BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
B. Penyajian Data dan Analisis
- Lembaga Hukum Front : Drs. Ahmad Fauzi, SH - Lakar Pembela Islam : Lora Taufiq Mukmin
“Dalam menegakkan amar makruf nahi munkar kami mengacu kepada dalil-dalil Qur’an maupun Sunnah yang terdapat dalam buku pedoman FPI dan juga buku Dialog Amar Ma’ruf Nahi Munkar karya Habib Rizieq”.73
Ayat-ayat yang dijadikan pedoman dalam beramar makruf nahi munkar tersebut antara lain:
a. Q.S Ali Imran ayat 104
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
b. Q.S Ali Imran ayat 110
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
73 Muhammad Faizin, Wawancara, Rambipuji, 14 Februari 2015.
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Ayat-ayat tersebut merupakan dalil-dalil Qur’an yang memerintahkan kita untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar di muka bumi ini. Ayat-ayat inilah yang dijadikan landasan bagi FPI dalam menyebarkan kebaikan dan mencegah kemunkaran.
2. Karakteristik Perjuangan Front Pembela Islam
Latar belakang pendirian FPI, asasi dan doktrinisasi perjuangan organisasi serta sikap indepedensinya memang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakteristik perjuangan Front Pembela Islam.
Karakter perjuangan FPI setidak-tidaknya terurai dalam enam sikap, yakni:
a. Berani dan Tegas
Berani dalam menyampaikan pendapat, mengoreksi kesalahan, member solusi dan melakukan aksi, serta tegas dalam mengambil keputusan, memegang prinsip melawan kezholiman dan memerangi kemunkaran, karakter ini merata dimiliki para aktivis FPI di pusat maupun di daerah. Sebagai contoh saat pelantikan Megawati Soekarno Putri sebagai presiden RI. Jauh-jauh hari sebelum pelantikan, FPI mengeluarkan maklumat tentang penolakan presiden wanita.74 Ini merupakan wujud dari sikap istiqomah FPI yang merupakan konsisten FPI akan keberanian dan ketegasan perjuangannya.
74 Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, 216.
b. Semangat dan Militan
Ketinggian semangat dan kekuatan militansi dalam melaksanakan program amar makruf nahi munkar menjadi cirri khas yang melekat dalam diri para aktivis FPI di semua wilayah. Sebagai bukti, para aktivis FPI mereka tidak dibayar ataupun digaji dengan apapun. Bahkan atribut dan seragam kelaskaran mereka beli sendiri.
Adapun dalam setiap aksi-aksi yang dilakukan para laskar FPI, biaya mereka tanggung sendir dengan cara patungan antar anggota. Akan tetapi mereka tetap semangat berjuang dengan ikhlas, meskipun dengan kondisi yang seperti itu, semakin hari semakin bertambah orang-orang yang bergabung dengan FPI.
c. Sabar dan Tabah
Berbagai resiko telah banyak diaami oleh para pejuang FPI di berbagai wilayah, mulai dari fitnah dan tuduhan hingga ancaman dan teror bahkan penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. Seperti yang diceritakan ketua FPI Jember:
“pernah suatu ketika ada sekelompok oknum yang tidak diterima terhadap sweeping yang dilakukan FPI. Mereka hendak menyerang Mabes FPI Jember, beruntung bentrokan tidak sampai terjadi karena dicegah oleh pihak kepolisian”.75 Namun meskipun demikian, hal itu sedikitpun tidak menciutkan nyali dan mengendorkan semangat juang para laskar,
75 Ibid, 219.
bahkan semakin membuat semangat juang mereka semakin berkobar dan menggelora.
d. Mandiri dan Independen
FPI adalah organisasi yang mandiri dan independen karena tidak ada satupun cabang FPI baik itu dari tingkat provinsi maupun kabupaten/kotamadya yang mendapat bantuan dari FPI pusat dalam pembentukan maupun pengopraisannya. Seluruh cabang FPI muncul dari arus bawah. Mereka membentuk dan mengoprasikannya dengan biaya sendiri. Adapun dari DPP FPI pusat biasanya hanya membiayai pengiriman delegasi pusat untuk pelantikan. Bahkan tidak jarang para pengurus cabang selain menyiapkan biaya pelantikan sendiri, mereka juga mengundang delegasi pusat sekaligus juga menanggung biaya transportasi dan akomodasi para delegasi tersebut.
e. Subtansial Formalistis
FPI menganut structural formalistik dalam memandang manajemen sistem Islam dan selalu mengedepankan pengemalan subtansial cultural dalam praktek kehidupan. FPI tidak memandang alasan yang tepat untuk memisahkan kedua aliran tersebut, karena Islam sebagai akidah, syari’at dan akhlaq yang bersifat syamil (universal) dan kamil (sempurna). Artinya secara struktural formalistik harus ditunjukkan dan secara subtansial cultural harus
diamalkan. Jadi pemahan FPI tentang subtansi itu berdasarkan syari’at bukan filsafat.76
Sebagai contoh hukum potong tangan bagi pencuri memiliki hikmah agar orang jera dan takut untuk mengulangi perbuatannya.
Dalam pandangan subtansial filsafat, maka hukum potong tangan bagi pencuri boleh diganti dengan hukum apa saja asalkan bisa membuat pelaku dan orang lain takut dan jera. Sedasngkan dalam pandangan subtansial syari’at, maka hukum potng tangan pencuri adalah sebagai had yang berarti tidak boleh diganti dengan hukum lain. Dan unsure jera dan takut tetap bisa dijadikan patokan hukum takzir bagi kasus lain yang belum ada ketentuannya secara jelas.
Begitupun pengertian formalistis dalam pandangan FPI berdasarkan syari’at bukan filsafat. Dalam pandangan filsafat, formalistis hanya terpaku pada simbol dan idiom tanpa perduli kepada pengamalan. Sedang dalam pandangan syari’at, formalistis adalah penggunaan simbol sebagai identitas sekaligus dasar pajak pengamalan.
f. Kompromis Dialogis
FPI sangat menjunjung tinggi musywarah, baik dalam urusan internal maupun eksternal. Itu semua dilakukan dalam setiap pengambilan sikap dan keputusan.sehingga sikap kompromis menjadi cirri khas FPI yang harus dipelihara dan terus dikembangkan mulai dari pusat hingga daerah.
76 Ibid, 222.
Sebagai studi kasus, pada awal tahun 2004, PT. Metropolitan Magnum Indonesia (MMI) denga bermodalkan izin dari Komisi Fatwa MUI akhirnya mendapatkan izin juga dari Departemen Sosial RI untuk melaksanakan Nonton Olahraga Berhadiah (NOB), walaupun sebenarnya Dewan Pengurus Harian MUI belum merestui program tersebut karena khawatir terdapat unsur judi.
Keitka acara berjalan, FPI mendapatkan fakta dan data yang tidak terpungkiri akan adanya unsur judi dari program NOB tersebut disamping mengandung unsur eksploitasi dana masyarakat lemah, acara itu juga disinyalir hanya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya oleh sekelompok pengusaha. FPI kemudian melakukan protes keras yang kemudian berlanjut dengan pembubaran acara pengundian NOB di komplek Stadion Utama Senayan pada tanggal 18 Mei 2004. Selanjutnya, setelah itu, PT MMI selaku penyelenggara NOB dan juga Departemen Sosial meninta bantuan DPP FPI untuk mencarikan solusi berupa formula undian yang tidak melanggar syari’at Islam.77
g. Tradisionalis Moderat
Kultur Budaya masyarakat FPI pada umumnya bersifat tradisionalis. Mereka membaur dengan masyarakat. Mereka tunduk, patuh dan tidak angkuh kepada para ulama. FPI juga menghormati adat dan budaya yang terdapat dalam masyarakat selama tidak
77Ibid, 224.
melanggar syari’at Islam. FPI bukanlah organisasi yang dengan gampang mengkafirkan atau menyesatkan sesamam Muslim.
Namun perlu dicatat bahwa ketradisionalan FPI tidak mengarah kepada sikap pasrah terhadap seorang figur yang pada akhirnya akan jatuh pada bentuk pengkultusan individu yang berlebihan. Dan loyalitas yang dibangun FPI adalah loyalitas kepada Islam, bukan loyalitas pada organisasi apalagi figur.
3. Metode Front Pembela Islam dalam Mengimplementasikan Ayat-Ayat Amar Makruf Nahi Munkar di Kabupaten Jember (Study Living Qur’an)
a. Pola juang Front Pembela Islam dalam amar makruf nahi munkar
Al-Qur’an merupakan petunjuk pedoman hidup yang terbaik bagi umat manusia dan juga petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa sehingga sekedar membacanya saja tidaklah cukup. Akan tetapi juga bagi seorang muslim diwajibkan untuk memahami maknanya dan juga mengamalkan isinya dalam setiap aspek kehidupannya.
Dalam mengimplementasikan ayat-ayat ini, memang selama ini yang lebih sering terdengar bagi masyrakat awam adalah aksi-aksi FPI dalam segi nahi munkarnya saja, padahal banyak sekali kegiatan amar makruf yang telah menjadi program dari organisasi tersebut, seperti bakti sosial, pelaksanaan dakwah, santunan anak yatim, majlis ta’lim, bantuan korban bencana alam, dan masih
banyak sekali kegiatan-kegiatan positif yang telah dicanangkan oleh organisasi tersebut, hanya yang terekspos di media selama ini hanya bentrokan-betntrokan saaat aksi FPI antara masyarakat maupun polisi.
Seandainya kita semua bisa lebih bijak dan meneliti lebih jauh dalam menyikapi fenomena FPI, ternyata Front Pembela Islam tidak asal main hakim sendiri dalam beramar makruf nahi munkar, jauh sebelum terjadinya aksi, terhadap banyak proses dan tahapan yang harus dilakukan, sebagaimana yang dikatakan ketua FPI Kabupaten Jember, Ustadz Muhammad Faizin:
“dalam melakukan aksi nahi munkar seperti penertiban tempat-tempat maksiat, pemberantasan minuman-minuman keras, dll.
Banyak sekali prosedur ataupun proses yang kami lakukan, seperti berkoordinasi dengan masyarakat, pengelola tempat-tempat hiburan, kepolisian…dll. Artinya aksi yang kami lakukan tersebut terjadi bukan tanpa pertimbangan yang matang, akan tetapi sebelumnya hal itu sudah melalui pertimbangan yang sangat matang”78
Adapun mengenai proses-proses tersebut, Front Pembela Islam telah menerapkan suatu pola juang yang diaplikasikan dalam beramar makruf nahi munkar, yaitu79:
1. Pengambilan keputusan berdasarkan syari’at Islam
Untuk mengambil suatu keputusan, apalagi yang berkaitan dengan gerakan fisik amar makruf nahi munkar, seperti melakukan tindakan tegas terhadap sarang maksiat, maka FPI harus mengkajinya terlebih dahulu laboratorium syariat. Disini
78 Muhammad Faizin, Wawancara, Rambipuji, 14 Februari 2015.
79 Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, 242.
semua bahan keputusan digodok oleh para ahli secara ilmiah dan professional dibawah naungan al-Qur’an dan as-Sunnah serta sumber-sumber ijtihad lainnya.
2. Pelaksanaan keputusan dengan menempuh prosedur hukum formal negara terlebih dahulu.
Dalam rangka menghindari jebakan melawan hukum negara untuk memelihara kesinambungan perjuangan organisasi khususnya menyangkut gerakan fisik dalam melawan kemunkaran. Prosedur hukum formal ini meliputi:
- Menghimpun fakta dan data sebagai bukti hukum adanya kemunkaran yang melanggar hukum agama dan hukum negara.
- Menghimpun dukungan masyarakat sekitar yang telah diganggu dan telah dirugikan oleh kemunkaran tersebut.
- Membuat pelaporan dan tuntutan kepada instansi negara yang berwenang baik eksekutif, legislative, maupun yudikatif sesuai dengan tingkat wilayah permasalahan.
3. Penggunaan dan pemanfaatan kekuatan umat saat prosedur menemui jalan buntu
Pada saat prosedur hukum formal negara menemui jalan buntu dan oenegakan amar makruf nahi munkar sudah tidak bisa tidak harus segera dilaksanakan dasn juga berbagai pertimbangan telah dilakukan dengan cermat sesuai syari’at,
maka FPI akan mengambil suatu tindakan tegas dengan melibatkan segenap komponen umat.
b. Wilayah Aksi Amar Makruf Nahi Munkar
Sehubungan dengan mekanisme perjuangan diatas, maka FPI membagi sasaran wilayah amar makruf nahi munkar menjadi dua:
1. Wilayah aksi amar makruf
Yang dimaksud dengan wilayah aksi amar makruf adalah suatu wilayah yang padat akan aktifitas kemaksiatan, akan tetapi masyarakat setempat malah mendukung akan kemaksiatan tersebut. Termasuk juga dalam wilayah yang padat akan aktifitas kemaksiatan akan tetapi masyrakat setempat tidak merasa tertanggu akan aktifitas tersebut.
Dalam menyikapi wilayah yang seperti ini, FPI tidak boleh melakukan aksi keras dalam melawan maksiat karena hanya akan menyebabkan benturan dengan masyarakat yang memang pada dasarnya belum memiliki pemahaman agama yang baik.
Untuk menghindarkan konflik horizontal antar masyarakat maka FPI berkewajiban melakukan amar makruf nahi munkar dengan menyemerakkan dakwah di wilayah tersebut untuk menyadarkan umat dari bahaya maksiat.
2. Wilayah aksi nahi munkar
Wilayah aksi nahi munkar adalah suatu wilayah yang padat akan aktifitas kemaksiatan dan kemunkaran, sedangkan
masyarakat setempat menolak atau setidaknya masyarakat tersebut sudah diresahkan dan terganggu akan aktifitas kemaksiatan tersebut.
Pada wilayah yang seperti ini FPI berkewajiban mendorong dan membantu masyarakat setempat secara optimal untuk menindak tegas segala kemaksiatan yang sudah ada karena tingkat kesadaran dan pemahaman agama masyrakat di wilayah tersebut cukup baik sehingga peranan FPI disini sebagai pelayan masyarakat dalam melaksanakan amar makruf nahi munkar.
c. Prosedur standar gerakan anti maksiat Front Pembela Islam sehubungan dengan mekanisme perjuangan amar makruf nahi munkar yang telah disebutkan sebelumnya, maskar besar Laskar Pembela Islam (Mabes LPI) sebagai ujung tombak aksi perjuangn moral FPI, sejak awal pembetukannya telah meletakkan prosedur standar gerakan anti maksiat bagi laskar FPI dengan prinsip
“DILARANG MELANGGAR HUKUM AGAMA DAN HUKUM NEGARA”.80 Kemudian disepakatilah prosedur standar gerakan anti maksiat bagi laskar FPI sebagai berikut:
a. Prosedur Menutup Tempat Maksiat Ilegal (tanpa izin Pemerintah)
a. Krimkan surat protes dan peringatan keras ke pemilik/penguasa tempat maksiat tersebut dengan tembusan
80 Al-Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Ma’ruf Nahi Munkar, 250.
ke lurah/camat, kapolsek, babinsa, danranmil dan ulama setempat sebagai pemberitahuan serta ke Mabes LPI sebagai laporan.
b. Bila tidak ditanggapi dalam waktu sekurang-kurangnya satu minggu dan selambat-lambatnya satu bulan, maka libatkan masyarakat setempat untuk mengambil “inisiatif lain”
daslam upaya menutup tempat maksiat tersebut yang dalam pelaksanaannya wajib berkoordinasi dengan Mabes LPI dan aparat pemerintah/keamanan yang berwenang.
b. Prosedur Menutup Tempat Maksiat Legal (resmi dengan izin pemerintah)
a. Kirimkan surat protes dan tuntutan pertama ke lurah dengan tembusan ke pemilik/penguasa tempat maksiat tersebut, kemudian juga kepada Binmas, Babinsa dan ulama kelurahan setempat, serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan.
b. Bila setelah satu minggu sampai satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat protes dan tuntutan kedua kepada ke Camat dengan tembusan ke pemilik tempat maksiat, Danranmil, Kapolsek, serta ulama kecamatan tersebut.
c. Bila setelah satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat protes dan tuntutan ketiga kepada walikota/bupati dengan tembusan ke pengelola/pemilik tempat
hiburan/maksiat, DPRD tingkat II, Kapolres, Dandim, dan ulama kabupaten/kota setempat, serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan surat pertama dan kedua).
d. Bila setelah satu bulan surat tuntutan ketiga tidak ditanggapi, maka akan dikirimkan surat protes dan tuntutan terakhir (ultimatum) ke gubernur dengan tembusan ke pengelola tempat hiburan/maksiat, DPRD tingkat I, Pangdam, Kapolda, ulama provinsi setempat, serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan surat pertama, kedua dan ketiga).
e. Apabila setelah satu minggu sampai satu bulan surat tuntutan terakhir (ultimatum) tidak ditanggapi maka libatkan masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif lain dalam menutup tempat hiburan/maksiat tersebut, yang dalam pelaksaannya wajib koordinasi dengan Mabes LPI dan aparat pemerintah/keamanan yang berwenang.
c. Prosedur Administratif
a. Setiap surat yang dikirim harus ada tanda terima dan dibuat arsipnya untuk disimpan dengan baik.
b. Setiap surat yang dikirim harus dilampirkan dengan fotocopi pernyataan masyarakat setempat tentang ketidaksetujuan mereka akan keberadaan tempat hiburan/maksiat tersebut dan dilengkapi dengan tanda
tangan mereka sebanyak-banyaknya. Adapun yang asli disimpan sebagai arsip.
c. Setiap surat yang dikirim harus dilampirkan dengan bukti adanya kemaksiatan di tempat tersebut, seperti foto/video tentang transaksi maksiat yang terjadi didalamnya, atau barang bukti lainnya.
d. Setiap surat yang dikirim dianjurkan untuk ditembuskan pula kepada pers, baik media massa cetak maupun elektronik untuk kepentingan publikasi dalam pembentukan opini.
e. Selama proses pengiriman surat berlangsung dianjurkan untuk melakukan penggalangan opini anti maksiat lewat tabligh, diskusi, siaran pers, pamflet, spanduk, stiker dan bentuk publikasi lainnya yang disebarluaskan ke masyarakat setempat. Jika perlu gelar aksi demo damai ke tempat maksiat tersebut dan instansi terkait.
d. Prosedur Internal Menutup Tempat Maksiat
a. Ada kesepakatan antara Ra’is, Amir, dan Qo’id kelaskaran FPI setempat.
b. Ada restu dari DPC/DPW FPI setempat.
c. Ada koordinasi dengan Mabes LPI.
e. Larangan dalam Prosedur Standar
a. Dilarang memeras, merampas, menjarah, merusak, membakar menganiaya dan membunuh.
b. Dilarang menganggu orang atau pihak manapun yang tidak bersalah.
c. Dilarang melakukan penipuan, penghinaan dan pelecehan serta segala bentuk kemaksiatan.
d. Dilarang melawan aparat secara fisik.
e. Dilarang menggunakan senjata tajam/api, bahan bakar/peledak.
f. Prosedur Membela Diri
a. Menangani pihak yang melawan dengan cara yang paling ringan resikonya.
b. Setelah berhasil ditangani, maka diserahkan kepada pihak yang berwenang.
c. Bila sangat terpaksa maka ditangani dengan cara yang tegas dank eras, itupun hanya dalam konteks bela paksa (Noodweer) atau bela diri (Overmacht).
g. Sanksi Pelanggaran Prosedur
Bagi laskar FPI yang dengan sengaja melanggar prosedur-prosedur yang disebutkan diatas maka:
a. Mabes LPI tidak bertanggung jawab secara hukum atas segala sepak terjangnya.
b. Pelanggar akan dikenakan sanksi organisasi yang bentuk dan jenisnya disesuaikan dengan kadar kesalahannya.
c. Bagi pelanggar pidana maka Mabes LPI akan menyerahkannya kepada pihak berwenang.
h. Prosedur Menangani Resiko Aksi
a. Bila dalam aksi laskar FPI yang sesuai dengan prosedur mengakibatkan adanya aktivis laskar FPI yang berurusan dengan aparat penegak hukum, maka Mabes LPI berkewajiban melakukan upaya pembelaan hukum secara profesional, baik dalam hal litigasi maupun advokasi.
b. Bila aktivis laskar FPI tersebut terpaksa harus ditahan/dipenjara sebagai bagian dari resiko perjuangan, maka segenap laskar FPI berkewajiban untuk senantiasa memperhatikan kondisinya, serta berkewajiban membantu keluarga yang menjadi tanggungannya selama yang bersangkutan melaksanakan hukuman. Teknis pelaksanaan dari semua itu harus diatur oleh Mabes LPI.
c. Bila jatuh korban jiwa dari barisan laskar FPI, maka segenap aktivis laskar FPI berkewajiban untuk ikut serta dalam mengurus jenazahnya, serta membantu secara moril maupun materi bagi keluarga korban dan ikut serta mengirimkan do’a bagi korban. Mabes LPI wajib mencari tahu pelaku pembunuhan terhadap anggotanya untuk kemudian mengejar, menangkap dan menyerahkannya kepada hukum atau bila terpaksa menindaknya dengan tegas dasn keras setimpal dengan perbuatannya dalam konteks bela paksa (noodweer) atau beladiri (overmacht).
d. Bila dalam aksi tersebut menimbulkan kerugian di pihak ketiga, atau pihak yang tidak bersalah atau pihak yang tidak ada kaitannya dengan kemaksiatan yang ada sebagai dampak dari kejadian di lapangan yang terkadang tidak terkendali dan tanpa disengaja, maka Mabes LPI berkewajiban meminta maaf dan mengganti rugi kepada pihak yang bersangkutan dan oknum FPI yang berbuat harus bertanggung jawab.
i. Prosedur Memenuhi Permintaan Umat dalam Menutup Tempat Maksiat
a. Surat permohonan umat yang ditulis secara resmi dituukan ke FPI.
b. Tanda tangan warga sekitar tempat hiburan/maksiat yang dikeluhkan dikumpulkan sebanyak-banyaknya.
c. Pelaksanaan investigasi oleh FPI ke lokasi yang dikeluhkan umat untuk tabayun sekaligus menghimpun bukti.
d. FPI mengikuti prosedur standar gerakan anti maksiat bagi organisasi sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.
d. Implementasi Ayat-Ayat Amar Makruf Nahi Munkar FPI di Kabupaten Jember
FPI adalah organisasi yang menerapkan metode yang sangat sistematis dalam menerapkan ayat-ayat amar makruf nahi munkar, semua metode itu telah terstruktur oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing sebagaimana yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, berikut beberapa contoh implementasi ayat-ayat amar makruf nahi munkar FPI di Kabupaten Jember:
a. Gerakan Amar Makruf
1. Penyebaran dakwah dengan mengadakan majlis-majlis keilmuan dan pengajian di sekitar Jember maupun luar Jember.
2. Mengajak masyarakat Jember untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencintai Rosulullah dengan mengadakan majlis dzikir dan majlis sholawat.
3. Mengadakan kegiatan sosial dengan menyantuni anak-anak yatim dan dhuafa.
4. Membantu korban bencana alam seperti korban banjir kencong, korban erupsi gunung kelud, dsb.
b. Gerakan Nahi Munkar
1. Menertibkan tempat yang menjadi sarang kemaksiatan, seperti warung kopi pangku yang marak di Jember, warnet mesum, bekas lokalisasi gerbongan dan Besini.
2. Beerkoordinasi dengan Polres Jember untuk merazia dan merampas minuman keras dan juga narkoba yang beredar di Kabupaten Jember.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bagian ini peneliti akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada bab pendahuluan. Setelah dilakukan pengkajian dan pembahasan yang begitu mendalam tentang kajian amar makruf nahi munkar dalam organisasi Front Pembela Islam di Kabupaten Jember, selanjutnya saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari fokus penelitian:
1. Front Pembela Islam adalah organisasi amar makruf nahi munkar yang berdasarkan Islam dan beraqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi FPI mempunyai tujuan untuk menegakkan amar makruf nahi munkar secara kaffah di setiap sektor kehidupan dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup dalam baldah toyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah SWT. Jadi, visi dan misi FPI adalah penegakan amar makruf nahi munkar untuk penerapan syari’at Islam secara kaffah. Sesuai dengan asasnya FPI adalah organisasi yang beraqidahkan ahlussunnah wal jama’ah. Jadi organisasi ini wajib berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Komitmen untuk berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah juga menjadi salah satu dari lima prinsip yang dipegang oleh
FPI yakni انمامإ ميركلا نارقلا (al-Qur’an al-Karim adalah Imam Kami).
Adapun dalil-dalil Qur’an yang dijadikan pedoman dan pegangan FPI dalam beramar makruf nahi munkar diantaranya yaitu, QS. Ali Imran ayat 104, QS. Ali Imran ayat 110 dan QS. ash-Shaf ayat 14.
2. Latar belakang pendirian FPI, asasi dan doktrinisasi perjuangan organisasi serta sikap indepedensinya memang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakteristik perjuangan Front Pembela Islam.
Karakter perjuangan FPI setidak-tidaknya terurai dalam enam sikap, yakni:
a. Berani dan Tegas b. Semangat dan Militan c. Sabar dan Tabah
d. Mandiri dan Independen e. Subtansial Formalistis f. Kompromis Dialogis g. Tradisionalis Moderat
3. Metode yang dilakukan FPI dalam mengimplementasikan ataupun mengamalkan ayat-ayat amar makruf nahi munkar di Kabupaten Jember memang bagi masyarakat awam lebih sering terdengar dari segi nahi munkarnya. banyak sekali tindakan amar makruf yang dilakukan oleh FPI yang luput dari pengamatan masyarakat dan juga media. Seperti bakti sosial, pengiriman kader-kader da’i, santunan dhuafa dan anak yatim, bantuan kepada korban bencana alam, dan masih banyak lagi.
Adapun tindakan nahi munkar yang dilakukan FPI di Kabupaten Jember