• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan - Tri Handayani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan - Tri Handayani BAB II"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambungan dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba, 2010;h.75).

Masa kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi

atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10

bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan

terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung

(2)

ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Prawirohardjo, 2014;h.213).

Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung

sejak pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan

sejati, yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2007;h.492).

Kehamilan disimpulkan sebagai suatu masa yang di mulai

dengan pembuahan antara sperma dan sel telur serta berakhir

dengan permulaan persalinan, lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir.

b. Proses Terjadinya Kehamilan

1) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

system hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang

berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang

dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi. Proses

pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinaloogonium folikel primer – proses pematangan pertama. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi

(3)

2) Spermatozoa

Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi oleh system hormonal

Yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan sel

interstitial Leydig sehingga dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang

mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. bentuk

spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong

sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara

kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala,

mengandung energy sehingga dapat bergerak).

Sebagian besar spermatozoa mengalami mengalami kematian

dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii.

Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat

hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan

konsepsi (Manuaba, 2010;h.76).

3) Konsepsi

Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani dengan

sel telur di tuba uterin. Dalam pembuahan satu sperma yang telah

mengalami proses kapasitas yang dapat melintasi zona pelusida

dan masuk ke vitelus ovum. Setelah ovum matang maka siap

(4)

sedangkan spermatozoa hidup selama 3 hari di dalam genetalia

interna (Manuaba, 2010;h.79).

4) Nidasi atau Implantasi

Nidasi adala masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium (Mochtar, 2012;h.17). Setelah pertemuan

kedua inti ovum dan spermatozoa, terbetuk zigot yang dalam

beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan

seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi

terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi

seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm

dan disebut stadium morula. Selama pembelahan sel di bagian

dalam, terjadi pembentukan sel di bagian luar morula yang

kemungkinan berasal dari korona radiate yang menjadi sel

trofoblas. Sel trofoblas dalam pertumbuhannya, mampu

mengeluarkan hormone korionik gonadotropin, yang mempertahankan korpus luteum gravidarum (Manuaba, 2010;h.80).

5) Pembentukan Plasenta

Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan

diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan ekoselum

(5)

sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan amnion (Manuaba, 2010;h.82).

c. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan

1) Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot

Rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran Rahim karena

pertumbuhan janin (Manuaba, 2010;h.87).

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Pada awal kehamilam penebalan uterus distimulasi

terutama oleh hormone estrogen dan sedikit oleh progesterone,

akan tetapi setelah kehamilan 12 minggu lebih penambahan

ukuran uterus di dominasi oleh desakan dari hasil konsepsi

(Prawirohardjo, 2014;h.175).

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi servik akan menjadi lebih lunak

dan kebiruan, perubahan ini terjadi akibat vaskularisasi dan

(6)

merupakan organ yang kompleks dan heterogen mengalami

perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan

(Prawirohardjo, 2014;h.177).

3) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung

korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu

(Manuaba, 2010;h.92).

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda, folikel ini akan berfungsi

maksimal 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan

berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang

relative minimal (Prawirohardjo, 2014;h.178).

4) Vagina dan Perineum

Selama masa kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan

vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan

yang dikenal dengantanda Chadwick. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami

peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya

(7)

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai

daerah peyudara dan paha. Perubahan ini dihasilkan dari

cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal. Estrogen

dan progesterone di ketahui mempunya peran dalam

melanogenesis (Prawirohardjo, 2014;h.179).

6) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan asi pada saat laktasi (Manuaba,

2010;h.92). Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan

payudaranya menjadi lebih lunak, setelah bulan kedua payudara

akan bertambah ukuranya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih

terlihat (Prawirohardjo, 2014;h.179).

7) Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan bersal dari uterus

dan isinya, kemudian payudara, volume darah dan cairan

ekstraseluler. Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam sintesis DNA/RNA (Prawirohardjo,

(8)

8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-lima cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler iskemik. Volume darah akan meningkat secara progesif mulai minggu ke 6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu

ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut.

Peningkatan volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%.

Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesterone dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur rennin-angiostensin dan aldosterone. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit. Eritroprotein ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30%, tetapi

tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga

akan mengakibatkan hemodialusi dan penurunan konsentrasi

hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6%

perempuan bisa mencapain dibawah 11 g/dl.

Pada kehamilan lanjut kadar haemoglobin dibawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang abnormal dan biasanya lebih

berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada dengan

hipervolemia. Kebutuhan zat besi selama kehamilan kurang lebih 1000 mg atau rata-rata 6-7 mg/hari (Prawirohardjo,

(9)

9) Sistem Respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah kurang lebih 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas

residu fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh

diagfragma yang naik kurang lebih 4 cm selama kehamilan.

Perubahan ini akan mencapain puncaknya pada hari minggu ke

37 dan akan kembali hamper seperti sedia kala dalam 24 minggu

setelah persalinan (Prawirohardjo, 2014;h.185).

d. Tanda-Tanda Kehamilan

Berikut ini adalah tanda-tanda tidak pasti/dugaan adanya kehamilan.

1) Tanda tidak pasti/ tanda dugaan adanya kehamilan

a) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukkan folikel de Graff dan

ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir

dengan perhitungan tumus naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.

b) Ngidam wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam.

c) Mula dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan

progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang

(10)

morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan

berkurang.

d) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah keapala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf

pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

e) Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada

hamil pertama.

f) Sering miksi. Desakan Rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

g) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus, menyebabkan kesulitan untuk

buang air besar.

(11)

(hiperpigmentasi areola mammae, putting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery mononjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloas gravidarum). i) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila

hamil.

j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena

pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan

pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di

sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

Penampakan pembuluh darah ini dapat mehilang setelah

persalinan (Manuaba, 2010;h.107-108).

2) Tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar

b) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk besar dan

konsistensi rahim.

c) Tanda hegar ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

sampai 6 minggu.

(12)

e) Tanda piskacek, pembesara dan pelunakan Rahim kesalah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterin. Biasanya

tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu.

f) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika di rangsang (Braxton Hicks).

g) Teraba Ballotemen.

h) Reaksi kehamilan positif (Mochtar, 2012;h.35).

3) Tanda pasti kehamilan

a) Gerakan janin dalam Rahim

b) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin

c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat

karangka janin, ultrasonografi (Manuaba, 20110;h.109).

e. Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan

1) Nausea

Nausea, dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, ditafsirkan

(13)

2) Ptialisme

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau

peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva

pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan (Varney, 2007;h.537).

3) Keletihan

Keletihan yang di alami pada trimester pertama, namun alasanya

belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan

diakubatkan oleh penurunan drastis laju metabolism dasar pada

awal kehamilan, tetapi alas an hal ini terjadi masih belum jelas.

Untungnya, keletihan merupakan ketidaknyamanan yang terbatas

dan biasanya hilang pada akhir trimester pertama (Varney,

2007;h.537).

4) Nyeri Punggung Bagian Atas

Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama

akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara

menjadi berat. Pembesaran ini dapat mengakibatkan tarikan otot

jika payudara tidak disokong adekuat. Metode untuk mengurangi

nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang berukuran sesuai

ukuran payudara. Dengan mengurangi mobilitas payudara, bra

(14)

ketidaknyamanan akibat nyeri tekan pada payudara yang timbul

karena pembesaran payudara (Varney, 2007;h.538).

5) Leukorea

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan

konsistensi kental atau cair, yang di mulai pada trimester pertama.

Upaya untuk mengatasi leukorea adalah dengan memperhatikan

kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti panty

berbahan katun dengan sering (Varney, 2007;h.538).

6) Peningkatan frekuensi berkemih

Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat

peningkatan berat pada fundus uterus. Peningkatan berat pada

fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda hegar),

menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar. Hal ini menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Frekuensi

berkemih pada trimester ketiga paling sering dialami oleh wanita

primigravida setelah lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk kedalam panggul dan

menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini

menyebabkan wanita merasa perlu berkemih (Varney,

(15)

7) Konstipasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat

memiliki masalah ini pada trimester kedua atau ketiga. Konstipasi

diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan

relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan

jumlah progesterone (Varney, 2007;h.539).

8) Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua

penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

Progesterone juga menyebabkan hemoroid. Progesterone

menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar (Varney,

2007;h.539).

9) Varises

Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.

Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang membesar

pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan

penekanan pada vena kava inferior saat ia berbaring. Pakaian

yang ketat menghambat aliran vena balik dari ekstremitas bagian

bawah, atau posisi berdiri yang lama memperberat masalah

(16)

10) Insomnia

Insomnia, baik pada wanita yang mengandung maupun tidak, dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhawatiran,

kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara untuk

keesokan hari. Wanita hamil, bagaimanapun, memiliki tambahan

alas an fisik sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi ketidaknyamanan lain selama kehamilan, dan pergerakan janin,

terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2007;h.541).

f. Tanda Bahaya pada Kehamilaan

1) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan

dibawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

Penyebab lainnya antara lain karena kelainan kromosom yang

ditemui pada spermatozoa ataupun ovum, pembesaran uterus

yang diatas normal (molahidatidosa), pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan, adanya massa di

adneksa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.

Perdarahan kehamilan lanjut atau di atas usia 20 minggu pada

umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang

(17)

segmen bawah Rahim yang menjadi tempat implementasi

plasenta tersebut (Prawirohardjo, 2014;h.282).

2) Preeklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas 20

minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas normal

sering diasosiasikan dengan preeklamsia. Data atau informasi

awal terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat

membantu petugas kesehatan untuk membedakan hipertensi

kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan preeklamsia

(Prawirohardjo, 2014;h.283).

3) Nyeri hebat di daerah abdominal pelvikum

Tanda-tandanya :

(a) Trauma abdomen

(b) Preeklamsia

(c) Tinggi Fundus Uteri lebih besar dari usia kehamilan

(d) Bagian-bagian janin sulit diraba

(e) Uterus tegang dan nyeri

(f) Janin mati dalam Rahim

Bila hal tersebut diatas terjadi pada kehamilan trimester kedua

atau ketiga dan disertai dengan riwayat diatas, maka

(18)

yang disertai perdarahan maupun yang tersembunyi

(Prawirohardjo, 2014;h.283).

g. Asuhan Pada Kehamilan

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan

ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara

dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan

langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Ibu hamil dianjurkan untuk

melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap

trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua kali (Manuaba,

2010;h.109-110).

Tujuan asuhan antenatal :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

(19)

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian asi eksklusif.

Dengan memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan

antenatal, maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan

segera setelah diketahui terlambat haid.

b) Pemeriksaan ulang :

(1) Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.

(2) Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.

(3) Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai

terjadi persalinan.

(4) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan tertentu

(Manuaba, 2010;h.111).

h. Pemberian Pelayanan Antenatal

(Kemenkes, 2015;h.106).

Sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan:

1) Pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu) minimal 1

kali.

2) Pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu) minimal 1

(20)

3) Pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu-persalinan)

minimal 2 kali.

i. Pelayanan Antenatal (10 T)

(Kemenkes, 2013;h.72)

1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

2) Pengukuran Tekanan Darah.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi

tetanus toksoid sesuai status imunisasi.

6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

7) Penentuan presentasi janin dan denyut janjung janin (DJJ).

8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal

dan konseling, termasuk keluarga berencana).

9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin

dan darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan

golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).

(21)

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun ke jalan lahir (Sumarah, dkk, 2009;h.1). Persalinan

adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur

sampai keluarnya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan

cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri

(Sumarah, dkk, 2009;h.1).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai pleh perubahan progresif

pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney,

2008;h.672).

Persalinan dapat disimpulkan sebagai suatu proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan

atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

(22)

b. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

Ada beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses

persalinan :

1) Teori keregangan

Otot Rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat di mulai. Keadaan uterus yang terus

membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat

mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi

kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan

proses persalinan (Sumarah, dkk 2009;h.3).

2) Teori penurunan progesterone

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, di mana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh

darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesterone

mengalami penurunan, sehingga otot Rahim mulai berkontraksi

terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi

setelah tercapai tingkat penurunan progesterone (Sumarah, dkk

(23)

3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka oksitosi dapat meningkatkan

aktivitas, sehingga persalinan dimulai (Sumarah, dkk 2009;h.3).

4) Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan

15 minggu, yang dkeluarkan oleh desidua. Pemberian

prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat

merupakan pemicu terjadinya persalinan (Sumarah, dkk

2009;h.3).

5) Teori hipotalamus-pituitaritas dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar

tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya

kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid

yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan

(24)

c. Tanda dan Gejala Menjelang Persalinan

1) Lightening

Lightening merupakan penurunan bagian presentasi bayi ke pelvis minor, biasanya di masa ini ibu akan merasa sesak nafas

yang dirasakan sebelumnya akan berkurang karenapada saat

kejadian ini akan menciptakan ruang yang lebih besar di dalam

abdomen atas untuk ekspansi paru tetapi lightening tetap menimbulkan rasa tidak nyaman akibat tekanan bagian

presentasi pada struktur di area pervis minor (Varney,

2008;h.672-673).

2) Perubahan serviks

Selama masa hamil, servik dalam keadaan menutup, panjang

dan lunak, dan pada masaini servik masih lunak dan mengalami

penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Perubahan servik ini terjadi akibat peningkatan intensitas

kontraksi Braxton Hicks. Dari perubahan inilah bisa meyakinkan ibu bahwa dirinya akan berlanjut ke proses persalinan begitu

muncul kontraksi (Varney, 2008;h.673).

3) Bloody Show

Di tandai dengan adanya plak lendir yang disekresi serviks

sebagai proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan,

(25)

lengket, biasanya keluar dalam bentuk massa. Hal ini

merupakan tanda pasti persalinan akan terjadi bila pada 48 jam

sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena tanda

tanda bloody show tersebut bisa terjadi karena trauma kecil saat pemeriksaan (Varney, 2008;h.673-674).

4) Adanya kontraksi/His

Kekuatan fisiologis utama selama persalinan adalah

kontraksi uterus yang menimbulkan nyeri pada tubuh, kontraksi

ini merupakan kontraksi yang involunter karena berada di bawah pengaruh saraf intrinsic.

Kontraksi uterus bersifat intermiten sehingga ada periode

relaksasi uterus diantara kontraksi, memiliki fungsi penting :

a) Mengistirahatkan otot uterus

b) Memberi kesempatan istirahat bagi wanita

c) Mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi

uterus

d) Menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta

Durasi kontraksi uterus bervariasi, tergantung pada kala persalinan

wanita tersebut, kontraksi pada persalinan aktif berlangsung dari 45

sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan

awal kontraksi hanya berlangsung 15 sampai 20 detik (Varney,

(26)

5) Penipisan dan pembukaan

Terjadi karena saluran serviks yang semula memiliki panjang dua

sampai tiga sentimeter memendek sampai pada titik saluran serviks

yang menghilang sehingga hanya menyisakan os eksternal dengan bagian bagian tepi tipis. Penipisan dan pembukaan awal bervariasi

antara primigravida dan multigravida yang memasuki persalinan,

serviks primigravida umumnya menipis 50 sampai 60 persen dan

membuka selebar ujung jari sampai 1 sentimeter sebelum

mencapai persalinan akibat kontraksi Braxton Hicks sebelum prosen persalinan dimulai (Varney, 2008;h.676).

d. Mekanisme Persalinan

1) Engangement

Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan, sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. Engangement adalah peristiwa ketika diameter bipariental melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis

melintang/oblik di dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila saat masuk ke dalam

(27)

sagitalis melintang di jalan lahir, tulang pariental kanan dan kiri

sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.

Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga

dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke sympisis maka hal ini disebut asinklitismus. Ada dua macam asinklitismus:

a) Asinklitismus Posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati sympfisis dan tulang pariental belakang lebih rendah dari pada tulang pariental depan. Terjadi karena

tulang pariental belakang dapat turun dengan mudah karena

adanya lengkung sacrum yang luas.

b) Asinklitismus Anterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati promontorium dan tulang pariental depan lebih

rendah dari pada tulang pariental belakang (Sumarah,

2009;h.91).

2) Penurunan kepala

Dimulai sebelum onset persalinan/inpartu. Penurunan kepala

terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya (Sumarah,

(28)

3) Fleksi

a) Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul

atau dasar panggul.

b) Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi

suboksipitobregmatika 9 cm.

c) Posisi dagu bergeser ke arah dada janin.

d) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba

daripada ubun-ubun besar (Sumarah, 2009;h.92).

4) Rotasi dalam

a) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalam pemutaran

bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan

sampai dibawah simpisis.

b) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:

(1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala

pada letak fleksi.

(2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling

sedikit yang di sebelah depan atas yaitu hiatus genetalis

antara muskulus levator ani kiri dan kanan (Sumarah,

(29)

5) Ekstensi

a) Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo inferior simpisis pubis. b) Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah

panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala

menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya. Gerakan ekstensi ini mengakibatkan bertambahnya

penegangan pada perineum dan intruitus vagina. Ubun-ubun kecil semakin banyak terlihat dan sebagai

hypomochlion atau pusat pergerakan maka berangsur-angsur lahirlah ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar, dahi,

mata, hidung, mulut, dan dagu. Pada saat kepala sudah

lahir seluruhnya, dagu bayi berada di atas anus ibu

(Sumarah, 2009;h.95-96).

6) Rotasi luar

a) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah

punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan

dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-ubun kecil

pada mulanya di sebelah kiri maka ubun-ubun kecil akan

berputar kea rah kiri, bila pada mulanya ubun-ubun kecil di

(30)

b) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan

diameter biakromial janin searah dengan diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di

anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di

bagian posterior di belakang perineum.

c) Sutura sagitalis kembali melintang (Sumarah, 2009;h.97). 7) Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul ahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu

depan, bahu belakang, badan seluruhnya (Sumarah,

2009;h.97-98).

e. Tahap-Tahap Persalinan

1) Persalinan Kala I

Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang

berlangsungantara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.

Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu

kuat sehingga ibu/wanita masih dapat berjalan-jalan. Klinis

dapat dinyatakan mulai terjadi partus jika timbul his dan wanita

(31)

show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar.

Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang

berada di sekitar kanalis servikalis tersebut pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses ini

berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2

fase, yaitu fase lateng (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai

pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks

3 cm sampai pembukaan 10 cm. dalam fase aktif ini masih

dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu : fase akselerasi dimana dalam

waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi

maksimal yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm, dan fase

deselerasi dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. kontraksi menjadi

lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.

Berdasarkan kurve Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan pada multigravida

2 cm/jam. Dengan demikian waktu pembukaan lengkap dapat

(32)

2) Kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam

pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan

cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi yang normal

pada kala ini kepala janin sudah masuk dalam ruangan panggul,

maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa adanya tekanan pada rectum dan seperti akan

buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol menjadi

lebar dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan

tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin

tidak masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan mengedan

maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah

simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum. Setelah his

istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan

anggota badan bayi (Sumarah, 2009;h.4-8).

3) Kala III (pelepasan Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

(33)

uterus teraba keras dengnan fundus uteri berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarah, 2009;h.7).

4) Kala IV (Observasi)

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

post partum. Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan

asuhan yang memadahi selama persalinan dalam upaya

mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman,

dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

Observasi yang dilakukan pada Kala IV adalah:

a) Tingkat kesadaran penderita.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan

pernapasan.

c) Kontraksi uterus.

d) Terjadinya perdarahan.

Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2009;h.8).

f. Asuhan Persalinan Normal

1) Asuhan kala 1

Menurut JNPK-KR (2014) persiapan asuhan persalinan pada

kala 1 yaitu: menyiapkan kelahiran (ruangan dan perlengkapan

(34)

obat-obatan yang dibutuhkan, memberikan asuhan sayang ibu kala 1

persalinan, kaji prinsip-prinsip umum asuhan sayang ibu,

mengatur posisi, pencatatan pada partograf (DJJ, HIS, Nadi

setiap ½ jam, pembukaan, penurunan bagian terendah janin,

TD, dan suhu setiap 4 jam, produksi urine setiap 2-4 jam.

2) Asuhan kala 2 dan kala 3

Menurut Sarwono Prawirohardjo (2014;341-347).

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

a) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

(1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

(2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rectum dan/ vaginanya.

(3) Perineum menonjol.

(4) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

b) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial

siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam

partus set.

c) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih,

sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker dan

(35)

d) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.

e) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

f) Mengisap oksitosin 10 unit k edalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril)

dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi

tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung

suntik).

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

g) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat

tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.

Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam

wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika

(36)

h) Dengan menggnakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan serviks sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

i) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya dengan keadaan terbalik serta

merendamnya di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

j) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180 kali/menit).

(1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

(2) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan

(37)

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

Pimpinan Meneran

k) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

sesuai dengan keinginannya.

(1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

(2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

l) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam poisi

setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

m) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran:

(1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

(2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

(38)

(3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring

terlentang).

(4) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

(5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

(6) Menganjurkan asupan cairan pe oral.

(7) Menilai DJJ setai lima menit.

(8) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran

untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu

multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai

keinginan untuk meneran.

(9) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat di antara kontraksi.

(10) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan

terjadi segera 60 menit meneran, merujuk ibu dengan

(39)

Persiapan Pertolongan kelahiran Bayi

n) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6

cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

o) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah

bokong ibu.

p) Membuka partus set.

q) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

r) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

tadi, letakkan tangan yang lain di kepal bayi dan lakukan

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepal

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir.

s) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi

dengan kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus

(40)

t) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi:

(1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

u) Menunggu hingga kepal bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahir Bahu

v) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.

Mengajurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.

Dengan lembut menariknya kearah bawah dank e arah luar

hingga bahu snterior muncul di bawah arkus pubis dan

kemudian dengan lembut menarik kea rah atas dan kea rah

luar untuk melahirkan bahu posterior.

w) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perineum,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tanga

(41)

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan

tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan

tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

x) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang

ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua

mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir

y) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu

pendek, meltakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila

bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

z) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan

handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan

penyuntikan oksitosin/i.m.

aa) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulia dari klem

ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem

(42)

bb) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem

tersebut.

cc) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, mnutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil

tindakan yang sesuai.

dd) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian bayi

kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

ee) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

ff) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

gg) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan

suntikan oksitosin 10 unit I.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih

(43)

Penegangan Tali Pusat Terkendali

hh) Memidahkan klem pada tali pusat.

ii) Meletakkan satu tangan si atas kain yang ada di perut ibu,

tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini

untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

jj) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan

belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu

mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

(1) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting

susu.

Mengeluarkan Plasenta

kk) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran

(44)

arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan

tekanan berlawanan arah pada uterus.

(1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem

hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

(2) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan

penegangan tali pusat selama 15 menit:

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic

jika perlu.

(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

(e) Merujuk ibu juka plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

ll) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan

hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

(45)

(1) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi

atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang

tertinggal.

Pemijatan Uterus

mm) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di

fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi

keras).

Menilai Perdarahan

nn) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan

masase selama 15 detik mengambil tindakan yang

(46)

oo) Mengevaluasi adanya laserasi pda vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan

aktif.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan

pp) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

qq) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

ke dalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang

masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi

tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang

bersih dan kering.

rr) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan

simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

ss) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yan pertama.

tt) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam

larutan klorin 0,5%.

uu) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atas kainnya bersih atau kering.

(47)

ww) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam:

(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.

(4) Jika uterus tidak berkontraksi dennganbaik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

(5) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,

lakukan penjahitan dengan anesthesia local dan

menggunakan teknik yang sesuai.

xx) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. yy) Mengevaluasi kehilangan darah.

zz) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung

kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pasca persalinan.

(1) Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam

selama dua jam pertama pascapersalinan.

(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang

(48)

Kebersihan dan Keamanan

aaa) Menempatkan semua peralatan si dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan mebilas

peralatan setelah dekontaminasi.

bbb) Membuang bahan-bahan yan terkontaminasi ke dalam

tempat sampah yang sesuai.

ccc) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

ddd) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan

ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

eee) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.

fff) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

ggg) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

(49)

3) Asuhan kala 4

Menurut JNPK-KR (2014) penatalaksanaan persalinan

kala 4 yaitu: memastikan uterus berkontraksi dengan baik, beri

cukup waktu untuk melakukan kontak kulit bayi dan ibu,

melakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata

antibiotil profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri

anterolateral setelah 1jam kontak kulit ibu-bayi, memberikan

suntikan imunisasi Hepatitis (setelah 1 jam pemberian vitamin

K1) di paha kanan anterolateral, melanjutkan pemantauan

kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam, mengajarkan

ibu/keluarga cara melakukan massase uterus, mengevaluasi

dan estimasi jumlah kehilangan darah, memeriksa nadi ibu dan

keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua

pascapersalinan, memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap

jam selama 2 jam pertama pascapersalinan, memeriksa kembali

kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik, serta suhu tubuh normal, melengkapi partograf (halaman

(50)

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran.

Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha

pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan

(Prawirohardjo, 2010;h.N-30). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara

2500-4000 gram (Sondakh, 2013;h.150).

Bayi Baru Lahir Normal dapat disimpulkan bayi yang lahir

pada usia 37-42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gr dan

panjang 50-55 cm.

b. Kriteria Bayi Baru Lahir Normal

(Sondakh, 2013;h.150)

1) Berat badan lahir bayi antara 2500 – 4000 gram

2) Panjang badan bayi 48-50 cm

3) Lingkar dada bayi 32-34 cm

4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm

5) Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit. Kemudian

(51)

6) Pernapasa cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9) Kuku telah agak panjang dan lemas.

10) Genitalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).

11) Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

12) Eliminasi, urin, dan meconium normalnya keluar pada jam 24 jam

pertama. Meconium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

c. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

1) System pernafasan

Rangsangan gerakan pernafasan pertama tejadi karena

tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulsi

mekanik), penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam

(52)

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya serfaktan yang

dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih

sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus

biasanya pernafasan diagfragmatik dan abnormal, sedangkan

frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku

sehingga terjadi atelectasis. Dalam keadaan anoksia neonates masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya

kelanjutan metabolism anaerobic (Muslihatun, 2010;h.12).

2) Suhu Tubuh

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas

tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya:

a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari

tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada

(53)

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya

kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2

objek yang mempunyai suhu berbeda).

d) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada

kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas

dengan cara merubah cairan menjadi uap) (Muslihatun,

2010;h.12).

3) Metabolism

Pada jam-jam pertama energy didapatkan dari perubahan

karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran

lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam,

pemenuhan kebutuhan energy bayi 60 % didapatkan dari lemak

dan 40 % dari karbohidrat (Muslihatun, 2010;h.14).

4) Adaptasi Kardiovaskuler

a) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100

kali/menit saat tidur.

b) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi

sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.

Dengan berkmbangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi

(54)

karbondioksida akan mengalami penurunan. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh

darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan ductus

arteriosus tertutup. Setelah tali pusat di potong, aliran darah

dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup (Sondakh,

2013;h.152).

4) Adaptasi Neurologis

a) System neurologis bayi secra anatomi atau fisiologis belum berkembang sempurna.

b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang

buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.

c) Perkembangan neonates terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya: kontrol kepala,

tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan berkembang.

d) Reflex bayi baru lahir merupakan indikator penting

perkembangan normal (Sondakh, 2013;h.153-154).

5) Adaptasi Gastrointestinal

a) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.

b) Perkembangan otot dan reflek yang penting untuk

(55)

c) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, p

encernaan, dan absorpsi lemak kurang baik karena tidak

adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.

d) Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3 bulan.

e) Pengeluaran meconium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan, lengket, dan mengandung darah samar,

diekskresikan dalam 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang

normal.

f) Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang minat

terhadap makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah makanan

yang ditelan pada setiap kali pemberian makanan.

g) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada

payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk

menyusu secara efektif.

h) Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari telah

diamati di dalam uterus, tindakan-tindakan ini berkembang

baik pada saat lahir dan diperkuat dengan rasa lapar

(56)

6) Adaptasi Ginjal

a) Laju filtrasi glomerulus relative rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kailer

glomerulus.

b) Sebagian bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama

setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah

itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam (Sondakh,

2013;h.156).

7) Adaptasi Hati

a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah

lahir, hati terus membantu pembentukan darah.

b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang

essensial untuk pembekuan darah.

c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5

bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi.

d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang

bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan

bersamaan dengan pemecahan darah merah.

e) Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan system vascular

dan menembus jaringan ekstavaskular lainnya (misalnya: kulit,

(57)

kuning yang disebut jaundice atau ikterus (Sondakh, 2013;h157).

d. Penilaian Awal Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang

disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal

dengan menjawab 4 pertanyaan:

1) Apakah bayi cukup bulan?

2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium?

3) Apakah bayi menangis atau bernafas?

4) Apakah tonus otot bayi baik?

Jika bayi tidak cukup bulan atau ketuban bercampur meconium

dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap

dan atau tonus otot tidak baik dilakukan langkah resusitasi

(JNPK-KR, 2014;h.124).

e. Pemeriksaan Neurologis

1) Reflex Morro/Terkejut

Apabila bayi di beri sentuhan mendadak terutama dengan jari dan

(58)

2) Reflek Menggenggam

Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa,

maka ia akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.

3) Reflex Rooting/Mencari

Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan

menoleh dan mencari sentuhan itu.

4) Reflek Menghisap/Sucking Reflex

Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan berusaha untuk

menghisap.

5) GlabellaReflex

Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya dan

mengedipkan matanya.

6) Gland reflex

Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka ia

berusaha mengangkat kedua pahanya.

7) Tonick Neck Reflex

Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), maka ia akan

berusaha mengangkat kepalanya.

(59)

f. Kunjungan Neonatal

Kunjungan neonatal tiga kali (dua kali pada minggu pertama dan satu

kali pada umur 8-28 hari) yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari,

dan umur 8-28 hari (Profil Kesehatan Indonesia, 2014;h.110).

Kunjungan Neonatus (KN) dilakukan sejak bayi usia 1 hari sampai 28

hari.

1) KN 1 dilakukan pada umur 6-48 jam (Profil Kesehatan Indonesia,

2014;h.110).

Tindakan yang dilakukan antara lain jaga kehangatan bayi,

memberikan ASI eksklusif, pencegahan infeksi, merawat tali

pusat, berikan imunisasi Hb 0.

2) KN 2 dilakukan pada umur 3-7 hari (Profil Kesehatan Indonesia,

2014;h.110).

Tindakan yang dilakukan antara lain menjaga tali pusat dalam

keadaan kering dan bersih, memberikan ASI eksklusif, menjaga

suhu tubuh bayi, pemeriksaan tanda bahaya, konseling ASI

eksklusif dan pencegahan hipotermi.

3) KN 3 dilakukan pada umur 8-28 hari (Profil Kesehatan Indonesia

2014;h.110).

Tindakan yang dilakukan yaitu sama dengan kunjungan pada

(60)

g. Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus

Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus

diwaspadai, dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan

agar tidak mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada

bayi baru lahir tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60

kali per menit, retraksi dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau

lebih dari 38 ºC atau terlalu dingin atau kurang dari 36 ºC

Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar

atau sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan

tanda bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir

yang lain yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk

berlebihan, banyak muntah), tali pusat merah, bengkak, keluar cairan,

bau busuk, berdarah serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu

tubuh meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk,

pernafasan sulit.

Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda

bahaya, antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama

kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah

terus-menerus, distensi abdomen, feses hijau/berlendir/darah. Bayi mengigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk,

(61)

terus-menerus, mata bengkak dan mengeluarkan cairan juga termasuk

dalam tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.

4. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium

adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,

yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009;h.1).

Periode pascapartum/masa nifas adalah masa dari kelahiran

plasentadan selaput janin ( menandakan akhir periode intrapartum )

hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil

( Varney, 2008;h.958 ). Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1

jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari )

setelah itu (Prawirohardjo, 2014;h.356).

Masa nifas dapat disimpulkan yaitu masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan

Gambar

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
Table 2.2 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonoperatif
Table 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Operasi (Vasektomi)
Tabel 2.5 Prosedur Penapisan Klien

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami selaku penulis menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan Bahan Tambah Gipsum (Studi Kasus di Kawasan Industri Candi

Catatan: Jika irisan sejajar dengan sumbu x maka tinggi irisan adalah kurva yang terletak disebelah kanan dikurangi kurva yang terletak disebelah kiri.. Jika batas kanan dan

perusahaan oleh perusahaan lain dan perusahaan yang mengambil alih menjadi holding sedangkan perusahaan yang diambil alih menjadi anak perusahaan dan tetap

Pada penelitian ini akan dibuat model pompa air energi termal dengan menggunakan fluida kerja air pada beberapa variasi evaporator, daya pemanas dan head pemompaan serta akan

Demikian halnya dengan penilitian ini, penulis memfokuskan sikap pada konsumen yang telah mempunyai pengalaman menggunakan produk sepeda motor Honda Supra X 125 sehingga

Motif-motif Asia Tengah (khususnya patung dari istana-istana Umayyad), dan beragam langgam ornamentasi daerah yang telah berkembang di seluruh bagian dunia pra Islam.. Kekayaan

Ta’zir adalah hukuman atas dosa-dosa yang tidak ada had dan kafaratnya, digunakan untuk mencegah pelaku tindak pidana kejahatan dan menghalanginya dari perbuatan

Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Solo Radio Untuk Mempertahankan Jumlah Pendengar Melalui Media Sosial, Regenerasi Penyiar, dan Event Off Air. Program