PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Aren (Arenga pinnata) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)” yang disusun oleh Listya Minarti, NIM 12308144029 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, ……….2016
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Suhandoyo, M.Si Ir. Ciptono, M.Si
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Aren (Arenga pinnata) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)” yang disusun oleh Listya Minarti, NIM 12308144029 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal ………….………..dan
dinyatakan lulus.
Dewan Penguji
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Ir. Suhandoyo, M.Si. Ketua Penguji ……….. ………. Ir. Ciptono, M.Si. Sekretaris Penguji ……….. ………. Tri Harjana, M.P. Penguji I (Utama) ……….. ………. Dr. Tien Aminatun Penguji II (Pendamping) ……….. ……….
Yogyakarta ……… 2017
Fakultas MIPA
Dekan,
Dr. Hartono, M.Si.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau ditebitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan kaya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap meneima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta,27 Desember 2016 Yang menyatakan,
Listya Minarti
MOTTO
Hanya kepada Engkau lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau lah kami memohon pertolongan (QS. Al Fatihah : 5)
Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk :
Bapak (alm) terima kasih untuk semua harapan yang bapak wariskan, semoga
Tya terus bisa jadi kebanggaan buat bapak di surga, Amin
Ibu tercinta terima kasih untuk segala pengorbanan, kesabaran, perjuangan,
pengertian, kasih sayang dan doa ibu buat Tya.
Mbak Harni tersayang terima kasih untuk semangat, motivasi dan
dukungannya.
Dedek Loka tersayang terima kasih sudah menjadi penghibur, penyemangat
dengan semua kelucuannya.
Mas Arif terima kasih untuk bantuannya mulai dari penelitian sampai
mengolah data dan terima kasih sudah membantu sampai akhir.
Teman seperjuanganku gadis-gadis cantik Fury, Arin, Lutfi, Lulu, Hilda, Sofi
terima kasih untuk doa dan semangat kalian.
PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus)
Oleh Listya Minarti NIM 12308144029
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi serbuk gergaji batang pohon aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi kokon manila. Setiap media dilakukan 5 kali ulangan dengan masing-masing media di beri 35 gram cacing menggunakan bak berukuran 35 x 30 x 10 cm. penelitian dilakukan 2 bulan dan pengambilan data dilakukan 2 kali pada akhir bulan. Parameter yang diukur pada penelitian ini pertambahan biomassa cacing, jumlah kokon, bobot kokon dan indeks kokon. Data pertambahan biomassa cacing, bobot kokon dan indeks kokon di analisis menggunakan One Way Anova dan data jumlah kokon dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari kombinasi media serbuk gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing Lumbricus rubellus. Media yang terbaik adalah kombinasi serbuk gergaji batang pohon aren 75% dan rumput manila 25%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila
(Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah (Lumbricus rubellus)” ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat penyelesaian studi
Strata-1 (S-1) di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam hal perijinan.
2. Ketua Program Studi Biologi yang telah membantu penulis dalam hal perijinan. 3. Ir. Suhandoyo, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan,
masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penulis demi kesempurnaan Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Ir. Ciptono, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penulis demi kesempurnaan Tugas Akhir Skripsi ini.
6. Seluruh keluarga terutama kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a.
7. Rekan-rekan mahasiswa Biologi Angkatan 2012 seperjuangan.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu selama proses penelitian maupun penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Namun penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, 27 Desember 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Maslah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
G. Definisi Istilah / Operasional ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)... 8
1. Anatomi Cacing Tanah ... 10
3. Sistem Pencernaan Makanan ... 12
4. Sistem Sirkulasi ... 14
5. Sistem Ekskresi ... 16
6. Sistem Respirasi ... 17
7. Sistem Reproduksi ... 18
8. Habitat ... 19
a. Habitat Alami ... 20
b. Habitat Buatan ... 22
9. Perkembangbiakan Cacing tanah ... 23
10. Siklus Hidup Cacing tanah ... 25
11. Sarana Budidaya Cacing tanah ... 25
a. Menyiapkan bibit untuk ditebar ... 26
1). Pemilihan jenis cacing tanah yang digunakan ... 26
2). Seleksi bibit cacing tanah unggulan ... 26
3). Alternatif pengadaan bibit ... 27
4). Menyiapkan media pemeliharaan ... 27
a). Jenis cacing tanah untuk dijadikan media pemeliharaan ... 27
b). Syarat media pemeliharaan ... 28
c). Syarat kandang ... 29
d). Pembuatan wadah pemeliharaan ... 30
e). Penebaran bibit cacing tanah ... 31
f). Perawatan ... 31
1. Klasifikasi Tanaman Aren ... 34
2. Morfologi Tanaman Aren ... 35
a. Biji ... 35
b. Batang ... 35
c. Akar ... 36
d. Daun ... 36
e. Bunga ... 36
f. Buah ... 37
3. Kandungan Serbuk Gergaji Aren ... 37
4. Penyebaran Tanaman Aren ... 38
C. Rumput Manila (Zoysia matrella) ... 39
1. Rumput Zoysia ... 39
2. Deskripsi Tanaman ... 39
3. Adaptasi ... 40
4. Kandungan Zoysia matrella ... 41
D. Ampas Tahu ... 40
1. Definisi Ampas tahu ... 41
2. Kandungan Gizi Ampas tahu ... 42
E. Lingkungan Bagi Hewan sebagai kondisi dan sumber daya ... 43
F. Pengelola Sampah dan Penghasil Kascing ... 45
G. Kerangka Berfikir ... 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 48
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48
C. Waktu dan tempat penelitian ... 49
D. Objek penelitian ... 49
E. Variabel Penelitian ... 49
F. Alat dan bahan ... 50
G. Prosedur Penelitian ... 50
H. Teknik Pengumpulan Data ... 51
I. Teknik analisis Data ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54
1. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ... 54
2. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 56
3. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 58
4. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 60
5. Keadaan suhu media pertumbuhan cacing tanah Lumbricus rubellus ... 61
6. Keadaan pH media pertumbuhan cacing tanah Lumbricus rubellus ... 62
8. Kadar C/N ... 63
B. Pembahasan ... 64
1. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan bobot Cacing Tanah Lumbricus rubellus ... 64
2. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 67
3. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 69
4. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 70
5. Keadaan Temperatur Media (Suhu) ... 71
6. Keadaan Kelembaban Media ... 72
7. Keadaan Kemasaman Media ... 73
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 75
B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Cacing Tanah ... 10
Gambar 2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah ... 17
Gambar 3. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 1 ... 18
Gambar 4. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 2 ... 18
Gambar 5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah ... 19
Gambar 6. Kerangka Pikir ... 46
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ... 64
Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 67
Gambar 9. Grafik rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 70
Gambar 10. Grafik rata-rata suhu media penelitian cacing tanah ... 71
Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban media penelitian cacing tanah ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel kandungan serbuk gergaji aren ... 38
Tabel 2. Tabel karakteristik rumput Zoysia matrella ... 40
Tabel 3. Tabel kandungan nutrisi rumput Zoysia matrella ... 41
Tabel 4. Komposisi Nutrisi ampas tahu ... 43
Tabel 5. Rata-rata pertambahan bobot massa cacing tanah Lumbricus rubellus Pada bulan ke-1 dan bulan ke-2 ... 54
Tabel 6. Uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ... 55
Tabel 7. Rata-rata jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus pada bulan ke-1 dan bulan ke-2 ... 57
Tabel 8. Hasil uji Kruskal-Wallis jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus . 58 Tabel 9. Rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus pada Bulan ke-1 dan bulan ke-2 ... 58
Tabel 10. Hasil uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 59
Tabel 11. Hasil Uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap rata-rata indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 60
Tabel 12. Tabel Rata-rata suhu media (0C) dalam berbagai perlakuan media ... 60
Tabel 13. Tabel Rata-rata pH media dalam berbagai perlakuan media ... 61
Tabel 14. Tabel Rata-rata kelembaban media dalam berbagai perlakuan media ... 62
BABBI PENDAHULUAN
A. LatarBBelakangB
Cacing tanah Lumbricus rubellus adalah hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas. Cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada tumpukan sampah (Sugiantoro, 2012: 14-15).
Banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari cacing tanah Lumbricus rubellus seperti dapat menyuburkan tanah, sebagai pakan ternak, dan sebagai obat. Adanya manfaat ini memperlihatkan terjadi peningkatkan budidaya cacing tanah ke arah komersial sebagai salah satu cabang usaha yang menguntungkan.
serbuk gergaji kayu pohon mangga dan serbuk gergaji kayu pohon aren (Rahmat Rukmana, 1999). Diketahui media yang berbeda akan dapat berpengauh terhadap pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah. Persoalan mencari media yang baik untuk mengetahui pertumbuhan dan reproduksi sangat diperlukan guna budidaya cacing tanah yang baik.
Pada penelitian ini digunakan serbuk gergaji batang pohon aren
(Arenga pinnata) sebagai media, pohon aren adalah jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang (Sapari, 1994).dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan dasar dan tepung, limbah hasil pembuatan ini yang digunakan sebagai media, selain itu serbuk gergaji pohon aren juga mengandung zat-zat seperti protein,selulosa, lemak dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah.
Rumput manila termasuk subfamily chlorisoidae yang mempunyai pertumbuhan optimum pada suhu 25 – 350C dan beradaptasi di daerah tropis dan subtropik. Rumput manila memiliki batang dan daun yang kaku dan keras sehingga relatif sulit di potong. Rumput ini digunakan di lapangan sepak bola UNY dan biasanya setiap satu bulan sekali lapangan tersebut dipangkas rumputnya, hasil pangkasan rumput tersebut yang digunakan peneliti sebagai media, selain itu serbuk gergaji pohon aren juga mengandung zat-zat seperti protein,selulosa, lemak dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah. Rumput Zoysia matrella
Glumiflora, Kelas Monocotyledon, cabang Angiospermae, subdivisi Phanaerogama, Divisi Embryophyta dan Kingdom Plantae (Beard, 1973).
Selain menggunakan gergaji dan rumput sebagai media pertumbuhan, cacing juga memerlukan makan untuk mendukung perkembanganya, maka dari itu peneliti menggunakan ampas tahu sebagai bahan pakan bagi cacing.
Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses pembuatan tahu dari kedelai, ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber pakan bagi cacing. Ampas tahu banyak dijumpai di pabrik – pabrik rumahan penghasil tahu, yang nantinya ampas tahu ini hanya akan dibuang dan menjadi limbah maka dari itu peneliti menggunakan ampas tahu sebagai bahan pakan untuk cacing (Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000).
B. IdentifikasiBMasalah
1. Apakah penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
2. Apakah penggunaan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
3. Apakah pengaruh pemberian kombinasi dosis serbuk gergaji aren (Arenga
pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) pada pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
4. Apakah penggunaan kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga
5. Apakah kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) berpengaruh terhadap pertambahan berat Klitelum ?
C. BatasanBMasalahB
Batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh kombinasi pemberian dosis gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertambahan biomasa cacing, jumlah kokon, bobot kokon dan kualitas cacing.
D. RumusanBMasalah
1. Apa pengaruh penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
2. Apa pengaruh penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap produksi kokon cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?
E. TujuanBPenelitian
1. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga
pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah (Lumbricus rubellus).
2. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga
F. ManfaatBPenelitian
Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Bagi Akademika
Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi tentang pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus rubellus) bagi kalangan akademika.
2. Bagi Peneliti
Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya mengenai kombinasi pengunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella).
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat diberikan informasi oleh peneliti tentang manfaat penggunaan serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) sebagai media pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus rubellus).
G. DefinisiBIstilahB/BOperasional
1. Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya massa, bobot dan jumlah sel. Dalam penelitian ini indikator pertumbuhan adalah pertambahan bobot massa cacing. Pertambahan biomassa cacing tanah di timbang setiap 1 bulan sekali.
2. Poduksi kokon adalah jumlah kokon yang dihasilkan cacing Lumbricus
adalah jumlah kokon, berat kokon, dan indeks kokon yang hasilkan pada masing-masing bak perlakuan di akhir penelitian selama 2 bulan.
3. Cacing tanah yang digunakan adalah jenis cacing tanah Lumbricus rubellus yang berasal dari kelas Oligochaeta dengan berat rata-rata untuk satu bak perlakuan 35 gram. Cacing tanah ini berasal dari peternak cacing tanah di daerah Godean, Sleman, Yogyakarta.
4. Media dalam penelitian ini adalah bahan yang dimasukkan ke dalam bak yang digunakan untuk media pemeliharaan cacing Lumbricus rubellus. Media yang digunakan adalah serbuk gergaji aren dan rumput manila.
5. Serbuk gergaji aren adalah limbah penggergajian batang pohon aren. Serbuk gergaji aren yang digunakan di dapatkan dari pohon aren warga di sekitar Waduk Sermo, Kulon Progo, Yogyakarta. Serbuk gergaju aren kemudian didiamkan selama 1 bulan agar gergaji lembab dan siap di gunakan.
BABBII
KAJIANBTEORI
A. CacingBTanahB(Lumbricus rubellus)
Klasifikasi Cacing Lumbricus rubellus
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 24)
Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati bagian
permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah
termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas atau bergelang-gelang.
Cirinya yaitu tubuh simetris bilateral, silindris memanjang, bersegmen-segmen
(sekitar 115-200 segmen), dan pada bagian permukaan tubuh terdapat sederetan
sekat atau dinding tipis (Sugiantoro, 2012: 13).
Filum Annelida, terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan
Oligochaeta. Polychaeta merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak seta
atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola. Sedangkan contoh
Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta
dimana cacing tanah termasuk di dalamnya lantaran jumlah seta (rambut
berukuran pendek) pada tubuh cacing tanah sangat sedikit (Sugiantoro, 2012: 14).
Cacing tanah juga bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu epigeic,
endogeic, dan anecic. Perbedaan pada ketiganya adalah ukuran dan warna
tubuh.Cacing tanah epigeic merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di
atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada tumpukan
sampah.Contoh dari cacing tanah jenis ini adalah Lumbricus rubellus,
Dendobraena octaendra. Cacing tanah jenis endogeic merupakan kelompok
cacing tanah yang tinggal di dalam tanah bermineral, namun sesekali naik ke atas
permukaan tanah bilamana tanah permukaan atas sedang basah terkena air, seperti
pada saat musim penghujan. Contoh cacing tanah jenis ini adalah Aporrectodea
caliginosa. Sedangkan cacing tanah jenis anecic merupakan kelompok cacing
tanah yang tinggal pada liang tanah yang dalam hingga kedalaman 2 meter.
Contoh dari jenis ini adalah Lumbricus terrestris (Sugiantoro, 2012: 14-15).
Selain itu, cacing tanah oleh beberapa kalangan juga dikelompokkan
berdasarkan warnanya, yakni kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok
merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red worm), L. terrestris (the
night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Daendroboena, Perethima
dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field
1. AnatomiBBCacingBTanahB(Lumbricus rubellus)
GambarB1.Bagian-bagian tubuh Cacing Tanah (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008: 16)
Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain di tubuhnya terdapat segmen luar
dan dalam, berambut, tidak mempunyai kerangka luar, tubuhnya dilindungi oleh
kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan
binatang, dan tidak memiliki mata. Untuk dapat bergerak, cacing tanah harus
menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari
tubuhnya. Adanya lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis
dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat dan kasar.
Lendir itupun dapat memperlicin tubuhnya dalam membuat lubang di tanah
sehingga cacing dapat dengan mudah keluar masuk lubang. Selain fungsi tersebut,
lendir pun dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena tubuhnya
licin, cacing tanah sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya
Pada tubuhnya, terdapat organ yang disebut seta.Seta yang terdapat pada
setiap segmen ini berupa rambut yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya
benda. Daya lekat ini akan melemah saat cacing akan bergerak maju. Seta ini pun
dapat membantu cacing tanah saat melakukan perkawinan.
Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi di tubuhnya terdapat prostomium.
Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk seperti bibir.Organ
ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium
terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing
tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya.Itulah sebabnya cacing tanah
dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak
memiliki mata.
Anus digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang
dimakannya. Kotoran yang keluar dari anus tersebut sangat berguna bagi tanaman
karena sangat kaya dengan unsur hara.Kotoran tersebut dikenal dengan istilah
kascing.
Cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya untuk bernafas karena tidak
memiliki alat pernapasan. Oksigen yang digunakan untuk proses metabolisme
tubuh diambil dari udara dengan bantuan pembuluh darah yang terdapat di bagian
bawah kutikula. Pembuluh darah itu pun dapat berfungsi melepaskan
karbondioksida (CO2) sebagai sisa hasil metabolisme. Namun, agar proses
bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung dengan baik, kelembaban
lingkungannya harus cukup tinggi.
Cacing tanah dewasa memiliki klitelum yang merupakan alat yang dapat
membantu perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang
muda, organ ini belum tampak karena hanya terbentuk saat cacing mencapai
dewasa kelamin, sekitar 2-3 bulan (Yusuf Kastawi, 2001: 28)
2. KandunganBCacingBTanah
Cacing tanah mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama
protein yang mencapai 64-76%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 7-10%,
kalsium 0,55%, fosfor 1% dan serat kasar 1,08%. Selain itu, cacing tanah
mengandung auxin yang merupakan zat perangsang tumbuh untuk tanaman.
Selain itu cacing tanah mengandung asam arhidonat yang dapat menurunkan
panas tubuh akibat infeksi. Cacing tanah dapat membantu proses daur ulang
limbah karena sebagai binatang pengurasi atau perombak bahan organik
(Palungkun, 1999: 18).
3. SistemBPencernaanBMakananB
Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah
lengkap dan terpisah dari sistem cardiovasculare. Saluran pencernaan ini terdiri
atas : mulut, pharinx, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestin, dan anus.
Mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris atau rongga
bucacale.Pharynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculer dan
berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terleatk di ujung
pharynx memanjang dari segmen ke-6 sampai segmen ke-14.Proventriculus
merupakan bagian ujung esophagus yang membesar dan di bagian ini makanan
disimpan; dinding proventriculus tipis.Ventriculus merupakan lanjutan ke arah
belakang dari proventriculus, terletak di dalam segmen ke-17 dan ke-18, bersifat
lanjutan ke ujung dari ventriculus. Dinding intestin bagian dorsal melekuk ke
dalam lumen intestin dan bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadilah
bangunan sebagai kantong. Bangunan ini disebut typhlosole.Typhlosole ini
berguna untuk memperluas permukaan intestin, sehingga dapat mengabsorbsi
sari-sari makanan lebih banyak.
Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman. Cacing –
cacing tanah itu mencari makanannya di luar liang; pada saat malam hari.
Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercamput
dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada
dinding esophagus itu.Cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat
belum diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang bersifat
asam. Dari esophagus, makan terus masuk ke dalam proventriculus yang
merupakan tempat penyimpanan makanan yang bersifat sementara.
Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan
dicernakan menjadi partikel halus. Dari ventriculus, kemudain
partikel-partikel makanan ini masuk ke dalam intestin. Di dalam intestin, partikel-partikel-partikel-partikel
makanan akan dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-substansi yang
lebih kecil, yang dapat di absorbsi oleh dinding intestin tersebut. Dinding intestin
mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim.Karena pengaruh
enzim-enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicernakan menjadi
monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk
diabsorbsi. Senyawa-senyawa inilah yang diabsorbsi oleh dinding intestin dan
bagian-bagian tubuh.Pada saat cacing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut
juga termakan sejumlah partikel-partikel tanah, kemudian sisa-sisa makanan
beserta partikel-partikel tadi dikeluarkan melalui anus dan diletakkan di atas
permukaan tanah di dekat lubang dari luang tempat cacing itu berada. Sisa-sisa ini
berbentuk kelompok-kelompok kecil dari partikel-partikel tanah (Yusuf Kastawi,
2001).
4. SistemBSirkulasiB
Sistem sirkulasi (peredaran darah/cardiovasculer) cacing tanah adalah
sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem cardiovasculer meliputi : (a) benda
yang diedarkan, yaitu darah; (b) saluran yang dilalui darah ialah
pembuluh-pembuluh darah; (c) peredaran darah; (d) fungsi darah; dan (e) Lympha.
Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula.Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung
hemoglobin (haima = darah; globus = butir); yang mempunyai kemampuan
mengikat oksigen. Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas : aorta dorsalis, aorta
ventralis.
Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah
terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit
transparan. Di daerah esophagus 5 pasang cabang-cabang aorta dorsalis membesar
dan berfungsi sama dengan cor (jantung) pada hewan-hewan tinggi. Jantung
cacing ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis, yang
terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan di sebelah dorsal truncus
yang masing-masing terletak di lateral truncus nervosus dan 1 pembuluh di
sebelah ventral truncus itu. Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak
cabang-cabang dan beberapa rongga lympha membentuk sistem cardiovasculare
cacing tanah.
Darah dalam aorta dorsalis terdorong ke anterior oleh kontrkasi dinding
aorta itu. Di dalam aorta ini terrdapat valvula yang berfungsi untuk mencegah
mengalirnya kembali darah itu dari jantung anterior. Dari aorta dorsalis darah
mengalir ke dalam cor (jantung), kemudian ke aorta ventralis. Di dalam jantung
juga terdapat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta
ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing
tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO2 dikeluarkan dan
O2 diambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit dari
dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk ke
dalam aorta dorsalis.
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa
metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada saat darah mengalir menuju ke
kulit hemoglobin mengikat CO2.CO2 keluar melalui kulit sedangkan O2 dari udara
masuk ke dalam tubuh acing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan
hemoglobin, membentuk oxyhemo-globin. Dalam proses respirasi,
jaringan-jaringan memerlukan adanya O2. Darah mengalir dari dinding tubuh ke
kapiler-kapiler dalam jaringan-jaringan.Pertukaran zat-zat di antara darah dan jaringan
terjadi di dalam rongga-rongga lympha yang sangat kecil. Darah juga mengangkut
Plasma darah dan beberapa corpuscula membentuk lympha, yang keluar
dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan.Lympha
mengangkut O2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO0 dan sisa-sisa
metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah
(Yusuf Kastawi, 2001: 153).
5. SistemBekskresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,
nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi
yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.
Nefrotor merupakanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat
sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Kecuali tiga segmen yang pertama
dan segmen yang terakhir tidak ada (Yusuf kastawi,2001;154).
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong,
disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.
Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom).Rongga tubuh
ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada
saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang
berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan
bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong)
yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk
ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah
panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan
sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di
nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti
penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang
berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung
substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang
kurang toksik, yaitu ureum.
GambarB2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah
(Sumber :Rahmat Rukmana, 2008: 25)
Inilah salah satu alasan mengapa cacing tanah memiliki habitat di
lingkungan yang lembab karena cacing tanah mendifusikan sisa amoniaknya pada
tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.
6. SistemBRespirasi
Cacing bernafas menggunakan kulit. Tubuh cacing tertutup oleh selaput
bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah.
Melalui selaput inilah terjadi difusi oksigen dan CO2 yang kemudian diteruskan
kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi.
Karena ternyata dibawah kulit itu terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui
oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam
darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh. Maka Cara respirasi cacing ini
berbeda dengan serangga karena pada serangga oksigen bisa langsung menuju ke
sel-sel tubuh, Sedang pada cacing harus masuk ke pembuluh darah sehingga
pengangkutan oksigen secara tertutup mengingat peredarannya oksigen berada di
dalam pembuluh darah , Kulit yang digunakan untuk proses difusi yaitu bagian
dorsal / sisi punggung.
Gambar3.BSistem Pernafasan Cacing Tanah 1 (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 28)
Gambar4.BSistem Pernafasan Cacing Tanah 2 (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 29)
Cacing tanah bereproduksi secara seksual dan bersifat hermafrodit, tetapi
cacing tidak melakukan pembuahan sendiri melainkan secara silang. Sebagai
ilustrasi: 2 cacing yang melakukan kawin silang menempelkan tubuhnya dengan
ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima
oleh klitelium cacing pasangannya. Pada saat bersamaan klitelium mengeluarkan
mukosa kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina
dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovarium akan
dibuahi oleh sperma. Setelah itu, ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon.
Telur bersama kokon akan keluar dari tubuh cacing dan menjadi individu yang
baru. Telur menetas setelah tiga minggu dan dapat menghasilkan 2-20 lebih secara
sekaligus anak cacing.
GambarB5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah Sumber : (HendraDwi Prasetyo, 2015) 8. Habitat
Habitat alaminya, cacing tanah hidup dan berkembangbiak di dalam tanah
yang lembab dengan suhu sekitar 15-25oC. Cacing tanah merupakan hewan
nokturnal yakni aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada
siang harinya istirahat.Cacing tanah juga hewan fototaksis negatif artinya cacing
Tindakan ini bertujuan untuk menghalangi masuknya udara dingin dan air ke
dalam lubang, dan sekaligus menyamarkan keberadaannya di dalam tanah dari
pemangsa.
Cacing tanah senang tinggal di tanah lembab, namun cacing tanah tidak
suka tinggal di tempat yang terlalu banyak air karena ketersediaan oksigen di
dalamnya sangat sedikit (anaerob). Karena itulah, di saat curah hujan sedang
tinggi, cacing tanah akan banyak berada di lapisan tanah paling atas.
Cacing tanah pada keadaan yang sangat dingin atau sangat kering mereka
akan masuk ke dalam liang, seringkali sampai sedalam 8 kaki, dan dalam keadaan
ini beberapa cacing seringkali terdapat melingkar bersama – sama, dengan di
atasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendir.
Cacing tanah hidup pada habitat alami dan habitat buatan manusia.Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya (Agus
Dharmawan, 2005: 21).
a. HabitatBAlami
Di habitat alami, cacing tanah hidup dan berkembang baik dalam
tanah.Menurut Rukmana (1999), Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
cacing tanah dihabitat alami adalah sebagai berikut.
1) Suhu (Temperatur)
Suhu atau temperature tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah
dan penetasan kokonya berkisar antara 15oC – 25oC.suhu tanah yang lebih
itu, cacing tanah biasanya ditemukan hidup dibawah pepohonan atau
tumpukan bahan organic.
2) Kelembaban (rH)
Kelembaban tanah mempengaruhi pertumbuhan dan daya reproduksi
cacing tanah.Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara
15%-50% namun kelembaban optimumnya pada rH
42%-60%.Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat
menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya
bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera masuk ke
dalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya akan mati.
3) Keasaman Tanah (pH)
Cacing tanah tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada tanah yang
bereaksi sedikit asam sampai netral. Keasaman tanah (pH) yang ideal
untuk cacing tanah adalah pH 6 -7,2.
Tanah pertanian di Indonesia umumnya bermasalah karena pH-nya asam.
Tanah yang pH-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan daya
berkembang biak cacing tanah, karena ketersediaan bahan organic dan
unsure hara (pakan) cacing tanah relative terbatas. Disamping itu, tanah
yang ber pH asam kurang mendukung percepatan proses pembuskan
(fermentasi) bahan-bahan organic. Oleh karena itu, anah tanah pertanian
cacing tanah.Pengapuran berfungsi meningkatkan pH tanah sampai
mendekati pH netral.
4) Ketersediaan Bahan Organik
Bahan organik umumnya mengandung protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral, sehingga merupakan bahan utama makanan cacing
tanah.Bahan organik tanah dapat berupa kotoran ternak, sersah atau
daun-daun yang gugur dan melapuk dan hewan-hewan yang mati.Makin kaya
kandungan organik dalam tanah, makin banyak dihuni oleh
mikroorganisme tanah, termasuk cacing tanah.
Cacing tanah dapat mencerna bahan organik seberat badannya, bahkan
mampu memusnahkan bahan organic 2 kali lipat berat badannya selama 24
jam.Oleh karena itu cacing tanah yang hidup dalam tanah yang kaya bahan
organik dapat berfungsi sebagai pemusnah bahan organik (decomposer)
dan kascingnya berguna untuk pupuk organik penyubur tanah.
b. HabitatBBuatan
Habitat buatan adalah lingkingan hidup yang dimodifikasi untuk
budidaya cacing tanah.Pada prinsipnya cacing tanah dapat dibudidayakan
dengan mudah apabila persyaratan hidupnya terpenuhi.
Habitat buatan untuk budidaya cacing tanah dapat dilakukan dalam
ruangan atau bangunan yang dilengkapi pelindung. Hal yang penting
cacing tanah adalah : terlindung dari sinar matahari langsung, terlindung dari
curahan air hujan secara langsung, tempat harus strategis atau mudah dalam
pemeliharaan, dan terjaga dari keamanan serta gangguan terhadap cacing
tanah.
Tempat budidaya cacing tanah biasanya berupa kandang yang
dilengkapi atap pelindung.Bahan-bahan pembuatan kandang dapat disiapkan
yang harganya murah dan sederhana sampai yang mahal, tergantung pada
tujuan dan kondisi keuangan. Fasilitas budidaya cacing tanah terdiri atas
rak-rak atau tempat penempatan wadah pemeliharaan, medium tumbuh, pakan, dan
perangkat wadah pemeliharaan berupa bak, kotak plastik, kotak kayu, kotak
anyaman bambu, dan lain-lain.
Dasar-dasar yang harus diperhatikan dalam menyiapkan habitat buatan
untuk budi daya cacing tanah sebagai berikut :
1) Lingkungan teduh dan nyaman
2) Keadaan suhu tanah dan suhu udara antara 15oC – 25oC
3) Kelembaban tanah dan kelembaban udara antara 15% - 30%
4) Keasaman medium hidup ber-pH 6,0 – 7,2
5) Tersedia bahan organic untuk pakan cacing tanah dalam jumlah yang
memadai(Rahmat Rukmana, 1999).
Hewan ini bersifat hermafrodit atau biseksual.Artinya, pada tubuhnya
terdapat dua alat kelamin, yaitu jantan dan betina. Namun, untuk pembuahan
cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi harus dilakukan oleh
sepasang cacing tanah. Dari perkawinan tersebut, masing-masing cacing tanah
dapat menghasilkan satu kokon yang di dalamnya terdapat beberapa butir telur.
Cacing tanah berkembang mulai dari telur yang disimpan dalam
kokon.Kokon yang dihasilkan dari perkawinan sepasang cacing tanah dapat
diletakkan di permukaan tanah bila keadaan tanahnya lembab. Namun, kalau
tanahnya kering, kokon akan diletakkan dalam tanah. Kokon yang baru keluar
dari tubuhnya berwarna kuning kehijauan dan akan berubah kemerahan saat akan
menetas. Kokon akanmenetas sekitar 14-21 hari setelah terlepas dari tubuh cacing
tanah.
Cadangan makanan yang mencukupi, dan faktor lingkungan lain sangat
mendukung maka cacing tanah akan menghasilkan kokon sepanjang tahun.
Namun, jumlah kokon yang dihasilkan tergantung pada perubahan suhu. Bila suhu
rendah atau sekitar 3oC, kokon yang dihasilkan sangat sedikit. Sebaliknya kalau
suhunya dinaikkan maka cacing tanah akan menghasilkan kokon lebih banyak.
Suhu ideal untuk keperluan ini adalah 6o-16oC.
Kokon biasanya dihasilkan pada kondisi iklim yang sesuai. Di negara
beriklim dingin dengan empat musim, umumnya cacing tanah menghasilkan
kokon pada pertengahan Maret hingga awal Juli dan pada awal Oktober hingga
November. Di negara subtropis seperti India, cacing tanah dapat menghasilkan
Sepasang cacing tanah akan melekat di bagian depannya dengan posisi
saling berlawanan Saat melakukan perkawinan. Dengan bantuan seta, sepasang
cacing tanah akan mengeluarkan lendir melalui klitelum. Lendir ini digunakan
untuk melindungi sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh alat kelamin
jantanmasing-masing cacing tanah. Setelah itu, sel sperma akan bergerak ke arah
belakang dan masuk ke kantung penerima sperma (ovarium). Kantung ini banyak
mengandung sel telur. Proses perkawinan dapat berlangsung beberapa jam.
Setelah keduanya menerima sperma maka cacing akan saling berpisah. Setelah
masing-masing cacing tanah berpisah, klitelum akan membentuk selubung kokon
dan bergerak ke arah mulut. Saat bergerak itulah selubung kokon akan bertemu sel
telur yang telah dibuahi sel sperma pada lubang saluran telur. Akibatnya sel telur
akan terselubung menjadi kokon. Selanjutnya kokon yang berisi sel telur ini
bergerak ke arah mulut dan keluar dari tubuh cacing tanah (Rahmat Rukmana,
1999).
10. SiklusBHidupBCacingBTanah
Siklus hidup cacing tanah mulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing
produktif, dan cacing tua. Lama siklus hidup ini tergantung pada kesesuaian
kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah. Dari berbagai
penelitian diperoleh lama siklus hidup cacing tanah L. rubellus hingga mati
mencapai 1-5 tahun(Pangkulun, 2011).
Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur
14-21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat
tumbuh dengan cepat, dan mencapai dewasa kelamin dalam waktu 80-100 hari.
Setelah itu pertumbuhannya menjadi sangat lambat (Minnich, 1977). Saat dewasa
kelamin cacing tanah akan menghasilkan kokon dari perkawinannya yang
berlangsung 6-10 hari.Masa produktif aktif cacing tanah akan berlangsung selama
4-10 bulan dan akan menurun hingga cacing mengalami kematian(Pangkulun,
2011).
11. SaranaBBudiBDayaBCacingBTanah
Kegiatan yang terpenting dalam budi daya cacing tanah adalah
menciptakan suasana atau kondisi lingkungan yang sesuai dengan habitatnya di
alam. Hal ini dimaksudkan agar cacing tanah dapat beradaptasi dan berkembang
dengan baik.
Cacing tanah menghendaki suasana lingkungan yang teduh, lembab dan
terhindar dari sinar matahari langsung.Untuk itulah lokasi pembudidayaannya
harus mendukung. Adapun sarana pembudidayaan yang dapat menciptakan
lingkungan yang teduh, lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung adalah
bangunan pelindung, wadah pemeliharaan, serta sarang atau media hidupnya
(Rahmat Rukmana, 1999).
a. MenyiapkanBBibitBUntukBDitebar
1) PemilihanBjenisBcacingBtanahByangBakanBdigunakan
Budi daya cacing tanah bisa dengan menggunakan jenis cacing tanah
apapun.Namun, untuk hasil yang lebih optimal, sebagian besar petani cacing
Lumbricus rubellus karena tingkat percepatan tumbuhnya yang sangat tinggi
dibandingkan cacing tanah jenis lokal.
2) SeleksiBbibitBcacingBtanahBunggulan
Penebaran bibit cacing tanah, juga mempertimbangkan kualitas dari
bibit yang akan digunakan. Bibit yang bagus akan memberikan hasil produksi
dengan tingkat percepatan tumbuh yang optimal sehingga waktu pemanenan
bisa lebih cepat dan hasil produksinya lebih banyak. Bibit yang bagus adalah
bibit yang ukuran tubuhnya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil
sewaktu akan ditebar. Apabila terlalu kecil, maka bibit tersebut sangat rentan
dan butuh waktu yang lama untuk memanennya. Sedangkan bibit yang terlalu
besar akan memperbanyak beban biaya sewwaktu pembelian bibit (apabila
bibit didapatkan dengan cara membeli dari peternak bibit cacing tanah). Selain
itu, bibit yang baik adalah bibit yang mempunyai ukuran tubuh seragam
sehingga nantinya bisa dipanen dalam waktu yang bersamaan.
3) AlternatifBpengadaanBbibit
Apabila akan menggunakan bibit cacing tanah unggulan seperti jenis
Lumbricus rubellus yang memang mempunyai tingkat percepatan tumbuh
sangat tinggi, maka bisa dengan cara membelinya dari peternak cacing tanah
yang menggunakan jenis cacing tanah tersebut dan memang menyediakan bibit
pada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain itu, pengadaan bibit dengan cara
membeli akan sangat memungkinkan dan memudahkan bagi pemula yang
membutuhkan bibit dalam jumlah banyak dan juga memiliki ukuran tubuh
4) MenyiapkanBMediaBPemeliharaan
Media hidup atau media pemeliharaan yang juga sekaligus sarang
cacing tanah sebenarnya adalah sekumpulan bahan-bahan organik yang sudah
terfermentasi sempurna sehingga bisa memberikan tempat bagi cacing tanah
untuk hidup dan bereproduksi secara optimal. Media hidup tersebut nantinya
sekaligus menjadi sumber makanan bagi cacing tanah yang dibudidayakan.
b. JenisBCacingBTanahBUntukBDijadikanBMediaBPemeliharaanB
Bahan organik yang bisa digunakan untuk dijadikan media hidup atau
media pemeliharaan antara lain adalah kotoran hewan ternak (ayam, kelinci,
kambing, dll), ampas tahu, ampas singkong, ampas sagu, kompos, jerami padi,
sekam padi, kulit pisang, bubur kertas, bubur kayu, enceng gondok, rumput,
serbuk gergaji, rumen (kotoran yang masih berada di perut hewan ternak
ruminansia seperti sapi ketika dipotong), dan sebagainya.
Beberapa pertimbangan penting dalam pemilihan bahan organik untuk
dijadikan media pemeliharaan adalah sebaik mungkin mudah didapatkan,
murah harganya, dan tersedia dalam jumlah bannyak.Sebaik mungkin
bahan-bahan organik tersebut juga mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan
mineral yang sangat dibutuhkan oleh cacing tanah.
c. SyaratBMediaBPemeliharaan
Media pemeliharaan untuk cacing tanah tersebut dibuat sedemikian
rupa sehingga menyerupai atau kurang lebih sama dengan habitat maupun
Untuk mendukung hal tersebut, media pemeliharaan setidaknya harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Media pemeliharaan harus menggunakan bahan organik berserat yang
sudah terfermentasi sempurna atau telah mengalami proses pelapukan
minimal 60%, serta tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari
proses pembusukan yang jelas tidak disukai cacing tanah. Waktu yang
dibutuhkan untuk proses fermentasi memang bervariasi bergantung pada
jenis bahannya, biasanya antara 7-35 hari.
2) Kaya bahan organik dan unsur hara
Media hidup cacing tanah harus kaya bahan-bahan organik dan unsur
hara lantaran bahan organik tersebutlah yang menjadi makanan pokok
dari cacing tanah.
3) Gembur, lunak, tidak panas, dan tidak mudah menjadi padat
Cacing tanah sangat membutuhkan media hidup sekaligus makanan yang
lunak, gembur, dan tidak panas supaya lebih mudah dicerna atau terurai
oleh alat cerna di tubuhnya.Media hidup yang gembur juga bisa menjaga
porositas sarang, menjaga ketersediaan oksigen, dan menjaga sirkulasi
udara di dalamnya.
4) Mempunyai daya serap air yang tinggi
Media hidup yang digunakan sebaik mungkin mempunyai daya serap
yang tinggi terhadap air sehingga tidak mudah menjadi kering dan juga
kehilangan tingkat kelembaban.
Media pemeliharaan harus bebas atau steril dari zat atau bahan-bahan
yang bisa mengganggu pencernaan cacing tanah. Antara lain adalah
sabun dan bahan kimia.
6) Media harus mudah terdekomposisi atau terurai oleh cacing tanah.
7) Media tersebut harus mampu menahan kestabilan kelembaban dengan
tingkat kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
cacing tanah sekitar 35-50%.
8) Suhu media harus sekitar 20-30oC.
9) Tingkat keasaman media (pH) sekitar 6,5-7,2.
d. SyaratBKandang
Kandang yang ideal, setidaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Memberi rasa aman dan memudahkan pemeliharaan
Kandang harus dibuat dengan konstruksi yang memudahkan bagi
peternak untuk melaksanakan tata laksana pemeliharaan.Untuk itu,
lokasi kandang sebaik mungkin berada di tempat yang aman, dan jauh
dari gangguan orang yang tidak berkepentingan.
2) Melindungi dari curah hujan dan sinar matahari langsung
Untuk menghindari sinar matahari langsung dan curah hujan yang
menerpa ke dalam media pemeliharaan, maka kandang dilengkapi
dengan bangunan atau atap pelindung.
Pembangunan kandang harus mempertimbangkan biaya yang harus
dikeluarkan.Untuk itulah, sebaik mungkin kandang dibuat dengan biaya
yang seminim mungkin (Rahmat Rukmana, 1999).
e. PembuatanBWadahBPemeliharaan
Wadah pemeliharaan merupakan tempat atau wadah yang ke
dalamnya akan dimasukkan media hidup atau sarang cacing tanah, dan
selanjutnya ke media hidup tersebut akan dimasukkan bibit cacing tanah.
Untuk modelnya, memang sesuka hati, mulai dari model permanenseperti
bak batu bata plester semen/bak beton, rak berbaki, kotak bertumpuk,
pancing bertingkat, atau pancing berjajar. Bahan yang dipergunakan pun
sangat variatif, tergantung keinginan dan ketersediaan bahan, mulai dari
bahan bambu, papan kayu, ataupun juga berbahan plastik.
f. PenebaranBBibitBCacingBTanah
Media pemeliharaan yang dianggap sudah layak untuk dipergunakan,
maka bibit cacing tanah sudah bisa segera ditebarkan. Langkah-langkah
penebaran bibit cacing tanah adalah sebagai berikut.
1) Bibit cacing tanah yang telah dipersiapkan ditebarkan sedikit demi
sedikit ke atas permukaan wadah pemeliharaan secara merata.
2) Amati dengan seksama apakah bibit yang ditebarkan tersebut mau
masuk ke dalam media pemeliharaan ataukah hanya berkeliaran di
bagian permukaan saja.
3) Apabila bibit cacing tanah terlihat mau beradaptasi dengan media
hingga mencapai batas tingkat kepadatan sesuai dengan ukuran wadah
dan media hidup yang ada. Perlakuan tersebut kemudian dilanjutkan
dengan penebaran bibit pada wadah pemeliharaan yang lainnya.
Mengingat cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya, maka
penebaran bibit harus dilakukan di tempat yang tidak mendapatkan
cahaya atau sedikit gelap.
g. Perawatan
Perawatan media bertujuan agar kondisi media selalu sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah.Kegiatan perawatan media ini
meliputi pengadukan, penyiraman, pengukuran suhu dan pH serta
penggantian media.
1) Pengadukan
Cacing tanah pun membutuhkan oksigen yang cukup. Oleh sebab itu,
media sebagai tempat tinggalnya harus selalu gembur agar peredaran
udara di dalamnya tetap terjamin. Kegiatan pengadukan media ini
sekaligus untuk mencampur bahan makanan yang tersisa.Pengadukan
dilakukan dengan tangan. Sebaiknya pengadukan dilakukan setiap 3-4
hari sekali.
2) Penyiraman
Apabila pada saat pengadukan medianya tampak kering, harus
dilakukan pemberian air dengan cara penyiraman. Penyiraman ini
dilakukan sambil diaduk. Jumlah air yang diberikan hannya secukupnya
media. Media yang terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah
berwarna pucat. Bahkan pada keadaan sangat berlebihan air, cacing
tanah bisa mati.
3) Pengukuran suhu dan pH
Media perlu dilakukan pengecekan suhu dengan menggunakan
termometer. Bila suhu lebih tinggi, pencegahannya dilakukan dengan
cara media disemprotkan air. Namun jumlahnya jangan berlebihan.
Derajat keasaman (pH) media yang dibutuhkan oleh cacing tanah
adalah sekitar 6,5-7,2. Dengan kondisi itu bakteri dalam tubuh cacing
tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan.Oleh
karena itu, dalam kegiatan perawatan pun perlu dilakukan pengecekan
terhadap pH media. Bila ditemukan kondisi asam atau pH kurang dari 6
maka pencegahannya adalah dengan pemberian segenggam kapur
tembok yang dicampur segelas air dan disiramkan ke media. Bersamaan
dengan penyiraman ini, media diaduk agar air kapur tercampur merata.
4) Penggantian media
Sirkulasi udara ke dalam media akan terhambat bila medianya mudah
memadat. Pemadatan ini terjadi karena partikel-partikel bahan media
segera diganti karena tidak berfungsi optimal sebagai media atau tempat
tinggal cacing tanah.
Media yang harus segera diganti adalah yang secara fisik, bentuk,
warna, dan sifatnya telah berubah menjadi seperti tanah atau kotoran
cacing (kascing).Warnanya sudah berubah menjadi hitam, bersifat
lengket, dan mudah memadat bila dalam keadaan basah atau lembab.
Biasanya penggantian media ini dilakukan detelah dipakai selama 2-2,5
bulan. Media yang sudah tidak terpakai ini dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik bagi tanaman.
B.B PohonBArenB(Arenga pinnata Merr.)
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan yang
menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama kita kenal. Namun sayang
tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau
dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Begitu banyak
ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang berasal dari bahan bakupohon
aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan ekspor
maupun kebutuhan dalam negeri semakin meningkat. Hampir semua bagian
pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari
bagian fisik (akar, batang, daun, ijuk dll) maupun hasil produksinya berupa gula
aren.
Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palmayang memproduksi
buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya
yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk
menghasilkan gula aren(Sapari, 1994).
Aren merupakan salah satu sumber daya alam di daerah tropis, distribusinya
tersebar luas, sangat diperlukan dan mudah didapatkan untuk keperluan
sehari-hari oleh masyarakat setempat sebagai sumber daya yang berkesinambungan. Di
Indonesia pohon aren sebagian besar secara nyata digunakan untuk bahan
bangunan, keranjang, kerajinan tangan, atap rumah, gula, manisan buah dan lain
sebagainya.
1.BKlasifikasiBTanamanBAren
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Aracaceae
Genus : Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr (Sapari, 1994).
2.BMorfologiBTanamanBAren
a. Biji
Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup
(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini
termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan).
Batang aren bisa mencapai tinggi 20 m dengan diameter 30-65 cm.
Tanaman ini adalah palem besar, tidak bercabang dengan batang tebal, berserat
dan berbulu hitam.Batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak
serabut kasar dan berkayu. Struktur umum yang dimiliki pada batang, pada
bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang
sangat tahan air.Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada A. pinnata,
kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel).Bagian
sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim,
kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat
yang berisi jaringan pembuluh yang biasa disebut ikatan pembuluh.
Tanaman aren jika sudah tua dapat tumbuh besar dan memiliki garis
tengah batangnya bisa sampai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Batang pohon
aren padat, berambut, dan berwarna hitam. Secara morfologi tanaman tanaman
aren hamper mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya adalah tanaman kelapa
batang bawahnya bersih sedangkan batang aren terbalut ijuk.Jika ditambah
dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa
sampai 20 meter.Waktu pohon masih muda, batang itu belum begitu kelihatan
karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Baru setelah daun paling
bawahnya sudah gugur maka batangnya mulai kelihatan. Kadang-kadang
sampai 3,5 tahun baru daunnya yang tertua gugur dari ruas yang paling bawah.
c. Akar
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat
pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan
lebih dari 20 %.
d. Daun
Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m
dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang
hingga 7 x 145 cm. Daunnya hijau gelap di atas dan hijau keputihan dibawah
karena lapisan lilin disisi bawahnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip,
pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata dan tangkai pendek.
e. Bunga
Karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang berada di pucuk
pohon akan keluar saat aren sudah berumur 8 tahun, kira-kira letaknya sedikit
di bawah tempat tumbuh daun muda (muncul dari daerah puncak saja), tetapi
makin tua pohon itu, keluarnya bunga juga bisa dari ketiak daun di daerah
bawah. Kira-kira 2 bulan kemudian, muncul tandan bunga jantan yang disebut
ubas, Selanjutnya disusul oleh bunga-bunga jantan lainnya, yang disebut adik
ubas, penyadapan nira sudah bisa dilakukan ketika itu. Bunga jantannya
muncul bergantian dengan bunga betina di ketiak daun daerah bawah.Bunga
aren jantan duduk berpasangan pada untaian yang berjumlah sekitar 25,
pangkalnya melekat pada sebuah tandan.Jika bunga betina berbentuk butiran
(bulat) berwarna hijau dan duduk sendiri-sendiri pada untaian, sedangkan
bunga jantan berbentuk bulat panjang 1.2 – 1.-5 cm berwarna ungu.Bunga
jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari dan
makin banyak membentuk tongkol bunga betina, biasanya pemiliknya
membiarkannya membentuk buah, dan niranya tidak disadap lagi.
f. Buah
Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan
perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4 – 5
cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu
siung bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari: 1). Kulit luar,
halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning, setelah tua
(masak). 2) Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. 3) Kulit biji,
berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang
keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih
berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan
berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak.
3. KandunganBSerbukBGergajiBAren
Menurut hasil penelitian Firdayanti dan Handajani (2005), kandungan
yang terdapat pada serbuk gergaji aren diantaranya yaitu :
Salah satu tanaman yang paling penting dan umumnya tumbuh jauh di
daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh menyebar secara alami
di negara-negara kepulauan bagian tenggara, antara lain Malaysia, India,
Myanmar, Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi, 1991:
16).
Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan Nusantara,
dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut.
Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah
lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan,
di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan
dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum
dibudidayakan.
C. RumputBZoysiaBmatrella
1. RumputBZoysiaB
Rumput zoysia termasuk dalam family Poaccac (Graminae), Ordo
Poales Subklas Glumiflora, Kelas Monocotyledon, cabang Angiospermae,
subdivisi Phanaerogama, Divisi Embryophyta dan Kingdom Plantae (Beard,
1973: 5).
Rumput zoysia termasuk subfamily chlorisoidae yang mempunyai
pertumbuhan optimum pada suhu 25 – 350C dan beradaptasi di daerah tropic
dan subtropik.Rumput zoysia memiliki batang dan daun yang kaku dank eras
sehingga relatif sulit dipotong(Beard, 1973: 5).
Rumput zoysia mempunyai daun berbentuk jarum dengan permukaan
Rumput zoysia toleran terhadap naungan bila ditumbuhkan di daerah
lembab dan panas. Daya tahannya sangat baik terhadap kekeringan dan panas.
Rumput ini mempunyai daya adaptasi terhadap tanah yang berdrainase baik,
bertekstur halus dan subur dengan pH 67-7 serta mempunyai toleransi
terhadap berbagai tipe tanah.
Rumput zoysia mempunyai pertumbuhan yang merunduk dan
membentuk rumput yang kompak dan tegar. Laju pembentukan dan laju
penyembuhan rumput zoysia lambat karena laju pertumbuhannya juga
lambat, terutama pucuk-pucuk lateralnya (Beard, 1973: 6).
Lambatnya pemulihan recuperative bila terjadi pelukan pada rumput
zoysia disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan, terutama pucuk-pucuk
Kebutuhan
Tabel B 3. B Kandungan B nutrisi B rumput B manila B(Zoysia matrella)
(GartesiasihBdanBNinaBHerlina,B2005:6)
pembuatan tahu dari kedelai . Sedangkan yang dibuat tahu adalah cairan atau
susu kedelai yang lolos dari kain saring.
Ampas tahu yang merupakan limbah industri tahu memiliki kelebihan,
yaitu kandungan protein yang cukup tinggi. Ampas tahu memiliki kelemahan
sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi.
Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk