Tesis
ELFIANA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis
saya yang berjudul :
Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi di Provinsi Aceh :
Pendekatan Input-Output
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan
Komisis Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis
ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2012
Elfiana
Aceh : Input-Output Approach (ANNA FARIYANTI as Chairperson and KUNTJORO as Member of the Advisory Committee).
The economic sectors have a crucial role in the development of both national and regional economy. A comprehensive and sustainable economic integration among all production sectors is the key to a successful economic development. In a market economy, an integrated economy can be seen when interaction occur among the economic players-buying and selling the input and output of production. The objectives of this research were to (1) analyze the contribution of economic sectors in the development of Aceh province, (2) analyze the linkage among the economic sectors in the development of Aceh province, (3) analyze the impact (multiplier) of changes in the final demand on output, income and labor in the economic sectors, and (4) analyze the impact of changes in the consumption expenditure of the household, government, and export on output, income and labor economic sectors. Input-output tables were used to analyze the magnitude of linkages among the sectors in the economic development of a region. The results showed that the gas mining sector in the economic sector with a relatively large role in the creation of output and added values in the economic development of Aceh province. In terms of the linkage level, the sector with the greatest value of direct backward linkage is the electricity sector, while the sector with the largest value of direct and indirect backward linkages are the industrial sectors of food, beverages and tobacco. Meanwhile, the sector with the biggest value of forward linkage is the trade sector, whereas the gas mining sector has the biggest value of direct and indirect forward linkage. Based on the output multiplier value, the output of food, beverages and tobacco industrial sectors have a relativey large value compared with the other economic sectors. As for the value of income multiplier, electricity sectors as well as industrial sectors of food, beverages and tobacco have relatively high multiplier values. In terms of the labor multiplier, the sector with a relatively high multiplier value is the milling industry of rice, grain and flour. Meanwhile, result simulation the scenario of first showed that increasing the number of output whole the economic sector has a relatively large compared with increase of income and labor. The result simulation the scenario of second showed that decrease consumption of the household and government there caused to decrease the number of output and labor in whole economic sector. While result simulation the scenario of third showed that if the export was raised, increasing the number of output is relatively larger than increase of income and labor. Of the three of simulations to increase the number of output be the third scenario is capable to producing the greatest number of output in whole economic sector.
RINGKASAN
ELFIANA. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi di Provinsi Aceh : Pendekatan Input-Output. (ANNA FARIYANTI Sebagai Ketua dan KUNTJORO Sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Sektor ekonomi mempunyai peran yang sangat besar dalam mendorong perekonomian di Indonesia. Salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi besar dalam pembangunan adalah sektor industri, dimana sektor ini mampu menyumbang sebesar 25.19 persen, kemudian diikuti oleh sektor pertanian sebesar 15.92 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13.80 persen. Diantara sektor ekonomi memiliki keterkaitan atau integrasi satu sama lain. Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan diantara semua sektor produksi merupakan kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Dalam ekonomi pasar, integrasi ekonomi dapat dilihat ketika terjadi interaksi antara pelaku ekonomi yang saling jual beli input produksi. Keterkaitan ini terlihat pada saat sektor industri membutuhkan input untuk melakukan aktivitasnya yang dihasilkan oleh sektor pertanian, dan selanjutnya output dari sektor industri dijadikan input oleh sektor ekonomi lain.
Sementara itu di Provinsi Aceh, pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan sektor ekonomi, dimana sektor ekonomi memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan wilayah. Pembangunan wilayah dapat berkembang melalui berkembangnya sektor unggulan pada wilayah tersebut yang mendorong perkembangan sektor lain. Selanjutnya sektor yang lain akan berkembang sehingga mampu mendorong perkembangan sektor lain yang terkait, sehingga membentuk suatu sistem keterkaitan. Dengan demikian sektor ekonomi terkait akan mampu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Aceh.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis peran sektor ekonomi dalam pembangunan di Provinsi Aceh, (2) menganalisis keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan di Provinsi Aceh, (3) menganalisis dampak perubahan permintaan akhir terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja sektor ekonomi, dan (4) menganalisis dampak pengeluaran konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah dan ekspor terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja sektor ekonomi. Penelitian ini menggunakan Tabel Input-Output Provinsi Aceh tahun 2006 yang di-Updateke tahun 2009 dengan menggunakan Metode RAS.
yang termasuk sektor penting dalam pembangunan ekonomidi Provinsi Aceh terdiri dari sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor ternak dan hasilnya, sektor industri pupuk urea dan kimia, sektor pengilingan minyak dan gas, sektor listrik dan bangunan. Apabila dilihat dari nilai multiplier output sektor industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai nilai relatif besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lain. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan sektor industri makanan, minuman dan tembakau dalam
menghasilkan output dalam perekonomian relatif besar. Sedangkan untuk nilai multiplier pendapatan tertinggi ditempati oleh sektor listrik, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor listrik untuk mendorong peningkatan pendapatan tenaga kerja juga di Provinsi Aceh relatif besar dibandingkan sektor ekonomi lain. Apabila dilihat dari nilai multiplier tenaga kerja terbesar di ditempati oleh sektor industri penggilingan beras, biji-bijian dan tepung, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sektor industri pengilingan beras, bijian dan tepung dalam penyerapan tenaga kerja relatif lebih besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lain. Sementara itu hasil simulasi pada skenario pertama menunjukkan bahwa peningkatan jumlah output seluruh sektor ekonomi memiliki nilai yang relatif besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan dan tenaga kerja. Sedangkan hasil simulasi scenario kedua menunjukkan apabila terjadi penurunan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah maka jumlah output, pendapatan dan tenaga kerja pada seluruh sektor ekonomi akan mengalami penurunan. Sementara itu untuk simulasi ketiga menunjukkan bahwa apabila ekspor dinaikkan, peningkatan jumlah output relatif lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pendapatan dan tenaga kerja. Dari ketiga simulasi tersebut untuk menaikkan jumlah output maka simulsi skenario ketiga mampu menghasilkan jumlah output terbesar pada seluruh sektor ekonomi
Implikasi kebijakan yang perlu dilakukan dalam upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi, hendaknya pemerintah
ELFIANA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr. Ir. Suharno, M. Adev
(Dosen Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor)
Penguji Wakil Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan Pimpinan Sidang :
Dr. Lukytawati Anggraeni, SP. M.Si
(Dosen Departemen Ilmu Ekonomi,
Nama : Elfiana
Nomor Pokok : H353090101
Mayor : Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si
Ketua Prof. Dr. Ir. Kuntjoro
Anggota
Mengetahui,
2. Koordinator Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian
Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, M.A.
3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul :
Analisis Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi di Provinsi Aceh : Pendekatan
Input-Output. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian studi
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr.
Ir. Kuntjoro selaku Anggota Komisi Pembimbing.
2. Prof. Dr. Ir. Bonar M Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi yang sangat
membantu demi kelancaran penyelesaian studi.
3. Dr. Ir. Suharno, M.Adev selaku dosen penguji utama yang telah memberikan
masukan dan saran untuk hasil penelitian tesis ini.
4. Dr. Lukytawati Anggraeni, SP.M.Si selaku dosen penguji wakil program studi
5. Kedua Orang tua yang telah membiayai kuliah S2, serta dukungan dan
dorongan untuk penyelesaian tesis ini.
6. Kakak dan Adik yang telah memberikan doa dan dorongan atas penyelesaian
tesis ini.
7. Kakanda Heri Juanda yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk
penyelesaian tesis ini.
9. Teman-teman kosan Tajul Iflah, Putri Indah NW, Kak Irhami dan semua
teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian tesis ini.
10. Staf Administrasi Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian.
11. Bapak/Ibu staf pada bagian Neraca Produksi Barang dan Jasa, Badan Pusat
Statistik, yang telah memberikan kemudahan data untuk penulisan tesis ini
dan juga waktu luang atas diskusi yang telah diberikan.
Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pemerintah, masyarakat serta mahasiswa di berbagai perguruan tinggi sebagai
referensi dalam melakukan penelitian sejenis.
Bogor, Februari 2012
Maret 1983 dari pasangan M.Yusuf dan Rosmanidar yang merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1996 dari
MIN I Matangglumpang dua Kabupaten Bireuen. Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMPN I Matangglumpang dua
Kabupaten Bireuen. Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun
2002 dari SMUN 2 Peusangan Kabupaten Bireuen. Gelar Sarjana Pertanian
diperoleh pada tahun 2007 dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Tahun 2008 penulis menjadi asisten dosen di Universitas Almuslim
Kabupaten Bireuen. Tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian... 11
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA... 13
2.1. Teori Pembangunan ... 13
2.2. Teori Model Perencanaan Pembangunan ... 16
2.3. Produk Regional Domestik Bruto ... 18
2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 32
3.1. Kerangka Teoritis Input-Output... 32
3.2. Permintaan dan Penawaran dalam Pembangunan Ekonomi ... 41
3.2.1. Output ... 42
3.2.2. Struktur Nilai Tambah ... 43
3.2.3. Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi ... 43
3.2.3.1. Keterkaitan ke Depan……….. 43
3.2.3.2. Keterkaitan ke Belakang………. 44
3.2.4. Dampak Penyebaran……… 44
3.2.4.1.Daya Penyebaran………. 44
3.2.4.2. Derajat Kepekaan………. 45
3.2.5. Multiplier………. 45
3.2.5.1. Multiplier Output………. 45
3.2.5.2. Multiplier Pendapatan……… 46
3.2.5.3. Multiplier Tenaga Kerja……… 46
3.3. Perencanaan Penetapan Prioritas Output Sektor Ekonomi... 47
4.1. Jenis dan SumberData……… 51
4.2. MetodeAnalisis……….. 52
4.3. Analisis Struktur Permintaan dan Penawaran dalam Pembangunan……….. 53
4.3.1. Ekspor dan Impor……….. 54
4.3.2. Analisis StrukturOutput………... 54
4.3.3. Analisis Struktur Nilai Tambah……….... 55
4.3.4. Analisis Keterkaitan………... 56
4.3.4.1. Analisis Keterkaitan ke Depan………... 56
4.3.4.2. Analisis Keterkaitan ke Belakang……... 57
4.3.5. Analisis Dampak Penyebaran………... 59
4.3.5.1. Analisis Daya Penyebaran……… 59
4.3.5.2. Analisis Derajat Kepekaan……… 60
4.3.6. Analisis Dampak (Multiplier) Perubahan Permintaan Akhir terhadap Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi………... 61
4.3.6.1. Analisis Multiplier Output……… 62
4.3.6.2. Analisis Multiplier Pendapatan………. 62
4.3.6.2. Analisis Tenaga Kerja………... 63
4.4. Simulasi Perubahan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga, Konsumsi Pemerintah dan Ekspor terhadap Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi……... 63
V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH……….. 66
5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi………... 66
5.2. Kependudukan dan Tenaga Kerja……… 67
5.3. Struktur Perekonomiandan Potensi Ekonomi……… 69
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 76
6.1. Struktur Permintaan dan Penawaran dalam Pembangunan Ekonomi……….. 76
6.1.2. Struktur NilaiTambah Bruto……… 79
6.1.3. Struktur Permintaan Akhir……… 82
6.1.4. Keterkaitan Antar Sektor Ekonomi……….. 84
6.1.4.1. Keterkaitan ke Belakang……… 85
6.1.4.2. Keterkaitan ke Depan……… 91
6.1.5. Daya Penyebarandan Derajat Kepekaan………. 97
6.2. Dampak (Multiplier) Perubahan Permintaan Akhir terhadap Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi.. ... 103
6.2.1. Multiplier Output………. 104
6.2.2. MultiplierPendapatan……….. 106
6.2.3. Multiplier Tenaga Kerja……… 109
6.3. Dampak Perubahan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Rumahtangga dan Ekspor terhadap Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja SektorEkonomi………... 110
VII. KESIMPULAN DANIMPLIKASI KEBIJAKAN……… 116
7.1. Kesimpulan………. 116
7.2. Implikasi Kebijakan………... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 121
1. Kontribusi Sektoral Produk Domestik Bruto di Indonesia
Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010… 2
2. Total Ekspor dan Impor Sektor Ekonomi di Indonesia ... 3
3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Aceh Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2009 ... 5
4. Produk Domestik Regional Bruto dari Sisi Pengeluaran di Provinsi Aceh Menurut Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2009 ... 7
5. Tabel Input-Output... 37
6. Struktur Tabel Input-Output Provinsi Aceh Tahun 2009... 53
7. Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja ... 61
8. Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh ... 67
9. Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Tahun 2009 .. 79
10. Sepuluh Peringkat Terbesar Nilai Tambah Bruto Tahun 2009 ... 81
11. Komposisi Nilai Tambah Bruto dan Komponennya Tahun 2009 ... 82
12. Struktur Permintaan Akhir di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 83
13. Lima Sektor Ekonomi yang Memiliki Nilai Keterkaitan Langsung ke Belakang di Aceh Tahun 2009 ... 86
14. Lima Sektor Ekonomi yang Memiliki Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 89
15. Lima Sektor yang Memiliki Nilai Keterkaitan Langsung ke Depan di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 92
16. Lima Sektor Ekonomi yang Memiliki Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 96
17. Sektor Produksi yang Memiliki Indeks Daya Penyebaran Tinggi Tahun 2009... 98
19. Peringkat Sepuluh Besar Multiplier Output Klasifikasi 55 Sektor
di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 106
20. Peringkat Sepuluh Besar Multiplier Pendapatan Klasifikasi
55 Sektor di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 108
21. Sepuluh Besar Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 55 Sektor
di Provinsi Aceh Tahun 2009... 110
22. Struktur Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja yang Dipengaruhi
Oleh Komponen Permintaan Akhir di Provinsi Aceh Tahun 2009... 111
23. Dampak Perubahan Permintaan Akhir Terhadapa Output,
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Klasifikasi Tabel Input-Output Provinsi Aceh Tahun 2009... 126
2. Tabel Input-Output Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen
Provinsi Aceh Tahun 2009 ... ... 128
3. Output Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 137
4. Nilai Tambah Bruto Sektor- sektor Perekonomian di Provinsi
Aceh Tahun 2009 ... 139
5. Nilai Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor Ekonomi di
Provinsi Aceh pada Tahun 2009 ... 141
6. Distribusi Permintaan dan Penawaran Menurut Sektor Ekonomi
di Provinsi Aceh pada Tahun 2009 ... 143
7. Keterkaitan Langsung ke Belakang Sepuluh Sektor terbesar
dengan Sektor-sektor Lainnya di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 145
8. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Sepuluh Sektor terbesar dengan Sektor-sektor Lainnya
di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 147
9. Keterkaitan Langsung ke Depan Sepuluh Sektor terbesar
dengan Sektor-sektor Lainnya di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 149
10. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Sepuluh Sektor terbesar dengan Sektor-sektor Lainnya
di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 151
11. Peringkat Nilai Keterkaitan ke Depan Sektor-sektor
Perekonomian di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 153
12. Peringkat Nilai Keterkaitan ke Belakang Sektor-sektor
Perekonomian di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 155
13. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan
Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 157
14. Analisis Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat
16. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 55 Sektor di Provinsi Aceh
Tahun 2009 ... 162
17. Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 55 Sektor di Provinsi Aceh
Tahun 2009 ... 164
18. Distribusi Persentase Produk Domestik Reginal Bruto Provinsi
Aceh Atas Harga Berlaku Menurut Penggunaan Tahun 1998-2009 166
19. Struktur Output yang Dipengaruhi oleh Komponen Permintaan
Akhir Provinsi Aceh Tahun 2009 Sebelum Simulasi ... 167
20. Nilai Tambah Bruto yang Dipengaruhi oleh Komponen
Permintaan Akhir Provinsi Aceh Tahun 2009 Sebelum Simulasi . 169
21. Struktur Pendapatan yang Dipengaruhi oleh Komponen
Permintaan Akhir Provinsi Aceh Tahun 2009 Sebelum Simulasi .. 171
22. Struktur Tenaga Kerja yang Dipengaruhi oleh Komponen
Permintaan Akhir Provinsi Aceh Tahun 2009 Sebelum Simulasi . 173
23. Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
sebesar 40 persen dan Pengeluaran Pemerintah sebesar
17 persen terhadap Output di Provinsi Aceh Tahun 2009... 175
24. Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
sebesar 40 Persen dan Pengeluaran Pemerintah sebesar 17
persen terhadap Upah/Pendapatan di Provinsi Aceh Tahun 2009 ... 177
25. Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
sebesar 40 Persen dan Pengeluaran Pemerintah sebesar 17
persen terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja Tahun 2009 ... 179
26. Dampak Peningkatan Ekspor sebesar 32 persen terhadap
Output Tahun 2009 ... 181
27. Dampak Peningkatan Ekspor sebesar 32 persen terhadap Gaji/
Pendapatan Tahun 2009 ... 183
28. Dampak Peningkatan Ekspor sebesar 32 persen terhadap Gaji/
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi dapat dilihat berdasarkan struktur
kenaikan produksi dan penyerapan tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dari tahun
sebelumnya. Selain itu pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economy growth), dimana keduanya memiliki hubungan saling
keterkaitan. Artinya pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar pembangunan ekonomi
(Todaro dan Smith, 2006).
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat
kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada
tahun sebelumnya. Pertumbuhan dicapai apabila jumlah produksi barang-barang
dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari
tahun-tahun sebelumnya (Pasrah, 2007). Semakin besar pertumbuhan di
masing-masing sektor berarti sumbangan terhadap pembangunan ekonomi di negara atau
daerah tersebut semakin tinggi, sehingga tingkat kesejahteraan akan semakin baik.
Keberhasilan pembangunan bisa diidentifikasikan dari meningkatnya
kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan suatu negara dapat diukur
dengan beberapa indikator hasil pembangunan yang bisa dilihat dari Produk
Domestik Bruto, laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita suatu
2
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan sektor ekonomi,
dimana sektor ekonomi memiliki relevansi yang kuat dengan pengembangan
wilayah. Pembangunan wilayah dapat berkembang melalui berkembangnya sektor
unggulan pada wilayah tersebut yang mendorong perkembangan sektor lain.
Selanjutnya sektor yang lain akan berkembang sehingga mampu mendorong
perkembangan sektor lain yang terkait, sehingga membentuk suatu sistem
keterkaitan antar sektor (Djakapermana, 2010).
Di Indonesia, sektor ekonomi mempunyai peran yang sangat besar dalam
pembangunan. Salah satu sektor yang mampu memberikan kontribusi besar dalam
pembangunan adalah sektor industri, dimana sektor ini mampu menyumbang
sebesar 25.19 persen, kemudian diikuti oleh sektor pertanian sebesar 15.92 persen
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13.80 persen. Untuk melihat
besarnya kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia
pada periode empat tahun terakhir disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kontribusi Sektoral Produk Domestik Bruto di Indonesia Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2010
No Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 13.72 14.46 15.29 15.92
2 Pertambangan dan penggalian 11.15 10.92 10.54 11.04
3 Industri Pengolahan 27.05 27.89 26.38 25.19
4 Listrik, Gas dan Air 0.88 0.82 0.83 0.79
5 Kontruk 7.72 8.48 9.89 10.11
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.99 13.97 13.37 13.80
7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.69 6.31 6.28 6.23
8 Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan 7.73 7.43 7.20 7.09
9 Jasa-Jasa 10.08 9.73 10.22 9.82
Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010a)
Diantara sektor ekonomi pada Tabel 1 memiliki keterkaitan atau integrasi
satu sama lain. Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di
antara semua sektor produksi merupakan kunci keberhasilan pembangunan
dapat dilihat ketika terjadi interaksi antara pelaku ekonomi yang saling jual beli
input produksi. Keterkaitan ini terlihat pada saat sektor industri membutuhkan
input untuk melakukan aktivitasnya yang dihasilkan oleh sektor pertanian, dan
selanjutnya output dari sektor industri dijadikan input oleh sektor ekonomi lain.
Sementara itu kontribusi sektor ekonomi terhadap Produk Domestik Bruto
dapat dilihat dari jumlah ekspornya. Apabila dilihat dari segi permintaan dan
penawaran, sektor ekonomi di Indonesia terdiri dari ekspor dan impor, dimana
ekspor Indonesia lebih besar dari pada impornya hal ini akan berpengaruh
terhadap Produk Domestik Bruto. Semakin besar jumlah ekspor yang mampu
dihasilkan oleh suatu negara atau daerah, maka akan berpengaruh terhadap
peningkatan Produk Domestik Bruto negara tersebut. Untuk melihat ekspor dan
impor Indonesia disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Total Ekspor dan Impor Sektor Ekonomi di Indonesia
(Juta US$)
Tahun Ekspor Persen Impor Persen
2007 2008 2009
11 651 000 157 779.1 152 500.8
7.32 6.84 6.08
968 29.2 135 663.2 129 966.5
6.34 6.20 5.59
Jumlah 426 789.9 20.24 362 458.9 18.14
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010b)
Tabel 2 menunjukkan bahwa kontribusi sektor ekonomi terhadap ekspor di
Indonesia lebih besar dari impor. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi di
Indonesia mampu menghasilkan produk ekspor. Semakin banyak ekspor yang
dihasilkan maka akan semakin besar kontribusi yang diberikan terhadap
pembangunan ekonomi, dimana ekspor mampu menghasilkan devisa untuk
negara.
Kemudian apabila dilihat dari kesempatan kerja, kontribusi sektor
4
pertanian yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 37 persen. Kemudian
diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 20 persen, sektor jasa
14 persen dan sektor industri pengolahan sebesar 12 persen (BPS, 2010b).
Besarnya peran sektor ekonomi dalam penyerapan tenaga kerja akan berpengaruh
terhadap pembangunan ekonomi suatu negara.
Sementara itu perekonomian di Aceh ditopang oleh sektor pertanian
(29%), sektor pertambangan dan penggalian (9.37%), sektor industri pengolahan
(10.53%), sektor listrik dan air bersih (0.44%), sektor bangunan (10.21%), sektor
perdagangan, hotel dan restoran (15.19%), pengangkutan dan komunikasi
(10.95%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (2.64%) dan sektor
jasa-jasa sebesar 11.87 persen (BPS, 2010a). Kontribusi sektor ekonomi tersebut
sangat berpengaruh terhadap pembangunan perekonomian. Sumbangan
masing-masing sektor ekonomi di Provinsi Aceh mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah tersebut. Salah satu sektor yang paling dominan di Provinsi
Aceh adalah sektor pertanian dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik
Regional Bruto.
Pembangunan sektor ekonomi di Provinsi Aceh memiliki keterkaitan antar
sektor, dimana perkembangan suatu sektor sangat dipengaruhi oleh perkembangan
sektor lainnya. Kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di Aceh,
diberikan oleh sektor pertanian meskipun laju pertumbuhan rata-rata sektor ini
dari tahun 2004 ke tahun 2009 lebih kecil yaitu sebesar 1.52 persen dibandingkan
dengan laju pertumbuhan rata-rata sektor listrik dari tahun 2004 ke tahun 2009 .
Pertumbuhan sektor listrik dan air bersih yang tinggi menggambarkan bahwa
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Aceh Menurut Lapangan Usaha tahun 2004-2009
No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Pertanian 6.04 -3.89 1.56 3.62 0.81 3.09
2 Pertambangan dan penggalian -24.06 -22.62 -2.58 -21.10 -27.31 -49.24
3 Industri Pengolahan -17.80 -22.30 -13.18 -10.10 -7.73 -6.06
4 Listrik, Gas dan Air 19.53 -1.95 12.06 23.70 12.73 27.07
5 Kontruksi 0.92 -16.14 48.41 13.93 -0.85 3.16
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -2.68 6.64 7.41 1.70 4.59 3.28
7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.67 14.39 10.99 10.95 1.38 4.86
8 Keuangan, real estate dan Jasa Perusahaan
19.45 -9.53 11.77 6.02 5.16 9.61
9 Jasa-Jasa 20.14 9.65 4.41 14.30 1.21 4.68
Produk Domestik Regional Bruto 1.76 1.22 7.70 7.23 1.88 3.92
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2010c)
Tabel 3 menunjukkan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
di Provinsi Aceh, dimana sektor yang memiliki laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto terkecil tahun 2009 adalah sektor pertambangan dan
penggalian (-49.24 %), sedangkan sektor yang memiliki memiliki laju
pertumbuhan yang relatif besar yaitu sektor listrik, gas dan air (27.07 %).
Meskipun laju pertumbuhan sektor ekonomi berfluktuatif namun perkembangan
pertumbuhan sektor ekonomi sangat penting dalam pembangunan di Aceh.
Pasca tsunami, pada tahun 2005 hampir seluruh sektor ekonomi yang ada
di Aceh mengalami pertumbuhan yang negatif. Meskipun ada beberapa sektor
yang mengalami pertumbuhan positif seperti sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan. Penurunan laju
pertumbuhan tersebut dikarenakan pasca tsunami banyak sektor ekonomi yang
mengalami dampak dari tsunami tersebut, seperti rusaknya lahan untuk pertanian.
Seiring dengan berjalannya waktu pertumbuhan sektor ekonomi di Provinsi Aceh
mampu menunjukkan laju pertumbuhan positif bahkan beberapa sektor ekonomi
6
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil
pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut
merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang
terjadi (BPS, 2010c). Dilihat dari laju pertumbuhan, sektor skonomi masih dapat
berkembang setalah tsunami tahun 2004, meskipun pada tahun 2005
pertumbuhannya negatif. Beberapa tahun terakhir, sektor migas terus mengalami
penurunan seiring menipisnya cadangan gas alam di Arun. Selain sektor-sektor
tersebut, beberapa sektor ekonomi setelah tsunami mulai membesar, seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor konstruksi yang semakin bertambah
seiring kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi pasca tsunami Aceh.
Sementara itu dilihat dari komponen permintaan akhir, ekonomi daerah
Aceh masih ditopang oleh pengeluaran pemerintah. Pengeluaran konsumsi
pemerintah sangat penting untuk perkembangan sektor ekonomi. Untuk
perkembangan sektor ekonomi, pada tahun 2009 pemerintah menaikkan
pengeluaran konsumsinya sebesar 27.68 persen, hal ini lebih besar dari
pengeluaran pemerintah pada tahun 2008 yang hanya sebesar 20.05 persen (BPS,
2010d). Bila dicermati, pada Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin besar
pengeluaran konsumsi pemerintah, pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga
juga semakin besar. Artinya pengeluaran konsumsi pemerintah akan
mempengaruhi pengeluaran konsumsi rumahtangga masyarakat yang ada di
Provinsi Aceh. Sedangkan ekspor merupakan yang terbesar dibandingkan dengan
pengeluaran komponen lain. Untuk terus meningkatkan kontribusinya terhadap
perkembangan seluruh sektor ekonomi terus dilakukan. Untuk melihat kontribusi
Produk Domestik Regional Bruto dari sisi pengeluaran disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto dari Sisi Pengeluaran di Provinsi Aceh Menurut Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2009
Jenis Penggunaan 2006 2007 2008 2009
1. Konsumsi Rumahtangga 27.85 31.27 33.16 38.25
2. Konsumsi Lembaga Swasta 0.55 0.66 0.65 0.67
3. Konsumsi Pemerintah 19.18 20.28 20.05 27.68
4. Pembentukan Modal Bruto 13.32 14.93 15.99 16.50
5. Perubahan Inventori 2.88 1.68 0.84 0.78
6. Ekspor Barang dan Jasa 37.52 39.30 40.84 28.80
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 1.29 8.11 9.85 11.13
Jumlah PDRB 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2010d)
Kemudian apabila dilihat dari segi permintaan dan penawaran, sektor
ekonomi di Aceh terdiri dari ekspor dan impor. Berdasarkan data dari (Badan
Pusat Statistik, 2009b), ekspor di Provinsi Aceh lebih besar dibandingkan dengan
nilai impornya, total nilai ekspor mencapai Rp 32 461 501juta sementara jumlah
impornya hanya sebesar Rp 10 594 409 juta. Sektor pengilangan minyak dan gas
merupakan sektor yang menghasilkan produk ekspor yang relatif besar dengan
nilai total ekspor sebesar Rp 8 955 218juta. Selanjutnya sektor pertambangan gas
merupakan sektor terbesar kedua dengan total ekspor sebesar Rp 6 059 706 juta.
Selain untuk permintaan ekspor ke luar daerah atau luar negeri, sektor ini juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui peran sektor ekonomi dan
keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan di Provinsi Aceh, maka
dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan model Input-Output.
8
terhadap perekonomian serta dampak peningkatan permintaan akhir terhadap
output, pendapatan dan tenaga kerja (Daryanto dan Yundy, 2010a).
1.2. Perumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan dari pembangunan, dimana
keduanya memiliki hubungan keterkaitan. Pasca tsunami 2004 memiliki pengaruh
terhadap perkembangan sektor ekonomi terutama sektor pertanian yang
merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi di Provinsi
Aceh. Pada tahun 2005 sektor pertanian mempunyai laju pertumbuhan yang
negatif yaitu sebesar -3.89 persen . Selain memiliki laju pertumbuhan negatif ada
beberapa sektor yang memiliki laju pertumbuhan positif setelah tsunami seperti
sektor perdagangan (6.64%), pengangkutan dan komunikasi (14.39%) dan
jasa-jasa 9.65 persen (BPS, 2009a). Perkembangan laju pertumbuhan pada
masing-masing sektor memiliki keterkaitan dengan sektor lain. Pasca tsunami, banyak
lahan pertanian yang ada di Provinsi Aceh dibangun bangunan baik untuk
perumahan, hotel, restoran maupun bangunan untuk perdagangan sehingga sektor
tersebut memiliki laju pertumbuhan positif.
Sementara itu pembangunan di daerah Aceh diprioritaskan pada
peningkatan pengembangan teknologi, mengingat teknologi sangat penting dalam
pembangunan sektor ekonomi. Sektor ekonomi di Provinsi Aceh memiliki
hubungan saling keterkaitan antar sektor. Untuk meningkatkan pertumbuhan
sektor ekonomi, pemerintah terus meningkatkan kualitas sumberdaya yang
mampu mengembangkan pembangunan seluruh sektor ekonomi. Dengan
demikian maka kesejahteraan hidup masyarakat akan terwujud. Salah satu strategi
pengembangan sektor ekonomi adalah dengan cara berfokus pada kebijakan yang
mendorong pengembangan sektor-sektor yang mempunyai hubungan keterkaitan
ke belakang maupun ke depan. Tujuannya agar semua sektor mampu memberikan
kontribusi yang relatif besar terhadap Produk Domestik Reginal Bruto.
Tantangan pembangunan yang dihadapi oleh Provinsi Aceh pada saat ini
adalah: (1) meningkatkan pengeluaran pemerintah terhadap perkembangan sektor
ekonomi, (2) meningkatkan kontribusi seluruh sektor ekonomi terutama sektor
yang memiliki hubungan keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang dengan
sektor ekonomi lain, (3) meningkatkan perluasan kesempatan kerja terdidik di
semua sektor sehingga akan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi
dan sosial masyarakat.
Salah satu ukuran untuk mengukur pembangunan ekonomi suatu daerah
dapat dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto. Bencana
tsunami tahun 2004 telah menyebabkan laju pertumbuhan beberapa sektor
ekonomi Aceh relatif rendah. Akan tetapi seiring dengan berjalannya rehabilitasi
dan kontruksi pasca tsunami, selain sektor pertanian dan pertambangan, sektor
pembangunan dan perdagangan juga memberikan kontribusi yang relatif besar
dalam pembangunan ekonomi di Aceh. Sehingga timbul pertanyaan bagaimana
peran sektor tersebut dalam pembangunan perekonomian?
Selain itu beberapa tahun terakhir pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian dan industri pengolahan mengalami laju pertumbuhan yang negatif,
sedangkan sektor pertanian, sektor listrik, air dan gas, sektor perdagangan, hotel
dan restoran serta sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan menunjukkan
10
pertanyaan bagaimana hubungan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam
pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh?
Kemudian perkembangan beberapa sektor ekonomi dalam beberapa tahun
terakhir, menunjukkan laju pertumbuhan yang relatif kecil. Hal tersebut akan
mempengaruhi kontribusi sektor tersebut terhadap pembangunan ekonomi di
Aceh. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan sektor tersebut maka pengeluaran
pemerintah sangat diperlukan terhadap perkembangan sektor ekonomi, hal ini
akan mempengaruhi perubahan permintaan akhir terhadap output, pendapatan dan
tenaga di semua sektor. Sehubungan dengan itu maka timbul pertanyaan seberapa
besar pengaruh perubahan permintaan akhir terhadap output, pendapatan, dan
tenaga kerja terhadap pembangunan perekonomian?
Kemudian bencana tsunami tahun 2004 menyebabkan pertumbuhan
sebagian sektor ekonomi di Aceh mengalami penurunan. Untuk memulihkan
sektor ekonomi, maka konsumsi pemerintah, rumahtangga dan ekspor sangat
penting dalam pembangunan ekonomi. Sehubungan dengan itu maka timbul
pertanyaan bagaimana dampak perubahan pengeluaran konsumsi pemerintah,
rumahtangga, dan ekspor terhadap perkembangan sektor ekonomi?
Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:
1. Sektor-sektor apa saja yang mempunyai peran terbesar dalam
pembangunan ekonomi di Provinsi Aceh?
2. Bagaimana hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembangunan
3. Bagaimana dampak perubahan permintaan akhir terhadap output,
pendapatan dan tenaga kerja dalam pembangunan ekonomi?
4. Bagaimana dampak perubahan pengeluaran pemerintah, rumah tangga dan
ekspor terhadap perkembangan sektor ekonomi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk melihat peran sektor
ekonomi dan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan di Provinsi
Aceh.
Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis peran sektor ekonomi dalam pembangunan di Provinsi Aceh.
2. Menganalisis keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan di
Provinsi Aceh.
3. Menganalisis dampak (multiplier) perubahan permintaan akhir terhadap
output,pendapatan dan tenaga kerja sektor ekonomi.
4. Menganalisis dampak perubahan pengeluaran konsumsi rumahtangga,
konsumsi pemerintah, dan ekspor terhadap output, pendapatan dan tenaga
kerja.
Kegunaan Penelitian diharapkan dapat sebagai :
1. Bahan Informasi bagi pengambil kebijakan ekonomi di Provinsi Aceh,
sehingga dapat merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi yang
memprioritaskan pada perkembangan sektor yang paling dominan dalam
perekonomian.
2. Bahan informasi bagi peneliti lain yang mempunyai keinginan melakukan
12
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Tabel Input-Output tahun 2006 yang
di-Update ke tahun 2009. Tabel Input-Output digunakan untuk mengevaluasi hasil
pembangunan melalui analisis ekonomi yang digunakan untuk bahan
perencanaan. Berdasarkan latar belakang, tujuan dan perumusan masalah maka
ruang lingkup penelitian ini yaitu menganalisis peran sektor ekonomi,
menganalisis keterkaitan antar sektor ekonomi, menganalisis dampak permintaan
akhir terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja, serta menganalisis dampak
pengeluaran pemerintah, rumahtangga dan ekspor terhadap perkembangan seluruh
sektor ekonomi.
Keterbatasan penelitian ini yaitu analisis yang dilakukan pada simulasi
perubahan pengeluaran permintaan akhir hanya dibatasi pada pengeluaran
konsumsi pemerintah, rumahtangga, dan ekspor. Untuk investasi tidak dilakukan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang
kehidupan manusia yang meliputi tiga aspek penting yaitu : (1) peningkatan
standar hidup tiap orang (pendapatan, tingkat konsumsi pangan, sandang, papan,
pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain-lain), (2) penciptaan berbagai kondisi
yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self esteem) setiap orang
melalui pembentukan segenap sistem ekonomi dan lembaga (institution) sosial,
politik dan juga ekonomi yang mampu mempromosikan jati diri dan penghargaan
hakikat kemanusian, dan (3) peningkatan kebebasan setiap orang serta
peningkatan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang dimiliki (Todaro dan
Smith, 2006).
Dalam rangka mengembangkan suatu daerah, dengan sasaran
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka daerah akan mengembangkan
sektor-sektor perekonomian sesuai dengan keunggulannya. Sektor ekonomi
dikatakan memiliki keunggulan dikarenakan sektor tersebut mampu menghasilkan
output dan nilai tambah yang tinggi. Selain menghasilkan output dan nilai tambah,
sektor unggulan juga menghasilkan ekspor yang mampu memberikan devisa
untuk pembangunan daerah (Suharto, 2002)
Pertumbuhan perekonomian suatu negara atau wilayah akan berkembang
apabila di negara tersebut mempunyai sektor yang bisa diandalkan. Selain itu
yang menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan perekonomian suatu negara,
14
perkembangan sektor ekonomi yang menjadi andalan di negara atau wilayah
tersebut (Solomuo dan Shimazaki, 2006).
Teori pembangunan sangat identik dengan teori pertumbuhan ekonomi,
dimana keduanya bertujuan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di
suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran kemampuan/kapasitas
suatu perekonomian untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang merupakan
unsur penting dan menjadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi. Secara
umum, faktor-faktor yang menentukan atau mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, dapat dibedakan menjadi faktor-faktor penentu dari sisi penawaran
(supply side) dan faktor-faktor penentu dari sisi permintaan (demand side).
Dari sisi penawaran, faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi
mencakup: jumlah penduduk (sumberdaya manusia), stok capital, sumberdaya
alam, dan teknologi. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi
ditentukan atau dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (government
expenditure), investasi swasta (private investment) dan jumlah uang beredar
(money supply). Berikut ini ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang
berhubungan dengan pembangunan suatu negara/wilayah, diantaranya adalah teori
Harrod-Domar, dan teori pertumbuhan Solow.
1. Model Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar (H-D) pada dasarnya berusaha untuk memadukan
pandangan kaum klasik yang dinilai terlalu menekankan sisi penawaran dan
pandangan Keynes yang lebih menekankan pada sisi permintaan (demand side).
Teori Harrod-Domar lebih menekankan investasi dalam pembangunan
akan meningkatkan kemampuan produktif dari perekonomian (Klasik) dan disisi
lain, investasi akan menciptakan permintaan di dalam perekonomian (Keynes).
Dalam teori H-D investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi (Todaro dan Smith, 2006).
Model Harrod– Domar telah berupaya memasukkan unsuredinamyc path
(t) dari model pertumbuhannya. Model ini pada intinya menjelaskan bahwa
pertumbuhan output perekonomian (Yt) dideterminasi oleh pertumbuhan
penduduk (population grows, n), tingkat tabungan (saving rate, s) dan tingkat
modal (capital rate, c)sebagai faktor exsogen. Secara umum model pertumbuhan
Harrod-Domar ditulis sebagai berikut :
S = sY………... (1)
dimana S adalah tabungan dalam jumlah tertentu dan sY adalah tabungan dari
pendapatan nasional. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan stok
modal (K) yang dapat diwakili∆K, sehingga dapat dituliskan persamaan sebagai
berikut :
I =∆K………. (2)
Akan tetapi karena jumlah stok modal K, mempunyai hubungan langsung dengan
jumlah pendapatan nasional atau output (Y), maka rasio modal ouput (k)
dirumuskan sebagai berikut :
K / Y = k... (3)
2. Model Pertumbuhan Solow
Teori Solow (teori pertumbuhan ekonomi neoklasik) merupakan teori yang
paling banyak digunakan dalam membahas pertumbuhan ekonomi. Dalam model
16
sedangkan Solow selain faktor kapital, juga menekankan faktor tenaga kerja dan
teknologi. Model Solow umumnya digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengkaji
issue-issue mengenai pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi neoklasik Solow merupakan model
pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor tenaga
kerja dan teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Perbedaannya teori
Harrod-Domar mengasumsikan skala hasil tetap (constan return to scale) dengan
koefisien baku, sedangkan model pertumbuhan Solow berpegang pada konsep
skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan
modal jika keduanya dianalisis secara terpisah, dan jika keduanya dianalisis secara
bersamaan maka Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap. Model ini
menyatakan bahwa secara kondisional, perekonomian suatu negara akan semakin
maju jika terjadi pemerataan pendapatan, dengan syarat bahwa negara tersebut
mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan
produktivitas yang sama (Todaro dan Smith, 2006).
Dalam model neo-klasik solow, output merupakan fungsi dari modal dan
tenaga kerja dengan memakai fungsi produksi agregrat standar yang
direpresentasikan dalam persamaan berikut :
Y = Kα(AL)1-α……….. (4)
dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal
manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja yang
pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Sedangkan simbol α yang terdapat
(persentase kenaikan produk domestik bruto yang bersumber dari 1 persen
penambahan modal).
2.2. Teori Model Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan dapat dikatakan sangat identik dengan
ekonomi pembangunan. Untuk mencari ruang gerak ekonomi pembangunan yang
strategis maka perencanaan merupakan alat yang sangat tepat untuk
menerjemahkan strategi pembangunan dalam berbagai kegiatan yang
terkoordinasi. Koordinasi ini perlu dilakukan sehingga sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai bisa terlaksana. Dengan demikian, maka pemborosan dapat dihindari
dalam pelaksanaan pembangunan. Untuk mencapai tujuan pembangunan maka
diperlukan sebuah model. Ada beberapa model yang dapat digunakan dalam
perencanaan pembangunan diantaranya adalah model Input-Output (IO), dan
model Social Accounting Matrix (SAM). Dalam suatu perekonomian daerah yang
semakin bersifat terbuka, perubahan keseimbangan pada suatu pasar tidak hanya
berdampak terhadap sektor atau komoditas itu sendiri, tetapi juga berdampak
terhadap sektor atau komoditas serta keterkaitan ekonomi lainnya melalui
keterkaitan Input-Output. Oleh karena itu, dampak suatu kebijakan pembangunan
daerah lebih tepat dianalisis berdasarkan teori keseimbangan umum dibandingkan
teori keseimbangan parsial. Model Input-Output (I-O) dan Model Social
Accounting Matrix (SAM) merupakan alat analisis yang memasukkan fenomena
keseimbangan umum yang didasarkan atas arus transaksi antar pelaku
perekonomian (Daryanto dan Yundy, 2010b).
Model Input-Output sering digunakan dalam analisis regional yang
18
bidang ekonomi pembangunan baik ditingkat nasional maupun ditingkat regional.
Biasanya untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan
maka model Input-Output sangat sering digunakan. Model SAM merupakan
perluasan dari model I-O, ruang lingkup model SAM jauh lebih luas dibandingkan
dengan model I-O. Model I-O hanya menyajikan arus transaksi ekonomi dari
sektor produksi ke faktor produksi, rumahtangga, pemerintah, perusahaan dan luar
negeri, sedangkan dalam model SAM hal-hal tersebut didisagregasi secara lebih
rinci. Model SAM dapat memasukkan beberapa variabel ekonomi dalam
analisisnya seperti: pajak, subsidi, modal dan transfer pendapatan antar institusi
dan sebagainya (Sitepu, 2007). Karena penelitian ini hanya berfokus untuk
keterkaitan antar sektor ekonomi dalam pembangunan maka penelitian ini cukup
menggunakan model Input-Output.
2.3. Produk Regional Domestik Bruto
Penerapan teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi harus dikaitkan
dengan ruang lingkup wilayah operasinya, misalnya daerah tidak memiliki
wewenang untuk membuat kebijakan fiskal dan moneter, wilayah lebih bersifat
terbuka dalam pergerakan orang dan barang. Perubahan strategis dalam
pengalokasian sumberdaya secara utama khususnya yang berkaitan dengan
keseimbangan pembangunan kawasan perkotaan yang bercorak industri dan jasa
dengan kawasan pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian, selama krisis
ekonomi yang melanda negeri ini sektor pertanian masih tumbuh positif. Dengan
demikian untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi selama ini, pembangunan
Salah satu indikator ekonomi makro yang berperan dalam membuat
perencanaan kebijakan dalam pembangunan, menentukan arah pembangunan serta
mengevaluasi hasil pembangunan suatu wilayah adalah Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju
pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat melihat sektor mana saja yang
menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Besar kecilnya PDRB yang
dapat dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah tergantung oleh besarnya sumberdaya
alam yang telah dimanfaatkan, jumlah dan mutu sumberdaya manusia,
kebijaksanaan pemerintah, letak geografis serta tersedianya sarana dan prasarana
di wilayah tersebut. Terdapat beberapa ukuran pendapatan nasional diantaranya:
Gross National Product atau Produk Nasional Bruto (PNB), Gross Domestic
Product(GDP)atau Produk Domestik Bruto (PDB),Net National Product (NPP)
atau Produk Nasional Neto (PPN), dan National Income (NI) atau Pendapatan
Nasional (PN) (Dumairy, 1996)
Menurut (Gilis et al, 2004), Produk Nasional Bruto (PNB) adalah
penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat
selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) tanpa menghitung nilai produk
antara. Produk Domestik Bruto (PDB) sama dengan PNB tetapi dalam
perhitungannya mengeluarkan pendapatan warga negara yang berada di luar
negeri tapi memasukkan seluruh produksi dalam negeri termasuk pendapatan yang
diterima warga negara asing. Sedangkan PDB untuk wilayah regional pada sebuah
negara dikenal dengan sebutan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode antara lain (Dumairy,
20
a. Metode Langsung
Dalam menghitung PDRB dengan metode langsung, perhitungan PDRB
diserahkan sepenuhnya pada data daerah yang terpisah dari data nasional,
sehingga hasil perhitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam metode ini PDRB dapat diukur dengan
tiga pendekatan yaitu:
1. Pendekatan Produksi
PDRB merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit
produksi dimaksud secara garis besar dipilah menjadi 11 sektor yaitu: (1)
pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4)
listrik,gas, dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan; (7) pengangkutan
dan komunikasi; (8) bank dan lembaga keuangan, (9) sewa rumah, (10)
pemerintahan, dan (11) jasa-jasa.
2. Pendekatan Pendapatan
PDRB adalah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
turut dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu setahun.
Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, modal
dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan
pajak langsung lainya. Dalam hal ini mencakup penyusutan pajak tak langsung.
Jumlah semua komponen pendapatan ini per sektor disebutnilai tambah bruto
sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan
penjumlahan dari nilai tambah bruto sektor.
PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1)
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari
keuntungan, (2) pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok,
(3) pengeluaran konsumsi pemerintah, dan (4) ekspor neto (ekspor dikurangi
impor) dalam jangka waktu setahun.
b. Metode Tidak Langsung/Alokasi
Metode tidak langsung adalah menghitung nilai tambah suatu kelompok
kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah kedalam
masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator
digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan
produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
Pendekatan masing-masing periode sangat tergantung pada data yang
tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling
mendukung satu sama lain, namun pemakaian metode langsung sangat tepat
digunakan karena metode langsung dapat mendorong peningkatan mutu atau
kualitas daerah.
2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian dari (Saktyanu dan Noekman, 2002) tentang
analisis penentuan indikator utama dalam pembangunan sektor pertanian di
Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis komponen
utama. Hasil analisis menunjukkan bahwa salah satu indikator yang dipakai
selama ini untuk mengevaluasi kinerja sektor pembangunan antara lain adalah
Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan
22
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nonpertanian dan Produk Domestik
Regional Bruto pertanian saling berkorelasi positif artinya dalam penciptaan nilai
tambah kedua jenis PDRB ini tidak menghilang satu sama lain karena keduanya
saling berkomplementer, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor pertanian
olahan dan impor pertanian olahan menunjukkan korelasi positif. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam memacu pembangunan perekonomian suatu daerah
kombinasi substitusi impor dan promosi ekspor sangat diperlukan dan
peningkatan output dari sektor ekonomi merupakan hal yang penting dalam
pembangunan perekonomian suatu daerah.
Menurut (Pasrah, 2007), Suatu perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi
daripada yang dicapai pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan dicapai apabila
jumlah produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian
tersebut bertambah besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan semakin besar
pertumbuhan di masing-masing sektor berarti sumbangan terhadap pembangunan
ekonomi di negara atau daerah tersebut akan semakin baik, sehingga
kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh (Antara, 2005) tentang keterkaitan usaha
kecil sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lainnya di provinsi Bali. Metode
analisis yang digunakan adalah model input-output. Hasil analisis menunjukkan
bahwa usaha kecil pariwisata memiliki keterkaitan tidak langsung ke belakang
dan ke depan yang kuat dengan sektor ekonomi lain dengan nilai koefisien
keterkaitan lebih besar satu. Dengan demikian maka dapat kita ketehui bahwa
Hasil penelitian (Rochana, 1999) tentang peran industri pangan dalam
perekonomian provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah
pendekatan input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor industri
pangan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Jawa Barat,
baik dari segi permintaan maupun penawaran, sektor ini memberikan jumlah
sumbangan di atas rata-rata sektor lain. Tetapi untuk nilai tambah dan penyerapan
tenaga kerja kontribusi sektor ini masih kecil, sedangkan untuk nilai keterkaitan
baik ke depan maupun ke belakang sektor industri pangan memiliki keterkaitan
cukup besar dengan sektor ekonomi lain. Hal ini menggambarkan besarnya peran
industri pangan dalam menarik pertumbuhan sektor-sektor lain terutama sektor
pertanian yang memproduksi bahan baku yang diperlukan.
Hasil penelitian (Bachri, 2007) dalam kaitannya mengenai peran sektor
ekonomi terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto, menunjukkan
pertumbuhan ekonomi kota Pagar Alam selama kurun waktu tahun 2000-2005
sebesar 3.23 persen pertahun. Kontribusi sektor ekonomi dalam pembentukan
PDRB kota Pagar Alam didominasi oleh sektor primer yang menyumbang
rata-rata sebesar 46.07 persen yang berasal dari sektor pertanian sebesar 44.52 persen
dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1.56 persen. Sementara untuk
sektor sekunder menyumbang sebesar 10.70 persen dan sektor tersier sebesar
43.13 persen, artinya peran sektor ekonomi dalam perekonomian di kota Pagar
Alam sangat tergantung pada sektor primer.
Hasil penelitian dari (Huda et al, 2007) menunjukkan bahwa pengeluaran
pembangunan sektor pertanian Provinsi Sumatera Selatan berpengaruh signifikan
24
besar penduduk bergantung pada sektor pertanian sehingga sektor ini merupakan
sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan
terutama dalam kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto daerah tersebut .
Menurut penelitian (Solomou dan Shimazaki, 2006), pertumbuhan
ekonomi sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Semakin besar
kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi yang ada pada suatu negara atau
wilayah maka pembangunan wilayah tersebut akan semakin besar. Untuk
meningkatkan kontribusi maka pengembangan sektor ekonomi sangat penting
dilakukan sehingga pembangunan yang diinginkan dapat dicapai. Pertumbuhan
perekonomian suatu negara atau wilayah akan berkembang apabila negara
tersebut mempunyai sektor yang bisa diandalkan. Selain itu untuk mendukung
pertumbuhan perekonomian suatu negara maka kebijakan pemerintah sangat
berperan dalam perkembangan sektor ekonomi yang menjadi andalan di negara
atau wilayah tersebut.
Hasil penelitian dari (Raniset al, 2000) menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan manusianya. Artinya
kualitas sumberdaya manusia di suatu negara atau wilayah akan berpengaruh
terhadap pembangunan. Sektor ekonomi yang memiliki sumberdaya dan kualitas
tenaga kerja yang terampil mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada
wilayah tersebut. Dengan demikian sumbangan sektor ekonomi tersebut terhadap
pembangunan akan semakin besar dengan tujuan untuk mensejahterakan
Hasil penelitian (Wang lu dan Rencheng, 2007), menunjukkan bahwa
antar sektor ekonomi memiliki keterkaitan, dimana dalam menghasilkan produksi
pada suatu sektor tanaman diperlukan sektor lain untuk mensuplai input yang
digunakan dalam proses produksi sektor tanaman tersebut. Sektor industri
merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan sektor tanaman, dimana
sektor industri mampu menghasilkan pupuk dan perlengkapan yang diperlukan
oleh sektor tanaman dalam menjalankan aktivitasnya.
Hasil penelitian dari (Shrestha dan Yuichi, 2006) menunjukkan bahwa di
Asia Timur memiliki integrasi (keterkaitan) antara sektor ekonomi. Sektor
ekonomi yang ada di Asia Timur memiliki hubungan saling keterkaitan antar
sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi lain yang terdapat di beberapa
negara Asia yang berbeda dengan menggunakan analisis Input-Output. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa integrasi ekonomi tidak hanya berlaku disuatu wilayah
saja namun juga bisa dilakukan antar negara. Artinya integrasi (keterkaitan antar
sektor) tidak dapat dipisahkan dari pembangunan perekonomian suatu daerah atau
wilayah.
Menurut penelitian (Zaini, 2003), setelah krisis ekonomi tahun 1998
penurunan laju ekonomi menurun sangat signifikan. Tajamnya penurunan laju
pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada saat krisis disebabkan oleh
menurunnya pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang
kontribusinya menurun terhadap laju pertumbuhan perekonomian Indonesia pada
tahun 1998 adalah sektor kontruksi yang mengalami penurunan mencapai -40.49
persen, sektor perbankan menurun mencapai -26.63 persen, perdagangan, hotel
26
informasi laju pertumbuhannya turun sebesar -15.13 persen dan sektor industri
pengolahan laju pertumbuhannya turun sebesar -11.88 persen. Adapun sektor
yang laju pertumbuhannya positif adalah listrik, gas dan air bersih tumbuh 1.86
persen dan sektor pertanian laju pertumbuhan sebesarnya sebesar 0.81.
Berdasarkan hasil penelitian Martono (2008), menunjukkan bahwa sektor
pertanian dan industri memiliki keterkaitan langsung ke depan yang cukup besar,
hal ini mengindikasikan terjadi potensi yang cukup besar bagi pengembangan
industri pengolahan hasil pertanian di wilayah Kedungsepur apabila sektor
pertanian terus dikembangkan.
Hasil penelitian (Rachman, 1993), menunjukkan bahwa antar sektor
ekonomi di Provinsi Jawa Barat memiliki hubungan keterkaitan. Apabila dilihat
dari keterkaitan ke depan, sektor peternakan memiliki hubungan keterkaitan relatif
lebih besar dibandingkan kaitan kebelakangnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
output sektor tersebut lebih banyak digunakan sebagai input antara oleh
sektor-sektor ekonomi lain. Sebagian besar dari output sektor-sektor peternakan dialokasikan
kepada sektor industri makanan dan minuman serta industri itu sendiri.
Penelitian dari (Amalina, 2008), dalam kaitannya dengan keterkaitan antar
sektor menunjukkan bahwa keterkaitan total ke belakang sektor industri
pengolahan dengan sektor pertanian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara keterkaitan total ke depan sektor
industri pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh
Hasil penelitian (Puspitawati, 2000), bila dilihat berdasarkan dari analisis
keterkaitan, baik langsung maupun tidak langsung sektor pertanian memiliki
keterkaitan ke depan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan keterkaitannya
ke belakang. Dimana pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya dilihat
berdasarkan indeks penyebaran kedepan dan kebelakang, khususnya pengaruh
yang ditimbulkan maupun yang diterima oleh sektor pertanian. Indikasi ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai kemampuan mendorong output
sektor hilirnya sehingga pertanian lebih banyak mempengaruhi dari pada sektor
lainnya.
Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi
dipandang pasif dan hanya sebagai penunjang. Akan tetapi berdasarkan
pengalaman sejarah negara-negara Barat, transformasi struktural ekonomi yang
cepat dibutuhkan untuk memacu pembangunan ekonomi, dimana sektor pertanian
dapat menyesuaikan keadaan kondisi yang sedang terjadi. Selain itu sektor
pertanian mampu melakukan transformasi struktural, melalui proses yang semula
mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat yang lebih kompleks, di
mana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern, artinya perkembangan
sektor industri dan jasa tidak terlepas dari perkembangan sektor pertanian
(Herliana, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh (Saragih, 2003), dalam kaitannya mengenai
keterkaitan antar sektor dalam pembangunan menunjukkan bahwa sektor
pertanian dilihat dari sisi penawarannya, sebagian besar dari seluruh kebutuhan
mampu disediakan dari produksi domestik. Tetapi dari sisi permintaan, ternyata
28
permintaannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa arus transaksi barang atau
perdagangan baik antar Provinsi maupun keluar negeri masih relatif rendah.
Output sektor perdagangan di Sumatera Utara memiliki andil yang sangat besar,
akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari peranan output sektor pertanian yang
diperdagangkan dan masuk dalam klasifikasi sektor perdagangan.
Penelitian yang dilakukan (Asnawi, 2005), menunjukkan bahwa
peningkatan kredit di sektor pertanian dapat meningkatkan produksi pertanian
sebesar (1.42 %), hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa (perbankan) memiliki
hubungan saling keterkaitan dengan sektor pertanian. Perkembangan sektor jasa
mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian, dimana dengan adanya kredit
yang diberikan oleh sektor jasa terhadap sektor pertanian maka output sektor
pertanian akan semakin meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada sub sektor
perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Ekspor produk pertanian
meningkat sebesar 8.45 persen, terutama dari produk perkebunan. Peningkatan
ekspor pertanian dapat meningkatkan surplus neraca perdagangan sebesar 115.36
persen.
Penelitian yang dilakukan (Rachman, 1993) mengenai analisis keterkaitan
antar sektor dalam perekonomian wilayah Jawa Barat dengan menggunakan
analisis Input-Output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor ekonomi
memiliki keterkaitan antar sektor baik ke belakang maupun ke depan. Apabila
dilihat dari kesempatan kerja, bahwa sektor jasa memiliki pengganda tenaga kerja
yang tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lain. Selain sektor jasa, sektor
pertanian memiliki nilai penggandaan tenaga kerja relatif lebih tinggi