• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Aren (Arenga pinnata) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)yang disusun oleh Listya Minarti, NIM 12308144029 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, ……….2016

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Suhandoyo, M.Si Ir. Ciptono, M.Si

(2)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul berjudul “Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Gergaji Batang Pohon Aren (Arenga pinnata) dan Rumput Manila (Zoysia matrella) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kokon Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) yang disusun oleh Listya Minarti, NIM 12308144029 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal ………….………..dan

dinyatakan lulus.

Dewan Penguji

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Ir. Suhandoyo, M.Si. Ketua Penguji ……….. ………. Ir. Ciptono, M.Si. Sekretaris Penguji ……….. ………. Tri Harjana, M.P. Penguji I (Utama) ……….. ………. Dr. Tien Aminatun Penguji II (Pendamping) ……….. ……….

Yogyakarta ……… 2017

Fakultas MIPA

Dekan,

Dr. Hartono, M.Si.

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau ditebitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan kaya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap meneima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta,27 Desember 2016 Yang menyatakan,

Listya Minarti

(4)

MOTTO

Hanya kepada Engkau lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau lah kami memohon pertolongan (QS. Al Fatihah : 5)

Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang

(5)

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk :

 Bapak (alm) terima kasih untuk semua harapan yang bapak wariskan, semoga

Tya terus bisa jadi kebanggaan buat bapak di surga, Amin

 Ibu tercinta terima kasih untuk segala pengorbanan, kesabaran, perjuangan,

pengertian, kasih sayang dan doa ibu buat Tya.

 Mbak Harni tersayang terima kasih untuk semangat, motivasi dan

dukungannya.

 Dedek Loka tersayang terima kasih sudah menjadi penghibur, penyemangat

dengan semua kelucuannya.

 Mas Arif terima kasih untuk bantuannya mulai dari penelitian sampai

mengolah data dan terima kasih sudah membantu sampai akhir.

 Teman seperjuanganku gadis-gadis cantik Fury, Arin, Lutfi, Lulu, Hilda, Sofi

terima kasih untuk doa dan semangat kalian.

(6)

PENGARUH KOMBINASI MEDIA SERBUK GERGAJI BATANG POHON AREN (Arenga pinnata) DAN RUMPUT MANILA (Zoysia matrella) TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOKON CACING TANAH (Lumbricus rubellus)

Oleh Listya Minarti NIM 12308144029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi serbuk gergaji batang pohon aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi kokon manila. Setiap media dilakukan 5 kali ulangan dengan masing-masing media di beri 35 gram cacing menggunakan bak berukuran 35 x 30 x 10 cm. penelitian dilakukan 2 bulan dan pengambilan data dilakukan 2 kali pada akhir bulan. Parameter yang diukur pada penelitian ini pertambahan biomassa cacing, jumlah kokon, bobot kokon dan indeks kokon. Data pertambahan biomassa cacing, bobot kokon dan indeks kokon di analisis menggunakan One Way Anova dan data jumlah kokon dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata dari kombinasi media serbuk gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing Lumbricus rubellus. Media yang terbaik adalah kombinasi serbuk gergaji batang pohon aren 75% dan rumput manila 25%.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila

(Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah (Lumbricus rubellus)” ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat penyelesaian studi

Strata-1 (S-1) di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membantu dalam hal perijinan.

2. Ketua Program Studi Biologi yang telah membantu penulis dalam hal perijinan. 3. Ir. Suhandoyo, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan,

masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penulis demi kesempurnaan Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Ir. Ciptono, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan, masukan, ilmu, dukungan, dan semangat kepada penulis demi kesempurnaan Tugas Akhir Skripsi ini.

(8)

6. Seluruh keluarga terutama kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a.

7. Rekan-rekan mahasiswa Biologi Angkatan 2012 seperjuangan.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu selama proses penelitian maupun penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Namun penulis berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, 27 Desember 2016

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Maslah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Definisi Istilah / Operasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)... 8

1. Anatomi Cacing Tanah ... 10

(10)

3. Sistem Pencernaan Makanan ... 12

4. Sistem Sirkulasi ... 14

5. Sistem Ekskresi ... 16

6. Sistem Respirasi ... 17

7. Sistem Reproduksi ... 18

8. Habitat ... 19

a. Habitat Alami ... 20

b. Habitat Buatan ... 22

9. Perkembangbiakan Cacing tanah ... 23

10. Siklus Hidup Cacing tanah ... 25

11. Sarana Budidaya Cacing tanah ... 25

a. Menyiapkan bibit untuk ditebar ... 26

1). Pemilihan jenis cacing tanah yang digunakan ... 26

2). Seleksi bibit cacing tanah unggulan ... 26

3). Alternatif pengadaan bibit ... 27

4). Menyiapkan media pemeliharaan ... 27

a). Jenis cacing tanah untuk dijadikan media pemeliharaan ... 27

b). Syarat media pemeliharaan ... 28

c). Syarat kandang ... 29

d). Pembuatan wadah pemeliharaan ... 30

e). Penebaran bibit cacing tanah ... 31

f). Perawatan ... 31

(11)

1. Klasifikasi Tanaman Aren ... 34

2. Morfologi Tanaman Aren ... 35

a. Biji ... 35

b. Batang ... 35

c. Akar ... 36

d. Daun ... 36

e. Bunga ... 36

f. Buah ... 37

3. Kandungan Serbuk Gergaji Aren ... 37

4. Penyebaran Tanaman Aren ... 38

C. Rumput Manila (Zoysia matrella) ... 39

1. Rumput Zoysia ... 39

2. Deskripsi Tanaman ... 39

3. Adaptasi ... 40

4. Kandungan Zoysia matrella ... 41

D. Ampas Tahu ... 40

1. Definisi Ampas tahu ... 41

2. Kandungan Gizi Ampas tahu ... 42

E. Lingkungan Bagi Hewan sebagai kondisi dan sumber daya ... 43

F. Pengelola Sampah dan Penghasil Kascing ... 45

G. Kerangka Berfikir ... 46

(12)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

C. Waktu dan tempat penelitian ... 49

D. Objek penelitian ... 49

E. Variabel Penelitian ... 49

F. Alat dan bahan ... 50

G. Prosedur Penelitian ... 50

H. Teknik Pengumpulan Data ... 51

I. Teknik analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ... 54

2. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 56

3. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 58

4. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 60

5. Keadaan suhu media pertumbuhan cacing tanah Lumbricus rubellus ... 61

6. Keadaan pH media pertumbuhan cacing tanah Lumbricus rubellus ... 62

(13)

8. Kadar C/N ... 63

B. Pembahasan ... 64

1. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan bobot Cacing Tanah Lumbricus rubellus ... 64

2. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 67

3. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 69

4. Pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 70

5. Keadaan Temperatur Media (Suhu) ... 71

6. Keadaan Kelembaban Media ... 72

7. Keadaan Kemasaman Media ... 73

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 75

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Cacing Tanah ... 10

Gambar 2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah ... 17

Gambar 3. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 1 ... 18

Gambar 4. Sistem Pernafasan Cacing Tanah 2 ... 18

Gambar 5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah ... 19

Gambar 6. Kerangka Pikir ... 46

Gambar 7. Grafik rata-rata bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ... 64

Gambar 8. Grafik rata-rata jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 67

Gambar 9. Grafik rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 70

Gambar 10. Grafik rata-rata suhu media penelitian cacing tanah ... 71

Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban media penelitian cacing tanah ... 72

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel kandungan serbuk gergaji aren ... 38

Tabel 2. Tabel karakteristik rumput Zoysia matrella ... 40

Tabel 3. Tabel kandungan nutrisi rumput Zoysia matrella ... 41

Tabel 4. Komposisi Nutrisi ampas tahu ... 43

Tabel 5. Rata-rata pertambahan bobot massa cacing tanah Lumbricus rubellus Pada bulan ke-1 dan bulan ke-2 ... 54

Tabel 6. Uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah Lumbricus rubellus ... 55

Tabel 7. Rata-rata jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus pada bulan ke-1 dan bulan ke-2 ... 57

Tabel 8. Hasil uji Kruskal-Wallis jumlah kokon cacing tanah Lumbricus rubellus . 58 Tabel 9. Rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus pada Bulan ke-1 dan bulan ke-2 ... 58

Tabel 10. Hasil uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap rata-rata bobot kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 59

Tabel 11. Hasil Uji anova pengaruh kombinasi media gergaji aren dan rumput manila terhadap rata-rata indeks kokon cacing tanah Lumbricus rubellus ... 60

Tabel 12. Tabel Rata-rata suhu media (0C) dalam berbagai perlakuan media ... 60

Tabel 13. Tabel Rata-rata pH media dalam berbagai perlakuan media ... 61

Tabel 14. Tabel Rata-rata kelembaban media dalam berbagai perlakuan media ... 62

(16)
(17)

BABBI PENDAHULUAN

A. LatarBBelakangB

Cacing tanah Lumbricus rubellus adalah hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas. Cacing tanah Lumbricus rubellus merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada tumpukan sampah (Sugiantoro, 2012: 14-15).

Banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari cacing tanah Lumbricus rubellus seperti dapat menyuburkan tanah, sebagai pakan ternak, dan sebagai obat. Adanya manfaat ini memperlihatkan terjadi peningkatkan budidaya cacing tanah ke arah komersial sebagai salah satu cabang usaha yang menguntungkan.

(18)

serbuk gergaji kayu pohon mangga dan serbuk gergaji kayu pohon aren (Rahmat Rukmana, 1999). Diketahui media yang berbeda akan dapat berpengauh terhadap pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah. Persoalan mencari media yang baik untuk mengetahui pertumbuhan dan reproduksi sangat diperlukan guna budidaya cacing tanah yang baik.

Pada penelitian ini digunakan serbuk gergaji batang pohon aren

(Arenga pinnata) sebagai media, pohon aren adalah jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang (Sapari, 1994).dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan dasar dan tepung, limbah hasil pembuatan ini yang digunakan sebagai media, selain itu serbuk gergaji pohon aren juga mengandung zat-zat seperti protein,selulosa, lemak dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah.

Rumput manila termasuk subfamily chlorisoidae yang mempunyai pertumbuhan optimum pada suhu 25 – 350C dan beradaptasi di daerah tropis dan subtropik. Rumput manila memiliki batang dan daun yang kaku dan keras sehingga relatif sulit di potong. Rumput ini digunakan di lapangan sepak bola UNY dan biasanya setiap satu bulan sekali lapangan tersebut dipangkas rumputnya, hasil pangkasan rumput tersebut yang digunakan peneliti sebagai media, selain itu serbuk gergaji pohon aren juga mengandung zat-zat seperti protein,selulosa, lemak dan karbohidrat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi kokon cacing tanah. Rumput Zoysia matrella

(19)

Glumiflora, Kelas Monocotyledon, cabang Angiospermae, subdivisi Phanaerogama, Divisi Embryophyta dan Kingdom Plantae (Beard, 1973).

Selain menggunakan gergaji dan rumput sebagai media pertumbuhan, cacing juga memerlukan makan untuk mendukung perkembanganya, maka dari itu peneliti menggunakan ampas tahu sebagai bahan pakan bagi cacing.

Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses pembuatan tahu dari kedelai, ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber pakan bagi cacing. Ampas tahu banyak dijumpai di pabrik – pabrik rumahan penghasil tahu, yang nantinya ampas tahu ini hanya akan dibuang dan menjadi limbah maka dari itu peneliti menggunakan ampas tahu sebagai bahan pakan untuk cacing (Masturi et al., 1992 dan Mahfudz et al., 2000).

B. IdentifikasiBMasalah

1. Apakah penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?

2. Apakah penggunaan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?

3. Apakah pengaruh pemberian kombinasi dosis serbuk gergaji aren (Arenga

pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) pada pertumbuhan dan produksi kokon pada cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?

4. Apakah penggunaan kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga

(20)

5. Apakah kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) berpengaruh terhadap pertambahan berat Klitelum ?

C. BatasanBMasalahB

Batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh kombinasi pemberian dosis gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertambahan biomasa cacing, jumlah kokon, bobot kokon dan kualitas cacing.

D. RumusanBMasalah

1. Apa pengaruh penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?

2. Apa pengaruh penggunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap produksi kokon cacing tanah (Lumbricus rubellus) ?

E. TujuanBPenelitian

1. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga

pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan bobot cacing tanah (Lumbricus rubellus).

2. Mengetahui pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga

(21)

F. ManfaatBPenelitian

Manfaat penelitian ini antara lain :

1. Bagi Akademika

Penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi tentang pengaruh kombinasi media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) terhadap pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus rubellus) bagi kalangan akademika.

2. Bagi Peneliti

Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya mengenai kombinasi pengunaan media serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella).

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat diberikan informasi oleh peneliti tentang manfaat penggunaan serbuk gergaji aren (Arenga pinnata) dan rumput manila (Zoysia matrella) sebagai media pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus rubellus).

G. DefinisiBIstilahB/BOperasional

1. Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya massa, bobot dan jumlah sel. Dalam penelitian ini indikator pertumbuhan adalah pertambahan bobot massa cacing. Pertambahan biomassa cacing tanah di timbang setiap 1 bulan sekali.

2. Poduksi kokon adalah jumlah kokon yang dihasilkan cacing Lumbricus

(22)

adalah jumlah kokon, berat kokon, dan indeks kokon yang hasilkan pada masing-masing bak perlakuan di akhir penelitian selama 2 bulan.

3. Cacing tanah yang digunakan adalah jenis cacing tanah Lumbricus rubellus yang berasal dari kelas Oligochaeta dengan berat rata-rata untuk satu bak perlakuan 35 gram. Cacing tanah ini berasal dari peternak cacing tanah di daerah Godean, Sleman, Yogyakarta.

4. Media dalam penelitian ini adalah bahan yang dimasukkan ke dalam bak yang digunakan untuk media pemeliharaan cacing Lumbricus rubellus. Media yang digunakan adalah serbuk gergaji aren dan rumput manila.

5. Serbuk gergaji aren adalah limbah penggergajian batang pohon aren. Serbuk gergaji aren yang digunakan di dapatkan dari pohon aren warga di sekitar Waduk Sermo, Kulon Progo, Yogyakarta. Serbuk gergaju aren kemudian didiamkan selama 1 bulan agar gergaji lembab dan siap di gunakan.

(23)

BABBII

KAJIANBTEORI

A. CacingBTanahB(Lumbricus rubellus)

Klasifikasi Cacing Lumbricus rubellus

Kingdom : Animalia

Phylum : Annelida

Kelas : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Lumbricidae

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus rubellus (Sapto, 2011: 24)

Cacing tanah seperti yang banyak dikenal masyarakat dan menempati bagian

permukaan tanah yang lembab termasuk dalam hewan tingkat rendah karena tidak

mempunyai tulang belakang (avertebrata). Dalam klasifikasi biologi, cacing tanah

termasuk dalam filum Annelida atau hewan beruas-ruas atau bergelang-gelang.

Cirinya yaitu tubuh simetris bilateral, silindris memanjang, bersegmen-segmen

(sekitar 115-200 segmen), dan pada bagian permukaan tubuh terdapat sederetan

sekat atau dinding tipis (Sugiantoro, 2012: 13).

Filum Annelida, terbagi menjadi tiga kelas yaitu Polychaeta, Hirudinea, dan

Oligochaeta. Polychaeta merupakan kelompok cacing yang memiliki banyak seta

atau sisir di tubuhnya, contohnya adalah Nereis dan Arenicola. Sedangkan contoh

(24)

Haemadipsa zeylanica). Kelas terakhir dari phylum Annelida adalah Oligochaeta

dimana cacing tanah termasuk di dalamnya lantaran jumlah seta (rambut

berukuran pendek) pada tubuh cacing tanah sangat sedikit (Sugiantoro, 2012: 14).

Cacing tanah juga bisa dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu epigeic,

endogeic, dan anecic. Perbedaan pada ketiganya adalah ukuran dan warna

tubuh.Cacing tanah epigeic merupakan kelompok cacing tanah yang tinggal di

atas permukaan tanah yang kaya bahan organik seperti pada tumpukan

sampah.Contoh dari cacing tanah jenis ini adalah Lumbricus rubellus,

Dendobraena octaendra. Cacing tanah jenis endogeic merupakan kelompok

cacing tanah yang tinggal di dalam tanah bermineral, namun sesekali naik ke atas

permukaan tanah bilamana tanah permukaan atas sedang basah terkena air, seperti

pada saat musim penghujan. Contoh cacing tanah jenis ini adalah Aporrectodea

caliginosa. Sedangkan cacing tanah jenis anecic merupakan kelompok cacing

tanah yang tinggal pada liang tanah yang dalam hingga kedalaman 2 meter.

Contoh dari jenis ini adalah Lumbricus terrestris (Sugiantoro, 2012: 14-15).

Selain itu, cacing tanah oleh beberapa kalangan juga dikelompokkan

berdasarkan warnanya, yakni kelompok merah dan kelompok abu-abu. Kelompok

merah antara lain adalah Lumbricus rubellus (the red worm), L. terrestris (the

night crawler), Eisenia foetida (the brandling worm), Daendroboena, Perethima

dan Perionix. Sedangkan kelompok abu-abu antara lain jenis Allobopora (the field

(25)

1. AnatomiBBCacingBTanahB(Lumbricus rubellus)

GambarB1.Bagian-bagian tubuh Cacing Tanah (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008: 16)

Ciri-ciri fisik cacing tanah antara lain di tubuhnya terdapat segmen luar

dan dalam, berambut, tidak mempunyai kerangka luar, tubuhnya dilindungi oleh

kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak seperti kebanyakan

binatang, dan tidak memiliki mata. Untuk dapat bergerak, cacing tanah harus

menggunakan otot-otot tubuhnya yang panjang dan tebal yang melingkari

tubuhnya. Adanya lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis

dapat mempermudah pergerakannya di tempat-tempat yang padat dan kasar.

Lendir itupun dapat memperlicin tubuhnya dalam membuat lubang di tanah

sehingga cacing dapat dengan mudah keluar masuk lubang. Selain fungsi tersebut,

lendir pun dapat digunakan untuk mempertahankan diri. Oleh karena tubuhnya

licin, cacing tanah sangat sukar ditangkap musuh-musuhnya

Pada tubuhnya, terdapat organ yang disebut seta.Seta yang terdapat pada

setiap segmen ini berupa rambut yang relatif keras dan berukuran pendek. Daya

(26)

benda. Daya lekat ini akan melemah saat cacing akan bergerak maju. Seta ini pun

dapat membantu cacing tanah saat melakukan perkawinan.

Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi di tubuhnya terdapat prostomium.

Prostomium ini merupakan organ syaraf perasa dan berbentuk seperti bibir.Organ

ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium

terdapat pada bagian depan tubuhnya. Adanya prostomium ini membuat cacing

tanah peka terhadap benda-benda di sekelilingnya.Itulah sebabnya cacing tanah

dapat menemukan bahan organik yang menjadi makanannya walaupun tidak

memiliki mata.

Anus digunakan untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang

dimakannya. Kotoran yang keluar dari anus tersebut sangat berguna bagi tanaman

karena sangat kaya dengan unsur hara.Kotoran tersebut dikenal dengan istilah

kascing.

Cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya untuk bernafas karena tidak

memiliki alat pernapasan. Oksigen yang digunakan untuk proses metabolisme

tubuh diambil dari udara dengan bantuan pembuluh darah yang terdapat di bagian

bawah kutikula. Pembuluh darah itu pun dapat berfungsi melepaskan

karbondioksida (CO2) sebagai sisa hasil metabolisme. Namun, agar proses

bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung dengan baik, kelembaban

lingkungannya harus cukup tinggi.

Cacing tanah dewasa memiliki klitelum yang merupakan alat yang dapat

membantu perkembangbiakan. Organ ini merupakan bagian dari tubuh yang

(27)

muda, organ ini belum tampak karena hanya terbentuk saat cacing mencapai

dewasa kelamin, sekitar 2-3 bulan (Yusuf Kastawi, 2001: 28)

2. KandunganBCacingBTanah

Cacing tanah mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi, terutama

protein yang mencapai 64-76%. Kandungan gizi lainnya adalah lemak 7-10%,

kalsium 0,55%, fosfor 1% dan serat kasar 1,08%. Selain itu, cacing tanah

mengandung auxin yang merupakan zat perangsang tumbuh untuk tanaman.

Selain itu cacing tanah mengandung asam arhidonat yang dapat menurunkan

panas tubuh akibat infeksi. Cacing tanah dapat membantu proses daur ulang

limbah karena sebagai binatang pengurasi atau perombak bahan organik

(Palungkun, 1999: 18).

3. SistemBPencernaanBMakananB

Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah

lengkap dan terpisah dari sistem cardiovasculare. Saluran pencernaan ini terdiri

atas : mulut, pharinx, esophagus, proventriculus, ventriculus, intestin, dan anus.

Mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris atau rongga

bucacale.Pharynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculer dan

berguna untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terleatk di ujung

pharynx memanjang dari segmen ke-6 sampai segmen ke-14.Proventriculus

merupakan bagian ujung esophagus yang membesar dan di bagian ini makanan

disimpan; dinding proventriculus tipis.Ventriculus merupakan lanjutan ke arah

belakang dari proventriculus, terletak di dalam segmen ke-17 dan ke-18, bersifat

(28)

lanjutan ke ujung dari ventriculus. Dinding intestin bagian dorsal melekuk ke

dalam lumen intestin dan bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadilah

bangunan sebagai kantong. Bangunan ini disebut typhlosole.Typhlosole ini

berguna untuk memperluas permukaan intestin, sehingga dapat mengabsorbsi

sari-sari makanan lebih banyak.

Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman. Cacing –

cacing tanah itu mencari makanannya di luar liang; pada saat malam hari.

Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan di dalam esophagus tercamput

dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada

dinding esophagus itu.Cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat

belum diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang bersifat

asam. Dari esophagus, makan terus masuk ke dalam proventriculus yang

merupakan tempat penyimpanan makanan yang bersifat sementara.

Selanjutnya, makanan masuk ke dalam ventriculus. Disini makanan

dicernakan menjadi partikel halus. Dari ventriculus, kemudain

partikel-partikel makanan ini masuk ke dalam intestin. Di dalam intestin, partikel-partikel-partikel-partikel

makanan akan dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi substansi-substansi yang

lebih kecil, yang dapat di absorbsi oleh dinding intestin tersebut. Dinding intestin

mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim.Karena pengaruh

enzim-enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicernakan menjadi

monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk

diabsorbsi. Senyawa-senyawa inilah yang diabsorbsi oleh dinding intestin dan

(29)

bagian-bagian tubuh.Pada saat cacing tanah mengambil makanan melalui mulutnya, ikut

juga termakan sejumlah partikel-partikel tanah, kemudian sisa-sisa makanan

beserta partikel-partikel tadi dikeluarkan melalui anus dan diletakkan di atas

permukaan tanah di dekat lubang dari luang tempat cacing itu berada. Sisa-sisa ini

berbentuk kelompok-kelompok kecil dari partikel-partikel tanah (Yusuf Kastawi,

2001).

4. SistemBSirkulasiB

Sistem sirkulasi (peredaran darah/cardiovasculer) cacing tanah adalah

sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem cardiovasculer meliputi : (a) benda

yang diedarkan, yaitu darah; (b) saluran yang dilalui darah ialah

pembuluh-pembuluh darah; (c) peredaran darah; (d) fungsi darah; dan (e) Lympha.

Darah terdiri atas bagian cair yang disebut plasma, dan sel-sel darah atau

korpuskula.Korpuskula terdapat di dalam plasma darah. Eritrosit mengandung

hemoglobin (haima = darah; globus = butir); yang mempunyai kemampuan

mengikat oksigen. Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas : aorta dorsalis, aorta

ventralis.

Aorta dorsalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah

terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit

transparan. Di daerah esophagus 5 pasang cabang-cabang aorta dorsalis membesar

dan berfungsi sama dengan cor (jantung) pada hewan-hewan tinggi. Jantung

cacing ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis, yang

terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan di sebelah dorsal truncus

(30)

yang masing-masing terletak di lateral truncus nervosus dan 1 pembuluh di

sebelah ventral truncus itu. Kelima pembuluh darah tersebut dengan banyak

cabang-cabang dan beberapa rongga lympha membentuk sistem cardiovasculare

cacing tanah.

Darah dalam aorta dorsalis terdorong ke anterior oleh kontrkasi dinding

aorta itu. Di dalam aorta ini terrdapat valvula yang berfungsi untuk mencegah

mengalirnya kembali darah itu dari jantung anterior. Dari aorta dorsalis darah

mengalir ke dalam cor (jantung), kemudian ke aorta ventralis. Di dalam jantung

juga terdapat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta

ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing

tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO2 dikeluarkan dan

O2 diambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit dari

dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk ke

dalam aorta dorsalis.

Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa

metabolisme, dan substansi-substansi lain. Pada saat darah mengalir menuju ke

kulit hemoglobin mengikat CO2.CO2 keluar melalui kulit sedangkan O2 dari udara

masuk ke dalam tubuh acing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan

hemoglobin, membentuk oxyhemo-globin. Dalam proses respirasi,

jaringan-jaringan memerlukan adanya O2. Darah mengalir dari dinding tubuh ke

kapiler-kapiler dalam jaringan-jaringan.Pertukaran zat-zat di antara darah dan jaringan

terjadi di dalam rongga-rongga lympha yang sangat kecil. Darah juga mengangkut

(31)

Plasma darah dan beberapa corpuscula membentuk lympha, yang keluar

dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan.Lympha

mengangkut O2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO0 dan sisa-sisa

metabolisme masuk ke dalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah

(Yusuf Kastawi, 2001: 153).

5. SistemBekskresi

Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia,

nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi

yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.

Nefrotor merupakanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat

sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Kecuali tiga segmen yang pertama

dan segmen yang terakhir tidak ada (Yusuf kastawi,2001;154).

Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong,

disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.

Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom).Rongga tubuh

ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada

saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang

berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan

bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong)

yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk

ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah

panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan

(32)

sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di

nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti

penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang

berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung

substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang

kurang toksik, yaitu ureum.

GambarB2. Sistem Ekskresi Cacing Tanah

(Sumber :Rahmat Rukmana, 2008: 25)

Inilah salah satu alasan mengapa cacing tanah memiliki habitat di

lingkungan yang lembab karena cacing tanah mendifusikan sisa amoniaknya pada

tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.

6. SistemBRespirasi

Cacing bernafas menggunakan kulit. Tubuh cacing tertutup oleh selaput

bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah.

Melalui selaput inilah terjadi difusi oksigen dan CO2 yang kemudian diteruskan

kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh terpenuhi.

Karena ternyata dibawah kulit itu terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui

(33)

oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam

darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh. Maka Cara respirasi cacing ini

berbeda dengan serangga karena pada serangga oksigen bisa langsung menuju ke

sel-sel tubuh, Sedang pada cacing harus masuk ke pembuluh darah sehingga

pengangkutan oksigen secara tertutup mengingat peredarannya oksigen berada di

dalam pembuluh darah , Kulit yang digunakan untuk proses difusi yaitu bagian

dorsal / sisi punggung.

Gambar3.BSistem Pernafasan Cacing Tanah 1 (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 28)

Gambar4.BSistem Pernafasan Cacing Tanah 2 (Sumber : Rahmat Rukmana, 2008 : 29)

(34)

Cacing tanah bereproduksi secara seksual dan bersifat hermafrodit, tetapi

cacing tidak melakukan pembuahan sendiri melainkan secara silang. Sebagai

ilustrasi: 2 cacing yang melakukan kawin silang menempelkan tubuhnya dengan

ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima

oleh klitelium cacing pasangannya. Pada saat bersamaan klitelium mengeluarkan

mukosa kemudian membentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina

dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovarium akan

dibuahi oleh sperma. Setelah itu, ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon.

Telur bersama kokon akan keluar dari tubuh cacing dan menjadi individu yang

baru. Telur menetas setelah tiga minggu dan dapat menghasilkan 2-20 lebih secara

sekaligus anak cacing.

GambarB5. Sistem Reproduksi Cacing Tanah Sumber : (HendraDwi Prasetyo, 2015) 8. Habitat

Habitat alaminya, cacing tanah hidup dan berkembangbiak di dalam tanah

yang lembab dengan suhu sekitar 15-25oC. Cacing tanah merupakan hewan

nokturnal yakni aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada

siang harinya istirahat.Cacing tanah juga hewan fototaksis negatif artinya cacing

(35)

Tindakan ini bertujuan untuk menghalangi masuknya udara dingin dan air ke

dalam lubang, dan sekaligus menyamarkan keberadaannya di dalam tanah dari

pemangsa.

Cacing tanah senang tinggal di tanah lembab, namun cacing tanah tidak

suka tinggal di tempat yang terlalu banyak air karena ketersediaan oksigen di

dalamnya sangat sedikit (anaerob). Karena itulah, di saat curah hujan sedang

tinggi, cacing tanah akan banyak berada di lapisan tanah paling atas.

Cacing tanah pada keadaan yang sangat dingin atau sangat kering mereka

akan masuk ke dalam liang, seringkali sampai sedalam 8 kaki, dan dalam keadaan

ini beberapa cacing seringkali terdapat melingkar bersama – sama, dengan di

atasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan lendir.

Cacing tanah hidup pada habitat alami dan habitat buatan manusia.Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya (Agus

Dharmawan, 2005: 21).

a. HabitatBAlami

Di habitat alami, cacing tanah hidup dan berkembang baik dalam

tanah.Menurut Rukmana (1999), Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan

cacing tanah dihabitat alami adalah sebagai berikut.

1) Suhu (Temperatur)

Suhu atau temperature tanah yang ideal untuk pertumbuhan cacing tanah

dan penetasan kokonya berkisar antara 15oC – 25oC.suhu tanah yang lebih

(36)

itu, cacing tanah biasanya ditemukan hidup dibawah pepohonan atau

tumpukan bahan organic.

2) Kelembaban (rH)

Kelembaban tanah mempengaruhi pertumbuhan dan daya reproduksi

cacing tanah.Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara

15%-50% namun kelembaban optimumnya pada rH

42%-60%.Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat

menyebabkan cacing tanah berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya

bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing tanah akan segera masuk ke

dalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya akan mati.

3) Keasaman Tanah (pH)

Cacing tanah tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada tanah yang

bereaksi sedikit asam sampai netral. Keasaman tanah (pH) yang ideal

untuk cacing tanah adalah pH 6 -7,2.

Tanah pertanian di Indonesia umumnya bermasalah karena pH-nya asam.

Tanah yang pH-nya asam dapat mengganggu pertumbuhan dan daya

berkembang biak cacing tanah, karena ketersediaan bahan organic dan

unsure hara (pakan) cacing tanah relative terbatas. Disamping itu, tanah

yang ber pH asam kurang mendukung percepatan proses pembuskan

(fermentasi) bahan-bahan organic. Oleh karena itu, anah tanah pertanian

(37)

cacing tanah.Pengapuran berfungsi meningkatkan pH tanah sampai

mendekati pH netral.

4) Ketersediaan Bahan Organik

Bahan organik umumnya mengandung protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral, sehingga merupakan bahan utama makanan cacing

tanah.Bahan organik tanah dapat berupa kotoran ternak, sersah atau

daun-daun yang gugur dan melapuk dan hewan-hewan yang mati.Makin kaya

kandungan organik dalam tanah, makin banyak dihuni oleh

mikroorganisme tanah, termasuk cacing tanah.

Cacing tanah dapat mencerna bahan organik seberat badannya, bahkan

mampu memusnahkan bahan organic 2 kali lipat berat badannya selama 24

jam.Oleh karena itu cacing tanah yang hidup dalam tanah yang kaya bahan

organik dapat berfungsi sebagai pemusnah bahan organik (decomposer)

dan kascingnya berguna untuk pupuk organik penyubur tanah.

b. HabitatBBuatan

Habitat buatan adalah lingkingan hidup yang dimodifikasi untuk

budidaya cacing tanah.Pada prinsipnya cacing tanah dapat dibudidayakan

dengan mudah apabila persyaratan hidupnya terpenuhi.

Habitat buatan untuk budidaya cacing tanah dapat dilakukan dalam

ruangan atau bangunan yang dilengkapi pelindung. Hal yang penting

(38)

cacing tanah adalah : terlindung dari sinar matahari langsung, terlindung dari

curahan air hujan secara langsung, tempat harus strategis atau mudah dalam

pemeliharaan, dan terjaga dari keamanan serta gangguan terhadap cacing

tanah.

Tempat budidaya cacing tanah biasanya berupa kandang yang

dilengkapi atap pelindung.Bahan-bahan pembuatan kandang dapat disiapkan

yang harganya murah dan sederhana sampai yang mahal, tergantung pada

tujuan dan kondisi keuangan. Fasilitas budidaya cacing tanah terdiri atas

rak-rak atau tempat penempatan wadah pemeliharaan, medium tumbuh, pakan, dan

perangkat wadah pemeliharaan berupa bak, kotak plastik, kotak kayu, kotak

anyaman bambu, dan lain-lain.

Dasar-dasar yang harus diperhatikan dalam menyiapkan habitat buatan

untuk budi daya cacing tanah sebagai berikut :

1) Lingkungan teduh dan nyaman

2) Keadaan suhu tanah dan suhu udara antara 15oC – 25oC

3) Kelembaban tanah dan kelembaban udara antara 15% - 30%

4) Keasaman medium hidup ber-pH 6,0 – 7,2

5) Tersedia bahan organic untuk pakan cacing tanah dalam jumlah yang

memadai(Rahmat Rukmana, 1999).

(39)

Hewan ini bersifat hermafrodit atau biseksual.Artinya, pada tubuhnya

terdapat dua alat kelamin, yaitu jantan dan betina. Namun, untuk pembuahan

cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi harus dilakukan oleh

sepasang cacing tanah. Dari perkawinan tersebut, masing-masing cacing tanah

dapat menghasilkan satu kokon yang di dalamnya terdapat beberapa butir telur.

Cacing tanah berkembang mulai dari telur yang disimpan dalam

kokon.Kokon yang dihasilkan dari perkawinan sepasang cacing tanah dapat

diletakkan di permukaan tanah bila keadaan tanahnya lembab. Namun, kalau

tanahnya kering, kokon akan diletakkan dalam tanah. Kokon yang baru keluar

dari tubuhnya berwarna kuning kehijauan dan akan berubah kemerahan saat akan

menetas. Kokon akanmenetas sekitar 14-21 hari setelah terlepas dari tubuh cacing

tanah.

Cadangan makanan yang mencukupi, dan faktor lingkungan lain sangat

mendukung maka cacing tanah akan menghasilkan kokon sepanjang tahun.

Namun, jumlah kokon yang dihasilkan tergantung pada perubahan suhu. Bila suhu

rendah atau sekitar 3oC, kokon yang dihasilkan sangat sedikit. Sebaliknya kalau

suhunya dinaikkan maka cacing tanah akan menghasilkan kokon lebih banyak.

Suhu ideal untuk keperluan ini adalah 6o-16oC.

Kokon biasanya dihasilkan pada kondisi iklim yang sesuai. Di negara

beriklim dingin dengan empat musim, umumnya cacing tanah menghasilkan

kokon pada pertengahan Maret hingga awal Juli dan pada awal Oktober hingga

November. Di negara subtropis seperti India, cacing tanah dapat menghasilkan

(40)

Sepasang cacing tanah akan melekat di bagian depannya dengan posisi

saling berlawanan Saat melakukan perkawinan. Dengan bantuan seta, sepasang

cacing tanah akan mengeluarkan lendir melalui klitelum. Lendir ini digunakan

untuk melindungi sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh alat kelamin

jantanmasing-masing cacing tanah. Setelah itu, sel sperma akan bergerak ke arah

belakang dan masuk ke kantung penerima sperma (ovarium). Kantung ini banyak

mengandung sel telur. Proses perkawinan dapat berlangsung beberapa jam.

Setelah keduanya menerima sperma maka cacing akan saling berpisah. Setelah

masing-masing cacing tanah berpisah, klitelum akan membentuk selubung kokon

dan bergerak ke arah mulut. Saat bergerak itulah selubung kokon akan bertemu sel

telur yang telah dibuahi sel sperma pada lubang saluran telur. Akibatnya sel telur

akan terselubung menjadi kokon. Selanjutnya kokon yang berisi sel telur ini

bergerak ke arah mulut dan keluar dari tubuh cacing tanah (Rahmat Rukmana,

1999).

10. SiklusBHidupBCacingBTanah

Siklus hidup cacing tanah mulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing

produktif, dan cacing tua. Lama siklus hidup ini tergantung pada kesesuaian

kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah. Dari berbagai

penelitian diperoleh lama siklus hidup cacing tanah L. rubellus hingga mati

mencapai 1-5 tahun(Pangkulun, 2011).

Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur

14-21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan dapat

(41)

tumbuh dengan cepat, dan mencapai dewasa kelamin dalam waktu 80-100 hari.

Setelah itu pertumbuhannya menjadi sangat lambat (Minnich, 1977). Saat dewasa

kelamin cacing tanah akan menghasilkan kokon dari perkawinannya yang

berlangsung 6-10 hari.Masa produktif aktif cacing tanah akan berlangsung selama

4-10 bulan dan akan menurun hingga cacing mengalami kematian(Pangkulun,

2011).

11. SaranaBBudiBDayaBCacingBTanah

Kegiatan yang terpenting dalam budi daya cacing tanah adalah

menciptakan suasana atau kondisi lingkungan yang sesuai dengan habitatnya di

alam. Hal ini dimaksudkan agar cacing tanah dapat beradaptasi dan berkembang

dengan baik.

Cacing tanah menghendaki suasana lingkungan yang teduh, lembab dan

terhindar dari sinar matahari langsung.Untuk itulah lokasi pembudidayaannya

harus mendukung. Adapun sarana pembudidayaan yang dapat menciptakan

lingkungan yang teduh, lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung adalah

bangunan pelindung, wadah pemeliharaan, serta sarang atau media hidupnya

(Rahmat Rukmana, 1999).

a. MenyiapkanBBibitBUntukBDitebar

1) PemilihanBjenisBcacingBtanahByangBakanBdigunakan

Budi daya cacing tanah bisa dengan menggunakan jenis cacing tanah

apapun.Namun, untuk hasil yang lebih optimal, sebagian besar petani cacing

(42)

Lumbricus rubellus karena tingkat percepatan tumbuhnya yang sangat tinggi

dibandingkan cacing tanah jenis lokal.

2) SeleksiBbibitBcacingBtanahBunggulan

Penebaran bibit cacing tanah, juga mempertimbangkan kualitas dari

bibit yang akan digunakan. Bibit yang bagus akan memberikan hasil produksi

dengan tingkat percepatan tumbuh yang optimal sehingga waktu pemanenan

bisa lebih cepat dan hasil produksinya lebih banyak. Bibit yang bagus adalah

bibit yang ukuran tubuhnya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil

sewaktu akan ditebar. Apabila terlalu kecil, maka bibit tersebut sangat rentan

dan butuh waktu yang lama untuk memanennya. Sedangkan bibit yang terlalu

besar akan memperbanyak beban biaya sewwaktu pembelian bibit (apabila

bibit didapatkan dengan cara membeli dari peternak bibit cacing tanah). Selain

itu, bibit yang baik adalah bibit yang mempunyai ukuran tubuh seragam

sehingga nantinya bisa dipanen dalam waktu yang bersamaan.

3) AlternatifBpengadaanBbibit

Apabila akan menggunakan bibit cacing tanah unggulan seperti jenis

Lumbricus rubellus yang memang mempunyai tingkat percepatan tumbuh

sangat tinggi, maka bisa dengan cara membelinya dari peternak cacing tanah

yang menggunakan jenis cacing tanah tersebut dan memang menyediakan bibit

pada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain itu, pengadaan bibit dengan cara

membeli akan sangat memungkinkan dan memudahkan bagi pemula yang

membutuhkan bibit dalam jumlah banyak dan juga memiliki ukuran tubuh

(43)

4) MenyiapkanBMediaBPemeliharaan

Media hidup atau media pemeliharaan yang juga sekaligus sarang

cacing tanah sebenarnya adalah sekumpulan bahan-bahan organik yang sudah

terfermentasi sempurna sehingga bisa memberikan tempat bagi cacing tanah

untuk hidup dan bereproduksi secara optimal. Media hidup tersebut nantinya

sekaligus menjadi sumber makanan bagi cacing tanah yang dibudidayakan.

b. JenisBCacingBTanahBUntukBDijadikanBMediaBPemeliharaanB

Bahan organik yang bisa digunakan untuk dijadikan media hidup atau

media pemeliharaan antara lain adalah kotoran hewan ternak (ayam, kelinci,

kambing, dll), ampas tahu, ampas singkong, ampas sagu, kompos, jerami padi,

sekam padi, kulit pisang, bubur kertas, bubur kayu, enceng gondok, rumput,

serbuk gergaji, rumen (kotoran yang masih berada di perut hewan ternak

ruminansia seperti sapi ketika dipotong), dan sebagainya.

Beberapa pertimbangan penting dalam pemilihan bahan organik untuk

dijadikan media pemeliharaan adalah sebaik mungkin mudah didapatkan,

murah harganya, dan tersedia dalam jumlah bannyak.Sebaik mungkin

bahan-bahan organik tersebut juga mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan

mineral yang sangat dibutuhkan oleh cacing tanah.

c. SyaratBMediaBPemeliharaan

Media pemeliharaan untuk cacing tanah tersebut dibuat sedemikian

rupa sehingga menyerupai atau kurang lebih sama dengan habitat maupun

(44)

Untuk mendukung hal tersebut, media pemeliharaan setidaknya harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Media pemeliharaan harus menggunakan bahan organik berserat yang

sudah terfermentasi sempurna atau telah mengalami proses pelapukan

minimal 60%, serta tidak mengeluarkan gas yang merupakan hasil dari

proses pembusukan yang jelas tidak disukai cacing tanah. Waktu yang

dibutuhkan untuk proses fermentasi memang bervariasi bergantung pada

jenis bahannya, biasanya antara 7-35 hari.

2) Kaya bahan organik dan unsur hara

Media hidup cacing tanah harus kaya bahan-bahan organik dan unsur

hara lantaran bahan organik tersebutlah yang menjadi makanan pokok

dari cacing tanah.

3) Gembur, lunak, tidak panas, dan tidak mudah menjadi padat

Cacing tanah sangat membutuhkan media hidup sekaligus makanan yang

lunak, gembur, dan tidak panas supaya lebih mudah dicerna atau terurai

oleh alat cerna di tubuhnya.Media hidup yang gembur juga bisa menjaga

porositas sarang, menjaga ketersediaan oksigen, dan menjaga sirkulasi

udara di dalamnya.

4) Mempunyai daya serap air yang tinggi

Media hidup yang digunakan sebaik mungkin mempunyai daya serap

yang tinggi terhadap air sehingga tidak mudah menjadi kering dan juga

kehilangan tingkat kelembaban.

(45)

Media pemeliharaan harus bebas atau steril dari zat atau bahan-bahan

yang bisa mengganggu pencernaan cacing tanah. Antara lain adalah

sabun dan bahan kimia.

6) Media harus mudah terdekomposisi atau terurai oleh cacing tanah.

7) Media tersebut harus mampu menahan kestabilan kelembaban dengan

tingkat kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan

cacing tanah sekitar 35-50%.

8) Suhu media harus sekitar 20-30oC.

9) Tingkat keasaman media (pH) sekitar 6,5-7,2.

d. SyaratBKandang

Kandang yang ideal, setidaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Memberi rasa aman dan memudahkan pemeliharaan

Kandang harus dibuat dengan konstruksi yang memudahkan bagi

peternak untuk melaksanakan tata laksana pemeliharaan.Untuk itu,

lokasi kandang sebaik mungkin berada di tempat yang aman, dan jauh

dari gangguan orang yang tidak berkepentingan.

2) Melindungi dari curah hujan dan sinar matahari langsung

Untuk menghindari sinar matahari langsung dan curah hujan yang

menerpa ke dalam media pemeliharaan, maka kandang dilengkapi

dengan bangunan atau atap pelindung.

(46)

Pembangunan kandang harus mempertimbangkan biaya yang harus

dikeluarkan.Untuk itulah, sebaik mungkin kandang dibuat dengan biaya

yang seminim mungkin (Rahmat Rukmana, 1999).

e. PembuatanBWadahBPemeliharaan

Wadah pemeliharaan merupakan tempat atau wadah yang ke

dalamnya akan dimasukkan media hidup atau sarang cacing tanah, dan

selanjutnya ke media hidup tersebut akan dimasukkan bibit cacing tanah.

Untuk modelnya, memang sesuka hati, mulai dari model permanenseperti

bak batu bata plester semen/bak beton, rak berbaki, kotak bertumpuk,

pancing bertingkat, atau pancing berjajar. Bahan yang dipergunakan pun

sangat variatif, tergantung keinginan dan ketersediaan bahan, mulai dari

bahan bambu, papan kayu, ataupun juga berbahan plastik.

f. PenebaranBBibitBCacingBTanah

Media pemeliharaan yang dianggap sudah layak untuk dipergunakan,

maka bibit cacing tanah sudah bisa segera ditebarkan. Langkah-langkah

penebaran bibit cacing tanah adalah sebagai berikut.

1) Bibit cacing tanah yang telah dipersiapkan ditebarkan sedikit demi

sedikit ke atas permukaan wadah pemeliharaan secara merata.

2) Amati dengan seksama apakah bibit yang ditebarkan tersebut mau

masuk ke dalam media pemeliharaan ataukah hanya berkeliaran di

bagian permukaan saja.

3) Apabila bibit cacing tanah terlihat mau beradaptasi dengan media

(47)

hingga mencapai batas tingkat kepadatan sesuai dengan ukuran wadah

dan media hidup yang ada. Perlakuan tersebut kemudian dilanjutkan

dengan penebaran bibit pada wadah pemeliharaan yang lainnya.

Mengingat cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya, maka

penebaran bibit harus dilakukan di tempat yang tidak mendapatkan

cahaya atau sedikit gelap.

g. Perawatan

Perawatan media bertujuan agar kondisi media selalu sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah.Kegiatan perawatan media ini

meliputi pengadukan, penyiraman, pengukuran suhu dan pH serta

penggantian media.

1) Pengadukan

Cacing tanah pun membutuhkan oksigen yang cukup. Oleh sebab itu,

media sebagai tempat tinggalnya harus selalu gembur agar peredaran

udara di dalamnya tetap terjamin. Kegiatan pengadukan media ini

sekaligus untuk mencampur bahan makanan yang tersisa.Pengadukan

dilakukan dengan tangan. Sebaiknya pengadukan dilakukan setiap 3-4

hari sekali.

2) Penyiraman

Apabila pada saat pengadukan medianya tampak kering, harus

dilakukan pemberian air dengan cara penyiraman. Penyiraman ini

dilakukan sambil diaduk. Jumlah air yang diberikan hannya secukupnya

(48)

media. Media yang terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah

berwarna pucat. Bahkan pada keadaan sangat berlebihan air, cacing

tanah bisa mati.

3) Pengukuran suhu dan pH

Media perlu dilakukan pengecekan suhu dengan menggunakan

termometer. Bila suhu lebih tinggi, pencegahannya dilakukan dengan

cara media disemprotkan air. Namun jumlahnya jangan berlebihan.

Derajat keasaman (pH) media yang dibutuhkan oleh cacing tanah

adalah sekitar 6,5-7,2. Dengan kondisi itu bakteri dalam tubuh cacing

tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan.Oleh

karena itu, dalam kegiatan perawatan pun perlu dilakukan pengecekan

terhadap pH media. Bila ditemukan kondisi asam atau pH kurang dari 6

maka pencegahannya adalah dengan pemberian segenggam kapur

tembok yang dicampur segelas air dan disiramkan ke media. Bersamaan

dengan penyiraman ini, media diaduk agar air kapur tercampur merata.

4) Penggantian media

Sirkulasi udara ke dalam media akan terhambat bila medianya mudah

memadat. Pemadatan ini terjadi karena partikel-partikel bahan media

(49)

segera diganti karena tidak berfungsi optimal sebagai media atau tempat

tinggal cacing tanah.

Media yang harus segera diganti adalah yang secara fisik, bentuk,

warna, dan sifatnya telah berubah menjadi seperti tanah atau kotoran

cacing (kascing).Warnanya sudah berubah menjadi hitam, bersifat

lengket, dan mudah memadat bila dalam keadaan basah atau lembab.

Biasanya penggantian media ini dilakukan detelah dipakai selama 2-2,5

bulan. Media yang sudah tidak terpakai ini dapat dimanfaatkan sebagai

pupuk organik bagi tanaman.

B.B PohonBArenB(Arenga pinnata Merr.)

Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan yang

menghasilkan bahan-bahan industri sejak lama kita kenal. Namun sayang

tumbuhan ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau

dibudidayakan secara sungguh-sungguh oleh berbagai pihak. Begitu banyak

ragam produk yang dipasarkan setiap hari yang berasal dari bahan bakupohon

aren dan permintaan produk-produk tersebut baik untuk kebutuhan ekspor

maupun kebutuhan dalam negeri semakin meningkat. Hampir semua bagian

pohon aren bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari

bagian fisik (akar, batang, daun, ijuk dll) maupun hasil produksinya berupa gula

aren.

Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palmayang memproduksi

buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya

(50)

yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk

menghasilkan gula aren(Sapari, 1994).

Aren merupakan salah satu sumber daya alam di daerah tropis, distribusinya

tersebar luas, sangat diperlukan dan mudah didapatkan untuk keperluan

sehari-hari oleh masyarakat setempat sebagai sumber daya yang berkesinambungan. Di

Indonesia pohon aren sebagian besar secara nyata digunakan untuk bahan

bangunan, keranjang, kerajinan tangan, atap rumah, gula, manisan buah dan lain

sebagainya.

1.BKlasifikasiBTanamanBAren

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Famili : Aracaceae

Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata Merr (Sapari, 1994).

2.BMorfologiBTanamanBAren

a. Biji

Tanaman aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman berbiji tertutup

(Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman aren ini

termasuk suku Aracaceae (pinang-pinangan).

(51)

Batang aren bisa mencapai tinggi 20 m dengan diameter 30-65 cm.

Tanaman ini adalah palem besar, tidak bercabang dengan batang tebal, berserat

dan berbulu hitam.Batang mengandung teras pati yang lunak dengan banyak

serabut kasar dan berkayu. Struktur umum yang dimiliki pada batang, pada

bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang

sangat tahan air.Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada A. pinnata,

kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel).Bagian

sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim,

kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat

yang berisi jaringan pembuluh yang biasa disebut ikatan pembuluh.

Tanaman aren jika sudah tua dapat tumbuh besar dan memiliki garis

tengah batangnya bisa sampai 65 cm, sedang tingginya 15 m. Batang pohon

aren padat, berambut, dan berwarna hitam. Secara morfologi tanaman tanaman

aren hamper mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya adalah tanaman kelapa

batang bawahnya bersih sedangkan batang aren terbalut ijuk.Jika ditambah

dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang, tinggi keseluruhannya bisa

sampai 20 meter.Waktu pohon masih muda, batang itu belum begitu kelihatan

karena tertutup oleh pangkal-pangkal pelepah daun. Baru setelah daun paling

bawahnya sudah gugur maka batangnya mulai kelihatan. Kadang-kadang

sampai 3,5 tahun baru daunnya yang tertua gugur dari ruas yang paling bawah.

c. Akar

Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat

(52)

pencegah erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan

lebih dari 20 %.

d. Daun

Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m

dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang

hingga 7 x 145 cm. Daunnya hijau gelap di atas dan hijau keputihan dibawah

karena lapisan lilin disisi bawahnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip,

pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata dan tangkai pendek.

e. Bunga

Karangan bunga yang pertama dari ruas batang yang berada di pucuk

pohon akan keluar saat aren sudah berumur 8 tahun, kira-kira letaknya sedikit

di bawah tempat tumbuh daun muda (muncul dari daerah puncak saja), tetapi

makin tua pohon itu, keluarnya bunga juga bisa dari ketiak daun di daerah

bawah. Kira-kira 2 bulan kemudian, muncul tandan bunga jantan yang disebut

ubas, Selanjutnya disusul oleh bunga-bunga jantan lainnya, yang disebut adik

ubas, penyadapan nira sudah bisa dilakukan ketika itu. Bunga jantannya

muncul bergantian dengan bunga betina di ketiak daun daerah bawah.Bunga

aren jantan duduk berpasangan pada untaian yang berjumlah sekitar 25,

pangkalnya melekat pada sebuah tandan.Jika bunga betina berbentuk butiran

(bulat) berwarna hijau dan duduk sendiri-sendiri pada untaian, sedangkan

bunga jantan berbentuk bulat panjang 1.2 – 1.-5 cm berwarna ungu.Bunga

jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari dan

(53)

makin banyak membentuk tongkol bunga betina, biasanya pemiliknya

membiarkannya membentuk buah, dan niranya tidak disadap lagi.

f. Buah

Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan

perantaraan angin atau serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4 – 5

cm, di dalamnya berisi biji 3 buah, masing-masing berbentuk seperti satu

siung bawang putih. Bagian-bagian dari buah aren terdiri dari: 1). Kulit luar,

halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan menjadi kuning, setelah tua

(masak). 2) Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. 3) Kulit biji,

berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan berwarna hitam yang

keras setelah buah masak. 4). Endosperm, berbentuk lonjong agak pipih

berwarna putih agak bening dan lunak pada waktu buah masih muda; dan

berwarna putih, padat atau keras pada waktu buah sudah masak.

3. KandunganBSerbukBGergajiBAren

Menurut hasil penelitian Firdayanti dan Handajani (2005), kandungan

yang terdapat pada serbuk gergaji aren diantaranya yaitu :

(54)

Salah satu tanaman yang paling penting dan umumnya tumbuh jauh di

daerah pedalaman adalah aren. Jenis tanaman ini tumbuh menyebar secara alami

di negara-negara kepulauan bagian tenggara, antara lain Malaysia, India,

Myanmar, Laos, Vietnam Kepulauan Ryukyu, Taiwan dan Philipina (Hadi, 1991:

16).

Aren atau enau (Arenga pinnata), tersebar di seluruh kepulauan Nusantara,

dari dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter di atas permukaan laut.

Tanaman yang berasal dari Assam (India) dan Burma ini, tumbuh subur di lembah

lereng pegunungan, di sepanjang aliran sungai hingga di ketinggian pegunungan,

di hampir semua jenis tanah, cenderung tumbuh liar, tidak menuntut pemeliharaan

dan perawatan. Bahkan nyaris tidak dipelihara dan dirawat sebab masih belum

dibudidayakan.

C. RumputBZoysiaBmatrella

1. RumputBZoysiaB

Rumput zoysia termasuk dalam family Poaccac (Graminae), Ordo

Poales Subklas Glumiflora, Kelas Monocotyledon, cabang Angiospermae,

subdivisi Phanaerogama, Divisi Embryophyta dan Kingdom Plantae (Beard,

1973: 5).

Rumput zoysia termasuk subfamily chlorisoidae yang mempunyai

pertumbuhan optimum pada suhu 25 – 350C dan beradaptasi di daerah tropic

dan subtropik.Rumput zoysia memiliki batang dan daun yang kaku dank eras

sehingga relatif sulit dipotong(Beard, 1973: 5).

(55)

Rumput zoysia mempunyai daun berbentuk jarum dengan permukaan

Rumput zoysia toleran terhadap naungan bila ditumbuhkan di daerah

lembab dan panas. Daya tahannya sangat baik terhadap kekeringan dan panas.

Rumput ini mempunyai daya adaptasi terhadap tanah yang berdrainase baik,

bertekstur halus dan subur dengan pH 67-7 serta mempunyai toleransi

terhadap berbagai tipe tanah.

Rumput zoysia mempunyai pertumbuhan yang merunduk dan

membentuk rumput yang kompak dan tegar. Laju pembentukan dan laju

penyembuhan rumput zoysia lambat karena laju pertumbuhannya juga

lambat, terutama pucuk-pucuk lateralnya (Beard, 1973: 6).

Lambatnya pemulihan recuperative bila terjadi pelukan pada rumput

zoysia disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan, terutama pucuk-pucuk

(56)

Kebutuhan

Tabel B 3. B Kandungan B nutrisi B rumput B manila B(Zoysia matrella)

(GartesiasihBdanBNinaBHerlina,B2005:6)

pembuatan tahu dari kedelai . Sedangkan yang dibuat tahu adalah cairan atau

susu kedelai yang lolos dari kain saring.

Ampas tahu yang merupakan limbah industri tahu memiliki kelebihan,

yaitu kandungan protein yang cukup tinggi. Ampas tahu memiliki kelemahan

sebagai bahan pakan yaitu kandungan serat kasar dan air yang tinggi.

Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk

Gambar

Tabel B 3. B Kandungan B nutrisi B rumput B manila B(Zoysia  matrella)
Tabel B 9. B Hasil B uji B Kruskal-Wallis B jumlah B kokon B kokon B cacing B tanahLumbricus rubellus
Tabel 1. Analisis Descriptive Bobot Massa Cacing Tanah Lumbricus rubellus
Tabel 3. Analisis DMRT Bobot Massa Cacing Tanah Lumbricus rubellus
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tindakan siklus I, dan dilanjutkan siklus II, motivasi peserta didik dalam pem- belajaran matematika dengan pendekatan Jigwsaw ada kenaikan, karena sudah fokus

4 Kegiatan dekomisioning fasilitas PAF- PKG meliputi pelaksanaaan pengosongan isi larutan atau padatan sisa proses dari peralatan, pengukuran kontaminasi dan paparan

Hasil dari penelitian ini menunjukan tingkat serangan hama penggerek batang lada terendah teridentifikasi pada perkebunan lada dengan teknik pengendalian gulma yang

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang

(2004) juga menunjukkan bahwa nilai kemiripan (identity values) dari sekuen nifH dan nifD pada Methylocapsa acidiphila B2 dan Beijerinckia lebih tinggi (98.5 % dan 96.6

Metode Perkiraan Laju Aliran Puncak (Debit Air) sebagai Dasar Analisis Sistem Drainase di Daerah Aliran Sungai Wilayah Semarang Berbantuan SIG. Semarang : Universitas

Desain khas oriental, memiliki akar budaya yang kaya dan sangat filosofis, dalam Hal ini akan menyenangkan sekaligus unik untuk dapat menelusuri lebih lanjut

Pengembangan model merupakan proses intensiv yang berkaitan dengan model sebelumnya, evaluasi atlet saat ini, dan kondisi keilmuan yang kuat walupun prosesnya memakan waktu,