• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Ayat-Ayat Amar Makruf Nahi Munkar dalam Front Pembela Islam di Kabupaten Jember.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Implementasi Ayat-Ayat Amar Makruf Nahi Munkar dalam Front Pembela Islam di Kabupaten Jember."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar SarjanaTheologi Islam ( S.Th. I) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi Tafsir Hadist

Oleh:

FAZA FINNIDHOL NIM : 082112005

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS

JUNI 2015

(2)

S K R I P S I

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar SarjanaTheologi Islam ( S.Th. I) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi Tafsir Hadist

Oleh :

Faza Finnidhol NIM : 082112005

Disetujui Pembimbing

Al-Furqon, M,Th.I NIP. 19780727 200912 1 004

(3)

SKRIPSI

Telah diujikan dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th.I) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora Program Studi Tafsir Hadits

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. M. Khusna Amal, S.Ag, M.Si NIP. 19721208 199803 1 001

Muhammad Faisol, SS, M.Ag NIP.

Anggota:

1. Dr. Imam Bonjol Juhari, S.Ag, M.SI ( )

2. Al-Furqon, M.Th.I ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Dr. Abdul Haris, M.Ag NIP. 19710107 200003 1 003

(4)

ِمي ِحَّرلا ِنَْحَّْرلا ِهَّللا ِمْسِب















































“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang

fasik” (QS. Ali Imran:110)

(5)

kebaikan dan mencegah kemunkaran yang dalam al-Quran disebut dengan istilah amar makruf nahi munkar. Amar makruf nahi munkar adalah memerintahkan/mengajak diri sendiri dan orang lain untuk melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh agama dan juga melarang/mencegah diri dan orang lain dari perbuatan-perbuatan yang dipandang buruk oleh agama. Aktifitas amar makruf nahi munkar telah ada pada zaman salaf as-Shalih, aktifitas tersebut sudah menjadi ciri khas masyarakat Islam sejak dahulu. Dalam Islam lembaga yang menangani perkara amar makruf nahi munkar adalah hisbah sedang petugasnya disebut muhtasib. Seiring berjalannya waktu, institusi hisbah semakin lama terus mengalami perkembangan dan sistemnya lebih terstruktur.

Di Indonesia sendiri, aktifitas amar makruf nahi munkar juga terus mewarnai umat muslimin di nusantara, salah satu organisasi atau komunitas yang kerapkali menggerakkan amar makruf nahi munkar di bumi nusantara adalah Front Pembela Islam (FPI). FPI seringkali diberitakan negatif baik di televisi maupun media cetak akan aksi-aksinya yang identik dengan kekerasan. Meskipun hal itu belum tentu benar dan belum jelas asbab an-nuzul dari aksi-aksi FPI tersebut. Karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti tentang FPI lebihintensif lagi.

Fokus utama dari penelitan ini adalah tentang “Metode Front Pembela Islam dalam mengimplementasikan ayat-ayat amar makruf nahi munkar di Kabupaten Jember”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi dan juga metode FPI dalam menegakkan amar makruf nahi munkar.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, sedangkan jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data yang utama menyandarkan pada wawancara dan pengamatan. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan data, observasi langsung dan dokumentasi.

implementasi ayat-ayat amar makruf nahi munkar dalam Front Pembela Islam di Kabupaten Jember adalah yang pertama, dalam menyemarakkan aktifitas amar makruf, kegiatan-kegiatan yang dilakukan FPI Jember diantaranya adalah bakti sosial, pengajian rutin, membantu korban bencana alam, santunan anak yatim dan janda, dll. Kemudian yang kedua, dalam mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah FPI berpedoman pada prosedur dari FPI pusat yakni menggalang dukungan bersama dengan masyarakat dan berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang dalam menegur dan menertibkan tempat-tempat maksiat dan setelah melalui waktu yang panjang dan juga beberapa kali peringatan tidak digubris, maka melakukan aksi yang tegas.

(6)

Al-hamdulillah dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis benar- benar bersyukur pada Allah SWT yang memberikan nikmat yang tak terhingga terutama nikmat sehat dan waktu luang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Solawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajari kita untuk senantiasa berpegang teguh dalam jalan yang diridhoi Allah SWT. Dan tentunya telah melibatkan banyak pihak yang telah ikut berperan aktif serta memberikan motivasi kepada penulis. Untuk itulah, penulis merasa perlu untuk menghaturkan dan mempersembahkan banyak terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta penulis: Ayahanda tercinta (Bpk. Muntoha) dan Ibunda tercinta (Umi Siti Khodijah), (Mama Haziza, S.Pd) yang selalu bilang, “kapan marine sekolahmu, le?”. disertai dengan rasa penghormatan yang sedalam- dalamnya yang telah mengasuh, membimbing, mendidik, serta telah banyak berkorban baik moril maupun materil, dan tidak henti-hentinya mendo’akan nanda sehinnga dapat menyelesaikan skripsi ini. Kakak-kakak dan Adik- adikku tercinta, Mbak Hanum, Mbak Ulin, In’am, Icha, Manja, Fauqy.

2. Guru dan juga Kyaiku di Ponpes Yasinat Jember KH. Imam Baghowi Burhan yang telah mengajariku arti kehidupan dan juga membimbingku menjadi orang yang lebih bertanggung jawab.

3. Seluruh guru yang pernah memberiku ilmu mulai sejak SD sampai perguruan tinggi yang tak akan pernah kulupakan seluruh jasa-jasamu.

4. Dosen Pembimbingku Ustadz Al-Furqon, M.Th.I yang ikhlas membimbingku menyelesaikan skripsiku hingga tuntas. Beliau dosen yang memahami segala kekurangan dan memberi solusi segala kesalahanku tanpa pernah memarahi ataupun mencaciku dalam proses studi di Kampus ini.

5. Kepada seluruh dosen dari tim penguji sidang skripsiku yang telah memberi masukan berharga demi kebaikan skripsiku.

(7)

2011 dan sahabat-sahabatku di Ponpes Yasinat, SDN 9 Tegalharjo, SMPN 3 Glenmore, MAN Jember 1 yang telah mewarnai dan memberi senyum di masa kecil, remaja hingga dewasa.

(8)

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tim Penguji ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematka Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 15

A. Penelitian Terdahulu ... 15

B. Kajian Teori ... 17

1. Definisi Amar Makruf Nahi Munkar ... 17

2. Amar Makruf Nahi Munkar dalam Sejarah Islam ... 20

(9)

6. Tahapan-Tahapan Amar Makruf Nahi Munkar ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 44

C. Subjek Peneitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Analisis Data ... 49

F. Keabsahan Data ... 50

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 53

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 55

A. Gambaran Objek Penelitian ... 55

1. Profil dan Sejarah organisasi FPI ... 55

2. Filosofi Lambang FPI ... 58

3. Struktur Organisasi FPI Jember ... 59

4. Prosedur Amar Makruf Nahi Munkar FPI ... 61

B. Penyajian Data dan Analisis ... 71

1. Dalil-Dalil Pedoman Amar Makruf Nahi Munkar FPI ... 71

2. Karakteristik Perjuangan FPI ... 74

3. Implemantasi Ayat-Ayat amar Makruf nahi Munkar di Kabupaten Jember ... 79

(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang dibawa Nabi Muhammad sebagai pencerah bagi umat manusia. Sebelum masa-masa Islam, daerah Arab yang menjadi cikal bakal lahirnya islam, mengalami masa-masa yang begitu suram dan memprihatinkan. Berbagai macam bentuk kemunkaran seperti kemusyrikan, kejahatan seksual, penindasan wanita terjadi dimana-mana. Periode inilah yang dalam dunia Islam disebut masa-masa jahiliyyah. Suatu periode dimana bangsa Arab pada saat itu mengalami kekacauan sosial karena tidak adanya otoritas dalam hukum, tidak adanya seorang Nabi dan kitab suci sebagai pedoman hidup.1

Namun semua itu berubah ketika seorang bernama Muhammad diutus oleh Tuhan sebagai seorang Rosulullah. Nabi Muhammad adalah sorang nabi yang berasal dari suku Qurasy. Tepatnya Bani Hasyim, salah satu dari kelompok suku Quraisy yang disegani dan dihormati pada waktu itu.

Kehadiran Nabi Muhammad di tengah-tengah masyarakat jahiliyyah memberikan pencerahan dan perubahan yang begitu besar. Meskipun pada awal-awal perjuangannaya beliau seringkali mendapat banyak ancaman dan rintangan. Perlahan namun pasti ajaran Islam yang dibawa oleh rosulullah mendapatkan sambutan yang hangat oleh orang-orang disekitarnya.

1 K. Hitti Philiip, Sejarah dan Budaya Arab (Jakarta: Serambi, 2002), 108.

(12)

Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang terbaik yang dimunculkan Allah ke muka bumi. Kehadiran Islam adalah untuk seluruh umat menusia. Islam mengajarkan penyerahan diri hanya kepada Allah SWT.

Manusia niscaya beriman, berbuat baik dan menjadi contoh kepada yang lain untuk melakukan perbuatan baik dam memiliki kemampuan melihat bahwa kebaikan dan kebenaran akan menang, menjauhkan diri dari kebatilan, kekafiran, kemusyrikan, dan menyalahi Rosulullah SAW dan menjadi contoh kepada yang lain untuk menjauhi kebatilan serta meyakini bahwa kebatilan dan kezhaliman akan kalah.2 Allah SWT berfirman:

















































Artinya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran/3:110)

Salah satu ajaran Islam yang begitu dianjurkan oleh Rosulullah adalah Amar makruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu pilar ajaran Islam yang sangat fundamental. Amar ma’ruf nahi munkar ibarat

2 Tahir bin Ya’qub al-Fairuz Abadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni ‘Abbas (Beirut: Darul Fikr, 1995), 64.

(13)

dua sisi dari satu keping mata uang yang sama. Satu sama lain saling melengkapi, saling mengisi, mengukuhkan dan menyempurnakan eksisitensinya. Aktivitas amar makruf niscaya diikuti dengan nahi munkar.

Sedangkan aktivitas nahi munkar niscaya ditindaklanjuti dengan amar ma’ruf.

Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Dalam surah Ali Imran ayat 104 Allah SWT berfirman:































Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Amar makruf merupakan suatu bentuk kesetiakawanan sosial untuk menerapkan kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan manusia dan mempersatukan seluruh potensi untuk menegakkan bangunan social atas landasan yang kokoh. Kalau individu dalam masyarakat dibiarkan mengerjakan atau meninggalkan apa saja yang mereka inginkan, berarti masyarakat telah ditundukkan pada keinginan-keinginan individu yang akan meruntuhkan keberadaan masyarakat, karena tiadanya unsure yang bisa memelihara persatuan dan merealisasikan kekuatan masyarakat. Itulah

(14)

sebabnya maka amar makruf merupakan suatu kewajiban yang sangat berbobot nilainya dalam syariat Islam.3

Amar makruf nahi munkar merupakan kebajikan terbesar yang diperintahkan Allah kepeda orang beriman. Karena itu setiap mukmin harus berusaha sungguh-sungguh agar amar makrufnya membuahkan kemakrufan dan nahi munkarnya tidak menimbulkan kemunkaran yang lain.4

Menegakkan kebaikan dan memberantas kemunkaran tidaklah cukup hanya dengan suara hati dan berdiam diri saja. Akan tetapi untuk mengimplementasikan ayat-ayat amar ma’ruf nahi munkar diperlukan keaktifan dan kesiapan untuk berjuang di jalan Allah. Memang dalam situasi zaman seperti sekarang ini, kemaksiatan, kemunkaran dan kedholiman sudah mewabah dimana-mana seakan-akan sudah menjadi tren, para pelaku kemaksiatan sudah tidak malu lagi melakukan hal-hal yang melanggar norma agama maupun norma masyarakat.

Gaya hidup yang sedemikian itu seharusnya membuat kita miris, banyak generasi muda yang pergaulannya sudah kelewat batas dan terlalu bebas, sehingga saat ini sudah tidak aneh lagi jika banyak remaja-remaja berusia belasan yang telah melakukan hubungan suami-istri di luar pernikahan. Belum lagi kehadiran tempat-tempat hiburan malam yang sudah menyebar di berbagai tempat mulai dari desa sampai kota-kota besar.

Tempat-tempat hiburan ini boleh dibilang sebagai pusat ataupun sarang kemaksiatan dan kemunkaran. Selain menyediakan minuman keras yang

3 Muhammad Husain Fadlullah, Islam dan Logika Kekuatan, (Bandung: Mizan, 1995), 106.

4 Ibnu Taimiyyah, Amar Makruf Nahi Munkar, terj. Bustanudin Agus dan Kamaluddin Marzuki (Jakarta: Menteng Raya Enam Dua, 1988), 39.

(15)

merupakan barang yang diharamkan agama. Tempat-tempat hiburan malam kerapkali dijadikan tempat untuk mengumbar kemaksiatan, seperti prostitusi terselubung dan juga transaksi narkoba.

Memang, menegakkan amar makruf nahi munkar tidaklah semudah membalikkan tangan. Apalagi para penegak hukum ataupun pihak berwajib yang mempunyai tugas untuk memberantas kemunkaran dan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat malah terkesan membiarkan. Justru ada sebagian oknum penegak hukum yang ikut-ikutan melakukan kemunkaran bahkan ada sebagian dari mereka yang membackingi tempat-tempat kemaksiatan.

Melihat fakta tersebut, muncul beberapa pihak yang merasa gerah akan fenomena itu, sehingga muncul gagasan dari mereka untuk membentuk suatu komunitas yang mempunyai misi menebarkan kebaikan dan memerangi kemunkaran. Dari situlah lahir berberapa organisasi yang berasaskan “amar ma’ruf nahi munkar”. Organisasi tersebut diantaranya Ittihadul Muballighin, al-Washliyyah, Persatuan Islam (Persis), Front Pembela Islam (FPI) Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), dan lain sebagainya.

Salah satu organisasi Islam yang getol dalam memerangi kemunkaran adalah Front Pembela Islam (FPI). Mungkin sudah sering kita dengar pemberitaan di media cetak maupun televisi aksi-aksi pemberantasan tempat- tempat kemaksiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut.

Namun dalam implementasinya, ada beberapa kelompok dalam Islam, yang dalam sudut pandang penelitian ini adalah Organisasi Front Pembela Islam (FPI) menerapkan gerakan amar makruf nahi munkar dengan cara yang dianggap kasar dan kejam oleh sebagian besar masyarakat pada umumnya.

(16)

Seringkali dalam menjalankan aksinya, para laskar FPI kerapkali bersenggolan dengan aparat-aparat penegak hukum dan juga pengelola- pengelola tempat hiburan sehingga menimpulkan bentrokan-bentrokan yang menyebabkan kerusakan-kerusakan fasilitas-fasilitas umum, yang terbaru adalah bentrokan laskar FPI dengan aparat kepolisian saat demo penolakan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) menjadi gubernur DKI Jakarta. Bentroka- bentrokan inilah yang kemudian menjadi makanan empuk media untuk dijadikan berita yang kemudian menjadi tontonan masyarakat awam sehingga pengetahuan masyarakat tentang FPI hanya sebatas kekerasan dan bentrokannya saja sehingga seakan-akan FPI adalah organisasi yang identik dengan kekerasan. Akan tetapi menurut pemahaman kelompok tersebut, mereka sudah melaksanakan amar makruf nahi munkar sesuai dengan cara- cara yang diajarkan oleh Islam. Sehingga hal ini menimbulkan kontroversi yang tidak kunjung selesai.

Keseriusan FPI dalam menegakkan amar makruf nahi munkar bukanlah isapan jempol belaka. Sudah banyak sekali penertiban-penertiban tempat kemaksiatan yang dilakukan oleh FPI. FPI yang pada periode awal berdirinya terkenal akan pemberantasan kemaksiatan di Ibu Kota Jakarta saja, kini sudah menebarkan sayapnya di berbagai daerah di Indonesia. Ini terbukti dengan banyaknya kantor perwakilan daerah/propinsi maupun kantor perwakilan kota/kabupaten yang berdiri di Indonesia, salahsatunya terdapat di Kabupaten Jember.

Fenomena inilah yang membuat peneliti ingin mengecek secara lebih detail, apakah benar opini yang berkembang dalam masyarakat kalau FPI itu

(17)

adalah organisasi yang mengedepankan kekerasan dalam menegakkan amar makruf nahi munkar. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang telah mengakar dalam benak masyarakat awam.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan rumusan hal yang sangat penting di dalam suatu penelitian, karena masalah merupakan objek yang hendak diteliti yang masih bersifat sementara dan akan dikembangkan setelah penelitian masuk ke lapangan atau situasi sosial tertentu.

Dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah disebut dengan fokus penelitian. Bagian ini mencatumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. 5

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini akan difokuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja dalil-dalil yang dijadikan pedoman bagi organisasi FPI dalam beramar ma’ruf nahi munkar?

2. Bagaimana karakteristik perjuangan organisasi FPI dalam konsep amar- ma’ruf nahi munkar?

3. Bagaimana metode Front Pembela Islam (FPI) dalam mengimplementasikan/menerapkan ayat-ayat amar ma’ruf nahi munkar di Kabupaten Jember?

5 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 45.

(18)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu dan konsisten dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.6 Menurut Sudarwan, tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah, bukan menurut tujuan formal penulis skripsi atau tesis.7

Sedangkan menurut Prof. H. Moh Kasiram, M.Sc, tujuan dari dilakukannya penelitian adalah:8

1. Untuk menemukan/mencari sesuatu yang beda/lain dan aktual.

2. Untuk mengembangkan/memperluas dan menggali lebih jauh tentang apa yang sudah ada.

3. Untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan apabila masih ada sesuatu yang masih diragukan.

4. Untuk mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima atau menolak serta mengubah dalil-dalil dengan suatu aplikasi baru dari dalil tersebut.

Mengacu kepada teori diatas, terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian in, yaitu:

1. Menjelaskan dalil-dalil yang dijadikan pedoman bagi FPI dalam beramar ma’ruf nahi munkar.

6 Ibid.

7 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, 91.

8 Muh. Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 52.

(19)

2. Untuk memahami dan menjelaskan karakteristik perjuangan organisasi FPI dalam konsep amar-ma’ruf nahi munkar.

3. Untuk menngetahui metode FPI dalam mengimplementsikan ayat-ayat amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan di Kabupaten Jember.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelititan berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyrkat secara keseluruhan dan kegunaan penelitian harus realistis.9 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang al- Qur’an dan al-Hadits dan untuk mencapai tujuan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman dan mengenalkan peneliti tentang latar belakang organisasi FPI dan visi misinya. Kemudian selain itu penelitian ini dapat memperdalam pemahaman peneliti akan ayat-ayat amar ma’ruf nahi munkar beserta penerapannya dalam organisasi Front Pembela Islam. Selain itu penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam dari IAIN Jember.

9 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

(20)

b. Bagi IAIN Jember, sebagai kontribusi dan sumbangsih dalam bidang keilmuan al-Qur’an dan al-Hadits serta dapat dijadikan referensi maupun pertimbangan sehingga dapat dikembangkan pada kajian- kajian ataupun penelitian-penelitian selanjutnya.

c. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan dan memahamkan kepada masyarakat tentang FPI. Sehingga masyarakat bisa lebih cerdas dalam menilai FPI. Penelitian ini juga akan menjelaskan secara detail prinsip-prinsip dan ajaran FPI dalam ber- amar ma’ruf nahi munkar.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi fokus perhatian peneliti dalam judul penelitian. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan maupun kesalahpahaman dalam memahami makna istilah yang dimaksud oleh peneliti.10

Adapun yang menjadi menjadi definisi istilah dari judul

“IMPLEMENTASI AYAT-AYAT AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR MENURUT FRONT PEMBELA ISLAM DI KABUPATEN JEMBER (Studi Living Qur’an)” adalah sebagai berikut:

1. IMPLEMENTASI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Implementasi berarti pelaksanaan, penerapan.11 Sedangkan dalam Kamus Kata Serapan

10 Ibid.

11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 427.

(21)

dijelaskan implementasi berarti melaksanakan, melengkapi, mengisi, penerapan.12

2. AYAT

Definisi dari ayat adalah bagian terkecil atau terpendek dari surah yang ada dalam al-Qur’an, terdiri atas satu atau sejumlah huruf dan kalimat yang mempunyai arti.13 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan, ayat juga berarti alamat atau tanda, beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian surah di kitab suci, beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian pasal dalam undang-undang.14 Sedangkan dalam Kamus Kata Serapan dijelaskan bahwa definisi ayat adalah frasa/kalimat yang mengandung suatu gagasan dari suatu kitab suci atau undang-undang.15

3. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

Amar ma’ruf mengandung arti memerintahkan orang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan melaksanakan syariat-Nya.

Sedangkan nahi munkar mengandung arti mencegah dari kemusyrikan, mendustakan Rasulullah dan mencegah dari apa yang dilarang-Nya.16 4. FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)

Sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab yang mempunyai visi misi “penegakan amar

12 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2001), 246.

13 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2001), 192.

14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 81.

15 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, 63.

16 Kementrian Agama RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Tafsir al-Qur’an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2013), 17.

(22)

ma’ruf nahi munkar untuk penerapan syari’at Islam secara kaffah di NKRI melalui pelaksanaan dakwah, penegakan hisbah dan pengamalan jihad.”17

5. LIVING QUR’AN

Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa social terkait dengan kehadiran Qur’an di sebuah komunitas muslim tertentu.18

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan impementasi ayat-ayat amar makruf nahi munkar dalam Front Pembela Islam di Kabupaten Jember adalah penerapan ataupun pengamalan ayat-ayat yang berkaitan dengan perintah amar makruf nahi munkar yang dilakukan oleh organisasi Front Pembela Islam (FPI) di kabupaten Jember.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan secara keseluruhan terdiri dari lima bab, dimana tiap-tiap bab terdiri dari beberapa poin sebagai penjabaran.

Pembagian bab-bab ini agar dalam pembahasannya lebih terarah sehingga apa yang dihasilkan sesuai dengan tujuan dan hasilnya, maka disusun sistematika pembahasannya sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang berisi tentang gambaran awal masalah atau keunikan-keunikan yang ditemui selama

17 Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2013), 142.

18 M. Mansyur, dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits,(Yogyakarta: TH Press dan Teras, 2007), 8.

(23)

observasi dan juga alasan pemilihan judul yang dijelaskan secara narasi, dilanjutkan dengan fokus penelitian dan sub fokus penelitian yang akan diteliti yang juga member batasan dari penelitian, selanjutnya ada tujuan penelitian yang mengemukakan tujuan dan arah dalam melakukan penelitian, juga ada manfaat penelitian yang berisi tentang manfaat atau kontribusi apa yang diberikan setelah melakukan penelitian, kemudian selanjutnya terdapat definisi istilah, dan juga sistematika pembahasan.

Bab II: Kajian Kepustakaan, pada bagian berisi penelitian terdahulu yang berisi tentang hasil rangkuman dari penelitian maupun karya-karya tedahulu yang dilakukan dengan tema yang sama. Selanjutnya ada kajian teori yang menjadi landasan penelitian yang dalam hal ini meliputi pengertian amar makruf nahi munkar, tujuan amar makruf nahi munkar, manfaat, dan tata cara amar makruf nahi munkar.

Bab III: Metode Penelitian, pada bab ini tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Jenis penelitian menjelaskan jenis penelitian yang dipilih dan juga alasan memilih jenis penelitian tersebut.

Dan juga pada bab ini terdapat gambaran lokasi penelitian yang menjelaskan dimana penelitian tersebut dilakukan, selanjutnya subjek penelitian melaporkan jenis data dan sumber data dari penelitian, serta teknik pengumpulan data yang menguraikan tekhnik pengumpulan data yang digunakakan dalam melakukan penelitian, selain itu juga berisi tentang analisis data, keabsahan data dan juga tahapan-tahapan penelitian.

Bab IV: Penyajian Data dan Analisis berisi tentang gambaran obyek penelitian yang meliputi sejarah FPI, latar belakang berdirinya FPI, visi misi

(24)

FPI. Kemudian juga meliputi penyajian dan analisis data serta pembahasan temuan.

Bab V: penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan empiris (laporan hasil penelitian) serta ditambah dengan saran yang diharapkan memiliki manfaat untuk pengembangan organisasi.

(25)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Agar dapat menjadi bukti sejauh mana keorisinilan dan posisi penelitian yang hendak dilakukan, maka akan dipaparkan penelitian yang terkait dengan judul, baik itu penelitian yang sudah terpublikasikan ataupun yang belum terpublikasikan.

Dalam ruang lingup akedimis IAIN Jember, penelitian yan berkaitan tentang gerakan amar ma‟ruf nahi munkar oleh FPI tergolong masih baru dan belum pernah dilakukan. Akan tetapi, terdapat buku dan skripsi yang didalamnya membahas dan meneliti tentang fenomena FPI. Beberapa penelitian tersebut adalah:

1. Setiawan, “Orientasi Tindakan dalam Gerakan Nahi Munkar Laskar Front Pembela Islam (FPI) Yogyakarta”, (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009).19 Skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif- kualitatif, karena pendekatan ini dipandang mampu menganalisa realitas social secara mendetail. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa gerakan nahi munkar yang tidak mencerminkan nilai-nilai Islam di Yogyakarta disebabkan karena ada sebagian laskar FPI di Yogyakarta kurang memiliki pemahaman yang baik terhadap pandangan keagamaan organisasi, prosedur gerakan dan bagaimana membentuk suatu gerakan

19 Setiawan, Orientasi Tindakan dalam Gerakan Nahi Munkar Laskar Front Pembela Islam (FPI) Yogyakarta, (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009).

(26)

yang berorientasikan pada tujuan dan strategi yang jelas.

Kekurangpahaman terhadap visi dan misi organisasi ini disebabkan karena longgarnya penerimaan status keanggotaan dalam organisasi.

Sehingga kualitas para laskar di Yogyakarta tidak sebaik lascar FPI di Jakarta.

Apabila dikaitkan dengan penelitian ini penelitian yang dilakukan Setiawan berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Perbedaannya adalah apabila penelitian yang dilakukan oleh Setiawan ini mengangkat tentang fenomena pengamalan nahi munkar organisasi FPI yang dikaitkan dengan ilmu dan realitas sosial, penelitian ini akan membahas tentang pengamalan ayat-ayat amar makruf dalam Front Pembela Islam yang dikaitkan dengan penafsiran-penafsiran para ahli tafsir dan dikuatkan dengan dalil-dalil dari Qur‟an maupun Hadits.

Kemudian persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan adalah kedua penelitian ini sama-sama membahas teori dan juga pengamalan nahi munkar dalam organisasi Front Pembela Islam.

2. Penelitian tentang fenomena juga pernah dilakukan Andri Rosadi, Lc, M.Hum, dalam sebuah buku yang berjudul “Hitam Putih FPI”. Penelitian ini mengungkapkan tentang deskripsi fenomena organisasi FPI dengan membedah gerakannya serta melakukan penelitian langsung dengan

(27)

melakukan wawancara dengan laskar-laskar FPI. Dalam buku ini penulis membeberkan sisi plus dan minus dari organisasi tersebut.20

B. Kajian Teori

kajian teori adalah kajian yang membahas tentang teori yang dijadikan sebagai perspektif dalam melakukan penelitian. Pembahasan teori secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, posisi teori dalam penelitian kualitatif diletakkan sebagai perspektif, bukan untuk diuji.21

1. Definisi amar makruf nahi munkar

Istilah amar makruf nahi munkar terdiri dari empat kosakata. Amar makruf terdiri dari dua kosakata, yakni amar dan makruf. Amar berasal dari kata ارما–رمأي-رما yan berarti menyuruh, memerintahkan, mengajak, membebani sesuatu untuk dilakukan.22 Sedangkan makruf berasal dari kata افورعم فرعي - فرع yang berarti diketahui, dikenal, yang terkenal, masyhur, kebajikan, sesuatu yang diketahui kebaikannya dengan akal.23

Sedangkan istilah nahi mungkar sendiri juga terdiri dari dua kosakata, yakni nahi dan munkar. Nahi berasal dari kata ايهن– ىهني - ىهن yang berarti mencegah, melarang, menghalangi, menghentikan.24 Munkar berasal dari kata ركني-ركنا اركنم yang berarti perkara yang keji, munkar,

20 Ibid, 7.

21 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 46.

22 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1984), 41.

23 Ibid, 989.

24 Ibid, 1570

(28)

tidak diterima, yang ditolak yang dihukumi buruk oleh akal.25 Makruf adalah segala perbuatan yang dibolehkan Allah dan mendekatkan manusia kepada-Nya, sedangkan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan manusia dari Allah.26 Amar makruf mengandung arti memerintahkan orang untuk beriman kepada Allah dan Rosul-Nya dan melaksanakan syariatnya. Sedangkan nahi munkar mengandung arti mencegah dari kemusyrikan, mendustakan Rosulullah dan mencegah dari apa yang dilarangnya.27 Amar makruf, meunyuruh berbuat baik tidak lain merupakan sosialisasi dsan internalisasi nilai-nilai kebajikan, sedangkan nahi munkar, melarang perbuatan buruk adalah pencegahan dan penghapusan kemunkaran.28 Kesediaan amar makruf nahi munkar merupakan salah satu cirri utama orang yang beriman, seperti tertera dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 71:



















































Artinya:

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang

25 Ibid, 1561

26 Burhanuddin bin Uma al-Biqa‟iy, Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, juz 2, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1995), 134-135.

27 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir at-Tabariy, Tafsir at-Tabari, (Beirut: Dar al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1999), 391-392.

28 Muhammad Husain Fadlullah, Islam dan Logika Kekuatan, 38.

(29)

munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam dijelaskan, bahwa amar makruf nahi munkar adalah memerintahkan/mengajak diri dan orang lain melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh agama, dan melarang/mencegah diri dan orang lain dari hal-hal yang dipandang buruk oleh agama.29

Amar makruf ataupun menyuruh berbuat baik tidak lain merupakan sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai kebajikan, sedangkan nahi munkar, melarang perbuatan buruk adalah pencegahan dan penghapusan kemunkaran. Al-Qur‟an menginginkan agar kaum muslim mendukung terciptanya kondisi yang benar yang bersumber pada kehendak Allah dan kepentingan masyarakat dalam seluruh aspeknya.30

Tiap-tiap individu diseru untuk melakukan amar-makruf setara dengan kadar kemampuan masing. Amar makruf telah mengantarkan masyarakat tempo dulu pada kemajuan dan kejayaan serta menjadikan mereka umat terbaik. Kegiatan amar makruf tidak akan sempurna tanpa disertai nahi munkar, sebagaimana nahi munkar tidak akan lengkap tanpa diikuti dengan amar maruf, mengenai hal ini Rosulullah SAW, bersabda:

هم ىار مكىم اركىم يريغيلف

،يديب نإف مل عطتسي

،ًواسلبف نإف

مل عطتسي

،ًبلقبف

كلذو فعضأ ناميلإا

29 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2003), 104.

30 Muhammad Husain Fadlullah, Islam dan Logika Kekuatan, 38.

(30)

Barang siapa diantara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah dia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Said al-Khudriy)

2. Amar Makruf Nahi Munkar dalam Sejarah Islam

a. Amar Makruf Nahi Munkar dalam Kehidupan Salaf as-Shalih

Aktivitas amar makruf nahi munkar merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam, terutama pada generasi salaf as-shalih, generasi yang menjadi model penerapan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kitab-kitab tafsir dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan salaf adalah al-lati sabaqat (yang telah lewat), maqaddamat (yang terdahulu), dalam kamus Lisan al-Arab karya Ibnu Manzur disebutkan bahwa salaf artinya generasi terdahulu, baik perjalanan hidup, usia maupun keutamaannya.31 Makna salaf as-shalih ini berkaitan dengan firman Allah SWT:



















































31 Kementrian Agama RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Tafsir al-Qur‟an Tematik), 115.

(31)

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama- lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.

Berdasarkan penjelasan dan makna ayat diatas, maka yang dimaksud dengan as-salaf as-shalih adalah generasi terdahulu yang saleh, mereka adalah para sahabat dan para tabi‟in dan orang-orang yang mengikuti jejak para sahabat.

Kehidupan dan aktivitas para sahabat seringkali menjadi menjadi penyebab ataupun latar belakang turunnya ayat al-Qur‟an, sehingga secara tidak langsung al-Qur‟an telah memotret kehidupan para sahabat, termasuk prinsip-prinsip yang mereka pegang dalam beramar makruf nahi munkar, adapun prinsip-prinsip tersebut, yaitu:

1. Disertai dengan ilmu pengetahuan, dalam melakukan amar makruf nahi munkar para sahabat memiliki pengetahuan yang sangat mendalam terhadap apa yang hendak dilakukannya.

Amar makruf nahi munkar adalah merubah seseorang, ada sebuah transformasi didalamnya yang tentunya membutuhkan pengetahuan yang mendalam untuk melakukannya. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwasannya para sahabat mempunyai tradisi mendengarkan bacaan Qur‟an dari Rosulullah dan bila mereka mempelejari 10 ayat mereka tidak akan meninggalkannya

(32)

hingga mengamalkan isinya. Mereka mempelajari al-Qur‟an dan mengamalkannya secara keseluruhan.32

2. Menghindari kekerasan, berdakwah dengan lemah lembut melupakan salah satu karakter amar makruf nahi munkar pada masa salaf as-shalih. Hal ini telah diisyaratkan dalam al-Qur‟an:



















































 









Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imran: 159)

Sabab an-Nuzul dari ayat tersebut adalah saat Rosulullah dan para sahabat mengalami kekalahan dalam perang Uhud.

Kekalahan ini disebabkan karena kesalahan dan kelalaian para

32 Al-Qurtubiy, al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 2003), jilid I, 39.

(33)

sahabat. Akan tetapi Rosulullah tidak lantas memarahi para sahabat tersebut, akan tetapi beliau menasihati mereka dengan lembut. Seperti itulah karakteristik dakwah yang dipraktekkan Rosulullah yang kemudian juga dilakukan oleh generasi salaf as- shalih. Dalam sejarah, tercatat sudah banyak sekali bukti-bukti yang menyatakan bahwa dakwah salaf as-shalih dilakukan dengan kelembutan dan tidak mengedepankan kekerasan, seperti pelaksanaan perjanjian Hudaibiyyah, kemudian banyaknya pasukan-pasukan perang non-muslim yang awalnya memusuhi Islam, kemudian setelah melihat dan mempelajari kemuliaan ajaran Islam, banyak dari mereka yang kemudian masuk Islam.

Sebagai contoh adalah kaum kafir Quraisy, pasukan Salib, pasukan Mongol, dan lain-lain.

3. Konsisten, kemudian karakteristik amar makruf nahi munkar pada generasi salaf as-shalih konsisten. Generasi salaf as-shalih senantiasa beristiqomah dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan Rosul-Nya. Generasi salaf as-shalih tidak hanya sekedar mengajak orang lain dalam kebaikan tetapi sebelum itu, mereka terlebih dahulu beristiqomah dalam mengamalkannya.

b. Institusi Amar Makruf Nahi Munkar dalam Sejarah

Dalam al-Qur‟an, salah satu ciri masyarakat Islam adalah masyarakat yang selalu mengajak kepada makruf dan mencegah dari yang munkar. Kewajiban inilah yang kemudian melahirkan institusi atau lembaga peradilan yang disebut dengan hisbah. Hisbah secara

(34)

etimologi berasal dari kata hasaba yang berarti menghitung.

Sedangkan secara istilah hisbah adalah sebuah lembaga yang secara khusus dibentuk oleh pemerintah yang tugasnya untuk menegakkan amar makruf nahi munkar.33

Sedangkan dalam institusi hisbah tentunya harus ada orang- orang yang menggerakkan institusi tersebut, orang-orang ini disebut muhtasib. Muhtasib adalah petugas resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjamin ketaatan masyarakat kepada peraturan- peraturan dan moralitas keagamaan.34

Pada zaman Rasulullah, tradisi hisbah diletakkan langsung fondasinya oleh Rasulullah, beliaulah muhtasib pertama dalam sejarah Islam. Setelah terbentuknya pemerintahan Islam di kota Madinah, salah satu tugas nabi adalah membentuk kembali lembaga- lembaga negara, meletakkan norma-norma perilaku dan menetapkan keputusan-keputusan untuk melindungi dan menegakkan norma- norma tersebut.

Setelah Rosulullah wafat, peranan lembaga hisbah diteruskan oleh Khulafa‟ ar-Rasyidin. Pada periode ini lembaga hisbah lebih agresif lagi. Hal ini dikarenaka populasi muslim yang bertambah semakin banyak.

Sebagai contoh pada zaman Khalifah „Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahan beliau, beliau sendirilah yang bertindak sebagai

33 Kementrian Agama RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Tafsir al-Qur‟an Tematik), 218.

34 Ibid, 219.

(35)

muhtasib yang mengawasi umat siang malam, membawa tongkat dan berkeliling untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku dan kegiatan masyarakat pasar. Khalifah „Umar selalu melakukan pengawasan untuk mengetahui keadaan rakyatnya, memantau kondisi mereka, membantu orang-orang yang membutuhkan dan teraniaya, mempunyai masalah, mencegah segala jenis kejahatan dan lain sebagainya.35

Kemudian institusi hisbah lebih berkembang lagi pada peiode dinasti-dinasti Islam (abad pertengahan). Pada periode ini, intitusi hisbah sudah dijadikan sebagai departemen yang terpisah dengan dijabat oleh staf-staf muhtasib yang berkompeten (arif, jujur, dan bijaksana). Sistem ini mulai diterapkan sejak zaman Bani Umayyah, kemudian dilanjutkan Bani Abbasiyah, Turki Usmani sampai akhirnya institusi ini menjadi lembaga yang pasti ada di setiap negara mayoritas Muslim, meskipun sistem dan penerapannya tentu berbeda di tiap-tiap negara.

Sabagai contoh, institusi hisbah pada zaman Khalifah Abu Ja‟far al-Mansur pada tahun 157 H pada masa pemerintahannya beliau menunjuk Abu Zakaria Yahya sebagai muhtasib. Dengan bertambah luasnya wilayah Khalifah, kantor muhtasib juga diperluas dan memegang sejumlah fungsi yang terus bertambah. Lembaga hisbah turut meluas bersama dengan meluasnya umat Islam di

35 Jaribah bin Ahmad al-Harisi, Fiqih Ekonomi Umar bin Khattab, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2006), 588.

(36)

provinsi-provinsi barat, di Spanyol dan Afrika Utara dan masih menjadi bagian integral dari negara. Bahkan setelah terpecahnya kekhalifahan Baghdad. Demikian pula, menjadi departemen penting selama kekuasaan Fatimiyyah, Ayyub dan Usmaniyyah.

3. Tujuan Amar Makruf Nahi Munkar

Para ulama Islam dari dulu hingga sekarang dari dulu sepakat kalau amar makruf nahi munkar merupakan kewajiban agama yang wajib ditegakkan. Bahkan menurut Imam as-Syaukani, amar makruf nahi munkar termasuk kewajiban yang sangat utama dan menjadi salah satu pokok ajaran agama yang dengannya system dan tatanan Islam dapat Berjaya.36 Kewajiban ini bukan hanya dibebankan kepada umat Islam, tetapi juga kepada umat-umat terdahulu, sebagaimana yang telah diabadikan dalam al-Quran melalui wasiat bijak Luqman kepada anaknya:



































Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang penting (Q.S. Luqman: 17)

Amar ma‟ruf nahi munkar merupakan upaya mempersiapkan dan menciptakan suasana yang kondusif untuk terwujudnya tujuan-tujuan

36 Muhammad bin „Aliy bin Muhammad al-Syaukani, Fath al-Qadir (Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 2007), 237.

(37)

pokok ajaran al-Qur‟an, tujuan-tujuan inilah yang menjadi tujuan utama dalam ber-amar makruf nahi munkar,adapun tujuan-tujuan tersebut adalah:37

1. Menegakkan prinsip ajaran tauhid dan akidah yang benar.

2. Menjaga kemuliaan dan hak-hak mendasar manusia.

3. Membimbing manusia untuk beribadah dan bertaqwa secara berkualitas.

4. Mengajak manusia untuk mensucikan jiwanya.

5. Membangun keluarga bahagia.

6. Membangun masyarakat yang dapat dibanggakan oleh manusia.

7. Mengajak manusia kepada kehidupan yang harmonis.

4. Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Para Ulama sepakat, bahwasannya amar ma‟ruf nahi munkar merupakan kewajiban agama yang wajib ditegakkan. Amar makruf nahi munkar adalah prinsip yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur‟an:































Artinya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah

37 Yusuf al-Qardhawi, Kaifa Nata‟amal ma‟a al-Qur‟an (Kairo: Dar as-Syuruq, 1999), 237.

(38)

dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran: 104).

Ayat ini menunjukkan perintah Allah untuk menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar. Akan tetapi apabila melihat makna teks dari ayat tersebut, kewajiban ini tidak berlaku bagi seluruh mukmin akan tetapi berlaku kepada sebagian umat mukmin saja. Sehingga apabila ada sebagian ummat mukmin yang melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka gugurlah kewajiban amar makruf nahi munkar bagi mukmin yang lain. Sehingga hukum dari amar makruf nahi munkar adalah fardu kifayah.38

Dalam Tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an, Sayyid Quthb berpandangan bahwa haruslah ada segolongan orang mukmin atau satu kekuasaan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar. Oleh karena itu pemerintah dan pihak-pihak yang terkait harus berperan aktif untuk memerintah dan melarang, melaksanakan seruan kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran, bersatu-padu unsur-unsurnya dan saling terikat dalam tali ukhuwah fillah.39

Jumhur ulama fiqih, termasuk diantaranya Imam al-Ghazali, ulama fikih madzhab Syafi‟I, berpendapat bahwa hukum melakukan amar makruf nahi munkar bagi setiap muslim adalah adalah fardu kifayah (kewajiban kolektif umat islam). Maksudnya, jika amar makruf nahi

38 Imam al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin. Terj, (Semarang: CV. Faizan, 1978), 454.

39 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal al-Qur‟an. Terj, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), 124.

(39)

munkar itu telah dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa umat Islam, maka kewajiban umat Islam secara keseluruhan telah lunas. Imam al- Ghazali menafsirkan lafadz min pada QS Ali Imran ayat 104 mengandung makna ta‟bid (sebagian). Dengan demikian menurut beliau, kewajiban amar makruf nahi munkar adalah bersifat fardu kifayah.40 Disamping itu menurut beliau amar makruf nahi munkar dalam kerangka wilayah al-hisbah harus memenuhi empat rukun, yakni:

a. Al-Muhtasib, petugas khusus yang ditunjuk untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar.

b. Al-Muhtasab fih, perbuatan yang menjadi sasaran amar makruf nahi munkar.

c. Al-Muhtasab „alaih, orang yang menjadi sasaran amar makruf nahi munkar.

d. Nafs al-muhtasib, pelaksanaan amar makruf nahi munkar.

Sedangkan menurut Ibnu Taimiiyah, ulama Fiqih madzhab Hambali, perintah amar makruf nahi munkar bagi al-muhtasib (penegak hukum) adalah bersifat fardu kifayah (kewajiban individu), hal ini berdasar pada sabda Rosulullah SAW:

هم ىار مكىم اركىم يريغيلف

،يديب نإف مل عطتسي

،ًواسلبف نإف

مل عطتسي

،ًبلقبف

كلذو فعضأ ناميلإا

Artinya:

40 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 105.

(40)

Barang siapa diantara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah dia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah (Hadits Riwayat Muslim dari Abu Said al-Khudriy)

Menurut Ibnu Taimiyyah dalam menafsirkan kandungan hadits ini beliau berpandangan, kata “hendaklah mengubah dengan tangannya”

dimaknai dengan kekuasaan. Dengan begitu dapat diartikan, bahwa orang-orang yang memiliki kekuasaan yang dalam hal ini adalah al- muhtasib (penegak hukum) mempunyai kewajiban yang berifat individual dalam amar makruf nahi munkar.41

Sedangkan menurut ulama muktazilah (aliran teologi Islam yang rasional dan liberal) menjadikan amar makruf nahi munkar sebagai salah satu prinsip dasar mereka yang dikenal dengan al-usul al-khamsah (prinsip-prinsip yang lima). Atas dasar itu, mereka menyatakan bahwa amar makruf nahi munkar merupakan fardu ain bagi setiap muslimin, tanpa membedakan apakah dia itu seorang muhtasib maupun bukan.

5. Syarat dan Etika Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar makruf nahi munkar dapat dilakukan dengan cara berdakwah, karena dakwah adalah mengajak umat ke jalan Allah dan menjauhi perbuatan yang dilarang oleh agama dengan cara yang bijaksana serta member nasihat yang baik.

a. Syarat Melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar

41 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 106.

(41)

Menurut bahasa syarat adalah janji (suatu tuntutan, atau permintaan yang harus dipenuhi). Selain itu, syarat juga berarti peraturan/ketentuan yang harus diindahkan dan dilakukan.42

Dari pengertian yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa syarat adalah suatu ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan sesuatu. Dengan demikian, maka pengertian dari syarat amar ma‟ruf nahi munkar adalah sesuatu yang harus dipenuhi atau dimiliki oleh seseorang yang hendak melakukan amar ma‟ruf nahi munkar.

Dalam melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, hendaknya orang tersebut terlebih dahulu memenuhi dan memiliki persyaratan dan etika dalam ber-amar ma‟ruf nahi munkar agar dapat terlaksana dengan baik dan dapat memberi manfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Adapun syarat-syarat tersebut, yaitu:43

1. Beriman, karena tidak mungkin orang yang menganjurkan orang lain berbuat baik dan mencegahnya berbuat jahat, sementara dirinya sendiri menjadi penentang dan musuh agama

2. Mukalaf, yaitu orang islam yang telah dibebani tanggung jawab keagamaan, yakni apabila dia sudah sampai usia baligh dan berakal.

3. Lemah lembut dalam melakukan amar ma‟ruf nahi munkar.

42 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 878.

43 Kementrian Agama RI, Amar Makruf Nahi Munkar (Tafsir al-Qur‟an Tematik), 131.

(42)

4. Bijaksana dalam melakukan amar ma‟ruf nahi munkar, seorang da‟i harus bijaksana dalam menyampaikan dakwahnya agar dakwahnya sukses, bijaksana yang dimaksud adalah menggunakan metode yang tepat, Allah SWT berfirman:















































Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dalam amar makruf nahi munkar hikmah mempunyai posisi yang sangat penting, karena dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Dalam menghadapi masyarakat beragam tingkat pendidikan, sosial dan latar belakang budayanya para peleku amar makruf nahi munkar memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki relung hati para pendengarnya dengan tepat, oleh karena itu, para mubaligh/da‟I dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar

(43)

belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima, dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.44

Adapun pengertian mau‟izah hasanah adalah pengajaran yang baik, lemah lembut dan menyejukkan sehingga dapat diterima dengan baik dan memberikan ketentraman.

Sedangkan definisi dari al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

5. Memahami karakter dan kondisi manusia serta lingkungan yang dijadikan objek amar ma‟ruf nahi munkar.

6. Memiiki kepribadian yang baik, setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya juru dakwah professional yang menkhususkan diri di bidang dakwah, seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan dakwah, apakah yang bersifat psikologis (rohaniah), atau yang bersifat fisik.45

Kemudian untuk orang yang menjadi sasaran amar makruf nahi munkar (muhtasib „alaih) mencakup segenap manusia mencakup segala bentuk pekerjaan dan profesinya, baik mukallaf

44 Munzier Saputra, Metode Dakwah, (Jakarta: Pranada Media, 2006), 11.

45 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1994), 35.

(44)

atau bukan, pria atau wanita dan hal ini mencakup segenap lapisan sosial.

b. Etika Melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar

Secara Umum etika dalam melakukan amar ma‟ruf nahi munkar mengikuti etika yang telah digariskan dalam al-Qur‟an dan Hadits, yakni melakukan tindakan-tindakan yang terpuji serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela. Namun secara khusus terdapat etika yang menjadi rambu-rambu etis bagi seorang juru dakwah, etika-etika tersebut antara lain:

1. Satu Kata dengan Perbuatan, Pelaku amar ma‟ruf nahi munkar hendaklah satu kata dengan perbuatannya, yakni apa saja yang dia perintahkan dan dikatakan harus dilakukannya juga dan kemunkaran apa saja yang dia perintah untuk dia tinggalkan, harus dia tinggalkan juga. Sebagai contoh, sungguh sangat aneh apabila ada seseorang yang mengajak orang lain untuk menjauhi narkoba, ternyata dia sendiri adalah pemakai narkoba. Allah SWT berfirman:







































Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?Amat besar

Referensi

Dokumen terkait

Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Tiba-tiba air datang, tiang listrik roboh, mobil juga diserang tsunami, anak-anak, istri dan semua keluargaku hilang karena tsunami (sambil menangis). Saya, saya berusaha

Sajian berita berjudul “Presiden Jakarta Selatan” ini menarik, karena di satu sisi telah ada hasil sementara hitung cepat Pilpres 2019 dengan keunggulan

Bahan organik lainnya yaitu pupuk hayati merupakan suatu bahan yang mengandung mikroorganisme bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil tanaman,

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Penelitian ini dilatarbelakangi atas maraknya tayangan kekerasan dalam serial kartun yang sangat digemari oleh anak-anak salah satunya adalah serial kartun Naruto. Dari latar