• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian dari (Saktyanu dan Noekman, 2002) tentang analisis penentuan indikator utama dalam pembangunan sektor pertanian di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan analisis komponen utama. Hasil analisis menunjukkan bahwa salah satu indikator yang dipakai selama ini untuk mengevaluasi kinerja sektor pembangunan antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Variabel pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nonpertanian dan Produk Domestik Regional Bruto pertanian saling berkorelasi positif artinya dalam penciptaan nilai tambah kedua jenis PDRB ini tidak menghilang satu sama lain karena keduanya saling berkomplementer, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor pertanian olahan dan impor pertanian olahan menunjukkan korelasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memacu pembangunan perekonomian suatu daerah kombinasi substitusi impor dan promosi ekspor sangat diperlukan dan peningkatan output dari sektor ekonomi merupakan hal yang penting dalam pembangunan perekonomian suatu daerah.

Menurut (Pasrah, 2007), Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan dicapai apabila jumlah produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan semakin besar pertumbuhan di masing-masing sektor berarti sumbangan terhadap pembangunan ekonomi di negara atau daerah tersebut akan semakin baik, sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh (Antara, 2005) tentang keterkaitan usaha kecil sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lainnya di provinsi Bali. Metode analisis yang digunakan adalah model input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha kecil pariwisata memiliki keterkaitan tidak langsung ke belakang dan ke depan yang kuat dengan sektor ekonomi lain dengan nilai koefisien keterkaitan lebih besar satu. Dengan demikian maka dapat kita ketehui bahwa antar satu sektor ekonomi memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lain.

Hasil penelitian (Rochana, 1999) tentang peran industri pangan dalam perekonomian provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan input-output. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor industri pangan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian Jawa Barat, baik dari segi permintaan maupun penawaran, sektor ini memberikan jumlah sumbangan di atas rata-rata sektor lain. Tetapi untuk nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja kontribusi sektor ini masih kecil, sedangkan untuk nilai keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang sektor industri pangan memiliki keterkaitan cukup besar dengan sektor ekonomi lain. Hal ini menggambarkan besarnya peran industri pangan dalam menarik pertumbuhan sektor-sektor lain terutama sektor pertanian yang memproduksi bahan baku yang diperlukan.

Hasil penelitian (Bachri, 2007) dalam kaitannya mengenai peran sektor ekonomi terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto, menunjukkan pertumbuhan ekonomi kota Pagar Alam selama kurun waktu tahun 2000-2005 sebesar 3.23 persen pertahun. Kontribusi sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB kota Pagar Alam didominasi oleh sektor primer yang menyumbang rata-rata sebesar 46.07 persen yang berasal dari sektor pertanian sebesar 44.52 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1.56 persen. Sementara untuk sektor sekunder menyumbang sebesar 10.70 persen dan sektor tersier sebesar 43.13 persen, artinya peran sektor ekonomi dalam perekonomian di kota Pagar Alam sangat tergantung pada sektor primer.

Hasil penelitian dari (Huda et al, 2007) menunjukkan bahwa pengeluaran

pembangunan sektor pertanian Provinsi Sumatera Selatan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian

besar penduduk bergantung pada sektor pertanian sehingga sektor ini merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan terutama dalam kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto daerah tersebut .

Menurut penelitian (Solomou dan Shimazaki, 2006), pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Semakin besar kontribusi yang diberikan oleh sektor ekonomi yang ada pada suatu negara atau wilayah maka pembangunan wilayah tersebut akan semakin besar. Untuk meningkatkan kontribusi maka pengembangan sektor ekonomi sangat penting dilakukan sehingga pembangunan yang diinginkan dapat dicapai. Pertumbuhan perekonomian suatu negara atau wilayah akan berkembang apabila negara tersebut mempunyai sektor yang bisa diandalkan. Selain itu untuk mendukung pertumbuhan perekonomian suatu negara maka kebijakan pemerintah sangat berperan dalam perkembangan sektor ekonomi yang menjadi andalan di negara atau wilayah tersebut.

Hasil penelitian dari (Raniset al, 2000) menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan manusianya. Artinya kualitas sumberdaya manusia di suatu negara atau wilayah akan berpengaruh terhadap pembangunan. Sektor ekonomi yang memiliki sumberdaya dan kualitas tenaga kerja yang terampil mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut. Dengan demikian sumbangan sektor ekonomi tersebut terhadap pembangunan akan semakin besar dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Hasil penelitian (Wang lu dan Rencheng, 2007), menunjukkan bahwa antar sektor ekonomi memiliki keterkaitan, dimana dalam menghasilkan produksi pada suatu sektor tanaman diperlukan sektor lain untuk mensuplai input yang digunakan dalam proses produksi sektor tanaman tersebut. Sektor industri merupakan sektor yang memiliki keterkaitan dengan sektor tanaman, dimana sektor industri mampu menghasilkan pupuk dan perlengkapan yang diperlukan oleh sektor tanaman dalam menjalankan aktivitasnya.

Hasil penelitian dari (Shrestha dan Yuichi, 2006) menunjukkan bahwa di Asia Timur memiliki integrasi (keterkaitan) antara sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang ada di Asia Timur memiliki hubungan saling keterkaitan antar sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi lain yang terdapat di beberapa negara Asia yang berbeda dengan menggunakan analisis Input-Output. Hal ini dapat disimpulkan bahwa integrasi ekonomi tidak hanya berlaku disuatu wilayah saja namun juga bisa dilakukan antar negara. Artinya integrasi (keterkaitan antar sektor) tidak dapat dipisahkan dari pembangunan perekonomian suatu daerah atau wilayah.

Menurut penelitian (Zaini, 2003), setelah krisis ekonomi tahun 1998 penurunan laju ekonomi menurun sangat signifikan. Tajamnya penurunan laju pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada saat krisis disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan sebagian besar sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang kontribusinya menurun terhadap laju pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun 1998 adalah sektor kontruksi yang mengalami penurunan mencapai -40.49 persen, sektor perbankan menurun mencapai -26.63 persen, perdagangan, hotel dan restoran laju pertumbuhannya turun sebesar -18.05 persen, pengangkutan dan

informasi laju pertumbuhannya turun sebesar -15.13 persen dan sektor industri pengolahan laju pertumbuhannya turun sebesar -11.88 persen. Adapun sektor yang laju pertumbuhannya positif adalah listrik, gas dan air bersih tumbuh 1.86 persen dan sektor pertanian laju pertumbuhan sebesarnya sebesar 0.81.

Berdasarkan hasil penelitian Martono (2008), menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri memiliki keterkaitan langsung ke depan yang cukup besar, hal ini mengindikasikan terjadi potensi yang cukup besar bagi pengembangan industri pengolahan hasil pertanian di wilayah Kedungsepur apabila sektor pertanian terus dikembangkan.

Hasil penelitian (Rachman, 1993), menunjukkan bahwa antar sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat memiliki hubungan keterkaitan. Apabila dilihat dari keterkaitan ke depan, sektor peternakan memiliki hubungan keterkaitan relatif lebih besar dibandingkan kaitan kebelakangnya. Hal ini mengindikasikan bahwa output sektor tersebut lebih banyak digunakan sebagai input antara oleh sektor-sektor ekonomi lain. Sebagian besar dari output sektor-sektor peternakan dialokasikan kepada sektor industri makanan dan minuman serta industri itu sendiri.

Penelitian dari (Amalina, 2008), dalam kaitannya dengan keterkaitan antar sektor menunjukkan bahwa keterkaitan total ke belakang sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara keterkaitan total ke depan sektor industri pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Hasil penelitian (Puspitawati, 2000), bila dilihat berdasarkan dari analisis keterkaitan, baik langsung maupun tidak langsung sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan keterkaitannya ke belakang. Dimana pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya dilihat berdasarkan indeks penyebaran kedepan dan kebelakang, khususnya pengaruh yang ditimbulkan maupun yang diterima oleh sektor pertanian. Indikasi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai kemampuan mendorong output sektor hilirnya sehingga pertanian lebih banyak mempengaruhi dari pada sektor lainnya.

Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi dipandang pasif dan hanya sebagai penunjang. Akan tetapi berdasarkan pengalaman sejarah negara-negara Barat, transformasi struktural ekonomi yang cepat dibutuhkan untuk memacu pembangunan ekonomi, dimana sektor pertanian dapat menyesuaikan keadaan kondisi yang sedang terjadi. Selain itu sektor pertanian mampu melakukan transformasi struktural, melalui proses yang semula mengutamakan kegiatan pertanian menjadi masyarakat yang lebih kompleks, di mana terdapat bidang industri dan jasa yang lebih modern, artinya perkembangan sektor industri dan jasa tidak terlepas dari perkembangan sektor pertanian (Herliana, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh (Saragih, 2003), dalam kaitannya mengenai keterkaitan antar sektor dalam pembangunan menunjukkan bahwa sektor pertanian dilihat dari sisi penawarannya, sebagian besar dari seluruh kebutuhan mampu disediakan dari produksi domestik. Tetapi dari sisi permintaan, ternyata sebagian besar penawaran komoditi pertanian hanya untuk memenuhi

permintaannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa arus transaksi barang atau perdagangan baik antar Provinsi maupun keluar negeri masih relatif rendah. Output sektor perdagangan di Sumatera Utara memiliki andil yang sangat besar, akan tetapi hal tersebut tidak terlepas dari peranan output sektor pertanian yang diperdagangkan dan masuk dalam klasifikasi sektor perdagangan.

Penelitian yang dilakukan (Asnawi, 2005), menunjukkan bahwa

peningkatan kredit di sektor pertanian dapat meningkatkan produksi pertanian sebesar (1.42 %), hal ini menunjukkan bahwa sektor jasa (perbankan) memiliki hubungan saling keterkaitan dengan sektor pertanian. Perkembangan sektor jasa mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian, dimana dengan adanya kredit yang diberikan oleh sektor jasa terhadap sektor pertanian maka output sektor pertanian akan semakin meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada sub sektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Ekspor produk pertanian meningkat sebesar 8.45 persen, terutama dari produk perkebunan. Peningkatan ekspor pertanian dapat meningkatkan surplus neraca perdagangan sebesar 115.36 persen.

Penelitian yang dilakukan (Rachman, 1993) mengenai analisis keterkaitan antar sektor dalam perekonomian wilayah Jawa Barat dengan menggunakan analisis Input-Output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor ekonomi memiliki keterkaitan antar sektor baik ke belakang maupun ke depan. Apabila dilihat dari kesempatan kerja, bahwa sektor jasa memiliki pengganda tenaga kerja yang tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lain. Selain sektor jasa, sektor pertanian memiliki nilai penggandaan tenaga kerja relatif lebih tinggi dibandingkan sektor lain. Hal ini tercermin dari nilai koefisien penggandanya

yang relatif diatas rataan penggandaan tenaga kerja seluruh sektor ekonomi di Jawa Barat, dengan kata lain bahwa sektor pertanian relatif masih menyandar pada aspek padat karya bila dikomparasikan dengan sektor ekonomi lain (sektor pertanian memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lain).

Hasil penelitian (Putri,1995) dan (Sugiarti, 1994) dalam kaitan mengenai kesempatan kerja di sektor ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki hubungan keterkaitan dengan sektor ekonomi lain, karena sektor pertanian mampu menghasilkan input untuk sektor industri dan sektor ekonomi lain. Hasil dari sektor ekonomi baik dari sektor pertanian maupun dari sektor industri merupakan sumber devisa baik melalui kegiatan ekspor maupun penghematan devisa melalui substitusi impor. Semakin besarnya ekspor yang dihasilkan oleh sektor ekonomi maka akan semakin banyak devisa yang akan dihasilkan oleh suatu wilayah atau negara.

Hasil penelitian (Novitaet al, 2007), menunjukkan bahwa sektor pertanian

memiliki nilai tambah terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 yaitu sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di Indonesia umumnya dan Sumatera Utara khususnya masih bersifat padat karya. Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit sebesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur-sayuran.

Menurut penelitian (Ediana, 2006), peran sektor pertanian yang tidak kalah penting adalah menyediakan tenaga kerja yang terus bertambah, peran ini akan lebih bertambah lagi seandainya penciptaan lapangan kerja dan penyerapan angkatan kerja di sektor industri tidak lebih cepat dari pertumbuhan angkatan kerja, artinya sektor pertanian akan menyerap tenaga kerja lebih banyak jika pertumbuhan angkatan kerja di sektor industri lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja di sektor pertanian.

Menurut (Astuti, 2005), distribusi pendapatan faktorial (antar faktor produksi menunjukkan bahwa pada tahun 1995 kontribusi faktor produksi tenaga kerja terhadap perekonomian Indonesia relatif lebih besar daripada faktor produksi modal. Sebaliknya pada tahun 2000 kontribusi faktor produksi modal terhadap perekonomian di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan faktor produksi tenaga kerja. Analisis distribusi faktorial per sektor ekonomi untuk tahun 1995 maupun 2000, menunjukkan bahwa sektor pertanian masih bersifat padat kerja sedangkan sektor non pertanian masih bersifat padat modal (sektor pertanian berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia).

Menurut hasil penelitian (Zaini, 2003), sektor pertanian (sektor perikanan, tanaman pangan, peternakan dan pertanian tanaman lainnya) baik sebelum krisis maupun pada masa krisis ekonomi ternyata mempunyai output multiplier dan faktorial multiplier yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertambangan, industri dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan adanya potensi besar apabila dilakukan pengembangan terhadap sektor pertanian itu sendiri maupun pengaruh terhadap kenaikan produksi sektor lain serta peningkatan faktor produksi baik berupa kapital maupun tenaga kerja.

Menurut penelitian (Kagami, 2000), transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian sangat dipengaruhi oleh kesempatan kerja di sektor pertanian. Apabila kesempatan kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan maka transformasi tenagakerja dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian juga akan meningkat dan sebaliknya implikasi penting dalam hal ketenagakerjaan dari kondisi ini adalah apabila pengambil kebijakan semakin memperluas kesempatan kerja ke sektor pertanian dengan meningkatkan investasi maka sektor pertanian akan semakin mudah dalam penyerapan tenaga kerja.

Dari hasil penelitian terdahulu menerangkan sektor ekonomi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan perekonomian daerah maupun nasional. Dalam penciptaan tenaga kerja sektor ekonomi memiliki peran yang sangat penting. Apabila dilihat dari hubungan keterkaitan, perkembangan suatu sektor akan mempengaruhi perkembangan sektor ekonomi lain.

Tinjauan mengenai penelitian diatas disimpulkan bahwa sektor ekonomi memiliki keterkaitan dengan sektor lain, dimana sektor ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian daerah maupun perekonomian nasional. Penelitian ini pernah dilakukan oleh (Rachman, 1993), penelitiannya dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, penelitian ini dilakukan di Provinsi Aceh dan dalam penelitian ini dilakukan simulasi pada pengeluaran konsumsi pemerintah, rumahtangga, dan ekspor.

Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Model Input-Output adalah suatu analisis tentang perekonomian suatu wilayah yang bertujuan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di suatu wilayah secara keseluruhan. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi terhadap sektor tertentu, maka dampaknya terhadap sektor lain dapat terlihat. Selain itu analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi sektor-sektor tersebut, maka dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut (Daryanto dan Yundy, 2010a).

Model Input-Output untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Wassily Leontif pada tahun 1930 yang didasarkan pada pendekatan bahwa hubungan interdependensi antara suatu sektor dengan sektor lainnya dalam perekonomian

dapat dinyatakan dalam persamaan linear. Menurut (Luthan, 1975) analisis Input-Output digunakan untuk melihat keadaan perekonomian berdasarkan besar kecilnya nilai ketergantungan suatu sektor terhadap sektor lain. Selain itu menurut (Glasson, 1977) model Input-Output dapat digunakan untuk meramalkan pengaruh pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja pada sektor ekonomi di suatu wilayah. Menurut Leontief , analisis Input-Output merupakan suatu metode yang sistematis mengukur hubungan timbal balik antara berbagai sektor dalam sistem ekonomi yang kompleks, dimana ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan pada sistem ekonomi suatu bangsa atau daerah (Daryanto dan Yundy, 2010).

Leontief memfokuskan perhatian terhadap hubungan antar sektor dalam satu wilayah. Konsep dasar dari Input-Output Leontief adalah :

1. Struktur perekonomian disusun dari berbagai sektor yang sama satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli.

2. Output suatu sektor dijual kepada sektor lainnya untuk memenuhi permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal, dan ekspor.

3. Input suatu sektor dibeli dari sektor lainnya dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, surplus usaha dan impor.

4. Hubungan Input-Output bersifat linear.

5. Waktu analisis biasanya dilakukan dalam kurun waktu satu tahun dan total input sama dengan total output.

6. Suatu sektor hanya menghasilkan suatu Input-Output yang dihasilkan dari satu input.

Model Input-Output dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain : (1) untuk analisis sektoral yang melukiskan hubungan pemerintah dan penawaran pada tingkat keseimbangan, (2) sebagai alat evaluasi pengaruh ekonomi pada investasi masyarakat terhadap perekonomian nasional dan regional, (3) sebagai alat peramalan dan perencanaan melalui mekanisme tertentu, (4) untuk analisis dampak sektor ekonomi, tenaga kerja dan pendapatan (Saragih, 2003).

Penggunaaan Tabel Input-Output sebagai alat perencanaan maupun evaluasi terhadap pembangunan masih terbatas pada penggunaan Tabel Input-Output yang bersifat statis. Sebagaimana yang diketahui bahwa analisis dalam model statis menggunakan koefisien teknis, yang merupakan ukuran arus barang yang dibutuhkan untuk produksi yang sedang berjalan dalam suatu periode

tertentu. Kenyataannya kegiatan produksi suatu sektor juga dipengaruhi oleh beberapa input barang, khususnya barang modal yang digunakan sebagai penunjang terlaksananya proses produksi pada tahun yang bersangkutan. Dengan kata lain, dalam melaksanakan kegiatan produksinya suatu sektor mempunyai stok barang atau modal yang juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keperluan produksinya. Dalam model Input-Output statis, barang modal merupakan variabel eksogen yang tidak berpengaruh terhadap jalannya proses produksi (Saragih, 2003).

Penyusunan Tabel Input-Output yang bersifat statis (static model)

diperlukan 3 asumsi atau prinsip dasar yang dikemukakan oleh (O’Connor dan Henry, 1975) yaitu :

1. Keseragaman (Homogenitas) yaitu prinsip dimana suatu komoditi yang

dihasilkan suatu sektor hanya satu (tunggal) dengan struktur tunggal pula dan tidak ada komoditi substitusi yang dihasilkan oleh sektor lainnya.

2. Kesebandingan (Proportionality) yaitu suatu prinsip dimana hubungan input

dengan output dalam suatu proses produksi adalah berupa garis lurus dengan perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan pemakaian input yang proporsional (fungsi linear), artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan sektor tersebut.

3. Penjumlahan (Additivitas) yaitu suatu asumsi bahwa total efek dari kegiatan

sektor merupakan penjumlahan efek pada masing-masing kegiatan. Sebagai suatu sistem data kuantitatif, persoalan pokok yang dihadapi dalam menyusun Input-Output adalah bagaimana mencatat dan menyajikan berbagai kegiatan

ekonomi yang tentunya sangat beraneka ragam baik sifatnya, cara berproduksi, serta cara melakukan transaksi kedalam suatu Tabel yang lengkap dan komprehensif.

Tabel Input-Output mempunyai keterbatasan yaitu: pertama; koefisien input yang konstan selama periode analisis dan proyeksi sehingga teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam produksi juga dianggap konstan, kedua; biaya yang sangat tinggi untuk menyusun Tabel Input-Output dengan metode survei; dan ketiga semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor maka akan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang tidak terungkap dalam analisis (Daryanto dan Yundy, 2010b).

Tabel Input-Output merupakan metode kuantitatif yang mampu

memberikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam perekonomian suatu wilayah secara menyeluruh pada satu tahun tertentu yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor (Djakapermana, 2010). Dalam model Input-Output pengaruh interaksi ekonomi dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu: (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh tidak langsung, dan (3) pengaruh total. Pengaruh langsung atau direct

effectmerupakan pengaruh yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang

outputnya digunakan sebagai input dari produksi sektor yang bersangkutan. Sementara pengaruh tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh

tidak langsung yang dirasakan oleh suatu sektor yang outputnya tidak digunakan sebagai input dari sektor yang bersangkutan. Terakhir pengaruh total atau total

effect adalah pengaruh keseluruhan sektor dalam perekonomian (Daryanto dan

Yundy, 2010b).

Menurut (Daryanto dan Yundy, 2010a) pemakaian model Input-Output mendatangkan keuntungan bagi perencanaan pembangunan daerah yaitu, pertama; dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional atau perekonomian regional dengan menguantifikasikan ketergantungan antar sektor dan sumber ekspor dan impor, kedua; perangkat permintaan akhir dapat ditentukan besaran output dari setiap sektor dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya, ketiga; dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta ataupun pemerintah dan ditelusuri dan diramalkan secara terperinci, dan keempat; perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik.

Kegunaan Tabel Input-Output adalah untuk meneliti tingkat saling keterkaitan diantara berbagai sektor dalam suatu ekonomi. Selain itu Tabel

Dokumen terkait