PT.BERKAH DELTA BAHAGIA DI SURABAYA
SKRIPSI
Disusun oleh : Lobo Ganistyar C. 0713010195/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
PADA PT.BERKAH DELTA BAHAGIA DI SURABAYA
Disusun oleh :Lobo Ganistyar C. 0113010195/FE/EA
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 29 Juli 20011
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec.Rr.Dyah Ratnawati,MM Dr. Sri Trisnaningsih.SE, MSi
Sekretaris
Dr. Indrawati Y. Ak. MM Anggota
Rina Mustika,SE,MM Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
PENGARUH PENGENDALIAN AKUNTANSI,
PENGENDALIAN PERILAKU DAN PENGENDALIAN PERSONAL
TERHADAP KINERJA MANAGERIAL PADA PT.BERKAH DELTA
BAHAGIA DI SURABAYA
Yang diajukan
Lobo Ganistyar C. 0713010195/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra.Ec Rr Dyah Ratnawati,MM Tanggal : …….…….………2011
NIP. 030.212.028
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi yang
berjudul “ Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku dan
Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Berkah Delta Bahagia di Surabaya” dapat terselesaikan dengan lancar.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
mahasiswa jenjang pendidikan Starata-1 (Sarjana) Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur guna
memperoleh gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa
adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari berbagai pihak, oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, Mp., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs.Ec. H. R.A. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
5. Dra.Ec Rr Dyah Ratnawati,MM, selaku Dosen Pembimbing yang dengan
kesabaran, ketelatenan dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk
sampai terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran” Jawa Timur, khususnya program studi Akuntansi yang
telah membekali kami dengan pengetahuan-pengetahuan yang sangat berguna
dan berharga.
7. Pimpinan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
8. Kedua Orang Tua Papa dan Mama (Alm) serta kakak saya (Mbenca) tercinta
yang telah memberikan dukungan moral maupun materiil serta doa hingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Yangtie dan Yangkong tercinta serta seluruh keluarga besar yang telah
memberikan doa dan dukungan baik secara maril maupun materiil selama ini.
10.Evan Ardis Saputra (el) tersayang yang selama ini telah memberikan
dukungan, menemani dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.
11.Teman – teman Jurusan Akuntansi angkatan 2007, khususnya kepada Pipit,
Deasty, Peppy, Moe, Hesti, Atta serta teman – teman kos Genk weslep (Ria,
Steph, Ike, Putri), Prim, Dina terimakasih atas dukungan dan doanya.
12.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, maka kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Juli 2011
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
ABSTRAKSI... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Kinerja Manajerial ... 12
2.2.1.1.Tugas Manajer ... 13
2.2.1.2.Penilaian Kinerja Manajerial ... 15
2.2.1.3.Manfaat Penilaian Kinerja Manajerial ... 16
Pengendalian ... 20
2.2.2.2.Manfaat Pengendalian Manajemen ... 20
2.2.2.3.Jenis-Jenis Pengendalian Manajemen ... 21
2.2.2.4.Teori Kemungkinan (Contingency Teory) ... 22
2.2.3. Pengendalian Akuntansi ... 23
2.2.3.1.Pengertian Perencanaan ... 24
2.2.3.2.Pengertian Pelaporan ... 25
2.2.3.3.Pengertian Memonitoring (Pengawasan) ... 26
2.2.3.4.Hubungan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Kinerja Manajerial ... 27
2.2.4. Pengertian Pengendalian Perilaku ... 30
2.2.4.1.Hubungan Sistem Pengendalian Perilaku dan Kinerja Manajerial ... 31
2.2.5. Pengendalian Personal ... 31
2.2.5.1.Hubungan Sitem Pengendalian Personal dan Kinerja Manajerial ... 33
2.3. Kerangka Pikir ... 34
2.4. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
3.2.1. Obyek ... 40
3.2.2. Populasi dan Sampel ... 40
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.3.1. Sumber Data ... 42
3.3.2. Jenis Data ... 42
3.3.3. Pengumpulan Data ... 43
3.4. Uji Kualitas Data ... 43
3.4.1. Uji Validitas ... 43
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 44
3.5. Uji Normalitas ... 45
3.6. Uji Asumsi Klasik ... 45
3.6.1. Autokorelasi ... 45
3.6.2. Multikolinieritas ... 46
3.6.3. Heteroskedastisitas ... 46
3.7. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47
3.7.1. Teknik Analisis ... 47
3.7.2. Uji Hipotesis ... 48
3.7.2.1.Uji Kesesuain Model ... 48
4.1.1. Sejarah singkat perusahaan... 51
4.1.2. Struktur Organisasi dan Job Description... 51
4.1.3. Tujuan Perusahaan ... 53
4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 54
4.2.1...Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) ... 54
4.2.2. Variabel Pengendalian Perilaku (X2) ... 56
4.2.3. Variabel Pengendalian Personal (X3)... 57
4.2.4. Variabel Kinerja Manajerial (Y) ... 59
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62
4.3.1. Hasil Pengujian Validitas... 62
4.3.2. Hasil Pengujian Reabilitas ... 65
4.3.3. Hasil Pengujian Normallitas ... 66
4.3.4. Hasil Pengujian Asumsi Klasik... 67
4.3.4.1. Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 67
4.3.4.2. Hasil Pengujian Heterokedastisitas ... 68
4.3.5. Regresi Linear Berganda... 69
4.3.5.1. Koefisien Determinasi (R2) ... 72
4.3.6. Uji F ... 73
4.3.7. Uji Hipotesis (Uji t)... 74
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
4.5. Keterbatasan Penelitian... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SASARAN
5.1. Kesimpulan ... 80
5.2. Saran ... 80
Tabel 1 Perbandingan antara Target Penjualan
dan Realisasi Penjualan ... 5
Tabel 2 Perbedaan Penelitian Sekarang
dan Penelitian Terdahulu ... 12
Tabel 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden
Variabel Pengendalian Akuntansi (X1)... 55
Tabel 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden
Variabel Pengendalian Perilaku (X2)……….. 56
Tabel 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden
Variabel Pengendalian Personal (X3)………. 58
Tabel 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden
Variabel Kinerja Manajerial (Y)……… 60
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Variabel
Pengendalian Akuntansi (X1)……… 62
Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Variabel
Pengendalian Perilaku (X2)……… 63
Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel
Tabel 4.9. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner……… 66
Tabel 4.10. Hasil Pengujian Normalitas……… 67
Tabel 4.11. Hasil Pengujian Multikolinieritas………...………… 68
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Heterokedastisitas……… 69
Tabel 4.13. Hasil Regresi Linier Berganda……...……… 70
Tabel 4.14. Nilai Koefisien Determinasi (R2)……...……… 72
Tabel 4.15. Nilai Fhitung………..……… 73
Tabel 4.16. Hasil Analisis Uji t……….……… 74
Lampiran 1 Daftar Tabulasi Pengendalian Akuntansi
Lampiran 1 Daftar Tabulasi Pengendalian Perilaku
Lampiran 1 Daftar Tabulasi Pengendalian Personal
Lampiran 2 Daftar Tabulasi Kinerja Manajerial
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengendalian Akuntansi
Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengendalian Perilaku
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengendalian Personal
Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja Manajerial
Lampiran 7 Uji Normalitas dan Uji Multikolinieritas
Lampiran 8 Uji Heterokedastisitas
Lampiran 9 Uji Regresi Linier Berganda
MANAJERIAL PADA PT. BERKAH DELTA BAHAGIA DI SURABAYA
ABTRAK
Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan aspek yang krusial yang menentukan keefektifan suatu organisasi, untuk itu suatu perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen, karena sistem di desain untuk mengatur aktivitas anggota organisasi melalui manajer organisasi agar sesuai dengan tujuan perusahaan dan menjadi tolak ukur dalam tercapainya tujuan organisasi. Adapun bentuk pengendalian dapat berupa, pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal. Penentuan pengendalian yang tepat akan sangat menentukan efektifitas pengendalian bila sebaliknya akan mengakibatkan menurunnya kepuasan kerja yang akhirnya menurunkan komitmen pada perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengendalian akuntansi, pengendalian prilaku, pengendalian personal berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari seluruh manajer pada PT. Berkah Delta Bahagia melalui kuesioner dengan jumlah manajer sebanyak 11 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus , dimana jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasinya. Variabel penelitian yang digunakan pengendalian akuntansi (X1), pengendalian
perilaku (X2), pengendalian personal (X3) dan kinerja manajerial (Y) dan
dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.
Hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa untuk hipotesis Pengendalian Perilaku berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial telah terbukti kebenarannya sedangkan, Pengendalian Akuntansi dan Pengendalian Personal berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial tidak terbukti kebenarannya.
1.1. Latar Belakang
Suatu perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber
daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya untuk
mencapai tujuan. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan
aspek krusial yang menentukan keefektifan suatu organisasi. Implikasinya
organisasi perlu senantiasa melakukan investasi untuk merekrut,
menyeleksi dan mempertahankan sumber daya manusianya.
Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena
sistem tersebut didesain untuk mengatur aktifitas anggota organisasi
melalui para pimpinan (manajer) organisasi agar sesuai dengan tujuan
yang diinginkan perusahaan dan menjadi suatu tolak ukur dalam
pencapaian tujuan organisasi. Adapun bentuk pengendalian dapat berupa :
Pengendalian Perilaku, Personal, dan Sistem Akuntansi. Proses
pengendalian dilakukan melalui para pimpinan (manajer) dengan
penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran, serta analisis
prestasi dan penghargaan. Karena dalam pelaksanaan pembangunan
nasional di era globalisasi, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan
yang sangat penting sebagai pelaku dalam mencapai tujuan pembangunan.
Sejalan dengan itu, maka pembangunan tenaga kerja sebagai
peningkatan kualitas dan kontribusi manusia dalam pembangunan, serta
melindungi hak dan kepentingan sesuai dengan harkat dan martabat
manusia.
Sistem pengendalian ini diperlukan karena perilaku para individu
dan kelompok di dalam organisasi berbeda-beda, yang biasanya
dipengaruhi oleh pekerjaan yang mereka lakukan. Pekerjaan yang
dilakukan orang-orang itu menuntut agar mereka melakukan aktifitas yang
selaras dengan orang-orang lain dalam organisasi tersebut dan ini
memberikan rangsangan kuat terhadap perilaku individu.
Penerapan suatu sistem pengendalian tertentu secara otomatis akan
terbentuk norma-norma, aturan- aturan, dan sistem nilai yang berlaku
dalam organisasi tersebut. Apabila sistem pengendalian itu tidak sesuai
degan lingkungan organisasi, maka penerapan sistem tersebut akan bisa
menimbulkan dysfunctional behavior atau perilaku menyimpang bagi
anggota organisasi.
Pengendalian akuntansi adalah pengendalian yang menggunakan
ukuran – ukuran keuangan yang salah satunya adalah anggaran. Anggaran
digunakan sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja,
dan sebagai alat pengawasan kerja. Dengan demikian anggaran merupakan
alat bagi manajemen untuk membantu dalam menjalankan fungsi –
fungsinya. Dapat disimpulkan bahwa suatu pengendalian akuntansi
merupakan suatu perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur monitor
dalam menggunakan anggarannya akan mempengaruhi kinerja didalam
organisasi itu sendiri. (Muslimin 2007 : 451)
Pengendalian perilaku merupakan salah satu bentuk pengendalian
administratif. Pengendalian administratif meliputi: struktur otoritas,
peraturan - peraturan formal, prosedur standar pengoperasian, standar
untuk mengatur perilaku para manajer dan pekerja, anggaran, reward, dan
sistem insentif (dalam jurnal Faisal dan Kusuma 2002).
Pengendalian perilaku bertujuan untuk menjamin hasil yang ingin
dicapai meliputi aktivitas pengawasan, monitoring, dan aktivitas yang
sedang berjalan. Di mana aktivitas tersebut berperilaku sesuai dengan cara
yang dikehendaki, sehingga dalam suatu organisasi pengendalian perilaku
akan mempengaruhi terhadap kinerja organisasional
Pengendalian personal yang sering disebut pengendalian
professional (clan control) merupakan pengendalian yang didasarkan pada
proses sosial dan self control. Menurut Faisal dan Kusuma (2002),
pengendalian personal merupakan salah satu bentuk pengendalian di
depan. Pengendalian di depan dalam sumber daya manusia dilaksanakan
melalui proses seleksi dan pengaturan staf. Pemilihan dan penempatan
karyawan sesuai dengan persyaratan kerja dan keterampilan berdasarkan
spesifikasi sifat dan tugas yang akan dijalankan. Hal ini penting karena
kecakapan manajerial adalah suatu penentu fundamental dan keberhasilan
organisasi. Jadi pengendalian personal merupakan suatu pengendalian
sumber daya manusia (Merchant, 1998). Kebijakan – kebijakan ini
menyediakan informasi personal untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan manajemen atau organisasi tersebut. Dengan adanya kebijakan
yang baik maka perusahaan dapat menghasilkan kinerja yang diharapkan.
(Muslimin 2007 : 451)
Menurut Faisal dan Kusuma (2002) dari hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pengendalian akuntansi mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja manajerial, sedangkan pengendalian perilaku dan
personal tidak mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Penelitian tersebut dilakukan pada research and development. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian perilaku dan
personal tidak bisa diterapkan pada research and development.
Menurut Muslimin (2007:454) dari hasil penelitiannya menunjukan
bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian
personal secara simultan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan hasil pengujian persamaan regresi penelitian tersebut, dapat
diketahui bahwa semakin tinggi pengendalian akuntansi, pengendalian
perilaku dan pengendalian personal yang diterapkan, maka akan semakin
meningkatkan kinerja manajerial.
PT. Berkah Delta Bahagia adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang garment. Banyaknya perusahaan garment menimbulkan persaingan
antar perusahaan. Oleh karena itu PT. Berkah Delta Bahagia berusaha
meningkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan
Bahagia hanya menerima order. PT. Berkah Delta Bahagia memproduksi
pesanan baik lokal maupun yang datang dari luar negeri.
Berikut informasi mengenai target penjualan dan realisasi
penjualan PT. Berkah Delta Bahagia :
Tabel 1.1 Perbandingan Antara Target Penjualan dan Realisasi Penjualan
PT. BERKAH DELTA BAHAGIA 2009
Bulan Target Laba REALISASI LABA %
Januari Rp. 150.000.000 Rp. 164.011.750 109% Februari Rp. 150.000.000 Rp. 153.457.900 102% Maret Rp. 150.000.000 Rp. 140.085.750 93%
April Rp. 150.000.000 Rp. 123.312.700 82%
Mei Rp. 150.000.000 Rp. 116.222.100 77%
Juni Rp. 150.000.000 Rp. 110.974.500 73% Juli Rp. 150.000.000 Rp. 106.162.000 70% Agustus Rp. 150.000.000 Rp. 97.389.000 64% September Rp. 150.000.000 Rp. 95.425.000 63%
Oktober Rp.150.000.000 Rp. 92.479.300 61%
November Rp.150.000.000 Rp. 81.642.650 54%
Desember Rp.150.000.000 Rp. 77.639.645 51%
Sumber : PT. Berkah Delta Bahagia
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari bulan Januari
sampai Desember tahun 2009 perusahaan mengalami penurunan. Dengan
kemungkinan sistem pengendalian akuntansi, perilaku dan personal belum
diterapkan secara maksimal sehingga mempengaruhi kinerja
manajerialnya dan membuat perusahaan masih belum mencapai sasaran.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku dan
Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Berkah
Delta Bahagia di Surabaya “.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan permasalahan :
Apakah pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, pengendalian
personal berpengaruh terhadap kinerja manajerial?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk menguji apakah pengenalian akuntansi, pengendalaian
perilaku, dan pengendalian personal berpengaruh terhadap kinerja
manajerial.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa
pihak diantaranya :
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai
sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan untuk
memilih jenis pengendalian yang tepat dalam rangka meningkatkan
efektifitas pengendalian tersebut. Yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja baik individu, manajerial, maupun
organisasi.
2. Bagi universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu
yang berharga bagi pihak universitas sebagai tambahan referensi
bagi peneliti lainnya dengan materi yang berhubungan dengan
skripsi.
3. Bagi peneliti
Memberikan tambahan informasi untuk dapat dipergunakan
sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang indikator
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat
dipakai sebagai bahan pertimbangan serta bahan kajian yang berkaitan
dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Faisal dan Indra Wijaya
Kusuma (JRAI, 2002), judul penelitian “Pengaruh Karakteristik Tugas
Terhadap Keefektifan bentuk pengendalian akuntansi, Perilaku dan
Personal dalam Meningkatkan Kinerja Manajer riset dan Pengembangan “.
Permasalahan yang dikemukakan untuk mengetahui apakah bentuk
pengendalian akuntansi, perilaku dan personal mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan kinerja manajerial, serta untuk mengetahui apakah
ada pengaruh karakteristik tugas (task analyzability dan number of
exception) terhadap keefektifan bentuk pengendalian akuntansi, perilaku
dan personal dalam meningkatkan kinerja manajerial.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pertama
bentuk pengendalian akuntansi dan perilaku berhubungan positif dengan
kinerja manajerial ketika karakteristik tugas high analyzability dan few
exception. Kedua bentuk pengendalian akuntansi berhubungan positif
dengan kinerja manajerial ketika karakteristik tugas high analyzability dan
few exception. Ketiga bentuk pengendalian personal berhubungan dengan
Dan hipotesis yang terahkir adalah bentuk pengendalian perilaku
berhubungan positif dengan kinerja manajerial karakteristik tugas high
analyzability dan few exception.
Dari permasalahan tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut, penelitian ini bertujuan untuk memperluas pemahaman tentang
peranan pengendalian akuntansi dalam organisasi research add
development. Dipilihnya organisasi research add development karena
karakteristik tugas yang dipertimbangkan masih menimbulkan pertanyaan
tentang kecocokan bentuk pengendalian akuntansi dalam organisasi.
Dengan demikian organisasi dirasakan perlu mendesain sistem
pengendaliannya dengan variasi pengendalian akuntansi dan non akuntansi
(Arbenerty dan Stoelwinder, 1995).
Sifat-sifat perbedaan tugas dalam research and development secara
potensial dapat mempengaruhi keefektifan bentuk pengendalian akuntansi
karena sifatnya yang tidak rutin (Arbernethy dan Brownell, 1997).
Penelitian ini merupakan model struktur dan teknologi Perrow (1970)
untuk melihat pengaruh karakteristik tugas terhadap keefektifan bentuk
pengendalian akuntansi, perilaku dan personal.
Untuk menguji hipotesis dilakukan dua tahap. Tahap pertama
menguji secara kebersamaan (simultan) pengaruh ketiga bentuk
pengendalian (akuntansi, perilaku dan personal) dalam masing-masing sel
terhadap kinerja manajerial. Pengujian tahap kedua menguji pengaruh
terhadap kinerja dalam ke empat sel. Tujuannya adalah untuk mengetahui
dengan pasti bentuk pengendalian mana yang paling cocok dalam berbagai
situasi tugas.
Ada empat (4) perumusan hipotesis yang diuji dalam penelitian ini,
dari 4 hipotesis yang dirumuskan hanya 1 yang didukung yaitu hipotesis 2.
Ini didukung dari hasil perhitungan yaitu pada hipotesis pertama untuk
pengendalian akuntansi (a1) lebih kecil daripada koefisien untuk
pengendalian perilaku (a2) dan koefisien pengendalian perilaku (a2) lebih
besar dari koefisien pengendalian personal (a3) atau dengan kata lain a1 >
a3 dan a2 > a3 tidak dapat didukung. Perhitungan hipotesis yang kedua
yaitu koefisien untuk pengendalian akuntansi (a1) lebih besar dan
signifikan (p<0,05) dari koefisien pengendalian perilaku (a2), dan
koefisien pengendalian perilaku (a2) lebih besar dan daripada koefisien
untuk pengendalian personal (a3), atau dengan kata lain nilai koefisien al >
31 dan koefisien a2 > a3. Hasil tersebut berhasil mendukung hipotesis 2.
Perhitungan hipotesis yang ketiga yaitu koefisien untuk pengendalian
personal (a3) lebih besar dari koefisien pengendalian perilaku (a2) dan
koefisien pengendalian personal (a3) lebih besar daripada koefisien untuk
pengendalian akuntansi (a1) atau dengan kata lain nilai koefisien a3 > a2
dan koefisien a3 < a1 tidak berhasil mendukung hipotesa 3. Dan
perhitungan hipotesis yang terahkir yaitu koefisien untuk pengendalian
perilaku (a2) lebih besar dari koefisien pengendalian akuntansi (a1) dan
pengendalian akuntansi (al), atau dengan kata lain a2 < al dan koefisien a3
> a1 tidak berhasil mendukung hipotesis 4.
Hasil pengujian tahap kedua yaitu bahwa satu-satunya
pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian akuntansi ketika
karakteristik tugas low analyzability dan low number ofexceptions.
Sedangkan untuk pengendalian perilaku berpengaruh negatif terhadap
kinerja tetapi hasil tersebut tidak signifikan (p > 0,05) dan pengendalian
personal bukan merupakan satu-satunya pengendalian yang paling efektif.
Yang kedua adalah penelitian dari Muslimin (2007) dengan judul
“Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku dan
Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Berkat
Agung Jaya Abadi (Gresik)“. Permasalahan yang dikemukakan yaitu
untuk mengetahui apakah Pengendalian Akuntansi, Pengendalaian
Perilaku, dan Pengendalian Personal berpengaruh terhadap Kinerja
Manajerial.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa
pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial
Dari permasalahan dan hipotesis tersebut serta hasil pengujian
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian
perilaku dan pengendalian personal berpengaruh secara positif terhadap
kinerja manajerial perusahaan. Hal tersebut didukung oleh hasil pengujian
signifikan sebesar 0,000 Karena nilai probabilitas < 0,05 (sig < 5%) maka
H0 ditolak dan H1 diterima, berarti Pengendalian Akuntansi, Pengendalian
Perilaku, Pengendalian Personal,berpengaruh terhadap kinerja manajerial,
sehingga model regresi yang dihasilkan adalah cocok sehingga hipotesis
teruji kebenarannya. Agar dapat meningkatkan kinerja manajerial, maka
pihak perusahaan untuk lebih memperhatikan pengendalian akuntansi,
pengendalian perilaku dan pengendalian personal.
Perbedaan penelitian sekarang dan penelitian terdahulu :
No Peneliti Terdahulu
Variabel yang Digunakan
1. Faisal dan Indra
Wijaya (2002)
Karakteristik Tugas, keefektifan Bentuk Pengendalian Akuntansi, Perilaku, Personal dan Kinerja Manajer.
2. Muslimin (2007) Pengendalian akuntansi, pengendalian
perilaku, pengendalian personal dan kinerja manajerial.
3. Lobo Ganistyar C.
(2011)
Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, pengendalian personal dan kinerja manajerial.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Kinerja Manajerial
Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat
atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana, 2000
Manajer dalam posisinya sebagai pimpinan yang mengarahkan
bawahannya dalam upaya mencapai tujuan-tujuan usaha yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, harus melakukan koordinasi yang baik dengan
department manapun di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Asri (1989:97) kinerja manajer dijabarkan sebagai
usaha-usaha yang dilakukan oleh perusaha-usahaan yang berbentuk pengembangan
manajemen, perbaikan sistem kerja dan usaha-usaha mengadakan alih
teknologi baik yang menengah maupun teknologi tingkat atas, sehingga
kualitas personal yang dimiliki oleh perusahaan bisa meningkat.
2.2.1.1. Tugas Manajer
Menurut Druker (Stoner, 1992 :15), prestasi seorang manajer dapat
diukur dalam bentuk dua konsep yang efisien dan efektif. Efisien
merupakan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar.
Manajer yang efisien akan menghasilkan output (hasil), dengan
menggunakan input (karyawan, bahan dan waktu). Manajer yang dapat
menekan sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih dengan
tepat. Manajer yang efektif adalah manajer yang memilih pekerjaan yang
benar untuk dilaksanakan.
Sedangkan tugas-tugas penting manajer sebagai berikut (Stoner, 1992:11):
1. Manajer bekerja dengan orang lain. Istilah “orang” mencakup tidak
organisasi. Di samping itu “orang” juga termasuk individu dari luar
organisasi, seperti pelanggan, pemasok, pemerintah dan sebagainya.
2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling
bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas. Para manajer akan
menghadapi setiap tujuan, masalah dan kebutuhan organisasional yang
semuanya ini bersaing untuk memperebutkan sumber daya organisasi
(manusia, material atau bahkan waktu manajer). Karena berbagai
sumber daya tersebut selalu terbatas, manajer harus menjaga
keseimbangan di antara berbagai tujuan dan kebutuhan organisasional.
3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Para
manajer ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu
secara sukses. Mereka biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik
mengatur tugas-tugas yang harus diselesaikan. Lebih lanjut, manajer
juga bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan para bawahan.
Kesuksesan atau kegagalan bawahan adalah cermin langsung
kesuksesan atau kegagalan manajer.
4. Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi
pemikiran yang analitis, manajer harus mampu merinci dan
memisah-misahkan suatu masalah menjadi komponen-komponen masalah.
Menganalisanya dan kemudian mencari penyelesaian yang layak dan
akurat. Dan yang lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir
konseptual yang mampu memandang keseluruhan tugas dan
5. Manajer adalah suatu mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang
dan kadang mereka tidak saling setuju satu sama lain. Bila hal ini
terjadi, maka akan merusak suasana kerja, mengakibatkan konflik atau
bahkan mungkin karyawan-karyawan yang cakap akan meninggalkan
perusahaan. Kejadian seperti ini menuntut manajer sebagai mediator
(penengah).
6. Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Organisasi selalu
menghadapi banyak masalah misalnya kesulitan financial, masalah
personalia, masalah dengan pihak eksternal perusahaan dan
sebagainya. Dengan demikian manajer diharapkan dapat menentukan
pemecahan berbagai masalah sulit dan mengambil keputusan yang
akurat.(Handoko, 1999:29).
2.2.1.2. Penilaian Kinerja Manajerial
Menurut Mulyadi (2001:353) penilaian kerja adalah penentuan
secara periodik efektifitas operasional suatu bagian organisasi dan
personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karena pada dasarnya organisasi
dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja
sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.
Tujuan utama penilaian kerja adalah untuk memotivasi personel
yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil
yang diinginkan organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran
organisasi.
2.2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja Manajerial
Menurut Mangkuprawira, (2004 : 224) penilaian kinerja karyawan
memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan
perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai
berikut :
a. Perbaikan Kinerja
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan
spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk
memperbaiki kinerja.
b. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan siapa
yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk
kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
c. Keputusan Penetapan
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada
kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk
d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan
kebutuhan kembali.
e. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan
tentang karier spesifik karyawan.
f. Definisi Proses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan
kelemahan dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.
g. Ketidakakuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi
analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem
manajemen personal.
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang
keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan
tersebut.
i. Kesempatan Kerja Yang Sama
Penilaian kerja yang akurat secara actual menghitung kaitannya
dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan
j. Tantangan-tantangan Eksternal
Kadang-kadang kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
pekerjaan, seperti keluarga, finansial, kesehatan, masalah-masalah
lainnya. Jika masalah-masalah tersebut tidak diatasi melalui
penilaian, departemen SDM mungkin mampu menyediakan
bantuannya.
2.2.1.4. Tingkatan Manajemen dan Ketrampilan Manajerial
Secara umum manajer berarti setiap orang yang mempunyai
tanggungjawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya.
Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut Handoko (2003:17)
akan membagi manajer menjadi 3 golongan yang berbeda, yaitu :
1. Manajer lini pertama
Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan
mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajer lini sering disebut dengan
kepala atau pimpinan (leader), mandor (foreman) dan penyelia
(supervisor).
2. Manajer Menengah
Manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para
manajer lainnya dan karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer
3. Manajer Puncak
Klasifikasi manajer ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajer
puncak bertanggungjawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Yang
termasuk dalam manajer puncak adalah direktur, presiden, kepada divisi,
wakil presiden senior dan sebagainya.
Katz, seorang pendidik dan manajer perusahaan telah menentukan
tiga jenis dasar ketrampilan yaitu teknik, manusia, dan konseptual yang
menurut pendapatnya diperlukan oleh semua manajer (Stoner,1992 ;22) :
1. Ketrampilan teknik (Technical Skill)
Adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat prosedur, dan suatu
bidang yang khusus.
2. Ketrampilan manusiawi (Human Skill)
Adalah kemampuan bekerja dengan orang lain, memahami orang lain dan
mendorong secara perorangan maupun sebagai kelompok.
3. Ketrampilan konseptual (Conceptual Skill)
Adalah kemampuan mental untuk mengkoordinir dan memadukan semua
kepentingan dan kegiatan organisasi.
2.2.2. Sistem Pengendalian Manajemen
Setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen,
karena sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota
organisasi melalui para pimpinan (manajer) orang agar sesuai dengan
melalui para pimpinan (manajer) dengan penentuan tujuan dan strategi
pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan.
Menurut Supriyono (2000 : 27), sistem pengendalian manajemen
adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi
anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan strategi
dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
2.2.2.1. Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian
Menurut Stoner, (1992 :20) langkah-langkah dalam proses
pengendalian :
a) Menetapkan standart dan metode untuk mengukur kinerja
b)Mengukur kinerja
c) Menentukan apakah kinerja sesuai dengan standart
d)Mengambil tindakan perbaikan.
2.2.2.2. Manfaat Pengendalian Manajemen
Menurut Stoner, dkk (1994:244) juga mengungkapkan manfaat
pengendalian :
a) Untuk menanggulangi perubahan.
b) Untuk menciptakan daur yang lebih cepat.
d) Untuk menyatukan pekerja dari berbagai latar belakang dan kultur.
e) Untuk memudahkan delegasi dan kerja tim.
2.2.2.3. Jenis-jenis Pengendalian Manajemen
Jenis-jenis metode pengendalian menurut Stoner, dkk (1994:246) :
a) Pengendalian pra tindakan
Adalah memastikan bahwa sebelum suatu tindakan maka sumber daya
manusia, bahan dan keuangan yang diperlukan dianggarkan. Dikenal
juga dengan pra-pengendalian (precontrol).
b) Pengendalian kemudi
Yaitu pengendalian yang dirancang untuk mendeteksi penyimpangan
dari standart atau tujuan tertentu dan memungkinkan tindakan
perbaikan diambil sebelum suatu urutan tindakan tertentu
dirampungkan.
c) Pengendalian ya/tidak atau penyaringan
Merupakan proses penyaringan dimana aspek-aspek spesifik dari suatu
prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus dipenuhi sebelum
kegiatan dapat dilanjutkan.
d) Pengendalian purna – tindakan
2.2.2.4. Teori Kemungkinan (contingency teory)
Sebuah organisasi terdiri dari sejumlah unit. Unit-unit ini ditata
dalam suatu hirarki (jenjang), artinya manajer beberapa unit melaporkan
kepada manajer dari unit yang lebih tinggi. Jumlah unit, sifat, kaitannya
satu sama lain, serta jumlah jenjang yang ada dalam hirarki ini
berbeda-beda menurut organisasinya. Perhatian kita tertuju pada faktor-faktor
yang mengarah pemilihan rancangan (desain) organisasi yang paling
cocok dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dan pada cara-cara untuk menerapkan sistem pengendalian
manajemen dalam desain organisasi yang berbeda-beda.
Teori kontingensi merupakan konsep yang luas. Pada dasarnya
teori ini mengatakan bahwa penbuatan dan penggunaan desain sistem
pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan
kondisi lingkungan di mana sistem tersebut diterapkan (Ikhsan dan Ishak
2005:14). Beberapa riset yang menggunakan teori kontinjensi adalah
Burns dan Waterhouse (1975). Riset mereka menemukan bahwa
pengendalian melalui anggaran bergantung pada macam – macam aspek,
seperti tingkat desentralisasi dan sentralisasi, serta sampai sejauh mana
kegiatan – kgiatan yang ada terstruktur (Ikhsan dan Ishak 2005: 15).
Merchant (1981) menemukan bahwa terdapat hubungan kontinjensi
antara aspek – aspek perusahaan (ukuran perusahaaan, jenis produk, dan
desain organisasi) dengan penggunaan informasi akuntansi (Ikhsan dan
2.2.3. Pengendalian Akuntansi
Pengendalian-pengendalian akuntansi (accounting control)
mencakup rencana organisasi dan semua metode dan prosedur yang
terutama mengenai, dan berhubungan langsung dengan pengamanan
aktiva-aktiva serta keandalan (realibility) dari catatan-catatan keuangan.
Pada umumnya meliputi pengendalian-pengendalian seperti sistem
otorisasi dan pengesahan, pemisahan tugas-tugas yang berhubungan
dengan pembukuan dan laporan-laporan akuntansi dari tugas-tugas yang
berhubungan dengan operasi-operasi atau perlindungan atau pemeliharaan
aktiva, pengamanan fisik aktiva-aktiva, dan pemeriksaan intern (Heckert,
1983 : 155).
Pengendalian akuntansi adalah pengendalian yang berdasarkan
pada angka-angka akuntansi seperti anggaran, standard coting, flexible
budgeting (Hopwood, 1976 dalam Faisal dan Kusuma 2002 : 167).
Pengendalian akuntansi menekankan pada tindakan-tindakan untuk
mencegah kesalahan (kekeliruan yang tidak disengaja) dan ketidakberesan
(tindakan-tindakan penyimpangan yang disengaja). Menurut Anthony dkk,
(1992 : 26) manfaat pengendalian akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Sarana untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi hanya dilakukan
sesuai dengan ijin manajemen.
2. Sarana untuk memastikan bahwa semua transaksi tersebut dicatat
yang semestinya dan untuk menjaga tanggung jawab atas sumber
daya.
3. Sarana untuk memastikan, melalui pemeriksaan fisik berkala dan
perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan akuntansi yang
mencatat pertanggung jawaban atas sumber daya organisasi adalah
benar.
4. Sarana untuk memastikan bahwa akses ke sumber daya, seperti
bahan pembantu dan barang dagangan, serta penggunaan sumber
daya, seperti peralatan dan mesin-mesin, hanya dilakukan
berdasarkan ijin tertulis manajemen.
Menurut Supriyono (2000 : 33) manfaat pengendalian adalah
sebagai berikut :
1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
2.2.3.1. Pengertian Perencanaan
Menurut Stoner (1992:200) perencanaan adalah sesuatu yang dapat
memberikan arahan dan maksud kepada organisasi, dengan memutuskan
apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana itu harus dilakukan dan
siapa yang harus melakukan.
Sedangkan menurut Supriyono (2000:212) perencanaan adalah “
mengkoordinasikan semua penyusunan dan pemeliharaan rencana strategis
induk) maupun jangka panjang (dalam bentuk program), mengintegrasi
rencana-rencana tersebut melalui saluran-saluran manajemen yang
mempunyai wewenang mengotorisasi, menyelaraskan rencana tersebut
dengan tujuan perusahaan, mengetes kesesuaian rencana tersebut dan
mengadakan revisi yang diperlukan, serta menentukan sistem dan prosedur
penyusunan dan pemeliharaan rencana ”.
2.2.3.2. Pengertian Pelaporan
Menurut Heckert (1996 :12) pelaporan adalah menyusun,
menganalisa dan menginterpretasikan hasil-hasil keuangan untuk
digunakan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan,
mengevaluasi data dalam hubungannya dengan tujuan perusahaan oleh
tujuan satuan organisasinya, menyiapkan dan menyampaikan
berkas-berkas laporan ekstern yang diperlukan untuk memenuhi permintaan
instansi pemerintah, para pemegang saham intuisi keuangan, para
pelanggan dan masyarakat umum “.
Sedangkan menurut Supriyono (2000:212) pelaporan adalah
menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangan intern
dan tahunan dalam bentuk realisasi dan proyeksi untuk dipakai oleh
manajemen mengeloa perusahaan dan bagian-bagiannya menyusun dan
Kemampuan Pelaporan
Semua sistem informasi memiliki pelaporan dan ada beberapa jenis
pelaporan dan laporan ini harus memiliki sifat tertentu yakni laporan harus
dirancang agar sesuai bentuk tertentu, seperti yang akan dibahas dibawah
ini. Scott (1994:114)
Prinsip pelaporan menurut Scott (1994:115)
Sebagian manajer biasanya dengan pasif menerima saran dari
analisis sistem dalam kaitannya dengan sifat laporan yang diterimanya dan
yang lain terus menerima laporan yang biasa disampaikan pada posisinya.
Bagaimanapun juga, seharusnya manajer mengambil peran aktif dalam
menentukan jenis dan isi informasi laporan yang diterima. Beberapa
prinsip yang harus diikuti apabila memilih laporan : Laporan harus menonjolkan informasi terpenting.
Laporan harus seringkas mungkin.
Harus disediakan dukungan (back-up).
Sistem laporan manajemen biasanya dalam transisi.
Setiap laporan harus berformat keputusan.
Terstruktur untuk melaporkan kinerja.
2.2.3.3. Pengertian Monitoring (Pengawasan)
Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri organisasi merupakan
konsultan mengemukakan 8 syarat keberhasilan perusahaan, yaitu
adanya:
a. Strategi, yaitu cara organisasi mencapai tujuan.
b. Struktur yang merupakan kerangka dasar tanggungjawab fungsi
komunikasi – informasi dan proses pengambilan keputusan.
c. Sistem yaitu fasilitas perencanaan dan pengawasan.
d. Staf yang berupa sumber daya manusia.
e. Keterampilan, yaitu kemampuan staf dan seluruh organisasi.
f. Corak manajemen, berupa perilaku manajemen dalam memimpin dan
memotivasi organisasi dalam pencapaian tujuan.
g. Nilai dalam tujuan bersama, yaitu nilai tujuan yang diakui bersama
sebagai perekat organisasi.
h. Suksesi manajemen lancar.
Pengawasan adalah pengaturan kebiasaan dalam organisasi.
Pengawasan juga telah didefinisikan sebagai proses dimana kerjasama
tingkat manajer memastikan bahwa tingkat manajer menengah
mengarahkan sasaran strategi pada organisasi (Merchant, 1989).
2.2.3.4. Hubungan Sistem Pengendalian Akuntansi dan Kinerja Manajerial
Teori yang melandasi hubungan pengendalian akutansi dan kinerja
manajerial adalah teori X dati McGregor ( Ikhsan dan Ishak 2005:169).
Teori X dari McGregor mengimplikasikan bahwa anggaran akan disusun
dikenakan pada manajer tingkat bawah. Dengan demikian, angagaran
didesain untuk memastikan kepatuhan karyawan terhadap harapan dari
manajemen puncak. Dalam fase tindak lanjut, varians anngaran akan
diinvesttigasi oleh kontroler atau direktuk perencanaan dan bukan
ditangani oleh fungsi lini. Hal ini memungkinkan manajemen untuk
mempertahankan tanggung jawab atas pengendalian biaya (Ikhsan dan
Ishak, 2005:169).
Dalam riset ini yang dimaksud dengan atribut sistem kontrol
akuntansi adalah semua prosedur dan sistem formal yang menggunakan
informasi untuk menjaga atau mengubah pola aktivitas organisasi
(Simons, (1987) dalam Syafruddin, 2001:101). Dalam hal ini termasuk
dalam sistem kontrol akuntansi adalah sistem perencanaan, sistem
pelaporan dan prosedur monitoring yang didasarkan pada informasi.
Tidak termasuk didalam sistem kontrol akuntansi adalah mekanisme
sistem kontrol informal seperti kontrol sosial dan kultural.
Para akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang
hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel
organisasional seperti ukuran organisasi, teknologi dan lingkungan
organisasi. Berbagai contoh atribut sistem kontrol akuntansi adalah
ketatnya sasaran yang ada dalam anggaran, penggunaan sistem kontrol
cost, frekuensi pelaporan dan intensitas monitoring terhadap hasil kinerja
Simons (1987) menguji perbedaaan sistem kontrol akuntansi pada
perusahaan-perusahaan yang menjalankan bisnis dengan strategi yang
berbeda, yaitu strategi bertahan (defender) dan stategi prospek (prospector).
Hasil studi menunjukkan bahwa match antara mekanisme sistem kontrol
akuntansi dengan strategi SBU menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.
Lebih jauh dinyatakan dalam riset ini bahwa perusahaan yang mencapai
keunggulan kompetitif dengan strategi tertentu (apakah bertahan atau
prospek) harus didukung oleh sistem kontrol akuntansi dengan karakteristik
tertentu pula. Dengan demikian pada perusahaan yang menerapkan strategi
bisnis prospek. Secara lebih rinci disimpulkan dalam riset Simons bahwa
dilihat dari segi karakteristik atribut sistem kontrol akuntansi, perusahaan
yang menggunakan strategi bisnis bertahan mempunyai atribut sistem
kontrol akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dengan strategi prospek.
Penelitian yang mendukung argumentasi peran sistem kontrol
akuntansi pada kesuksesan pencapaian strategi adalah penelitian yang
dilakukan oleh para peneliti bidang strategi dan akuntansi berikut.
Khandwalla (1972) menunjukkan adanya peran atau hubungan sistem
kontrol akuntansi dengan kesuksesan strategi bisnis yang dijalankannya.
Dari penelitiannya di Kanada terhadap 92 perusahaan manufaktur diketahui
bahwa untuk mencapai kesuksesan, perusahaan yang berkompetensi pada
tingkat lingkungan kompetitif yang semakin meningkat, maka perusahaan
2.2.4. Pengertian Pengendalian Perilaku
Pengendalian perilaku adalah pengendalian yang berdasarkan
struktur otoritas, peraturan-peraturan formal serta prosedur standart
pengoperasian (Faisal dan Kusuma 2002 : 163).. Disini yang dimaksud
dengan perilaku adalah perilaku manajer. Perilaku manajer pada hakikatnya
bukanlah hal yang mudah untuk dipelajari, meskipun perilaku manusia
secara keseluruhan, karena perilaku manajer menyangkut pikiran,
kehendak, sikap dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan kompleks
sifatnya serta sulit untuk diduga.
Pengendalian perilaku bertujuan untuk menjamin hasil yang ingin
dicapai meliputi aktivitas pengawasan, monitoring, dan aktivitas yang
sedang berjalan. Di mana aktivitas tersebut berperilaku sesuai dengan cara
yang dikehendaki, sehingga dalam suatu organisasi pengendalian perilaku
akan mempengaruhi terhadap kinerja organisasional
Menurut Swastha dan Handoko (1992:2) perilaku adalah sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam membuat
suatu keputusan untuk melakukan suatu tindakan.
Ada dua element penting dari arti perilaku tersebut :
a. Proses pengambilan keputusan.
b. Kegiatan, fisik yang semuanya ini melibatkan barang-barang dan
2.2.4.1. Hubungan Sistem Pengendalian Perilaku dan Kinerja Manajerial
Menurut Swastha dan Handoko (1992:9) dapat dijelaskan bahwa
perilaku sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat
dalam membuat suatu keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Ada
dua element penting dari arti perilaku tersebut dalam kaitannya dengan
kinerja manajerial, yaitu : proses pengambilan keputusan oleh pihak
manajemen dan kegiatan fisik yang semua ini melibatkan individu dalam
menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa
ekonomis.
Berbagai contoh atribut sistem kontrol perilaku yang
dikembangkan oleh (Brownell, Vancili dan Ferrel,1991 dalam Faisal dan
Kusuma, 2002:168) yaitu adanya sebuah ukuran tertulis tidak mencakup
seluruh situasi untuk melakukan pekerjaan tertentu maka manajer
diharapkan membuat aturan informasi di dalam dirinya sendiri,
banyaknya aktivitas dalam perusahaan yang tidak tercakup dalam prosedur
formal atau tidak melakukan pekerjaan sesuai aturan tertulis hai ini
mengharapkan dapat meningkatkan kreativitas kinerja manajerial.
2.2.5. Pengertian Pengendalian Personal
Pengendalian personal adalah pengendalian yang berdasarkan pada
pembuatan kebijakan-kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia
(Faisal dan Kusuma 2002 : 163). Kebijakan – kebijakan ini menyediakan
manajemen atau organisasi tersebut. Dengan adanya kebijakan yang baik
maka perusahaan dapat menghasilkan kinerja yang diharapkan. (Muslimin
2007 : 451)
Pengendalian professional merupakan pengendalian yang
didasarkan pada proses sosial dan self control. Jenis pengendalian ini
diperlukan oleh organisasi yang mempekerjakan personal yang menguasai
mekanisme yang memungkinkan mereka menerapkan keahlian yang
dimiliki dalam kondisi ketidakpastian. Mereka tidak hanya memiliki
pengetahuan dan pengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas yang
kompleks, tetapi mereka juga sudah terbiasa bertindak secara independen
tanpa pengendalian formal administrative. Mereka dapat mencari dan
mengimplementasikan solusi yang diharapkan dari suatu permasalahan.
Perilaku professional diharapkan akan dikendalikan melalui proses self
control dan social control yang dilakukan oleh individu dalam kelompok
profesi tersebut.
Pengendalian diri (self control) yaitu setiap perilaku manusia yang
diupayakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar tercipta
keteraturan sosial. Sedangkan usaha individu itu sendiri untuk
mengarahkan perilaku pribadinya sesuai dengan cita-cita, tujuan atau
nilai-nilai yang telah diputuskan oleh dirinya untuk dilaksanakan oleh diri
berdasarkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin diwujudkan, yang sebenarnya
tidak berbeda banyak dengan tata nilai dan cita-cita kelompok individu
(kemampuan) anggota organisasi untuk menyelesaikan diri dengan norma
yang berlaku (Astrid 1989:150).
2.2.5.1. Hubungan Pengendalian Personal dengan Kinerja Manajerial
Dalam sistem pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan harus
meliputi semua aspek, artinya efektivitas rancangan sistem kontrol baik
sistem kontrol akuntansi, personal dan perilaku yang ada dalam organisasi
tergantung pada konteks penggunaan sistem kontrol tersebut. Studi yang
dilakukan oleh Merchant (1984,1981), Macintosh (1981), Ansari (1977),
Mikntzberg (1975), Bruns dan Watershouse (1975) dan Antony (1965)
dalam Faisal dan Kusuma (2002) menunjukkan adanya hubungan antara
atribut perencanaan strategi dengan sistem kontrol personal dengan
menyatakan bahwa setiap organisasi akan memodifikasi rancangan sistem
kontrol personal tergantung pada konteks organisasi bersangkutan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja manajerial. Contoh atribut
sistem kontrol personal adalah keterlibatan manajer dalam pembuatan
keputusan, adanya revisi atasan terhadap usulan manajer, seberapa besar
pengaruh personal yang tercermin dalam keputusan yang dibuat, seberapa
sering manajer menyampaikan laporan kepada lebih dari satu atasan dan
intensitas monitoring terhadap kinerja manajemen (Hage dan Aiken,
(1967) dalam Faisal dan Kusuma, 2002:168) dari contoh pengendalian
manajemen agar lebih memperhatikan sistem pengendalian personal
sehingga dapat meningkatkan kinerja manajerial dalam organisasi.
2.3. Kerangka Pikir
Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada
beberapa premis yang dikemukakan oleh beberapa peneliti terdahulu yang
menjadi landasan pemikiran sementara dalam penelitian ini yaitu : Premis 1
Pengendalian akuntansi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
manajerial, sedangkan pengendalian perilaku dan personal tidak
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Jadi
pengendalian perilaku dan personal tidak bisa diterapkan pada research
and development. (Faisal dan Kusuma, 2002). Premis 2
Adanya hubungan yang silmutan antara pengendalian akuntansi,
pengendalian perilaku, dan pengendalian personal terhadap peningkatan
Untuk lebih jelasnya diterangkan dengan diagram sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dan
landasan teori yang ada dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut :
Diduga terdapat pengaruh positif antara pengendalian akuntansi,
pengendalian perilaku dan pengendalian personal terhadap kinerja
manajerial.
Pengendalian Akuntansi
(X1)
Pengendalaian Perilaku
(X2)
Pengendalaian Personal
(X3)
Kinerja Manajerial
( Y )
Uji Statistik
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Nazir, 1999 :
126). Definisi operasional dapat berbentuk definisi operasional yang dapat
diukur/definisi operasional eksperimental. Definisi operasional yang dapat
diukur memberikan gambaran bagaimana variabel tersebut diukur,
sedangkan definisi operasional eksperimental mendefinisikan variabel
dengan keterangan percobaan-percobaan yang dilakukan terhadap variabel
tersebut.
Variabel-variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pengendalian akuntansi (X1)
Sebagai pengendalian yang berdasarkan pada angka-angka
akuntansi seperti anggaran, standard costing dan flexible
budgeting. Pengukuran indikator meliputi mengukur kinerja,
apakah atasan menggunakan informasi angka akuntansi, pelaporan
masing-masing departemen dan atasan senang atas kemampuan
manajer memenuhi target keuangan. (Faisal dan Indara, 2002).
Skala yang digunakan adalah skala interval dan teknik
pengukurannya menggunakan Semantic Deferential Scale, yang
mempunyai 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai berikut :
b. Pengendalian Perilaku (X2)
Sebagai pengendalian yang didasarkan pada struktur otoritas,
peraturan-peraturan formal, prosedur standart pengoperasian.
Pengukuran indikator meliputi partisipasi dalam pembuatan
keputusan, hirarki wewenang dan formalisasi. (Faisal dan Indra,
2002).
Variabel Pengendalian Perilaku diukur dengan menggunakan
instrumen yang telah dikembangkan oleh Brownell dan Hirst,
Vancil, Ferrel dan Skineer, dalam Faisal dan Indra W.K. (2002).
Skala yang digunakan adalah skala interval dan teknik
pengukurannya menggunakan Semantic Deferential Scale, yang
mempunyai 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai berikut :
c. Pengendalian Personal (X3)
Sebagai pengendalian yang berdasarkan pada pembuatan kebijakan
yang menyangkut sumberdaya manusia. Pengukuran indikator
meliputi kesesuaian pekerjaan denngan bidang keilmuan,
mengembangkan keilmuan, profesionalisme, pencapaian target
yang sesuai dengan norma-norma, nilai-nilai dan kode etik
profesinya. (Faisal dan Indra, 2002)
Variabel Pengendalian Personal diukur dengan menggunakan
instrumen yang telah dikembangkan oleh Ouchi (1977) dan
Govindraja & Fisher (1990) dalam Puspa (1999).
Skala yang digunakan adalah skala interval dan teknik
pengukurannya menggunakan Semantic Deferential Scale, yang
mempunyai 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
Tidak pernah Netral Sangat sering
d. Kinerja managerial (Y)
Sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan
langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan. Instrumen yang
diperlukan untuk mengukur kinerja manajeral yaitu : pengaturan
staf, perencanaan, pengawasan, perwakilan presentasi, investigasi,
pengkoordinasian, negoisasi, evaluasi dan kinerja secara
Variabel Kinerja Managerial diukur dengan menggunakan
instrumen yang telah dikembangkan oleh Mahoney dkk (1963)
dalam Slamet Riyadi (2000).
3.1.2. Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini teknik pengukurannya menggunakan
Semantic Deferential Scale yang mempunyai 7 (tujuh) poin. Skala ini
dikembangkan oleh Osgood dan biasanya digunakan untuk mengukur
obyek – obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik. Skala ini
tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat positif terletak
di sebelah kanan, jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri atau
sebaliknya.(Sumarsono 2004:25).
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala interval.
Skala interval adalah pengukuran yang menyatakan angka atau bilangan,
mengurutkan peringkat berdasarkan kualitas yang ditentukan. (Sumarsono,
2004:54).
1 2 3 4 5 6 7 Di bawah
rata-rata
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Objek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Berkah
Delta Bahagia di Surabaya.
3.2.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah sekelompok atau subyek yang memiliki ciri-ciri
atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok
objek atau subyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai
generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono 2004 : 44). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kepala bagian dan koordinator yang
keseluruhannya 11 orang.
b. Sampel
Menurut Sumarsono (2004 :44) sampel adalah bagian dari
sejumlah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama
dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan
representative dari sebuah populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan sampel jenuh karena jumlah sampel yang sedikit atau istilah
lain adalah sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel
(Siagian dan Sugiarto,2009:9). Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah semua anggota populasi yaitu sebanyak 11 orang manajer PT.
tingkat manajer bawah. Dengan alasan mereka dapat memberikan informasi
sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, yaitu mengenai kinerja
manajerial.
Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini:
1. Direktur Utama
2. Kepala Pemasaran
3. Kepala Keuangan dan Akuntansi
4. Kepala Gudang
5. Kepala Produksi
6. Kepala Bordir
7. Kepala Perancangan busana atau seragam
8. Kepala SDM
9. Kepala Penjahitan
10.Kepala Distributor
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Sumber Data
Sumber data dalam peneitian ini diperoleh melalui jawaban
kuesioner dari para responden, yaitu manajer pada PT. Berkah Delta
Bahagia Surabaya.
3.3.2. Jenis Data
Mengutip pendapat Mc. Leod (Umar, 2002 :18) data adalah suatu
fakta atau angka yang secara relative belum dapat dimanfaatkan oleh
pemakai. Oleh karena itu, data harus ditransformasikan terlebih dahulu.
Menurut Umar, (2002 : 81 ), jenis data terdiri dari :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama (perusahaan)
yang diteliti, contoh : hasil wawancara, pengisian kuesioner, tahu bukti
transaksi. Data ini merupakan data mentah yang akan diproses atau
diolah untuk tujuan tertentu.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut. Data
ini disusun oleh pihak perusahaan yang berupa table, grafik, arsip,
dokumen seperti struktur organisasi perusahaan, sejarah perusahaan dan
3.3.3 Pengumpulan Data
a. Observasi langsung
Pengumpulan data dengan cara observasi langsung merupakan cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan
alat lain untuk keperluan penelitian, misalnya melakukan eksperimen.
(Nazir, 1999 : 175 ).
b. Interview (wawancara)
Interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab dan bertatap muka secara langsung antara
pewawancara dengan yang diwawancarai (responden). (Nazir, 1999 :
194).
c. Kuesioner
Kuesioner adalah cara pengumpulan data dengan cara menyebarkan
daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan
memberi responden atas daftar pertanyaan tersebut.(Umar, 2003 : 167 ).
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Banyak hal
yang dapat mengurangi validitas data, diantaranya pewawancara dalam
kuesioner. Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan
responden sewaktu diwawancarai. Bila saat menjawab pertanyaan
ternyata responden merasa bebas tanpa rasa malu dan takut, maka data
yang diperoleh akan valid. (Umar, 2003 : 179 ).
Dasar pengambilan keputusan (Santosa, 2002 : 277 ) :
a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut
valid.
b. Jika r hasil tidak positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut
tidak valid.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Realibitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan perkataan lain, hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap obyek dan alat pengukuran yang sama (Sumarsono, 2004 : 34 ).
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara melihat
hasil pada kolom alpha. Dasar pengambilan keputusan (Santoso,2002 : 280)
1. Jika r Alpha positif, serta r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut reliabel.
2. Jika r Alpha tidak positif, serta r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel
3.5. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal, dapat dilakukan beberapa metode
diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk.
(Sumarsono, 2004 : 40 ).
Pedoman suatu data berdistribusi normal (Sumarsono, 2004 : 43 )
adalah :
Bila nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%,
maka distribusi adalah tidak normal.
Bila nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%,
maka distribusi adalah normal.
3.6. Uji Asumsi Klasik
3.6.1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t- 1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka terdapat autokorelasi.
Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi
yang datanya time series atau berdasarkan waktu berkala seperti
mingguan, bulanan, dan tahunan. Dalam penelitian ini, uji autokorelasi
melainkan cross section sehingga untuk uji autokorelasi tidak perlu
dilakukan (Umar, 2002 : 157 ).
3.6.2. Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2001 : 95), uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.
Menurut Santoso (2002 : 206), model regresi bebas dari
multikolinieritas bila :
a. VIF disekitar angka 1 lebih kecil dari 10.
b. Mempunyai angka toleransi mendekati 1.
3.6.3. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas.
Sedangkan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2001 : 125).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya