• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA MILITER :Study Kasus terhadap Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA MILITER :Study Kasus terhadap Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISL M

DALAM KELUARGA MILITER

(Studi Kasus Terhadap Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām

Oleh

Gita Khoerunnisa

0900423

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISL M

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

GITA KHOERUNNISA (0900423)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISL M DALAM KELUARGA MILITER

(Studi Komunikasi Edukatif Terhadap Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing :

Pembimbing I

Drs. A Toto Suryana A, M.Pd NIP: 19570417 198803 1 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Kokom Siti Komariah, M.Pd

NIP: 19620513 198803 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Isl m Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endis Firdaus, M.Pd.

(3)

i

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISL M DALAM KELUARGA MILITER (Studi

Komunikasi Edukatif Terhadap Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto) “ ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2013 Yang membuat pernyataan,

(4)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KELUARGA MILITER

(Study Kasus terhadap Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto) Oleh : Gita Khoerunnisa 0900423

ABSTRAK

Keluarga adalah tempat pertama terjadinya proses pendidikan, pendidikan pertama dari keluargalah yang akan menjadi fondasi dasar dari pembentukan karakter anak. Keluarga juga merupakan tempat dilakukannya pendidikan yang mendasar tentang pendidikan keagamaan, termasuk pendidikan agama Islām. Baik buruknya anak-anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi yang berlangsung dalam kehidupan keluarga. Kehidupan dunia militer identik dengan pola pendidikan yang otoriter. Kehidupan keluarga yang dipimpin oleh seorang pemimpin otoriter akan melahirkan suasana kehidupan keluarga yang berbeda dengan kehidupan keluarga yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang demokratis.

Oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui : 1) bagaimana komunikasi edukatif melalui bahasa, 2) bagaimana pelaksanaan komunikasi edukatif melalui isyarat dan 3) bagaimana implementasi komunikasi edukatif melalui budaya yang terjadi dalam keluarga militer khususnya dalam keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto. Untuk mendapatkan hasil data yang relevan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi pendidikan agama Islām dalam keluarga militer menggunakan komunikasi edukatif melalui bahasa dengan model komunikasi stimulus-respon yang mana dalam berkomunikasi edukatifnya harus dirangsang terlebih dahulu oleh orang tua, kemudian komunikasi edukatif melalui isyarat dengan model ABX yang mana pada model komunikasi ini hanya orang tua saja dan secara tidak langsung hanya melibatkan anak dalam komunikasi orang tua, dan komunikasi edukatif melalui budaya dengan model komunikasi interaksional komunikasi ini antara Kopda Aris selaku orang tua dengan anak-anaknya terjadi interaksi yang aktif.

Dan ketiga komunikasi edukatif dalam keluarga Kopda Aris ini sudah berjalan cukup baik hal ini terlihat dari budaya keseharian dalam keluarga militer ini selalu dihiasi dengan budaya yang mengandung nilai-nilai Islām dan juga dapat dilihat dari kepribadian dan sikap anak dalam keluarga militer ini yang tidak mudah terpengaruhi oleh pengaruh-pengaruh negatif dari luar justru sebaliknya malah dapat mewarnai teman-temannya dengan perilaku-perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat dan norma Islām.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……..………..………i

UCAPAN TERIMAKASIH……….………….ii DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil Keluarga Kopda Aris Riyanto... Error! Bookmark not defined. 2. Komunikasi Edukatif Melalui Bahasa Dalam Keluarga Kopda Aris

Riyanto ... Error! Bookmark not defined. 3. Komunikasi Edukatif Melalui Isyarat Dalam Keluarga Kopda Aris

Riyanto ... Error! Bookmark not defined. 4. Komunikasi Edukatif Melalui Budaya Dalam Keluarga Kopda Aris

Riyanto ... Error! Bookmark not defined. B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Komunikasi Edukatif Melalui Bahasa dalam Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto... Error! Bookmark not defined. 2. Analisis Komunikasi Edukatif Melalui Isyarat dalam Keluarga Kopda

TNI AD Aris Riyanto... Error! Bookmark not defined. 3. Analisis Komunikasi Edukatif Melalui Budaya dalam Keluarga Kopda

TNI AD Aris Riyanto... Error! Bookmark not defined. 4. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Agama Islām dalam Keluarga

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk ciptaan All h. Ia tidak muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri, asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi orang Isl m. Menurut Sauri (2006: 21) manusia adalah satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kemampuan rasional, karena ia memiliki akal. Akal adalah daya yang memberikan kemampuan bagi manusia untuk berpikir. Berkaitan dengan akal, pada umumnya para ahli menunjuk akal sebagai esensi manusia. Filosof Yunani, antara lain aristoteles yang dijelaskan dalam situs (Sauri, 2006: 21) menyatakan bahwa esensi manusia terletak pada akalnya (the animal that reasons) yang menjadikannya sebagai makhluk yang berpikir. Para pemikir

menunjuk akal sebagai ciri utama yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling berderajat. Kaum materialis dengan jelas menunjuk akal sebagai bagian yang paling utama, kelompok ini dikenal dengan istilah para rasionalis. Pengembangan pemikiran yang bersumber pada akal dan materi

yang mendorong kemajuan manusia dalam bidang material. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan pemenuhan kebutuhan material manusia telah mencapai tingkat yang paling tinggi.

(9)

Tafsir (1991 : 34) megemukakan dalam bukunya bahwa hakikat wujud manusia adalah makhluk yang perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. Dalam teori lama yang dikembangkan oleh dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sintesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi). Menurut Isl m, kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran. Perubahan yang dialami manusia menyebabkan manusia perlu pendidikan, sebab pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk mengubah manusia dari suatu kondisi kepada kondisi lainnya yang lebih baik. Oleh karena itu manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan.

Menurut Hazbullah (2009 : 2) Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda, berikut ini beberapa pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya :

1. Ki Hajar Dewantara

(10)

masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Hazbullah, 2009 : 2).

2. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Hazbullah, 2009 : 2).

3. Menurut UU No. 20 th 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, Akhl q mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hazbullah, 2009 : 2).

Menurut Ihsan (2010 : 2) Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Dalam buku Sauri (2006 : 3) pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat esensial dalam membina martabat manusia, memelihara dan mengembangkan nilai kebudayaannya. Oleh karena itu, selama manusia hidup di dunia, pendidikan menjadi hal yang paling utama diantara kebutuhan hidup manusia lainnya, pendidikan merupakan bagian yang integral dan terjalin dengan kehidupan manusia, merupakan kebutuhan hidupnya yang pokok, merupakan suatu kemutlakan bagi kehidupan manusia. Pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Ketiga komponen itu harus mampu menciptakan disiplin yang tinggi dan saling menunjang, jangan sampai terjadi suasana kontradiktif.

(11)

Membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan dan menghidupkan hati nurani manusia untuk selalu memperhatikan All h SWT . Jika kita perhatikan pada zaman sekarang banyak krisis yang menghantui masyarakat terutama dalam hal beragama , banyak orang yang mengaku bahwa dirinya beragama Isl m namun pada kenyataannya sikap -sikap yang dilakukannya itu jauh dari norma-norma pendidikan agama Isl m itu sendiri contohnya saja prilaku-prilaku amoral yang dilakukan oleh anak remaja zaman sekarang yang sedang marak yaitu anak SMA ataupun mahasiswa sendiri yang katanya berkecimpung dalam dunia pendidikan tetapi mereka menunjukan prilaku-prilaku yang tidak berpendidikan yaitu tawuran antar sekolah ataupun tawuran antar kampus yang berakhir dengan hilangnya nyawa seseorang dan si pelakunya sama sekali tidak merasa bersalah apalagi menyesal sungguh sangat ironis. Dimanakah letak kesalahan atau penyebab semua itu? Apakah dalam perencanaan pendidikan agamanya yang salah ataukah dalam pelaksanaan pendidikan agamanya yang salah atau bisa juga dalam evaluasi pendidikan agamanya yang tidak tepat.

Padahal pendidikan Agama Isl m merupakan ilmu yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan All h maupun hubungan manusia dengan manusia. Aktivitas manusia dalam mengolah, memberdayakan, dan mengaktu lisasikan perilaku Isl mi dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai tot litas kepribadian Muslīm yang tafaqquh fȋ al-dȋn.Tujuan pendidikan Agama Isl m teramat banyak di kemukakan oleh para pakar diantaranya untuk menumbuhkan perkembangan jasmani, perkembangan rohani, dan perkembangan sosial, terutama pada usia-usia remaja yang kondisi mentalnya tidak stabil yang membutuhkan asupan-asupan pendidikan yang dapat membantu menstabilkan kondisi mentalnya itu (Sauri, 2006 : 4).

(12)

Pendidikan Isl m ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi Muslīm semaksimaksimal mungkin.

Menurut Tafsir (1991 : 158) tatkala kita berbicara tentang metode pendidikan agama di sekolah, salah satu kesimpulan penting adalah bahwa kunci keberhasilan pendidikan agama di sekolah bukan terutama terletak pada metode pendidikan agama yang digunakan dan penguasaan bahan, kunci pendidikan agama di sekolah sebenarnya terletak pada pendidikan agama dalam rumah tangga atau dalam keluarga. Inti pendidikan agama dalam keluarga itu adalah hormat kepada Tuhan, kepada orang tua, dan hormat kepada guru. Bila anak dididik tidak hormat kepada guru, berarti dia juga tidak akan menghormati agama. Bila agama Isl m dan guru agama tidak dihormati maka metode pendidikan agama yang baik pun tidak akan ada artinya. Itulah yang umumnya terlihat sekarang, terutama di sekolah umum. Oleh karena itu pendidikan agama dalam keluarga sebenarnya tidak boleh terpisah dari pendidikan agama di sekolah. Mula-mula adalah pendidikan agama dalam keluarga sebagai fondasi. Karena memahami pentingnya kesejahteraan anak, pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan undang-undang itu pada tahun 1979, bertepatan dengan Tahun Anak Internasional. Undang-undang itu menjadi landasan hukum bagi pembinaan anak Indonesia yaitu Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Sebagaimana disebutkan dalam Bab I Pasal I ialah sebagai berikut “ Kesejahteraan anak ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik segi rohani, jasmani, dan sosial. " Jadi pembinaan itu harus mencakup agama, kesehatan dan gizi, pendidikan, kependudukan, kehidupan berbangsa dan bernegara.

(13)

Jadi, tanggung jawab itu pertama-tama adalah sebagai suatu kewajiban dari

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. 1

Djamarah (2006 : 2) menyatakan bahwa antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga disitu ada pendidikan. Dimana ada orang tua disitu ada anak merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika ada orang tua yang ingin mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang menghajatkan pendidikan dari orang tua. Dari sinilah muncul istilah “pendidikan keluarga” Artinya, pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga. Penelusuran jika ditinjau lebih jauh adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dalam konteks keluarga, maka “orang dewasa” yang dimaksud disini adalah orang tua ( ayah dan ibu) yang secara sadar mendidik anak-anaknya.

Dalam hal ini Basri mengungkapkan dalam buku Sauri (2006 : 6) mengemukakan bahwa, “kelemahan yang masih terjadi sekarang ini adalah tidak adanya keselarasan nilai yang dihayati anak dirumah dengan nilai yang ada dilingkungan sekitarnya atau di sekolah.” Konflik nilai diantara ketiga

1

(14)

masalah itu akan mengakibatkan anak menjadi korban. Pendidikan yang pertama yang dialami oleh setiap orang adalah pendidikan keluarga, yakni melalui komunikasi antara orangtua dan anak, berupa bimbingan dan pengarahan yang berisi nilai-nilai yang menjadi landasan bagi proses sosi lisasi serta dasar-dasar bagi pendidikan selanjutnya.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Dinyatakan bahwa keluarga merupakan salah satu penanggung jawab pendidikan, disamping masyarakat dan pemerintah. Juga disebutkan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dasar yang berkenaan dengan keagamaan. Dengan demikian keluarga dipandang sebagai peletak dasar pembinaan Akhl q. Kedudukan keluarga sebagai lembaga pendidikan sangat vital, bagi kelangsungan pendidikan generasi muda maupun bagi pembinaan bangsa pada umumnya. Peran keluarga sebagai penanggung jawab pendidikan nilai tersebut dewasa ini dihadapkan kepada masalah yang ditimbulkan oleh semakin kuatnya arus informasi dan glob lisasi nilai-nilai. Oleh karena itu pendidikan keluarga diharapkan dapat memberikan nilai-nilai keteladanan, nilai-nilai sosial yang dapat membangun kreativitas dan kemandirian anak. Buah akan mencerminkan pohonnya. Keberhasilan orang tua akan Dinilai dari bagaimana mereka membesarkan dan mendidik putra-putrinya. Pepatah tersebut ditulis Rektor Universitas Isl m Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

(15)

menyirami, memupuk, merawat, dan memelihara terhadap tanaman yang ada dalam kebun. Ilustrasi itu menggambarkan bahwa sebagai pendidik haruslah melaksanakan proses pendidikan agar mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Suatu konsekuensi alami dari pertumbuhan dan kematangan ibarat pohon, banyak miripnya dengan mekarnya bunga dalam kondisi yang tepat. Dapat dikatakan bahwa apa yang akan terjadi pada anak tergantung pada pertumbuhan secara wajar dan lingkungan yang memberikan perawatan.

Ajaran Isl m menyebutkan bahwa al-ummu madrasah al ũlā pendidikan yang pertama dan utama adalah dari orang tua. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Mujib (2008 : 88), bahwa pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Orang tualah yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan anaknya, karena sukses atau tidaknya anak tergantung pengasuhnya, perhatian, dan pendidikannya. Baik buruknya anak-anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya. Hal ini bahkan tercantum dalam sebuah Al-Ḥadȋś yang

orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi,

sebagaimana binatang melahirkan binatang keseluruhannya. Apakah k lian

mengetahui di dalamnya ada binatang yang rumpung hidungnya? (Riwayat

Bukhari)” (An Nahlawi, 2002: 145).

(16)

diatas dasar sistem interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsug dengan baik. Pendidikan dasar yang baik harus diberikan kepada anggota keluarga sedini mungkin dalam upaya memerankan fungsi pendidikan dalam keluarga, yaitu menumbuhkembangkan potensi laten anak, sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Orang tua sebagai pemimpin adalah faktor penentu dalam menciptakan keakraban hubungan dalam keluarga. Tipe kepemimpinan yang diberlakukan dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu dengan segala dinamikanya. Interaksi yang berlangsung pun bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu hampir tak terbantah, bahwa karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi yang berlangsung dalam kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga yang dipimpin oleh seorang pemimpin otoriter akan melahirkan suasana kehidupan keluarga yang berbeda dengan kehidupan keluarga yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang demokratis.

(17)

tidak sadar dan lepas kontrol bahwa pendidikan yang mereka tanamkan kepada anak-anknya itu akhirnya merupakan pendidikan yang otoriter. Dalam praktiknya tipe kepemimpinan orang tua yang otoriter cenderung ingin menguasai anak, perintahnya harus selalu dituruti dan tidak boleh dibantah. Anak kurang diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dalam bentuk penjelasan, pandangan, pendapat atau saran-saran. Tanpa melihat kepentingan pribadi anak, yang penting instruksi orang tua harus dituruti. Tipe kepemimpinan oran tua yang otoriter selain ada keuntungannya, juga ada kelemahannya. Anak yang selalu taat perintah adalah diantara keuntungannya. Sedangkan kelemahannya adalah kehidupan anak statis, hanya menunggu perintah, kurang kreatif, pasif, miskin inisiatif, tidak percaya diri, dan sebagainnya (Djamarah, 2006 : 2).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa sangat tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan pendidikan agama Isl m dalam sebuah keluarga militer, untuk mengetahui apakah pendidikan agama Isl m dalam keluarga militer tetap dapat berjalan dengan baik atau tidak, mengingat bahwa baik buruknya anak-anak di masa yang akan datang banyak ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya sedangkan keluarga militer itu identik dengan pendidikan yang keras dan berkarakteristik otoriter. Untuk itu peneliti merasa perlu mengungkapkan kejelasannya dan menetapkan judul penelitian sebagai berikut : “ IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA

ISLĀM DALAM KELUARGA MILITER” (Studi Kasus Dalam

(18)

B. RUMUSAN MASALAH

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu untuk merumuskan masalah, dan rumusan masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi edukatif melalui bahasa dalam keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto

2. Bagaimana pelaksanaan komunikasi edukatif melalui isyarat dalam keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto

3. Bagaimana implementasi komunikasi edukatif melalui budaya dalam keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai pendidikan agama Isl m dalam keluarga militer serta membuahkan suatu hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan pemikiran guna kepentingan dan keberhasilan proses pendidikan agama Isl m terutama dalam keluarga militer dan dapat dijadikan model pendidikan untuk keluarga lainnya. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana model komunikasi edukatif melalui bahasa dalam keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan komunikasi edukatif melalui isyarat Isl m dalam keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto

(19)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis, skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap dunia Ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan pendidikan agama Isl m yang dilakukan dalam lingkungan keluarga militer. Deskripsi hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pendidikan yang tepat dalam keluarga militer.

2. Manfaat praktis

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis sekaligus teoretis bagi berbagai pihak terutama dengan orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan keluarga :

a. Bagi civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk bahan ajar perkuliahan serta dapat dijadikan contoh dalam membina dan mendidik anggota keluarga masing-masing.

b. Bagi mahasiswa program Ilmu Pendidikan Agama Isl m, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi dalam perkuliahan dan dapat menjadi patokan yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan pendidikan agama Isl m dalam dunia kemiliteran.

c. Bagi keluarga yang menjadi subjek penelitian, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi koreksi yang positif dan membangun agar bisa lebih menjadikan keluarga yang dipandang berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Dan juga diharapkan terjadi hasil yang saling menguntungkan antara keluarga yang menjadi objek penelitian dan peneliti.

(20)

e. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan barometer dalam melakukan penelitian terutama yang masih berkaitan dengan pendidikan agama Isl m dalam keluarga.

f. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan, menjadi bahan latihan dalam penelitian karya ilmiah dan juga sebagai rujukan untuk melaksanakan pendidikan agama Isl m dalam keluarga peneliti sendiri.

E. SISTEMATIKA PENELITIAN

Sebagai kerangka dalam penelitian ini, maka sistematika penulisan disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, didalam bab ini mebahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORITIS, didalam bab ini akan di bahas konsep-konsep atau teori-teori yang relevan dengan pendidikan Isl m dalam keluarga juga komunikasi antara orang tua dengan anak.

BAB III METODE PENELITIAN, bab ini membahas tentang metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data juga teknik analisis data penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, didalam bab ini akan membahas tentang temuan-temuan penelitian dilapangan disertai analisis dari hasil penelitian dan pembahasannya.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

Lokasi Penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi (Nasution, 2003 : 23). Unsur tempat atau lokasi adalah tempat dimana berlangsungnya penelitian tersebut.

Subjek penelitian yang dimaksud adalah subjek yang menjadi sasaran penelitian. Subjek penelitian ini adalah keluarga militer yang bertempat tinggal di asrama zipur 3/YW desan Dayeuhkolot kecamatan Dayeuhkolot kabupaten bandung. Karena penelitian akan mengungkap kehidupan dan implementasi pendidikan agama Isl m dalam sebuah keluarga militer, maka yang menjadi subjek atau fokus adalah keluarga Kopda Aris Riyanto, dengan satu orang istri dan tiga orang anak yang mana anak pertama berumur 10 tahun, anak kedua berumur 6 tahun dan anak ketiga berumur 3 tahun.

B. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Agar penelitian dapat dilakukan secara terencana sistematis dan terarah maka diperlukan langkah pengumpulan data sebagai berikut :

1. Orientasi

(22)

Pada tahap orientasi ini penelitimendatangi subjek untuk dimintai keterangan awal, sebagai bahan kelayakan untuk diteliti. Kemudian subjek ditanyakan pula kesediaannya untuk diteliti selama kurun waktu kurang lebih dua bulan dan menyetakan kesediaan bagi peneliti untuk mengikuti dan mengamati pola hidup terutama aspek pengamalan ibadah ritual keluarganya. Setelah judul dibuat dan subjek penelitian didatangi, kemudian peneliti merumuskannya dalam bentuk proposal untuk diseminarkan. Setelah dalam seminar penguji memberikan perbaikan dan petunjuk, peneliti selanjutnya membuat surat-surat perizinan jika dianggap perlu, sebagai persiapan di lapangan.

2. Eksplorasi

Tahap ini merupakan kegiatan menggali data. Tahapan dalam penggalian ini adalah mengenal dan berhubungan lebih dekat dengan subjek penelitian, mengadakan pengamatan permulaan terhadap lingkungan keluarga subjek penelitian, lingkungan masyarakat serta perilaku lainnya yang berhubungan dengan rencana penelitian.

Kegiatan lain pada tahap eksplorasi ini adalah menyusun instrument, pedoman wawancara, memilih sumber data, pelaksanaan wawancara dan melakukan kegiatan penyusunan. Dalam penyusunan itu dilakukan kegiatan mendeskripsikan, menganalisis, menafsirkan hingga mencapai derajat gejala ketuntasan penelitian.

3. Member Chek

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti pada langkah member chek ini adalah:

a. Menyusun laporan peneliti yang diperoleh pada tahap eksplorasi terutama hasil atau data lapangan pada subjek penelitian.

(23)

c. Memperbaiki hal-hal yang belum sesuai dengan subjek penelitian. Dan pada tahap ini peneliti melakukan member chek kepada Kopda Aris langsung guna untuk menyesuaikan pendapat antara apa yang ditangkap peneliti dengan apa yang disampaikan Kopda Aris.

4. Triangulasi

Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan data yang diperoleh dari lapangan untuk memperoleh keabsahan data. Rincian pada langkah-langkah ini adalah:

a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dengan subjek penelitian.

b. Membandingkan informasi dari subjek penelitian yang satu dengan yang lainnya.

c. Membandingkan situasi wawancara dari subjek penelitian yang satu dengan yang lainnya.

d. Membandingkan situasi dan kondisi subjek penelitian dengan situasi dan kondisi orang luar lainnya.

e. Membandingkan data yang diperoleh dari sumber pendekatan yang sama namun dalam rentang waktu yang berbeda.

Dengan langkah-langkah tersebut maka penelitian dan hasil penyusunan penelitian akan dapat dipertanggung jawabkan karena kaidah-kaidah dan langkah-langkah penelitian telah sesuai dengan prosedur sebagaimana lazimnya dalam penelitian ilmiah. Dan pada tahap ini peneliti melakukan triangulasi kepada beberapa anggota subjek penelitian diantaranya melakukan triangulasi kepada istri Kopda aris yaitu ibu juminem dan kepada anak sulung beliau yaitu Nisa guna untuk membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi.

C. Metode penelitian

(24)

yang diteliti menjadi kesimpulan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyana (2010: 145) Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.

Dengan ungkapan lain metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian, dan metodologi itu dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian dan persfektif teoretis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.

Berdasarkan masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini dikategorikan sebagai pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Menurut Suwardi (2008 : 22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang berangkat dari inkuiri naturalistik yang temuan-temuannya tidak diperoleh dari prosedur penghitungan secara statistik. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang sama sekali belum diketahui. Metode ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui.

Bodgan dan Taylor sebagaimana yang dikutip oleh Basrowi dan Suwardi (2008: 21) mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Karakteristik khusus penelitian kualitatif ini berupaya mengungkap keunikan individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupannya sehari-hari secara komprehensif dan rinci ( Basrowi dan Suwardi, 2008: 23). Dan pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mengungkap keunikan pada dunia militer yaitu keluarga Kopda Aris Riyanto yang mana tidak semua anggota militer mempunyai pola pendidikan keagamaan yang seperti ini.

Qualitatif research adalah jenis penelitian yang menghasilkan

(25)

digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berfikir induktif.

D. Definisi Operasional

Untuk memperjelas arah penelitian, dan supaya tidak menimbulkan kesalahfahaman dalam memaknai istilah-istilah yang esensial diperlukan penjelasan atau arti dari istilah-istilah yang digunakan dalam variabel penelitian.

1. Pendidikan Agama

Pendidikan agama Isl m adalah pendidikan yang berasaskan nilai-nilai agama tentunya sesuai dengan ajaran Al-Qur` n dan As-As-sunnaħ,

sebagaimana yang dijelaskan oleh Tafsir (1991: 32) bahwa pendidikan Isl m

adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Isl m. Bila disingkat,

Pendidikan Isl m ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi Muslīm

semaksimal mungkin. Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia. Membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran, keadilan,dan menghidupkan hati nurani manusia untuk

(26)

2. Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai karakteristik orang tua dalam mendidik, memelihara, merawat dan membimbing anaknya. Anak menghayati segala tindakan orangtua yang memiliki karakteristik tersendiri dalam pembentukan pengaruh terhadap anak dikemudian hari. Sedangkan S.

Arikunto (1993: 119) mengemukakan bahwa”pembentukan sikap kedisiplinan

yang dibawa dari lingkungan keluarga merupakan modal besar bagi

pembentukan sikap kedisiplinan di lingkungan sekolah”.

Soelaeman (1994: 12) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

keluarga adalah “satu persekutuan hidup yang dijalin kasih sayang, antara pasangan dua jenis manusia dikukuhkan dengan pernikahan, yang dimaksud untuk saling menyempurnakan diri”. Selanjutnya Mc. Iver. Dan Page dalam buku Soelaeman (1994:99) mengungkapkan bahwa Lima ciri khas umum terdapat dimana-mana yaitu hubungan berpasangan antara kedua jenis, dikukuhkan oleh suatu bentuk pernikahan, adanya pengakuan terhadap keturunan (anak) yang dilahirkan dalam rangka hubungan tersebut, adanya kehidupan ekonomis yang diselenggarakan bersama, diselenggarakan kehidupan rumah tangga.

3. Komunikasi

(27)

terbatas pada bentuk komunikasi bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Dalam penelitian ini komunikasi orang tua dengan anak dapat diartikan sebagai pesan yang berupa pendidikan, bimbingan dan nasehat yang diberikan orang tua kepada anak.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument penelitian. Menjadikan peneliti bertindak sebagai insrumen menurut Lincoln dan Cuba sebagaimana yang dikutip oleh Mulyana (1996: 73) akan memiliki kelebihan. Kelebihan yang dimaksud Lincoln dan Cuba tersebut adalah, “…..that all instrumenś interact with respondenś and objecś but that only the human

instrumenś is capable in grasping and evaluating the meaning of that

differential interaction”

Peneliti sebagai instrument menurut Moeleong (1994: 121) diharapkan:

1) bersikap responsive terhadap lingkungan dan terhadap individu-individu yang berada dalam lingkungan tersebut 2) dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan penelitian 3) dapat mengamati persoalan secara utuh baik suasana, keadaan maupun perasaan dan mampu secara cepat memproses data hasil dilapangan.

Harapan-harapan itulah yang memungkinkan didapatkan ketika peneliti bertindak sebagai instrumen, sehingga akurasi data, pemahaman terhadap situasi subjek dan lapangan penelitian serta kecepatan mengolah data dengan berbagai perubahan dan penyesuaiannya dapat dilakukan sendiri oleh peneliti dengan tanpa mengabaikan komponen-komponen pembantu lainnya sebagai unsur sekunder.

F. Validitas dan Realibilitas Hasil Penelitian

(28)

validitas dan reliabilitasnya adalah datanya tidak seperti penelitian kuantitatif yang di uji validitas dan reliabelitasnya adalah instrumen penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif juga, temuan atau data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan penliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas dan menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental setiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif apabila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada objek yang sama, maka akan mendapatkan 10 temuan dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukannya itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, Dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula (Sugiyono, 2010: 268).

Dalam ujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut dapat ditunjukan seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Perebedaan Istilah Dalam Pengujian Keabsahan Data Antara Metode Kualitatif dan Kuantitatif

Aspek Metode Kualitatif Metode Kuantitatif

Nilai kebenaran Validitas Internal Kredibilitas (credibility) Penerapan Validitas eksternal (gener lisasi) Keterampilan (transferability) Konsistensi Realibilitas Auditability, dependability

(29)

Dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability (validitas eksternal), dependability (realibilitas) dan confermability (obyektivitas). Uji krediibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan sebagai berikut :

Sumber: Sugiyono (2010: 270)

Gambar 3.2. Uji Kredibilitas Data Dalam Penelitian Kualitatif

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Uji kredibilitas

data

Membersheck Analisis kasus negatif

(30)

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Data dalam penelitian dibagi kepada data primer dan sekunder. Data primer diambil dari subjek penelitian yakni orang tua dan anak atau keluarga Kopda Aris Riyanto di asrama zipur 3/Dayeuhkolot. Sedangkan data sekunder diambil dari berbagai dokumen seperti kondisi objektif penelitian, identitas pribadi responden, dan para tetangga responden di asrama militer zipur 3 Dayeuhkolot. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tiga jenis yakni observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi dan kondisi objektif subjek penelitian yang dilihat dan diamati langsung oleh peneliti. Dalam observasi ini peneliti akan menggali culturan meaning dari setiap objek yang diteliti baik peran, respon, interaksi dan ucapan subjek. Hal tersebut diupayakan mengaitkan antara informasi yang diterima dengan konteks sosial yang terjadi. Sebab, makna budaya (perilaku) dapat diperoleh dari kaitan informasi dengan konteks sosialnya.

Observasi tersebut lebih menekankan pada pengamatan terlibat (participant observation). Pengamatan terlibat dilakukan untuk lebih memahami hakikat dan makna implementasi pendidikan agama Isl m yang dialkukan orang tua dari kalangan militer. Pengamatan terlibat ini berate peneliti juga akan mengikuti dan mengamati setiap kegiatan mereka dengan tingkat partisipasi sedang.

(31)

dirasakan dan dihayati oleh subjek dan 4) memungkinkan terjadinya pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik oleh peneliti maupun oleh subjek.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan bersifat mendalam (depth interview) yakni percakapan antara peneliti dengan subjek. Wawancara dilakukan dengan cara yang berstruktur dan tidak berstruktur. Pada yang berstruktur peneliti menentukan kendali wawancara secara berurutan sesuai dengan kebutuhan penelitian, sedangkan wawancara yang tak berstruktur peneliti memberi kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi, mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaan menurut kehendaknya. Dalam konteks tak berstruktur ini peneliti dengan cermat mendengarkan dan mencatat apa yang dikemukakan oleh subjek sesuai dengan kebutuhan.

(32)

3. Dokumentasi

Teknik ini ditujukan untuk memperoleh data yang bersifat dokumenter yang terdapat dilapangan. Dalam konteks penelitian ini dokumen yang diteliti dari orang tua adalah catatan pribadi seperti ijazah, riwayat hidup, akta kelahiran dan surat nikah. Sementara dokumen yang diteliti dari anak adalah catatan pribadi, buku-buku pelajaran dan buku-buku lainnya yang menyangkut tentang pendidikan orang tua tentang agama Isl m terhadap anak-anaknya.

Catatan-catatan lapangan atau dokumen seperti yang dikemukakan oleh Bog, Robert dan Steven J. Taylor (1982: 127), sangat diperlukan dalam mengungkap data kualitatif. Catatan itu berupa apa yang ditulis dari hasil yang didengar, dilihat, dipikirkan dan dialami yang terkumpul dan dituangkan kedalam kertas sehingga dapat dibaca dan diperiksa kebenarannya.

H. Analisis Data

Menurut Moeleong (1994 : 103) menjelaskan bahwa “analisa data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan pada data-data. Raharjo (2010:1) mengungkapkan bahwa analisis data pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan focus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang bisaanya berserakan bisa disederhanakan dan bisa dipahami dengan mudah. Dan teknik analisis data juga dalam penelitian kualitatif bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan (Affifudin dan Saebani, 2009: 58).

(33)

dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti, agar data terkumpul dapat dianggap sah, maka terlebih dahulu dilakukan pengecekan data seperti yang diungkapkan oleh Moleong (1996: 173) sebagai berikut :

a. Wawancara yang dialakukan peneliti dengan responden dilakukan dengan tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin.

b. Wawancara diupayakan mengarah pada fokus penelitian sehingga tercapai kedalaman bahasa yang diajukan.

c. Data yang diperoleh melalui wawancara atau hasil dokumentasi, dicek keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal dari data yang terungkap dengan hasil dokumen

d. Data yang terkumpul, setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

e. Data yang sudah terkumpul selanjutnya diklarifikasikan dan dikategorikan sesuai dengan fokus penelitian, data penelitian dan hasil analisa dikonsultasikan dengan pembimbing guna mendapat saran tanggapan maupun keputusan tentang hasil penelitian.

Berdasarkan pendapat diatas, proses pengolahan dan analisis pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Setelah data yang diperoleh dari lapangan dirasakan mencukupi dan memenuhi untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka data yang terkumpul dari beberapa sumber tersebut kemudiaan ditelaah atau diolah dan diharapkan dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya dari kenyataan yang ditemui dilapangan.

(34)

c. Kemudian setelah data tersusun secara sistematis dalam bentuk laporan, maka langkah selanjutnya dijadikan sebagai bahan dalam melakukan analisis

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pendidikan agama Islām dalam keluarga adalah proses bimbingan yang diberikan orang tua kepada anak agar anak bisa berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan syariah Islām dan dalam memberikan bimbingan itu dibutuhkan suatu komunikasi.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dari hasil penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

(36)

2. Pelaksanaan komunikasi edukatif melalui isyarat di dalam keluarga ini juga ternyata sangat menunjang terhadap komunikasi edukatif melalui bahasa. Tatkala suatu waktu Kopda Aris dan ibu Aris merasa perlu menyampaikan nilai-nilai edukasi terhadap anak-anaknya yang mana tidak bisa dilakukan oleh komunikasi edukatif melalui bahasa maka ketika itulah komunikasi edukatif melalui isyarat digunakan, sehingga nilai-nilai pendidikan Islām dalam keluarga tetap dapat tersampaikan kepada anak -anak dengan baik. Dan peneliti juga dapat menyimpulkan bahwa komunikasi edukatif melalui isyarat antara orang tua dengan anak dalam keluarga Kopda Aris ini bisa dikategorikan kedalam model komunikasi stimulus-respon (S-R), dimana orang tua memberikan terlebih dahulu stimulus kepada anaknya baik berupa kata-kata lisan atau isyarat-isyarat non verbal yang akan merangsang anaknya untuk memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan orang tuanya.

3. Implementasi komunikasi edukatif melalui budaya dalam keluarga Kopda Aris juga dilakukan sesuai dengan budaya-budaya yang bernuansa Islāmi. Salah satu contoh ketika Kopda Aris beserta ibu Aris membisaakan anak untuk mengucapakan salam atau menyuruh mencium tangan ketika berpamitan kepada orang tua maka secara tidak langsung Kopda Aris telah mengimplementasikan komunikasi edukatif kepada anak-anak, dengan memberikan gambaran seperti apa etika anak kepada orang tua dan menekankan betapa pentingnya seorang anak menghormati orang tua sebagaimana yang telah Islām ajarkan kepada umatnya. Dan dapat disimpulkan bahwa komunikasi edukatif melalui budaya antara orang tua dengan anak dalam keluarga Kopda Aris ini bisa dikategorikan kedalam model ABX, dimana orang tua melewati budaya-budaya itu lebih menekankan pada penyampaian pesan-pesan yang bersifat edukatif Islāmi.

B. Saran

(37)

terhadap keluarga Kopda Aris Riyanto), maka dari itu penelitiingin memberikan saran kepada beberapa pihak diantaranya :

1. Kepada civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat diajadikan rujukan bahan perkuliahan dan juga dapat dijadikan pegangan dalam melakukan pendidikan dalam keluarganya.

2. Kepada mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai literature dalam membuat penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan pendidikan agama Islām dalam keluarga.

3. Kepada Keluarga Kopda TNI AD Aris Riyanto, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam melakukan pendidikan agama dalam keluarga agar menjadi lebih baik lagi.

4. Kepada para orang tua, diperlukan bersikap rendah hati terhadap anak, dengan tidak bersikat otoriter dan harus memberikan kebebasan kepada mereka dalam mengutarakan pendapat, meski pendapat itu kurang mendasar. Hal ini perlu diperhatikan karena menyangkut dengan sisi psikologis anak ketika menerima pendidikan dari orang tuanya.

5. Kepada peneliti selanjutnya, agar penelitian ini dijadikan sebagai tolak ukur untuk dikembangkan dan disempurnakan lagi segala sesuatunya terutama dalam melakukan penelitian baru yang masih berhubungan dengan pendidikan agama Islām dalam keluarga

(38)

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2008). Al-Hikmah: Al-Qur n dan Terjemahnya. Terjemahan Tim Penerjemah Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. Ahmad, A. Q. (2008). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Amiruddin, A. (2011). Golden Penting : Sudahkah Kudidik Anakku dengan Benar. Bandung: Khazanah Intelektual.

An-Nahlawi, A. (1992). Prinsip-Prinsip dan metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV Diponegoro.

Arifin, A. (1976). Hubungan Timbal Balik pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. Jakarta : Bulan Bintang.

Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Citra.

Djamarah, S. B. (2006). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fakhiroh, L.Z. (2012). Implementasi pendidikan Agama Islam dalam Keluarga karir (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Bapak H Aep Saefullah).

Febriani. (2006). Peran Orang Tua dalam Membina Keterampilan Berkomunikasi Anak Usia Dini dalam Keluarga.

Hasbullah. (2008). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hazbullah. (2009). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Umum dan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Hutabarat, S. (1973). Buku Pedoman Guru Pendidikan Kehidupan Keluarga. Bandung : Lembaga Penelitian Pendidikan Kependudukan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Iḥsan, F. (2010). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Jalaluddin. (2007). Psikologi Agama. Jakarta: PT Grafindo Persada.

(39)

Moeleong, L. J. (1994). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya. Mudzakir, A. M. (2008). Ilmu Pedidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Muhaimin. (2006). Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Malang: PT Raja Grafindo Persada.

Muhaimin. (2003). Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mujib, A. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Mulyana. R. (1999). (penyunting), cakrawala pendidikan umum: upaya mempertegas body of knowlage. Makalah Kumpulan Seminar. IMA-PU PPS IKIP BANDUNG

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Natur listik Kualitatif . Bandung: Transito.

Nur'aini, S. &. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung : UPI Press.

Nuri, S. (1981). Petunjuk Membangun dan Membina Keluarga Menurut Ajaran Ilam. Surabaya: Al-Iklas.

Rahardjo, M. (2010). Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik). [online] Tersedia: http://www.mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/221.html?task=view (22 Juni 2011)Rahmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Romli, U. (2011). Model Pendidikan Tauhid pada Keluarga Pengusaha Religius (Studi Deskriptif pada Keluarga Pengusaha Religius di Kota Bandung). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ruhimat, T. (2009). Kurikulum dan pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sauri, S. (2006). Pendidikan Berbahasa Santun. Bandung: PT Genesindo.

Shintya, P. (2009). Pentingnya pertanyaan dalam Proses Pembelajaran. Bandung: Transito.

Soelaeman, M. (1994). Pendidikan dalam Keluarga. Bandung : CV Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: CV

(40)

Suhendi, H. H. dan Wahyu. (2001). Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.

Suryana, T. (2007). Pendidikan Agsms Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga Mutiara.

Suwardi, B. d. (2008). Penelitian Kualitatif. Bandung: Al-hikam.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur`an. Bandung: Alfabeta.

Syarifudin, Dkk. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung: UPI press.

Syamsuddin, E. (2009). Konsep pendidikan Agama dalam Keluarga. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 7, (1) 57.70.

Tafsir, A. (1991). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ulwan, A.N. (2001). Pedoman Pendidikan Agama dalam Islam. Semarang: Asy-syifa.

Wursanto, S. (2004). Dasas-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Zain, D. d. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gambar

gambaran mengenai pendidikan agama Isl�m dalam keluarga militer serta
Tabel 3.1 Perebedaan Istilah Dalam Pengujian Keabsahan Data Antara
Gambar 3.2.  Uji Kredibilitas Data Dalam Penelitian Kualitatif

Referensi

Dokumen terkait

Adapun populasi terjangkau adalah berjumlah 40 mahasiswa Universitas Negeri Jakarta di Pondok Pesantren Sulaimaniyah Cipinang dengan alasan setelah dilakukan survei awal,

Pronoyudo Areng-areng Dadaprejo Junrejo Batu M 0341-531400 Bahasa Inggris 48 MUHAMMAD MASALAKIN - MTs Persiapan Negeri batu Jl. Pronoyudo Areng-areng Dadaprejo Junrejo Batu

So, this is not only this Dark Rising: Book Two Of The Archangel Prophecies By Monica McGurk Nonetheless, this book is described read since it is a motivating publication to offer

INDAH WINAHYU NASTITI, A.Md... ENI

Setelah anda memahami konsep kombinasi linear, dan membangun, berikut ini disajikan definisi vektor-vektor yang bebas linear dan sangat berguna dalam memperoleh basis

Struktur Organisasi PDAM Kota Denpasar telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk menentukan besarnya daya hambat perasan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L) terhadap