan secara tertulis. Lima butir pernyataan tersebut senada dengan konsep seni rupa Kontemporer.

(12)

2 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keanekaragaman gagasan dan keragaman media. Diperjelas Asmudjo (2013) bahwa keterbukaan dan sifat seni rupa Kontemporer yang universal sehingga seni rupa Kontemporer bukan hanya ada pada orang barat namun ada dimana-mana di seluruh negara. Seni rupa Kontemporer memahami perbedaan yang plural dan bertoleransi atas keragaman sehingga menjadi kekuatan networking seni rupa global. Saat ini seni rupa Kontemporer menjadi mainstream seni rupa secara global.

Networking seni rupa global tersebut menjadikan urgensi residensi makin

tinggi dan kegiatan residensi dianggap makin urgen. Melalui program residensi akan menjalin networking seni rupa Kontemporer secara global, dimana pertukaran seniman di tempat satu dengan seniman dari tempat lain melakukan diskusi karya, teknik, gagasan, budaya, masyarakat, dan bahasa setempat, sehingga meluaskan pengalaman medan seni rupa dan meluaskan wawasan seniman.

Artist in residence programs, as instrument of cultural promotion, are generally justified by the argument that they provide artist with infrastructure. Networking possibilities, and the chance of broadening their horizons through their personal presence in a foreign cultural context. (Behnke et al . 2008; Glauser 2009, dalam Jill Scott 2010:12)

Program residensi di Indonesia masih terbilang jarang atau langka. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih kurangnya insfrastruktur seni rupa Indonesia. Pelaksanaan program residensi syarat adanya dana, fasilitas ruang praktik, fasilitas tempat tinggal, fasilitas ruang publik, organisasi penyelenggara, dan networking.

(13)

3 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat seni yang didalamnya ada art dealer, seniman, kurator, kritikus seni rupa, pengamat seni rupa, sejarawan seni rupa dan instansi seni yang jumlahnya masih kecil. Seni rupa saat ini dikendalikan oleh art market, sehingga lingkup apresiasi hanya pada kolektor.

Ruang seni, rumah seni, galeri alternatif dan museum seni rupa milik swasta sebagai insfrastruktur seni rupa, yang diinisiasi oleh pemilik modal (pengusaha), seniman, dan keluarga seniman bermunculan saat tidak ada lagi kepercayaan terhadap pemerintah. Keberadaan ruang seni, rumah seni, galeri dan museum seni rupa tersebut berdiri saat situasi politik begitu keras pada orde baru, kehadirannya telah berpengaruh terhadap perkembangan insfrastruktur seni rupa Indonesia.

Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) dibangun selama empat tahun (1993-1997) oleh Sunaryo (pemilik) dan Baskoro Tedjo (arsitek). Saat itu, terjadi krisis ekonomi 1997 yang melanda perekonomian negara sangat keras. Kemudian SSAS diresmikan pada tahun 1998. Sunaryo (seniman senior) membangun sebuah ruang seni yang diharapkan dapat menjadi pusat tidak hanya untuk karyanya, tetapi juga bagi seniman Indonesia dan masyarakat yang lebih luas. Dengan begitu, ia ingin ruang untuk menyumbangkan sesuatu di tengah kurangnya infrastruktur seni rupa. Fasilitas ruang seni budaya dan kegiatan-kegiatan seni budaya Indonesia di SSAS ini semua dibayar dengan kantong Sunaryo sendiri. Sunaryo memiliki fokus kegiatan-kegiatan untuk seniman muda.(Agung Hujatnikajennong : 2010)

Sejak 1998 Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) telah banyak memamerkan dan mengkomunikasikan karya-karya seniman kontemporer Indonesia dan mancanegara. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan diantaranya pameran kontemporer, pertunjukan seni, proyek-proyek seni, program residensi, manajemen seni, diskusi seni, program kids dan memiliki koleksi permanen. Histori residensi seniman di dunia sudah ada seabad yang lalu di New York, Amerika Serikat. Residensi seniman saat ini merupakan residensi pada periode inovasi.

(14)

4 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

York. Residensi seniman terbagi menjadi empat periode diantaranya residensi pengembangan pertama (1900), residensi pengembangan kedua (1960), residensi pengembangan baru / globalisasi (1990), dan residensi inovasi (2000). (Wikipedia Juni 2013)

Permulaan residensi seniman di Selasar Sunaryo Art Space (Bandung) ada pada tahun 2002 dengan mendatangkan seniman dari tiga negara, penyelenggaraannya atas kerja sama dengan UNESCO-ASCHBERG (Perancis). Kemudian residensi seniman bertajuk Transit yang dimulai pada tahun 2011 yang menjadi program rutin dua tahunan (www.selasarsunaryoartspace.com, Mei 2013). Residensi seniman pertama di Indonesia berada di Rumah Seni Cemeti (Yogyakarya) pada tahun 1988, kemudian tahun 2006 residensi bertajuk Landing Soon menjadi program rutin, dan pada 2010 residensi bertajuk Hotwave yang kemudian menjadi program rutin tahunan (www.cemetiarthouse.com, Mei 2013).

Menurut periode global kemunculan residensi seniman di Indonesia berada pada periode inovasi. Model residensi pada periode ini yaitu seniman tinggal menetap, bekerja/berkarya di studio baru, open studio bagi masyarakat luas, mengembangkan sumber daya diri seniman dan memperluas jaringan (networking). Ruang seni, galeri alternatif, rumah seni, dan yayasan seni mensubsidi seniman secara keseluruhan dan merekognisi seniman yang berpotensi, namun setiap ruang seni, galeri alternatif, rumah seni, dan yayasan seni memiliki model residensi yang variatif.

(15)

5 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu diantaranya dua bulan, tiga bulan, enam bulan, bahkan satu tahun.

Residensi diselenggarakan oleh lembaga atau organisasi non profit karena tidak memiliki urgensi pada penjualan karya seni. Organisasi non profit lebih membantu atau menyokong seniman residen.

Foundations and entities that run award programs are usually set up as nonprofit organizations because of the tax benefits that come with nonprofit status. Families and companies that create foundation can use them to lower their overall taxes, as can individuals who donate to them. (Bhandari dan Melber, 2009:113).

Organisasi nonprofit dalam penyelenggaraan program residensi melakukan kegiatan manajemen (pengelolaan) seperti perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengontrolan/pengawasan sumber daya untuk pencapaian tujuan atau sasarannya tersebut secara efektif dan efisien. Perkembangan manajemen dipengaruhi oleh pendidikan, ekonomi, teknologi, sosial, budaya, politik dan demografi (Byrnes,1999:12). Organisasi non profit memiliki visi misi, tujuan atau sasaran yang diharapkan, program-program kegiatan yang dilaksanakan, tempat, dan staf keorganisasian. Tugas setiap anggota organisasi tersebut disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing personal managing organizer.

Pola manajemen residensi biasanya ditentukan oleh pihak penyelenggara, pola tersebut disesuaikan dengan jenis residensi, model residensi, prosedur residensi, infrastruktur yang dimiliki, dan tujuan residensi.

Hal menarik dari residensi Transit#1, residensi yang di selenggarakan secara mandiri oleh Selasar Sunaryo Art Space tersebut merupakan residensi Transit ke satu yang masih dalam eksplorasi pola manajemen (pengelolaan)

residensi, dan pencarian atau penemuan pola residensi yang sesuai. Uniknya seniman residen setelah tiga bulan residensi kemudian di beri peluang dua bulan untuk lebih merenung dan menyelesaikan karya di studio masing-masing.

(16)

6 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perkembangan penciptaan seni, kegairahan perupa muda, meluaskan jaringan (networking) seni rupa global. Program residensi ini didukung dengan pola manajemen yang membantu pengelolaan residensi agar tujuan yang diharapkan tercapai dengan efektif dan efisien. Maka perlu menerapkan ilmu manajemen seni, pola manajemen residensi, memperluas jaringan seni rupa secara internasional dan perlu diketahui manfaat residensi dalam pendidikan seni rupa.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini terarah, maka masalah penelitian ini perlu dirumuskan dan dibatasi agar menjai lebih fokus. Masalah manajemen residensi seniman tersebut selanjutnya diuraikan lebih lanjut dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pola manajemen residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space?.

2. Bagaimana proses residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space?. 3. Bagaimana karya seniman sebelum residensi, saat residensi dan setelah

mengikuti residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space?.

C. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada masalah penelitian, terinci tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan manajemen residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space.

2. Mendeskripsikan proses residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space. 3. Mendeskripsikan karya seniman sebelum residensi, saat residensi dan

(17)

7 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

a. Memberikan wawasan mengenai pola manajemen residensi seniman muda pada suatu organisasi informal non profit.

b. Memberikan wawasan mengenai proses peningkatan kreativitas karya, penajaman konsep karya dan proses kreatif.

c. Memberikan wawasan lebih mendalam untuk menjadi manajer residensi yang handal.

2. Manfaat bagi Selasar Sunaryo Art Space

a. Memberikan evaluasi dan saran untuk pengembangan tata kelola residensi seniman muda dan sistem manajerial di masa yang akan datang.

3. Manfaat bagi Dunia Pendidikan Seni Rupa

a. Memperoleh wawasan model manajemen pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan kompetensi seniman/perupa.

b. Mendapatkan wawasan proses manajerial program peningkatan kompetensi seniman/perupa melalui kegiatan Residensi.

c. Mendapatkan wawasan model proses berkarya melalui kegiatan Residensi untuk diaplikasikan dalam dunia pendidikan seni rupa.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyajian hasil penelitian ini, penulis menyusunnya dalam beberapa bab atau bagian dengan susunan sebagai berikut:

(18)

8 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. Mengungkapkan landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yang berisi pembahasan proses kreatif berkarya seni rupa, perkembangan seni rupa Indonesia, perkembangan insfrastruktur seni rupa Indonesia, seni rupa kontemporer Indonesia, seniman Indonesia dan residensi seniman muda Indonesia. Serta kajian teori mengenai manajemen seni, manajemen residensi, konsep dasar organisasi, dan bentuk-bentuk organisasi.

BAB III. Metodologi penelitian berisi pendekatan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, sampel penelitian, lokasi penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV. Memaparkan pembahasan hasil penelitian Pola Manajemen Residensi dan Karya Seni Rupa Program Residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space

(19)

57 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Peneliti menyajikan penelitian ini dengan pendekatan kualitatif yaitu meneliti suatu fenomena yang ada saat ini dan peneliti mengamati langsung fenomena tersebut di lapangan. Menurut Sarosa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam labolatorium) di mana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati” (Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001; dalam Sarosa 2012:7).

Penelitian residensi seni rupa ini tergolong humaniora atau melibatkan manusia yang bersifat kompleks dan multi dimensi. Dalam program residensi Transit#1 terdapat sejumlah orang yang variatif. Program residensi menjadi

realitas fenomena di negara berkembang seperti Indonesia. Keterlibatan langsung peneliti melihat dan menganalisis kegiatan residensi Transit#1 di SSAS. Dijelaskan Sarosa (2012:10) bahwa “Peneliti kualitatif adalah instrumen utama penelitian. Keterlibatan peneliti merupakan kunci penting untuk memahami kompleksitas suatu fenomena.”

(20)

58 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Metode Penelitian

Saat peneliti akan menempuh jawaban penelitian maka menggunakan metode untuk terjawabnya masalah penelitian tersebut. Dikemukakan Sarosa

bahwa “Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah” (Coghlan & Brannick 2010; Collis & Hussey 2003; Leedy & Ormrod 2005 dalam Sarosa 2012:36). Menurut Sudjana (2011:52) bahwa “Metode lebih menekankan kepada strategi, proses, dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik,

serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan.”

Metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif analitik yaitu mengklasifikasikan dan menyajikan data dengan cara mendeskripsikan fenomena sesuai fakta di tempat penelitian. Menurut Lexy, “deskripsi analitik adalah rancangan organisasional dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang muncul dari data”(Moleong Lexy, 2007:257).

Melalui metode ini peneliti menganalisis residensi Transit#1 dan menyajikannya dengan menjelaskan aktivitas program residensi Transit#1 yang ada pada masa kini. Peneliti merumuskan tujuan yang akan dicapai, peneliti langsung terjun ke lapangan, diskusi mendalam dengan informan ahli dan partisipan, mengumpulan data, menganalisa data, menyusun literatur yang relevan, mendeskripsikan hasil penelitian secara mendalam, membuat laporan dan merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan strategi pengumpulan data sebagai berikut:

a.Observasi

(21)

59 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang-orang yang berada dalam lingkungan yang diteliti tersebut. Sarosa mengemukakan bahwa “Studi lapangan (observasi) didefinisikan sebagai pengamatan akan manusia pada “habitatnya” (Hughes 2005 dalam Sarosa 2012:56).

Peneliti mengamati lokasi penelitian, letak Selasar Sunaryo Art Space, tujuan dan sejarah didirikannya Selasar Sunaryo Art Space, visi misi Selasar Sunaryo Art Space, jumlah orang-orang terkait manajemen residensi seniman muda, jumlah seniman dalam residensi seniman muda, struktur organisasi residensi seniman muda, aktivitas manajemen residensi Transit#1, standar pendidikan terkait tim pengorganinisasian manajemen residensi Selasar Sunaryo Art Space, dan profesionalisme yang harus dimiliki seorang manajer serta hasil karya seniman setelah beresidensi Transit.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah suatu teknik guna pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada lebih dari dua partisipan. Sarosa mengemukakan bahwa “Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu” (Kahn & Cannell 1957 dalam Sarosa 2012:45).

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pola manajemen residensi seniman muda Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space, proses kreatif seniman residen Transit#1 dan hasil karya seniman residen setelah Transit#1. Dalam wawancara tersebut menyangkut hal kegiatan-kegiatan

(22)

60 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Dokumentasi dan Studi Dokumen

Studi dokumen adalah mempelajari dan menganalisis dokumen dalam bentuk media elektronik dan non elektronik. Sarosa mengemukakan bahwa

“Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia” (Esterberg 2002 dalam Sarosa 2012:61). Lebih diperjelas Sarosa (2012:61) bahwa “Dokumen adalah segala catatan, baik berbentuk catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel media masa, catatan harian, manifesto, notulen,

blog, halaman web, foto, video, dan lainnya.”

Dokumen yang dianalisis peneliti yaitu sumber-sumber buku residensi Selasar Sunaryo Art Space, katalog pameran residensi seniman mudaTransit#1 di Selasar Sunaryo Art Space, majalah seni rupa, website residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space, karya tulis (buku) pengamat seni, buku seni rupa dan buku-buku lainnya yang relevan dengan penelitian, serta dokumentasi berupa foto dan video.

d. Diskusi Terfokus

Diskusi terfokus adalah diskusi yang dilakukan bersama informan ahli untuk membahas atau mendalami suatu topik. Sarosa mengemukakan bahwa

Focus Group Discussion dapat didefinisikan sebagai sekelompok kecil partisifan yang bersifat formal dan berjangka waktu temporer, berinteraksi dan bekerja sama untuk mendalami suatu topik” (Greenbaum 2000; Morgan 1997; Templeton 1994 dalam Sarosa 2012:53).

(23)

61 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat berupa rancangan penelitian secara rinci sebagai cara untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Sudjana

mengemukakan bahwa “Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data” (Sudjana, 2011:58). Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Dijelaskan Sarosa (2012:10) bahwa “Peneliti kualitatif adalah instrumen utama penelitian.

Agar mendapat kejelasan data, peneliti merancang melalui definisi konsep dan definisi operasional sebagai berikut:

d. Controlling (pengontrolan) residensi

Transit#1

(24)

62 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti untuk menganalisis data yang didapatkan dari catatan-catatan di lapangan, dokumentasi peneliti, dan dokumen-dokumen penting. Data-data tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian sesuai rumusan masalahnya untuk dikelola. Teknik analisis data tersebut disesuaikan dengan pendekatan penelitian ini yaitu kualitatif.

Penjelasan analisis data kualitatif diungkapkan Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2010:248), yaitu sebagai berikut:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain.

Selain itu, analisis data kualitatif menurut Seiddel dalam Moleong (2010:248), yaitu prosesnya sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan dengan hal itu memberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

3. Berpikir, dengan jalan membuat kategori kata agar mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan

Peneliti menganalisis data dalam penelitian ini melalui rangkaian mengorganisasikan data, memilah data, menemukan pola, menentukan hal penting, dan menentukan hal yang diceritakan.

Langkah-langkah analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengorganisasikan data

(25)

63 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Memilah data

Setelah mengorganisasikan data, peneliti memilah-milah data yang perlu dan tidak perlu, atau sesuai dan tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian sesuai rumusan masalah tersebut.

c. Menemukan pola

Peneliti kemudian menemukan pola untuk dijadikan susunan bab dan sub-bab sesuai dengan judul penelitian analisis deskriptif pola manajemen dan karya seni rupa program residensi Transit#1 di Selasar Sunaryo Art Space. d. Menemukan hal penting

Peneliti menemukan hal-hal penting, mempelajarinya, dan menemukan maknanya agar didapatkan temuan-temuan hasil penelitian tersebut. Hal penting tersebut dapat ditemukan dari data berupa tulisan yang dibuat indeksnya, bagan, dan foto dokumentasi.

e. Menentukan hal yang diceritakan

Peneliti memilah dan menentukan hal yang akan diceritakan atau dideskripsikan dalam karya tulis ilmiah sesuai dengan kaidah-kaidah dan etika dalam penulisan karya ilmiah.

F. Sampel dan Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil sampel secara purposive samples. Dikemukakan

Sudjana bahwa “Purposive samples yaitu pengambilan unsur sampel atas

dasar tujuan tertentu sehingga memenuhi keinginan dan kepentingan peneliti”

(Sudjana, 2011:73). Sampel yang diambil merupakan ruang seni yang tereksis di Bandung sehingga dapat diteliti kemungkinan pencerminan bagi lembaga atau organisasi seni rupa lainnya di Bandung.

(26)

64 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(27)

147 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar

Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manajemen Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) telah berhasil menyelenggarakan residensi Transit#1 hingga mencapai output berupa pameran bertajuk bongkar/muat_unload/reload. Dana yang cukup besar telah dikeluarkan oleh Yayasan Selasar Sunaryo untuk menyelenggarakan residensi Transit. Di awal, proposal telah diupayakan namun kebersediaan lembaga

atau sponsor sangat sulit untuk bekerja sama dalam program residensi. Pola manajemen residensi Transit#1 ini merupakan residensi ke satu sebagai eksplorasi pencarian pola yang mapan. Pola manajemen residensi Transit#1 berangkat dari referensi residensi sebelumnya pada 2002-2006 atas kerja sama dengan UNESCO-ASCHBERG (perancis) dengan mendatangkan tiga seniman internasional untuk beresidensi di SSAS. Staf organisasi residensi ada yang memiliki kedudukan rangkap seperti direktur juga sebagai dewan fasilitator, dewan fasilitator juga sebagai kurator, asisten kurator juga sebagai kurator, manajer SSAS juga sebagai pembawa acara, dan manajer umum juga sebagai public relation. Project manager adalah orang dari luar SSAS yang memanaje hanya selama program residensi Transit#1. Project manager residensi Transit#1 adalah bukan dari lulusan program studi manajemen seni tetapi berasal dari lulusan sarjana program studi komunikasi. Selama residensi Transit#1 terjadi kekeluargaan yang sangat erat antara seluruh staf organisasi manajemen dan seniman residen.

(28)

148 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar

Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Artist Talk dan (l) Pameran. Residensi Transit#1 berlangsung selama 3 bulan

di SSAS, tiga bulan selanjutnya baru kemudian pameran residensi Transit#1 di SSAS, dan tiga bulan selanjutnya pameran residensi Transit#1 kedua di Galeri Nadi. Residensi Transit#1 merupakan sebagai upaya menyokong dan mengembangkan seniman muda yang berpotensi bagus. Melalui proses serangkaian residensi, seniman mendapat wawasan lebih luas, lebih yakin dalam berkarya, semakin tajam konsep kekaryaannya, cenderung terelevasi senimannya, dan memperluas jaringan.

Sebelum residensi ketiga seniman memiliki identitas karya yang diangkat dalam pameran tunggal mereka masing-masing di SSAS. Dalam proses kreatif seniman residen fokus eksplorasi dan mengembangkan karya. Saat residensi Rudayat semakin yakin untuk melakukan eksperimentasi lintas medium yang mengontraskan idiom seni tinggi (hihg art) dan seni jalanan (low art), Gatot mulai terlepas dari keharusan menciptakan figur, dan memperlakukan kanvas sebagai bidang yang menuntunnya pada intuisi yang lebih mengalir, sedangkan Valasara tidak ragu lagi untuk menanggalkan aspek representasi menjadi nonrepresentasi. Setelah residensi seniman lebih yakin percaya diri dalam setiap berkarya, mereka berinovasi dengan kakaryaannya, dan dapat terus bersaing dalam dunia seni rupa global.

B. Saran

Kurangnya insfrastruktur seni rupa dan sistem seni rupa yang termarjinalkan tidak berarti menjadi mandeg dalam mobilitas kesenirupaan. Berdasarkan hasil penelitian manajemen residensi Transit#1 dan karya seni rupa seniman muda di Selasar Sunaryo Art Space ini, penulis menyarankan:

(29)

149 Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar

Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diharapkan dapat lebih baik lagi dalam mengelola program residensi Transit, dapat meningkatkan sistem manajemen program residensi Transit

selanjutnya, struktur organisasi manajemen residensi Transit yang lebih tertata/tersusun, kontinu mengelevasi seniman muda Indonesia yang berpotensial menjadi lebih berkompeten, kotinu mengembangkan seni rupa Indonesia, menjalin relasi dan jaringan yang lebih luas lagi secara global.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat meneliti lebih mendalam mengenai bentuk-bentuk residensi di Indonesia baik itu residensi seniman muda maupun residensi seni rupa lainnya dan lebih menyelidiki (inquiry) perkembangan residensi seniman muda pada masa selanjutnya.

3. Bagi Dunia Pendidikan Seni Rupa

(30)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Adian, Donny Gahral. (2005). Ensikolpedia (umum untuk pelajar). Jakarta: PT. Ictiar Baru Van Hoeve.

Al-Barry. (2000). Kamus Ilmiah Kontemporer. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Bhandari,Heater Darcy dan Jonathan,Melber. (2009). Art/Work. London, New York: Free Press.

Bujono, Bambang dan Adi, Wicaksono.(2012). Seni Rupa Indonesia (dalam Kritik dan Esai). Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Byrnes, William J. (1999). Management and the Art. Melbourne: Focal Press.

Boyle, Charles. (2000). Illustrated history of the World, The Human Dawn (new edition). Cina: Time Life.

Chaniago, Amran. (2000). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Chong, Derrick. (2002). Arts Management. New York London: Routledge.

Damajanti, Irma. (2006). Psikologi Seni. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama

Dermawan, Agus. (2010). Masih Seputar Seni Rupa Kontemporer. Jakarta: Visual Art edisi Juli 2005.

Griffin, Ricky W. (2004). Manajemen (edisi tujuh). Jakarta: Erlangga.

Harsono, F.X. (2002). Komunitas Seni Rupa Membangun Ruang Dialog”. Pikiran Rakyat.

(31)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seminar On Art History, Gerakan- Gerakan Seni Rupa Pada Masa Orde Baru. Ruang seminar FSRD ITB: 20-21 Maret 2013.

Hasan,Fuad.(1989). Renungan Budaya. Jakarta:Balai Pustaka.

Hujatnikajenong, Agung. (2010). Selasar Sunaryo Art Space. Tersedia: http://www.selasarsunaryo.com/. [1 februari 2013].

Indira, Ira Dhyani. (2011). Sulam Hibrida (Kolaborasi Kontemporer Crazy Patchwork, Quilt, Applique & Stitches). Jakarta:Dian Rakyat.

Irianto, Asmujo J., dkk. (2005). Manajemen Seni Rupa. Jakarta: Visual Art.

Irianto, Asmujo J (Informan Ahli). (2013). Wawancara Penelitian. Bandung.

Dharsono, S. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Maftuhin, Ali. (2001). Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris. Surabaya: Terbit Terang.

Mamanoor. (2002). Wacana Kritik Seni Rupa di Indonesia. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Robbins, Stephen P. dan Coulter, Mary. (2010). Manajemen (edisi kesepuluh). Jakarta: Erlangga.

Robertson, Iain. (2007). Understanding International Art Markets and Management. New York London: Routledge.

(32)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Schermerhorn, John R.(2003). Manajemen (edisi satu). Yogyakarta: Penerbit Andi.

Scott, Jill.(2010). Artist in Labs: Networking in Margin. New York: Springer Wien.

Sedarmayanti. (2012). Manajemen dan Komponen Terkait Lainnya. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Semiawan, Conny R, dkk. (2004). Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2011). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suharianto, S. (1982). Berkenalan dengan Cipta Seni. Semarang: Mutiara Permata Widya.

Wiyanto, Hendro dan Sunaryo. (2011). Transit, Bongkar_Muat / Unload_Reload. Bandung: Selasar Sunaryo Art Space.

Supangkat, Jim. (2002). Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia. Seni Rupa. Jakarta: Glorier International.

Supangkat, Jim.(2013). Growing Pains; Contemporary Art in Indonesia 1990-2010, disajikan dalam Seminar On Art History, Gerakan- Gerakan Seni Rupa Pada Masa Orde Baru. Ruang seminar FSRD ITB: 20-21 Maret 2013.

Susanto, Mikke. (2011). Diksi Rupa. Yogyakarta: DictiArt Lab & Djagat Art House.

Susanto, Mikke. (2004). Manajemen Pameran Seni Rupa Kontemporer. Yogyakarta: Galang Press.

Susanto, Mikke. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa. Yogyakarta: Galang Press.

(33)

Yesi Aditia Kusuma, 2013

Analisis Deskriptif Pola Manajemen Dan Karya Seni Rupa Program Residensi ‘Transit#1’ Di Selasar Sunaryo Art Space

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soeteja, Zakaria S. (2002). “Urgensi Kemampuan Manajemen Seni Rupa”. Ritme, Jurnal Seni dan Pengajarannya. 1,(2),44-50.

Terry, George R.dan Rue, Leslie W. (2009). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahono. (1973). Ensikolpedia (umum untuk pelajar). Jakarta: Konisius

Yanni (Manajer Umum). (2013). Wawancara Penelitian. Di Selasar Sunaryo Art Space.

Referensi

Dokumen terkait

Yang menjadi kendala selama ini adalah belum adanya pengaturan inventaris barang pada masing-masing cabang, sehingga seringkali karyawan jika karyawan memerlukan sesuatu

Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor

POKJA III ULP Pemerintah Kabupaten Bangka Tahun Anggaran 2014 akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi secara elektronik untuk paket pekerjaan

melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang diupload dalam aplikasi SPSE. Memperhatikan hal tersebut di atas, dengan ini Saudara diminta untuk

Pertarungan yang terjadi lebih sering melibatkan beragam pihak, atau beragam wacana tentang pembangunan dan lingkungan dengan batas yang tidak selalu jelas

Elemen semantik merupakan elemen terkecil dalam sebuah teks wacana, namun tetap memiliki keterkaitan dan porsi yang sama dengan elemen lain (tematik dan skematik)

Petani dapat diartikan sebagai orang yang bidang pekerjaannya bercocok tanam atau dapat juga diartikan sebagai seseorang yang bergerak dibidang bisnis pertanian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan.. metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan kata lain,