IMPLEMENTASI KURIKULUM
PENDIDIKAN MENENGAH BERCIRI KHAS AGAMA ISLAM (Studi pada Program IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surade)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
<*JZ!AL+
Disusun Oleh :
YUSUF SUMARJA
NIM :009578
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2003
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul: "Implementasi
Kurikulum Pendidikan Menengah Berciri Khas Agama Islam- Studi pada
program IPS di MAN Surade" ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
yang dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian
ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya tulis saya
ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing
Prof. DR. H. ISHAK ABDULHAK
Pembimbing II,
ABSTRAK
Madrasah Aliyah (MA) adalah Sekolah Menengah Umum (SMU)
yang berciri khas Agama Islam yang memiliki kurikulum tersendiri dan
berbeda dengan kurikulum SMU.
Tuntutan Kurikulum Pendidikan Menengah Berciri khas Agama
Islam yaitu: Siswa lulusan MA harus memiliki kemampuan dalam mata
peiajaran umum setara dengan siswa luiusan SMU dan memiliki
kemampuan dalam bidang Agama Islam.
Untuk mendukung tercapainya tuntutan tersebut telah disusun
Kurikulum Madrasah Aliyah 1994 dengan mengetengahkan ciri khas
Agama islam yang ditandai dengan diajarkannya mata peiajaran- (1)
Qur'an Hadits, (2) Aqidah Akhlaq. (3) Fiqh Syariah dan (4) Sejarah
Kebudayaan Islam.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana
Implementasi Kurikulum Pendidikan Menengah Berciri Khas Agama
Islam sehubungan dengan tuntutan kurikulum khususnya pada sajah
satu program umum yang diseienggarakan di MA Surade adalah
program llmu Penoetahuan Sosial,
Penelitian In difokuskan pada tiga konteks permasaiahan:
pertama mengenai konteks penyelenggaraan program IPS: kedua,
konteks implementasi kurikulum dan ketiga; konteks hasi! belajar siswa
dengan tuntutan Ciri Khas Agama Islam.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kuaiitatif karena permasaiahan yang diteliti sangat kompleks dan
memeriukan kriteria pengukuran terhadap penyelenggaraan program
IPS kemampuan dasar dan profil guru sebagai alat evaluasi dalam.
melihat implementasi kurikulum serta kualitas siswa sebagai alat untuk
melihat hasil belajar siswa dari program tersebut.
Adapun data dikumpulkan dengan cara observasi, reduksi,
display data dan penarikan kesimpulan.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Guru masih belum memahami tuntutan kurikulum
1994; (2) Guru dalam mengajar di kelas belum sepenuhnya melakukan
persiapan pembelajaran sebagaimana mestinya: (3) Prinsip-prmsip
dasar syariah dan muamalah masih belum dapat diaplikasikan baik
oieh quoi ron.-p.m oleh siswa. (4) Sarana dan prasarana ibadah masih
masih belum memadai: (5) Pembinaan Kepala MAN Surade dan
Pengawas Pendidikan Agama Islam masih kurang menyentuh.
Berdasarkan hasil temuan ini direkomendasikan kepada guru
aqar dalam menaimpie.nentasikan kurikulum selalu memperhatikan
tuntutan ciri khas Aaama Islam, kepada Kepala MA dan Pengawas agar
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Masalah yang Menjadi Fokus Penelitian 5
C. Pembatasan Masalah 9
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 10
1. Tujuan Penelitian 10
2. Manfaat yang Diharapkan 10
BAB. II KERANGKA KERJA TEORITIS
A. Program llmu Pengetahuan Sosial pada
Pendidikan Menengah 13
1. Konsep dan Teori llmu Pengetahuan Sosial 13
2. Kurikulum Pendidikan llmu Pengetahuan
Sosial 15
B. Implementasi Kurikulum 17
1. Konsep dan Teori Implementasi Kurikulum 17 2. Peran Guru Dalam implementasi
Kurikulum 24
3. Pengembangan Kurikulum sebagai upaya Keberhasilan Implementasi Kurikulum 25 4. Implementasi Kurikulum Pendidikan IPS pada
Pendidikan Menengah Berciri Khas Agama
Islam 28
C. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 30
1. Kurikulum Madrasah Aliyah 30
2. Tujuan Madrasah Aliyah 32
3. Kedudukan Madrasah Aliyah Negeri 47
BAB. Ill METODE PENELITIAN
A. Fokus Masaiah Penelitian 56
1. Pengelolaan Program IPS dan Kriteria
Pengukurannya 56
2. Implementasi Kurikulum dan Kriteria
Pengukurannya 61
B. Metode Penelitian 62
C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 64 D. Prosedur Pengumpulan Data 64
E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data 65
F. Tahapan Penelitian 67
BAB. IV DESKRIPSI, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Objektif Madrasah Aliyah Negeri Surade.... 69 1. Sejarah Berdirinya MAN Surade 69 2. Perkembangan Status MAN Surade 70
3. Profil MAN Surade 71
4. Kurikulum yang berlaku di MAN Surade 74
B. Hasil Analisis Data 78
1. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar.
Program IPS di MAN Surade
78
2. Implementasi Kurikulum Program IPS di MAN
Surade 83
3. Kualitas Hasil Belajar Siswa 88
C. Pembahasan 94
1. Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Program IPS di MAN Surade
94
2. Implementasi Kurikulum Program IPS di MAN
Surade 96
3. Kualitas Hasil Belajar Siswa 98
D. Temuan Hasil Penelitian 102
E. Keterbatasan Penelitian 102
BAB. V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
1°7
1. Kesimpulan Umum
1°7
2. Kesimpulan Khusus
11°
B. Rekomendasi 116
1. Guru Mata Peiajaran IPS
116
2. Kepala MAN Surade
116
3. Pengawas Pendidikan Agama Islam
11/
4. Peneliti Berikutnya
H9
5. Departemen Agama
12°
DAFTAR PUSTAKA
125
LAMPIRAN-LAMPIRAN
129
No. 7. No. Tabel Tabel 1. DAFTAR TABEL Keterangan
Jumlah Siswa MAN Surade
sampai dengan 31 Agustus 2002
Tabe! 2. I Jumlah Kelas
j sampai dengan 31 Agustus 2002
Tabe! 3. Tabel 4. Tabe! 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabe! 8. Tabe! 9.
Jumlah Kelas III Berdasarkan Program Studi
sampai dengan 31 Agustus 2002
Jumlah Siswa Kelas III Berdasarkan Program Studi
sampai dengan 31 Agustus 2002
"Susunan Program Kurikulum Madrasah Aliyah
Kelas I dan Kelas II
Susunan Program Kurikulum Madrasah Aliyah
Kelas ill Program Studi IPS
Sarana dan Prasarana MAN Surade
Sarana dan Prasarana Penunjang
Program Studi IPS MAN Surade
Daftar Rata-rata Nilai EBTANAS
Program Studi IPS MAN Surade
Tahun Peiajaran 2000/2001 dan 2001/2002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan
yang sangat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dari Tujuan
Nasional. Dengan demikian, Pendidikan Nasional berfungsi sebagai
alat utama untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan manusia dan martabat bangsa Indonesia.
Tujuan Pendidikan Nasional, sebagaimana dinyatakan dalam
Bab IV Pasal 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
adalah
untuk
mencerdaskan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan Nasional di Indonesia diselenggarakan dalam
berbagai tingkatan yang mencakup satuan Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi yang pelaksanaannya
masing-masing
dan
rumusan
tersendiri
yang
lebih
jelas dan
operasional.
Pendidikan Menengah merupakan pendidikan yang
menitikberatkan pada aspek pengembangan siswa secara pribadi
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota
masyarakat dalam mengimplementasikan teori-teori yang didapatkan
secara formal di lingkungan sekolah melalui hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial-budaya dan alam sekitarnya. Secara
eksplisit, tujuan tersebut ditegaskan dalam Bab II Pasal 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
yakni:
"Meningkatkan
pengetahuan
siswa
untuk
melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian."
Salah satu sub sistem Pendidikan Nasional dari satuan jenjang
Pendidikan Menengah di Indonesia adalah Madrasah Aliyah.
Madrasah Aliyah (MA) adalah Sekolah Menengah Umum yang
Berciri Khas Agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama R.I. sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Bab I Pasal 1 Butir
6 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Menengah.
'Berciri Khas Agama Islam' dimaksud antara lain diwujudkan
Pendidikan Agama yaitu Qur'an-Hadits, Fiqh, Akidah Akhlak, dan
Sejarah Kebudayaan Islam.
Adapun
pelaksanaan
proses
belajar-mengajar
di
MA
berpedoman pada kurikulum khusus yang terpisah dari kurikulum
sekolah menengah umum sesuai dengan bab IX pasal 20 Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 373
Tahun 1993 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah.
Dengan kedudukan MA yang mengalami perubahan dari
pendidikan keagamaan menjadi pendidikan umum yang berciri khas
agama Islam dengan diikuti perubahan kurikulumnya, terutama
susunan program mata peiajaran umum, maka MA bersama unit-unit
terkait
dalam
lingkungan
Departemen
Agama
hams
mampu
meningkatkan pembinaan dan mempersiapkan din dalam segala
aspek pendidikan yang secara langsung menunjang terhadap
keberhasilan implementasi kurikulum secara keseluruhan, khususnya
implementasi pada mata peiajaran umum yang selama ini menjadi titik
lemah pada MA.
Titik-titik lemah pada MA biasanya terletak pada mata
peiajaran umum yang selanjutnya akan terkait dengan proses
belajar-mengajarnya. Mata peiajaran umum yang dimaksud mencakup bidang
llmu Pengetahuan Alam (IPA), llmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan
tahun terakhir yang mengungkapkan bahwa pada bidang-bidang
tersebut terdapat banyak kelemahan, di samping kekuatan, peluang
dan arah bagi peningkatan mutu.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surade di Kec. Surade Kab.
Sukabumi yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia adalah salah satu perwujudan dari kebutuhan masyarakat
terhadap pendidikan menengah yang berciri khas agama Islam di Kec.
Surade. Berdirinya sekolah ini tidak terlepas dari situasi dan kondisi
lingkungan di Kec. Surade yang sebagian besar masyarakatnya
beragama Islam.
Sebagai lembaga pendidikan formal yang hasil belajarnya
diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan formal
yang lebih tinggi lagi, tentunya dalam proses belajar-mengajarpun
berpedoman
pada
kurikulum
yang
berlaku
untuk
pendidikan
menengah. Dalam penerapan kurikulumnya pun tidak terlepas dari
situasi dan kondisi masyarakat yang membutuhkan pendidikan agama
secara khusus di satu sisi, dan pendidikan umum di sisi lain. Oleh
karena itu, madrasah ini membuka program-program pendidikan umum
yang sesuai dengan kurikulum pendidikan sekolah menengah umum,
yakni Program IPA, Program IPS, dan Program Bahasa.
Dengan diselenggarakannya program-program umum pada
pendidikan menengah yang berciri khas agama Islam ini, MAN Surade
masyarakat akan pendidikan umum yang tidak ingin terlepas dari
pendidikan agama secara khusus. Oleh karena itu, minat masyarakat
terhadap keberadaan MAN Surade untuk pendidikan putra-putrinya
semakin meningkat. Hal ini terbukti dari kuantitas siswa MAN Surade
yang setiap tahunnya meningkat.
Salah satu program umum yang diselenggarakan di MAN
Surade adalah Program IPS. Program ini cukup diminati meskipun
masih
terdapat
kelemahan
dan
kekurangan
dalam
penyelenggaraannya. Oleh karena itu, penelitian ini akan diarahkan
pada penyelenggaraan Program IPS di MAN Surade untuk dapat
mencermati kelemahan dan kekurangannya dalam rangka peningkatan
kualitas hasil belajar dari sekolah tersebut.
B. Masalah yang Menjadi Fokus Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga konteks permasaiahan: pertama,
mengenai
konteks
penyelenggaraan
program;
kedua
konteks
implementasi kurikulum yang tidak terlepas dari sekolah yang berciri
khas agama Islam; dan ketiga konteks hasil belajar dari program
tersebut.
Idealnya,
Kurikulum
Madrasah
Aliyah
1994,
dapat
menghasilkan lulusan MA yang memiliki kemampuan di bidang ilmu
pengetahuan umum setara dengan lulusan sekolah menengah umum,
memiliki keungguian pengetahuan dan keterampilan di bidang agama
Islam, namun kenyataannya kecenderungan saat ini belum dapat
memenuhi harapan tersebut. Diasumsikan hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang berkenaan dengan latar belakang siswa,
proses belajar mengajar dan lingkungan.
Oleh karena itu faktor yang menentukan keberhasilan
Kurikulum Madrasah Aliyah 1994 sesuai dengan tiga konteks tersebut
di atas antara lain: faktor keberadaan sekolah dalam
menyelenggarakan Program IPS, kualitas guru yang terlibat dalam
penyelenggaraan Program IPS, dan kualitas siswa yang mengikuti
program IPS.
Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari parameter-parameter
yang dijadikan referensi dalam penelitian ini.
1. Faktor Keberadaan Sekolah dalam Menyelenggarakan Program IPS
Keberadaan sekolah, khususnya dalam menyelenggarakan
Program IPS di MAN Surade mencakup ketersediaan fasilitas
pelaksanaan proses belajar-mengajar serta keberadaan lingkungan
sekitar sekolah. Yang menjadi parameter antara lain dapat dilihat
dari:
(1). Ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran Program
(2). Ketersediaan guru mata peiajaran IPS.
(3). Kondisi dan pemanfaatan sarana dan prasarana proses
belajar-mengajar pada Program IPS.
(4). Pengawasan yang dilakukan oleh guru-guru terhadap siswa
dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar pada Program
IPS.
(5). Ketersediaan sarana dan prasarana ibadah.
(6). Kondisi dan pemanfaatan sarana dan prasarana ibadah.
(7). Pengawasan yang dilakukan oleh guru-guru terhadap siswa
dalam pelaksanaan ibadah.
(8).
Dukungan lingkungan terhadap kelangsungan proses
belajar-mengajar.
(9). Supervisi dan pembinaan Kepala MAN Surade terhadap
guru-guru serta metode dan implementasi kurikulum.
(10). Supervisi dan pembinaan Pengawas Pendidikan Agama
Islam (PPAI) terhadap penyelenggaraan program, guru-guru
serta metode dan implementasi kurikulum.
(11). Kepedulian orang tua dalam membantu penyelenggaraan
pendidikan secara umum.
2. Faktor Kualitas Guru yang Terlibat dalam Pengelolaan
Program IPS
Sebagai penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan
dominan. Guru mata peiajaran IPS di MA idealnya sela
memiliki kemampuan mengenai substansi mata peiajaran IP
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam agama Islam, baik
secara pemahaman ataupun secara pengamalannya, terlebih lagi
pemahaman agama Islam yang terkait dengan mata peiajaran IPS.
Oleh karena itu sebagai parameter dari faktor tersebut
antara lain:
(1).
Pemahaman guru terhadap Kurikulum Madrasah Aliyah 1994
dan materi peiajaran serta pengaruhnya terhadap
implementasi kurikulum itu.
(2).
Pemahaman guru terhadap tuntutan ciri khas Agama Islam
yang harus mewamai setiap aktivitas pendidikan di MAN
Surade.
(3).
Upaya guru dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan
terhadap kurikulum Madrasah Aliyah 1994 dan penguasaan
materi peiajaran.
(4).
Upaya guru dalam memberikan nuansa Islam kedalam materi
peiajaran IPS.
(5).
Interaksi dan komunikasi guru dengan teman sejawat,
terutama dengan guru mata peiajaran sejenis.
(6).
Upaya pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak
Departemen Agama baik pada Tingkat Regional dan Tingkat
3. Faktor Kualitas siswa yang mengikuti program IPS
Dalam menentukan kualitas hasil belajar pada Program IPS
di MAN Surade, dalam hal ini adalah faktor siswa yang diharapkan
agar setara dengan hasil belajar dari sekolah menengah umum
yang menjadi parameter antara lain:
(1). Latar belakang siswa.
(2).
Aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar di
sekolah.
(3). Aktivitas siswa belajar di rumah.
(4).
Pengerjaan tugas pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.
(5).
Dukungan orang tua terhadap kegiatan belajar siswa di
rumah.
C. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas, maka batasan masalah yang akan menjadi
fokus penelitian ini adalah:
(1). Bagaimana Pengelolaan Program IPS di MAN Surade?
(2). Bagaimana implementasi kurikulum Program IPS dalam proses
belajar-mengajar pada di MAN Surade?
D. Tujuan dan Manfaat yang Diharapkan
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1). Memperoleh data tentang pengelolaan Program IPS di MAN
Surade.
(2). Memperoleh data tentang implementasi kurikulum Program
IPS yang diselenggarakan di MAN Surade.
(3). Memperoleh data tentang kualitas hasil belajar Program IPS di
MAN Surade.
2. Manfaat yang Diharapkan
1). Manfaat Teoritis
Pandangan yang dikemukakan oleh Nana Syaodih
(1997:199) bahwa pelaksanaan kurikulum atau disebut juga
implementasi kurikulum meliputi penerapan semua rencana
yang tercantum dalam kurikulum tertulis. Selanjutnya HS Hamid
(1988)
mengemukakan
pandangan
Beauchamp
yang
menjelaskan bahwa Implementasi Kurikulum yaitu upaya untuk
merealisasikan ide, konsep dan nilai-nilai yang terkandung
dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan. Atas dasar kedua
definisi diatas, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
yang bermanfaat dalam mendalami Implementasi kurikulum
pendidikan menengah berciri khas agama Islam dalam:
a). Kegiatan belajar siswa MAN Surade.
b). Keberadaan guru mata peiajaran IPS di MAN Surade.
c). Implementasi Kurikulum Madrasah Aliyah 1994.
d). Keberhasilan pembelajaran di MAN Surade.
2). Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat
bermanfaat dan memberikan konthbusi terhadap upaya
peningkatan kualitas implementasi mata peiajaran umum di MA.
Secara lebih rinci hasil penelitian ini bermanfaat bagi:
a). Guru, khususnya mata peiajaran IPS sebagai masukan
dalam memperbaiki kualitas pengajaran
b). Kepala MAN Surade, sebagai masukan dalam memperbaiki
kualitas supervisi dan pembinaannya.
c). Pengawas Pendidikan Agama (PPAI) sebagai masukan
dalam meningkatkan kualitas supervisi dan pembinaannya.
d). Jajaran
Departemen
Agama
dalam
hal
ini
adalah
Departemen Agama Kantor Kabupaten Sukabumi, Kantor
Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Dirjen
Binbaga Islam, sebagai laporan sekaligus masukan dan
12
Kepala MA dan PPAI yang menunjang implementasi
kurikulum pendidikan menengah yang berciri khas agama
Islam tingkat SLTA
e). Pihak-pihak
lain
yang
akan
meneliti
dan
mengkaji
implementasi
kurikulum,
diharapkan
menjadi
ilustrasi
sekaligus bahan masukan sehingga menghasilkan suatu
kajian implementasi kurikulum yang lebih lengkap dan lebih
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Masalah Penelitian
Masalah pokok yang menjadi fokus dalam penelitian ini tidak
terlepas dari tiga konteks masalah yaitu tentang penyelenggaraan
program, implementasi kurikulum yang tidak terlepas dari sekolah yang
berciri khas agama Islam, dan hasil belajar dari program tersebut yang
dirangkum ke dalam masalah pokok penelitian yaitu "penyelenggaraan
Program IPS", "implementasi kurikulum Program IPS" dalam rangka
mencermati kualitas hasil belajar dari Program IPS di MAN Surade.
Oleh karena itu, sebagai pedoman dan referensi dalam
pelaksanaan penelitian ini perlu dilakukan pengukuran dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
1. Penyelenggaraan Program IPS dan kriteria pengukurannya
Penyelenggaraan Program IPS di MAN Surade meliputi
beberapa aspek di antaranya:
q Aspek ketersediaan guru mata peiajaran IPS,
• Aspek minat siswa,
• Aspek sarana dan prasarana, serta
a Aspek kondisi sosial masyarakat di lingkungan sekolah.
57
a. Aspek ketersediaan guru mata Peiajaran IPS dalam proses
belajar-mengajar pada Program IPS
Aspek ini menyangkut latar belakang pendidikan guru
mata peiajaran IPS, kapabilitas guru dalam proses
belajar-mengajar, interaksi guru dengan komponen sekolah, serta sikap
dan kepribadian guru pada umumnya.
1). Latar belakang pendidikan guru mata peiajaran IPS, dalam
hal ini guru mata peiajaran Sosiologi, Antropologi, Ekonomi,
dan Tata Negara dapat diukur dari:
(1). Fakultas Pendidikan Jurusan IPS atau
(2). Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris IPS atau
(3). Fakultas llmu Sosial
(4). Fakultas llmu Hukum atau
(5). Fakultas Ekonomi
2). Kapabilitas guru mata peiajaran IPS dalam penyampaian
materi peiajaran dapat diukur dari:
(1). Keterampilan mengajar
(2). Komunikasi dengan siswa di dalam kelas
(3). Keterampilan
menggunakan
aiat
peraga/praktek
58
3). Interaksi guru mata peiajaran IPS dengan seluruh komponen
dapat diukur dari:
(1). Komunikasi dengan Kepala sekolah dalam
kompetensinya sebagai guru mata peiajaran IPS
(2). Komunikasi dengan Pengawas Pendidikan dalam
kompetensinya sebagai guru mata peiajaran IPS
(3). Komunikasi antarsesama guru
(4). Komunikasi dengan siswa di Iuar kelas
(5). Komunikasi antarsesama komponen sekolah lainnya
(6). Komunikasi dengan masyarakat di lingkungan sekolah
4). Sikap dan kepribadian guru pada umumnya dapat diukur
dari:
(1). Kedisiplinan (2). Ketertiban (3). Kesopanan (4). Sabar
b. Aspek minat siswa terhadap Program IPS
Aspek ini mencakup kualitas dan kuantitas siswa daiam
mengikuti Program IPS.
1). Kualitas siswa yang mengikuti Program IPS dapat diukur
59
a). Nilai rata-rata siswa di kelas sebelum mengikuti Program
IPS yang meiiputi:
(1). Nilai rata-rata mata peiajaran IPS.
(2). Nilai rata-rata mata peiajaran Agama.
(3). Nilai rata-rata mata peiajaran umum lainnya.
b). Aktivitas siswa yang mengikuti Program IPS di sekolah
yang meiiputi:
(1). Kegiatan ekstra kurikuler
(2). Kegiatan organisasi intra sekolah
c). Sikap dan kepribadian siswa yang mengikuti Program
IPS pada umumnya yang mencakup akhlaqulkarimah:
(1). Dengan Kepala MAN, guru dan pegawai tata usaha
(2). Antarsesama siswa
(3). Dengan masyarakat dan lingkungan
2). Kuantitas siswa yang mengikuti Program IPS dapat diukur
dari perkembangan jumlah siswa yang berminat terhadap
Program IPS
c. Aspek sarana dan prasarana sekolah dalam penyelenggaraan Program IPS
Aspek ini mencakup sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk keperiuan sekolah pada umumnya serta
60
1). Sarana dan prasarana sekolah pada umumnya: (1). Gedung sekolah
(2). Sarana peribadatan
(3). Sarana perpustakaan (4). Sarana ekstra kurikuler
2). Sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan proses
belajar-mengajar pada Program IPS pada umumnya:
(1). Kurikulum Madrasah Aliyah
(2). Metode pengajaran sesuai dengan Kurikulum Program
IPS pada Pendidikan Menengah Berciri Khas Agama
Islam
(3). Laboratorium/alat peraga (4). Pustaka/buku-buku referensi
d. Aspek kondisi masyarakat di lingkungan sekolah
Aspek ini menyangkut sikap masyarakat terhadap
penyelenggaraan Program IPS, meiiputi:
1). Dukungan masyarakat terhadap penyelenggaraan Program
IPS baik secara moral ataupun material.
2). Minat masyarakat dalam mengarahkan putra-putrinya untuk
61
2. Implementasi Kurikulum dan kriteria pengukurannya
Implementasi kurikulum Program IPS dalam proses
belajar-mengajar di MAN Surade meiiputi beberapa aspek di antaranya:
a. Aspek tuntutan Kurikulum Madrasah Aliyah 1994, antara
lain:
(1). Pencapaian target kurikulum
(2). Penunjang kurikulum (3). Sarana pembelajaran (4). Situasi pembelajaran (5). Proporsionalitas guru (6). Profesionalitas guru
(7). Profesionalitas Kepala Sekolah
(8). Kondisi budaya di lingkungan sekitar
(9). Dukungan orang tua dan masyarakat.
b. Aspek keberhasilan Kurikulum Madrasah Aliyah 1994,
antara lain:
(1). Kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar
(2). Aktivitas siswa dalam proses belajar-smengajar
(3). Manajemen Kepala Sekolah
(4). Kerjasama orang tua murid dalam mengimplementasikan
kurikulum
62
c. Aspek pemahaman guru terhadap Kurikulum Madrasah Aliyah 1994, antara lain:
(1). Penguasaan materi
(2). Pengembangan materi berkenaan dengan sekolah yang
berciri khas agama Islam
(3). Ketepatan penggunaan metode mengajar (4). Peningkatan kompetensi guru
(5). Kontinuitas evaluasi Kepala Sekolah (6). Pembinaan Pengawas Bidang Studi IPS (7). Pembinaan Pengawas PAI
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah
metode penelitian kualitatif-evaluatif karena permasaiahan yang akan
diteliti sangat kompleks dan memeriukan kriteria pengukuran terhadap penyelenggaraan program, kemampuan dasar dan profil guru sebagai
alat evaluasi dalam melihat implementasi kurikulum, serta kualitas siswa sebagai hasil belajar dari program tersebut.
Karakteristik Penelitian kualitatif pada dasarnya menghendaki
agar data dikumpulkan oleh peneiiti itu sendiri dan mendatangi
sumbernya. Data-data yang dikumpulkan itu dapat berupa
narasi/kata-kata baik tertulis maupun lisan, dan bukan dalam bentuk angka-angka
63
digambarkan Stake (1976) dalam Hasan (1988-136) antara lain
menghendaki
agar
pengembangan
kriterianya
berdasarkan
pendekatan proses. Perbedaan pandangan dari orang-orang terlibat di
lapangan dalam melaksanakan kurikulum menjadi sumber untuk
mengembangkan kriteria evaluasi.
Evaluasi kualitatif model responsif memberikan perhatian yang
besar terhadap interaksi antara evaluator dengan pelaksana kurikulum
yang diharapkan dapat mengungkap permasaiahan secara obyektif
serta pemahaman terhadap kenyataan-kenyataan yang
ada di
lapangan khususnya tentang kemampuan guru mata peiajaran IPS
dalam implementasi kurikulum di lapangan.
Penelitian kualitatif tidak hanya menampilkan hasil yang
diperoleh oleh lembaga yang diteliti, tetapi lebih ditekankan kepada
proses kerja yang dilakukan (Sudjana et al., 1989).
Dengan metode ini diharapkan pula dapat diungkap data dan
informasi sebanyak mungkin tentang apa, mengapa dan bagaimana
implementasi kurikulum mata peiajaran IPS di MAN Surade Kabupaten
Sukabumi,
sekaligus dengan kandungan maknanya dari setiap
perilaku yang ditampilkan oleh masing-masing individu. Data dan
informasi yang dikumpulkan tidak berasal dari satu sumber saja, tetapi
dari beberapa sumber sehingga kualitas keabsahan akan lebih dapat
64
C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu
metode kualitatif-evaluatif, maka pengumpulan data dan informasi
disesuaikan dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini. Data maupun informasi yang dihimpun sepenuhnya
merupakan pandangan responden, sebagai peneliti tidak melakukan
pengaruh terhadap pandangan responden. Sesuai dengan masalah
yang dimaksud di atas, maka dalam pengumpulan data maupun informasi difokuskan kepada tiga konteks permasaiahan yakni
penyelenggaraan program; implementasi kurikulum yang tidak terlepas
dari sekolah yang berciri khas agama Islam; dan hasil belajar dari
program tersebut.
Teknik pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini
adalah observasi dan wawancara mendalam.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data berdasarkan pada petunjuk-petunjuk dalam penelitian kualitatif, khususnya untuk format studi kasus dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
Survey pendahuluan dimulai dengan memproses ptos^J%*£* ./ ji
surat ijin penelitian dan observasi yang bersifat umum di M,
Surade dalam rangka menentukan konsentrasi penelitian.
2. Eksplorasi
Untuk memperoleh data primer dilakukan observasi dan wawancara kepada subyek penelitian (20 orang siswa Program IPS, 4 orang guru mata peiajaran IPS, 4 orang guru mata peiajaran lain, Kepala Madrasah, Pengawas PAI, dan orang tua murid.
Sedangkan untuk memperoleh dasar teori dari penelitian dilakukan studi kepustakaan tentang kependidikan, kurikulum, dan
program bidang studi.
3. Member check
Yaitu tahap pengujian secara kritis terhadap data
sementara yang diperoleh dari lapangan.
4. Triangulasi
Tahap pencarian data lain (data primer maupun sekunder)
sebagai bahan pembanding.
E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara sistematis dengan
menyusun transkrip hasil observasi dan wawancara. Transkrip tersebut
kemudian dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan variabel
66
Secara garis besar pemilahan data tersebut dimaksudkan
untuk memasukkan data ke dalam variabel sesuai dengan kriteria
pengukuran masing-masing agar dapat diinterpretasikan dengan
menarik benang merah sehingga diperoleh kesimpulan sementara. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam melakukan analisis
data digunakan tiga cara yaitu: reduksi data, display data, dan
verifikasi data atau kesimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data dimaksudkan untuk mempermudah
interpretasi dan penilaian data yang sudah terkumpul yaitu dengan mengelompokkan data berdasarkan aspek-aspek permasaiahan penelitian. Aspek-aspek yang direduksi adalah: aspek penyelenggaraan Program IPS dan implementasi kurikulum dalam proses belajar-mengajar mata peiajaran IPS.
2. Display data
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk
deskripsi berdasarkan aspek-aspek penelitian.
Sesuai dengan susunan pada pengelompokan data, maka
penyajian dimulai dari aspek penyelenggaraan Program IPS yang
meiiputi aspek ketersediaan guru mata peiajaran IPS, minat siswa,
sarana dan prasarana, kondisi sosial masyarakat di lingkungan
67
Program IPS meiiputi aspek tuntutan Kurikulum MA 1994,
keberhasilan Kurikulum MA 1994, dan pemahaman guru terhadap
Kurikulum MA 1994.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Penarikan
kesimpulan dilakukan secara bertahap. Tahap awal adalah
penarikan kesimpulan sementara yang masih -bersifat tentatif,
kemudian dilakukan uji verifikasi untuk mengatasi kekurangan dan
kelemahan data. Tahap selanjutnya adalah mempelajah kembali
data yang sudah ada dengan mempertimbangkan data tambahan
serta konfirmasi dari subyek-subyek penelitian agar dapat
dilakukan penarikan kesimpulan akhir yang sudah valid.
F. Tahapan Penelitian
Kegiatan nyata yang akan dilakukan dalam penelitian ini terdiri
dari tiga tahap, yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
pelaporan.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain meiiputi:
(1). Survey pendahuluan
(2). Menyusun desain penelitian dan
68
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan direncanakan meiiputi dua tahap
kegiatan, yakni: (1). Tahap orientasi
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan analisa dan pembahasan terhadap fenomena yang terjadi di lapangan, hasii penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kurikulum pendidikan menengah berciri khas Agama
Islam di Madrasah Aliyah Negeri Surade Kabupaten Sukabumi belum begitu memadai dan masih harus terus ditingkatkan. Implementasi kurikulum pendidikan menengah berciri khas agama Islam belum berjalan efektif sehingga belum menampakkan prestasi hasil belajar siswa sebagaimana diharapkan. Secara garis besar belum efektifnya implementasi kurikulum pendidikan menengah berciri khas Agama Islam di MAN Surade ada keterkaitan dengan:
a. Keberadaan Guru
Guru mata peiajaran IPS di MAN Surade dilihat dari latar belakang pendidikannya semuanya non-IPS, sehingga dalam
melaksanakan tugasnya sebagai guru mata peiajaran IPS belum
memadai. Beberapa aspek kemampuan guru yang dianggap masih
108
belum memadai antara lain terietak pada aspek kemampuan
menulis rencana pembelajaran, melakukan inter aksi di keias, melakukan penilaian dan yang lebih berat lagi dalam memberikan nuansa agama Islam ke dalam materi pembelajaran. Keberadaan
tersebut antara lain disebabkan pengaiaman guru mata peiajaran IPS masih relatif terbatas, dimana sebagian dari mereka masih
belum lama mengemban tugas mengajar mata peiajaran IPS.
Kemampuan guru mata peiajaran IPS masih terbatas pada pengaiaman mereka sewaktu belajar di SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Empat dari lima guru mata peiajaran IPS di MAN
Surade masih berstatus sebagai guru honor (guru tidak tetap). Dan
mereka belum mendapatkan kesempatan mengikuti penataran, pendidikan dan pelatihan, atau kegiatan lain yang dapat meningkatkan kualifikasinya sebagai guru bidang studi IPS yang
qualified.
b. Pembinaan Kepala MAN Surade dan Pengawas Pendidikan Agama Islam
Kepala MAN Surade dan Pengawas Pendidikan Agama Islam masih dirasakan kurang dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kinerja guru. Keluhan guru tentang hal tersebut menjadi
109
masih menduduki ranking yang kurang memuaskan, disamping
hal-hal lain yang dianggap masih perlu peningkatan.
c. Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Terutama kurangnya buku-buku materi pembelajaran
menjadi alasan utama guru-guru yang mengajar mata peiajaran
IPS sehingga menyebabkan murid-muridnya kurang wawasan. Pengembangan guru dalam memberikan materi pembelajaran menjadi kurang luas, tambahan bacaanpun tidak ada, terbatas pada buku paket yang dimiliki MA saja yang menjadi sumber materi
pembelajaran dan itu sangat terikat dengan kurikulum yang tertulis
dalam dokumen.
d. Waktu
Waktu yang tersedia relatif kurang disbanding dengan materi bahasan. Kesulitan pengembangan materi akibat kurangnya
waktu berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.
Banyak pembahasan yang tidak tuntas daiam membahas suatu materi pembelajaran. Lebih-lebih ketika guru menyampaikan
materi pembelajaran dengan metode ceramahnya dan keterkaitan
antara materi pembelajaran sebagaimana yang ditulis dalam
kurikulum dengan nuansa agama Isiam. Tampak sekali
110
e. Faktor ketidaksesuaian antara tugas mengajar guru dengan
latar belakang pendidikan formal
Masih sukar dihindari ketidaksesuaian antara tugas
mengajar guru dengan latar belakang pendidikan formal karena
guru yang ada memang demikian, hal ini juga akibat dari
kemampuan Departemen Agama untuk mengangkat guru sangat
terbatas.
2. Kesimpulan Khusus
Pada kesimpulan khusus ini meiiputi gambaran tentang:
a. Aspek Tuntutan Kurikulum 1994
Dilihat dari latar belakang siswa MAN Surade baik latar
belakang pendidikan atau latar belakang orang tua dan tempat
tinggal keadaannya sangat kurang menunjang. Hampir setengah
dari seluruh jumlah siswa berlatar belakang pendidikan SLTP,
dimana di sekolah ini tidak diajarkan materi pembelajaran agama
Islam secara mendalam sebagaimana halnya yang diajarkan di
Madrasah Tsanawiyah dengan demikian maka murid MAN Surade
yang berasal dari SLTP kurang mendalami ilmu-ilmu agama Islam
sebagaimana tuntutan dari Kurikulum Madrasah Aliyah 1994.
Siswa yang tinggal di pesantren sangat sedikit, sedangkan
I l l
pembelajaran agama Islam. Bagi siswa yang tinggal di pesantren
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasannya di
pesantren, sedangkan bagi siswa yang tinggal bersama orang
tuanya sangat ketinggalan. Disamping itu kelebihan siswa yang
tinggal di pesantren benar-benar dapat memisahkan mana
sebenarnya materi pembelajaran yang relevan dengan agama
Islam dan mana yang tidak relevan walaupun pada akhirnya siswa
mengikuti isi materi pembelajaran yang diberikan di MA.
Kemampuan, keterampilan dan ketaatan siswa MAN
Surade dalam beribadah, berdzikir, berdo'a serta menjadi imam masih kurang dan masih diperlukan upaya-upaya peningkatannya.
Usaha yang dilakukan pihak MAN Surade dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca, menulis dan memahami
Al-Qur'an, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu mendapat perhatian khusus, terutama pelatih dan
manajemen pelatihannya.
Secara khusus, melihat keberhasilan pembelajaran yang bersifat aplikatif dapat di diketahui dari kepemilikan sikap dan
perilaku akhlaqulkarimah siswa, namun sangat disayangkan
siswa-siswi MAN Surade masih belum memiliki sikap dan perilaku
akhlaqulkarimah. Begitu juga dalam memahami, menghayati dan
112
Baik siswa, guru juga karyawan MAN Surade masih belum memiliki kemampuan dalam menerapkan prinsip-prinsip muamalah dan syariat Islam dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Dukungan lingkungan terhadap proses belajar mengajar di MAN Surade masih diperlukan sentuhan khusus yang menjadi masyarakat di sekitar lingkungan madrasah lebih merasa memiliki terutama rasa tanggung jawab tentang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sehingga hambatan lingkungan terhadap proses belajar mengajar dapat dengan mudah diatasi.
Kondisi dan pemanfaatan sarana dan prasarana ibadah yang ada di MAN Surade saat ini perlu mendapat peningkatan
mutu sarana serta perawatannya. Untuk kegiatan yang dilakukan di mesjid masih perlu ada peningkatan. Mesjid dalam kapasitas sebagai tempat ibadah sekaligus juga tempat belajar dapat
digunakan untuk mendidik calon-calon imam mesjid di masa yang
113
Guru-guru dalam melakukan pengawasan ibadah siswa
masih kurang kompak dan berakibat kurang disiplinnya siswa. Di
sisi lain guru dituntut untuk memberikan suri teladan yang baik.
Pembinaan yang dilakukan Kepala MAN Surade terhadap
guru masih kurang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Madrasah
Aliyah 1994 serta dengan keinginan guru. Ketepatan orang tua
dalam membayar kewajiban keuangan MAN Surade menjadi
kurang sehubungan masih ditemukan adanya keluhan orang tua
tentang jumlah kewajiban membayar keuangan MAN Surade.
Bahkan orang tua yang merasa kurang mampu dalam
melaksanakan kewajiban membayar iuran ke MAN Surade tidak
pernah melakukan kunjungan ke MAN Surade.
b. Aspek keberhasilan Kurikulum Madrasah Aliyah 1994
Tinjauan terhadap aktivitas guru mata peiajaran IPS dalam
proses belajar mengajar di MAN Surade adalah sebagai berikut:
1). Guru Bidang Studi Sosiologi
Meskipun dalam memberikan uraian tentang topik-topik
materi bidang studi sosiologi guru ini mengaitkan materi
114
untuk meningkatkan keyakinan siswa bahwa sesungguhnya
seiuruh ilmu pengetahuan itu berasal dari Allah SWT.
2). Guru Bidang Studi Antropologi
Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru ini adalah metode ceramah. Keadaan ini menjadikan siswa jenuh dan kurang kreatif. Siswa hanya mendengarkan saja tanpa terbebani
untuk mengembangkan pemikiran.
3). Guru Bidang Studi Tata Negara
Di samping penampilannya tidak mencerminkan sebagai
seorang ustadz, juga dalam menyajikan materi pembelajaran tidak pernah mengaitkan materi pada pokok bahasan dengan hal-hal yang bersifat hukum Islam. Dia mengajarkan materi pembelajaran tidak melakukan pengayaan dengan mengaitkan materi pada pokok bahasan dengan hukum Islam.
4). Guru Bidang Studi Ekonomi
Guru yang mengajarkan ekonomi di MAN Surade sangat patuh pada kurikulum yang tertulis dalam dokumen Kurikulum
Madrasah Aliyah 1994 namun kepatuhannya adalah kepatuhan kaku yang mematikan kreativitas pribadinya. Pengembangan dan
115
Selanjutnya keberhasilan Kurikulum Madrasah Aliyah dapat
pula ditinjau dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Sebagai remaja yang rata-rata berusia 17 tahun kestabilan
berpikirnya masih belum dapat diandalkan. Kecerdasan berpikir
tidak seimbang dengan gejolak emosi jiwa yang mengakibatkan
konsentrasi belajar menjadi buyar. Rasa keakuannya sangat tinggi
di satu sisi, sementara di sisi lain rasa pengakuan terhadap
eksistensi orang lain masih rendah. Hal ini berdampak pada
kurangnya semangat belajar siswa MAN Surade dalam kelas dan
menambah rasa jemu mendengarkan guru yang dominan memberi
ceramah.
Sementara itu cara siswa belajar di rumah terganggu
dengan tayangan televisi dan masih kurang perhatian orang tua.
c. Aspek pemahaman guru terhadap Kurikulum Madrasah
Aliyah 1994
Akibat dari kurang jelasnya tuntutan agama Islam dalam Kurikulum Madrasah Aliyah 1994 dalam bidang studi IPS, guru
tidak memiliki keberanian mengembangkan kurikulum ini dengan
116
B. Rekomendasi
Untuk memperoleh manfaat dari hasil penelitian yang disajikan
dalam penulisan tesis ini, seperti yang diharapkan pada bagian
pendahuluan maka perlu dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai
berikut:
1. Guru Mata Peiajaran IPS
Himbauan agar kembali membaca, mempeiajari untuk
dipahami dan diamalkan tentang Kurikulum Madrasah Aliyah 1994
secara mendalam terutama harus benar-benar disadari bahwa
Madrasah Aliyah adalah Sekolah Menengah Umum yang Berciri
Khas Agama Islam (SK. Mendikbud Nomor: 0489/U/1993 Pasal 1
butir 6)
Sebelum melakukan pembelajaran terlebih dahulu guru
harus mempersiapkannya sesuai dengan aturan yang ada. Buatkan
rencana pengajaran yang baik dan benar sehingga apa-apa yang dipersiapkan dapat dilaksanakan dan terwujud di dalam kelas.
Dengan membuat perencanaan yang matang maka pelaksanaan
pembelajaran akan menjadi lebih terarah, berisi dan bermakna.
Lakukan kegiatan pembelajaran dengan hati ikhlas karena
Allah SWT. Seraya memohon karunia-Nya agar segala ilmu yang
kita miliki yang merupakan anugerah dari Allah SWT. Ini dapat
117
Jangan segan-segan bertanya baik kepada teman sejawat
dengan berdiskusi atau kepada Kepala MAN Surade bila ditemukan
ada masalah-masalah yang tidak bisa dipecahkan sendiri.
2. Kepala MAN Surade
Tingkatkan pembinaan terhadap guru-guru, baik dari sisi
volume
waktunya
atau/terutama
isi/materi
pembinaannya.
Pengakuan Kepala Madrasah terhadap keberadaan guru sangat
penting.
Guru
yang
merasa
tersentuh
hatinya,
diakui
keberadaannya, diposisikan pada posisi yang sesuai dengan
eksistensi akan lebih baik melakukan tugas-tugasnya karena
sesuai dengan kemampuan dan kemauannya.
Berikan motivasi kepada guru-guru untuk terus menerus
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Tugas
guru yang mulia itu harus dihayati benar oleh mereka. Guru yang
bertugas tidak sekedar mengajar namun yang lebih penting adalah
mendidik,
maka Kepala Madrasah berkewajiban memberikan
pembinaan terutama masalah suri teladan yang harus dicerminkan
oleh guru dalam setiap langkah dan sikapnya.
Guru yang mengajar mata peiajaran IPS di MAN Surade
kebanyakan masih berstatus guru tidak tetap, oleh karena itu maka
Kepala Madrasah betui-betul harus memperhatikan mereka
kepegawaian sebagaimana guru-guru yang berstatus peSewa&VESTjr //
negeri. Alangkah lebih bijak jika Kepala Madrasah juga turuT™*^^^'^
membantu mereka dalam merekomendasikan lamaran menjadi
Pegawai Negeri Sipil.
3. Pengawas Pendidikan Agama Islam (PPAI)
Implementasi kurikulum pendidikan menengah yang berciri
khas agama Islam di MA menuntut pengawasan yang sangat baik
dan berkesinambungan, Upaya-upaya yang dapat ditempuh dalam
melakukan pengawasan terhadap kinerja guru dan Kepala
Madrasah salah satu dengan melakukan pengawasan secara
berkala. Jika selama ini pengawasan hanya dilakukan sesuai
dengan kebutuhan saat tertentu, maka untuk selanjutnya PPAI
dapat melakukannya dengan jadwal yang rutin disamping kegiatan
insidentil yang sesuai dengan kebutuhan tertentu.
Dalam menjalankan tugas dapat bekerja sama dengan
Kepala Madrasah secara harmonis, seiring dan sejalan, sehingga akan Menimbulkan kesan yang lebih positif dihadapan guru-guru.
Program yang jelas harus dimiliki oleh PPAI yang dikoordinasikan dengan Kepala Madrasah. Insya-Allah guru-guru
dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan menengah
berciri khas agama Islam akan lebih termotivasi dalam menjalankan
119
PPAI
juga
harus
mau
meningkat
wawasan
dan
pengetahuannya serta aktif mencari informasi terutama yang
berkaitan dengan implementasi Kurikulum Pendidikan Menengah
Berciri Khas Agama Islam. Dengan cara meningkatkan koordinasi
dengan Departemen Agama dan Dinas Pendidikan.
Pada saat melakukan supervisi dan pembinaan hindari
agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
4. Peneliti Berikutnya
Dapat diinformasikan kepada peneliti berikutnya bahwa
aspek penting yang belum terungkap dalam penelitian ini yaitu
tentang kejelasan Kurikulum Pendidikan Menengah Berciri Khas
Agama Islam. Masalah pokok yang diungkap disini yaitu difokuskan
pada implementasinya, bukan kepada isinya.
Tampaknya isi kurikulum pendidikan menengah berciri khas
agama Islam ini tidak secara utuh berciri khas agama Islam,
terbukti dari dokumen kurikulum yang tertulis dan memuat isi
kurikulum tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan berciri khas
agama Islam.
Terkesan penyusunan kurikulum ini sangat dipengaruhi
oleh prinsip-prinsip ideologi yang seolah tidak secara penuh
120
dalam bidang studi ekonomi yang diajarkan di MA bukan peiajaran ekonomi 'syari'ah'.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini belum
memenuhi harapan berbagai pihak, karena itu suatu hal yang sangat berharga jika ada peneliti yang berminat mengkaji lebih jauh tentang Implementasi Kurikulum Pendidikan Menengah Berciri
Khas Agama Islam di Madrasah Aliyah.
5. Departemen Agama
Dapat disampaikan bahwa sehubungan dengan masih lemahnya implementasi kurikulum pendidikan menengah berciri khas agama Islam ditinjau dari tuntutan kurikulum, hasil yang dicapai serta dukungan profesional guru maka perlu melakukan:
a. Upaya mengubah visi guru, Kepala Madrasah dan PPAI
Salah satu karakteristik dari Kurikulum Madrasah
Aliyah 1994 memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi. Sifat fleksibel tersebut antara lain tercermin dalam format GBPP, dimana
aspek metode, alokasi waktu sarana dan sumber pembelajaran
tidak lagi secara eksplisit ditentukan dalam GBPP. Saat ini
penentuan dan pengembangan aspek tersebut menjadi tugas
121
tingkat mikro, sementara ini guru-guru di MA masih punya
anggapan yang kuat bahwa tugas guru adalah mengajar.
Tidak ditemukan adanya guru yang kreatif dan inovatif
dalam melakukan tugasnya untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. PPAI dan Kepala Madrasah dalam melakukan penilaian
terhadap kerja guru masih belum optimal karena mereka juga
belum memahami hakekat dari Implementasi Kurikulum
Pendidikan Menengah Berciri Khas Agama Islam.
Berdasarkan kenyataan ini Departemen Agama perlu
berupaya mengubah pikiran dan visi guru, Kepala madrasah
dan PPAI terhadap hakekat tugas dan fungsinya
masing-masing. Guru harus dipandang tidak hanya sebagai pelaksana
kurikulum, tetapi juga sebagai pengembang kurikulum.
b. Upaya menciptakan suasana kerja yang kondusif
Kepala Madrasah berkewajiban menciptakan suasana
kerja yang kondusif, sebagai tindak lanjut dalam melakukan
perubahan visi guru dalam implementasi kurikulum dapat
dilakukan dengan:
(1). Pemenuhan sarana dan prasarana keagamaan yang
122
(2). Melakukan pertemuan khusus guru-guru mata peiajaran
IPS untuk berdiskusi membahas kendala-kendaia yang dihadapi sekaligus menentukan upaya pemecahannya.
(3). Memanfaatkan
guru
yang
dipandang
lebih
memiliki
kemampuan
dalam
kegiatan
pembelajaran
untuk
menularkan pengetahuannya.
c. Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum llmu Pengetahuan
Sosial
Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus
melaksanakan konsep dasar ilmu pengetahuan sosial sebagai
berikut:
No Bidang Studi Konsep Dasar
123
"Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan}
kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong
dan berbuat dosa dan pelanggaran."
2. Antropologi Q.S: Al-Hujrat Ayat 13
"Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dengan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya saling kenal mengenai"
Tata Negara
124
"Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah
kepadamu kebahagiaan (negeri akhirat) dan
janganlah kamu melpakan kebahaglaanmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) burnt. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan."
Q.S. An- Nisa : 59
"Hai orang-orang yang beriman tatatilah Allah dan
tatatilah Rasul serta orang-orang yang berkuasa
diantara kamu."
125
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali., (1991). Adab dalam Agama, Jakarta : Gema Insani Press.
Ali, M., (1992). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar
Baru.
Al Muchtar. S., (2000) Epistimologi Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial.
Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.
Bloom, B.S., (ed), (1964). Taxonomy of Educational Objective; Cognitive
Domain. New York: David McKay.
Bentri, A., (1994). Implementasi Kurikulum di SD Kecil Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Tesis Magister, Bandung: PPS IKIP
Bandung.
Baharuddin, (1996). Implementasi Inovasi Kurikulum SMK 1994 Program
Studi Elektronika Komunikasi Dalam Proses Pembelajaran Di
kelas. Bandung: Tesis Magister, PPS-IKIP Bandung.
Depag.
(1998) Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang
Pendidikan Nasional. Jakarta: Perguruan Agama Islam.
-, (1995). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri
Khas Agama Islam. Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.
126
Depdikbud, (1993). Himpunan Peraturan Perundang Undangan Republik
Indonesia Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdikbud Ditjen Dikdasmen.
Hasan, S.H., (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Houle, C. O., (1972). The Design of Education. New York: Jossey-Bass
Inc.
Kantao. DJ., (1992). Profil Guru Dalam Konteks Sosial Budaya To Kaili.
(Suatu Studi Kualitatif Tentang Peranan Guru dalam Masyarakar
Kaili dan Kaitannya Dengan pelaksanaan Tugas Guru Sebagai
pengembang Kurikulum). Bandung: Disertasi Doktor FPS IKIP
Bandung, Tidak Diterbitkan.
Leithwood,
K.A.,
(1982).
Implementing
Curriculum
Innovations.
In
Leithwood KA. (ed) Studies In Curriculum Decision Making.
Toronto: Ontario Institute For Studies In Education Press.
Lincoln, Y.S., & Guba (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage
Publications.
McNeil. J.D., (1990). Curriculum a Comprehensive Introduction. Library of
Congress-in-Publication Data
Miller, J.P., dan Wayne.S., (1985). Curriculum Perspectives and Practice.
New York & London: Longman.Sumantri, M., (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Depdiki
P2LPTK
Mukhidin,
(1997).
Profil
Implementasi
Inovasi
Kurikulum
STM
Pembangunan Bandung. Bandung: Disertasi Doktor, PPS IKIP
Bandung, Tidak Diterbitkan.
Ansyar, M., (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
Jakarta:
Depdikbud LP2LPTK
Syaodih.N. S., & Ibrahim, R. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
Rinaka Cipta.
Sudjana, N., & Ibrahim, R., (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru.
Nasution, S., (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito
, (1995). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Natawidjaja, R., (1981). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi.
Jakarta: P3G Depdikbud.
Sudjana, N., & Ibrahim, R.,
(1989). Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru.
Pusat Pengembangan Kurikulum Pendidikan., (2000) tersedia pada:
128
Rasyidin, W., (1988) Kemampuan Mengajar Dilihat Dari Kemampuan Bidang Studi dan Penguasaan Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Disertasi Doktor. FPS IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.
Sudjana, N., (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Sukmadinata, N.S., (1983). Konthbusi Konsep Mengajar dan Motif
Berprestasi
Terhadap
Proses Mengajar dan
Hasil Belajar.
Bandung: Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung Tidak Diterbitkan.-, (1988). Prinsip Dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta:
Depdikbud LP2LPTK.
1(1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Sulaeman, (1996). Kemampuan guru dalam implementasi Kurikulum
Pendidikan Dasar. Tesis Magister-PPS-IKIP Bandung, tidak
diterbitkan
Tuckman, B.W., (1972).
Conducting Educational Research. New York
Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Yunus, M., (1982). Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta:
Hidakarya Agung.