• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2016:179), perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.Menurut Harman Malau (2017:217), menjelaskan jika “perilaku konsumen adalah sikap mengenai perseorangan, golongan atau lembaga dan tahapan yang mereka lalui guna menentukan, mengamankan, dan mengkonsumsi produk, pengalaman atau ide untuk kepuasan”. Dari dua pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan sebuah studi terhadap konsumen tentang bagaimana proses terjadinya pengambilan keputusan oleh konsumen untuk memilih, menggunakan dan memenuhi kebutuhan mereka terjadi. Studi perilaku konsumen berpusat pada cara konsumen menentukan langkah atau tindakan untuk menggunakan sumber daya yang mereka miliki (waktu,uang,usaha) untuk membeli barang atau jasa yang terkait dengan konsumsi. Hal ini termasuk dengan apa yang mereka beli, mengapa dibeli, kapan dibeli, dimana mereka beli, apakah mereka sering membeli, serta seberapa sering mereka memakainya. Ini menolong bagian penjualan dalam membuat perencanaan penjualan perusahaan dalam proses menentukan keputusan pembelian produk atau layanan. Salah satu diskusi dalam perilaku konsumen adalah minat beli.

(2)

2. Minat Beli

a. Pengertian Minat Beli

Menurut Kotler & Keller (2016:181), “minat beli adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek dan jasa atau seberapa besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya”. Maka bisa dikatakan bahwa minat pembelian merupakan sikap yang muncul dari seorang konsumen saat menginginkan sebuah barang atau jasa yang ditawarkan dimana keinginan itu timbul sebelum pengambilan keputusan untuk membeli terjadi. Minat beli konsumen merupakan masalah yang sangat kompleks, namun harus tetap menjadi perhatian pemasar. Rangsangan (stimulus) yang diberikan oleh perusahaan bisa mendorong minat beli konsumen timbul karena disebabkan oleh rangsangan (stimulus) yang diberikan tadi.. Setiap stimulus telah dirancang untuk menghasilkan langkah pembelian konsumen. Minat beli adalah komponen dari perilaku konsumen dalam menggunakan barang atau jasa dimasa mendatang yang bertujuan untuk memaksimalkan prediksi terhadap keputusan pembelian yang sungguh – sungguh dilakukan oleh konsumen. Keinginan untuk membeli ini terpengaruh oleh nilai barang yang ada. Jika keuntungan yang dirasakan signifikan dibanding pengorbanan untuk mendapatkan barang atau jasa tersebut, maka motivasi untuk bisa membelinya akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, oleh karena itu masyarakat cenderung akan beralih ke produk alternatif yang memberi manfaat yang sama. Dari pengertian tersebut bisa dijabarkan bahwa yang dimaksudkan mengenai minat beli (minat membeli) dalam

(3)

penelitian ini adalah suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang muncul dan memusatkan perhatiannya secara sengaja yang berkinginan membeli barang atau jasa. Lalu pengertian minat beli menurut Febriani dan Dewi (2018:86), “minat beli diartikan sebagai suatu hal yang muncul dengan sendirinya setelah mendapat rangsangan dari barang yang telah dilihatnya, disanalah mulai timbulnya minat beli dan memilikinya”. Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan penolakan konsumen dimasa mendatang. Niat membeli terlihat dari sikap konsumen terhadap produk dan keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya niat beli konsumen.

b. Pengertian Minat Beli Kembali (Repurchase Intention)

Menurut Kotler (2000:224) pengertian minat beli kembali yaitu dorongan rangsangan internal yang secara kuat memotivasi tindakan, dimana dorongan ini dipengaruhi oleh perasaan positif akan produk dan jasa. Kepuasan yang diperoleh seorang pelanggan, dapat mendorong seseorang untuk melakukan pembelian ulang, menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko tempat dia membeli barang tersebut sehingga konsumen dapat menceritakan hal-hal yang baik kepada orang lain. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi.

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen

Minat beli dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain faktor psikologis yaitu pendorong dari dalam diri konsumen yaitu persepsi

(4)

kenyamanan. Selanjutnya, salah satu faktor pemberdayaan bauran pemasaran adalah promosi. Minat beli konsumen merupakan pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen yang terpendam dalam benak konsumen. Minat beli konsumen selalu tersembunyi dari semua orang, dan tidak ada yang tahu apa yang diinginkan dan diharapkan konsumen.

d. Indikator Minat Beli

Menurut Ferdinand dalam Siregar, Renzika (2017), minat beli dapat di identifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut:

(1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli suatu barang atau jasa.

(2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk merekomendasikan suatu barang atau jasa kepada orang lain.

(3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku orang – orang yang memiliki preferensi utama suatu barang atau jasa. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.

(4) Minat eksploratif, yaitu menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi tentang barang atau jasa yang menarik baginya dan informasi untuk mendukung karakteristik positif barang atau jasa tersebut.

3. Pemasaran Media Sosial

a. Pengertian Media Sosial

Media sosial menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016:568), “media sosial merupakan sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, audio,

(5)

dan video dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya”. Selaras dengan penuturan Nasrullah (2018:13), “media sosial merupakan medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosil secara virtual”. Pengaruh media sosial meningkat signifikan mendorong kinerja usaha. Media sosial memberikan peluang pada usaha kecil agar dapat menemukan cara berkomunikasi kepada konsumen, mempromosikan barang atau layanannya dan juga membangun hubungan dengan konsumen yang bertujuan agar memiliki hubungan yang baik.

b. Pengertian Social media marketing

Social media marketing adalah sebagai sebuah proses yang memberdayakan individu dan perusahaan untuk mempromosikan website mereka, produk atau layanan online dan melalui saluran sosial untuk berkomunikasi dengan sebuah komunitas yang jauh lebih besar yang tidak mungkin tersedia melalui saluran periklanan tradisional.

Menurut Kotler (2016:582), “online and social media marketing is online activites and programs designes to engage customers or prospects and directly or indirectly raise awareness, improve image, or elicit sales of products and services” (kegiatan online dan program yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa).Media sosial adalah pilihan yang tepat untuk memasarkan produk dan jasa yang kita miliki lewat internet marketing. Caranya sederhana namun menghasilkan pengaruh yang besar. Tidak hanya itu, social media marketing merupakan kemampuan atau keterampilan marketing yang memakai media

(6)

sosial sebagai alat untuk memasarkan barang atau sebuah layanan dengan mendetail.

Pengertian lainnya menurut Gunelius (dalam Mileva dan Fauzi 2018:193), social media marketing merupakan suatu bentuk pemasaran langsung ataupun tidak langsung yang digunakan untuk membangun kesadaran, pengakuan, daya ingat, dan tindakan untuk merek, bisnis, produk, orang, atau entitas lainnya dan dilakukan dengan menggunakan alat dari web sosial seperti blogging, microblogging, social networking, social bookmarking, dan content sharing. Social media marketing lebih kepada pembangunan dan pemanfaatan area media sosial sebagai sarana atau tempat untuk membangun target pasar dari bisnis online. Dalam pembangunan social media marketing perlu diingat bahwa pebisnis harus membangun kelompok atau target pasar dengan sikap saling menghormati dan selalu berkomunikasi dengan target pasar. Semakin banyak area social media marketing yang dibangun, maka akan semakin besar pula dampak yang dihasilkan bagi website bisnis tersebut. Ada beberapa social media marketing yang populer dikalangan masyarakat, seperti Facebook, Twitter, Pinterest, Reddit, Youtube, Myspace, Digg, Google Plus, Linkedin, Instagram dan masih banyak lainnya. Di setiap sosial media yang digunakan memiliki tata cara pemakaian yang berbeda-beda, seperti Instagram misalnya yang hanya dapat membagikan foto dan video yang dapat di isi dengan link, keterangan, tag dan hastag. Lain halnya dengan Facebook yang memiliki beragam fitur yang dapat dimanfaatkan, seperti pembuatan Fanpage, Group, Status Video, Status Link, Status Foto dan lainnya. Teknik social media marketing harus dilakukan oleh para pemilik website dan bisnis online, dikarenakan teknik social media marketing lebih mudah, murah dan efisien.

c. Dimensi – dimensi Social media marketing

(7)

Menurut Singh (2010) dalam jurnal As'ad, H. Abu-Rumman yang berjudul The Impact of Social media marketing on Brand Equity: An Empirical Study on Mobile Service Providers in Jordan (2014). Terdapat beberapa dimensi yang dimiliki oleh social media marketing, yakni sebagai berikut :

(1) Online Communities

Dimana suatu perusahaan atau bisnis dapat memakai social media untuk membentuk sebuah komunitas untuk barang atau jasa yang ditawarkan. Dimana suatu kelompok tersebut dapat menghadirkan loyalitas dan membangun terjadinya bisnis development.

(2) Interaction

Dalam jurnal Berselli, Burger dan Close (2012), menyampaikan bahwa melalui Facebook dan Twitter dapat memberikan suatu notif kepada seluruh follower atau pengikut suatu subjek dengan cepat dan terus menerus. Dengan menggunakan jaringan sosial dapat menciptakan interaksi dengan menggunakan broadcasting yang up-to-date, dan konsumen dapat dengan mudah mendapatkan informasi.

(3) Sharing of Content

Dimensi yang di gunakan sebagai media pertukaran informasi, mendistribusi, dan mendapatkan konten melalui social media, contoh: seperti newletter, fitur pesan, dan sebagainya.

(4) Accessibility

Menurut Taprial dan Kanwar (2012), mengatakan bahwa media sosial dapat di akses dengan mudah dengan biaya yang relatif murah bahkan tidak

(8)

mengeluarkan uang dalam penggunaannya. Selain itu sosial media juga tidak memerlukan keterampilan atau pengetahuan untuk mengakses situs tersebut.

(5) Credibility

Mengenai bagaimanakah suatu perusahaan untuk membuat dan menyampaikan pesan dengan jelas kepada konsumen, membangun kredibilitas mengenai apa yang di aktakan perusahaan dan berusaha untuk membangun hubungan emosional dengan target pasar, memotivasi terjadinya pembelian dan mendorong terjadinya loyalitas konsumen. Taprial dan Kanwar (2012) menyatakan, sosial media adalah suatu platform dalam suatu bisnis dan berkaitan dengan pelanggan secara langsung dalam skala yang besar dan meningkatkan kepercayaan serta menanggapi saran atau kritik dari pelanggan.

4. Kualitas Layanan

a. Pengertian Kualitas Layanan

Menurut Kotler dan Keller (2016:156), “kualitas layanan adalah jumlah fitur dan karakteristik suatu produk atau layanan yang dapat memuaskan kebutuhan eksplisit atau implisit.”

Secara umum, konsep kualitas pelayanan merupakan hasil pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk bisa memberikan kepuasan terhadap kebutuhan

(9)

dan keinginan konsumen. Kualitas layanan dapat dikatakan baik jika pelayanan yang diberikan sesuai dengan ekspetasi penggunanya.

b. Manfaat Kualitas Layanan

Selaras dengan penuturan Kotler dan Keller (2016:158), ada lima manfaat kualitas layanan, yaitu:

(1) Mencari tahu kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan baik.

(2) Menyampaikan harapan pelanggan terkait produk yang akan dirancang kepada perancang produk.

(3) Memastikan pesanan pelanggan terpenuhi dengan tepat.

(4) Menjalin dan menjaga hubungan dengan konsumen setelah penjualan untuk mengetahui mereka puas.

(5) Mencari, inovasi dan saran untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat dalam barang dan jasa.

c. Model Kualitas Layanan

Model kualitas layanan menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985), yaitu :

(10)

GAMBAR 2.1

Model Proses Keputusan Pembelian

Sumber : Journal of Marketing (Fall 1985), p.44

Menurut Kotler dan Keller (2016:442), model kualitas layanan pada gambar 2.1 menjelaskan syarat – syarat penting untuk memberikan kualitas layanan yang baik. Hal ini menunjukkan terdapat lima kesenjangan (gap) yang menghambat keberhasilan penyampaian kualitas layanan yang tinggi, yakni :

(1) Kesenjangan diantara harapan konsumen dengan persepsi manajemen (gap between consumer expectation and management perception) Manajemen terkadang sulit memahami apa yang diharapkan konsumen.

(2) Kesenjangan diantara persepsi manajemen dengan spesifikasi kualitas layanan (gap between management perception and service-quality specification) Manajemen bisa memahami kemauan konsumen dengan benar namun tidak sesuai dengan standarisasi kinerja.

(11)

(3) Kesenjangan diantara spesifikasi kualitas layanan dengan pengiriman layanan (gap between service-quality specifications and service delivery) Tenaga kerja yang kurang terlatih dan dibawah standar; mereka bisa saja memakai standar yang berbeda dengan yang ditetapkan, misalnya menyiapkan waktu agar dapat mendengar konsumen dan melayaninya dengan cepat.

(4) Kesenjangan diantara pemberian layanan dengan komunikasi eksternal (gap between service delivery and external communications). Harapan atau ekspektasi konsumen yang terpengaruh oleh pernyataan yang diberikan dari bagian promosi.

(5) Kesenjangan diantara layanan yang dirasakan dengan yang diharapkan (gap between perceived and expected service). Kemungkinan konsumen bisa keliru dalam memahami kualitas layanan

Menurut Kotler dan Keller (2016:442), berdasarkan model kualitas layanan pada gambar 2.1, peneliti menandakan ada lima dimensi atau faktor penentu kualitas layanan, yaitu:

(1) Reliability, yakni kapabilitas organisasi dalam memberikan pelayanan yang memuaskan dan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan perusahaan.

(2) Responsiveness, yakni kesediaan untuk menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen.

(3) Assurance, yakni keterampilan, sikap dan wawasan yang dimiliki setiap karyawan dalam menyajikan kepercayaan serta percaya diri dalam menyediakan layanan terhadap konsumen.

(4) Empathy, yakni menunjukkan sikap peduli dan perhatian ekslusif kepada konsumen.

(12)

d. Pengukuran Kualitas Layanan

Dalam Kotler dan Keller (2016:442), ada lima dimensi kualitas layanan dan berikut adalah penjelasannya:

(1) Reliability (Keandalan)

Keahlian untuk menyajikan layanan yang dijanjikan dengan andal dan akurat.

Atribut yang ada didalam dimensi reliability adalah:

(a) Menyajikan pelayanan sesuai dengan yang telah dijanjikan (b) Keandalan dalam menyelesaikan masalah konsumen.

(c) Menunjukkan pelayanan yang baik sejak pertama kali.

(d) Memberikan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan.

(e) Menjaga catatan yang bebas dari kesalahan.

(2) Responsiveness (Daya Tanggap)

Kesiapan atau kesediaan untuk membantu konsumen serta memberi layanan yang sesuai harapan konsumen. Atribut yang terdapat pada dimensi responsiveness adalah:

(a) Konsumen diberitahu apabila pelayanan hendak dilakukan.

(b) Memberikan layanan yang cepat untuk konsumen.

(c) Kesanggupan tuk memberikan bantuan konsumen.

(d) Kesediaan dalam menanggapi kemauan atau keinginan konsumen.

(3) Assurance (Jaminan)

Pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan kepada konsumen. Atribut dalam dimensi assurance adalah:

(13)

(a) Karyawan menanamkan kepercayaan pada konsumen.

(b) Membuat konsumen merasa aman dalam bertransaksi.

(c) Karyawan yang selalu sopan.

(d) Karyawan memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan konsumen.

(4) Empathy (Empati)

Kepedulian dan memberikan perhatian secara individual kepada konsumen. Atribut dalam dimensi empathy adalah:

(a) Memperhatikan konsumen secara individual.

(b) Tenaga kerja yang penuh kepedulian dengan konsumen.

(c) Mengutamakan kepentingan terbaik konsumen.

(d) Karyawan memahami kebutuhan konsumen.

(e) Jam operasi yang nyaman.

(5) Tangibles (Bukti Fisik)

Bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa, seperti penampilan fasilitas fisik, peralatan, karyawan, dan materi komunikasi. Atribut dalam dimensi tangibles adalah:

(a) Peralatan yang modern.

(b) Fasilitas yang terlihat menarik secara visual.

(c) Karyawan berpenampilan rapi dan profesional.

(d) Materi yang terlihat menarik secara visual terkait dengan layanan.

(14)

5. Citra Merek

a. Pengertian Citra Merek

Menurut Kotler dan Keller (2016:330) citra merk merupakan persepsi konsumen tentang sebuah merek sebagai refleksi dari asosiasi yang ada pada pikiran konsumen. Menurut Firmansyah (2019:87), citra merek didefinisikan sebagai suatu persepsi yang muncul di dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek dari suatu produk tertentu.

Menurut Kotler dan Armstrong dalam Firmansyah (2019:87) menyatakan citra merek adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai suatu merek tertentu.

Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah persepsi atau pandangan konsumen terhadap suatu merek tertentu yang terdapat di dalam benak konsumen.

b. Tingkatan Citra Merek

Citra Merek dikategorikan kedalam tiga bagian yaitu atributtes, benefit, dan brand attitude, yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Kotler & Keller, 2016 : 22-28) : (1) Atributtes

Atributtes adalah bentuk deskriptif yang menunjukkan karakteristik pada barang atau jasa. Atas dasar kaitannya terhadap barang, bisa dibedakan menjadi atribut yang terkait dengan barang dan atribut yang tidak terkait dengan barang.

Atribut yang berkaitan dengan barang menciptakan fungsi barang atau jasa.

Sedangkan atribut yang tidak terkait dengan barang berhubungan dengan

(15)

pembelian dan konsumsi. Misalnya harga, kemasan informasi, tampilan, produk, klasifikasi orang yang menggunakan dan kondisi pemakaian.

(2) Benefit

Benefit adalah suatu penilaian pribadi konsumen terhadap atribut barang atau layanan. Benefit ini memiliki manfaat yang dibedakan kedalam tiga segmen, yaitu :

a) Manfaat Fungsional, merupakan manfaat intrinsik dari penggunaan barang dan layanan, umumnya berhubungan dengan atribut produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b) Manfaat yang dirasakan, manfaat yang dialami berhubungan dengan apa yang dirasakan pada saat memakai produk dan layanan.

c) Manfaat simbolis, dikaitkan pada atribut yang tiada kaitannya dengan barang juga berkaitan dengan kebutuhan mendasar untuk pelanggan.

(3) Brand Attitudes

Brand Attitudes berhubungan terhadap penilaian yang dilakukan secara menyeluruh pada merek tertentu serta menciptakan dasar yang dipakai oleh pelanggan terhadap keinginan dan tindakannya. Objek yang dievaluasi oleh pelanggan ditemukan dalam persepsi pelanggan tentang kemampuan merek untuk melengkapi ekspektasi pelanggan.

c. Pengukuran Citra Merk

Menurut Aaker dalam Aprilia Andini (2020) menyatakan bahwa terdapat tiga indikator dari citra merek yaitu :

(16)

(1) Recognition, mencerminkan dikenalnya sebuah merek oleh konsumen berdasarkan exposure di masa lalu. Recognition berararti konsumen mengingat akan adanya atau mengingat keberadaan dari merek tersebut.

(2) Reputation, reputasi merupakan status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena dimata konsumen merek atau brand harus memiliki suatu track record yang baik. Misalnya kepercayaan produk dan reputasi merek produk dimata para konsumen.

(3) Affinity, merupakan emotional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Afinitas sejajar dengan asosiasi positif yang membuat seorang konsumen menyukai suatu produk atau jasa, pada umumnya asosiasi positif merek (terutama yang membentuk citra merek) menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek tersebut.

d. Aspek – aspek yang diukur dari citra merek

Menurut Kotler & Keller (2012:189) bahwa aspekaspek yang diukur dari citra merek terdiri dari :

(1)

Kekuatan (strengthness) Kekuatan produk merupakan keunggulan yang dimilki suatu merek produk yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek produk lain.

(2)

Keunikan (uniqueness) Keunikan suatu produk yaitu tingkat pembeda produk dari pesaingnya, kesan ini didapat konsumen atas atribut yang dimiliki suatu produk yang tidak dimiliki produk lainnya.

(17)

(3)

Keunggulan (favorable) Keunggulan suatu mereka merupakan kemudahan suatu merek produk yang mudah diucapkan oleh konsumen, mudah diingat dan produk menjadi favorit konsumen.

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Penelitian Variabel Kesimpulan

1 Syawal Asri, Febsri Susanti (2018)

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Pada E-Commerce Lazada.Co.Id (Studi Pada

Mahasiswa Jurusan S1 Manajemen “Stie Kbp”

Padang)

Independen : Trust and Perceived usefulnes, Perceived

ease of use & Risk.

Dependen : buying interest

variabel Kepercayaan(X1), Persepsi manfaat(X2),

Persepsi kemudahan penggunaan(X3), dan

Resiko (X4)terhadap Minat Beli secara online di Lazada.co.id

sebesar 35%, sedangkan sisanya

sebesar 65%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain Tabel 2.1 (Lanjutan)

(18)

yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

2 Viola De Yusa, Anugrah Lihin Hastono (2018)

Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Promosi

Dalam Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan (Amdk)

Rivero Di Bandar Lampung

Independen : Citra Merek, Harga dan

Promosi Dependen :

Keputusan Pembelian Rivero

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa citra merek, harga dan

promosi berpengaruh terhadap keputusan

pembelian.

3 Nurafrina Siregar SE. M.Si dan Renzika Ovilyani

SE (2017)

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen

Dalam Menggunakan Indihome Sebagai Penyedia Jasa Internet Di

Kota Medan (Studi Kasus Kantor Plaza Telkomcabang Iskandar

Muda No. 35 Medan Baru)

Independen : Harga, Kualitas dan

Promosi Dependen : Minat

beli

Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa

harga, kualitas, dan promosi secara simultan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen IndiHome

4 Arslan (2014) Impact of Brand Image and Service Quality on Consumer Purchase

Independen : Brand Image & Service

Quality

Temuan penelitian menunjukkan adanya

pengaruh positif dan Tabel 2.1 (Lanjutan)

(19)

Intention: A Study of Retail Store in Pakistan.

Dependen : Consumer Purchase

Intention

signifikan antara citra merek dan kualitas layanan pada niat beli konsumen. Sementara itu terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara harga dan niat

beli konsumen.

5 Owusu Alfred (2013)

Influences of Price And Product Quality On Consumer Purchase Decision Of Mobile Phone In The Kumasi

Metropolis In Ghana

Independen : Product Quality

Dependen : Consumer Purchase

Decision

Harga dan kualitas produk memiliki pengaruh pada proses

keputusan pembelian konsumen

6 Mehdi Abzari, Reza Abachian Ghassemi, Leila Nasrolahi Vosta

(2014 )

Analysing The Effect Of Social Media On Brand Attitude And Purchase Intention : The Case Of

Iran Khodro Company

Independen : Social Media, Traditional

Media.

Dependen : Purchase Intention

(1) Traditional Media berpengaruh signifikan terhadap

Brand attitude. (2) Social Media

berpengaruh signifikan terhadap

Brand attitude. (3) Brand attitude Tabel 2.1 (Lanjutan)

(20)

terhadap merek berpengaruh signifikan terhadap Purchase Intention 7 Bader M. A.

Amohaimmeed (2019)

The Effects of Social Media Marketing Antecedents on Social Media Marketing, Brand

Loyalty and Purchase Intention : A Customer

Perspective

Independen : Social Media Marketing,

Brand Loyalty, Purchase Intention.

Dependen : Social Media Marketing

Antecedents

Hasil mengkonfirmasi bahwa anteseden media sosial secara

signifikan mempengaruhi tiga konstruksi: pemasaran media sosial, loyalitas

merek dan niat pembelian pelanggan.

Sejalan dengan berbagai penelitian

sebelumnya, hasil menunjukkan bahwa

pemasaran media sosial secara

signifikan mempengaruhi loyalitas merek dan Tabel 2.1 (Lanjutan)

(21)

niat pembelian pelanggan.

8 Mohammad Fahmi AlZyoud (2018)

Social Media Marketing, Functional Branding Strategy and Intentional

Branding

Independen : Social Media Marketing, Functional Branding

Strategy.

Dependen : Intentional Branding

Hasil penelitian mengkonfirmasi hubungan antara strategi pemasaran media sosial. Namun hasilnya menunjukkan

bahwa strategi pemasaran media

sosial lebih kuat cenderung ke arah

branding yang disengaja daripada branding fungsional

yang menunjukkan bahwa pemasaran media sosial strategi

berorientasi pada branding yang disengaja. Studi ini merekomendasikan untuk memeriksa

(22)

gagasan branding yang disengaja dan

perannya dalam mengendalikan citra

merek di antara pelanggan.

C. Kerangka Berpikir

Pada kerangka pemikiran ini, peniliti akan memberikan penjelasan mengenai hubungan atau keterkaitan antar variabel yang akan diteliti.

1. Hubungan Social Media Marketing dengan Minat Beli Konsumen dalam

Menggunakan Aplikasi TIX ID

Pada masa modern ini tentunya media sosial sangat berpengaruh besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam bidang hiburan, periklanan dan promosi. Media sosial menjadi sangat penting bagi setiap perusahaan dalam menawarkan produknya, baik barang ataupun jasa. Mengingat pada saat ini sedang terjadi pandemi, maka penggunaan media sosial semakin tinggi dikarenakan berkurangnya aktivitas masyarakat. Hal inilah yang bisa menjadi salah satu pendorong konsumen untuk menggunakan berbagai macam media

Tabel 2.1 (Lanjutan)

(23)

sosial dan juga melihat berbagai penawaran produk dari setiap perusahaan yang mempromosikannya lewat media sosial.

Semakin banyak sebuah perusahaan mempromosikan produknya di berbagai media sosial, maka semakin besar juga produknya dikenal dan akan menarik minat konsumen untuk mencari tahu lebih dalam produknya dan membuka peluang untuk konsumen menggunakan produk tersebut. Seperti dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bader M. A. Amohaimmeed (2019) dalam judulnya The Effects of Social Media Marketing Antecedents on Social Media Marketing, Brand Loyalty and Purchase Intention : A Customer Perspective, menyimpulkan bahwa anteseden media sosial secara signifikan mempengaruhi tiga konstruksi: pemasaran media sosial, loyalitas merek dan niat pembelian konsumen. Jadi pada saat ini media sosial sangat berpengaruh bagi perusahaan dalam membangun sebuah brand/merek dan juga berpengaruh terhadap niat pembelian konsumen.

2. Hubungan Kualitas Layanan dengan Minat Beli Konsumen dalam Menggunakan

Aplikasi TIX ID

Kualitas Layanan yang diberikan suatu perusahaan tentunya akan mempengaruhi calon konsumen dalam pengambilan keputusan, karena salah satu factor yang mempengaruhi minat beli calon konsumen adalah dengan memperhatikan kualitas layanan yang dimiliki sebuah merek. Apabila sebuah merek dikenal oleh masyarakat dengan layanan yang sangat baik dan berkualitas maka tentunya akan mudah bagi merek tersebut untuk meningkatkan minat beli calon konsumennya. Sedangkan apabila sebuah merek

(24)

memiliki kualitas layanan yang buruk, maka sulit bagi merek tersebut untuk mendapatkan kepercayaan konsumen apalagi untuk meningkatkan minat beli konsumen.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arslan (2014) dengan judul Impact of Brand Image and Service Quality on Consumer Purchase Intention: A Study of Retail Store in Pakistan yang menyimpulkan bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap niat beli konsumen.

3. Hubungan Brand Image dengan Minat Beli Konsumen dalam Menggunakan

Aplikasi TIX ID

Brand image atau dalam Bahasa Indonesia nya adalah citra merek, merupakan factor penting yang dilihat oleh konsumen maupun calon konsumen dalam menentukan pilihan produknya. Calon konsumen yang ingin menggunakan produk tentunya akan melihat mereknya terlebih dahulu, karena merek sudah mewakilkan kualitas dan juga menunjukkan bukti secara tidak langsung produk yang ditawarkan bagus atau tidak. Citra merek yang dimiliki sebuah perusahaan pastinya dimiliki dan disimpan dalam benak konsumen dan akan menjadi sebuah patokan bagi setiap konsumen dan calon konsumen berikutnya. Apabila calon konsumen menemukan produk yang diinginkan dan produk tersebut ditawarkan oleh merek yang terkenal berkualitas maka secara otomatis akan mudah meningkatkan minat beli calon konsumen tersebut.

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Viola De Yusa, Anugrah Lihin Hastono (2018) dengan judul Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Promosi Dalam Keputusan Pembelian Air Minum Dalam Kemasan (Amdk) Rivero Di Bandar Lampung dimana citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

(25)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat diajukan hipotesis – hipotesis sebagai berikut :

H1 : Social media marketing berpengaruh positif terhadap minat beli.

H2 : Kualitas layanan berpengaruh positif terhadap minat beli.

H3 : Citra Merek berpengaruh positif terhadap minat beli.

Social Media Marketing

(X1)

Kualitas Layanan (X2)

Citra Merek (X3)

Minat Beli (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Pentadbir institusi sekolah terlalu berfokus kepada aktiviti-aktiviti lain yang terlalu mendesak golongan guru dan murid untuk mencapai kecemerlangan, sedangkan

Temuan penelitian ini pula menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah dan kemampuan berpikir kritis antara kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran

Proses ekstraksi dapat dilakukan secara manual yaitu tanpa alat pengocok dan sentrifus dalam penentuan uji tingkat kematangan bungkil dengan metode merah kresol. Absorban merah

Data tersebut menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi cenderung memiliki persentase yang lebih besar untuk mengalami viktimisasi kejahatan

Bagaimana model pengolahan air limbah domestik menggunakan tanaman hias jenis Cyperus alternifolius dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan

diiradiasi dengan UV, pada waktu yang berbeda dengan adanya katalis dengan dan tanpa karbon aktif Larutan yang diiradiasi dengan UV dengan adanya katalis TiO 2 /C =

Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut

M asyarakat masih sering berbelanja ke PK L yang berjualan tidak sesuai dengan kebijakan lokasi dan waktu yang telah ditetapkan: ketidaktahuan masyarakat maupun