• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI TAHUN 2011/ 2012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI TAHUN 2011/ 2012 SKRIPSI"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP

KEDISIPLINAN BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI

TAHUN 2011/ 2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

AAN SYAIFUL ADHIM

NIM. 111 07 068

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2012

(2)

2011

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 Eksemplar Salatiga, 12 Desember 2011 Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum wr.wb.

Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama : AAN SYAIFUL ADHIM

NIM : 111 07 068

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP

KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI TAHUN 2011/2012

Untuk diujikan dalam sidang munaqasyah skripsi. Demikian untuk menjadikan periksa.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Siti Rukhayati, M. Ag NIP. 197704032003122003

KEMENTRIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706. 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

SKRIPSI

HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI

TAHUN 2011/2012

DISUSUN OLEH AAN SYAIFUL ADHIM

NIM : 111 07 068

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal

26 Desember 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan

Susunan Panitia Penguji

KEMENTRIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706. 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aan Syaiful Adhim

NIM : 111 07 068

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirajuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, Desember 2011 Yang menyatakan

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Belajarlah Untuk Selalu Melihat Hikmah

dan Kemungkinan Cemerlang di Dalam

Segelap-gelapnya Keadaan

(MARIO TEGUH)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada : Bapak (Pupon Haryanto) dan Ibu (Sri Mulyati) yang selalu memberikan dukungan secara moral, material maupun spiritual. Kakak sekaligus sahabatku (Kak Rifa’i) yang selalu memberikan spirit dan motivasi untuk terus belajar. Seseorang yang ku cintai (Iim) Sahabat PSHT 1922 di kampungku. Sahabat seperjuangan PAI B’07 (Agus, Zuli, Dwi,) dan yang lainnya yang tidak penulis sebutkan satu persatu.

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah, sebagai rasa syukur atas limpahan rahmat serta hidayah yang telah diberikan Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI TAHUN 2011/2012” ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam.

Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. Selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

3. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 4. Siti Rukhayati, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar dan penuh

perhatian telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan sejakawalpenulisan skripsiini sampai dapatterselesaikan.

5. Drs. Sarono, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Boyolali yang telah memberikan izin serta bantuan kepada penulis dalam mengumpulkan data sehingga skripsi ihi dapat penulis selesaikan.

6. Bapak, Ibu dan kakakku tercinta yang telah memberikan spirit serta motivasi baik berupa moril maupun materiil serta doa restunya.

(7)

7. Segenap dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang selama ini telah memberikan ilmunya.

8. Bapak dan ibu guru SMA N 2 Boyolali yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

9. Sahabat seperjuangan PAI B 2007 yang telah memberikan semangat kepada penulis serta teman-teman mahasiswa angkatan 2007.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan dunia pendidikan.

Salatiga, Desember 2011 Penulis,

(8)

ABSTRAK

Syaiful Adhim, Aan, 2011. Hubungan Religiusitas terhadap Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas XII SMA N 2 Boyolali Tahun 2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Siti Rukhayati, M. Ag.

Kata Kunci : Religiusitas dan Kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini merupakan upaya untuk membuktikan adanya hubungan “Religiusitas terhadap Kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012.” Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana religiusitas siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012?, (2) Bagaimana kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali 2011/2012?, (3) Adakah hubungan antara religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012?. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui religiusitas siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012, (2) Mengetahui kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali 2011/2012, (3) Mengetahui hubungan antara religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 190 siswa dan sampel yang digunakan adalah 48 siswa dengan teknik sampling area random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket, metode dokumentasi, metode observasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingkat religiusitas siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012 yang berada dalam kategori tinggi mencapai 64,58%, kategori cukup mencapai 35,42% dan kategori rendah mencapai 0%, (2) Tingkat kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali 2011/2012 yang berada dalam kategori tinggi mencapai 58,33%, kategori sedang mencapai 35,42dan kategori rendah mencapai 6,25%, (3) Ada hubungan antara religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali tahun 2011/2012 dibuktikan dengan rhitung (0,759) lebih besar dari pada rtabel pada taraf signifikansi

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR ...vi

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah ...3 C. Tujuan Penelitian ...3 D. Manfaat Penelitian ...4 E. Penegasan Istilah ...4 F. Hipotesis Penelitian ...,...8 G. Metode Penelitian ...8 H. Sistematika Penelitian ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Religiusitas...13

(10)

1. Pengertian Religiusitas ...13

2. Dimensi-dimensi Religiusitas ...14

3. Fungsi Religiusitas ...19

4. Bentuk Religiusitas ...24

5. Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas ...28

B. Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam ...30

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar PAI ...32

2. Faktor Kedisiplinan Dalam Belajar ...32

3. Ciri Siswa Disiplin Belajar ...39

C. Pengaruh Religiusitas Terhadap Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam ...43

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA N 2 Boyolali ...45

1. Sejarah berdirinya SMA N 2 Boyolali ...45

2. Letak Geografis ...46

3. Visi dan Misi ...46

4. Fasilitas yang ada ...48

5. Ekstra Kurikuler ...49

6. Struktur Organisasi ...49

7. Keadaan Guru ...50

8. Keadaan Karyawan ...53

(11)

B. Penyajian Data ...55

1. Daftar Nama Responden ...55

2. Hasil Jawaban Angket Religiusitas ...57

3. Hasil Jawaban Angket Kedisiplinan ...62

BAB IV ANALISA DATA A. Analisis diskriptif ...60

a. Religiusitas (variabel X) ...61

b. Kedisiplinan Belajar PAI (variabel Y) ...65

B. Pengujian Hipotesis ...70 C. Pembahasan ...75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...77 B. Saran...78 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I Struktur Organisasi Sekolah ... 49

Tabel II Struktur Organisasi Tata Usaha ... 50

Tabel III Daftar Guru SMA N 2 Boyolali ... 50

Tabel IV Daftar Karyawan SMA N 2 Boyolali ... 53

Tabel V Daftar Siswa SMA N 2 Boyolali ... 54

Tabel VI Daftar Nama Responden ... 55

Tabel VII Daftar Hasil Angket Religiusitas ... 57

Tabel VIII Data Hasil Angket Kedisiplinan Belajar PAI ... 58

Tabel IX Skor Hasil Angekt Religiusitas ... 61

Tabel X Nilai Interval dan Prosentase Religiusitas ... 65

Tabel XI Skor Hasil Angket Kediplinan Belajar Pendidikan Agama Islam 66 Tabel XII Nilai Interval dan Prosentase Kedisplinan Belajar Pendidikan Agama Islam ... 70

Tabel XIII Hubungan Religiusitas Terhadap Kedisiplinan Belajar pendidikan Agama Islam ... 71

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Kedisiplinan erat sekali hubungannya dengan peraturan atau tata tertib. Dibuatnya peraturan atau tata tertib hanyalah untuk mendapatka satu hal, yaitu kedisiplinan. Dengan kedisiplinan maka seseorang akan mampu meraih keberhasilannya.

Untuk mencapai suatu keberhasilan seseorang harus mulai hidup disiplin , kedisiplinan harus dimulai dari kecil , agar di saat dewasa nanti seseorang tersebut biasa mencapai suatu keberhasilan. Dan kedisiplinan dapat dimulai dari lingkungan keluarga , kemudian lingkungan sekolah dan lingkungan desa / masyarakat . kedisiplinan di lingkungan keluarga dimulai dari bangun setiap pagi , kemudian sholat subuh dan bersiap kesekolah , serta taat mengerjakan sholat lima waktu.

Untuk mencapai kedisiplinan di lingkungan keluarga maka harus dibuat suatu peraturan di lingkungan keluarga , dibuat oleh seluruh anggota keluarga dan dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga. Jika ada satu dari anggota keluarga yang melanggar aturan tersebut maka anggota keluarga harus di hukum dan hukumannya juga berasal dari keluarga itu sendiri.

Sedangkan peraturan dilingkungan sekolah dibuat oleh pihak sekolah. Peraturan dilingkungan sekolah ini lebih ketat dari pada lingkungan keluarga dan di lingkungan desa atau masyarakat. Karena peraturan di sekolah ini melatih siswa agar hidup disiplin di lingkungan masyarakat. Bagi kebanyakan siswa peraturan

(14)

memang menyebalkan, dan sulit diterapkan jangankan disekolah dirumah saja mereka malas membantu orang tua, bahkan suatu yang wajib.

Untuk supaya semua siswa mematuhi peraturan maka didalam peraturan sekolah terdapat sangsi-sangsi kepada siswa yang melanggar peraturan. Apabila tidak ada sangsi-sangsi jika tidak disiplin maka peraturan tersebut tidak terlaksana sesuai dengan keinginan, dan jika suatu peraturan dilaksanakan dengan baik akan membuat seseorang tersebut hidup disiplin.

Dalam mencapai kedisiplinan di dalam sekolah, khususnya dalam belajar Pendidikan Agama Islam, seorang siswa harus mempunyai hati yang tulus agar dapat menjalankan peraturan-peraturan yang ada. Dengan hati yang tulus dan ikhlas maka siswa akan merasa tidak terbebani dengan peraturan yang telah ada.

Disinilah peran religiusitas dalam menumbuhkan rasa tulus dan ikhlas dalam menaati peraturan, sehingga siswa akan senantiasa menerapkan kedisiplinannya di dalam segala hal, khusunya dalam belajar Pendidikan Agama Islam. Religiusitas bukan berarti penghayatan terhadap nilai-nilai agama semata, namun juga mensyaratkan adanya pengamalan nilai-nilai tertentu. Hidup seseorang dapat bermakna bilamana seseorang dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi serta kapasitas yang dimilikinya. Dan harus diketahui pula seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan hidupnya. Religiusitas yang dimilik seseorang dapat menimbulkan rasa tenang dan aman, sehingga sikap kedisiplinan dapat muncul dalam diri individu.

Melihat potensi kedisiplinan yang dialami oleh siswa kelas XII dan di sisi lain keterlibatan religiusitas secara teori dapat menciptakan rasa aman dan tenang

(15)

sehingga kedisiplinan dapat terbentuk dalam diri individu, maka penulis terdorong untuk meneliti hubungan religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 BOYOLALI dengan judul ‘’HUBUNGAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS XII SMA N 2 BOYOLALI TAHUN 2011/2012.‘’

B. Rumusan Masalah.

Dalam penelitian ini akan penulis rumuskan pokok persoalan sebagai dasar pertanyaan yaitu :

1. Bagaimana religiusitas siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali?

2. Bagaimana kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali?

3. Adakah hubungan antara religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan beberapa pokok permasalahan di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui religiusitas siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali.

2. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali.

3. Untuk mengetahui hubungan religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali.

(16)

D. Manfaat Penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap dan memberikan manfaat secara teoritik praktik :

1. Teoritik.

Apabila ternyata ada hubungan antara religiusitas terhadap kedisiplinan, berarti siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya sikap religiusitas terhadap kedisiplinan yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

2. Praktik.

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding bagipeneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan denganreligiusitas dan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi guru dalam pengembangan dan inovasi dalam di dunia pendidikan dalam kaitannya dengan kedisiplinan yang menjadi masalah dalam penelitian ini.

Bagi lembaga atau sekolah, penelitian ini menjadi kontribusi dalam menumbuhkan religiusitas pada siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali, sehingga siswa kelas XII memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi, khususnya dalam belajar Pendidikan Agama Islam.

E. Penegasan Istilah. 1. Religiusitas.

a. Pengertian Religiusitas.

Religiusitas merupakan penghayatan keagamaan atau kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari,

(17)

berdoa dan membaca kitab suci. Keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan berupa aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, serta aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang (Ancok dan Suroso, 1995: 76). Adapun yang dimaksud keberagamaan dalam penelitian ini adalah keberagamaan dalam dimensi ritualistik. Dimensi ritualistik merujuk pada ritus-ritus keagamaan yang dianjurkan untuk agama dan atau dilaksanakan untuk para pengikutnya. b. Indikator religiusitas.

1) Intensitas sholat.

a) Melaksananakan sholat berjamaah.

b) Frekuensi dalam menjalankan sholat sunnah. 2) Baca Al-quran.

a) Frekuensi baca al-quran.

b) Pemahaman arti bacaan al-quran. 3) Dzikir.

a) Frekuensi dzikir. b) Lama pelaksanaan. 4) Berdoa.

a) Kebiasaan berdoa jika akan mengerjakan sesuatu. b) Kebiasaan berdoa jika telah usai mengerjakan sesuatu. 5) Puasa.

a) Frekuensi puasa wajib. b) Kebiasaan puasa sunnah.

(18)

2. Pengertian Kedisiplinan belajar Pendidikan Agam Islam. a. Kedisiplinan belajar Pendidikan Agam Islam.

1) Kedisiplinan.

Kata disiplin berasal dari bahasa inggris “discipline” yang artinya disiplin, ketertiban (Shadily, 1976 : 185). Untuk lebih jelasnya dalam hal ini peneliti menyampaikan beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut :

a) Nawawi (1987:23) merumuskan bahwa disiplin dalam hubungannya dengan modal kerja diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran. Pelanggaran terhadap semua ketentuan yang telah disetujui bersama agar pemberian hukuman terhadap seseorang dapat dihindari.

b) Dalam Ensiklopedia Pendidikan (Harahap, 1981:81), disiplin diartikan sebagai proses pengarahan kehendak langsung, dorongan, keinginan atau kepentingan suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar.

Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin dalam kaitannya dengan pendidikan merupakan suatu aturan pendidikan yang menunjuk pada jenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktifitas.

(19)

2) Belajar Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan berakhlak mulia dalam menjalankan agama Islam. (Depdiknas,2001:8). Sedangkan Achmadi (1987:10) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Jadi belajar Pendidikan Agama Islam adalah belajar yang ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani, agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran Islam.

b. Indikator Kedisiplinan.

1) Selalu mengikuti pelajaran. 2) Tidak malu bertanya.

3) Memperhatikan penjelasan guru. 4) Tidak menyontek.

5) Aktif di dalam kelas. 6) Catatan lengkap.

7) Persiapan sebelum pelajaran.

8) Siap menghadapi ulangan setiap saat.

9) Mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh. 10) Taat peraturan.

(20)

F. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti dibawah , dan thesa yang berarti kebenaran. Jadi hipotesis adalah membuat sesuatu teori sementara yang kebenarannya masih diuji (Arikunto, 2006 : 71).

Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan yang positif antara religiusitas terhadap kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali Tahun 2011/2012.

G. Metode Penelitian. 1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. 2. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Boyolali yang beralamat di Jl. Tentara Pelajar 06 Kebon Bimo Boyolali 57351 Telp : (0276) 322534.

3. Sumber Data.

Populasi dan sampel. a. Populasi.

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998 : 15). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali Tahun 2011/2012 yang berjumlah 190 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998: 117).

(21)

Dalam hal ini Suharsimi Arikunto juga mengatakan bahwa “Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, sedangkan jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.”

Dari sini penulis mengambil sampel sebanyak 25 % dari 190 siswa, yaitu sebanyak 48 siswa. Dalam hal ini penulis menggunakan tehnik area random sampling, dimana pemilihan sampel dilakukan dengan cara memperhatikan wilayah yang ada dan diambil secara acak.

4. Metode Pengumpulan Data. a. Angket.

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket disini digunakan sebagai metode pokok dalam memperoleh informasi tentang pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi UN siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1998 : 236). Dokumentasi dikumpulkan untuk mengambil data yang telah ada di sekolah serta gambaran, keadaan, lokasi dan sarana prasarana yang ada di SMA N 2 Boyolali.

(22)

c. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun lanngsung ke lapangan (laboratorium) terhadap obyek yang diteliti (populasi atau sampel) (Hasan, 2004 : 23).

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan tentang kondisi sekolah, misalnya letak geografis sekolah dan sarana prasarana.

5. Analisa Data

a. Analisis yang berisi tentang perhitungan dari data-data yang telah terkumpul dengan menggunakan analisis prosentase.

P = Keterangan: P = prosentase. F = frekuensi. N = jumlah.

b. Analisis yang kedua menggunakan teknik korelasi product moment, yang rumusnya sebagai berikut:

rxy =

Keterangan:

rxy : Koefisiensi Korelasi Variabel x dan y N : Banyaknya Data.

(23)

Y : Variabel Terpengaruh.

∑ X : Jumlah Skor dalam Distribusi x. ∑ Y : Jumlah Skor dalam Distribusi y. H. Sistematika Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Menjelaskan secara rinci tentang religiusitas dan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islamp ada siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali Tahun 2011/ 2012.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Memuat tentang gambaran umum SMA N 2 Boyolali, sejarah berdirinya, letak geografinya, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, penyajian data, daftar nama responden, nilai dan frekuensi jawaban angket religiusitas dan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam I pada siswa kelas XII SMA N 2 Boyolali Tahun 2011/2012.

BAB IV ANALISIS DATA

Memuat hasil penelitian yang menguraikan data hasil penelitian pada siswa SMA N 2 Boyolali Tahun 2011/2012 tentang

(24)

hal ini berkaitan langsung dengan masalah yang di teliti dengan menggunakan analitik yang telah ditentukan.

BAB V PENUTUP

Bagian akhir dari penyusunan skripsi ini, penulis menyajikan bagian-bagian dari penutup yaitu kesimpulan dan saran. Kemudian dalam bagian akhir akan diisi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas.

Hawari menyatakan bahwa religiusitas merupakan penghayatan keagamaan atau kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa dan membaca kitab suci. Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan berupa aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, serta aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang (Ancok dan Suroso, 1995: 76).

Sedangkan menurut Glock dan Stark religiusitas merupakan sistem timbul, nilai, keyakinan dan sistem perilaku yang terlembaga yang semuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (Ancok dan Suroso, 1995: 76).

Ahli lain mendefinisikan religiusitas sebagai komitmen religius (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman), yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang dianut (http://mbahmarijanii.Wordpress.com/all-bout-blog-ini/all-boutpsikologi/ religiusitas/ Diambil pada tanggal 20 juli 2011/jam 22.10).

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah ketaatan, kesolehan perilaku dan keyakinan seseorang

(26)

di dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya, yang diwujudkan dalam kehidupan manusia sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah.

2. Dimensi-dimensi Religiusitas.

Religiusitas menurut Glock dan Stark memiliki lima dimensi (Ancok dan Suroso, 1995 : 77-78), yaitu:

a. Keyakinan (ideologis).

Dimensi ideologis menunjuk pada tingkat keyakinan atau keimanan seseorang terhadap kebenaran ajaran agama, terutama terhadap ajaran-ajaran agama yang bersifat fundamental dan dogmatik. Indikatornya antara lain: yakin dengan adanya Tuhan, mengakui kebesaran Tuhan, pasrah pada Tuhan, melakukan sesuatu dengan ikhlas, selalu ingat pada Tuhan, percaya akan takdir Tuhan, terkesan atas ciptaan Tuhan dan mengagungkan nama Tuhan.

Keimanan terhadap Tuhan akan mempengaruhi terhadap keseluruhan hidup individu secara batin maupun fisik yang berupa tingkah laku dan perbuatannya. Individu memiliki iman dan kemantapan hati yang dapat dirasakannya sehingga akan menciptakan keseimbangan emosional, sentimen dan akal, serta selalu memelihara hubungan dengan Tuhan karena akan terwujud kedamaian dan ketenangan sehingga ketika mendapat tekanan, individu dapat berpikir logis dan positif dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.

(27)

b. Peribadatan atau praktik agama (ritualistik).

Dimensi ritualistik atau peribadatan ini menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual yang diperintahkan oleh agamanya. Kepatuhan ini ditunjukkan dengan meyakini dan melaksanakan kewajiban-kewajiban secara konsisten. Apabila jarang dilakukan maka dengan sendirinya keimanan seseorang akan luntur. Praktek-praktek keagamaan yang dilakukan individu meliputi dua hal, yaitu:

1) Ritual.

Yaitu dimana seseorang yang religius akan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diperintahkan oleh agama yang diyakininya dengan melaksanakannya sesuai ajaran yang telah ditetapkan.

Indikatornya antara lain: selalu melakukan sembahyang dengan rutin, melakukan kegiatan keagamaan seperti mendengarkan ceramah agama, melakukan dakwah agama, melakukan kegiatan amal, bersedekah, dan berperan serta dalam kegiatan keagamaan seperti ikut berpartisipasi dan bergabung dalam suatu perkumpulan keagamaan.

2) Ketaatan.

Yaitu dimana seseorang yang secara batiniah mempunyai ketetapan untuk selalu menjalankan aturan yang telah ditentukan

(28)

dalam ajaran agama dengan cara meningkatkan frekuensi dan intensitas dalam beribadah.

Indikatornya antara lain: khusuk ketika mengerjakan sembahyang atau kegiatan keagamaan, membaca doa ketika akan melakukan pekerjaan dan selalu mengucapkan syukur pada Tuhan. Individu yang menghayati dan mengerti serta selalu ingat pada Tuhan akan memperoleh manfaat, antara lain: ketenangan hati, perasaan yang tenang, aman dan merasa memperoleh bimbingan serta perlindungan-Nya.

Kondisi seperti itu menyebabkan individu selalu melihat sisi positif dari setiap permasalahan yang dihadapi dan berusaha mencari solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang membuat dirinya tertekan.

c. Penghayatan (eksperiensial).

Dimensi pengalaman menunjukkan seberapa jauh tingkat kepekaan seseorang dalam merasakan dan mengalami perasaan atau pengalaman-pengalaman religiusnya. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dan dirasakan individu selama menjalankan ajaran agama yang diyakini.

Pengalaman spiritual akan memperkaya batin seseorang sehingga mampu menguatkan diri ketika menghadapi berbagai macam cobaan dalam kehidupan. Hal tersebut menyebabkan individu akan lebih berhati-hati dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

(29)

membuat dirinya merasa tertekan sehingga dalam pengambilan keputusan, individu akan memikirkan dan mempertimbangkan dengan matang.

Indikatornya antara lain: sabar dalam menghadapi cobaan, menganggap kegagalan yang dialami sebagai musibah yang pasti ada hikmahnya, merasa bahwa doa-doanya dikabulkan, takut ketika melanggar aturan, dan merasakan tentang kehadiran Tuhan.

d. Pengamalan (konsekuensi).

Dimensi konsekuensial menunjuk pada tingkatan seseorang dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya atau seberapa jauh seseorang mampu menerapkan ajaran agamanya dalam perilaku hidupnya sehari-hari. Dimensi ini merupakan efek seberapa jauh kebermaknaan spiritual seseorang. Jika keimanan dan ketaqwaan seseorang tinggi, maka akan semakin positif penghayatan keagamaan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan mempengaruhi seseorang dalam menghadapi persoalan dirinya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan aktualisasi potensi batinnya.

Indikatornya antara lain: perilaku suka menolong, memaafkan, saling menyayangi, saling mengasihi, selalu optimis dalam menghadapi persoalan, tidak mudah putus asa, fleksibel dalam mengahadapi berbagai masalah, bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan dan menjaga kebersihan lingkungan.

(30)

e. Pengetahuan agama (intelektual).

Dimensi ini menunjukkan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama yang termuat dalam kitab suci atau pedoman ajaran agamanya. Bagi individu yang mengerti, menghayati dan mengamalkan kitab sucinya akan memperoleh manfaat serta kesejahteraaan lahir dan batin.

Untuk menambah pemahaman tentang agama yang diyakini, maka seseorang perlu menambah pengetahuan dengan mengikuti ceramah keagamaan atau membaca buku agama sehingga wawasan tentang agama yang diyakini akan semakin luas dan mendalam.

Dengan mantapnya pemahaman seseorang tentang ajaran agama yang diyakininya, maka individu cenderung menghadapi tekanan dengan berusaha menyelesaikan masalahnya langsung pada penyebab permasalahan dengan membuat suatu rencana dan membuat keputusan. Indikatornya antara lain: mendalami agama dengan membaca kitab suci, membaca buku-buku agama, perasaan yang tergetar ketika mendengar suara bacaan kitab suci, dan memperhatikan halal dan haramnya makanan.

Berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan di atas maka peneliti mengacu pada teori Glock dan Stark sebagai dasar dalam pembuatan skala karena teori tersebut mencakup lima dimensi yang mendasari individu dalam religiusitas. Dimensi tersebut meliputi: keyakinan atau ideologis (religious belief), peribadatan atau praktik

(31)

agama atau ritual (religious practice), eksperiensial atau pengalaman (religious feeling), penghayatan atau konsekuensial atau penerapan (religious effect), dan intelektual atau pengetahuan (religious knowledge).

3. Fungsi Religiusitas

Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama. Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan merupaka kebutuhan alamiah. Adapun fungsi agama bagi manusia meliputi:

a. Agama sebagai sumber ilmu dan sumber etika ilmu.

Manusia mempercayakan fungsi edukatif pada agama yang mencakup tugas mengajar dan membimbing. Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapat sejak kecil. Keberhasilan pendidikan terletak pada pendayagunaan nilai-nilai rohani yang merupakan pokok-pokok kepercayaan agama.

b. Agama sebagai alat justifikasi dan hipotesis.

Ajaran-ajaran agama dapat dipakai sebagai hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Salah satu hipotesis ajaran agama Islam adalah dengan mengingat Allah (dzikir), maka hati akan tenang. Maka ajaran agama dipandang sebagai hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya secara empirik, artinya tidaklah salah untuk membuktikan kebenaran ajaran agama dengan metode ilmiah.

(32)

Pembuktian ajaran agama secara empiric dapat menyebabkan pemeluk agama lebih meyakini ajaran agamanya.

c. Agama sebagai motivator.

Agama mendorong pemeluknya untuk berpikir, merenung, meneliti segala yang terdapat di bumi, di antara langit dan bumi juga dalam diri manusia sendiri. Agama juga mengajarkan manusia untuk mencari kebenaran suatu berita dan tidak mudah mempercayai suatu berita yang belum terdapat kejelasannya.

d. Agama sebagai penjaga moral.

Agama menuntun penerapan ilmu. Ilmu hanya digunakan manusia untuk kebaikan manusia dan semesta dan bukan untuk merusaknya. Sebagai penjaga moral, agama bertanggung jawab agar ilmu tidak digunakan untuk menghasilkan alat-alat pengancam, perusak dan penghancur kehidupan (Ancok dan Suroso, 1995: 124-127).

Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa agama memiliki berbagai fungsi antara lain :

a. Berfungsi edukatif.

Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing

(33)

b. Berfungsi penyelamat.

Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganut nya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.

c. Berfungsi sebagai pendamaian.

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.

d. Berfungsi sebagai sosial kontrol.

Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.

e. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas.

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iamn dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

(34)

f. Berfungsi transformatif.

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan agama yang baru diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadang kala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

g. Berfungsi kreatif.

Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.

h. Berfungsi sublimatif.

Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus karena dan untuk Allah merupakan ibadah (Jalaluddin, 1996 : 233-236).

Namun agama juga mempunyai fungsi yang berbeda dengan pendapat di atas. Fungsi tersebut adalah :

a. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi.

Manusia membutuhkan bermacam-macam hal. Mulai dari kebutuhan fisik seperti makanan dan pakaian, istirahat dan pergaulan seksual, sampai dengan keperluan psikis seperti keamanan dan

(35)

ketentraman,persahabatan, penghargaan dan cinta kasih. Maka ia terdorong untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya itu. Bila tidak berhasil memenuhi kebutuhannya, ia akan merasa kecewa. Ia tidak senang. Keadaan inilah yang disebut frustasi.

b. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.

Kebutuhan manusia akan suatu instansi yang menjaga atau menjamin berlangsungnya ketertiban dalam moral dan sosial. Agama dapat berfungsi sebagai instansi semacam itu. Agama dapat diabdikan kepada tujuan yang bukan religius melainkan yang bersifat moral dan sosial, khususnya kedisiplinan dalam belajar Pendidika Agama Islam. c. Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelek yang ingin tahu.

Manusia perlu berorientasi pada peta kehidupan. Kebanyakan orang tidak dapat menerima bahwa hidupnya akhirnya tidak bertujuan, tidak berarti. Bahwa dirinya cuma gejala sementara saja yang akan berlalau lagi. Bahwa hidup manusia akan sia-sia dan absurd. Atas pertanyaan-pertanyaan vital tadi agama memberi jawaban dengan lebih jelas dan tegas daripada filsafat atau ilmu pengetahuan.

d. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.

Yang membedakan manusia dengan hewan, justru kemampuannya untuk cemas hati. Hewan hanya takut akan ini atau itu. Lain halnya dengan manusia yang juga bisa cemas walau tidak ada objek kecemasan. Menurut Heidegger, perasaan takut yang mendalam

(36)

itu merupakan sumber filsafat, sejauh perasaan ini membuat manusia mengalami jurang ketiadaan yang menganga bagi orang yang menyadari kerapuhan serta kefanaannya sendiri. Dari hal tersebut maka agama menghindarkan dan melindungi manusia dari ketakutan tersebut (Dister, 1993 : 74).

Dari pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa agama atau religiusitas memegang peranan penting bagi manusia dalam kehidupannya. Terlebih ketika dalam membentuk sikap disiplin siswa dalam melaksanakan pembelajaran, terutama belajar Pendidikan Agama Islam.

4. Bentuk-bentuk religiusitas. a. Shalat.

Secara etimologi kata sholat berarti doa. Sedangkan secara terminologi bahwa sholat adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam. Shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh banyak ibadah lainnya. Karena shalat juga merupakan rukun Islam.

Umat Islam diharapkan mengerjakan shalat pada waktunya dengan didorong rasa taat dan tunduk kepada perintah Allah. Rahasia waktu-waktu yang ditentukan itu tidak seorangpun tahu kecuali Allah dan Rosul. Sedemikian pula tentang cahaya dari berkah dan rahmat Allah yang turun pada waktu-waktu tersebut (An-nadwi, 1992 : 18).

(37)

Dalam Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu shalat fardhu dan shalat sunnah. Pelaksanaan shalat dan pengulangan shalat sehari semalam terdapat hikmah yang besar sebagai santapan sehat dan komplit untuk jiwa, sebagai penjagaan dari melalaikan Allah, sebagai penyaring hati dan jiwa dari debu-debu materi (An-nadwi, 1992 : 19). Shalat wajib disyariatkan untuk berjamaah karena dengan berjamaah umat Islam akan mendapatkan faedah yang berharga diantaranya ada yang bersifat sosial dan kebersamaan, seperti persatuan, solidaritas, dan persaudaraan (An-nadwi, 1992 : 49).

b. Membaca Al-quran.

Al-quran biasa didefinisikan sebagai firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksinya kepada nabi Muhammad, dan diterima umat Islam secara mutawatir (Shihab, 1997 : 43). Fungsi Al-quran bukan hanya sebutan untuk dibaca, juga memperingatkan kepada seseorang untuk mengingatkan dari pembalasan, berdialog dengan orang-orang yang masih hidup bahwa hari pembalasan itu ada (Shihab, 1997 : 48).

Oleh karena itu bacaan dan hafalan Al-quran harus dilakukan terus menerus, sebab kekalnya Al-quran merupakan salah satu keistimewaan tersendiri. Hal ini tercermin daripada penghafalnya yang tidak pernah putus dari generasi ke generasi. Termasuk masalah tulisan dan hafalan secara lisan dan tulisan. Terus menerus membacanya Al-quran harus tetap dilestarikan, karena merupakan salah satu bagian

(38)

terpenting dari ajaran Islam dan penganutnya (Al-Ghazali, 1996 : 23). Dan kalau bisa dilakukan setiap hari, agar umat Islam lebih dekat kepada kitab suci Al-quran sebagai pedoman hidupnya sehingga seluruh kehidupannya berpegang pada Al-quran.

c. Dzikir.

Tidak ada sesuatu ibadah yang dilakukan lisan dan lebih afdhol setelah tilawah Al-quran daripada dzikir. Menurut Al-Baqir, dzikir menurut bahasa mempunyai dua arti, yaitu menyebut sesuatu atau mengingatnya. Karena itu seseorang yang berdzikir kepada Allah seharusnya tidak hanya menyebut nama-Nya. Tetapi juga mengingat-Nya (Al-Ghazali, 1995 : 11).

Dzikir itu punya awal dan akhir. Pada awalnya dzikir punya perasaan khusus (keakraban dan kehangatan hubungan serta cinta). Sedangkan akhirnya, dzikir ditimbulkan oleh perasaan khusus dan cinta bersumber pada keduanya (Al-Ghazali, 1995 : 37-38). Dzikir dapat dilakukan setelah sholat atau pula pada setiap saat.

d. Doa.

Orang Islam percaya kepada kekuasaan Tuhan dalam mewujudkan kepentingan manusia. Dan manusia diperintah untuk memohon pertolongan Allah karena Allah berjanji akan mengabulkan doanya.

Manusia selalu berdoa dan merasa dekat kepada Allah apabila sedang mengalami kesusahan ataupun kesedihan. Akan tetapi dalam

(39)

keadaan senang seorang manusia menjadi lupa bersyukur akan apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Doa itu ada kalanya langsung dikabulkan dan ditunda Allah. Umat Islam diwajibkan selaliu berdoa baik itu sesudah sholat atau sebelum melakukan sesuatu agar terhindar dari gangguan setan dan setiap saat dilindungi Allah

e. Puasa.

Ibadah puasa dikenal dan diwajibkan oleh syariat agama-agama sebelum Islam. Sebagaimana dinyatakan dalam Q.S Al-Baqarah 183 :               

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ayat tersebut menerangkan bahwa sebelum Islam Allah telah memerintahkan umat nabi sebelum nabi Muhammad saw. Puasa dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa sunnah dan puasa wajib. Puasa wajib karena sebab-sebab tertentu (kafarat) dan wajib karena ia sendiri mewajibkannnya. Sedangkan dalam sunnah tidak ada pembataan waktu pelaksanaan. Orang dapat memilih sendiri waktu yang tepat

(40)

baginya untuk berpuasa sesuai kemampuan dan keadaan. Namun perlu diingat, baik puasa wajib maupun sunnah, haram atau tidak sah dilakukan pada hari-hari tertentu. Yaitu dua hari hari, pada hari tasyrik yaitu tiga hari setelah idul adha. Disamping itu makruh berpuasa pada hari jumat dan sabtu, kecuali disertai dengan puasa pada hari sebelum dan sesudah.

Selain hari-hari di atas, sepanjang tahun baik puasa sunnah dapat dilakukan, tetapi ada beberapa hari yang khusus berpuasa kepadanya. Yaitu puasa enam hari pada bulan syawal, puasa pada hari arafah, puasa tiga hari setiap bulan, puasa senin kamis, serta puasa pada bulan muharram dan sya’ban (Supiana, 2001 : 18).

Umat Islam dianjurkan untuk senantiasa melakukan puasa karena puasa mempunyai manfaat yaitu melatih mental orang Islam untuk meningkatkan kepedulian sosial serta bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

5. Faktor yang mempengaruhi Religiusitas.

Thouless membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kea gamaan atau religiusitas menjadi empat macam, yaitu:

a. Pengaruh sosial

Faktor sosial ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan lingkungan social untuk

(41)

menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.

b. Berbagai pengalaman

Pengalaman keagamaan yang dialami oleh seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti: keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia lain (faktor alamiah) seperti menjalin hubungan yang baik pada sesama dengan saling tolong menolong, adanya konflik moral (faktor moral) seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan, dan pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif) seperti perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Tuhan.

c. Faktor kebutuhan

Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna, terutama terhadap kebutuhan keagamaan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian.

d. Proses pemikiran

Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir, sehingga manusia akan memikirkan tentang keyakinan-keyakinan dan agama yang dianutnya (Sururin, 2004: 79).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi: pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi sosial yang berlandaskan

(42)

nilai-nilai keagamaan, tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan seseorang. Faktor internal sendiri meliputi: pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan seseorang yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri dan cinta kasih.

B. Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah. a. Pengertian disiplin.

Kata disiplin berasal dari bahasa inggris “discipline” yang artinya disiplin, ketertiban (Shadily, 1976 : 185). Untuk lebih jelasnya dalam hal ini peneliti menyampaikan beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut :

1) Nawawi (1987 : 23) merumuskan bahwa disiplin dalam hubungannya dengan modal kerja diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran. Pelanggaran terhadap semua ketentuan yang telah disetujui bersama agar pemberian hukuman terhadap seseorang dapat dihindari.

2) Dalam Ensiklopedia Pendidikan (Harahap, 1981 : 81), disiplin diartikan sebagai proses pengarahan kehendak langsung, dorongan, keinginan atau kepentingan suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk mencapai efek yang lebih besar.

Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin dalam kaitannya dengan pendidikan merupakan suatu

(43)

aturan pendidikan yang menunjuk pada jenis keterlibatan aturan dalam mencapai standar yang tepat dalam berperilaku atau melakukan aktifitas.

b. Belajar Pendidikan Agama Islam.

Agama Islam adalah seluruh ajaran dan hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Quran yang diturunkan Allah, yang diwahyukan kepada rosulnya, yaitu nabi Muhammad untuk disampaikan dan didakwahkan kepada segenap manusia (Kurniawa, 2008 : 3).

Sedangkan Achmadi (1987 : 10) mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Jadi belajar Pendidikan Agama Islam adalah belajar yang ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani, agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran Islam.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin belajar Pendidikan Agama di sekolah adalah suatu tingkatan tata tertib untuk mempercayai suatu kondisi yang baik guna memenuhi fungsi dari pelaksanaan belajar pendidikan agama di sekolah.

(44)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Displin Belajar a. Faktor internal siswa.

Faktor Internal Siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Menurut Syah (2000 : 132-133) bahwa faktor ini meliputi dua aspek :

1) Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah).

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh beserta bagian-bagiannya berarti sehat. Kesehatan berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa.

Jika kesehatan siswa terganggu, misalnya dalam kondisi pusing, lelah, mengantuk, maka perhatian dalam belajar siswa akan terganggu. Kondisi organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indra pendengaran dan indra penglihatan siswa akan mempengaruhi penyerapan informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan dalam kelas.

2) Aspek psikologis (bersifat rohaniah).

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam belajar diantaranya sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa dan kesiapan siswa.

(45)

Beberapa sifat perseorangan seperti acuh tak acuh, mementingkan diri sendiri meniru kelakuan tak baik ataupun mengucilkan diri sendiri. Sikap tersebut akan menganggu disiplin kelas jika itu dibiarkan.

Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap siswa tersebut maka guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi haknya. Dalam hal ini seorang guru dianjurkan senantiasa menghargai dan mencintai profesinya.

b) Minat siswa.

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988) yang dikutip oleh Syah (2000 : 136) bahwa minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, motivasi dan kebutuhan.

Minat belajar pengaruhnya terhadap kedisiplinan belajar umpamanya seorang siswa yang menaruh minat belajar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak. Sebaliknya bila siswa kurang tertarik terhadap pelajaran tertentu, maka ia akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran tersebut.

(46)

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap pelajaran tertentu dapatlah diusahakan dengan menjadikan hal-hal yang menarik dan berguna memberikan perhatian penuh terhadap pelajaran tersebut.

c) Motivasi Siswa.

Pengertian dasar motivasi menurut Syah (2000 : 136) ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

(1) Motivasi intrinsik.

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar.

(2) Motivasi ekstrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar individu siswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar.

Motivasi akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa misalnya dorongan untuk mencapai prestasi dan untuk memiliki pegetahuan serta ketrampilan sehingga dapat mendorong siswa untuk bersungguh-sungguh dalam belajar, begitu juga dorongan dari luar seperti

(47)

pujian, hadiah, teladan juga akan mendorong siswa untuk berdisiplin.

(3) Kesiapan siswa.

Menurut Slameto (1995 : 59) bahwa kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.

Kesiapan akan mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa kalau siswa sebelum belajar di sekolah sudah mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipelajari maka ia akan lebih mudah dalam menerima pelajaran dan lebih aktif pula dalam mengikuti pelajaran.

b. Faktor eksternal siswa.

Faktor eksternal siswa dapat mempengaruhi kondisi pikiran siswa dalam belajar. Adapun faktor eksternal ini meliputi :

1) Faktor keluarga.

Lingkungan bagi anak pertama adalah keluarga. Kalau di dalam keluarga siswa sudah biasa di didik untuk berperilaku disiplin dan juga sudah dibiasakan sejak dini maka anak tersebut akan mudah untuk bersikap disiplin, baik di rumah, masyarakat maupun sekolah. Sebagaimana pendapat Arikunto (1993 : 119) bahwa kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di dalam lingkungan keluarga akan terbawa oleh

(48)

anak dan sekaligus akan memberikan “warna” terhadap perilaku kedisiplinan kelak.

Orang tua yang kurang memperhatikan belajar anak, misalnya bersikap acuh tak acuh terhadap belajar anak, enggan memperhatikan belajar anak, tidak menyediakan anak belajar, akan membuat anak ketinggalan dalam belajar dan akhirnya malas. Hal ini akan membentuk anak tidak mempunyai sikap disiplin.

2) Faktor sekolah.

Menurut Tafsir (1995 : 132) bahwa sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan jelas. Tujuan itu disebut tujuan internasional yaitu tujuan pendidikan lembaga tesebut. Tujuan diserahkan oleh rakyat kepada sekolah itu untuk mencapainya.

Sedangkan faktor sekolah yang berperan terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar menurut Slameto (1995 : 64) diantaranya :

a) Metode mengajar.

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran

(49)

sehingga guru menyajikannya tidak jelas akibatnya siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya tersebut.

Maka guru yang aktif harus berani mencoba metode-metode yang baru sehingga dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dengan baik serta meningkatkan kedisiplinan siswa dalam belajar.

b) Relasi guru dengan karyawan dengan siswa.

Jika di dalam sekolah guru dan karyawan memberikan tauladan dalam pelaksanaan kedisiplinan maka siswa cenderung untuk mengikutinya.

Relasi guru dengan siswa biasanya akan senang belajar kalau ia suka terhadap guru pengajarnya, ia akan lebih memperhatikan mudah konsentrasi, sebaliknya kalau dalam diri siswa sudah merasa tidak tertarik terhadap guru yang menyampaikan pelajaran, ada kemungkinan untuk tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan.

c) Relasi siswa dengan siswa.

Hubungan antara sesama siswa juga akan berpengaruh terhadap kondisi pikiran dalam belajar. Kalau kita dekat dengan siswa yang rajin, sungguh-sungguh pula. Berbeda, kalau kita dekat dengan siswa yang malas, tak pernah memperhatikan pelajaran kadang juga akan tersugesti

(50)

lebih-lebih kalau motivasi belajarnya lemah, maka gampang sekali terpengaruh. Kompetisi terhadap sesama siswa yang lain akan menjadikan siswa tambah rajin sungguh dalam mengikuti pelajaran.

d) Linkungan tempat Belajar.

Lingkungan tersebut yakni cukup udara segar, ruangan yang menarik, suasana yang tenang tidak bising oleh suara kendaraan atau pabrik akan mempengaruhi suasana belajar di kelas.

Dengan suasana lingkungan yang seperti di atas akan memudahkan siswa untuk memusatkan perhatian pada pelajaran.

c. Faktor Masyarakat.

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar siswa, menurut Slameto (1995 : 70), diantaranya :

1) Mass media.

Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, Surat kabar, buku, komik, dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat. Media massa yang baik akan mendukung kegiatan belajarnya, sebaliknya media massa yang jelek akan berpengaruh jelek pula terhadap siswa, misalnya siswa suka nonton film pada acara TV, kalau pada waktu belajar kebutuhan

(51)

sama waktu tayang film yang disukai maka belajarnya kemungkinan akan terganggu.

Akibat terganggu media massa yang jelek pula kalau siswa sudah terbiasa nonton film atau membaca cerita komik kemudian siswa ada kecenderungan untuk mengikuti tokoh-tokoh yang dikagumi, karena pengaruh dari jalan ceritanya maka semangat belajar akan menurun. Kalau sudah begini siswa tidak akan biasa disiplin dalam belajarnya.

2) Teman bergaul.

Pengaruh teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa begitu juga sebaliknya teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi sifat buruk pula.

Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidikan harus cukup bijaksana.

3. Ciri-ciri siswa yang disiplin belajar.

Dalam kaitannya dengan pembahasan penulis mengenai siswa yang disiplin dalam belajar, siswa yang baik adalah siswa yang mengetahui segala sesuatu tentang sekolah dan pelajarannya, sebagai perwujudan siswa disiplin hendaknya ia selalu mengikuti tata tertib sebagai siswa pada khususnya dan sebagai warga sekolah pada umumnya.

(52)

Adapun peraturan umum untuk sebuah personil sekolah menurut Arikunto (1993 : 128) antara lain berbunyai sebagai berikut :

a. Hormat dan bersikaplah sopan terhadap sesama. b. Hormatilah hak milik sesama.

c. Patuhilah semua peraturan sekolah.

Adapun yang menjadi peraturan khusus untuk pengelolaan pengajaran seperti contoh yang dirumuskan Arikunto (1993 : 130-131) sebagai berikut :

a. Siapkan buku dan peralatan perlengkapan sebelum pelajaran dimulai. b. Datanglah di sekolah paling lambat lima menit sebelum bel

berbunyi.

c. Segera berada di tempat dudukmu dan menyiapkan diri untuk mengikuti dan memperhatikan pelajaran apabila bel sudah berbunyi. d. Ikutilah semua petunjuk atau perintah yang diberikan oleh guru. e. Jangan sampai ada hak milik yang ketinggalan di kelas.

Berdasarkan keterangan diatas siswa yang masuk dalam kategori disiplin belajar pendidikan agama disekolah dapat diamati berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mentaati peraturan sekolah.

Setiap sekolah dalam membuat peraturan bisa saja berbeda karena peraturan itu dibuat dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang ada di sekolah masing-masing dalam kondisi pantas dan dapat dipatuhi oleh semua pihak dengan penuh kesadaran. Kalau semua

(53)

unsur peraturan dalam srkolah dapat ditaati maka kedisiplinan dalam belajar akan terwujud.

b. Mempersiapkan buku dan peralatan sebelum pelajaran dimulai. Permulaan yang baik dari prosa pengajaran akan menimbulkan suasana hati yang ceria, senang, bahagia dan perasaan-perasaan lain yang sifatnya positif, akan berakibat positif pula dalam kelanjutannya. Jika anak sudah menyisihkan waktunya untuk membuat persiapan untuk proses belajar maka pengetahuan yang disukai akan lebih baik pula.

c. Rajin mengikuti pelajaran.

Kerajinan untuk selalu mengikuti pelajaran itu perlu, karena kalau siswa tidak rajin maka ia akan ketinggalan untuk mengikuti pelajaran, misalnya dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa yang baru ini masuk kemudian pertemuan berikutnya tidak berangkat maka untuk pertemuan selanjutnya bisa saja tidak nyambung terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam.

d. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru.

Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru merupakan unsur penting dalam proses belajar. Yang dimaksudkan memperhatikan di sini ialah memusatkan dan menyalurkan kemampuan belajar pada suatu pokok bahasan atau soal. Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah dari guru,

(54)

dalam tugas siswa adalah memperhatikan dan mendengarkan dengan baik. Seorang siswa yang diam bukan berarti ia pasti memperhatikan dan mendengarkan dengan baik, bisa juga diamnya itu dalam kondisi melamun atau pikiran tidak terpusat pada pokok materi.

e. Rajin mencatat hal-hal yang penting.

Persoalan mencatat dalam proses belajar mengajar itu sangat penting. Adapun manfaat dari mencatat ialah :

1) Membantu mengingat idea tau fakta-fakta. 2) Membedakan ide atau gagasan yang berlawanan. 3) Mempertanyakan kebenaran ketepatan pertanyaan.

4) Menaruh perhatian pada bagian yang memiliki bobot dan makna penting.

Mengingat pentingnya mencatat untuk itu siswa hendaknya mencatat setiap point penting yang disampaikan.

f. Aktif di dalam kelas.

Keaktifan di dalam kelas dapat di lihat dalam bentuk aktif bertanya bila mendapatkan materi yang belum paham, keaktifan menjawab faktanya dari guru keaktifan dalam diskusi.

Keaktifan siswa di dalam kelas menunjukkan kalau siswa merespon terhadap pelajaran yang dipelajarinya, disamping juga melatih siswa untuk berpikir lebih mendalam serta dapat mengkombinasikan pelajaran dengan apa yang telah dipelajari dengan orang lain.

(55)

g. Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh.

Dengan kesungguhan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, hal ini akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari.

h. Mengikuti petunjuk yang diberikan guru.

Petunjuk yang disampaikan guru hendaknya diikuti demi kelancaran dalam belajar. Misalnya guru mengarahkan agar pertemuan mendatang membawa alat praktik kalau siswa mengikuti petunujuknya.

C. Pengaruh Religiusitas Terhadap Kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam.

Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang sejarah perjalanan umat manusia adalah fenomena keberagamaan atau sering disebut religiusitas. Sepanjang itu pula, bermunculan beberapa konsep religiusitas. Dimana konsep religiusitas sangat berpengaruh terhadap kehidupan personal dan sosial manusia.

Religiusitas dalam Islam tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus

(56)

didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan yang bagaimanapun.

Dalam menjalani kehidupan di dunia manusia tidak akan bisa lepas dari yang namanya tata tertib atau peraturan. Namun sebagai mahluk yang sempurna disisiNya, yang telah dibekali cipta, rasa dan karsa manusia haruslah mampu menaati peraturan yang ada tersebut. Karena semua itu hanyalah untuk mewujudkan kedisiplinan.

Dalam hal kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam, religiusitas mempunyai peranan yang sangat penting. Ketika seorang siswa sedang mengalami masalah dalam kedisiplinannya, atau dengan kata lain siswa tidak mau menaati tat tertib yang ada. Disinilah peranan religiusitas dapat terlihat. Dengan jiwa dan hati mereka yang tenang, tentram akan menjadi lebih tenang dan merasa tidak terbebani dengan yang namanya tata tertib atau peraturan.

(57)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM SMA N 2 BOYOLALI.

1. Sejarah berdirinya SMA N 2 Boyolali.

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Boyolali berdiri pada tahun 1982 tepatnya tanggal 01 Juli 1982 dengan SK Menteri nomor 0298/0/1982. Berdirinya SMA Negeri 2 Boyolali dilatarbelakangi oleh adanya balas budi eks TP (Tentara Pelajar) SA/CSA kepada rakyat Tlatar dan sekitarnya atas jasanya mempertahankan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia bersama TP SA/CSA pada tahun 1948 s.d 1950. Dan untuk mengenang dan napak tilas bahwa di daerah ini telah terjadi pertempuran di malam hari konon tentara kerajaan belanda yang berjumlah 1 kompi (120 orang) telah mengepung wilayah Tlatar yang mana anggota TP hanya berjumlah 15 Mase TP.

Namun hal tersebut anggota TP yang bisa lolos hanya 1 orang yang kena tembakan dipaha, karena Belanda frustasi maka tentara Belanda membabi buta yang mengakibatkan 7 korban dari warga setempat. Dari peristiwa itulah maka berdasarkan pengajuan 7 Desa wilayah Tlatar mengajukan untuk bisa dibangun sebuah SMA di wilayah ini untuk memperingati peristiwa heroic tersebut. Dari pengajuan tersebut disetujui

(58)

oleh pengurus eks TP/CSA untuk membangun gedung SMA dan sekaligus dibangun monumen patung TP di depan sekolah.

Adapun peristiwa gerilya masa itu disebut oleh masyarakat di kenal dengan “Pruputan” yang artinya Belanda telah membangunkan Tentara TP / CSA pada waktu yang masih gelap gulita.

2. Letak Geografis.

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Boyolali menempati gedung yang dibangun diatas tanah seluas 12.007 M². Tanah tersebut semula adalah lapangan sepak bola desa.

SMA Negeri 2 Boyolali terletak di kawasan pariwisata pemandian Tlatar , Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.

Secara Geografis, SMA Negeri 2 Boyolali terletak di tepi jalur lalu lintas yang dibatasi oleh :

a. Sebelah Utara : Sungai dan tegalan. b. Sebelah Timur : Jalan Raya.

c. Sebelah Selatan : Jalan Raya.

d. Sebelah Barat : Kampung Kebonbimo. 3. Visi dan Misi.

a. Visi SMA N 2 Boyolali.

Visi adalah wawasan yang menjadi arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan kata lain visi yaitu pandangan sekolah jauh ke depan kemana sekolah akan dibawa. Jadi visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan

(59)

sekolah dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya ke masa depan. Gambaran tersebut kami dasarkan pada landasan yuridis, yaitu Undang-Undang Pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan pendidikan nasional.

Oleh karena itu visi harus tetap dalam koridor kebijakan pendidikan nasional dan sesuai dengan kebutuhan anak serta masyarakat. Adapun visi SMA Negeri 2 Boyolali adalah “Menjadi Sekolah yang Berprestasi, Berdisiplin dan Berperilaku dalam Imtaq yang tinggi”.

b. Misi SMA N 2 Boyolali.

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi atau dikatakan bahwa misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi. Dengan demikian dalam merumuskan misi kita harus memperhitungkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok yang terkait dengan sekolah.

Adapun misi SMA Negeri 2 Boyolali yaitu :

1) Menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi

2) Menumbuhkan semangat penghayatan terhadap agama yang dianut serta mengembangkan kepribadian Indonesia yang kuat.

3) Mendorong dan membentuk para siswa untuk mengenali serta menggali potensi pada dirinya sehingga mampu dikembangkan secara optimal.

Referensi

Dokumen terkait

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor gaji, pekerjaan, promosi jabatan, supervisor, dan rekan sekerja secara simultan terhadap kepuasan

Pendidikan sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa, maka dari itu pendidikan dituntut perannya mencetak generasi bangsa yang berfikir kritis. Melalui pembelajaran

Melalui uji moderated regression analysis (MRA) dihasilkan customer satisfaction mampu memoderasi trust, commitment, communication dan conflict handling terhadap

Model sistem pemantauan tinggi muka air sungai bekerja untuk perubahan tinggi muka air mencapai 2,5 meter dan pengiriman data yang dilakukan oleh pemancar

Inspektorat Jenderal adalah Unit Eselon I dari Kementerian Perhubungan yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

Bawean adalah salah satu Pulau di Indonesia yang mengalami krisis listrik, dimana pasokan energi listrik saat ini hanya diproduksi oleh Pembangkit Listrik Tenaga

First of all, the writer would like to thank God for His blessings and grace so that she was able to finish carrying out and reporting this study under the title “The Language

untuk menampilkan data file yang sedang aktif dalam bentuk baris dan kolom dengan nama field tertentu..