• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Perlindungan Konsumen Produk Industri Rumah Tangga (P.I.R.T) T1 312006021 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Perlindungan Konsumen Produk Industri Rumah Tangga (P.I.R.T) T1 312006021 BAB II"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri Rumah Tangga

Usaha rumah tangga dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha rumah tangga adalah usaha yang melakukan kegiatan mengolah

barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi

menjadi barang jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang

lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja

paling banyak 4 (empat) orang termasuk pengusaha.1

2. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari 4 (empat) orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga keija berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

keluarganya.2

3. Usaha rumah tangga pangan adalah rumah usaha produk barang atau bisa

juga disebut perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena

jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan dirumah dan mempunyai kekayaan

bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta) tidak termasuk

1

Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 1999, hal.17.

2

(2)

tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta).3

4. Industri rumah tangga pangan adalah perusahaan pangan yang memiliki

tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan

manual hingga semi otomatis.4

Industri rumah tangga pangan pada umumnya memusatkan kegiatan di

sebuah rumah keluarga tertentu dan biasanya para karyawan berdomisili di

tempat yang tak jauh dari rumah produksi tersebut, karena secara geografis

dan psikologis hubungan mereka sangat dekat (pemilik usaha dan karyawan),

memungkinkan untuk menjalin komunikasi sangat mudah. Dari kemudahan

dalam berkomunikasiini diharapkan dapat memicu etos kerja yang tinggi,

karena masing-masing merasa bahwa kegiatan ekonomi ini adalah milik

keluarga, kerabat dan juga warga sekitar.

Selanjutnya pemasaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha industri

rumah tangga pangan adalah dengan cara menitipkan barang hasil

produksinya pada warung atau toko-toko terdekatyang terdapat disekitar

tempat usaha mereka. Produk pangan home industri adalah makanan yang

sangat rentan akan kerusakan, karena makanan yang tidak tahan lama

sehingga pda saat memproduksi selain memperhitungkan kuantitasnya, juga

harus memperhitungkan kualitas secara teliti. Arti kualitas dalam hal ini lebih

diutamakan pada kemampuan makanan bertahan dalam batasan waktu yang

3

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Bab IV Pasal 6 ayat (1).

4

(3)

relatif lama dan mutu dari makanan tersebut. Mutu pangan adalah nilai yang

ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar

perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman.5

Setiap orang yang akan memproduksi pangan untuk diperdagangkan

perlu memperhatikan ketentuan mengenai mutu dan gizi pangan yang

ditetapkan. Pangan tertentu yang diperdagangkan dapat diwajibkan untuk

terlebih dahulu diperiksa dilaboratorium sebelum diedarkan. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan gizi dalam suatu produk pangan

olahan tertentu, pemerintah berwenang untuk menetapkan persyaratan tentang

komposisi pangan tersebut. Oleh karena itu setiap orang yang memproduksi

pangan untuk diperdagangkan bertanggung jawab menyelenggarakan sistem

jaminan mutu sesuai dengan jenis pangan yang diproduksinya.

Penetapan standar mutu pangan oleh pemerintah, sebagaimana

dimaksud pada ayat tersebut diatas, merupakan upaya standarisasi mutu

pangan yang akan diedarkan, dan terutama berguna sebagai suatu tolak ukur

yang objektif bagi setiap pangan yang akan diedarkan. Hal ini tidak berarti

bahwa standar mutu yang ditetapkan oleh kalangan yang berkepentingan

dibidang pangan tidak diakui keberadaannya, misalnya yang ditetapkan oleh

asosiasi dibidang pangan, terutama apabila standar mutu yang ditetapkan

pemerintah. Di sisi lain, pemerintah perlu diberikan kewenangan untuk

mewajibkan pemenuhan standar mutu yang ditetapkan bagi produksi pangan

5

(4)

tertentu yang diperdagangkan, terutama dalam rangka mewujudkan

perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab.

B. Tinjauan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.6

Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang

perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan perbagai variasi barang

dan atau jasa yang dapat di konsumsi. Termasuk dalam hal ini pangan

produk industri rumah tangga. Kondisi ini pada satu pihak mempunyai

manfaat bagi konsumen karena kebutuhan konsumen akan barang dan atau

jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta konsumen lebih leluasa

memilih aneka jenis kualitas barang dan atau jasa sesuai dengan keinginan

dan kemampuan konsumen. Disisi lain kedudukan konsumen berada pada

posisi yang lemah karena menjadi obyek aktivitas industri rumah tangga

pangan untuk memperoleh keuntungan oleh karena itu perlindungan

konsumen merupakan payung dalam hal penegakan hukum untuk

melindungi konsumen. Hal tersebut terlihat jelas dalam kalimat yang

menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”,

adalah benteng untuk menghalangi kesewenang-wenangan, dimana

6

(5)

kesewenang-wenangan akan mengakibatkan ketidakpastian hukum. Oleh

karena itu, agar segala upaya memberikan jaminan akan kepastian hukum,

ukuran secara kualitatif ditentukan dalam Undang- Undang No.8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen.7

2. Pengertian Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan8.

Didalam kepustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan

konsumen antara. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir

dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang

menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses suatu produk

lainnya. Pengertian konsumen dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan konsumen ini adalah konsumen akhir, artinya

terdapat pengertian bahwa barang yang dibeli oleh konsumen “tidak untuk diperdagangkan lagi”. Inilah yang dimaksud sebagai konsumen akhir dan sekaligus membedakan dengan konsumen antara. Dalam kedudukan

sebagai konsumen antara, yang bersangkutan tidak dapat menutut pelaku

usaha berdasarkanUndang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Sedangkan konsumen akhir dapat menutut

7

Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 1

8

(6)

pelaku usaha apabila barang yang dikonsumsi ternyata mengandung suatu

cacat yang merugikan baginya.9

3. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha

a. Hak dan kewajiban konsumen:

1) Hak konsumen

Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam pasal 4

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen lebih luas daripada hak-hak dasar konsumen

sebagaimana pertama kali dikemukakan oleh Presiden Amerika

Serikat J.F.Kennedy di depan kongres pada tanggai 15 Maret 1962

yang terdiri atas hak memperoleh keamanan, hak memilih, hak

mendapat informasi dan hak untuk mendengar. Keempat hak

tersebut merupakan bagian dari Deklarasi Hak- hak Asasi Manusia

yang dicanangkan PBB pada tanggai 10 Desember 1948.

Kemudian oleh Organisasi Konsumen Sedunia ditambahkan 4 Hak

dasar konsumen lainnya yaitu: hak untuk memperoleh kebutuhan

hidup; hak untuk memperoleh ganti rugi; hak untuk memperoleh

pendidikan konsumen dan hak untuk memperoleh lingkungan

hidup yang bersih dan sehat.

9

(7)

Memperhatikan hak-hak yang disebutkan diatas maka

secara keseluruhan pada dasamya dikenal 10 macam hak

konsumen, yang pada intinya adalah sebagai berikut:10

Hak konsumen yang menjamin keaman dan keselamatan

konsumen dalam penggunaan barang atau jasa; hak untuk

memperoleh informasi agar konsumen dapat memperoleh

gambaran yang benar tentang barang dan atau jasa yang

digunakan; oleh karena produk industri rumah tangga pangan

sangat beragam maka kepada konsumen diberikan kebebasan

untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya;

selanjutnya agar konsumen tidak dirugikan maka kepada

konsumen diberikan hak untuk mengajukan pertanyaan tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu.

Apabila produk yang digunakan oleh konsumen menimbulkan

kerugian atau produk yang digunakan tidak memenuhi harapan

konsumen maka diberikan hak untuk memperoleh ganti kerugian

untuk memulihkan keadaan yang telah menjadi rusak karena

menggunakan produktertentu. Agar konsumen dapat menjadi lebih

kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan maka

diberikan hak untuk memperoleh pengetahuan maupun

keterampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian

akibat menggunakan produk tertentu. Kemudian agar supaya

10

(8)

konsumen terhindar dari kerugian akibat permainan harga secara

tidak wajar maka kepada konsumen diberikan hak untuk

mendapatkan produk sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya.

Dan untuk menyelesaikan atau memulihkan keadaan konsumen

yang telah dirugikan akibat penggunaan produk tertentu maka

kepada konsumen diberikan hak untuk mendapatkan upaya

penyelesaian hukum yang patut.

2) Kewajiban konsumen

Didalam mengedarkan produk pelaku usaha telah menyampaikan

peringatan secara jelas prosedur pemakaian, pemanfaatan barang

maka konsumen wajib membacanya. Kemudian didalam

menggunakan produk maka konsumen wajib beritikad baik dalam

transaksi pembelian dan konsumen wajib membayar produk

sesuai dengan nilai tukar yang telah ditentukan. Apabila terjadi

sengketa maka konsumen wajib mengikuti upaya penyelesaian

hukum secara patut.

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha:11

1) Hak Pelaku Usaha

Didalam menyelenggarakan usahanya pelaku usaha berhak

menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai tukar barang

artinya pelaku usaha tidak dapat menutut lebih banyak karena

yang dipentingkan adalah harga yang wajar. Apabila terjadi

11

(9)

sengketa maka pelaku usaha mempunyai hak untuk mendapat

perlindungan hukum dan memperoleh hak untuk melakukan

pembelaan diri sepatutnya untuk merehabilitasi nama baik.

2) Kewajiban Pelaku Usaha

Kewajiban pelaku usaha adalah beritikad baik dalam melakukan

kegiatan usahanya serta wajib memberikan informasi yang benar,

jelas dan jujur mengenai kondisi hasil produksinya termasuk

wajib menjamin mutu barang produksinya berdasarkan standar

mutu barang yang berlaku. Selanjutnya pelaku usaha wajib

melayani konsumen dengan jujur dan tidak membeda-bedakan

serta wajib memberi kesempatan kepada konsumen untuk

menguji dan mencoba hasil produksinya dan apabila ada

ketidaksesuaian terhadap hasil produksinya makapelaku usaha

wajib memberi kompensasi, ganti rugi atau menggantidengan

produk yang sesuai.

4. Pembinaan dan Pengawasan

Salah satu upaya untuk menyelenggarakan perlindungan konsumen

sebagai mana dikehendaki oleh Undang-Undang No.8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen adalah melalui pembinaan dan

pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen. Pembinaan

diselenggarakan dalam upaya untuk menjamin diperolehnya hak

(10)

masing-masing sedangkan pengawasan diselenggarakan mengingat banyaknya

ragam dan jenis barang dan atau jasa yang diproduksi oleh industri

rumah tangga pangan. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan tentang

pengawasan dan pembinaan yang tecantum dalam Undang-undang No.8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, ditetapkan Peraturan

Pemerintah RI No.58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Di kota Salatiga pembinaan

dan pengawasan perlindungan konsumen dilaksanakan oleh seksi

Farmanin dan Perbekalan Kesehatan, Dinas Kesehatan bekeija sama

dengan Seksi Perlindungan Konsumen, Dinas Perindagkop dan UMKM

(Usaha Mikro,Kecil dan Menengah).12 Berdasarkan Peraturan

Pemerintah RI No.58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen maka pembinaan tersebut

diatas dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan iklim usaha dan

tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen,

juga untuk mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen

swadaya masyarakat serta untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia dalam melakukan kegiatan penelitian dibidang perlindungan

konsumen. Sedangkan dalam hal pengawasan dilakukan sebagai upaya

untuk memenuhi standar mutu produksi barang, pencantuman label serta

pelayanan puma jual barang dan atau jasa. Pengawasan dilakukan sejak

12

(11)

dalam proses produksi, penawaran, promosi, pengiklanan dan penjualan

barang hasil produksi.

C. Tinjauan Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Makanan merupakan salah satu bahan pokok dalam rangka

pertumbuhan dan kehidupan manusia. Agar supaya pertumbuhan dan

kehidupan manusia tidak terganggu maka makanan harus aman, layak

dikonsumsi, bermutu, bergizi serta beragam dan tersedia dalam jumlah yang

cukup, hal ini merupakan salah satu usaha untuk melindungi kesehatan

manusia, karena kesehatan adalah hak dari setiap orang.13 Makanan dapat juga

diartikan sebagai semua zat yang dapat digunakan dalam metabolisme dan

atau untuk memperoleh energi. Agar dapat digunakan dalam proses

metabolisme, makanan harus disederhanakan terlebih dahulu sehingga

nantinya makanan akan berwujud molekul zat yang paling kecil yang dapat

diserap oleh sel-sel tubuh. Proses penyederhanaan ini disebut proses

pencernaan. Agar tubuh tetap sehat, makanan harus mengandung semua zat

yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Dengan kata lain makanan harus

mengandung gizi yang baik.14

Salah satu jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah

makanan produk industri rumah tangga pangan. Maka setiap orang yang

memproduksi (membuat, mengolah, mengubah bentuk, dan membungkus

kembali) untuk diedarkan harus memenuhi persyaratan kesehatan dan

mendapat ijin edar sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI

13

Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

14

(12)

No.329/Men.Kes/Per/XXI/1976 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan.

Yang dimaksud dengan mengedarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI

tersebut adalah menyajikan ditempat penjualan, menyerahkan, memiliki atau

mempunyai persediaan ditempat penjualan, dalam rumah makan, dipabrik

yang memproduksi, di halaman, dalam kendaraan, kapal udara, kapal laut,

perahu atau ditempat lain. Kecuali jika makanan yang diproduksi itu

nyata-nyata untuk di konsumsi sendiri maka tidak perlu mendapat ijin edar.

Pengaturan dan pengawasan, pengolahan, pendistribusian makanan

dan minuman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang RI No.36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan adalah menjadi wewenang Pemerintah dalam hal ini

Seksi Farmanin dan Perbekalan Dinas Kesehatan kota Salatiga. Sebab

makanan yang diproduksi dan di distribusikan ke masyarakat harus dijamin

tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan seperti diatur dalam Peraturan

Pemerintah RI No.28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

D. Tinjauan Undang-Undang RI No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan

Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah

terjaminnya pangan yang ditandai oleh terbebasnya masyarakat dari jenis

pangan yang berbahaya bagi masyarakat. Hal ini sebagai upaya untuk

melindungi masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi standar dan

persyaratan kesehatan.

Yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal

(13)

diperuntukkan sebagaimakanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan atau pembuatan makanan

atau minuman. Sedangkan pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil

proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.15

Industri rumah tangga pangan yang melakukan kegiatan atau proses

yang menghasilkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas bentuk

pangan tertentu harus memenuhi syarat tentang keamanan pangan dalam hal

sanitasi pangan, peredarannya, mutu dan gizi pangan sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Dengan kata lain

industri rumah tangga pangan harus tunduk kepada Undang-Undang tersebut

karena mempunyai tanggung jawab atas keamanan pangan yang

diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang mengkonsumsi pangan

tersebut. Dimana apabila ada orang perseorangan yang kesehatannya

terganggu atau ahli waris dari orang yang meniggal sebagai akibat langsung

karena mengkonsumsi pangan olahan yang diedarkan berhak mengajukan

gugatan ganti rugi terhadap industri rumah tangga pangan tersebut. Dan

apabila terbukti bahwa pangan olahan yang diedarkan dan dikonsumsi tersebut

mengandung bahan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kesehatan

manusia maka indsutri rumah tangga pangan tersebut wajib mengganti segala

kerugian yang secara nyata ditimbulkan.16 Besamya ganti rugi

setinggi-tingginya sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk setiap orang

15

Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 1.

16

(14)

yang dirugikan kesehatannya atau kematian yang ditimbulkan.16 Dalam

kaitan tentang persyaratan keamanan pangan, sanitasi pangan, peredaran,

mutu dan gizi pangan, Pemerintah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan

RI No.23/Menkes/SK/I/1978, tentang Pedoman Cara Produksi Makanan Yang

Baik (CPMB), yang merupakan penuntun bagi produsen makanan untuk

meningkatkan mutu hasil produksinya. Hal-hal yang harus dipenuhi oleh

produsen makanan di dalam pedoman CPMB tersebut adalah:

1. Lokasi, berada di tempat yang bebas dari pencemaran, dan sebaliknya

tidak boleh mencemari daerah sekitarnya.

2. Bangunan, harus memenuhi syarat higiene dan sanitasi dan tidak boleh

digunakan selain untuk memproduksi makanan/minuman.

3. Alat produksi, memenuhi syarat teknis dan higiene, tidak melepaskan

unsur yang membahayakan kesehatan, terpelihara dengan baik dan hanya

digunakan untuk memproduksi makanan/minuman.

4. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong harus memenuhi

standar mutu dan persyaratan lain yang ditetapkan.

5. Proses pengolahan, harus diusahakan hasil produksi memenuhi standar

mutu dan persyaratan lain yang ditetapkan Menteri Kesehatan tidak

merugikan dan membahayakan kesehatan.

6. Karyawan, yang berhubungan dengan produksi harus sehat, bersih dan

tidak berpenyakit menular.

Selanjutnya produksi pangan yang diproses berdasarkan pedoman

(15)

menujukkan bukti bahwa ada jaminan terhadap mutu pangan yang diproduksi

seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 Tentang

Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan.

Oleh karena itu terhadap pangan olahan dalam bentuk makanan dan

atau minuman yang diproduksi dengan cara tersebut diatas yang akan

diedarkan ke masyarakat atau diperdagangkan, Pemerintah dapat menetapkan

persyaratan agar pangan tersebut terlebih dahulu di uji secara laboratoris

sebelum peredarannya. Pengujian secara laboratoris dilakukan di laboratorium

yang ditunjuk olehpemerintah.17 Pengujian secara laboratoris dilakukan di

laboratorium Dinas Kesehtan Kota Salatiga bekerja sama dengan BPOM

dengan ketentuan laboratorium tersebut telah di akreditasi oleh Komite

Akreditasi Nasional.18

E. Tinjauan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 166 Tahun

2000 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen

Setiap produk makanan yang akan diedarkan ke masyarakat harus

diawasi oleh lembaga yang bertugas mengawasi tenteng peredaran makanan

hasil olah industri rumah tangga pangan, oleh karena itu perlu dibentuk

lembaga atau badan yang bertugas mengawasi peredaran makanan olahan.

Berdasarkan Keppres No.166 Tahun 2000 Tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga

17

Ibid, Pasal 20 ayat (23).

18

(16)

Pemerintahan Non Departemen dibentuklah sebuah Badan Pengawas Obat dan

Makanan yang disingkat BPOM, merupakan lembaga pemerintah non

departemen, yang menyampaikan saran dan pertimbangan di bidang tugas dan

tanggung jawabnya kepada presiden dengan tembusan kepada menteri

kesehatan yang dikoordinasikan. Koordinasi yang dimaksud meliptui

koordinasi dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi

pemerintah yang lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam

pelaksanaan yang dimaksud.

Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan kantor pusat

pengawas obat dan makanan yang terdapat di Ibukota Negara, yaitu di Jakarta.

Disamping itu terdapat 19 balai besar pengawas obat dan makanan dan 11

balai pengawas obat dan makanan di Indonesia.

Tugas BPOM adalah melakukan pengawasan tentang obat dan

makanan dan menyelenggarakan fiingsi pemantauan, pemberian bimbingan

dan pembinaan terhadap Dinas Kesehatan di bidang pengawasan obat dan

makanan. Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut BPOM mempunyai

kewenangan: menetapkan persyaratan penggunaan bahan tambahan tertentu

untuk makanan dan menetapkan pedoman pengawasan peredaran obat dan

makanan.19

Sesuai dengan keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

N0.O5OI8/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja unit

pelaksana teknis lingkungan BPOM, maka BPOM terdiri dari: Bidang

19

(17)

pengujian terapetik, Narkotika, Obat tradisional, Kosmetika, dan produk

komplimen yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan

program serta evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan

secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik,

narkotika, obat tradisional, kosmetika dan produk komplimen.

1. Bidang pengujian pangan dan bahan berbahaya yang mempunyai tugas:

melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium,

pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya.

2. Bidang pengujian mikrobiologi yang mempunyai tugas: Melaksanakan

penyusunan rencana dan progaram serta evaluasi dan penyusunan laporan

pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian

mutu secara mikrobiologi.

3. Bidang pemeriksaan dan penyidikan yang mempunyai tugas:

melaksanakan penyusunan rencana dan program keija serta evaluasi dan

penyusunan laporanpelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan

contoh untuk pengujian dan pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan

instansi kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran hukum di bidang

produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat aditif lain, obat

tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas maka

bidang pemeriksaan dan penyidikan menyelenggarakan fungsi:

(18)

makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contih dan pemeriksaan

sarana produksi, distibusi, instansi kesehatan di bidang terapetik,

narkotika, psikotropika dan zat aditif lai, obat tradisional, kosmetika dan

produk komplimen.

3. Melaksanakan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan sarana distribusi di bidang pangan dan bahan berbahaya.

4. Pelakssana penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum.

5. Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat dan

makanan.

Bidang pemeriksaan dan penyidikan terdiri dari:

1. Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan setempat,

pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan

distribusi, produk terapetik, narkotika, psikotropika da zat aditif lain, obat

tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.

2. Seksi penyidikan mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap kasus

pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika

dan zat aditif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan

dan bahan berbahaya.

Bidang sertifikasi dan layanan konsumen melaksanakan penyusunan

rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasin

produk, sarana produksi dan distribusi tertentu dan layanan konsumen.

(19)

1. Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk, sarana

produksi dan distribusi tertentu. Seksi layanan informasi konsumen

mempunyai tugas melakukan layanan informasi konsumen.

2. Sub bagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan

administrasi dalam lingkungan balai besar pengawas obat dan makanan.

3. Pengawasan obat dan makanan di pelabuhan dan perbatasan dilakukan

oleh satuan keija balai besar pengawas obat dan makanan yang

bertanggung jawab kepada kepala balai besar pengawas obat dan makanan

melalui bidang pemeriksaan dan penyidikan.

Balai besar pengawas obat dan makanan mempunyai dua kewenangan, yaitu:

1. Kewenangan Preventif

Kewenangan preventif biasa juga disebut kewenangan pre market adalah

kewenangan balai besar pengawas obat dan makanan untuk memeriksa

setiap produk obat dan makanan sebelum beredar dan dipasarkan ke

masyarakat dengan melalui tahap sertifikasi dan regsistrasi produk sarana

produksi serta distribusi produk tersebut.

2. Kewenagan Represif

Kewenangan repersif dapat juga disebut kewenangan post market adalah

balai besar pengawas obat dan makanan untuk mengadakan pemeriksaan

terhadap produk obat dan makanan yang telah beredar di masyarakat,

dengan proses:

a. Pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi obat dan/atau

(20)

b. Melakukan sampling dan uji laboratorium terhadap produk yang

dicurigai mengandung bahan berbahaya atau produk yang dicurigai

mengandung bahan berbahaya atau produk yang tidak mempunyai

produksi serta produk yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan

masyarakat.

Apabila dari hasil pemeriksaan sampling dan uji laboratorium terbukti

bahwa produk obat atau makanan tersebut tidak memenuhi syarat maka balai

besar pengawas obat dan makanan berwenang untuk menarik produk tersebut

dari peredaran, memberi peringatan pada pelaku usaha dan distribusi produk

tersebut untuk tidak mengulangi perbuatannya, serta memberi peringatan

kepada masyarakat tentang produk yang tidak memenuhi syarat tersebut. Di

kota Salatiga hal tersebut dilaksanakan oleh Seksi Farmanin Dan Perbekalan

Kesehatan Dinas Kesehatan kota Salatiga,20 dengan cara melakukan inspeksi

mendadak (sidak) baik di pasar-pasar tradisional maupun di toko swalayan

untuk memeriksa makanan produksi rumah tangga dan mengambil contoh

untuk diperiksa di laboratorium.

F. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Salatiga

Berdasarkan Peraturan Daerah kota Salatiga No. 10 tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga pasal 2 yang

berbunyi: dengan peraturan daerah ini dibentuk Dinas Kesehatan. Kepala

20Peraturan Walikota Salatiga Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Keija

(21)

Dinas Kesehatan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Kaitannya dengan kesehatan pangan Dinas Kesehatan mempunyai

tugas pokok dan fungsi dalam hal pengawasan dan registrasi

makanan/minuman produksi rumah tangga. Dalam pelaksanaanya dilakukan

oleh Seksi Farmamin dan Perbekalan Kesehatan.21 Yaitu memberi Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga seperti diatur dalam Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Dimana untuk memperoleh

SPP-IRT harus melalui proses penyuluhan dari Dinas Kesehatan kota Salatiga

untuk mendapatkan arahan tentang kesehatan pangan yang diproduksi oleh

Industri Rumah Tangga Pangan.

G. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian, Perdangangan, Koperasi

dan UMKM

Berdasarkan Peraturan Daerah kota Salatiga No. 10 tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Salatiga Pasal 2 yang

berbunyi dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Koperasi dan UMKM. Kepala Dinas Perindagkop dan UMKM

berkedudukan dibawah dan bertanggung j awab kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah.

21

(22)

Kaitannya dengan industri rumah tangga pangan Dinas Perindagkop

dan UMKM mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan bimbingan

teknis usaha perdagangan dan membina penyelenggaraan perlindungan

konsumen. Dalam pelaksanaanya dilakukan oleh Seksi Usaha Perdagangan

dan Seksi Perlindungan Konsumen.22

22

Referensi

Dokumen terkait

Apabila pelayanan yang diberikan sesuai dengan keinginan konsumen maka kualitas pelayanan tersebut dapat dikatakan baik.. Apabila jasa yang diterima melebihi

Negara di Asia yang masuk menjadi anggota ASEAN ke-10 adalah…a. Mengisi titik-titik dengan jawaban yang

BPR yang memiliki modal inti paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) Proyeksi keuangan yang dijelaskan untuk posisi aktual pada akhir bulan Oktober

i2) 'ier;usunnya Reticana Pelaks,a'raan Pembelaiarrn (RPP) pacla pernbelajaran produktif yang terltrtcgilrsi kt:wiraltsrahaan bid"rng praktik ker-ia batu clan'bctori

26 Pembangunan Balai Pembibitan Pertanian (Screen

Pengukuran tulang tibia menggunakan jangka sorong untuk mendapatkan data panjang tulang, pengukuran diameter tulang untuk mendapatkan luas tulang yang akan

Inovasi tersebut antara lain peningkatan pelayanan kepada nasabah, misalnya dengan menambah fasilitas baru seperti kartu debit, yaitu kartu yang digunakan nasabah untuk

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,..