• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI DAN INDEKS KOMPETISI RUMPUT ODOT (Pennisetum purpureum cv. Moot) DAN LEGUM INDIGOFERA (Indigofera Zollingeriana) YANG DITANAM SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA PEMOTONGAN PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PRODUKSI DAN INDEKS KOMPETISI RUMPUT ODOT (Pennisetum purpureum cv. Moot) DAN LEGUM INDIGOFERA (Indigofera Zollingeriana) YANG DITANAM SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA PEMOTONGAN PERTAMA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PRODUKSI DAN INDEKS KOMPETISI RUMPUT ODOT (Pennisetum purpureum cv. Moot) DAN LEGUM INDIGOFERA

(Indigofera Zollingeriana) YANG DITANAM SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA

PEMOTONGAN PERTAMA

Oleh :

KASYID JIWAN DANI 11880110133

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)

SKRIPSI

PRODUKSI DAN INDEKS KOMPETISI RUMPUT ODOT (Pennisetum purpureum cv. Moot) DAN LEGUM INDIGOFERA

(Indigofera Zollingeriana) YANG DITANAM SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA

PEMOTONGAN PERTAMA

Oleh :

KASYID JIWAN DANI 11880110133

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(3)
(4)
(5)
(6)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Sembah Sujudku serta Rasa Syukurku KepadaMu Ya Allah

Atas Segala Nikmat dan KaruniaMu yang Telah Kau Limpahkan Kepadaku

Tiada kata yang dapat Kuucapkan, selain Ribuan Syukur KehadiratMu Ya Allah

Segala Puji Bagi Allah Subhanahu Wata’ala Pemilik Alam Semesta

Atas IzinMu Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk Ayahanda dan Ibundaku

Terima kasih Ayah dan Ibuku

Salam Sayangku Selalu Untuk Ayah dan Ibuku

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Kasyid Jiwan Dani anak dari pasangan Bapak Kabul dengan Ibu Erlima Darni, lahir di Pekanbaru pada tanggal 04 Oktober 1999, bertempat tinggal di Ataya 3 Blok G No. 8, Kelurahan Binawidya, Kecamatan Binawidya Kota Pekanbaru. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dengan tiga saudara laki-laki Krisna Adi Putra Wardani, Zikri Najwan dan Arif Benzema.

Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Al-Fitrah pada tahun 2004-2005.

Melanjutkan pendidikan di SDN 002 Rumbai pada tahun 2005-2012. Pada tahun 2012-2015 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 23 Pekanbaru dan pada tahun 2015-2018 penulis melanjutkan pendidikan di SMKN Pertanian Terpadu Provinsi Riau dengan jurusan Peternakan. Tahun 2018 penulis diterima sebagai Mahasiswa Strata 1 (S1) pada Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau melalui jalur SNMPTN.

Pada bulan Juli-Agustus 2020 penulis mengikuti kegiatan Magang Kerja Lapang (PKL) di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sumatra Utara, Secara online pada bulan Juli – Agustus 2021 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) di Kelurahan Bina Widya Kota Pekanbaru, Penulis melaksanakan penelitian pada bulan Desember tahun 2021-Maret 2022 di lahan percobaan UIN Agriculture Reserch And Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syari Kasim Riau.

Pada tanggal 20 Desember 2022 dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Peternakan melalui sidang tertutup Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Dengan judul skripsi “Produksi dan Indeks Kompetisi Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Moot) dan Legum indigofera (Indigofera Zollingeriana) yang Ditanam secara Tunggal dan Campuran pada Pemotongan Pertama”. Dibawah bimbingan bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr. Sc dan ibuk Prof. Dr. Hj. Yendraliza, S.Pt., M.P.

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Produksi dan Indeks Kompetisi Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv.

Moot) dan Legum indigofera (Indigofera Zollingeriana) yang Ditanam secara Tunggal dan Campuran pada Pemotongan Pertama”. Shalawat dan salam tak lupa haturkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam, yang mana berkat beliau kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi, terutama kepada:

1. Kepada kedua orang tua saya Bapak Kabul dan Ibu Erlima Darni serta Ketiga Adik saya Krisna Adi Putra Wardani, Zikri Najwan dan Arif Benzema yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi serta memberikan doa dan dukungannya baik secara moril maupun materil

2. Bapak Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

3. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M. Agr., Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4.

Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc. selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Ir.

Elfawati, M.Si. selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, M.Si. selaku Wakil Dekan III.

5.

Ibu Dr. Triani Adelina, S.Pt, M.P. selaku Ketua Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan yang telah membantu proses administrasi dari awal penelitian hingga selesainya penulisan skripsi.

6. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M. Agr., sebagai dosen pembimbing utama atas segala bantuan dan keikhlasannya untuk memeberikan bimbingan, nasehat dan saran dari awal penelitian hingga selesainya penulisan skripsi.

(9)

7. Ibu Prof. Dr. Hj. Yendraliza, S,Pt., M.P. sebagai dosen pembimbing kedua sekaligus Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Jepri Juliantoni, S.Pt., M.P. selaku penguji satu dan Ibu Dewi Ananda Mucra, S.Pt. M.P. selaku penguji ke dua yang telah memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen Program Studi Fakultas Peternakan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, serta seluruh staf jurusan atas segala bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

10. Rio Pambudi dan Mei Andre Pratama sebagai tim penelitian yang telah membantu, menemani dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Yusuf Tri Pamungkas dan Dinda Salsa Nadila yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi dan selalu memotivasi dalam pengerjaan skripsi oleh penulis.

12. Teman-teman Peternakan angkatan 2018 pada umumnya, khususnya teman- teman kelas B dan D yang telah membersamai selama kuliah, memotivasi dan membantu dalam banyak hal.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini serta demi kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Akhir kata, skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 20 Desember 2022

Penulis

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah hirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subbhahu Wa Ta'ala, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Produksi dan Indeks Kompetisi Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv.

Moot) Dan Legum Indigofera (Indigofera Zollingeriana) yang Ditanam secara Tunggal Dan Campuran pada Pemotongan Pertama”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang membawa umatnya dari masa yang kelam menuju masa yang cerah dengan cahaya iman dan ilmu pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan doa dan semangat. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr. Sc dan Prof. Dr. Hj. Yendraliza, S.Pt., M.P. yang telah banyak memberi saran serta masukan yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan Allah Subbhanahu Wa Ta'ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Pekanbaru, 20 Desember 2022

Penulis

(11)

PRODUKSI DAN INDEKS KOMPETISI RUMPUT ODOT (Pennisetum purpureum cv. Moot) DAN LEGUM INDIGOFERA

(Indigofera Zollingeriana) YANG DITANAM SECARA TUNGGAL DAN CAMPURAN PADA

PEMOTONGAN PERTAMA

Kasyid Jiwan Dani (11880110133) Di bawah bimbingan Arsyadi Ali dan Yendraliza

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi segar, produksi bahan kering, daya saing dan efektivitas rumput odot dan Indigofera yang ditanam secara tunggal dan campuran. Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Desember 2021 sampai Maret 2022, di lahan percobaan UIN Agriculture Reserch And Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini menggunakan lahan dengan ukuran 20 x 20 m2 yang terdiri dari 3 kelompok dengan ukuran satu kelompok adalah 6 x 20 m2 dengan jumlah tanaman yang sama berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok yaitu odot tunggal, indigofera tunggal, odot campuran dan indigofera campuran. Parameter yang diukur meliputi produksi segar, produksi bahan kering, kapasitas tampung, land equivalen rasio (LER), koefisien (K), kompetisi rasio (CR) dan agresivitas (A).

Hasil penelitian menunjukkan pola tanam tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi segar dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi bahan kering. Nilai (LER) sama dengan satu (=1) yaitu 0,99 pada odot tunggal, lebih dari satu (>1) yaitu 1,14 pada indigofera tunggal dan 2,14 pada campuran odot dan indigofera, nilai (K) lebih dari satu (>1) yaitu 2.235,13 pada odot tunggal, 1,6 pada indigofera tunggal dan 2.353,45 pada campuran odot dan indigofera. Nilai (CR) odot yaitu 2,75 >1 sedangkan indigofera 0,37 <1, Nilai (A) rumput odot positif yaitu (+2,86) sedangkan indigofera negatif (-2,86). Hasil kapasitas tampung tertinggi ke terendah yakni pada pola tanam campuran odot dan indigofera 9,05 ST, pada pola tanam tunggal odot 8,63 ST dan pada pola tanam tunggal indigofera 4,5 ST. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktifitas rumput odot dan indigofera meningkat dengan pola tanam campuran pada pemotongan pertama. Berdasarkan nilai K, CR dan A maka rumput odot lebih dominan dan agresif dibandingkan indigofera dan berdasarkan nilai LER pola tanam campuran odot dan indigofera lebih efektif dalam pemanfaatan sumber-sumber lingkungan untuk pertumbuhan dibandingkan pola tanam tunggal.

Kata kunci : Indeks kompetisi, Indigofera, pola tanam, rumput odot

(12)

PRODUCTION AND COMPETITION INDICIES OF ODOT GRASS (Pennisetum purpureum cv. Moot) AND INDIGOFERA

(Indigofera zollingeriana) AS SOLE AND MIXED CROPPING PATTERN IN THE FIRST DEFOLIATION

Kasyid Jiwan Dani (11880110133)

Under the guidance of Arsyadi Ali and Yendraliza

ABSTRACT

This study aimed to determine fresh production, dry matter production, competitiveness and effectiveness of odot grass and Indigofera as sole and mixed cropping pattern. This research was carried out from December 2021 to March 2022, in the experimental land of the UIN Agriculture Research And Development Station (UARDS), Faculty of Agriculture and Animal Science, Sultan Syarif Kasim Riau State Islamic University. This study used land with a size of 20 x 20 m2 consisting of 3 groups with the size of one group being 6 x 20 m2 with the same number of plants based on a Randomized Block Design (RBD) with 4 treatments and 3 groups namely single odot, single indigofera, mixed odot and mixed indigofera. The parameters measured include fresh production, dry matter production, capacity, land equivalent ratio (LER), coefficient (K), competition ratio (CR) and aggressiveness (A). The results showed that the cropping pattern had no significant effect (P>0.05) on fresh production and had a very significant effect (P<0.01) on dry matter production. The value (LER) was equal to one (=1) which is 0.99 for single odots, more than one (>1) namely 1.14 for single indigofera and 2.14 for a mixture of odots and indigofera, value (K) was more than one (> 1) ie 2,235.13 in single-dots, 1.6 in single-indigofera and 2,353.45 in mixed-odots and indigofera. The value (CR) of odots is 2.75 > 1 while indigofera is 0.37 <1. The value (A) of odot grass is positive (+2.86) while indigofera is negative (-2.86). The results of the highest to lowest capacity were in the mixed of odot and indigofera 9.05 ST, in the single odot 8.63 ST and in the single indigofera 4.5 ST. Based on the research data it can be concluded that the productivity of odot grass and indigofera increases with mixed cropping patterns in the first cutting. Based on the values K, CR and A the odot grass is more dominant and aggressive than indigofera and based on the LER planting odot and indigofera is more effective in utilizing environmental resources for growth compared to sole cropping pattern single.

Keywords : Cropping pattern, Grass odot, Indicies competition, Indigofera

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 2

1.3. Manfaat Penelitian ... 2

1.4. Hipotesis Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Hijauan Makanan Ternak (HMT) ... 4

2.2. Rumput (Gramineae) ... 5

2.3. Rumput Odot (Pennisetum Purpureum CV. Mott) ... 6

2.4. Legum (Leguminosae) ... 7

2.5. Indigofera (Indigofera Zollingeriana) ... 8

2.6. Pola Tanam ... 10

2.7. Pola Tanam Tunggal (Monokultur) ... 11

2.8. Pola Tanam Campuran (Polikultur) ... 11

III. MATERI DAN METODE ... 13

3.1. Waktu dan Tempat ... 13

3.2. Alat dan Bahan ... 13

3.3. Metode Penelitian ... 13

3.4. Prosedur Penelitian ... 15

3.5. Parameter ... 17

3.6. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1. Indeks Kompetisi ... 21

4.2. Produksi Rumput Odot dan Indigofera ... 24

4.3. Kapasitas Tampung ... 26

V. PENUTUP ... 28

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran... 28

(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN ... 34

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1. Analisis ragam ... 20 4.1. Land Equivalent Ratio (LER), Koefisien (K), Kompetisi Rasio (CR) dan Agresivitas (A) ... 21 4.2. Produksi Segar (PS) dan Produksi Bahan Kering (PBK) Rumput

Odot dan Indigofera Pola Tanam Tunggal dan Campuran Pada

Pemotongan Pertama ... 24 4.3. Estimasi Produksi ... 26

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Rumput Odot ... 6 2.2. Indigofera ... 9 3.1. Lay Out Penelitian ... 14

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Produksi Segar Hijauan ... 34

2. Produksi Bahan Kering ... 36

3. Land Equivalen Rasio (LER) ... 39

4. Koefisien (K) ... 41

5. Kompetisi Rasio (CR) ... 43

6. Agresivitas (A) ... 44

7. Estimasi Produksi Segar PS/ha ... 45

8. Estimasi Produksi Bahan Kering PBK/ha ... 46

9. Pembersihan lahan ... 47

10. Pencangkulan tanah dan pembuatan parit ... 48

11. Pemberian pupuk dolomite ... 49

12. Pemberian pupuk veses sapi... 50

13. Penyediaan bibit rumput odot ... 51

14. Penanaman bibit rumput odot ... 52

15. Pemberian pupuk NPK ... 53

16. Pembasmian gulma ... 54

17. Pertumbuhan rumput odot dan indigofera... 55

18. Pemanenan ... 56

19. Sampel ... 57

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Rumput odot menghasilkan banyak anakan, mempunyai perakaran yang kuat, batang yang tidak keras dan mempunyai ruas daun yang banyak serta struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh ternak. Rumput ini memiliki Produksi cukup tinggi (60 ton/ha/panen), kandungan nutrisinya cukup tinggi (PK 17–19%), TDN mencapai 64,31% dan presentase lignin hanya 2,5% dari bahan kering (Handian dan Putra, 2014). Rumput odot juga tahan terhadap keadaan kering, dimana pada musim kering atau kemarau membutuhkan pengairan minimal 10 hari sekali untuk pertumbuhan optimal dan mempercepat umur panen (Ressie dkk., 2018). Rumput ini baik sebagai bahan silase, dan sebagai rumput potongan ataupun gembala, asal pertumbuhannya bisa dipertahankan pendek. Tanaman ini pertumbuhannya sangat cepat, dan waktu masih muda nilai gizinya cukup tinggi (Urribari et al., 2013).

Tanaman yang cocok digunakan dalam budidaya secara tumpangsari yaitu tanaman legum salah satunya adalah indigofera. Sistem tanam tumpangsari memiliki kelebihan diantaranya yaitu efisiensi secara ekologi dan agronomi karena dapat menghasilkan lebih dari satu produk tanaman di tempat yang sama dalam satu waktu (Lestari et al., 2020). Kelemahan sistem tanam tumpangsari yaitu timbul persaingan antar tanaman yang dibudidayakan (Kesuma et al., 2018).

Untuk memperkecil adanya persaingan antar tanaman maka diperlukan pengaturan jarak tanam serta waktu tanam sehingga persaingan yang terjadi dapat diperkecil.

Sistem tanam campuran telah dipraktekkan oleh petani selama bertahun- tahun dengan berbagai cara di sebagian wilayah. Manfaat rumput atau penanaman campuran legum dipadang rumput adalah kemungkinan N tambahan dari kacang- kacangan ke rumput. Tergantung pada kandungan Nitrogen tanah dan campuran kacang-kacangan dan rerumputan di padang rumput, selama musim tanam legum mentransfer sekitar 40 N ke tanaman tetangga (Ali dkk., 2013).

(19)

Salah satu jenis legum yang dapat digunakan pada pola tanam campuran adalah Indigofera. Menurut Simatupang (2013), tanaman Indigofera toleran terhadap kekeringan dan dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninya sangat rendah berkisar antara 0,6-1,4 ppm jauh dibawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi. Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak). Kandungan nutrisi yang terdapat pada indigofera yaitu bahan kering (BK) daun dan batang masing-masing sebesar 29,9% dan 25%, protein kasar (PK) sebesar 23,1% dan 17,6%. Serat deterjen fiber (NDF) dan Acid deterjen fiber (ADF) daun Indigofera (masing-masing 35,9% dan 25,1%) (Ali et al., 2014).

Perbedaan sifat tumbuh dan kualitas tipe hijauan memungkinkan untuk ditanam bersama-sama antara rumput dan legum. Untuk mengetahui produktivitas rumput odot dan indigofera yang ditanam dengan pola tanam campuran maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Produksi dan Indeks Kompetisi Rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Moot) dan Legum Indigofera (Indigofera zollingeriana) yang Ditanam secara Tunggal dan Campuran pada Pemotongan Pertama”.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi segar, produksi bahan kering, daya saing dan efektivitas rumput odot dan Indigofera yang ditanam secara tunggal dan campuran pada pemotongan pertama.

1.3. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi tentang :

1. Produktivitas dan efektivitas pada tanam campuran rumput odot dan Indigofera.

2. Pemanfaatan dan Peningkatkan potensi lahan sebagai penyedia pakan ternak ruminansia

(20)

1.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah produktifitas rumput odot akan meningkat dengan pola penanaman campuran dengan indigofera dan tidak menurunkan produktifitas indigofera pola penanaman tunggal pada pemotongan pertama.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hijauan Makanan Ternak (HMT)

Hijauan makan ternak (HMT) adalah rumput dan legum yang memiliki kandungan gizi cukup sesuai dengan kebutuhan ternak khususnya ruminansia.

Nutrisi yang terkandung dalam hijauan adalah serat, mineral, dan protein.

Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sepanjang tahun dalam sistem produksi ternak ruminansia. Porsi hijauan pakan dalam ransum ruminansia mencapai 40- 80% dari total bahan kering ransum atau sekitar 1,5-3% dari bobot hidup ternak.

Hijauan merupakan sumber pakan utama ternak ruminansia, baik untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksinya karena hijauan mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan ternak ruminansia (Muhakka dkk., 2012).

Hijauan Makanan Ternak (HMT) merupakan sumber makanan utama yang sangat dibutuhkan bagi ternak ruminansia agar dapat bertahan hidup, berkembang biak dan bereproduksi. Semakin banyak jumlah populasi ternak maka kebutuhan hijauan semakin meningkat, oleh karena itu ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan harus diperhatikan baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya. Secara umum sumber utama pakan hijauan berasal dari rumput dan leguminosa (Kaca dkk., 2019).

Pakan sangat berperan penting bagi kelancaran usaha ternak ruminansia.

Hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10 hingga 15 % dari berat badan (Seseray dkk., 2013). Produksi yang optimal dapat ditunjang dengan adanya peningkatan penyediaan hijauan pakan yang berkualitas, baik dari segi kuantitas maupun kontinuitasnya (Muhakka dkk., 2012).

Para peternak masih bergantung dengan ketersediaan hujauan yang tumbuh secara liar. Salah satu upaya untuk menyediakan hijauan pakan yang baik dan bisa terjamin kontinuitasnya yaitu dengan cara membudidayakan tanaman pakan rumput dan legum. Produksi dan kualitas hijauan makanan ternak berfluktuasi sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

kesuburan tanah, jenis hijauan, pemupukan dan teknik pengelolaan (Yasin,

(22)

2013). Namun demikian, didaerah tropis hijauan makanan ternak cepat mencapai fase generative hal ini disebabkan oleh pengaruh sinar matahari dan lingkungan.

2.2. Rumput (Gramineae)

Rumput adalah salah satu tanaman multiguna, selain sebagai pakan pokok ternak ruminansia, juga berfungsi sebagai tanaman hias. Rumput merupakan jenis tanaman yang sebagian besar digunakan untuk pakan hijuan ternak herbivora. Tanaman rumput termasuk tanaman monokotil. Rumput yang digunakan untuk makanan ternak harus berkualitas baik, palatabilitas tinggi dan bisa diberikan ke ternak secara tidak terbatas (adlibitum) (Purbajanti, 2013).

Pengelompokan rumput terdiri dari dua yaitu rumput potong dan rumput gembala. Rumput potongan adalah rumput yang memenuhi persyaratan, memiliki produktivitas yang tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal dan banyak anakan serta responsif terhadap pemupukan antara lain Pennisetum purpureum, Pannicum maximum, Euchlaena mexicana, Setaria sphacelata, Pannicum coloratum dan Sudan grass (Magge, 2005). Rumput gembala merupakan jenis rumput yang memiliki ciri-ciri antara lain tumbuh pendek atau menjalar dengan stolon, tahan terhadap renggutan atau injakan, memiliki perakaran yang kuat dan tahan kekeringan. Termasuk kelompok rumput gembala antara lain Brachiaria brizhantha, Brachiaria ruziziensis, Brachiaria mutica, Paspalum dilatatum, Digitaria decumbens, Chloris gayana, Africanstar grass (Cynodon plectostachyrus) (Aak, 2008).

Tipe tumbuh rumput antara lain erect, yaitu tumbuh dengan batang kokoh, semi erect, yaitu tumbuh serong ke atas, procumben, yaitu semi merayap dan decumbent, yaitu merayap pada tanah. Rerumputan yang tergolong dalam tumbuh-tumbuhan yang berkeping satu (monokotil) tidak membentuk akar pokok, namun membentuk akar serabut yang tumbuh dari pangkal batang pokoknya. Bentuk akarnya ramping, relatif pendek, tidak bercabang banyak, dapat tumbuh dangkal di bawah permukaan tanah, dan dapat pula tumbuh cukup dalam. Rumput terdiri dari sheate, blade atau helaian daun yang berfungsi dalam fotosintesis ligule terletak diantara sheat dan blade yang merupakan bagian yang melingkari permukaan apex dari sheat auricle merupakan bagian-bagian yang tumbuh lateral pada apex sheate atau pada blade (Rismunandar, 2007).

(23)

2.3. Rumput Odot (Penisetum purpureum cv. Mott)

Lasamadi dkk. (2013) menyebutkan bahwa hijauan pakan yang sangat potensial dan sering diberikan pada ternak ruminansia adalah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Dari sekian banyak jenis rumput gajah yang ada di Indonesia yang belum banyak dikenal adalah rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). Rumput odot (Gambar 2.1.) merupakan salah satu rumput unggul yang berasal dari Philipina dimana rumput ini mempunyai produksi dan kualitas yang cukup tinggi, menghasilkan rumpun anakan yang banyak dan mempunyai akar yang kuat, batang yang tidak keras dan struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh ternak (Marassing dkk., 2013). Rumput odot disajikan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1. Rumput Odot Sumber: Dokumentasi Peneliti, (2022)

Menurut United States Department of Agriculture (2012) klasifikasi rumput odot adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae (Tumbuhan), Sub- kingdom: Tracheobionta, Super-divisi: Spermatophyta, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida (monokotil), Sub-kelas: Commolinidae, Ordo: Poales, Famili:

Poaceae (suku rumput-rumputan), Bangsa: Paniceae, Genus: Pennisetum, Spesies: Pennisetum purpureum Cv. Mott.

Rumput Odot merupakan rumput yang sangat mudah dibudidayakan dan sangat disukai kambing. Rumput ini hampir mirip dengan rumput gajah, perbedaannya daun lebih lemas, tidak gatal karena bulu daun halus serta pertumbuhannya sangat cepat. Di daerah Jawa Timur rumput ini mulai

(24)

dibudidayakan oleh seorang peternak kambing PE di Tulungagung yang bernama Pak Odot. Oleh sebab itu rumput ini dikenal dengan rumput odot. Rumput odot mempunyai kemampuan produksi yang tinggi yaitu 49,39 sampai 57,71 ton/Ha per sekali panen, mampu hidup dan beradaptasi pada daerah lahan kering seperti di daerah Nusa Tenggara Timur (Sada et al. 2018) dan memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia (Lasamadi et al., 2013).

Rumput odot merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput odot tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Kelemahan dari rumput odot ialah cepat menua sehingga kandungan nutrisi cepat menurun, dan cepat menghabiskan unsur hara yang terdapat didalam tanah. Hampir semua bagian rumput odot bisa dimakan ternak, sedangkan rumput gajah biasanya 60-70 persen saja (Purwawangsa dan Putera, 2014).

Purbajanti (2013) menyatakan bahwa fase pertumbuhan vegetatif tanaman terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru, dimana fase ini berhubungan dengan proses penting yaitu terjadinya pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari deferensiasi sel. Lajunya pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, sangat tergantung dari aktivitas lajunya fotosintesis pada tanaman. Proses fotosintesis pada tanaman terjadi pada bagian daun dengan bantuan sinar matahari. Laju dekomposisi yang baik akan dapat menyediakan unsur hara didalam tanah terutama N, P, K dan unsur hara lainnya.

2.4. Legum (Leguminosae)

Leguminosa pohon merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada lahan yang miskin unsur hara dan tahan kekeringan sampai beberapa bulan. Sehingga ketersediaannya tidak tergantung oleh musim. Karakteristik yang khas dari leguminosa adalah kandungan protein tinggi dan kecernaan yang lebih tinggi dari rumput. Selain itu legum pohon memiliki kandungan mineral makro yang

(25)

lebih tinggi dari rumput lapang, sehingga leguminosa dapat digunakan sebagai suplementasi hijauan pakan. Adanya antinutrisi pada leguminosa dalam batas tertentu dianggap menguntungkan karena dapat menyediakan protein by pass yang mudah dicerna oleh usus.

Tanaman leguminosa pohon dikenal sebagai bahan pakan sumber protein yang sangat baik untuk ternak ruminansia, seperti pada genus Leucaena, Sesbania, Gliricidia, Indigofera, Acasia dan Calliandra. Tanaman ini dapat mempertahankan kandungan protein yang tinggi sepanjang tahun oleh karena mampu mengikat N dari atmosfir (Ginting, 2012). Tanaman leguminosa pohon juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan yang kaya akan nitrogen, fosfor, kalium dan kalsium (Sirait dkk., 2012).

Ginting (2012) menyatakan bahwa leguminosa pohon dapat digunakan sebagai tanaman pionir program penghijauan. Tumbuhan ini bila berasosiasi dengan bakteri tanah rhizobium serta mampu memfiksasi N2 dari udara, yang merupakan sumber nitrogen dalam bentuk tidak tersedia untuk tanaman dan mengubahnya menjadi NO3 atau NH4 yang merupakan bentuk nitrogen tersedia untuk tanaman.

2.5. Legum Indigofera (Indigofera zollingeriana)

Menurut United States Department of Agriculture (2014) taksonomi dari tanaman Indigofera yaitu, Kingdom: Plantae, Superdivision: Spermatophyta, Division: Magnoliophyta, Class: Magnoliopsida, Ordo: Fabales, Family:

Fabaceae, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera zollingeriana. Tanaman indigofera dikenal dengan berbagai nama yaitu nila, tom jawa, tarum alus, tarum kayu (Indonesia), indigo (Inggris), nila, tarum (Malaysia), tagung-tagung, taiom, taiung (Filipina). Merupakan tumbuhan asli Afrika Timur dan Afrika bagian selatan serta telah diperkenalkan ke Laos, Vietnam, Filipina dan Indonesia (Sumatera, Jawa, Sumba dan Flores). Tanaman indigofera disajikan pada Gambar 2.2 dibawah ini:

(26)

Gambar 2.2. Indigofera Sumber: Dokumentasi Peneliti, (2022)

Sirait dkk. (2012) menyatakan Indigofera merupakan tanaman pakan ternak dari kelompok leguminosa pohon, Indigofera merupakan tanaman dari kelompok kacang-kacangan (Family Fabaceae) dengan genus indigofera.

Tanaman ini memiliki percabangan yang tegak, Daunnya berseling, bersirip dan tunggal (lihat pada gambar 2.2.). Bunganya tersusun dalam suatu tandan diketiak daun, bertangkai, daun kelopaknya berbentuk bergerigi lima, daun mahkotanya berbentuk kupu-kupu. Buah bertipe polong, berbentuk pita, lurus atau bengkok, berisi 1 – 20, perkecambahan benih yaitu epigeal (Adalina dkk., 2010).

Tanaman indigofera dapat tumbuh dari 0 - 1,650 meter diatas permukaan laut (dpl) dan tumbuh subur ditanah gembur yang kaya akan nutrisi. Tanaman ini hidup pada iklim panas dan lembab dengan curah hujan tidak kurang dari 1.750 mm/tahun. Herdiawan (2013) menyatakan bahwa tanaman Indigofera masih dapat bertahan hidup dan berproduksi pada taraf cekaman kekeringan berat (25%

kapasitas lapang), sekalipun mengalami penurunan produktivitasnya.

Tanaman indigofera merupakan tanaman yang baik untuk memenuhi kebutuhan pakan hewan ternak ruminansia maupun hewan ternak unggas.

Memiliki kandungan nutrisi baik yang dibutuhkan untuk masa pertumbuhan hewan ternak rumiansia maupun unggas. Tepung pucuk indigofera mengandung protein kasar yaitu 28,98%, lemak kasar sebesar 3,30%, dan serat kasar sebesar 8,49%. Selain itu, tepung daun tanaman nila juga mengandung tinggi vitamin A (3828,79 IU/100g) dan ß-karoten sebesar 507.6 mg/kg (Palupi et al., 2014).

(27)

Indigofera juga mengandung Ca 0,22 % dan P 0,18 %, memiliki kandungan tannin yang sangat rendah berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Kandungan tanin yang rendah ini juga berdampak positif yaitu disukai hewan ternak (Simatupang, 2013).

2.6. Pola Tanam

Pola tanam memiliki pengertian pengaturan pola pertanaman dalam sebidang lahan dengan berinteraksi pada sumber daya lahan dan teknologi yang diterapkan (Pitaloka 2018). Di dalam pola tanam terkandung unsur-unsur yang kompleks, mulai dari pemilihan jenis-jenis tanaman, cara bertanam, cara panen, serta apakah nantinya hasil yang diperoleh memiliki nilai pasar atau tidak.

Keuntungan pola tanam, dapat diperoleh dengan menggunakan pola tanam yang tepat, keuntungan tersebut antara lain dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Intensitas penggunaan lahan meningkat, dengan memanfaatkan sumber daya lahan dan waktu lebih efisien, meningkatkan pula produktivitas lahan (Raharja, 2005).

Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).

Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam menetukan metode irigasi dan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan.

Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan.

Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda. Pola penanaman dapat dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman

(28)

pada lahan dan waktu penanaman yang sama. Sedangkan polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.

(Wirosoedarmo, 1985).

2.7. Pola Tanam Tunggal (Monokultur)

Monokultur adalah sebuah kata yang berasal dari kata mono yang berarti satu, dan culture (kultur) yang berarti pengelolaan atau pengolahan. Monokultur atau penanaman tunggal merupakan suatu cara budidaya dengan menanam satu jenis tanaman pada satu lahan dalam satu musim tanam (Hermawati, 2016).

Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman), pola tanam monokultur memiliki pertumbuhan dan hasil yang lebih besar dari pada pola tanam lainnya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari.

Setjanata (1983) mengungkapkan tentang keunggulan dan kelemahan pola tanam monokultur. Kelebihan pola tanam ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis. Namun disisi lain, kelemahan pola tanam ini adalah tanaman relatif mudah terserang hama maupun penyakit.

2.8. Pola Tanam Campuran (Polikultur)

Polikultur berasal dari kata (poly) dan (culture). Poly berarti banyak dan culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur dapat diartikan pola penanaman lebih dari satu jenis komoditi dalam satu lahan pertanian sekaligus dalam satu periode tertentu. Tumpangsari (intercropping) merupakan contoh dari polikultur (Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, 2020).

Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma, (Herlina, 1996). Dalam polikultur, berbagai jenis tanaman ditanam pada satu lahan, baik secara temporal (pada waktu berbeda) maupun spasial (pada bagian lahan yang berbeda) (Basuki, 2013). Faktor lingkungan seperti kesuburan

(29)

tanah, ketersediaan air, sinar matahari yang cukup, dan hama penyakit perlu diperhatikan dalam penerapan tumpangsari guna memperoleh pertumbuhan dan produksi optimal.

(30)

III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Desember 2021 sampai Maret 2022, di lahan percobaan UIN Agriculture Reset and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Hijauan pakan ternak yang ditentukan produktifitasnya adalah rumput odot dan legum indigofera pada pemotongan pertama. Peralatan yang digunakan untuk pembersihan lahan dan penggemburan tanah adalah cangkul, sabit, parang dan timbangan yang digunakan untuk menimbang produksi segarnya. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik (feses sapi) dan pupuk an organik (NPK) dan pH meter untuk mengukur pH tanah.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan eksperimen dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan terdiri dari:

1. Odot Tunggal (OT) 2. Indigofera Tunggal (IT) 3. Odot Campuran (OC) 4. Indigofera Campuran (IC)

(31)

Adapun lay out penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

K I K II K III

Campuran Indigofera Indigofera

Odot Odot Campuran

Indigofera Campuran Odot

Gambar 3.1. Lay out tempat penanaman.

Keterangan :

+ = Rumput odot

# = Legum indigofera

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # # + + + + + + + + + + +

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # # + + + + + + + + + + +

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# # # # # #

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + # + + + + + + + + + + +

# + # + # + # + # + #

+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

(32)

3.4. Prosedur penelitian

3.4.1. Kelompok dan plot perlakuan

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan percobaan UARDS dengan ukuran 20 x 20 meter yang terdiri dari 3 kelompok dengan ukuran satu kelompok adalah 6 x 20 m2. Jarak masing-masing kelompok dibuat 1 meter dan dalam satu kelompok terdiri dari 3 plot perlakuan dengan ukuran masing-masing plot 6 x 6 m2. Jarak masing-masing plot perlakuan adalah 1 meter. Satu plot perlakuan terdiri dari 144 rumpun rumput odot dengan jarak tanam adalah 50 cm, pada plot perlakuan tunggal rumput odot. Satu plot perlakuan terdiri dari 30 batang indigofera dengan jarak tanam adalah 100 x 125 cm, pada plot perlakuan tunggal indigofera. Sedangkan pada plot perlakuan campuran terdiri dari 30 batang indigofera dan 69 rumpun rumput odot, dengan jarak tanam 50 x 62,5 cm. Pada lokasi penelitian terdapat plot indigofera dan rumput odot yang sejajar, dikarenakan indigofera yang telah tumbuh dengan usia 1,5 tahun, maka plot perlakuan harus menyesuaikan dengan keadaan lokasi penelitian.

3.4.2. Pengolahan Tanah dan Pengapuran

Sebelum dilakukan pengolahan tanah, lahan yang sudah ditumbuhi oleh indigofera berumur 1,5 tahun dibersihkan dari tanaman liar dengan menggunakan mesin potong rumput dan parang. Digemburkan secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan tanah ini dilakukan untuk mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi tanaman, dan menjamin perkembangan sistem perakaran yang sempurna. Setelah diolah selanjutnya diberi kapur dengan cara menebarkanya keatas permukaan tanah dan lubang tanam dengan dosis 720 g per plot pelakuan berdasarkan dosis kapur 2 ton/ha (Lestari dkk., 2007).

3.4.3. Pemupukan

Dua minggu setelah tanah (lahan) diberi kapur selanjutnya dibuat lubang tanam dan diberi pupuk organik (feses sapi) langsung kedalam lubang tanam rumput dan rumpun indigofera sebagai pupuk dasar sebanyak 72 kg per plot perlakuan berdasarkan dosis feses sapi 20 ton/ha 50kg/ha (Ali, 2006). Umur dua minggu setelah penanaman diberi pupuk NPK dengan dosis setengah sendok makan per titik tanam. Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang memiliki

(33)

kandungan unsur hara tinggi dan mudah diserap oleh tanaman sehingga meningkatkan pertumbuhan dan produksi rumput odot (Rellam dkk., 2017).

3.4.4. Penanaman

Satu minggu setelah pemberian pupuk dasar selanjutnya bibit rumput ditanam satu plot perlakuan monokultur rumput terdiri dari 144 rumpun rumput odot dengan jarak tanam adalah 50 cm. Pada plot perlakuan monokultur legum sudah tertanam indigofera berumur 1,5 tahun yang terdiri dari 30 batang indigofera dengan jarak tanam 100 x 125 cm. Sedangkan pada penanaman campuran rumput dan legum, rumput ditanam disela baris dan kolom legum indigofera yang sudah tertanam berumur 1,5 tahun, dengan jarak tanam 50 x 62,5 cm.

3.4.5. Penyiangan (Weeding)

Penyiangan areal disekitar petak dilakukan dua minggu sekali penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan semua gulma yang ada disekitar lahan penelitian.

3.4.6. Prosedur Panen

Pemanenan dilakukan umur 60 hari, dipotong ± 5 cm dari tanah untuk rumput odot. Sedangkan legum indigofera dipanen ± 2-3 cm dari pangkal cabang ranting indigofera. Rumpun rumput dan legume yang dipanen adalah rumpun yang terletak pada baris dan kolom bagian dalam pada masing-masing plot perlakuan. Produksi hijauan (rumput dan legum) pada setiap rumpun dalam satu plot setelah dipanen langsung ditimbang untuk menentukan berat rumput dan legum.

3.4.7. Pengambilan Sampel

Rumpun rumput dan legum yang diambil sebagai sampel adalah rumpun yang terletak baris dan kolom bagian dalam pada masing-masing plot perlakuan.

Produksi hijauan (rumput dan legum) pada setiap rumpun dalam satu plot setelah dipanen langsung ditimbang. Kemudian diambil sampel sebanyak kira-kira 1000 g dari tanaman yang dipanen untuk menentukan berat kering hijauan.

(34)

3.5. Parameter

3.5.1. Produksi Segar Hijauan

Pengukuran produksi segar dengan memanen hijauan tersebut, untuk rumput odot dipanen menggunakan sabit ± 5 cm dari atas permukaan tanah sampai ujung rumput, sedangkan legum indigofera dipanen menggunakan pisau kater ± 2-3 cm dari pangkal tumbuhnya cabang sampai ujung cabang. Setiap plot perlakuan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segarnya.

3.5.2. Produksi Bahan Kering Hijauan

Ambil sampel dari berat segar secara acak kemudian dilakukan pencacahan dan jemur dengan matahari selama 3 hari, setelah itu dimasukkan kedalam oven dengan suhu 65º C selama ± 8 jam hingga beratnya konstan. Sampel digiling dengan diameter saring 1 mm untuk dianalisis kadar air dan BK nya. Kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 105º C selama ± 8 jam dan ditimbang hasilnya untuk mengukur bahan kering hijauan. Adapun rumus untuk produksi bahan kering yaitu:

Produksi bahan kering = Produksi segar x kadar bahan kering

Produksi relatif dan persaingan rumput odot dan legum indigofera yang ditanam dengan sistem tumpangsari dihitung menggunakan indeks kompetisi land equivalent ratio (LER), koefisien (K), kompotisi rasio (CR) dan agresivitas (A).

Indeks kompetisi telah banyak digunakan untuk menentukan besarnya tingkat kompetensi antara spesies yang ditanam dengan sistem tumpang sari.

3.5.3. Indeks Kompetisi

a. Rasio Ekuivalen Lahan (LER)

Mengukur efektivitas tanaman campuran dalam memanfaatkan sumber daya lingkungan dibandingkan dengan tanaman tunggal (Banik et al., 2006; Yilmaz et al., 2008; Dhima et al., 2007; Oseni, 2010). Nilai LER dihitung sebagai:

LER = (LERgrass + LERlegume) Dimana:

LERgrass = (Ygm/Yls), dan LERlegume = (Ylm/Ygs) dimana

Ygs dan Yls = hasil dari rumput dan legum sebagai tanaman tunggal.

Ygmdan Ylm = hasil rumput dan legum sebagai tanaman campuran.

(35)

LER >1, menunjukkan keuntungan hasil.

Keterangan: Rasio ekuivalen lahan dihitung pada pola penanaman tunggal dan campuran.

b. Koefisien (K)

Mengukur dominasi relatif suatu spesies terhadap spesies lainya dalam pertanaman campuran dan di hitung sebagai:

K = (K grass x K legum) Dimana:

K grass = Ygmx Z lp/ [(Y gs – Y gm) x Z gp]

K legum = Y lm x Z gp / [(Yls – Y lm) x Z lp] (Banik et al. 2006).

Z gp dan Z lp adalah proporsi rumput dan legum dalam suatu pertanaman campuran. nilai K >1, menunjukkan keuntungan hasil; jika K =1, menunjukan tidak ada keuntungan hasil dan bila K <1 merugikan. Pada penelitian ini koefisien yang diukur adalah pada pola tanam campuran rumput odot dan legum indigofera yang berjumlah 3 plot.

Keterangan: Koefisien dihitung pada pola penanaman campuran saja.

c. Kompetisi rasio (CR)

Kompetisi rasio (CR) memberikan gambaran yang jelas tentang hijauan mana yang lebih kompetitif dalam pertumbuhan (Mahapatra, 2011). Nilai CR dihitung dengan mengikuti rumus seperti yang di jelaskan oleh (Banik et al.

2006):

CR grass = (LERgrass / LER legume) x (Z lp / Zgp) CR legume = (LER legume /LER grass) x (Zgp/ Z lp)

Jika CR rumput >1, rumput lebih kompetitif dari legum dan jika nilainya < 1 rumput kurang kompetitif dibandingkan legum. Kebalikannya berlaku untuk legum CR. Pada penelitian ini kompetisi rasio yang diukur ialah pada pola tanam campuran rumput odot dan legum indigofera yang berjumlah 3 plot.

Keterangan: Kompetisi rasio dihitung pada pola penanaman campuran saja.

(36)

d. Agresivitas (A)

Indeks penting untuk mengukur hubungan kompetitif antara dua hijauan dalam pertanaman campuran. Ini dihitung dengan mengikuti rumus seperti yang di rekomendasikan oleh (Dhima et al., 2007):

A grass = (Ygm / Y gs x Z gp) – (Y lm/ Yls x Zlp) A legume = (Y lm / Y ls x Z lp) – (Y gm / Y gs x Z gp)

Jika A grass = 0 kedua tanaman sama-sama kompetitif, jika A grass positif, rumput dominan, dan A grass negatif, rumput adalah sub dominan. pada penelitian ini kompetisi rasio yang diukur ialah pada pola tanam campuran rumput odot dan legum indigofera yang berjumlah 3 plot.

Keterangan: Agresivitas dihitung pada pola penanaman campuran saja.

3.6. Analisis Data

Produksi relatif dan persaingan rumput odot dan legum indigofera yang ditanam dengan sistem tumpangsari dihitung menggunakan hasil Rasio ekuivalen lahan (LER) dihitung dengan menggunakn rumus menurut (Banik et al., 2006;

Yilmaz et al., 2008; Dhima et al., 2007; Oseni, 2010), Koefisien (K) dihitung menggunakan rumus menurut (Banik et al., 2006), Kompetisi rasio (CR) dihitung menggunakan rumus menurut (Banik et al., 2006), Agresivitas (A) dihitung menggunakan rumus menurut (Dhima et al., 2007).

Data hasil penelitian produksi segar dan produksi bahan kering dianalisa secara statistik dengan menggunakan Analysis of varian (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan maka akan dilakukan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993) untuk melihat signifikan antar perlakuan.

Model linier aditif secara umum dari rancangan satu arah dengan rancangan acak kelompok menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:

Dimana: i = 1,2….,6 dan j = 1,2…., r

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-I dan kelompok ke-j = Rataan umum

i = Pengaruh perlakuan ke- i βj = Pengaruh kelompok ke- j

(37)

ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke- I dan kelompok ke- j Tabel 3.1. Analisis ragam

Sumber Keragaman

(SK)

Derajat Bebas

(DB)

Jumlah kuadrat (JK)

Kuadrat tengah

(KT)

F-hitung

F tabel 0,05 0,01

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG - -

Kelompok b-1 JKK KTK KTK/KTG - -

Galat (b-1)(b-1) JKG KTG - - -

Total bt-1 JKT - - - -

Langkah perhitunganya dapat diuraikan sebagai berikut:

FK (Faktor koreksi) FK =

JKT (Jumlah kuadrat total) JKT = - FK JKK (Jumlah kuadrat kelompok) JKK= Ʃ – FK JKP (Jumlah kuadrat perlakuan) =JKP = – – FK JKG (Jumlah kuadrat galat) = JKG = JKT-JKK-JKP KTP (Kuadrat tengah perlakuan) = JKP/dbP

KTK (Kuadrat tengah kelompok) = JKK/dbK KTG (Kuadrat tengah galat) = JKG/dbG F Hitung =

Apabila terdapat perbedaan pengaruh pada perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Uji jarak Duncan adalah sebagai berikut:

UJD = R x √ Keterangan

ɑ : Taraf uji nyata ρ : Banyaknya perlakuan

R: Nilai dari tabel uji jarak Duncan

(38)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa produktifitas rumput odot dan indigofera meningkat dengan pola tanam campuran pada pemotongan pertama. Berdasarkan nilai Koefisien (K), Kempetisi Rasio (CR) dan Agresivitas (A) maka rumput odot lebih dominan dan egresif dibandingkan indigofera dan berdasarkan nilai Land Equivalent Ratio (LER) pola tanam campuran odot dan indigofera lebih efektif dalam pemanfaatan sumber-sumber lingkungan untuk pertumbuhan dibandingkan pola tanam tunggal.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian untuk keefektifan pemanfaatan sumber daya lahan disarankan untuk melakukan pola tanam campuran terhadap jenis tanaman yang tidak bersaing terhadap tanaman lainnya seperti gamal dengan rumput odot.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2008. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius.

Yogyakarta.

Adalina, Y., A. Luciasih dan R. Andi. 2010. Sumber Bahan Pewarna Alami Sebagai Tinta Sidik Jari Pemilu. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.

Aidah, S. N., dan Tim Penerbit KBM Indonesia. 2020. Ensiklopedi Jagung:

Deskripsi, Filosofi, Manfaat, Budidaya dan Peluang Bisnisnya.

PENERBIT KBM INDONESIA. https://books.google.co.id/books?id

=Ocg EAAAQBAJ

Ali, A. 2006. Nutritive Value of Mulberry (morus alba) Hay As A Feed Supplement ForSheep. Thesis. University Putra Malaysia. Malaysia. 129p.

Ali, A., L. Abdullah, PDMH Karti, MA. Chozin, DA. Astuti. 2013. Production, Competition Indices, and Nutritive Values of Setaria splendida, Centrosema pubescens, and Clitoria ternatea in Mixed Cropping Systems in Petland. Journal of Animal Sience and Technology, 36(3):159-236.

Ali, A., L. Abdullah, PDMH Karti, MA. Chozin, DA. Astuti. 2014. Production and Nutritive Value of Indigofera zollingeriana and Leucaena leucocephala in Peatland. Animal Production, 16(3):156-164.

Ariel, C. O, O. A Eduardo, G. E. Benito and G. Lidia. 2013. Effects of Two Plant Arrangements in corn (Zea Mays L.) and Soyben (Glycine max L. Merril) Intercropping on Soil Nitrogen and Phosphorous Status and Growth of Component Crops at an Argentina Argiudoll. American Journal of Agriculture and Forestry, 1(2): 22 – 31.

Banik, P., A. Midya, BK Sarkar, dan SS Ghose. 2006. Gandum dan sistem tumpangsari buncis dalam percobaan seri aditif: Keuntungan dan pengendalian gulma. eur. J. Agro. 24(4): 325–332.

Basuki, W. 2013. Pola Tanam Masyarakat di Sekitar Hutan Bunder Gunung Kidul. Jurnal Rekayasa Lingkungan, 13(2): 16-30.

Dhalika, T., Mansyur, H. K. Mustafa, dan H. Supratman. 2006. Imbangan Rumput Afrika (Cynodon plectostachyus) dan Leguminosa Sentro (Centrosema pubescans) dalam Sistem Pastura Campuran terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan. Jurnal Ilmu Ternak, 16(2): 163-168.

Dhima, K. V, A. S. Lithourgidis, I. B. Vasilakoglou and C. A. Dordas. 2007.

Competition Indices of Common Vetch and Cereal Intercrops in Two Seeding Ratio. Field Crops Res, 100: 249-256.

(40)

Elliot, 2009. Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning.

Singapore: Mc Graw-Hill Book

Ginting, P. Simon. 2012. Kualitas Nutrisi dan Pemanfatan Genus Indigofera Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Loka Penelitian Kambing Potong.

Sumatra Utara.

Halim, M. R. A., S. Samsuri, I.A., Bakar. 2013. Yield and Nutritive Quality of Nine Napier Grass Varieties in Malaysia. J Anim Sci, 16(2): 37-44.

Handian, P. dan B.W. Putera. 2014. Pemanfaatan lahan tidur untuk penggemukan sapi. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 1(2): 92 - 96. ISSN:

2355-6226.

Herdiawan, I. 2013. Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigofera sp. zollingeriana pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan. JITV, 18(4): 258-264.

Herlina, E. 1996. Prinsip-Prinsip Seleksi Bahan Pustaka pada Perpustakaan Khusus, Jurnal Perpustakaan Pertanian Volume V, Nomor 1, Maret 1996.

Bogor: Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian.

Hermawati, T. D. (2016). Kajian Ekonomi Antara Pola Tanam Monokultur Dan Tumpangsari. Inovasi, 18 (1): 66–71.

Kaca, I. N., L. Suariani, N. K. E. Suwitari, danI. G. A. M. P. Sanjaya. 2019.

Budidaya Rumput Odot di Desa Sulangai Kecamatan Petang Kabupaten Badung-Bali. Community Service Journal (CSJ), 2(1): 29-33.

Lasamadi, R. D., S. S. Malalantang, Rustandi dan S. D. Anis. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan (Pennisetum purpureun Cv. Mott) yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi EM4. Jurnal Zootek, 32(5): 158 – 171.

Lestari, A. T., Aksarah, A., dan Noer, H. 2020. Pengaruh waktu tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis yang ditumpangsarikan dengan tanaman kacang tanah. Agrotech, 1(1): 1-8.

Lestari, Y., M. Noor, E. Pangaribuan. 2007. Pemberian Dolomit dan Unsur Cu, Zn pada Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Lahan Gambut.

Banjarbaru: Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.

Lithourgidis, A. S., C. A. Dordas, C.A. Damalas, D.N. Vlachostergios. 2011.

Annual Intercrops: an Alternative Pathway for Sustainable Agriculture.

Aust. J. Australian Crop Sci. 5(4): 396-410.

Magge, P. 2005. United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service: Brownseed Paspalum (Paspalum plicatulum Vasey). USDA NRCS National Plant Data Center, Baton Rouge, Louisiana.

(41)

Mahapatra, S.C. 2011. Studi tumpangsari rumput-kacang-kacangan sistem dalam hal indeks persaingan dan indeks keuntungan moneter di bawah tanah asam laterit India. J. Eks. Pertanian, 1:1-6.

Marassing, J., K. Dompas, dan Bawelo. 2013. Produksi dan Kualitas Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang Diberi Pupuk Hasil Fermentasi EM4. Jurnal zootek, 32(5): 158-171.

Marty, C., A. Pornon, N. Escaravage, P. Winterton, dan T. Lalabirin. 2009.

Interaksi Kompleks Antara Legum dan Dua Rumput di Padang Rumput Subalpine. J. Bot, 96: 1814– 1820.

Mattjik, A. dan Sumertajaya, I. 2006. Percobaan Perancangan. IPB Pres. Bogor.

Mucheru-Muna, M., P. Pypers, D. Mugendi, J. Kung’u, J. Mugwe, R. Merckx, B.

Vanlauwe. 2010. Staggered maize-legume intercrop arrangement robustly increases crop yields and economic returns in the highlands of Central Kenya. Field Crops Res, 115:132-139.

Muhakka, S. Napoleon, dan P. Rosa. 2012. Efek mempersembahkan pupuk cair terhadap produksi rumput gajah Taiwan (Pennisetum purpureum schumach). Jurnal Peternakan Sriwijaya, 1(1):48- 54.

Musfal. 2010. Potensi cendawan mikoriza arbuskula untuk meningkatkan hasil tanaman jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4):154-158.

Oseni, T.O. 2010. Evaluasi tanaman sela sorgum-kacang sapi produktivitas agroekologi sabana menggunakan indeks persaingan. J. Pertanian Sci, 2:

229-234.

Palupi, R., L. Abdullah, DA. Astuti, Sumiati. 2014. High Antioxidant Egg Production Through Substitution of Soybean Meal by Indigofera sp top Leaf Meal in Laying Hen Diets. Int J Poult Sci, 13:198-203.

Pirhofer-Walzl, K., J. Rasmussen, H. Høgh-Jensen, J. Erik-sen, K. Søegaard, dan J. Rasmussen. 2012. Transfer nitrogen dari legum hijauan ke sembilan tanaman tetangga di padang rumput multi-spesies. Tanah Tanaman.

350:71–84.

Pitaloka, D. 2018. Lahan Kering Dan Pola Tanam Untuk Mempertahankan Kelestarian Alam. Jurnal Teknologi Terapan: G-Tech. 2(1): 119 – 126.

https://doi.org/10.33379/gtech.v2i1.329

Purbajanti. 2013. Rumput dan Legum sebagai Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 212 hal.

Purwawangsa, H. dan B. W. Putera. 2014. Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Penggemukan Sapi. Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 1(2):

92-96.

(42)

Raharja dan W. Wiryanto. 2005. Diktat Dasar-dasar Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Rellam, C. R., A. Rumambi dan Rustandi. 2017. Pengaruh naungan dan pemupukan nitrogen pada karakteristik morfologis rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott). Jurnal Zootek, 27 (1): 179-185.

Ressie, M. L. Mullik M. L. dan Dato T. D. 2018. Pengaruh Pemupukan dan Interval Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpureum cv Mott). Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 13(2): 182-188.

Rinaldi R, Hairul B, dan Manfarizah. 2012. Bahaya erosi dan upaya konservasi padang penggembalaan sapi di aceh besar. Jurnal Manajemen Sumber Daya Lahan, 1(2): 136-145.

Rismunandar. 2007. Mendayagunakan Tanaman Rumput. Sinar Baru Algensindo.

Bandung. 110 hal.

Sada, S. M., B. B. Koten, B. Ndoen, A. Paga, P. Toe, R. Wea, dan Ariyanto. 2018.

Pengaruh Interval Waktu Pemberian Pupuk Organic Cair Berbahan Baku Keong Mas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Hijauan Pennisetum perpureum cv. Mott. Jurnal Ilmiah Inovasi, 18(1):42-47.

Seseray, D.Y., B. Santoso dan M. N. Lekitoo. 2013. Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureim) yang Diberi Pupuk N, P dan K dengan Dosis 0,50 dan 100% pada Devoliasi Hari ke-45. Sains Peternakan, 11(1): 49-55.

Setjanata, S. 1983. Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usaha tani dalam Usaha Intensifikasi.

Simatupang, B. 2013. Hijauan Indigofera sp kambing, nutrisi hijauan.

https://www.scribd.com/doc/218961841/Mengenal-Hijauan-Bernutrisi-Tinggi- Indigofera-Sp-Untuk-Ternak-Kambing#scribd. Widyaiswara Muda BBPP Kupang diakses pada hari Jumat, 04 Oktober 2021.

Sirait, J., Kiston S dan Rijanto H. 2012. Potensi Indigofera sp. Sebagai Pakan Kambing: Produksi, Nilai Nutrisi dan Palatabilitas. Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih. Sumatera Utara

Sirenden, R. T., Anwar, M. dan Damanik, Z. (2016). Pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max Merr) yang diberi pupuk nitrogen dan molybdenum pada tanah podsolik merah kuning. J. Agrium, 13(2): 69-74.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (Pendekatan Biometrik). Penerjemahan B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

(43)

United States Department of Agriculture. 2012. Plants Profile for Pennisetum purpureum Schumach-Elephant Grass. National Resources Conservation Services. United State Department of Agricultural. http://plants.usda.gov.

Urribari. L., A. Ferrer. and A. Collina. 2013. Leaf protein from ammonia treasted dwarf elephant grass (Pannisetum purpureum Schum cv. Mott). Journal of Applied.Biochemistry and Biotechnology. Humana Press Inc, 122(1-3):

727-730.

Willey, R. W. 1979. Intercropping – its importance and research needs. Part – 1.

Competition and yield advantages. Field Crop Abstr, 32, 1 – 10.

Wirosoedarmo. 1985. Dasar Budidaya Tanaman dan Pola Tanam.

http://blog.ub.ac.id/angrenanirindu/2013/05/31/tipus-tanaman-dan- polatanam-serta-pemulsaan/ diakses 10 September 2021.

Yasin, S. 2013. Produksi Ternak Ruminansia. Penerbit Pustaka Reka Cipta.

Bandung. 286 hal.

Yilmaz, S., M. Atak, dan M. Erayman. 2008. Identifikasi iklan keuntungan tumpangsari jagung-kacang-kacangan dari pada tanam soliter melalui indeks persaingan di Wilayah Mediterania Timur. Turki. J. Pertanian, 32:

111-119.

Zhang, F. dan L. Li. 2003. Menggunakan pendekatan kompetitif dan fasilitatif interaksi dalam sistem tumpang sari meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan nutrisi. Jurnal Tanah Tanaman, 248: 305-312.

Zuchri, A. 2007. Optimalisasi Hasil Tanaman Kacang Tanah dan Jagung Dalam Tumpangsari melalui Pengaturan Baris Tanam dan Perompesan Daun Jagung. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unijoyo. Embryo, 4(2):157-163.

(44)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Poduksi segar hijauan

Perlakuan Kelompok Total Rata" Stdev

1 2 3

OT 571,8 474,6 508,7 1.555,10 518,37 49,32 IT 572,2 619,9 385,4 1.577,50 525,83 123,93

OC 577,9 466,3 583 1.627,20 542,4 65,95

IC 730,3 646,8 403,3 1.780,40 593,46 169,90 Total 2.452,20 2.207,60 1.880,40 6.540,20

FK = (Y,,)2 b,t

= 6.540,2² 4.3

= 3.564.518

JKT = ∑Y2ij – FK

= (571,8² + 474,6² + 508,7²+…+ 403,3²) ˗ 3.564.518

= 112.312,42

JKK = ∑Y2j – FK b

= (2.452,22 + 2.207,62 + 1.880,42) – 3.564.518

4

= 41.153,69

JKP = ∑Y2i – FK b

= (1.555,12 + 1.577,52 + 1.627,22 + 1.780,42) – 3.564.518 3

= 10.297,42

JKG = JKT – JKP - JKK

= 112.312,42 – 41.153,69 – 10.297,42

= 60.861,31

(45)

KTK = JKK = 41.153,69 = 20.576,84 Dbk 2

KTP = JKP = 10.297,42 = 3.432,47 Dbp 3

KTG = JKG = 60.861,31 = 10.143,55 Dbg 6

F hit P = KTP = 3.432,47 = 0,34 KTG 10.143,55

F hit K = KTK = 20.576,84 = 2,03 KTG 10.143,55

Tabel anova

SK Db JK KT Fhit Ftabel Sig.

5% 1%

Perlakuan 3 10.297,42 3.432,47 0,34 4,76 9,78 ns Kelompok 2 41.153,69 20.576,84 2,03 5,14 10,92 ns

Galat 6 60.861,31 10.143,55 Total 11

112.312,4

2

Referensi

Dokumen terkait

Peramalan jumlah kebutuhan telepon untuk masa yang akan datang merupakan faktor yang penting untuk menyusun strategi pengadaan atau pembangunan sarana-sarana yang

Penduga parameter distribusi generalized Weibull dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum mempunyai sifat ketakbiasan yang diperoleh untuk parameter ( , , ) mempunyai bias

Selain permasalahan mendasar tersebut di atas, dalam satu tahun terakhir terdapat beberapa isu penting/strategis yang perlu penanganan segera, yaitu: peningkatan akses dan

Perencanaan perkuatan kombinasi dengan alternatif geotextile wall dan penggantian tanah dasar/ replacement ; geotextile wall.. dan cerucuk Kontrol

nya metode-metode kajian yang diadopsi dari Barat, metode itu digunakan untuk mengkaji Islam dalam presfektif Islam, sedangkan dampak negativenya adalah pandangan

Untuk melihat apakah ada perbedaan efek antiinflamasi eugenol dengan efek antiinflamasi ekstrak jahe merah pada konsentrasi 1% dan 2% pada gigi yang

Bila produk yang diatas ban berjalan tidak sesuai dengan rencana maka alarm akan berbunyi dan lampu akan menyala yang berarti ada masalah. Sensor semacam ini banyak dijumpai

Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik, atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya