• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Jenis Pariwisata

Ismayandi (2010) mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang harus dilihat dari dua sisi yaitu sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan (supply side).

Selanjutnya mengemukakan bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata disuatu daerah sangat tergantung kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan kedua sisi tersebut secara berimbang ke dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata. Dari sisi permintaan misalnya, harus dapat diidentifikasikan segmen-segmen pasar yang potensial bagi daerah yang bersangkutan dan faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Uraian ini menunjukan nilai strategis perencanaan pariwisata, sehingga pariwisata dapat memberikan manfaat terutama untuk mensejahterakan masyarakat. Sedangkan Menurut UU No. 10 Tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Menurut Karyono (1997 : 15) Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan.

Menurut Yoeti (1996 : 119-126), pariwisata dapat diklasifikasikan menurut letak geografis, menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran, menurut alasan atau tujuan perjalanan, menurut saat atau waktu berkunjung dan menurut obyeknya. Jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menurut letak geografis di mana kegiatan pariwisata berkembang:

a. Pariwisata lokal (local tourism) b. Pariwisata regional (regional tourism) c. Pariwisata nasional (national tourism) d. Pariwisata regional-internasional

e. Kepariwisataan dunia (international tourism) 2. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran:

a. In Tourism atau pariwisata aktif

b. Out-going Tourism atau pariwisata pasif

(2)

3. Menurut alasan atau tujuan perjalanan:

a. Business tourism b. Vocation tourism c. Educational tourism

4. Menurut saat atau waktu berkunjung:

a. Seasonal tourism b. Occasional tourism 5. Menurut objeknya:

a. Cultural tourism b. Recuperational tourism c. Commercial tourism d. Sport tourism e. Political tourism f. Social tourism g. Religion tourism

Jenis-jenis pariwisata tersebut bisa bertambah, tergantung pada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di suatu daerah. Hal ini berkaitan dengan kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung dalam industri pariwisata. Semakin kreatif dan banyak gagasan yang dimiliki, maka semakin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang dapat diciptakan bagi kemajuan industri pariwisata (Pratiwi, 2015).

2.2 Wisata Olahraga dan Kategori Wisata Olahraga

Wisata olahraga adalah wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengajabermaksud mengambil bagian aktif dalam peserta olahraga disuatu tempat atau negara. Setiap kegiatan olahraga banyak mendatangkan dan melibatkan organisasi/asosiasi olahraga di kota/tempat terselenggaranya kegiatan olahraga, dan hal ini mempengaruhi strategi pengembangan ekonomi (Johnson, 1997: 32). Kota-kota yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan olahraga dapat memberikan keuntungan ekonomi (Murphy, 1997: 32). Dengan siapnya kota-kota sebagai tempat penyelenggaraan olahraga dapat memberi pengaruh langsung atas perbaikan infrastruktur kota serta meningkatkan kepariwisataan dan citra yang baik bagi kota atau tempat penyelenggaraan olahraga dilakukan (Marshall Macklin Monagan Limited in Associates Ltd, 1993). Keuntungan yang diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan olahraga,

(3)

tergantung pada besar kecilnya event, lamanya penyelenggaraan dan jumlah penonton yang datang dari luar daerah tempat penyelenggaraan (Murphy, 1997).

Pariwisata untuk olahraga menurut Spillane (1987:30) dapat dibagi dalam dua kategori yaitu:

1. Big Sport Events yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympic games, kejuaraan ski dunia, kejuaran tinju dunia dan olahraga lainnya yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

2. Sporting Tourism of The Practicioners yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain sebagainya.

2.3 Potensi Pariwisata

Potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1996:172) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi maupun upaya pelestarian.

Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu.

Berbagai kisi-kisi pemahaman mengenai destinasi pariwisata seperti halnya diadaptasikan dari banyak batasan pengertian yang telah diberikan oleh para pakar, seperti Cooper, Fletcher, Gilbert, Shepherd, dan Wanhill (1998), yang intinya pengembangan destinasi harus memiliki komponen-komponen utama yang meliputi, Objek dan daya tarik (attraction), Aksesbilitas (accessibility), Amenitas (amenities), Fasilitas pendukung (ancillary services) dan Kelembagaan (Institutions). Berdasarkan potensi dan kendala tersebut, kemudian dirumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata untuk sektor pariwisata olahraga (Sunaryo, 2013:159).

Pariwisata olahraga akan menimbulkan dampak bukan untuk industri kepariwisataannya saja, tetapi akan berimbas pada antusias para atlet daerah untuk melaksanakan latihan ataupun bertanding dalam kejuaraan tingkat daerahataupun tingkat yang lebih tinggi lainya, sehingga pemerintah daerah memiliki peran untuk dapat mengelar kompetisi olahraga tingkat daerah. Untuk dapat melakukan pengembangan perlu

(4)

memperhatikan berbagai aspek, suatu objek wisata yang akan dikembangkan harus memperhatikan syarat-syarat pengembangan daerah menjadi objek wisata yang dapat diandalkan.

Suatu daerah mungkin sekali memiliki daya tarik yang menjadi magnet yang menyebabkan orang tertarik mengunjungi daerah tersebut. Obyek yang menjadi unsur daya tarik kedatangan wisatawan disuatu daerah tujuan wisata dapat berupa potensi alam, potensi hasil akal budi manusia, seperti senibudaya masyarakat yang unik, ataupun potensi- potensi yang menjadi daya tarik wisata yang kuat.

Sebuah obyek wisata yang menjadi tujuan wisata merupakan tempat yang memiliki daya tarik wisata atau bisa disebut atraksi wisata. Menurut Suryadana (2009), atraksi wisata (Tourist attractions) adalah segala sesuatu (tempat/area, fasilitas wisata, aktivitas wisata atau ciri-ciri/fenomena yang spesifik) yang memiliki suatu karakteristik tertentu yang dapat menarik atau ditujukan untuk menarik orang sebagai para pengunjung/wisatawan untuk dikunjungi, disaksikan, dilakukan atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata. Sumber daya yang tidak atau belum dikembangkan, belum dapat disebutkan sebagai atraksi wisata tetapi hanya sumber daya potensial, hingga dilakukan pengembangan aksesibilitas, fasilitas wisata dan aktivitas wisata.

Masih menurut Suryadana (2009), atraksi wisata diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu Atraksi Wisata Alamiah (Natural Attractions) yang berbasiskan ada sumber daya tarik wisata alam, Atraksi Wisata Budaya (Cultural Attractions) yang berbasiskan pada sumber daya tarik wisata budaya, dan atraksi Wisata Buatan Binaan Manusia (Man-made Attractions) yang berbasiskan pada sumber daya tarik wisata buatan dan binaan manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, potensi merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Potensi dalam konteks pariwisata, dapat diartikan sebagai segala hal sumber daya yang bisa dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Potensi yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa potensi alam, potensi budaya, potensi wisata buatan hasil manusia. Daya tarik wisata (Potensi Wisata) adalah potensi alamiah atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus pariwisata. (Suwardjoko & Indira P. Warpani, 2007:47).

(5)

Menurut Suwardjoko & Warpani (2007:50-55), daya Tarik wisata digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Potensi Alam

Bentang alam, flora, dan fauna adalah daya tarik wisata yang sangat menarik. Alam menawarkan jenis pariwisata aktif maupun pasif disamping sebagai objek penelitian studi atau wisiawisata. Soekadijo (1996) mengelompokkannya dalam lima golongan, yakni:

a. Melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka, misalnya: berjemur dipantai, menyelam, berburu, panjat tebing.

b. Menikmati suasana alam, seperti menikmati keindahan alam, kesegaran iklim pegunungan, ketenangan alam pedesaan.

c. Mencari ketenangan, melepaskan diri dari kesibukan rutin sehari-hari, beristirahat, tetirah.

d. Menikmati rumah kedua menikmati tempat tertentu, tinggal di pesanggrahan (bungalow, villa) miliknya atau sewaan, atau mendirikan tempat berteduh sementara berupa tenda, atau menggunakan caravan.

e. Melakukan widiawisata; alam menjadi objek studi, mempelajari flora dan fauna tertentu.

2. Potensi Budaya

Kekayaan budaya daerah, upacara adat, busana daerah (yang juga menjadi bagian busana nasional), dan kesenian daerah adalah potensipotensi yang dapat menjadi daya tarik wisata bila dikemas dan disajikan secara professional tanpa merusak nilai-nilai dan norma-norma budaya aslinya.

3. Potensi Manusia

Manusia harus ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek pariwisata. Manusia dapat menjadi atraksi pariwisata dan menarik kunjungan wisatawan bukan hal yang luar biasa. Sudah tentu, manusia sebagai atraksi pariwisata tidak boleh direndahkan kedudukannya hingga kehilangan martabatnya sebagai manusia. Ada tiga aspek penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para pengelola atau pemasar dalam bidang kepariwisataan (Muljadi, 2009:89), yaitu:

a. Attraction

(6)

Attraction adalah segala sesuatu baik itu berupa daya tarik wisata alam dan budaya yang menarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu daerah tujuan wisata.

b. Accessibility

Accessibility artinya kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata yang dimaksud melalui berbagai media transportasi, udara, laut, atau darat.

c. Amenities

Amenities maksudnya berbagai fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama mereka melakukan perjalanan wisata di suatu daerah tujuan wisata.

d. Ancillary

Ancillary pelayanan tambahan atau pelengkap, yang harus disediakan oleh pemerintah daerah, baik untuk wisatawan atau pelaku pariwisata

2.4 Strategi

Keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi sangat bergantung kepada strategi yang telah direncanakan sejak awal, strategi yang baik akan membuat pencapaian tujuan berjalan secara efektif dan efisien. Merangkum buku Rangkuti (2013:3-4) mengutip pendapat beberapa ahli mengenai strategi, diantaranya:

Chandler: Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Learned, Christensen, Andrews, dan Guth: Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak.

Andrews, Chaffe: Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.

(7)

Strategi diciptakan dari pemikiran seorang pimpinan tertinggi dalam sebuah organisasi yang dihasilkan dari proses manajemen strategi. Manajemen strategi menurut Sedjati (2015:3) “merupakan ilmu yang menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka pembuatan keputusan-keputusan organisasi secara strategis, guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”.

2.4.1 Manajemen Strategi

Untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, manajemen strategi harus melewati beberapa tugas penting. Sembilan tugas penting manajemen strategi menurut Yunus (2016:3) adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai maksud, filosofi, dan sasaran perusahaan.

2. Melakukan suatu analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal perusahaan.

3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor pesaing dan faktor kontekstual umum lainnya.

4. Menganalisis pilihan-pilihan yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara menyesuaikan sumberdaya dan lingkungan eksternal.

5. Mengidentifikasikan pilihan paling menguntungkan dengan cara mengevaluasi setiap pilihan berdasarkan misi perusahaan.

6. Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut.

7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan tujuan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan.

8. Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumberdaya yang dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur, teknologi, dan sistem penghargaan ditekankan.

9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan pengambilan keputusan di masa mendatang.

(8)

2.4.2 Perencanaan Strategi

Proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategi-strategi yang ditetapkan oleh kelompok manajemen strategi merupakan bagian dari perencanaan strategi, hal ini bertujuan untuk mengatasi ancaman eksternal serta memaksimalkan peluang yang ada. Menurut Darsana dalam jurnal Barreto dan Giantari (2015:780)

“perencanaan strategi (planning strategic) adalah suatu proses pengalihan tujuan- tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan dari program-program strategik yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut, dan penetapan metode- metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan”.

Perencanaan strategi dilakukan karena memiliki peran penting tersendiri, adapun peran penting perencanaan strategi adalah sebagai berikut:

1. Sebagai kerangka dasar dalam pengambilan bentuk-bentuk perencanaan yang lainnya.

2. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.

3. Sebagai titik permulaan dalam pemahaman dan penilaian kegiatan -kegiatan manajemen dan organisasi.

2.5 Strategi Pengembangan Pariwisata

1.5.1 Pengembangan Sarana dan Prasarana

Pengembangan Pariwisata dapat terwujud dengan memperhatikan pengembangan sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya suatu kegiatan wisata di daerah tersebut.

Berdasarkan pembahasan peniliti terdahulu berjudul Strategi Pengembangan Pariwisata oleh Pemerintah Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah, sarana dan prasaran pariwisata adalah sebagai berikut:

a. Sarana prasarana Pokok Pariwisata (Main Tourism Superstructures) adalah:

Hotel, Villa, Restoran.

b. Sarana prasarana Pelengkap Pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures) adalah: wisata budaya dan wisata alam

c. Sarana prasarana Penunjang Pariwisata (Supporting Tourism Superstructures) seperti pasar seni, kuliner, oleh-oleh, dan cindera mata kerajinan khas daerah.

(9)

1.5.2 Pengembangan Pariwisata

Sektor pariwisata dalam beberapa dekade terakhir ini banyak mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan munculnya destinasi-destinasi wisata baru di seluruh Indonesia. Menurut Sya dan Harahap (2019:92) perkembangan pariwisata ini dapat diupayakan dengan melakukan kegiatan yang memiliki tujuan untuk menata objek-objek wisata baik itu wisata alam, wisata budaya, maupun wisata buatan dengan cara menyediakan sarana dan prasarana penunjang pariwisata, serta mempromosikan objek-objek wisata.

Secara umum perkembangan industri pariwisata selalu mengikuti siklus hidup pariwisata itu sendiri, sehingga posisi perkembangan industri pariwisata tersebut dapat ditentukan. Menurut Cooper dan Jackson dalam Tapatfeto, Bessie dan Kasim (2018:5) tahapan-tahapan pariwisata adalah sebagai berikut:

a. Tahap Eksplorasi (exploration), yang berkaitan dengan discovery yaitu suatu tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah. Biasanya jumlah kunjungan sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasi sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi berminat karena belum ramai dikunjungi.

b. Tahap Keterlibatan (involvement), yang diikuti oleh kontrol lokal, di mana biasanya oleh masyarakat lokal. Pada tahap ini terdapat inisiatif dari masyarakat lokal, obyek wisata mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah wisatawan meningkat, dan infrastruktur mulai dibangun.

c. Tahap Pengembangan (development) dengan adanya kontrol lokal menunjukan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara drastis. Pengawasan oleh lembaga lokal agak sulit membuahkan hasil, masuknya industri wisata dari luar dan kepopuleran kawasan wisata menyebabkan kerusakan lingkungan alam dan sosial budaya sehingga diperlukan adanya campur tangan kontrol penguasa lokal maupun nasional.

d. Tahap Konsolidasi (consolidation) ini ditunjukan oleh penurunan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan. Kawasan wisata dipenuhi oleh berbagai industri pariwisata berupa hiburan dan berbagai macam atraksi wisata.

e. Tahap Kestabilan (stagnation) jumlah wisatawan tertinggi telah dicapai dan kawasan ini mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang dan para pebisnis memanfaatkan fasilitas yang ada. Pada tahapan ini terdapat upaya

(10)

untuk menjaga jumlah wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri pariwisata dan kawasan ini kemungkinan besar mengalami masalah besar yang terkait lingkungan alam maupun sosial budaya.

f. Tahap Penurunan Kualitas (decline), hampir semua wisatawan telah mengalihkan kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain. Kawasan ini telah menjadi obyek wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan. Beberapa fasilitas pariwisata telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain.

Dengan demikian pada tahap ini diperlukan upaya pemerintah untuk meremajakan kembali.

g. Tahap Peremajaan Kembali (rejuvenate) di mana dalam tahap ini perlu dilakukan pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata menjadi pasar baru, membuat saluran pemasaran baru, dan mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain. Oleh sebab itu diperlukan modal baru atau kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.

1.5.3 Faktor Pendorong Pengembangan Pariwisata

Mengutip pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha, atau produksi. Secara sistem Sya dan Harahap (2019:101) menyatakan pariwisata memiliki 5 jenis komponen yaitu atraksi, promosi dan pemasaran, pasar wisata (masyarakat pengirim wisata), transportasi, dan masyarakat penerima wisatawan.

Atraksi adalah salah satu komponen pariwisata utama yang menjadi modal pendorong ketertarikan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata. Menurut Soekadijo dalam Pradikta modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan adalah sebagai berikut:

Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.

Modal dan potensi kebudayaan. Yang dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan 20 masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan

(11)

atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik.

Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia

2.6

Menurut Cooper dkk dalam Setiawan (2015) mengemukakan bahwa terdapat 4 komponen yang harus dimiliki oleh suatu objek wisata yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancilliary. Komponen pariwisata inilah yang dapat ditingkatkan dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

1. Peningkatan atraksi (attraction)

Atraksi menjadi hal yang sangat penting dalam suatu objek wisata karena segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar wisatawan mau dating berkunjung ke daerah tujuan wisata. atraksi bisa berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, kebudayaan, dan sebagainya.

2. Peningkatan aksesibilitas (accessibility)

Aksesibilitas meliputi moda transportasi yang menunjang perjalanan menuju daerah tujuan wisata serta prasarana berupa jalan, jembata, terminal, stasiun, dan bandara.

3. Peningkatan amenitas (amenity)

Amenitas ataupun fasilitas pendukung kegiatan wisata selama wisatawan berkunjung ke daerah tujuan wisata seperti, tempat ibadah, toilet, tempat istirahat, tempat parkir dan tempat makan.

4. Peningkatan jasa pariwisata (ancillary)

Ancillary merupakan jasa pariwisata yang mengelola objek wisata berupa perencanaan, pengorganisasian, penerapan, dan pengawasan terkait perkembangan objek wisata tersebut. Jasa pariwisata ini bisa merupakan suatu organisasi Kelompok Sadar Wisata

(12)

TABEL 2.1

PENELITIAN TERDAHULU NO

. Penulis Judul Variabel Hasil Metope

n

1 Marhanani Tri Astuti

Potensi Wisata Olah Raga Dalam Meningkat kan Kunjunga n

Wisatawa n

Sport Tourism To Increase Tourist Arrival In Indonesia

Potensi Wisata Olahraga (X) Meningk atkan Kunjunga n

Wisatawa n (Y)

Potensi wisata olahraga di Indonesia cukup besar dan saat ini mengalami persaingan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Australia. Persaingan tersebut meliputi kesiapan sarana, prasarana yang dimilki dan sumber daya manusia yang

profesional. Oleh karena itu diperlukan

pengembangan potensi wisata olahraga meliputi faktor fasilitas, Sumber Daya Manusia yang mempunyai karakter, kompetensi dan kolaborasi, maka pendekatan bisnis merupakan praktek operasionalisasi berkaitan dengan kebijakandan strategi.

Mengutama-kan pelaksanakan manajemen kepariwisataan Indonesia. Di bidang marketing, fokus pada promosi. Dan sesuai dinamika zaman,

memanfaatkan teknologi informasi yang

berpengaruh kini di bidang pariwisata.

Disamping itu faktor koordinasi dan bermitra antara sektor pemerintah dan swasta.

Deskrip tif Kuantit atif

(13)

2

Marieska Lupikawat y

Potensi Sport Tourism di Kota Palemban g

Perspektif Ekonomi

Potensi Sport Tourism (X) Perspekti f

Ekonomi (Y)

Palembang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan wisata olahraga yang dapat mendatangkan

keuntungan multiplier efek bagi masyarakat lokal dari persepektif ekonomi karena memiliki beberapa potensi wisata yang menunjang seperti kawasan JSC di Jakabaring dan Sungai Musi. Ditunjang pula dengan keberagaman budaya seperti kuliner khas Palembang dan kerajinan tangan yang sudah sangat terkenal sebagai daerah tujuan wisata yang potensial.

Jumlah hotel yang banyak, bandara internasional hingga akses yang mudah sangat membantu tercapainya konsep wisata olahraga di Kota Palembang. Wisata olahraga secara keseluruhan lebih banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat local sebagai tuan rumah.

3 Meiwany A. K. dkk

Strategi pengemba ngan objek wisata dalam upayaPeni ngkatan kunjungan

Strategi Pengemb angan(X)

Peningka tan Kunjunga n (Y)

Berdasarkan penelitian terdapat hasil sebagai berikut

1. Faktor pendorong yang memiliki kategori sangat tinggi adalah gundukan-gundukan pasir yang menyerupai padang pasir dengan mean 4,90 dan perlu adanya pengembangan usaha oleh masyarakat sekitar dengan mean 4,67.

(14)

(studi pada objek wisata pantai oetune kabupaten tts) Tahun 2018

2. Faktor penghambat yang memiliki kategori sangat tinggi yaitu tidak tersedianya tempat pembuangan sampah dengan mean 1,20 dan munculnya atraksi wisata lain dengan mean 1,40.

4

Kartini La Ode Unga dkk

Strategi Pengemba ngan Kawasan Wisata Kepulauan Banda

Strategi Pengemb angan Kawasan Wisata (X)

Strategi prioritas berdasarkan SWOT adalah pengembangan wisata diving dan snorkeling, membangun jaringan dengan wisata lain, bekerjasama dengan

agen perjalanan, dan membuat website khusus.

Sumber: olah data penulis, 2021

(15)

2.7 Kerangka Pemikiran

TABEL 2.2

KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber: Rangkuti, 2006

Referensi

Dokumen terkait

Termokopel merupakan sensor suhu yang terdiri atas sepasang penghantar yang berbeda disambung las atau dileburkan bersama pada satu sisi membentuk penghantar ”hot” atau sambungan

pengaruh kebijakan White Australia Policy, yang menganggap kulit putih lebih superior daripada orang-orang kulit berwarna, masih melekat kuat sebagai sebuah

Pada awal berdirinya William Soeryadjaya bersama saudaranya Drs.Tjia Kian Tie (alm) menggunakan nama PT. Astra International Incorporated dan usaha ini bergerak

Bagi pebisnis dan perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan evaluasi bagi Jakarta Honda Centre (Astra Motor Jakarta) mengenai

[1] Barotrauma merupakan segala sesuatu yang diakibatkan oleh tekanan kuat yang tiba-tiba dalam ruangan yang berisi udara pada tulang temporal, yang diakibatkan oleh kegagalan

bahwa Unit Pelaksana Teknis Dinas sebagai unsur pelaksana teknis Dinas dalam rangka melaksanakan kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di Kabupaten/Kota,

Barang atau uang dapat diberikan kepada seseorang atau badan yang telah menerima Gelar Kehormatan atau Tanda Penghargaan lainnya dan ditetapkan dalam Surat