• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Tanggungjawab Pelaku Usaha Jasa Penyiaran Berlangganan (Televisi Kabel) dan Peranan Pemerintah Sebagai Pengawas Terkait Perubahan Paket Layanan Secara Sepihak Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Tanggungjawab Pelaku Usaha Jasa Penyiaran Berlangganan (Televisi Kabel) dan Peranan Pemerintah Sebagai Pengawas Terkait Perubahan Paket Layanan Secara Sepihak Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsum"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAYANAN SECARA SEPIHAK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN BUKU III KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

PERDATA

Rifka Masriani

(1187025)

Masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, memerlukan pemenuhan atas kebutuhannya. Terkait dengan kebutuhan tersebut kebutuhan terbagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yakni kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan testier. Di era moderen seperti sekarang ini, masyarakat memiliki kebutuhan sekunder, namun disamping itu masyarakat juga memerlukan kebutuhan lainnya seperti media penyiaran. Media memberikan suatu program televisi yang dapat menjangkau lebih banyak program siaran baik dalam maupun luar negeri yang sekarang disebut dengan televisi berlangganan salah satunya adalah X TV. Namun pada praktiknya pelaku usaha dalam melakukan perbuatan sering kali merugikan konsumen. Kerugian yang sering kali dialami konsumen tidak hanya perubahan perjanjian secara sepihak, tetapi paket layanan yang tidak sesuai dengan promosi, penghentian secara sepihak pengurangan program tanpa adanya informasi yang diberikan oleh pelaku usaha. Dalam hal penyelesaian sengketa antara pelaku usaha dan konsumen maka pemerintah memfasilitasi adanya peran Badan Penyelesian Sengketa Konsumen (BPSK) untuk menyelesiakan sengekata tersebut.

Metode penelitian yang digunakan ialah Yuridis Normatif dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder, dan terstier. Sifat penelitian deskriptif analisis, yaitu menggambarkan dan meneiliti fakta yang terjadi. Melalui metode penelitian tersebut maka penulis akan mendapatkan analisa mengenai tanggung jawab pelaku usaha dan peranan pemerintah terhadap pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan jaminan perlindungan hukum bagi konsumen yang dirugikan akibat perubahan paket layanan secara sepihak. Pertanggungjawaban pelaku usaha secara perdata atas tindakan yang merugikan konsumen terkait perubahan paket layanan secara sepihak yaitu melakukan pemenuhan kewajiban dan denda. Disamping itu UUPK mengatur mengenai sanksi perdata, sanksi pidana dan pidana tambahan. Peran pemerintah terhadap pelaku usaha yang melakukan perubahan paket secara sepihak yaitu memfasilitasi adanya Badan Penyelesaian Sengketa untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA WITH REGULATIONS NUMBER 8 YEAR 1999 ABOUT CONSUMER

PROTECTION AND BOOK III CIVIL LAW

Rifka Masriani television program which reach out more broadcasting program from domestic and overseas which called subscription television, one of them is X TV. Yet, in the field the businesses often harm the consumers. The disadvantage which often experienced by the consumers is not just unilateral change of agreement but also service package which is not in accordance with the promotion, unilateral termination, and program reduction without any further information. In the term of dispute resolution between businesses and consumer then the government facilitated the role of Consumer Dispute Resolution Agency to resolve the dispute.

The method used is Juridical Normative using primary, secondary, and terstiary law. The characteristic of the research is descriptive analysis, in which describe and examine the facts that occurred. With that research method the author will get the analysis about the responsibility of businesses and government role towards broadcasting service businesses which perform unilateral change of service package.

The Law of Consumer Protection and The Book of Civil Law give the warranty of legal protection to disadvantaged consumers from the result of unilateral change of service package. The accountability of businesses in the civil law for actions that harm consumer is fulfiling the needs and fines. Besides that the Law of Consumer Protection is regulation the civil sanctions, criminal sanctions, and additional sanctions. The role of government towards the businesses who perform unilateral change of service package is facilitating with the presence of Dispute Resolution Agency to resolve the dispute.

(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PERNYATAAN KEASLIAN………... i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG………. iii

KATA PENGANTAR………... iv

ABSTRAK………. vii

DAFTAR ISI……….. viii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah……… 10

C. Tujuan Penelitian………. 10

D. Kegunaan Penelitian……… 10

E. Kerangka Pemikiran……… 12

F. Metode Penelitian……… 20

G. Sistematika Penulisan……….. 22

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR HUBUNGAN HUKUM ANTARA PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN…….. 24

A.Perjanjian Berdasarkan Hukum Positif Indonesia...……... 24

1. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian………. 24

a. Pengertian Perikatan………... 24

b. Pengertian Perjanjian….……… 25

c. Kolerasi Antara Perikatan dan Perjanjian……….. 27

2. Asas-asas Perjanjian………... 28

3. Keabsahan Perjanjian Menurut KUHPerdata………. 32

4. Wanprestasi dalam Perjanjian………. 42

(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

8. Jenis-jenis Perjanjian ………..…... 64

B.Pihak-pihak dan istilah Yang Terkait Dengan Konsumen….. 68

1. Pihak-pihak………. 69

a. Pelaku Usaha……….. 69

b. Konsumen ………. 71

c. Pemerintah ………...………. 72

d. Barang dan Jasa……….. 74

2. Bentuk Perjanjian Baku dalam Perjanjian Antara Pelaku Usaha dan Konsumen………. 75

BAB III PERAN PEMERINTAH DAN ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN………. 84

A. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen……….. 84

1. Pengertian dan Batasan Mengenai Hukum Perlindungan Konsumen………... 84

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen………. 86

3. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha………. 88

a. Hak Konsumen ………. 88

b. Kewajiban Konsumen ………... 94

c. Hak Pelaku Usaha ………. 96

d. Kewajiban Jawab Pelaku Usaha ………... 97

4. Tahap-tahap Transaksi Konsumen……….. 100

5. Tanggung Jawab Pelaku Usaha……….. 102

6. Perbuatan yang Dilarang Oleh Pelaku Usaha………. 114

B.Peran Pemerintah Dalam Mengawasi Lembaga Penyiaran di Indonesia dan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat…. 119 1. Peranan Pemerintah ………...………. 119

a. Pengertian Pemerintah dan Pemerintahan……….. 119

(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

a. Pengertian Penyiaran ……… 129

b. Prinsip-prinsip Penyiaran………... 130

c. Lembaga-lembaga Penyiaran………. 132

3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen……… 134

a. Pengertian dan Susunan keanggotaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)…………... 134

b. Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)………. 135

BAB IV TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PENYIARAN BERLANGGANAN (TELEVISI KABEL) DAN PERANAN PEMERINTAH TERHADAP PAKET SECARA SEPIHAK DIHUBUNGKAN DENGAN UUPK DAN BUKU II KUHPERDATA ………... 137

A.Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Penyiaran Berlangganan (Televisi Kabel) Terhadap Perubahan Paket Secara Sepihak ………...………. 137

B.Peran Pemerintah Terhadap Pelaku Usaha Jasa Penyiaran Berlangganan Yang Melakukan Perubahan Paket Layanan Secara Sepihak ……….………... 156

BAB V PENUTUP………... 162

A. Kesimpulan……….. 162

B. Saran……… 163

DAFTAR PUSTAKA 165

(6)

1

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dan perkembangan perekonomian, perdagangan, serta

perindustrian yang semakin hari semakin meningkat telah memberikan kemudahan yang luar biasa kepada masyarakat dalam memenuhi

kebutuhannya, karena telah banyak beragam variasi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, memerlukan pemenuhan atas kebutuhannya. Berbagai upaya

akan dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Terkait dengan kebutuhan tersebut kebutuhan terbagi menjadi 3 (tiga) tingkatan,

yakni kebutuhan primer yang dapat dikatakan kebutuhan yang bersifat darurat, kebutuhan sekunder, dan terakhir adalah kebutuhan tersier.

Di era yang modern seperti sekarang ini, masyarakat memiliki berbagai

kebutuhan primer yakni kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Namun di samping itu, masyarakat juga memerlukan kebutuhan-kebutuhan

lainnya, seperti kebutuhan informasi, hiburan, pendidikan dan pengawasan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, salah satu pemenuhan kebutuhan tersebut yaitu media penyiaran. Media penyiaran memberikan

suatu program televisi yang dapat menjangkau lebih banyak program siaran baik dalam maupun luar negeri yang sekarang disebut dengan televisi

(7)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Kebutuhan masyarakat akan jasa penyiaran berlangganan mengakibatkan keberadaan jasa penyiaran berlangganan menjadi hal yang sangat penting

sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Banyaknya fasilitas yang didapatkan dari televisi menjadi alasan mengapa jasa penyiaran

berlangganan menjadi salah satu kebutuhan masyarakat.

Perkembangan jasa penyiaran berlangganan di Indonesia awalnya hanya

dikenal oleh kalangan tertentu saja. Namun, saat ini jasa penyiaran berlangganan menjadi kebutuhan bagi setiap kalangan baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Permintaan dari masyarakat yang begitu

besar menjadi alasan bagi pelaku usaha menjalankan usahanya di bidang jasa penyiaran berlangganan. Dewasa ini, di Indonesia telah banyak pelaku

usaha yang menyediakan jasa penyiaran berlangganan, di mana program acara yang ditawarkan beraneka ragam baik program dalam negeri maupun luar negeri. Televisi berlangganan adalah jasa penyiaran saluran televisi

yang dilakukan khusus untuk pelanggan yang bersedia membayar atau berlangganan secara berkala. Jasa ini biasanya disediakan dengan

menggunakan sistem digital ataupun analog melalui media satelit. Saat ini sistem penyiaran dengan digital adalah yang paling lazim digunakan.

Pelaku usaha di bidang jasa penyiaran berlangganan bersaing untuk

mengeluarkan berbagai macam pilihan layanan televisi kabel yang memungkinkan masyarakat untuk menyaksikan siaran televisi yang

(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA televisi kabel untuk dipasang di rumah. Salah satunya adalah X TV, merupakan stasiun televisi satelit berlangganan yang dioperasikan oleh PT.

Y dan merupakan anak perusahaan Z Grup. X TV menyediakan jasa siaran berlangganan yang menawarkan beberapa paket layanan, X TV

menawarkan beragam saluran dan program ternama bagi konsumen di Indonesia dari genre yang berbeda, termasuk saluran hiburan, gaya hidup,

pendidikan, anak-anak, olahraga, musik, film, dan berita.1

Mekanisme atau prosedur berlangganan X TV terbilang cukup mudah, masyarakat hanya cukup memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan oleh X TV, sehingga calon pelanggan dapat menjadi pelanggan X TV. Syarat dan ketentuan berlangganan X TV merupakan perjanjian

antara pelanggan dan X TV. Dengan adanya perjanjian tersebut, maka antara ,X TV dengan pelanggan sepakat untuk saling mengikatkan diri dalam perjanjian berlangganan tersebut dengan ketentuan-ketentuan yang

ada. Perjanjian yang telah disepakati para pihak menimbulkan adanya hubungan hukum. Pengertian perjanjian dijelaskan pada Pasal 1313

KUHPerdata yang selanjutnya disebut KUHPerdata menyatakan, “Suatu Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Suatu perjanjian

harus memenuhi 4 (empat) syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian sebagaimana terdapat dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu :

(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA a. Sepakat mereka yang mengikatnya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;

c. Suatu hal tertentu; d. Suatu sebab yang halal.

R. Setiawan, menyatakan bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih.2

Dalam perjanjian terdapat hak yang harus dinikmati dan dimiliki dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para pihak. Namun pada

pelaksanaanya, dalam hubungan antara pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan dan pelanggan dapat terjadi permasalahan hukum dimana

konsumen tidak mendapatkan haknya sebagaimana dituangkan dalam perjanjian. Sebagian besar perjanjian antara konsumen dan pelaku usaha adalah merupakan perjanjian yang isinya telah dibuat atau ditentukan

sepihak oleh pelaku usaha sehingga konsumen tidak dapat melakukan penawaran atau negosiasi dan biasanya konsumen adalah pihak yang

dirugikan, perjanjian tersebut dikenal sebagai perjanjian baku.

Pada praktiknya pelaku usaha dalam melakukan suatu perbuatan sering kali merugikan konsumen. Kerugian yang seringkali dialami oleh

konsumen tidak hanya perubahan perjanjian secara sepihak, tetapi paket layanan yang tidak sesuai dengan promosi, penghentian secara sepihak,

2

(10)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA pengurangan program tanpa adanya informasi yang diberikan oleh pelaku usaha. Maka, untuk menindaklanjuti hal tersebut perlu adanya pengawasan

terhadap pelaku usaha.

Kurangnya sebuah peran dari pemerintah terhadap pelaku usaha yang

telah melanggar hak-hak konsumen, membuat para pelaku usaha menjadi tidak peduli akan hak-hak konsumen. Sehingga saat ini banyak pelaku usaha

yang tidak menghiraukan konsumennya dengan mengambil keputusan secara sepihak, dan merugikan konsumen, tanpa memberikan konfirmasi.

Sebagai contoh adalah kasus yang dialami oleh Norman Yanuar kasus ini

bermula ketika Kasus ini bermula ketika Norman Yanuar berlangganan X TV dengan menggunakan paket layanan XFun yaitu paket layanan yang

memuat 98 CH + 13 HD PROGRAM selama setahun penuh dan dibayar di muka. Dalam perjanjian berlangganan disepakati bahwa Norman Yanuar berlangganan paket layanan XFun dimulai pada bulan Februari 2013 hingga

berakhir pada Februari 2014. Salah satu alasan Norman mengambil paket layanan XFun karena di dalam paket layanan tersebut ada program National

Geographic HD dan History HD yang merupakan program favorite Norman.

Namun pada saat Norman ingin mengakses National Geographic HD dan

History HD program tersebut, telah di-block oleh X TV ini terjadi pada hari selasa, 23 September 2014 sekitar pukul 19.11 WIB. Hal ini sudah tidak

(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Norman, kemudian norman melakukan pengecekan terhadap website X TV dan Norman baru menyadari bahwa X TV telah melakukan perubahan

sepihak dari paket layanannya dimana program National Geographic HD dan History HD beserta beberapa program HD lainnya hanya dapat diakses

oleh pelanggan yang menggunakan paket layanan XSun, XStar, dan XUniverse dimana paket tersebut adalah paket yang lebih tinggi

tingkatannya secara biaya maupun isi layanannya. Kemudian Norman menghubungi customer service untuk melakukan upgrade paket ke XSun, namun customer service memberitahu Norman bahwa Norman hanya bisa

meng-upgrade setelah kontrak 1 (satu) tahun Norman berakhir sedangkan paket layanan Norman masih tersisa sekitar 4-5 bulan kedepan atau jika

tidak Norman harus membayar penuh paket yang Norman ambil dan paket 1 tahun yang telah Norman bayarkan akan hangus. Namun pada pelaksanaannya belum genap satu tahun sesuai dengan kesepakatan awal, X

TV melakukan perubahan secara sepihak yang merugikan Norman.

Selain itu Norman kecewa akibat perubahan sepihak yang dilakukan oleh

X TV, kekecewaanya yaitu mengenai perubahan layanan yang dilakukan sepihak oleh X TV, X TV tanpa melakukan konfirmasi kepada pelanggan dan X TV telah menyalahi ketentuan perjanjian yang telah disetujui oleh

pelanggan.3

(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pelaku usaha selalu memandang konsumen sebagai pihak yang mudah dieksploitasi dan mudah dipengaruhi untuk menggunakan segala bentuk

atau jasa yang ditawarkan. Hal ini diperparah dengan kurangnya pemahaman masyarakat sebagai konsumen terhadap hak-haknya. Konsumen

tidak dapat melakukan upaya apapun ketika haknya diabaikan. Disamping itu konsumen tidak memahami prosedur pengaduan dan penuntutan pada

saat haknya dilanggar.4

Menurut sepengatahuan penulis, belum pernah ada judul penelitian yang sama sampai dengan penelitian ini dibuat. Sampai saat ini sepengetahuan

penulis baru ada penelitian oleh :

1. Khotimah, Pelaksanaan Pengaktifan Sepihak (Negative Option) Yang

Dilakukan Oleh Telkomsel Dalam Layanan Opera Mini Ditinjau Dari KUHPerdata dan UUPK Serta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Skripsi, Fakultas

Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 2012.

Judul tersebut membahas mengenai bagaimana tindakan pengaktifan

sepihak (negative option) content opera mini yang dilakukan oleh telkomsel dan bagaimana tindakan hukum yang sebaiknya ditempuh oleh konsumen terhadap tindakan pengaktifan secara sepihak

(negative option) pada transaksi elektronik.

4

(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2. Gibral Chaerul Mi’raj, Pendaftaran Sepihak Dalam Program Tagihan Tetap Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Terhadap Pengguna

Layanan Telepon Tetap Dikaitkan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Pendaftaran Sepihak Dalam Program Tagihan Tetap Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia TBK Terhadap Pengguna Layanan

Telepon Tetap Dikaitkan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 2012.

Judul tersebut membahas bagaimana perlindungan hukum terhadap pengguna telepon tetap selaku konsumen pendaftaran sepihak oleh

PT. Telkom pada program tagihan tetap serta membahas mengenai bagaimana pertanggungjawaban PT. Tekom selaku pelaku usaha terhadap konsumen terkait program tagihan tetap yang dibuat secara

sepihak.

3. Fandy, Tinjauan Hukum Terhadap Penghentian Siaran Secara

sepihak Oleh Operator Televisi Berlangganan Dihubungkan Dengan UUPK Juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia,

Bandung, 2009.

Judul tersebut membahas mengenai bagaimana perlindungan hukum

(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA operator televisi berbayar serta membahas mengenai tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh konsumen atas penghentian siaran

secara sepihak oleh operator televisi berbayar. Sedangkan penulis akan membahas mengenai pertanggungjawaban pelaku usaha jasa

penyiaran berlangganan dalam perubahan paket layanan secara sepihak serta membahas mengenai apakah peran pemerintah terhadap

pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penulisan usulan

penelitian ini penulis mencoba membahas mengenai peran pemerintah dan tanggung jawab pelaku usaha dalam terjadinya penghentian siaran secara

sepihak yang dituangkan dalam judul : “TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA JASA PENYIARAN

BERLANGGANAN (TELEVISI KABEL) DAN PERANAN

PEMERINTAH SEBAGAI PENGAWAS TERKAIT PERUBAHAN

PAKET LAYANAN SECARA SEPIHAK DIHUBUNGKAN DENGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN BUKU III KITAB

(15)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang masalah maka

penulis mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan hukum yang timbul, sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan dalam perubahan paket layanan secara sepihak?

2. Apa peran pemerintah terhadap pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Untuk mengkaji dan memahami tanggung jawab pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan dalam perubahan paket layanan secara

sepihak.

2. Untuk mengkaji dan memahami peran pemerintah terhadap pelaku

usaha jasa penyiaran berlangganan yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak.

D. Kegunaan Penelitian

(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran secara teoritis dalam pengembangan ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum bisnis dan hukum perlindungan

konsumen terkait dengan tanggung jawab pelaku usaha atas perubahan paket layanan secara sepihak dan peranan pemerintah

terhadap pelaku usaha yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak.

b. Secara teoritis, menjadi acuan dalam penyelesaian masalah di

bidang perlindungan konsumen terkait jasa penyiaran berlangganan yang melakukan perubahan paket layanan secara

sepihak dan tanggung jawab pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tentang

Perlindungan Konsumen (yang selanjutnya disingkat UUPK) dan Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (yang

selanjutnya disingkat KUHPerdata). Mengingat sampai dewasa ini literatur yang dapat dijadikan bahan referensi dalam permasalahan tersebut masih sangat sedikit jumlahnya, sehingga

(17)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2. Secara Praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat :

a. Memberikan masukan kepada pemerintah agar dapat memperhatikan para pelaku usaha yang menjalankan usahanya

agar tidak hanya mencari keuntungan untuk mereka sendiri tanpa memperdulikan hak-hak konsumen, sehingga konsumen

tidak selalu menjadi korban dari tindakan pelaku usaha.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi oleh para praktisi untuk memberikan wawasan pengetahuan mengenai

masalah perbuatan pelaku usaha yang melakukan perubahan paket layanan secara sepihak serta hasil penelitan ini dapat

memberikan gambaran korelasi yang terbentuk antara fakta di lapangan dengan aturan teori yang berlaku dan untuk meningkatkan sikap kritis dalam menyikapi fenomena yang

terjadi dalam masyarakat yang berkaitan dengan hukum.

c. Memberikan informasi bagi masyarakat terutama kalangan

dunia usaha tentang perlindungan konsumen khususnya tentang pertanggungjawaban pelaku usaha jasa penyiaran berlangganan terkait dengan perubahan paket layanan secara sepihak.

E. Kerangka Pemikiran

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

(18)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, dimana hukum ditempatkan sebagai satu-satunya aturan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia dapat dikatakan sebagai tujuan dari pada negara hukum.

Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hak asasi manusia diantaranya adalah hak

untuk mendapatkan perlindungan dan hak untuk memperoleh kesejahteraan. Hal ini dicantumkan dalam Pasal 28 C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke IV yang menyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya setiap orang bebas melakukan segala kegiatan usahanya sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya pelaku usaha tidak terlepas dari kewajibannya untuk bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Dalam menjalankan kegiatan usahanya

hal ini perlu diperhatikan agar kedepannya tidak menimbulkan kerugian terhadap konsumen.

Pengertian pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka (3) menyatakan bahwa:

(19)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”

Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

consument/konsument (Belanda).5 Sedangkan pengertian konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka (2) menyatakan

bahwa :

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah

memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya yang sesuai dengan Pancasila. Oleh karena itu perlindungan hukum berdasarkan

pancasila berarti pengakuan dan perlindungan hukum akan harkat dan martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan serta keadilan sosial.

Teori perlindungan yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, menyebutkan bahwa perlindungan hukum terbagi atas dua, yaitu

perlindungan hukum represif dan perlindungan hukum preventif.6 Perlindungan hukum represif yaitu perlindungan hukum yang dilakukan dengan cara menerapkan sanksi terhadap pelaku agar dapat memulihkan

hukum kepada keadaan sebenarnya. Perlindungan jenis ini biasanya

5

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 22

(20)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA dilakukan di Pengadilan. Perlindungan hukum preventif yaitu perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu sengketa.

Perlindungan hukum jenis ini misalnya sebelum Pemerintah menetapkan suatu aturan atau keputusan, rakyat dapat mengajukan keberatan, atau

dimintai pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut. Pada hakekatnya perlindungan hukum itu berkaitan bagaimana hukum

memberikan keadilan yaitu memberikan atau mengatur hak-hak terhadap subyek hukum.

Dalam hal ini konsumen perlu dilindungi agar konsumen tidak

menaggung biaya atau pengeluaran yang seharusnya tidak perlu ada jika kebutuhannya terpenuhi secara baik melalui penyediaan barang dan jasa

yang berkualitas.

Sementara itu, Janus Sidabalok mengemukakaan ada empat alasan pokok mengapa konsumen perlu dilindungi :7

1. melindungi konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa sebagaimana diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional

menurut UUD 1945;

2. melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak negatif penggunaan teknologi;

(21)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 3. melindungi konsumen perlu untuk melahirkan manusia-manusia yang sehat rohani dan jasmani sebagai pelaku-pelaku pembangunan, yang

berarti juga untuk menjaga kesinambungan pambangunan nasional; 4. melindungi konsumen perlu untuk menjamin sumber dana

pembangunan yang bersumber dari masyarakat konsumen.

Perkembangan perekonomian yang pesat menghasilkan berbagai jenis

produk baik barang maupun jasa yang dapat dikonsumsi oleh konsumen. Kondisi seperti ini memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang atau jasa yang diinginkan dapat dipenuhi. Namun hal ini dapat

mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, sehingga mengakibatkan kedudukan konsumen berada pada

posisi yang tidak menguntungkan.

Pelaku ushaha dalam bertindak maupun berhubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan usahanya tentu harus mempunyai tanggung

jawab. Dengan melakukan hubungan hukum antara pelaku usaha dan konsumen adalah salah satu bentuk tanggung jawab pelaku usaha. Hal

tersebut tujuannya agar kelancaran hubungan hukum tersebut berjalan dengan tertib, teratur, serta mempunyai kepastian hukum.

Konteks hubungan hukum disini adalah suatu perjanjian antara

(22)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1(satu) orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1(satu) orang lain atau lebih.”

Awal dimulainya sistem perjanjian adalah kebebasan berkontrak di antara pihak yang berkedudukan seimbang merupakan unsur yang sangat

penting. Namun berhubung aspek-aspek perekonomian semakin berkembang, para pihak mencari format yang lebih praktis. Salah satu pihak

menyiapkan syarat-syarat yang sudah distandarkan pada suatu format perjanjian yang telah dicetak, berupa formulir untuk kemudian diberikan kepada pihak lainnya untuk disetujui.

Prinsip-prinsip kedudukan konsumen dalam hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha berangkat dari doktirn atau teori yang dikenal

dalam sejarah hukum perlindungan konsumen, yaitu teori let the buyer beware(caveat emptor), teori the due care theory, teori the privity of contract, dan Teori prinsip kontrak bukan merupakan syarat.8

Teori yang mendukung dan berkaitan dengan penulisan ini adalah adalah The Privity Contract, dalam teori ini dinyatakan bahwa pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi kepentingan konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilaksanakan jika di antara mereka telah terjalin hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat dipersalahkan atas hal-hal di luar isi

kontrak atau perjanjian. Artinya, konsumen dapat menggugat berdasarkan wanprestasi (contractual liability). Di tengah minimnya peraturan

8

(23)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA perundang-undangan di bidang konsumen, sangat sulit menggugat pelaku usaha dengan dasar perbuatan melawan hukum, terlebih jika dikaitkan

dengan fenomena-fenomena kegiatan perekonomian dewasa ini yang banyak menggunakan kontrak-kontrak standard atau perjanjian baku yang

isinya lebih banyak menguntungkan pelaku usaha, sebab kontrak-kontrak tersebut dibuat dan disusun oleh pelaku usaha, dan tidak ada pilihan lain

bagi konsumen. Sehingga dalam fenomena perjanjian baku muncul istilah

take it or leave it”. Teori ini tentu saja banyak mengandung

kelemahan-kelemahan bagi konsumen.

Bahwa pada prinsipnya setiap warga negara memerlukan keadilan dalam berbagai aspek kehidupan tidak hanya masalah ekonomi tetapi keadilan

dalam konteks hukum, karena sampai saat ini masih banyak perbuatan-perbuatan pelaku usaha yang menimbulkan dampak ketidakadilan bagi konsumen. Teori keadilan dari Aristoteles dan John Rawls. Digunakannya

teori keadilan dari Aristoteles karena lemahnya posisi konsumen dibanding posisi produsen atau pelaku usaha. Perlindungan terhadap konsumen

didasarkan pada keadilan komutatif yakni keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.

Menurut Aristoteles dalam bukunya nicomachean ethics maka pada dasarnya ada 2 (dua) teori tentang keadilan yaitu keadilan distributif dan

(24)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan bagian kepada setiap orang menurut jasanya, dan pembagian mana tidak didasarkan bagian

yang sama akan tetapi atas keseimbangan. Sedangkan keadilan korektif atau komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama

banyaknya dengan tidak mengingat jasa seseorang. Keadilan korektif atau komutatif memegang peranan dalam hal tukar menukar pada peraturan

barang dan jasa, dalam mana sedapat mungkin terdapat persamaan antara apa yang dipertukarkan. Sehingga keadilan korektif atau komutatif lebih menguasai hubungan antara perseorangan, sedangkan keadilan distributif

terutama menguasai hubungan antara masyarakat khususnya negara dengan perseorangan. Perlindungan terhadap konsumen didasarkan pada keadilan

komutatif yakni keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.9

Pemerintah wajib memikirkan berbagai kewajiban yang arahnya adalah

untuk melindungi masyarakat sebagai konsumen dalam upaya untuk melindungi konsumen dari situasi tersebut. Penjabaran mengenai hak-hak

konsumen melalui undang-undang Khususnya di Indonesia, merupakan bagian dari implementasi sebagai suatu negara kesejahteraan, karena Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas telah memberikan jaminan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya Pasal 27 ayat (1).

9

(25)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Setiap warga Negara diperlakukan dan diberi kedudukan yang sama dihadapan hukum, juga setiap warga Negara mendapatkan perlindungan

hukum yang sama atas keselamatan dan keamanan jiwa, kehormatan juga harta bendanya hal tersebut sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) UUD Tahun

1945 (amandemen ke-IV) dengan menganut asas “Equality Before The Law” yang berarti bahwa adanya kesederajatan dimuka hukum, ini berarti hukum tidak mengenal diskriminasi.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penulisan ini berupa pendekatan

yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analitis.

1. Tahap Penelitian dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau

norma-norma dalam hukum positif.10 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute

approach), yaitu dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang berkaitan dengan hukum perlindungan konsumen, hukum perdata, serta pendekatan konseptual (conceptual approach)

(26)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum.11

Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yang terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang

bersumber dari Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Hasil Amandemen Keempat, Undang-Undang No. 8 Tentang Perlindungan Konsumen, KUHPerdata, dan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2001 Tentang Penyiaran. b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para sarjana, jurnal-jurnal hukum, kasus-kasus hukum

yang terkait dengan pembahasan mengenai perlindungan konsumen.

c. Bahan Terstier

Bahan hukum terstier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder.12 Seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.

2. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, hlm. 133 dan 135.

12

(27)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran

konseptual dan penelitian pendahuluan yang berhubungan dengan objek telaah penelitiaan ini, yang berupa peraturan

perundang-undangan, dan karya ilmilah lainnya.

b. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan cara analisis kualitatif. Pada penelitian hukum yang

berjenis normatif ini, bahan hukum primer, sekunder, dan testier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum yang diperoleh dengan cara membaca, mengkaji, dan

mempelajari bahan pustaka, baik berupa peraturan perundang-undangan, artikel, internet, dan data-data lain yang mempunyai

kaitan dengan data penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar dapat

memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dari penulisan skripsi ini. Keseluruhan sistematika itu merupakan suatu kesatuan

(28)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian yang terdiri dari sifat penelitian, pendekatan penelitian,

jenis data, teknik pengumpulan data dan analisis data serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini berisikan uraian teori, konsep, asas, norma, doktrin yang

relevan dengan masalah hukum yang diteliti baik dari buku, jurnal ilmiah, yurisprudensi, perundang-undangan, dan sumber data lainnya. Pada bagian

ini penulis menguraikan mengenai perjanjian berdasarkan hukum positif di Indonesia dan subjek hukum maupun objek perjanjian antara pelaku usaha dan konsumen.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Bagian ini berisikan uraian mengenai aspek perlindungan terhadap

konsumen dan peran pemerintah terhadap perubahan paket layanan secara sepihak.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bagian ini penulis menuangkan analisa terhadap masalah yang diidentifikasi, yakni berkenaan tanggung jawab pelaku usaha dan peranan

pemerintah terhadap perubahan paket layanan secara sepihak.

(29)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan akhir penelitian seperti jawaban dari rumusan masalah, dan saran-saran. Bab ini merupakan bab

penutup yang terdiri dari kesimpulan penulisan dan aturan yang berfungsi untuk memberikan masukan bagi perkembangan hukum perlindungan

(30)

164

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh penulis dalam bab-bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebegai berikut: 1. Hubungan hukum antara pelaku usaha X TV dan konsumen diwujudkan

dengan adanya perjanjian berlangganan televisi kabel. Perjanjian tersebut dituangkan dalam bentuk formulir atau perjanjian standar yang tertuang secara tertulis. Pihak yang telah melakukan perjanjian

berlangganan televisi kabel tersebut di anggap telah menyepakati perjanjian. Setiap konsumen mengharapkan pelayanan yang baik dan

mendapatkan hak-haknya yang sesuai sehingga telah menjadi tanggung jawab pelaku usaha X TV untuk selalu memberikan kepuasan dan kenyamanan dalam masa berlangganan televisi kabel. Pada

kenyataannya pihak pelaku usaha X TV melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hak konsumen untuk menikmati paket yang

disepakati sesuai dengan perjanjian. Pihak X TV telah melakukan wanprestasi dan melakukan tindakan yang bertentangan dengan Pasal 4 huruf (b) dan (c) UUPK. Adapun sanksi terhadap pelaku usaha X TV

yang telah melakukan tindakan wanprestasi sehingga merugikan konsumen mengenai perubahan paket secara sepihak dapat dimintai

(31)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen dalam Pasal 61 hingga Pasal 63 tersebut mengatur sanksi perdata, sanksi pidana, dan pidana

tambahan. Penulis setuju apabila pelaku usaha diberikan sanksi perdata, sanksi pidana, dan pidana tambahan.

2. Pemerintah tidak dapat menjalankan perannya dengan maksimal tanpa adanya badan atau lembaga lain yang mendukung penegakan hukum di

Indonesia. Disamping pemerintah, terdapat lembaga yang terkait yang dapat membantu dan menangani sengketa penyelesian konsumen anata pelaku usaha dan konsumen, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK). Peran pemerintah terkait dengan perubahan paket berlangganan layanan televisi kabel yang dilakukan oleh pelaku usaha

jasa penyiaran berlangganan (televisi kabel) X TV yaitu pemerintah memfasilitasi penyelesaian sengketa konsumen untuk menyelesaikan sengeketa tersebut melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK).

B. Saran

1. Dalam melakukan hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha, masing-masing pihak harus cermat dalam melaksanakan hak dan kewajibannya yang sudah diatur dalam UUPK. Tujuanya adalah agar

konsumen dan pelaku usaha lebih cemat dalam mempertahankan apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya sebagai konsumen maupun

(32)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA terhadap konsumen atas informasi yang benar adalah kunci penting dalam hal ini. Sehingga tidak akan ada lagi konsumen yang merasa

dirugikan karena tidak adanya informasi yang diberikan oleh pelaku usaha, sekaligus akan memberikan nyaman kepada konsumen.

2. Agar pemerintah membuat sebuah ketentuan perundang-undangan yang mengatur mengenai kegiatan pelaku usaha yang berkaitan dengan

(33)

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama/Name :Rifka Masriani

Tempat Kelahiran/Place of Birth : Bandung

Tanggal Kelahiran/Date of Birth : 04 Novever 1993 Jenis Kelamin/Gender : Perempuan

Agama/Religion : Kristen Protestan

Status Marital / Marital Status : Belum Kawin Warga Negara / Nationality : Indonesia

Alamat/Address : Jl. Rorojongrang Utara Blok B No. 25 Nomor Telepon/Phone : 081223457034

Email : rifka_christabel@yahoo.co.id

(34)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Pendidikan Formal

1. Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Hukum (2011– sekarang )

2. SMA Negeri 17 Bandung (2008 – 2011 ) 3. SMP Negeri 4 Cimahi (2005–2008)

4. SD Negeri 1 Mandiri (1999–2005)

Pendidikan Non

Formal

1. Peserta Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN) (2013)

2. Peserta dan Panitia Seminar Nasional Call For Paper “Problematika Hukum dalam Implementasi Bisnis dan Investasi (Perspektif

Multidisipliner) (2011)

3. Peserta Moot Court Competition Mutiara Djokosoetono VIII (2014)

4. Panitia Latihan Dasar Kepemimpinan Universitas Kristen Maranatha (2013)

5. Peserta Outbond Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2012)

6. Panitia Outbond Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (2013)

7. Peserta seminar (UN4U) United Nations Works For You (2012)

8. Peserta Live In Universitas Kristen Maranatha “Serve From Our Heart”

(2012)

(35)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 10.Peserta seminar “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa dan

Implementasinya di Indonesia” (2013)

11.Peserta dan Panitia Lomba Debat Antar SMA di Universitas Kristen Maranarha (2012-2013)

Pengalaman Organisasi

Periode Organisasi Jabatan

2012 - 2013 Senat Maranatha Sekretaris

2013 – Sekarang Moot Court Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha

Anggota

Pengalaman Kerja

(36)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Abdul Kadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Pedagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.

Affandi Muchtar, Ilmu-Ilmu Kenegaraan, Suatu Studi Perbandingan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran, Bandung, 2002.

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.

AZ Nasution, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Chainur Arrasjid, Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

C. S. T Kansil dan Christine, Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2001.

Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran dan Teknologi Informasi Regulasi dan Konvergensi, Pt,. Revika Aditama, Bandung, 2010.

Ermaya Suradinata, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Haji Masagung, Jakarta, 2006.

Hans Dieter Evers, Analyss Publick Policy, Analisis Kebijakan Publik, Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Dalam Pembangunan, BFPS Gama Pers, Yogyakarta, 2000.

(37)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA H. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata Edisi

Revisi, Alumni, Bandung, 2013.

Happy Susanto, Hak-hak Konsumen Jika Dirugikan,Visi Media, Jakarta, 2008.

Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Cetakan ke-satu, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1992.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014.

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010.

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Edisi Revisi, Bayumedia Publishing, Malang, 2007.

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, Rajawali Pers, Jakarta, 2004.

Mariam Daruz Badrulzaman, KUHPerdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya, Almumni, Bandung, 2011.

Mariam Daruz Badrulzaman (et,al), Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2001.

Mariam Daruz Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standard) Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1981.

(38)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2001.

M. Yahya Harahap Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986.

Pamudji S, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Tinjauan dari Aspek Administrasi Pemerintahan, inchtiar Baru, Jakarta, 2007.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2013.

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 1991.

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1987.

Riyaas Rasyid, Memahami Ilmu Pemerintahan: Suatu Kajian, Konsep, Teori dan Pengembangannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987.

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intenusa, Jakarta, 1989.

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermesa, Jakarta, 2005.

Samuel M. P. Hutabarat, Penawaran dan Pembinaan Dalam Hukum Perjanjian, Grasindo, Jakarta, 2010.

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Cetakan kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1979.

(39)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT Grasindo, Jakarta,

2006.

Subekti, Pokol-Pokok Hukum Perdata Cetakan Ke-31, Intermesa, Jakarta, 2003.

Sudikno Metrokusumo, Mengenai Hukum, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1986.

Suharnoko, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisa Kasus), Kencana, Jakarta, 2004.

Talizuduhu Ndraha, Kybernology, (Ilmu Pemerintahan Baru), Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur Bandung, Jakarta, 1982.

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Sumur Bandung, Jakarta, 1979.

B. Peraturan Perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

(40)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

C. Laman :

http://www.beritasatu.com/ekonomi/136998-lippo-group-luncurkan layanan

saluran-televisi-berbayar-X TV.html, di askes pada tanggal 2 Oktober

2014.

http://inside.kompas.com/suratpembaca/read/45316, di akses pada tanggal 2

Oktober 2014.

I Gede Auditta, Standar Kualitas Produk dan Jasa,

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Jika variabel cara pelayanan ( X 1 ), variabel jalur birokrasi ( X 2) dan variabel besar biaya pengurusan ( X 3 ) dianggap konstan informasi pen- gurusan yang baik di Satlantas

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana menerapkan algoritma Classification based on Predictive Association

Peluang yang cukup besar untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian dengan memanfaatkan pestisida nabati sudah menunjukkan efektivitasnya sebagai insektisida dari

Surga adalah tempat sementara dimana mereka yang telah banyak melakukan perbuatan baik akan mengalami kebahagiaan yang lebih lama, sedangkan neraka adalah tempat

Menyadari bahwa energi menjadi isu utama dalam industri maka PT EONIX menyadari opportunity atau peluang pasar dari kebutuhan tersebut dengan menyediakan kabel yang

A vizsgált mutatók alapján a telepeket rangsoroltuk az SRD (Sum of Ranking Difference) módszerrel.. Az SRD módszert Héberger (2010) fejlesztette ki, és a módszer

Mikrostruktur kamaboko tanpa penambahan karaginan komersil (K(-)) (Gambar 6) terlihat matriks gel protein yang terbentuk seperti serabut yang kasar, hal ini disebabkan

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Petunjuk Bagi Siswa/Peserta Didik  Untuk memperoleh hasil belajar yang maximal, dalam menggunakan modul ini maka langkah–langkah yang dilaksanakan antara