• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA TUGAS KELOMPOK DAN TUGAS INDIVIDU SISWA KELAS IV SD NEGERI PRAMBANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA TUGAS KELOMPOK DAN TUGAS INDIVIDU SISWA KELAS IV SD NEGERI PRAMBANAN."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA TUGAS KELOMPOK DAN TUGAS INDIVIDU SISWA

KELAS IV SD NEGERI PRAMBANAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Dyah Prita Mustika Dira NIM 11108244054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah (Anonim)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah swt, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangtua tercinta, Bapak Muskam Giyanto dan Ibu Titik Dwi Astuti yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam setiap langkah saya,

(7)

vii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA TUGAS KELOMPOK DAN TUGAS INDIVIDU SISWA

KELAS IV SD NEGERI PRAMBANAN

Oleh

Dyah Prita Mustika Dira 11108244054

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara tugas kelompok dan tugas individu siswa kelas IV SD Negeri Prambanan tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IVA dan kelas IVB semester gasal di SD Negeri Prambanan tahun ajaran 2016/2017. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 siswa. Instrumen yang digunakan yaitu tes hasil belajar yang disesuaikan dengan silabus sekolah. Analisis data menggunakan uji t.

Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) Rata-rata hasil post-test yang meningkat antara kelas eksperimen yang diajar menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelompok yaitu 82,21 dan kelas kontrol yang diajar menggunakan Metode Pemberian Tugas Individu yaitu 73,29. 2) Ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diberi Tugas Kelompok dengan siswa yang diberi Tugas Individu terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Prambanan Tahun Ajaran 2016/2017. 3) Pemberian tugas kelompok lebih tinggi daripada pemberian tugas individu pada hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Prambanan Tahun Ajaran 2016/2017, dengan t hitung 2,798 > t tabel = 2,01.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin pada penelitian ini,

2. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian,

3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Drs. T. Wakiman, M.Pd. Dan Ibu Haryani, M.Pd. Yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini,

4. Kepala Sekolah SD Negeri Prambanan, Ibu Enny Budhi Prasetyanti, S.Pd.SD yang telah memberikan izin penelitian,

5. Guru kelas IVA dan IVB SD Negeri Prambanan, Ibu Kartini, S.Pd.SD dan Ibu Tri Yuliastuti, S.Pd.SD yang telah bersedia untuk berbagi ilmu, pengalaman, serta bekerja sama dalam penelitian ini,

6. Siswa-siswi kelas IVA dan IVB SD Negeri Prambanan yang telah bersedia belajar bersama,

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL . ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hasil Belajar Matematika ... 8

1. PengertianHasil Belajar ... 8

2. Faktor-Faktor Pengaruh Hasil Belajar ... 9

3. Pembelajaran Matematika di SD ... 10

a. Pengertian Pembelajaran ... 10

b. Pengertian Matematika SD... 12

c. Ruang Lingkup Matematika SD ... 13

(11)

xi

B.Metode Pemberian Tugas ... 21

1. Pengertian Metode Pemberian Tugas... 21

2. Langkah-langkah Metode Pemberian Tugas ... 23

3. Metode Pemberian Tugas Kelompok ... 25

a. Pengertian Metode Pemberian Tugas Kelompok ... 25

b. Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas Kelompok... 29

c. Kelebihan Metode Pemberirian Tugas Kelompok ... 30

d. Kekurangan Metode Pemberian Tugas Kelompok ... 30

4. Metode Pemberian Tugas Indivdu ... 31

a. Pengertian Metode Pemberian Tugas Individu ... 31

b. Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas Individu ... 31

c. Kelebihan Metode Pemberian Tugas Individu ... 32

d. Kekurangan Metode Pemberian Tugas Individu... 33

C.Penelitian yang Relevan ... 33

D.Kerangka Pikir ... 35

E. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Penelitian ... 38

B. TempatdanWaktu Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 40

D.Definisi Operasional ... 40

1. Hasil Belajar Matematika ... 40

2. Metode Pemberian Tugas Kelompok ... 41

3. Metode Pemberian Tugas Individu ... 41

E. Desain Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 42

G.Instrumen Penelitian ... 43

1. Tes Hasil Belajar ... 43

(12)

xii

H.Teknik Analisis Data ... 46

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 47

1. Uji Validitas Instrumen ... 48

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

J. Pengujian Hipotesis ... 51

1. Uji Prasyarat Analisis ... 52

a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Homogenitas ... 52

K.Kriteria Penilaian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 54

B.Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi Data Hasil Pre-test Matematika ... 55

a. Pre-test Kelas Eksperimen ... 55

b. Pre-test Kelas Kontrol ... 56

2. Deskripsi Data Hasil Observasi ... 58

a. SikapSiswaKelasEksperimen ... 58

b. SikapSiswaKelas Kontrol ... 59

c. Sikap Guru Dalam Melaksanakan Metode Pembelajaran Pemberian Tugas ... 60

3. Deskripsi Data Hasil Post-test Matematika ... 61

a. Post-test KelasEksperimen ... 61

b. Post-testKelasKontrol ... 62

C. Pembandingan NilaiPre-test dan Post-test Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

1. Pembandingan Nilai Pre-test Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

2. Pembandingan Nilai Post-test Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

D.Uji Hipotesis ... 67

1. Uji Prasyarat ... 68

(13)

xiii

b. Uji Homogenitas ... 69

2. Uji Hipotesis ... 69

a. Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ... 69

b. Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ... 71

c. Uji Gain antara Pemberian Tugas Kelompok dan Pemberian Tugas Individu ... 72

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

F. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 76

B.Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

MatematikaKelas IV Semester II ... 14

Tabel 2. Rancangan/Desain Penelitian ... 41

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen pre-test dan post-test ... 44

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 45

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 46

Tabel 6. Kategori Presentase Skor ... 53

Tabel 7. Daftar siswa kelas IV SD Negeri Prambanan. ... 54

Tabel 8. Data HasilBelajarMatematikaKelas IV SDNegeriPrambanan ... 55

Tabel 9. Data HasilPre-testMatematikaKelasEksperimen ... 56

Tabel 10. Data HasilPre-testMatematikaKelasKontrol ... 57

Tabel 11. Data HasilPost-testMatematikaKelasEksperimen ... 61

Tabel 12. Data HasilPost-testMatematikaKelasKontrol... 62

Tabel 13. Pembandingan Nilai Pre-test Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 64

Tabel 14. Pembandingan Nilai Post-test Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 66

Tabel 15. Uji Normalitas ... 68

Tabel16. Uji Homogenitas ... 69

Tabel 17. Uji t Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen ... 70

Tabel 18. Uji t Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ... 71

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 37

Gambar 2. Diagram BatangNilaiPre-testKelasEksperimen ... 56

Gambar 3. Diagram BatangNilaiPre-testKelasKontrol. ... 57

Gambar 4. Diagram BatangNilaiPost-testKelasEksperimen ... 62

Gambar 5. Diagram BatangNilaiPost-testKelasKontrol ... 63

Gambar 6. Diagram BatangPerbandinganNilaiPre-test KelasEksperimendanKelasKontrol ... 65

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. RPP dengan Metode Pemberian Tugas Kelompok dan Individu ... 82

Lampiran 2. Kisi-kisi Penilaian Kognitif ... 94

Lampiran 3. SoaldanKunciJawaban Pre-test dan Post-test ... 95

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa ... 99

Lampiran 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 129

Lampiran 6. Lembar Observasi Siswa ... 130

Lampiran 7. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 131

Lampiran 8. Lembar Observasi Guru... 132

Lampiran 9. Pedoman Penskoran ... 133

Lampiran 10. Tabel t ... 134

Lampiran 11. Uji Normalitas ... 135

Lampiran 12. Uji Homogenitas ... 136

Lampiran 13. Uji Hipotesis ... 137

Lampiran 14. Data Hasil Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen... 140

Lampiran 15. Data Hasil Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol ... 141

Lampiran 16. Dokumentasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 142

Lampiran 17. Jadwal Mengajar ... 144

Lampiran 18. Hasil Pre-testKelas Eksperimen ... 145

Lampiran 19. Hasil Post-testKelas Eksperimen... 146

Lampiran 20. Hasil Pre-testKelas Kontrol... 147

Lampiran 21. Hasil Post-testKelas Kontrol ... 148

Lampiran 22. HasilObservasiSikapSiswaKelasEksperimen I ... 149

Lampiran 23. HasilObservasiSikapSiswaKelasEksperimen II ... 150

Lampiran 24. HasilObservasiSikapSiswaKelasEksperimenIII ... 151

Lampiran 25. HasilObservasiSikapSiswaKelasKontrol I ... 152

Lampiran 26. HasilObservasiSikapSiswaKelasKontrolII ... 153

Lampiran 27. HasilObservasiSikapSiswaKelasKontrolIII ... 154

(17)

xvii

Lampiran 29. HasilObservasiSikapGuru Pertemuan II ... 156

Lampiran 30. HasilObservasiSikapGuru Pertemuan III ... 157

Lampiran 31. Pernyataan Expert Judgement ... 158

Lampiran 32. PermohonanIzinPenelitian Dari FakultasIlmuPendidikan... 159

Lampiran 33. SuratIzinPenelitian Dari Bapeda ... 160

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajar siswa yang biasanya diukur dengan tes dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar siswa tidak selalu mendapatkan nilai yang baik khususnya pada mata pelajaran matematika. Rendahnya hasil belajar matematika siswa ditunjukkan dengan tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut sesuai dengan fakta yang ada di SD Negeri Prambanan yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika beberapa siswa berada di bawah KKM yang telah ditetapkan guru. Hasil belajar tersebut sesuai dengan data yang diperoleh peneliti yaitu dari 25 siswa kelas IVA, 5 diantaranya mendapatkan nilai dibawah 68 atau belum mencapai KKM, sedangkan dari 27 siswa kelas IVB, 5 di antaranya mendapatkan nilai dibawah 68 atau belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam mata pelajaran matematika.

(19)

2

metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah guru seharusnya menggunakan metode pemberian tugas kelompok dan tugas individu kepada siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi awal di SD Negeri Prambanan yang menunjukkan bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dan siswa juga cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan tidak menerapkan metode yang tepat.

“Pembelajaran matematika dapat dibuat agar siswa memiliki kecenderungan saat belajar memiliki perasaan senang, perhatian, konsentrasi, kesadaran dan kemauan untuk mempelajari matematika”. (Agus Budi Hartono, 2008, dari http://p4tkmatematika.org/2008/11/menyertakan-lingkungan-dan-

memanfaatkan-multimedia-agar-minat-dan-prestasi-belajar-matematika-meningkat/). Hal yang sering terjadi adalah guru belum bisa menggunakan cara yang tepat untuk menyampaikan suatu materi pelajaran yang mudah dipahami dan menyenangkan untuk terus mencari tahu dan belajar. Fakta di SD Negeri Prambanan dapat dilihat dari aktivitas pembelajaran yang hanya ceramah dan tidak menyenangkan belum dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika karena guru tidak menggunakan suatu aktivitas pembelajaran yang menyenangkan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

(20)

3

panduan yang sudah ada seperti ini bisa dikatakan bahwa tugas yang diberikan oleh guru kurang efektif karena pengetahuan yang didapat hanya terpusat pada buku panduan yang sudah ada seperti LKS dan buku paket panduan yang

dibagikan dari sekolah. “Tugas bisa dikatakan efektif apabila kesiapan mental siswa diperhitungkan. Pembelajaran merupakan hasil proses belajar mengajar, efektivitasnya tergantung dari beberapa unsur. Efektivitas suatu kegiatan tergantung dari terlaksana tidaknya perencanaan. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif.(Adi Wijaya, 2013, dari http://p4tkmatematika.org/2013/08/pengaruh-metode-pembelajaran-kooperatif-terhadap-prestasi-motivasi-dan-aktifitas-belajar-matematika-siswa/). Seharusnya guru dapat mengembangkan soal dari materi yang telah disampaikan, bukan hanya mengambil dan meng-copy soal yang sudah ada dari LKS maupun dari buku paket panduan. Dalam hal ini guru belum memenuhi kriteria dalam membuat perencanaan pengajaran agar lebih baik dan efektif. Perencanaan pemberian tugas kuarng maksimal karena tugas yang diberikan kepada siswa hanya mengambil dari buku yang sudah ada, tidak mengembangkan soal sesuai kemampuan guru jadi membuat siswa kurang tertantang dan kurang aktif dan kreatif.

(21)

4

yang diberikan, (2) siswa mulai ribut, (3) siswa bertanya kesana-kemari, (4) siswa mengganggu teman yang sedang mengerjakan. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran matematika di SD Negeri Prambanan, Guru

mengatakan bahwa “memang cukup sulit untuk mencari cara yang tepat sehingga

memiliki efektivitas yang tinggi terhadap hasil belajar”. Faktanya pemberian tugas yang diberikan oleh guru selama ini tidak membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal dikarenakan siswa tidak merespon dengan baik

saat mengerjakan tugas yang diberikan. “Respon yang baik yang biasanya ditunjukkan oleh siswa antara lain: (1) siswa lebih aktif dan berpartisipasi, (2) siswa lebih perhatian terhadap materi yang disampaikan guru, (3) siswa lebih antusias dalam menerima pelajaran, (4) siswa lebih siap saat mendapat tugas, dan (5) siswa akan mengalami peningkatan dalam hasil belajar” (Erni Dwi Endarwati, dari http://p4tkmatematika.org/2016/12/jurnal-edumat-volume-7-nomor-13-tahun-2016-peningkatan-prestasi-belajar-geometri/).

Fakta yang dijumpai di SD Negeri Prambanan adalah guru belum menerapkan salah satu metode yang tepat dalam melakukan pembelajaran.

(22)

5

menurut cara pengerjaannya tugas dapat diberikan pada kelompok (tugas kelompok) ataupun pada perorangan (tugas individu). Baik tugas kelompok maupun tugas individu keduanya menuntut partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Pemberian tugas sesuai dengan materi yang sedang disampaikan, selain itu guru juga harus memperhatikan metode yang akan diterapkan kepada siswa agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan guru dengan lebih mudah.

Berdasarkan uraian tentang penggunaan metode pembelajaran pemberian tugas kelompok dan tugas individu untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri Prambanan. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Tugas

Kelompok dan Tugas Individu Siswa Kelas IV SD Negeri Prambanan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Hasil belajar matematika yang kurang baik

2. Guru hanya menggunakan metode ceramah

3. Guru tidak menggunakan pembelajaran yang menyenangkan

4. Pemberian tugas yang kurang efektif

(23)

6

6. Guru belum menerapkan metode pemberian tugas kelompok dan tugas individu

C. Batasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah maka peneliti membatasai masalah dalam penelitian ini yaitu tentang hasil belajar matematika yang kurang baik dan metode pemberian tugas yang belum tepat pada siswa kelas IV SD Negeri Prambanan Kabupaten Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu:

Adakah perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara kelas yang diberi tugas kelompok dan kelas yang diberi tugas individu pada siswa kelas IV SD Negeri Prambanan Kabupaten Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(24)

7 F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis, melalui penelitian tentang metode pemberian tugas kelompok dan tugas individu dapat mendukung teori bahwa pemberian tugas kelompok lebih dapat meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan tugas individu khususnya pada mata pelajaran matematika.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, penelitian ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi pelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat menjadi lebih bermakna bagi siswa.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan alternatif pemilihan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemberian tugas kelompok dan individu khususnya pada pembelajaran matematika.

(25)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2011: 54) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Menurut Bloom (Nana Sudjana, 2002: 49) mengemukakan secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif. Selanjutnya, Bloom juga menyatakan bahwa ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek. Keenam aspek yang dimaksud adalah: (1) pengetahuan; (2) pemahaman; (3) aplikasi; (4) analisis; (5) sintesis; dan (6) evaluasi.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

(26)

9

keterampilan.Nana Sudjana (2010:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Menurut Suprijono (Muhammad Thobroni, 2013: 22), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, danketerampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut: (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) keterampilan motorik, (5) sikap.

Definisi hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) yang menjelaskan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

Berdasarkan definisi tersebut maka yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai hasil usaha dari kegiatan belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk angka.

2. Faktor-faktor Pengaruh Hasil Belajar

(27)

10

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sugihartono, dkk (2007: 76-77) sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, maka peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunan metode pemberian tugas kelompok dan tugas individu.

3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) a. Pengertian pembelajaran

Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai hasil belajar, yaitu nilai hasil usaha kegiatan belajar siswa yang diperoleh melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk angka. Kegiatan belajar siswa yang dimaksud adalah segala aktivitas yang dilakukan siswa secara interaktif yang dapat menghasilkan perubahan, baik sikap, pengetahuan, pemahaman, maupun keterampilan.

(28)

11

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut afektif, kognitif, dan psikomotor. Serangkaian kegiatan belajar tersebut tidak hanya dilakukan secara individu oleh siswa, tetapi juga melalui bantuan dari guru/pendidik maupun sumber-sumber belajar lain yang mendukung sehingga terjadi suatu proses pembelajaran.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 297) menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Oemar Hamalik (2005: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Nana Sudjana (2004: 28) menyatakan bahwa pembelajan dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

(29)

12

maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar yang dikondisikan oleh guru untuk menciptakan keadaan agar siswa dapat belajar aktif dan didukung dengan sumber belajar yang tepat. Dalam pelaksanaan penelitian ini kegiatan pembelajaran dilakukan pada mata pelajaran matematika di jenjang sekolah dasar.

b. Pengertian matematika SD

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP yang diberikan dari kelas 1 sampai kelas 6. Nasution (Sri Subarinah, 2006:1) mengatakan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang berarti mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata Sansekerta medha atau widya yang berarti kepandaian, ketahuan, atau intelegensi.

(30)

13

yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami dan mengatasi permasalahannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pengertian matematika, maka dapat disimpulkan matematika adalah pengetahuan tentang penalaran yang berhubungan dengan bilangan-bilangan yang dapat membantu manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ruang lingkup matematika di sekolah dasar

(31)

14

dengan kelas VI dan diawali dengan pengukuran tanpa menggunakan satuan baku. Di kelas-kelas yang lebih tinggi baru diperkenalkan pengukuran dengan satuan baku. Adapun konsep-konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup pengukuran panjang, keliling, luas, berat, volume, sudut, dan waktu dengan satuan-satuan ukurannya. Selain itu, siswa SD diperkenalkan satuan ukuran jumlah (satuan banyak) seperti lusin, kodi, dan gros.

Pengelolaan data atau disebut sebagai statistik sederhana hanya diberikan di kelas V dan VI saja. Ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan dan membaca data. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Matematika Kelas IV SD semester 2 berdasarkan KTSP dapat diamati pada tabel di bawah ini (BSNP, 2006: 154):

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas 4 STANDAR

5.1mengurutkan bilangan bulat 5.2menjumlahkan bilangan bulat 5.3mengurangkan bilangan bulat 5.4melakukan operasi hitung campuran 6. Menggunakan pecahan

dalam pemecahan masalah

6.1menjelaskan arti pecahan dan urutannya

6.2menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

6.3menjumlahkan pecahan 6.4mengurangkan pecahan

6.5menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

7. Menggunakan lambang bilangan romawi

7.1mengenal lambang bilangan Romawi 7.2Menyatakan bilangan cacah sebagai

(32)

15

Geometri dan

Pengukuran

8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar

8.1menentukan sifat–sifat bangun ruang sederhana

8.2menentukan jarring-jaring balok dan kubus

8.3mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris

8.4menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar

Kompetensi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi sifat bangun datar dan bangun ruang khususnya bangun ruang kubus dan balok.

d. Materi sifat-sifat bangun ruang dan bangun datar

Salah satu ruang lingkup dalam mata pelajaran matematika di sekolah dasar ialah geometri (bangun datar dan ruang).

1) Bangun Datar

Sri Subarinah (2006:127) mengemukakan bahwa bangun datar adalah bangun geometri berdimensi dua dengan permukaan datar/rata.

a) Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang memiliki tiga sisi dan tiga titik sudut.

b) Persegi panjang

(33)

16 c) Persegi

Persegi adalah bangun datar yang keempat sisinya sama dan keempat sudutnya siku-siku.

d) Trapesium

Trapesium adalah bangun datar segiempat dengan dua buah sisinya yang berhadapan sejajar dan tidaksama panjang.

e) Jajar genjang

Jajar genjang adalah bangun datar segiempat dengan sisi-sisinya yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

f) Lingkaran

Lingkaran adalah bangun datar dengan semua titik pada lingkaran dengan titik pusat (P) sama panjang.

g) Belah ketupat

Belah Ketupat adalah bangun datar segiempat yang keempat sisinya sama serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Belah ketupat juga disebut juga jajar genjang yang semua sisinya sama panjang.

h) Layang-layang

(34)

17 2) Bangun Ruang

Bangun ruang merupakan bangun geometri tiga dimensi dengan batas-batas berbentuk bidang datar atau bidang lengkung (Sri Subarinah, 2006:136). Adapun yang termasuk dalam bangun ruang antara lain:

a) Kubus

Heruman (2008: 110) mengatakan bahwa kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus mempunyai ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama. Soenarjo (2008: 233) menyatakan bahwa kubus adalah prisma siku-siku khusus. Semua sisinya berupa persegi atau bujursangkar yang sama. Sifat-sifat kubus menurut Soenarjo (2008: 234) sebagai berikut:

(1) Memiliki 6 buah sisi (2) Memiliki 12 rusuk (3) Memiliki 8 titik sudut

(4) Setiap sisi pada kubus berbentuk persegi

Selain pendapat dari Soenarjo (2008: 234) mengenai sifat-sifat kubus, ada sifat yang dapat ditemukan oleh siswa berdasarkan pengamatan yaitu:

(5) Keenam sisi pada kubus berukuran sama (sama luasnya)

(35)

18 b) Balok

Soenarjo (2008: 234) menyatakan bahwa balok merupakan prisma tegak segi empat. Diah Rahmatia (2007: 2) mengatakan bahwa balok adalah suatu bangun ruang yang disebut juga prisma siku-siku.

Sifat-sifat balok menurut Soenarjo (2008: 234) sebagai berikut: (1) Mempunyai 6 buah sisi

(2) Mempunyai 12 rusuk (3) Mempunyai 8 titik sudut

(4) Setiap sisi pada balok berbentuk persegi panjang

Selain pendapat dari Soenarjo (2008: 234) mengenai sifat-sifat balok, ada sifat yang dapat ditemukan oleh siswa berdasarkan pengamatan yaitu:

(5) Sisi yang saling berhadapan adalah berukuran sama (sama luasnya) Dalam hal ini, hasil pengamatan dari siswa dapat ditambahkan sebagai salah satu hal penting dalam menemukan sifat-sifat balok.

c) Prisma

(36)

19

bidang tegak, sedangkan jarak antara kedua bidang (bidang alas dan bidang atas prisma tersebut) disebut tinggi prisma.

Sifat-sifat prisma menurut Sumanto dkk. (2008: 149) sebagai berikut: (1) Prisma terdiri atas sisi alas dan sisi atas yang bentuk dan ukurannya

sama.

(2) Mempunyai sisi alas dan sisi atas yang sejajar.

(3) Mempunyai sisi-sisi tegak yang berbentuk persegi panjang. (4) Jarak antara sisi alas dan sisi atas disebut tinggi prisma. d) Limas

Limas merupakan bangun ruang yang memiliki sisi tegak berbentuk segi tiga dan sisi alas berbentuk segi banyak. Heruman (2008: 120) menyatakan penamaan limas bergantung dari bentuk alasnya. Karena sisi tegaknya berbentuk segitiga, maka limas tidak mempunyai sisi atas,

tapi memiliki titik puncak. Cholis Sa’ dijah (1998: 114) mengatakan

bahwa limas merupakan polihedron yang dibentuk dari poligon sebagai alas dan titik yang tidak terletak pada sisi alas, yang disebut titik puncak, antara setiap titik sudut pada alas dan titik puncak dihubungkan oleh segmen garis.

Sifat-sifat tabung menurut Sumanto (2008: 155) sebagai berikut: (1) Mempunyai sisi tegak berbentuk segi tiga

(2) Sisi alasnya berbentuk segi banyak. (3) Mempunyai satu titik puncak.

(37)

20 e) Kerucut

Sumanto dkk. (2008: 152) menyatakan bahwa kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah sisi alas yang berbentuk lingkaran dan sebuah sisi lengkung (selimut yang mengerucut ke atas, semakin ke atas semakin kecil atau lancip).

Sifat-sifat kerucut menurut Sumanto dkk (2008: 153) sebagai berikut: (1) Alasnya berbentuk lingkaran.

(2) Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut kerucut.

(3) Sisi kerucut ada 2, yaitu lingkaran (bawah), dan bidang melengkung yang disebut selimut kerucut.

(4) Memiliki 1 rusuk lengkung. (5) Memiliki sebuah titik puncak.

(6) Jarak titik puncak ke alas disebut tinggi kerucut.

f) Tabung

(38)

21

tabung merupakan prisma yang alas dan tutupnya berbentuk lingkaran. Sifat-sifat tabung menurut Sumanto dkk. (2008: 146) sebagai berikut:

(1) Tabung mempunyai sisi sebanyak 3 buah, yaitu sisi atas, sisi alas, dan selimut tabung.

(2) Tidak mempunyai titik sudut.

(3) Bidang atas dan bidang alas berbentuk lingkaran dengan ukuran sama.

(4) Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut tabung. (5) Jarak bidang atas dan bidang alas disebut tinggi tabung. (6) Memiliki 2 rusuk lengkung.

g) Bola

Bola adalah bangun ruang yang sisinya berupa permukaan yang melengkung.

B. Metode Pemberian Tugas

1. Pengertian Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok (Mulyani, 1999: 151)

(39)

22

membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam menyampaikan sesuatu sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Berdasarkan uraian definisi tentang metode pemberian tugas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah cara yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa dengan memberikan satu atau lebih tugas yang harus diselesaikan baik secara kelompok maupun secara individu.

Suatu metode mengajar dengan pemberian tugas, menurut Moh. Amien (2009: 99) khususnya matematika harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Dapat mengarahkan perhatian siswa terhadap hakikat belajar matematika yang spesifik sehingga siswa akan mengetahui dengan pasti tentang apa yang diharapkan

b. Dapat memberikan atau motivasi belajar matematika c. Dapat meningkatkan interest terhadap matematika d. Dapat memberikan umpan balik dengan segera

e. Dapat memberikan kesempatan untuk menguasai dengan kecepatan atau kemampuan sendiri

f. Dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran dan proses pendidikan pada umumnya.

Davies (Moedjiono dan Dimyati, 1993: 64) mengemukakan bahwa beberapa tugas merupakan kegiatan akademis atau intelektual, sedangkan lainnya terutama berhubungan dengan keterampilan fisik. Selain itu, tugas seringkali merupakan kegiatan akademis atau intelektual dan keterampilan fisik sekaligus. Davies lebih lanjut mengutarakan bahwa untuk dapat mengemukakan tentang apa yang sebenarnya akan diajarkan (melalui sejumlah tugas), maka seorang guru memerlukan analisis tugas yang benar. Analisis tugas dilakukan dengan tujuan: a. Menerangkan tugas yang harus dipelajari

(40)

23

c. Mengidentifikasi kondisi dimana tingkah laku terjadi

d. Menetapkan suatu kriteria untuk tingkah laku atau penampilan yang dapat diterima

Berdasarkan pendapat Davies dan Gage & Berliner, jenis-jenis tugas dapat dibagi menjadi beberapa tugas antara lain: (a) tugas latihan, (b) tugas membaca/mempelajari buku tertentu, (c) tugas unit/proyek, (d) studi eksperimen, (e) tugas praktis.

Sedangkan Rusyan dan A. Tabrani (1996: 14) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan cara: (a) membuat rangkuman, (b) membuat makalah/paper, (c) menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu, (d) mengadakan observasi atau wawancara, (e) mengadakan latihan, (f) mendemonstrasikan sesuatu, (g) menyelesaikan pekerjaan tertentu.

2. Langkah-langkah Metode Pemberian Tugas

Langkah-langkah metode pemberian tugas dapat dibagi menjadi tiga fase menurut Abdul Majid (2014: 209), yaitu:

a. Fase Pemberian Tugas

Langkah-langkah pada fase ini terdiri dari: 1) membuat rancangan pemberian tugas 2) mendiskusikan tugas

3) membuat lembar kerja 4) menyediakan sumber belajar b. Fase Pelaksanaan Tugas

(41)

24

3) membantu pembentukan kelompok (jika perlu) 4) mengamati pelaksanaan dan penyelesaian tugas c. Fase Pertanggungjawaban Tugas

Langkah-langkah pada fase ini terdiri dari: 1) laporan siswa baik lisan maupun tulisan 2) ada tanya jawab atau diskusi kelas 3) penilaian hasil pekerjaan siswa

Rosenshine (Supriatna, Nana 2007:201)mengungkapkan bahwa hal-hal yang hendak diketahui oleh guru dalam menggunakan metode pemberian tugas adalah antara lain:

a. Tugas dapat ditujukan kepada siswa secara perseorangan, kelompok, atau kelas

b. Tugas dapat diselesaikan atau dilaksanakan di lingkungan sekolah (dalam kelas atau luar kelas) dan di luar kelas

c. Tugas dapat berorientasi pada satu bidang studi ataupun berupa integrasi beberapa bidang studi

d. Tugas dapat ditujukan untuk meninjau kembali pelajaran yang baru, mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyelesaikan latihan-latihan pelajaran, mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan masalah serta tujuan lain

e. Metode pemberian tugas adalah sebagai komponan pengajaran di kelas jenjang dasar (elementary) atau sekolah dasar

(42)

25

guru hendaknya mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa, dan jenis-jenis tugas yang diberikan.

3. Metode Pemberian Tugas Kelompok

a. Pengertian metode pemberian tugas kelompok

Moedjiono (1999: 61) mengemukakan metode pemberian tugas kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatkan pada interaksi siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.

Robert L. Cilstrap (Roestiyah, 1998: 15) menyatakan bahwa metode pemberian tugas kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok siswa yang baiasanya berjumlah kecil untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas.

Sedangkan Ulih Bukit (1991: 57) mengatakan bahwa metode pemberian tugas kelompokadalah suatu kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu guru memberikan tugas kepada siswa secara kelompok. Jadi siswa disusun secara berkelompok dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan kegiatan belajar secara berkelompok dan mengerjakan tugas yang diberikan secara berkelompok.

(43)

26

Dalam menerapkan metode pemberian tugas kelompok guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengelompokkan tugas-tugas yang hendak diselesaikan oleh siswa. Nana Sudjana (2002: 82) mengemukakan bahwa kelompok dibuat berdasarkan a) perbedaan individual dalam kemampuan belajar, b) perbedaan minat belajar, c) pengelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan diberikan, d) pengelompokkan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa, e) pengelompokkan secara random atau dilotre, f) pengelompokkan atas dasar jenis kelamin.Adapun pengelompokkan itu didasarkan pada hal-hal di bawah ini:

1) Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya

Agar penggunaan alat peraga dapat dimanfaatkan adan dipergunakan dengan sebaik-baiknya maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil itu dibagi berdasarkan jumah fasilitas yang tersedia

2) Pengelompokan berdasarkan kemampuan belajar

Pengelompokkan ini juga diperlukan terutama pada waktu guru menghadapi komposisi keanggotaan kelompok yang sangat heterogen kecakapannya. Cara pengelompokkan ini akan menghasilkan kelompok yang homogen kecakapannya atau kelompok yang heterogen kecakapannya.

3) Pengelompokkan berdasarkan minat individu

(44)

27 4) Memperbesar partisipasi siswa

Dalam hal ini partisipasi siswa dalam memecahkan masalah kelompok sangat dibutuhkan sekali, maka dari itu setiap kelompok diberi tugas yang sama sehingga dimungkinkan dengan pembagian tugas ini akan memperbesar partispasi siswa untuk melaksanakan dan memecahkannya secara bersama-sama.Selain pemberian tugas yang sama pada setiap kelompok kecil (3-4 orang) sehingga dapat dipastikan siswa akan terlibat dalam melaksanakan tugas kelompok

5) Pemberian tugas atau pekerjaan

Pengelompokkan dilaksanakan karena adanya tugas atau pekerjaan yang akan diselesaikan oleh siswa. Setiap kelompok harus bertangguang jawab terhadap tugasnya masing-masing. Namun demikian guru harus dapat memilih tugas yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa

6) Kerja efektif

Kerja merupakan hal yang utama dalam menjawab tugas-tugas yang hendak diselesaikan. Setiap siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan kelompoknya, ia harus dapat menyeimbangkan pikiran atau pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama dapat dicapai tujuan yang sama pula.

(45)

28

Menurut Salahudin, (1999: 56) tugas kelompok dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1) Tugas kelompok berjangka pendek

Tugas kelompok berjangka pendek bisanya disebut dengan rapat kilat karena hanya mengambil waktu + 15 menit, dengan bertujuan untuk memecahkan persoalan yang sifatnya khusus yang terdapat pada suatu masalah.

2) Tugas kelompok berjangka panjang

Tugas kelompok jangka panjang adalah pekerjaan yang memakan waktu yang cukup panjang danlama misalnya 2 hari, satu minggu, satu bulan atau bahkan lebih tergantung pada luas dan banyakanya pekerjaan yang harus diselesaikan siswa. Apabila kelompok siswa yang satu sudah menyelesaikan tugasnya, maka kelompok siswa itu dapat membantu kelompok yang lain berdasarkan dengan minat siswa tersebut.

3) Tugas kelompok campuran

(46)

29

kemudian setiap tugas disusun sehingga setiap kelompok dapat megerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru.

Bentuk tugas kelompok yang diambil oleh peneliti adalah tugas kelompok berjangka pendek karena waktu yang diambil untuk melakukan tugas kelompok itu hanya 90 menit dan persoalan yang hendak dipecahkan hanya bersifat khusus mengenai pokok bahasan tertentu.

b. Langkah-langkah metode pemberian tugas kelompok

Menurut Roestiyah, (1998: 19) menyebutkan bahwa ada 6 langkah agar kerja kelompok dapat berhasil yaitu:

1) Menjelaskan tugas kepada siswa

2) Menjelaskan apa tujuan tugas kelompok 3) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok

4) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang hasil tugas kelompok

5) Guru berkeliling selama penyelesaian tugas kelompok berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan

6) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.

Keenam langkah di atas pelu diterapkan oleh peneliti agar siswa dalam melakukan penyelesaian tugas kelompok yang dilakukan pada saat penelitian dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan yaitu siswa dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Selanjutnya Nana Sudjana (2002: 83) mengemukakan tentang petunjuk pelakanaan bekerja dalam kelompok untuk mencapai hasil yang baik yaitu :

1) perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota

(47)

masing-30

masing secara individual, hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan.

3) persaingan yang sehat antar kelompok bisanya mendorong anak untuk belajar

4) situasi yang menyenangkan antara anggota banyak menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok.

c. Kelebihan metode pemberian tugas kelompok

Masnur dan Nur Hasanah (1992:88) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang merupakan kelebihan dari metode pemberian tugas kelompok ini, antara lain:

1) Guru bebas melaksanakan dan memberikan bantuan kepada siswa. 2) Melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar.

3) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi.

4) Siswa yang berperan serta dalam suatu tugas dapat mengembangkan rasa percaya diri (self confidence).

5) Membantu siswa menyadari bahwa pemecahan suatu masalah adalah berkat sumbangan orang lain.

6) Pengumpulan dan pemusatan informasi bersumber dari para anggota kelompok yang berbeda-beda latar belakang dan pengalamannya. 7) Tugas ini memberikan kemudahan untuk mencapai tujuan-tujuan

sosial di sekolah.

8) Mendorong siswa mempraktekkan proses-proses intelektual. 9) Tugas ini dapat digunakan secara bervariasi.

10) Tugas ini menuntut sikap saling memberi dan menerima untuk membantu siswa untuk memahami dan mempersiapkan diri untuk berperan dalam masyarakat.

11) Menyediakan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mengembangkan hubungan antar insani yang efektif.

12) Memperluas kemandirian intelektual siswa dan tidak bergantung pada pendapat guru saja.

d. Kekurangan metode pemberian tugas kelompok

(48)

31

1) Pemberian tugas kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.

2) Metode ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula.

3) Keberhasilan metode pemberian tugas kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

4. Metode Pemberian Tugas Individu

a. Pengertian metode pemberian tugas individu

Tugas individu harus dikerjakan sendiri sendiri oleh siswa. Belajar individual menurut Sudjarwo (1998: 147) adalah belajar yang berpusat pada siswa (student-centered approach) sehingga dituntut peran siswa secara utuh mandiri agar hasil belajarnya tinggi.

Tugas secara individu adalah tugas mandiri tanpa interaksi atau kerja sama dan tidak melakukan interaksi dengan orang lain. Menurut Sudirman (2010: 21) mengatakan bahwa tugas individu adalah sesuatu yang wajib dikerjakan oleh siswa tidak tergantung pada orang lain.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2009: 116) metode pemberian tugas individu merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.

(49)

32

b. Langkah-langkah metode pemberian tugas individu

Langkah langkah yang harus di tempuh oleh guru dalam pemberian tugas individu ini menurut Nana Sudjana (2009: 122) antara lain:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dan cara siswa belajar dengan metode pemberian tugas individu

2) Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa. Beri kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum dipahami

3) Bagikan lembar kerja untuk setiap siswa. Lembar kerja berisi tugas-tugas ataupun soal-soal yang bersumber dari materi pembelajaran yang telah dijelaskan oleh guru atau dipelajari siswa. Lembaran kerja dikerjakan oleh setiap siswa secara individu

4) Guru memantau dan memeriksa kegiatan belajar siswa dalam mengerjakan lembaran kerja, sekaligus memberi bantuan, arahan bagi siswa yang memerlukannya.

5) Setelah selesai, diperiksa bersama-sama dengan cara menukar lembar kerja dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap jawabannya

(50)

33

7) Akhiri pelajaran dengan memberikan tugas-tugas pekerjaan rumah, baik yang berkenaan dengan materi yang telah dipelajari atau dengan materi yang akan dipelajari berikutnya.

c. Kelebihan metode pemberian tugas individu

Mulyani (1999: 152) mengatakan bahwa metode pemberian tugas individu memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) membuat siswa aktif,

2) merangsang siswa belajar lebih banyak, 3) mengembangkan kemandirian siswa, 4) membuat siswa lebih tertarik untuk belajar, 5) membina tanggung jawab dan disiplin siswa, dan 6) mengembangkan kreativitas siswa.

d. Kekurangan metode pemberian tugas individu

Selain memiliki kelebihan, metode pemberian tugas individu juga memiliki kekurangan sesuai dengan pendapat Mulyani (1999: 153) mengatakan bahwa metode pemberian tugas individu memiliki kekurangan antara lain:

1) sulit mengontrol siswa,

2) sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa, 3) tugas yang monoton dapat membosankan siswa,

4) tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan pada siswa.

C. Penelitian yang Relevan

(51)

34

Kelompok Pada Pelajaran Fisika Dikelas VII MTSN Rukoh Banda Aceh” menyimpulkan bahwa hasil belajar Fisika yang diperoleh siswa yang diberi tugas kelompok lebih tinggi daripada hasil belajar Fisika siswa yang diberi tugas individu. Siswa yang diberi tugas kelompok memperoleh mean hasil belajar sebesar 64,62 sedangkan siswa yang diberi tugas individu memperoleh mean hasil belajar sebesar 56,27.

2. Penelitian yang dilakukan Nugraheni (2013) yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diberi Tugas Secara Kelompok Dengan Tugas Secara Individu Pada Materi Hubungan Antar Sudut Kelas VII

SMP Negeri 2 Pabelan Tahun Ajaran 2012/2013” menyimpulkan bahwa hasil

belajar Matematika yang diperoleh siswa yang diberi tugas kelompok lebih tinggi daripada hasil belajar Matematika siswa yang diberi tugas individu. Siswa yang diberi tugas kelompok memperoleh mean hasil belajar sebesar 73,16 sedangkan siswa yang diberi tugas individu memperoleh mean hasil belajar sebesar 65,19.

3. Penelitian yang dilakukan Tri Kunanik (2012) yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diberi Tugas Kelompok Dengan Siswa Yang Diberi Tugas Individu Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas V SDN

3 Juwiran Klaten” menyimpulkan bahwa hasil belajar Matematika yang

(52)

35 D. Kerangka Pikir

Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta untuk memajukan daya pikir manusia. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini sebagai dasar serta pengembangan kemampuan berpikir sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif serta menumbuhkan kemampuan bekerja sama. Hal itu berdasarkan pendapat Hamzah B. Uno (2008:129) yang menyatakan bahwa matematika merupakan suatu bidang studi yang berfungsi sebagai alat pikir untuk memecahkan berbagai permasalahan praktis dan juga sebagai alat untuk berkomunikasi yang di dalamnya memuat unsur-unsur logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas. Berdasarkan hal tersebut, agar materi matematika dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa, maka diperlukan adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik matematika itu sendiri.

(53)

36

sejalan dengan pendapat John A. Van De Walle (2001: 13-14) yang menyatakan bahwa pembelajaran konvensional pada matematika merupakan penyimpangan yang jauh tentang pembelajaran matematika. Hal itu dikarenakan pada pembelajaran konvensional peran guru masih sangat dominan yang mengakibatkan siswa menjadi pasif.

(54)

37

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain.

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada penerapan metode pemberian tugas kelompok dan tugas individu.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara kelas yang diberi tugas kelompok dengan kelas yang diberi tugas individu.

3. Hasil belajar tugas kelompok lebih tinggi daripada hasil belajar tugas

Hasil belajar matematika Hasil belajar matematika

Hasil belajar matematika dengan metode pemberian Tugas

(55)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Deni Darmawan, 2014: 37). Margono dalam Deni Darmawan (2014:37) menyebutkan penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan dengan penelitian deskriptif (Descriptive Reasearch), penelitian hubungan/korelasi (Correlation Research), penelitian eksperimen (Experimental Research), dan penelitian ekperimen semu (Quasi Eksperimental Research). Adapun penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research). Disebut eksperimen semu (Quasi Eksperimental Research) karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006: 84). Bentuk penelitian eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012: 114).

(56)

39

mengetahuihasil belajar matematika manakah yang lebih tinggi antara kelas yang diberi tugas dengan metode pemberian tugas kelompok dan kelas yang diberi tugas dengan metode pemberian tugas individu pada siswa kelas IV SD Negeri Prambanan Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, subjek penelitian ini akan dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 di SD Negeri Prambanan Kabupaten Sleman, khususnya di kelas IVA dan IVB. Sekolah tersebut beralamatkan di Klurak Baru, Bokoharjo, Prambanan, Sleman.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi

(57)

40

2016/2017 yang berjumlah 52 orang, yang terdiri dari 25 siswa kelas IVA dan 27 siswa kelas IVB.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002: 109). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiyono, 2012: 96). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh anggota populasi yang berjumlah 52 siswa.

D. Definisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan penafsiran terhadap variabel yang akan dipecahkan, maka penjelasan mengenai variabel yang digunakan sesuai dengan judul penelitian sebagai berikut:

1. Hasil Belajar Matematika

(58)

41 2. Metode Pemberian Tugas Kelompok

Metode pemberian tugas kelompok dapat diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk diselesaikan secara diskusi atau berkelompok.

3. Metode Pemberian Tugas Individu

Metode pemberian tugas individu dapat diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk diselesaikan secara perorangan atau individu.

E. Desain Penelitian

Bentuk rancangan/desain quasi experiment yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama dengan pre-test post-test control group design tetapi pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Rancangan desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2. Rancangan/desain penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

E O1 X1 O3

K O2 X2 O4

(Sumber: Sugiyono, 2012: 116)

Keterangan :

(59)

42

O2 : pre-test pada kelas kontrol sebelum diberi perlakuan metode pemberian tugas individu

O3 : post-test pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan metode pemberian tugas kelompok

O4 : post-test pada kelas kontrol yang diberi perlakuan metode pemberian tugas individu

Dalam penelitian ini, kelas eksperimen diberi perlakuan dengan metode pemberian tugas kelompok dengan materi pokok bangun ruang, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan metode pemberian tugas individu dengan materi pokok bangun ruang.

Selanjutnya penentuan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan oleh peneliti, karena pada penelitian ini sampel tidak dipilih secara random. Peneliti menentukannya berdasarkan hasil undian, diperoleh kelas IVA sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 25 siswa dan IVB sebagai kelas kontrol dengan jumlah 27 siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

(60)

43

belajar (achievement test) yang diberikan setelah seluruh proses pembelajaran berlangsung. Teknik observasi dilakukan dengan instrumen berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan dalam menunjang pengumpulan data. Dalam teknik pengumpulan data, diperlukan instrumen yang tepat agar data yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian dapat dikumpulkan secara lengkap. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

1. Tes Hasil Belajar

(61)

44

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen pre-testdan post-test Kompetensi Dasar Indikator Jenis

Tes

(Sumber: Diolah dari Silabus Kelas IV SD Negeri Prambanan)

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

(62)

45

tersebut dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

Lembar observasi digunakan sebagai instrumen untuk mengamati suatu kegiatan secara langsung. Dalam kegiatan observasi pengamat hanya tinggal memberikan penilaian terhadap kualitas dari indikator yang muncul dengan memberikan penilaian terhadap indikator yang muncul.

Tabel 4. Kisi-kisi lembar observasi pelaksanaanpembelajaran untuk siswa dengan metode pemberian tugas

Indikator Pernyataan Jumlah

Butir Soal Perhatian terhadap tugas

yang diberikan

Memahami tugas yang diberikan 5 Mengikuti petunjuk tugas yang diberikan guru

Bersemangat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

Senang dalam menyelesaikan tugas Puas dengan tugas yang telah diselesaikan

Interest (tertarik) dalam mengerjakan tugas

Ikut serta melakukan kegiatan penyelesaian tugas

3 Aktif dalam mengerjakan tugas

Menuangkan ide saat penyelesaian tugas

Termotivasi bertanya saat pembelajaran

Bertanya untuk menanyakan contoh-contoh benda sekitar

2 Menanyakan materi yang belum dipahami

Bersikap positif saat penyelesaian tugas

Menyelesaikan tugas sesuai dengan perintah

2 Bertanggung jawab dalam

menyelesaikan tugas Mengembangkan

kemampuan diri dalam penyelesaian tugas

Memanfaatkan berbagai sumber belajar 3 Memperhatikan media gambar atau alat

peraga yang digunakan dalam pembelajaran

(63)

46

Tabel 5. Kisi-kisi lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru dengan metode pemberian tugas

Indikator Pernyataan Jumlah

Butir Soal Merencanakan tugas

dengan matang

Membuat rancangan pemberian tugas 4 Mendiskusikan bersama guru mapel

tugas yang akan diberikan Membuat lembar soal penugasn Menyediakan sumber belajar Memberi pengarahan

terhadap tugas yang diberikan

Menjelaskan tujuan diberikan tugas 4 Menjelaskan manfaat diberikan tugas

Membantu pembentukan kelompok jika diperlukan

Mengamati penyelesaian tugas Bertanggungjawab

terhadap tugas siswa

Memperhatikan laporan siswa baik lisan maupun tulisan

3 Memberikan umpan balik berupa tanya

jawab

Menilai hasil penyelesaian tugas siswa

H. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2007: 207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data menggunakan statistik. Lebih lanjut Sugiyono, menjelaskan terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Penelitian ini dilakukan pada populasi (tanpa pengambilan sampel) sehingga analisis datanya menggunakan statistik deskriptif.

(64)

47

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Statistik deskriptif dilakukan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Dalam analisis korelasi atau membandingkan dua rata-rata atau lebih tidak perlu diuji signifikansinya. Hal ini dikarenakan peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada kesalahan generalisasi.

Riduwan (2006: 102) mengemukakan bahwa rumus statistik yang digunakan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi adalah mean/rata-rata (M).

Rumus mean(Anas Sudijono, 2006: 81) Keterangan

: Mean yang dicari

X : jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada

N : Number of Class (banyaknya skor-skor itu sendiri)

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(65)

48

mengukur apa yang diinginkan oleh peneliti dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Trianto, 2011: 269).

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas yang pertama yaitu uji validitas untuk lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Uji validitas yang digunakan untuk lembar observasi adalah uji validitas konstruk. Uji validitas konstruk dilakukan untuk menguji apakah pernyataan pada lembar observasi sesuai dengan teori yang relevan. Sugiyono (2007: 177) mengungkapkan bahwa untuk menguji validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement expert). Pendapat ahli (judgement expert)yang digunakan untuk uji validitas instrumen ini adalah T. Wakiman, M.Pd.

(66)

49

digunakan rumus koefisien korelasi product moment dengan rumus berikut ini:

Rumus korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2005: 171)

Keterangan: r

xy = koefisisen korelasi antara X dan Y

X = skor yang diperoleh subjek dari seluruh item Y = Skor total

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y N = Banyaknya subjek

(Suharsimi Arikunto,2005: 171)

Dalam penelitian ini, untuk uji validitas menggunakan korelasi product moment karena melihat korelasi skor item butir dalam instrumen tes dengan skor total dari butir instrumen tes. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Apabila telah diperoleh harga rxy, selanjutnya hasil dari korelasi rxy tersebut dibandingkan dengan harga r tabel berdasarkan taraf signifikansi 5 %. Jika rxy hitung lebih besar dari r tabel berarti instrumen itu valid. Sebaliknya, jika rxy hitung lebih kecil dari r tabel berarti instrumen itu tidak valid.

(67)

50 2. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya. Instrumen yang reliabel tidak bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Trianto, 2011: 271). Untuk menguji reliabilitas instrumen pada penelitian ini digunakan rumus Alfa Cronbach karena instrumen pada penelitian ini berupa tes untuk mengukur hasil belajar. Berikut rumus koefisisen Alfa Cronbach:

Rumus koefisien Alfa Cronbach(Sugiyono, 2011:186)

Keterangan :

r11 :koefisien reliabilitas alpha k :banyaknya butir soal

: standar deviasi t2 : jumlah deviasi butir

Kriteria besarnya koefisien reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2005:276), adalah:

0,80 < r11≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 reliabilitascukup 0,20 < r11≤ 0,40 reliabilitas rendah

0,00 < r11≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah

(68)

51 J. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, yakni untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diberi tugas kelompok dengan siswa yang diberi tugas individu. Pengujian hipotesis menggunakan uji t (t-test) untuk membandingkan rata-rata (mean) hasil pre-test danpost-test kelas eksperimen serta membandingkan hasil pre-test danpost-test kelas kontrol. Di bawah ini rumus uji t:

(Sugiyono, 2007: 138)

Keterangan:

= rata-rata kelompok eksperimen = rata-rata kelompok kontrol

= jumlah subjek kelompok eksperimen = jumlah subjek kelompok kontrol = deviasi setiap nilai dari

= deviasi setiap nilai dari

Namun, sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji prasyarat. Pengujian data hasil pengukuran yang berhubungan dengan hasil penelitian bertujuan untuk membantu analisis agar menjadi lebih baik. Untuk itu dalam penelitian ini akan diuji normalitas dan uji homogenitas data.

(69)

52 1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas tidak lain sebenarnya adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Pengujian dilakukan tergantung variabel yang akan diolah. Pengujian normalitas sebaran data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan SPSS 16.

Menurut metode Kolmogorov Smirnov, kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1) Jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.

2) Jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, berarti data tersebut normal (Gempur Safar, 2010:http://exponensial.wordpress.com/2010/04/21/metode

kolmogorovsmirnovuntukuji-normalitas/). b. Uji Homogenitas

(70)

53 K. Kriteria Penilaian

Data hasil observasi, setiap jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban

“tidak” diberi skor 0. Skor kemudian dijumlahkan dan dipersentasekan dengan cara membagi jumlah skor yang diperoleh dengan skor ideal kemudian dikalikan 100 persen (Nana Sudjana, 2005:133). Jika ditampilkan menjadi rumus maka rumusnya adalah sebagai berikut :

Rumus penskoran (Nana Sudjana, 2005:133)

Persentase kemudian dikategorikan berdasarkan penghitungan rumus interval kelas dalam Riduwan dan Akdon (2006: 36) sebagai berikut :

Persentase skor yang diperoleh Kategori

80%-100% Sangat baik

60%-79% Baik

40%-59% Sedang

20%-39% Cukup

0%-19% Kurang

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas 4  STANDAR KOMPETENSI DASAR
Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir
gambar bangun ruang kubus
Tabel 4. Kisi-kisi lembar observasi pelaksanaanpembelajaran untuk siswa dengan metode pemberian tugas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi- experiment (eksperimen semu). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bukateja

Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, dapat disimpulkan bahwa kedua sampel yaitu kelas IVB sebagai eksperimen I dan kelas IVA sebagai eksperimen II

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitiannya adalah penelitian eksperimen semu ( Quasi Experimental Design). Populasi dalam penelitian ini adalah

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan desain eksperimen semu ( Quasi Eksperimental Design), dengan

Penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu penelitian yang membandingkan kelas perlakuan (eksperimen) dengan kelas yang tidak diberikan perlakuan (kontrol).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 36 Pontianak Selatan yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IVA yang berjumlah 32 orang dan kelas IVB

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (quasi eksperimental). Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA1 dan siswa kelas XI IPA2 SMA PGRI

Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimen Semu Quasi Eksperimen yang bertujuan: 1 untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa denga menggunakan model kooperatif tipe Teams