ANALISA ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY PADA PERISTIWA PERGANTIAN MENTERI KEUANGAN
KABINET INDONESIA BERSATU II (Study Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan oleh:
Maybina Puspa Fitriasti 0713010173/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
ANALISA ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY PADA PERISTIWA PERGANTIAN MENTERI KEUANGAN
KABINET INDONESIA BERSATU II (Study Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Progdi Akuntansi
Diajukan oleh:
Maybina Puspa Fitriasti 0713010173/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin... Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul : “ANALISA ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY PADA PERISTIWA PERGANTIAN MENTERI KEUANGAN KABINET INDONESIA BERSATU II (Study Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia)”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
sabar, telaten, dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak Eko Riadi, M.Aks selaku Dosen Wali yang telah memberikan dukungan dan nasehat selama ini.
7. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi dan Ibu Dra. Erry Andhaniwati, M.Aks selaku Dosen Penguji pada Seminar Proposal.
8. Bapak dan Ibu Dosen, beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya program studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama ini.
9. Papa, Mama, mas Dika, dik Bayu, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan do’a dan dukungan selama ini.
10. Teman-teman dan sahabat yang telah memberikan dukungannya selama ini, khususnya Erma, Sayyida, Dewi, Defi, Nabila, Zhela, Eva, dan Suci.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
penulis, semoga skripsi ini bemanfaat bagi pembaca.
Surabaya, Mei 2011
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 15
2.2.1. Pasar Modal ... 15
2.2.1.1. Peran Pasar Modal ... 15
2.2.1.2. Jenis-Jenis Pasar Modal ... 17
2.2.1.3. Pasar Modal yang Efisien ... 19
2.2.2. Saham ... 24
2.2.2.1. Pengertian Saham ... 24
2.2.2.3. Indeks Harga Saham ... 28
2.2.2.4. Indeks LQ45 ... 30
2.2.2.4.1. Kriteria Pemilihan Saham Indeks LQ45 ... 30
2.2.2.4.2. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham ... 31
2.2.3. Event Study ... 31
2.2.3.1. Pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II ... 34
2.2.4. Abnormal Return ... 37
2.2.5. Trading Volume Activity ... 40
2.3. Kerangka Pikir ... 42
2.4. Hipotesis ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN ... 44
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 46
3.2.1. Populasi ... 46
3.2.2. Sampel ... 47
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.3.1. Jenis Data ... 48
3.3.2. Sumber Data ... 48
3.3.3. Cara Pengumpulan Data ... 48
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
3.4.1. Uji Normalitas ... 49
3.4.2.1. Pengujian Hipotesis 1 ... 52
3.4.2.2. Pengujian Hipotesis 2 ... 54
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 56
4.1.1. Profil Perusahaan dalam Indeks LQ-45 ... 56
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58
4.2.1. Actual Return ... 71
4.2.2. Expected Return ... 72
4.2.3. Abnormal Return ... 74
4.2.4. Average Abnormal Return ... 75
4.2.5. Aktivitas Perdagangan Saham (Trading Volume Activity) .... 78
4.2.6. Average Trading Volume Activity ... 79
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 82
4.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 82
4.3.2. Analisis Pengujian Ada atau Tidaknya Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pergantian Menkeu Kabinet Indonesia Bersatu II ... 83
4.3.3. Analisis Pengujian Ada atau Tidaknya Perbedaan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pergantian Menkeu Kabinet Indonesia Bersatu II ... 85
4.4. Pembahasan ... 87
4.6. Katerbatasan Penelitian dan Implikasi Penelitian yang Akan
Datang ... 94
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
5.1. Kasimpulan ... 96
5.2. Saran ... 97
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : IHSG dan Indeks LQ-45 Tanggal 12-27 Mei 2010 Pada
Peristiwa Pergantian Menkeu Kabinet Indonesia Bersatu II ... 5
Tabel 2.1 : Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang ... 14
Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Expected Return ... 73
Tabel 4.2 : Average Abnormal Return (AAR) 45 Perusahaan Sampel Selama Event Period ... 76
Tabel 4.3 : Average Trading Volume Activity (Average TVA) 45 Perusahaan Sampel Selama Event Period ... 80
Tabel 4.4 : Uji Normalitas Data AAR dan TVA Periode Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pergantian Menkeu Kabinet Indonesia Bersatu II ... 82
Tabel 4.5 : Paired Samples Statistics Abnormal Return ... 83
Tabel 4.6 : Paired Samples Test Abnormal Return ... 84
Tabel 4.7 : Paired Samples Statistics Trading Volume Activity ... 85
Tabel 4.8 : Paired Samples Test Trading Volume Activity ... 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Tingkatan Kumulatif dari Ketiga Bentuk Pasar Efisien ... 23
Gambar 2.2 : Kandungan Informasi Suatu Pengumuman ... 32
Gambar 2.3 : Efisiensi Pasar Secara Informasi ... 33
Gambar 2.4 : Periode Estimasi dan Periode Jendela ... 39
Gambar 2.5 : Kerangka Pikir Penelitian ... 42
Gambar 3.1 : Periode Penelitian ... 50
Gambar 4.1 : Grafik Average Abnormal Return (AAR) 45 Perusahaan Sampel Selama Event Period ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Saham Yang Masuk Dalam Perhitungan Indeks LQ-45 Periode Februari 2010 s/d Juli 2010
Lampiran 2 : Data Harga Saham Harian Lampiran 3 : Actual Return (Ri,t)
Lampiran 4 : Data Indeks Harga Saham Gabungan (Indeks LQ-45) Lampiran 5 : Expected Return atau E [Ri,t]
Lampiran 6 : Abnormal Return
Lampiran 7 : Data Jumlah Saham Yang Diperdagangkan Lampiran 8 : Data Jumlah Saham Yang Beredar
Lampiran 9 : Trading Volume Activity
Lampiran 10 : Uji Normalitas Data Abnormal Return dan Uji Normalitas Data Trading Volume Activity
Lampiran 11 : Statistik Diskripsi Abnormal Return dan Uji t-berpasangan Abnormal Return
Lampiran 12 : Statistik Diskripsi Trading Volume Activity dan Uji
ANALISA ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY PADA PERISTIWA PERGANTIAN MENTERI KEUANGAN
KABINET INDONESIA BERSATU II (Study Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia)
Oleh :
Maybina Puspa Fitriasti Abstraksi
Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama dalam proses alokasi dana masyarakat. Sebagai suatu instrumen ekonomi, pasar modal tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi. Pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan abnormal return dan trading volume activity periode sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II (Sri Mulyani Indarwati) di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Mei 2010.
Penelitian ini merupakan studi peristiwa (event study) terhadap 45 perusahaan anggota indeks LQ-45 periode Februari 2010 sampai dengan Juli 2010 di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan event period selama 11 hari, yakni 5 hari sebelum peristiwa, satu hari pada saat peristiwa pelantikan Menteri Keuangan baru berlangsung, dan 5 hari setelah peristiwa. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua rata-rata dengan sampel berpasangan (paired-sample t test).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan ekonomi, terutama dalam proses alokasi dana masyarakat. Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana (Husnan, 1998). Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan mereka atas kesuksesan suatu usaha di masa yang akan datang. Mereka bersedia menanamkan dana jika mereka menganggap prospek suatu investasi menguntungkan.
Pasar modal sebagai salah satu instrumen ekonomi tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan. Semakin penting peran pasar modal dalam perekonomian suatu negara, semakin sensitif pasar modal itu terhadap berbagai peristiwa di sekitarnya (Suryawijaya dan Setiawan, 1998).
Isu seputar masalah dan kebijakan ekonomi, politik, sosial, lingkungan maupun hak asasi manusia, saat ini turut serta mempengaruhi keadaan pasar modal. Walaupun isu di luar masalah dan kebijakan ekonomi tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap terhadap aktivitas pasar modal, namun seringkali hal itu justru yang menyebabkan guncangan di dalam bursa, seperti dalam Bursa Efek Indonesia. Seperti diketahui bahwa kegiatan di pasar modal sangat dipengaruhi oleh munculnya informasi, baik itu informasi yang benar maupun informasi yang tidak benar. Sering terlihat, harga saham mengalami kenaikan atau penurunan akibat beredarnya informasi yang dapat dipertanggungjawabkan maupun yang hanya bersifat rumor.
Peristiwa politik berkaitan erat dengan stabilitas perekonomian suatu negara. Kondisi politik yang stabil cenderung meningkatkan kinerja ekonomi suatu negara. Hal ini dikarenakan rendahnya resiko kerugian yang diakibatkan oleh faktor non ekonomi, sehingga adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas negara, seperti pemilihan umum, pergantian kepala negara, pengumuman kabinet menteri, berbagai kerusuhan politik, dan peristiwa lainnya tidak jarang mendapat respon negatif dari pelaku pasar.
2 hari pengamatan. Dari hasil uji beda dua rata-rata yang dilakukan, tampak bahwa tidak ada perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa. Hal yang sebaliknya terjadi untuk variabel transaksi saham (tercermin dalam aktivitas volume perdagangan saham) yang secara signifikan berbeda antara sebelum dan sesudah peristiwa. Lamasigi (2002) dalam peristiwa pergantian Presiden RI tanggal 23 Juli 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia (BEJ) memberikan reaksi positif terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi pada 3 hari bursa selama periode pengamatan, walaupun secara statistik tidak ada perkembangan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa.
sebagai Presiden RI periode 2004-2009, para investor cenderung menunggu informasi ataupun kebijakan-kebijakan baru yang akan dikeluarkan oleh pemerintah yang mungkin dapat mempengaruhi kebijakan investasi para investor.
Penelitian lain mengenai event study dilakukan Rahayu (2007) yang menganalisis apakah pasar modal bereaksi terhadap pengumuman perombakan terbatas Kabinet Indonesia Bersatu menunjukkan reaksi positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya average abnormal return yang positif dan signifikan di sekitar tanggal pengumuman, yaitu
pada saat 9 hari, 8 hari, 2 hari, 1 hari sebelum pengumuman. Hal ini diduga karena sebagian investor telah memperoleh informasi pada saat sebelum tanggal pengumuman sehingga mereka mampu memberikan respon dengan cepat. Perombakan anggota kabinet terbatas cenderung diartikan sebagai sinyal kepercayaan investor terhadap kinerja pemerintahan SBY-JK.
Asumsi adanya perbedaan aktivitas saham di PT. BEI sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 : IHSG dan Indeks LQ-45 Tanggal 12-27 Mei 2010 Peristiwa Pengantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II Tanggal Periode IHSG IHSG – Indeks LQ-45
12 Mei 2010 - 5 2,847.622 548.713
14 Mei 2010 - 4 2,858.385 550.998
17 Mei 2010 - 3 2,819.470 542.851
18 Mei 2010 - 2 2,834.186 546.994
19 Mei 2010 - 1 2,729.484 524.470
20 Mei 2010 0 2,694.249 516.731
21 Mei 2010 +1 2,623.221 502.809
24 Mei 2010 +2 2,609.610 500.311
25 Mei 2010 +3 2,514.119 483.221
26 Mei 2010 +4 2,696.780 521.636
27 Mei 2010 +5 2,713.923 525.583
Keterangan : Tanggal 13, 15, 16, 22, 23 Mei 2010 bukan hari kerja bursa. Sumber : IDX Statistics 2nd Quarter 2010
naik menjadi Rp 6.253,8 triliun tahun 2010 membuat rasio utang turun. Oleh karena itu, kepergian Sri Mulyani dan munculnya sosok pengganti yang “tak pas” bisa menjadi faktor kontraksi bagi kinerja ekonomi ini.
Mundurnya Sri Mulyani dari kursi Menkeu juga mendorong kejatuhan bursa domestik dalam jangka pendek yang berimbas pada perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan JCI yang menunjukkan respon pasar dari tanggal 3 – 23 Mei 2010. Tanggal 3 – 8 Mei 2010, mulai muncul isu diangkatnya Sri Mulyani sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Washington DC, AS. Pasar merespon dan menimbulkan kepanikan yang berdampak pada aksi jual secara masif sehingga harga JCI merosot tajam dari harga Rp 2950-an ke Rp 2750. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga turun tajam menjadi Rp 9.240 – Rp 9.250 per dollar AS ke Rp 9.340 – Rp 9.350 atau turun 100 poin.
kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar.
Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar modal akibat suatu informasi juga dapat dilihat melalui parameter pergerakan aktivitas perdagangan di pasar (trading volume activity), jika investor menilai suatu peristiwa mengandung informasi maka peristiwa tersebut akan mengakibatkan keputusan perdagangan di atas keputusan perdagangan yang normal.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan beberapa fakta di atas, peneliti berupaya melakukan event study untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan abnormal return dan trading volume activity di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa non ekonomi. Peristiwa yang hendak diuji kandungan informasinya adalah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II (Sri Mulyani Indarwati) di bawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Mei 2010. Jika peristiwa ini dianggap informatif, maka diharapkan akan ada peningkatan kegiatan perdagangan saham relatif terhadap kegiatan perdagangan rata-rata di sekitar peristiwa tersebut. Oleh karena itu, penulis memilih judul “ANALISA ABNORMAL RETURN DAN TRADING
VOLUME ACTIVITY PADA PERISTIWA PERGANTIAN MENTERI
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return
yang diperoleh para investor sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II tanggal 20 Mei 2010? 2. Adakah perbedaan yang signifikan antara rata-rata trading volume
activity sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan
Kabinet Indonesia Bersatu II tanggal 20 Mei 2010?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata abnormal return yang diperoleh para investor sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II tanggal 20 Mei 2010. 2. Menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata trading volume activity
sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II tanggal 20 Mei 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
melakukan pembelian atau penjualan saham ketika terjadi peristiwa politik atau non ekonomi.
2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya serta perluasan teori dan penelitian terdahulu mengenai event study yang diimplementasikan untuk mengetahui reaksi pasar modal terhadap peristiwa politik atau non ekonomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai event study yang mengambil
peristiwa di luar masalah ekonomi antara lain dilakukan oleh:
a. Marwan Asri Suryawijaya dan Faizal Arief Setiawan (1998) dengan
penelitian berjudul “Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa
Politik Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996)”.
Permasalahan : Apakah terdapat perubahan harga dan aktivitas volume
perdagangan saham di BEJ pada peristiwa politik 27 Juli 1996?
Hasil Penelitian :
- Abnormal return terjadi secara spontan pada event date 27 Juli 1996
dengan nilai negatif selama 3 hari. Hal ini terjadi karena peristiwa
murni politik tersebut tidak diduga para investor memiliki dampak
ekonomis.
- Tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata abnormal
return saham sebelum dan sesudah peristiwa, karena harga saham
secara cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
- Terjadi perbedaan yang signifikan atas rata-rata aktivitas volume
perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa. Peristiwa 27 Juli 1996
menyebabkan kekhawatiran investor yang kemudian melakukan
b. Treisye Ariance Lamasigi (2002) dengan penelitian berjudul “Reaksi
Pasar Modal Terhadap Peristiwa Pergantian Presiden Republik
Indonesia 23 Juli 2001 : Kajian terhadap Return Saham LQ-45 di PT.
BEJ”.
Permasalahan : Bagaimana kekuatan muatan informasi dari suatu
peristiwa politik terhadap aktivitas di BEJ (reaksi pasar modal terhadap
peristiwa pergantian Presiden)?
Hasil Penelitian :
- Terdapat signifikasi abnormal return yang diperoleh pasar atas
peristiwa pergantian Presiden pada tanggal 23 Juli 2001, karena pasar
mengkategorikan informasi ini sebagai berita baik (good news).
- Tidak terdapat perkembangan yang signifikan antara rata-rata
abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa karena tampak
variabel harga saham yang dicerminkan oleh rata-rata abnormal
return yang diterima oleh investor secara cepat menyesuaikan dengan
perkembangan yang terjadi.
c. Sri Lestari dan Imam Subekti (2002) dengan penelitian berjudul
“Asosiasi Antara Pengumuman Kabinet Baru Tanggal 23 Agustus 2000
Dengan Stock Price dan Trading Volume Activity Di PT. Bursa Efek
Jakarta”.
Permasalahan : Apakah suatu peristiwa politik mempunyai muatan
informasi yang cukup kuat untuk membuat pasar bereaksi (adanya
Hasil Penelitian :
- Abnormal return yang diperoleh investor tidak berbeda secara
signifikan pada periode kejadian. Peristiwa pengumuman kabinet
baru tanggal 23 Agustus 2000 tidak memberikan abnormal return
bagi investor.
- Rerata abnormal return tidak berbeda secara signifikan sebelum dan
setelah peristiwa. Kesimpulannya, tidak ada hubungan (asosiasi) yang
signifikan antara pengumuman kabinet baru dengan harga saham di
BEJ.
- Rerata TVA berbeda secara signifikan sebelum dan setelah peristiwa.
Kesimpulannya, terdapat asosiasi yang signifikan antara
pengumuman kabinet baru dengan transaksi saham.
d. Munari (2007) dengan penelitian berjudul “Reaksi Pasar Setelah Hasil
Pemilu 2004 (Study Terpilihnya SBY Sebagai Presiden RI Periode
2004-2009).
Permasalahan : Adakah perbedaan abnormal return dan volume
transaksi saham sebelum dan sesudah peristiwa terpilihnya SBY sebagai
presiden RI periode 2004-2009?
Hasil Penelitian :
- Tidak ada perbedaan yang signifikan pada nilai abnormal return dan
trading volume activity pada perusahaan-perusahaan LQ-45 di BEJ,
pada saat sebelum dan sesudah peristiwa terpilihnya SBY pada
- Terjadi penurunan pada nilai abnormal return dan TVA, meskipun
tidak secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sesudah
terpilihnya SBY, investor cenderung menunggu informasi maupun
kebijakan-kebijakan baru yang akan dikeluarkan oleh pemerintah
yang mungkin akan mempengaruhi keputusan investasi para investor.
e. Harymami dan Maria Qifthiyah Alkaff (2009) dengan penelitian
berjudul “Pengaruh Pemilihan Presiden RI Tahun 2009 Terhadap Harga
Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Di BEI (Event
Study Pada Saham Anggota JII).”
Permasalahan : Adakah perbedaan harga saham (abnormal return)dan
trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa pemilihan
Presiden tanggal 8 Juli 2009?
Hasil Penelitian :
- Pada event date (t0) menghasilkan abnormal return namun tidak
signifikan. Abnormal return positif dan abnormal return negatif
terjadi pada periode sebelum event date (t-1 dan t-3) dan pada periode
setelah pemilihan Presiden (t+6 dan t+7).
- Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return
periode 7 hari sebelum pemilihan Presiden dengan abnormal return
periode 7 hari sesudah pemilihan Presiden.
- Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan
periode 7 hari sebelum pemilihan Presiden dengan volume
Tabel 2.1 : Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Nama
Peneliti Peristiwa Variabel Sampel
Event Period Alat Uji Marwan Asri Suryawijaya dan Faizal Arief Setiawan (1998)
27 Juli 1996 abnormal
return &
trading volume activity
37 emiten yang
listed di BEJ dengan kapitalisasi terbesar hingga Juli 1996
21 hari: t(-10), t(0), t(+10) paired sample t-test Treisye Ariance Lamasigi (2002) Pergantian Presiden RI 23 Juli 2001
abnormal return
37 emiten anggota indeks LQ-45 semester I dan II tahun 2001
21 hari: t(-10), t(0), t(+10) paired sample t-test Sri Lestari dan Imam Subekti (2002) Pengumuman kabinet baru tanggal
23 Agustus 2000
abnormal return &
trading volume activity
45 emiten anggota indeks LQ-45 periode Agustus 2000-Januari 2001
11 hari: t(-5), t(0), t(+5) paired sample t-test Munari (2007) Terpilihnya SBY sebagai Presiden RI periode 2004-2009 pada tanggal
20 Oktober 2004
abnormal return &
trading volume activity 16 perusahaan manufaktur anggota indeks LQ-45 pada tanggal 20 Oktober 2004 21 hari: t(-10), t(0), t(+10) paired sample t-test Harymami dan Maria Qifthiyah Alkaff (2009) Pemilihan Presiden RI Tahun 2009 abnormal return &
trading volume activity Saham perusahaan anggota JII 15 hari: t(-7), t0, t(+7) paired sample t-test Maybina Puspa Fitriasti (2010) Pergantian Menkeu Kabinet Indonesia Bersatu II abnormal return &
trading volume activity
45 emiten anggota indeks LQ-45 perode Februari 2010-Juli 2010
11 hari: t(-5), t(0), t(+5)
paired sample t-test
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1. Peran Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau
mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian
dari perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang
mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman
ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah
disepakati (Jogiyanto, 2000: 11-12).
Pengertian pasar modal yang lebih spesifik menurut
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, yaitu kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Darmadji dan
Fakhruddin, 2001: 2).
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998: 1), pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta.
Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang
mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan
dana). Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan
lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal
diperdagangkan dana jangka panjang.
Keputusan investasi oleh investor ditentukan oleh pengharapan
masa yang akan datang mereka atas kesuksesan suatu usaha. Mereka
bersedia menanamkan dana jika mereka menganggap prospek suatu
investasi menguntungkan. Namun demikian, masa yang akan datang
penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, investor memerlukan
informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi.
Sebelum memutuskan portofolio suatu investasi, mereka menganalisis
berbagai macam kejadian dan keadaan masa kini dan masa lalu yang
diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi kejadian di masa yang
akan datang.
Manfaat keberadaan pasar modal menurut Darmadji dan
Fakhruddin (2001: 2), antara lain sebagai berikut :
a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia
usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus
memungkinkan upaya diversifikasi.
c. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
e. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah.
f. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme,
menciptakan iklim berusaha yang sehat.
g. Menciptakan lapangan kerja atau profesi yang menarik.
h. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek.
i. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan
resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan
diversifikasi investasi.
j. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses
kontrol sosial.
k. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong
pemanfaatan manajemen profesional.
2.2.1.2. Jenis-Jenis Pasar Modal
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada
masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan
dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal tempat
sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada
beberapa macam, yaitu (Sunariyah, 2003: 12-14) :
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di
pasar sekunder. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh
penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten),
berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana. Pasar sekunder
merupakan tempat saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara
luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham
di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara
pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (a) faktor internal
perusahaan, yang berhubungan dengan kebijakan internal pada suatu
perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai, (b) faktor eksternal
perusahaan, yaitu hal-hal di luar kemampuan perusahaan atau di luar
kemampuan manajemen untuk mengendalikan. Perdagangan pasar
sekunder, jika dibandingkan dengan perdagangan pasar perdana
mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di
luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan
sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi,
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina
oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga ini
tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor
trading (lantai bursa).
d. Pasar Keempat
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal
atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham
ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk
transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam
jumlah besar (block sale).
2.2.1.3. Pasar Modal yang Efisien
Husnan (2001: 264) mendefinisikan pasar modal yang efisien
sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan
semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin
pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan
demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi
para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal
secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa
efek. Efisiensi dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi
informasional (informationally efficient market).
Menurut Jogiyanto (2000: 351), jika pasar bereaksi dengan cepat
mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini
disebut dengan pasar efisien.
Fama (1970) dalam Husnan (2001: 269), mengklasifikasikan
informasi menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Perubahan harga di waktu yang lalu (past price changes).
b. Informasi yang tersedia kepada publik (publicinformation).
c. Informasi yang tersedia kepada publik maupun tidak (public and
private information).
Fama (1970) dalam Jogiyanto (2000: 353), menyajikan 3 bentuk
utama dari efisiensi pasar berdasarkan tiga jenis informasi di atas, yaitu:
1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah (Weak-Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu. Bentuk
efisiensi pasar secara lemah berkaitan dengan teori langkah acak
(random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak
berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisiensi pasar secara
bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan
untuk memprediksi harga sekarang. Implikasinya adalah investor
tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semistrong-Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan
perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa
informasi sebagai berikut:
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga
sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi
tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi
dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten, umumnya
berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten
(corporate event). Contoh dari informasi ini misalnya adalah
pengumuman laba, pengumuman pembagian dividen,
pengumuman pengembangan produk baru, pengumuman merjer
dan akuisisi, dan lain sebagainya.
b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga
sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan
ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari
regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas
perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. Contoh
dari informasi ini misalnya adalah regulasi untuk meningkatkan
kebutuhan cadangan (reserved requirement) yang harus dipenuhi
oleh semua bank-bank. Informasi ini akan mempengaruhi secara
langsung harga sekuritas tidak hanya sebuah bank saja, tetapi
mungkin semua emiten di dalam industri perbankan.
c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga
Informasi ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan
dari regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten.
Contoh dari regulasi ini adalah peraturan akuntansi untuk
mencantumkan laporan arus kas yang harus dilakukan oleh
semua perusahaan. Regulasi ini akan mempunyai dampak ke
harga sekuritas tidak hanya untuk sebuah perusahaan saja atau
perusahaan-perusahaan di suatu industri, tetapi mungkin
berdampak langsung pada semua perusahaan.
Implikasinya adalah tidak ada investor atau grup dari investor yang
dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk
mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang
lama.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong-Form Efficiency)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas
secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia
termasuk informasi yang privat. Implikasinya adalah bahwa tidak
ada investor atau grup investor yang dapat memperoleh keuntungan
tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat.
Tujuan dari Fama (1970) membedakan ke dalam tiga macam
bentuk pasar efisien adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris
terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk pasar efisien tersebut
berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga bentuk pasar
dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian
[image:36.612.179.509.187.520.2]dari bentuk kuat, seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1 : Tingkatan Kumulatif dari Ketiga Bentuk Pasar Efisien
Sumber : H.M., Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis
Investasi, Edisi 2, Penerbit BPFE, Yogyakarta, hal. 357.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi
efisien. Pasar efisien dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai
berikut (Jogiyanto, 2000: 375) :
1. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa
sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi
harga dari suatu sekuritas. Harga dari suatu sekuritas ditentukan oleh
banyak investor yang menentukan demand dan supply.
2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat
yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut
murah.
Pasar Efisien Bentuk Kuat Pasar Efisien Bentuk
3. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman
informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi
dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat
memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.
4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan
cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya
mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan
yang baru.
2.2.2. Saham
2.2.2.1. Pengertian Saham
Darmadji dan Fakhruddin (2001: 5) mendefinisikan saham
sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut.
Beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu
perusahaan, antara lain:
a. Limited risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab
sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan.
b. Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan
c. Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir
yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk
dividen) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang
saham memiliki posisi yunior dibanding pemegang saham obligasi
atau kreditor.
Penerbitan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan
ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain,
saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan. Dengan menyertakan
modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.2.2.2. Jenis-Jenis Saham
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham
(Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 6-7) :
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim :
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakansaham yang menempatkan pemiliknya
paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik
gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi
juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki
investor. Saham preferen serupa saham biasa karena mewakili
kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo
yang tertulis di atas lembaran saham, dan membayar dividen.
Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi
terletak pada: adanya klaim atas laba dan aktiva sebelumnya,
dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki
hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa.
2. Ditinjau dari cara peralihannya :
a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks)
Artinya, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya,
agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor
lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut,
maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut
hadir dalam RUPS.
b. Saham Atas Nama (Registered Stocks)
Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas
siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan :
a. Blue-Chip Stocks
Blue-chip stocks merupakan saham biasa dari suatu perusahaan
yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis,
memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar
dividen.
b. Income Stocks
Income stocks merupakan saham dari suatu emiten yang
memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari
rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten
seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih
tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini
tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi
pertumbuhan harga saham (P/E ratio).
c. Growth Stocks
1. Well-Known
Well-known merupakansaham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai
leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
2. Lesser-Known
Lesser-known merupakan saham dari emiten yang tidak
sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri growth
stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang
d. Speculative Stock
Speculative stock merupakan saham suatu perusahaan yang tidak
bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke
tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang
tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stocks
Counter cyclical stocks merupakan saham yang tidak
terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis
secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap
tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang
tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam
memperoleh penghasilan tinggi pada masa resesi.
2.2.2.3. Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan
harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk
melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham.
Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga
saham, antara lain:
a) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua
perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini
beberapa emiten tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG,
misalnya emiten-emiten eks BES karena alasan tidak (atau belum
b) Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada
masing-masing sektor.
c) Indeks LQ-45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.
d) Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk
dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh
Bapepam-LK) dan termasuk saham memiliki kapitalisasi besar dan
likuiditas tinggi.
e) Indeks Kompas100, menggunakan 100 emiten yang dipilih
berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
f) Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT.
Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia.
g) Indeks PEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT.
Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO.
h) Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih
berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT.
Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati
Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable
i) Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam
kriteria papan utama.
j) Indeks Papan Pengembangan, mengguanakn emiten yang masuk
dalam kriteria papan pengembangan.
k) Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
2.2.2.4. Indeks LQ-45
Indeks LQ-45 terdiri dari 45 emiten dengan likuiditas (liquid)
tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain
penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga
mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
2.2.2.4.1. Kriteria Pemilihan Saham Indeks LQ-45
Sejak diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama
likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sesuai
dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria
likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari
perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran
likuiditas. Sehingga kriteria-kriteria suatu emiten untuk dapat masuk
dalam perhitungan indeks LQ-45 adalah sebagai berikut :
1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar
3. Telah tercatat di BEJ minimum 3 bulan.
4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya,
frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
2.2.2.4.2. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan
kinerja emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks
LQ-45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan
saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan setiap
enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus.
2.2.3. Event Study
Event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga
saham di pasar modal untuk mengetahui apakah ada abnormal return yang
diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu (Peterson,
1989 dalam Suryawijaya dan Setiawan, 1998: 141).
Jogiyanto (2000: 392) menjelaskan bahwa event study merupakan
studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang
informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman.
Berdasarkan pengertian di atas tampak bahwa event study
merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa
yang informasinya dipublikasikan untuk menguji kandungan informasi
Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga atau
return dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau menggunakan
abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan
bahwa pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan
memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya jika suatu
pengumuman tidak memiliki kandungan informasi, tidak memberikan
[image:45.612.167.519.261.583.2]abnormal return kepada pasar (Jogiyanto, 2000: 392-393).
Gambar 2.2 : Kandungan Informasi Suatu Pengumuman
Sumber : H.M., Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2, Penerbit BPFE, Yogyakarta, hal. 393.
Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar,
tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian
melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang Reaksi Pasar terhadap
Kandungan Informasi Peristiwa
Pengumuman Peristiwa
Ada Abnormal Return
Tidak Ada Abnormal Return
Hasil
ADA KANDUNGAN
INFORMASI
TIDAK ADA KANDUNGAN
diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar
secara informasi bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk
setengah kuat jika tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal
return dari informasi yang diumumkan atau jika memang ada abnormal
return, pasar harus bereaksi dengan cepat untuk menyerap abnormal
return untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru. Dengan demikian
pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat
seharusnya dilakukan setelah pengujian kandungan informasi dan
[image:46.612.162.510.261.604.2]urutannya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.3 : Efisiensi Pasar Secara Informasi
Sumber : H.M., Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2, Penerbit BPFE, Yogyakarta, hal. 394.
Selain terdapat abnormal return, reaksi pasar dapat juga
diindikasikan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham Peristiwa Kandungan
Informasi
Kecepatan Reaksi
Efisiensi Pasar Secara Informasi
Pengumuman Peristiwa
Ada Abnormal
Return
Tidak Ada Abnormal
Return
Cepat
Lama & berkepanjangan
EFISIEN
TIDAK EFISIEN
(trading volume activity). Perubahan volume perdagangan saham di pasar
modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan
mencerminkan keputusan investasi para investor di pasar modal. Jika
investor menilai suatu peristiwa mengandung informasi maka peristiwa
tersebut akan mengakibatkan keputusan perdagangan di atas keputusan
perdagangan yang normal.
2.2.3.1. Pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II
Kepergian Sri Mulyani Indrawati sebagai Direktur Pelaksana
Bank Dunia di Washington DC, AS, berdampak pada kebijakan
pemerintah. Karakter Sri Mulyani yang tidak terlalu kompromistis
terhadap keinginan partai politik, karena mengedepankan penyelamatan
ekonomi, akan sulit tergantikan.
Kinerja perekonomian Indonesia sejak tahun 2004, sejak Sri
Mulyani menjadi Menteri Keuangan (Menkeu), menunjukkan tren
membaik. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 5,8 – 6 persen dan
ditargetkan menjadi 7 – 7,5 persen pada tahun 2014. Peringkat utang
Indonesia terus membaik dari B+ menjadi BB pada tahun 2010.
Membaiknya peringkat utang diwarnai dengan total utang
Indonesia yang meningkat menjadi Rp 1.594,15 triliun. Lepas dari
semakin tingginya kepercayaan pihak luar kepada Indonesia, angka
utang yang membesar ini memprihatinkan. Namun, dari aspek rasio
tahun 2004 menjadi 27 persen tahun 2010. Angka PDB yang naik
menjadi Rp 6.253,8 triliun tahun 2010 membuat rasio utang turun.
Oleh karena itu, kepergian Sri Mulyani dan munculnya sosok
pengganti yang “tak pas” bisa menjadi faktor kontraksi bagi kinerja
ekonomi. Ketua Perhimpunan Bank Umum Nasional Sigit Pramono
mengakui, kehilangan figur seperti Sri Mulyani adalah suatu kerugian
besar bagi Indonesia mengingat seorang dengan kompetensi dan
integritas seperti dialah yang diperlukan Indonesia untuk mengelola
perekonomian yang belum benar-benar pulih dari krisis. Maka, untuk
menjaga perekonomian tetap berjalan sehat, sudah sepatutnya jika
Presiden segera menunjuk pengganti Sri Mulyani dan sekaligus mengisi
jabatan Gubernur BI yang sudah lama lowong. “Membiarkan dua posisi
vital di dalam manajemen perekonomian nasional akan menimbulkan
ketidakpastian dan berisiko tinggi,” tutur Sigit.
“Dalam kondisi perekonomian dunia seperti sekarang, kita tidak
boleh tawar-menawar dengan kepentingan politik. Menkeu harus
benar-benar berasal dari kalangan profesional yang memahami ekonomi
makro, mikro, dan keuangan dengan baik karena persoalan keuangan
negara bukan persoalan main-main. Amerika dan Eropa hampir runtuh
karena diterpa masalah keuangan,” papar pengamat pasar uang Farial
Anwar.
Fadhil Hasan memandang, banyak yang bisa menggantikan Sri
Indonesia. Mungkin yang sulit dicari adalah sosok dengan integritas dan
konsistensinya dalam menjalankan reformasi birokrasi. (KOMPAS, 10
Mei 2010).
Mundurnya Sri Mulyani dari kursi Menkeu juga mendorong
kejatuhan bursa domestik dalam jangka pendek yang berimbas pada
perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan JCI
(Jakarta Composite Index) yang menunjukan respon pasar dari tanggal 3
– 23 Mei 2010. Tanggal 3 – 8 Mei 2010, mulai muncul isu diangkatnya
Sri Mulyani sebagai Managing Director Bank Dunia. Pasar merespon
dan menimbulkan kepanikan yang berdampak pada aksi jual secara
masif sehingga harga JCI merosot tajam dari harga Rp 2950-an ke Rp
2750. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga turun tajam menjadi
Rp 9.240 – Rp 9.250 per dollar AS ke Rp 9.340 – Rp 9.350 atau turun
100 poin. Tanggal 18 Mei 2010, Sri Mulyani di non-aktifkan sebagai
Menkeu sehingga menimbulkan kepanikan pasar tentang sosok
pengganti Sri Mulyani. Hal ini juga berdampak pada harga bursa
domestik yang turun drastis dari Rp 2800an ke Rp 2500an harga
terendah selama beberapa bulan terakhir karena aksi jual secara masif.
Pada tanggal 20 Mei 2010, akhirnya Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mengumumkan dan resmi melantik Agus Dermawan
Wintarto Martowardojo sebagai Menteri Keuangan yang baru. Presiden
menilai bahwa Agus Martowardojo adalah sosok yang paling tepat
senior, rekam jejak yang baik, pengalaman di birokrasi pemerintahan,
jaringan lokal dan internasional yang luas, pendidikan yang baik,
disegani mitra lokal dan internasional, diterima pasar dan investor serta
profesional dalam arti nonpartisan. Selain itu Agus Martowardojo
adalah sosok dengan integritas dan konsistensi dalam menjalankan
reformasi birokrasi. Agus juga memiliki sikap tegas dan tidak bisa
diintervensi, sehingga tepat menduduki jabatan menteri keuangan.
Dengan latar belakang ahli moneter dan pengalaman di
perbankan baik nasional maupun multinasional. Belajar dari
pengalamannya sebagai Direktur Utama Bank Mandiri pada tahun 2005
hingga 2010, kinerja yang baik menurunkan kredit macet di bank
tersebut hingga mencapai dua persen. Agus Martowardojo mampu
melakukan komunikasi yang baik dengan DPR dan berharap
komunikasi antara Menkeu dan DPR ke depan bisa harmonis dan lebih
baik. Komunikasi yang baik dari Agus Martowardojo sudah
ditunjukkannya ketika anggota DPR periode 2009-2014 baru sepekan
usai dilantik sudah diundang untuk berdialog di kantor Bank Mandiri.
Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Agus Martowardojo itu
diharapkan dapat menutupi pengaruh kepergian Sri Mulyani dari jabatan
Menkeu.
2.2.4. Abnormal Return
Abnormal return menurut Jogiyanto (2000: 416) adalah selisih
Ri,jkeuntungan yang diharapkan (expected return). Abnormal return atau
excess return ini merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya
terjadi terhadap return normal. Return sesungguhnya merupakan return
yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif
terhadap harga sebelumnya. Return normal merupakan return yang
diharapkan oleh investor dengan mempertimbangkan tingkat risikonya.
Brown & Warner (1985) dalam Jogiyanto (2000: 416-428)
menyatakan bahwa expected return dapat dihitung dengan menggunakan
tiga model estimasi, yaitu :
1. Mean - Adjusted Model
Mean-adjusted model menganggap bahwa return ekspektasi bernilai
konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya
selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut:
t2
E [Ri,t] = j=t1
T
Notasi :
E [Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode
sebelum peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga
dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).
Gambar 2.4 : Perode Estimasi dan Periode Jendela
Sumber : H.M., Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio dan Analisis
Investasi, Edisi 2, Penerbit BPFE, Yogyakarta, hal. 417.
2. Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan market model dilakukan dengan
2 tahap, yaitu: (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan
data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model
ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode
jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi
OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan :
Ri,j = i + i . RM,j + i,j
Notasi :
Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
i = intercept untuk sekuritas ke-i
i = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-1
RM,j = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat
dihitung dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1) / IHSGj-1
dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan.
i,j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
t1 t2 t3 t0 t4
IHSG t - 1
IHSG t– IHSG t - 1
Model estimasi yang digunakan untuk mengestimasi return ekspektasi
untuk periode ke-t adalah sebagai berikut :
E [Ri,t] = i + i . E [RM,t]
Untuk model ekspektasi ini, nilai E [RM,t] yang digunakan adalah nilai
RM,t (return indeks pasar). Setelah model-model estimasi diperoleh,
tahap kedua adalah menghitung return estimasi untuk hari-hari di
periode jendela.
3. Market - Adjusted Model
Market-adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik
untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return dari indeks
pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini tidak perlu
menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi,
karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return
indeks pasar.
E [Ri,t ] =
Notasi :
E [Ri,t ] = expected return untuk sekuritas i pada hari ke-t
IHSGt = IHSG untuk sekuritas i pada hari ke-t
IHSGt-1 = IHSG sekuritas i pada hari sebelumnya
2.2.5. Trading Volume Activity
Trading volume activity (TVA) merupakan suatu instrumen yang
melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di
pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka dapat dikatakan bahwa TVA
merupakan variasi lain dari event study. Perbedaan dari keduanya adalah
pada parameter yang digunakan untuk mengukur reaksi pasar terhadap
suatu event.
Pendekatan TVA digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien
dalam bentuk lemah. Hal ini karena pada pasar yang belum efisien atau
efisien dalam bentuk lemah, perubahan harga belum dengan segera
mencerminkan informasi yang ada, sehingga peneliti hanya dapat
mengamati reaksi pasar modal melalui pergerakan volume perdagangan
saham pada pasar yang diteliti (Suryawijaya dan Setiawan, 1998: 142).
Houlthausen dan Verrecchia (1990) dalam Hastuti dan Sudibyo
(1998: 242) berpendapat bahwa pengumuman yang tidak membawa
informasi baru tidak akan mengubah kepercayaan investor, sehingga
mereka tidak akan melakukan perdagangan. Sebaliknya dengan adanya
perbedaan penafsiran yang konstan, sebuah informasi baru yang tidak
diharapkan akan membawa perubahan kepercayaan yang selanjutnya akan
memotivasi mereka untuk melakukan kegiatan perdagangan.
Menurut Beaver (1968), total volume perdagangan suatu saham
merupakan suatu penjumlahan dari setiap transaksi perdagangan yang
dilakukan oleh para pelaku pasar. Proses penjumlahan ini mencerminkan
adanya perbedaan pandangan (asimetri) antara investor mengenai nilai
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan latar belakang masalah dan telaah pustaka yang telah
dikemukakan di atas, maka pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah
studi di luar peristiwa ekonomi yang dihubungkan dengan reaksi pasar.
Peristiwa non ekonomi dapat mempengaruhi terjadinya reaksi pasar modal
berupa abnormal return dan trading volume activity. Kerangka pemikiran
[image:55.612.146.519.258.664.2]teoritis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5 : Kerangka Pikir Penelitian
Peristiwa Pengumuman Pergantian Menkeu Kabinet Indonesia Bersatu II
20 Mei 2010
Pasar Modal Bereaksi
Terjadi Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA)
Abnormal Return dan TVA
Sebelum Peristiwa
Abnormal Return dan TVA
Setelah Peristiwa
2.4. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara abnormal return sebelum dan
sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia
Bersatu II tanggal 20 Mei 2010.
H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara trading volume activity
sebelum dan sesudah peristiwa pergantian Menteri Keuangan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Reaksi pasar modal akibat suatu peristiwa dapat diuji dengan melihat
abnormal return. Sedangkan reaksi pasar modal akibat suatu informasi
dapat digunakan pengujian melalui parameter trading volume activity di
pasar yang merupakan suatu variasi dari event study.
Pada event study, periode pengamatan dibagi menjadi dua, yaitu
periode estimasi (estimation period) dan periode peristiwa (event period).
Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa.
Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela
peristiwa, yaitu periode di sekitar terjadinya event yang hendak diteliti.
Pada penelitian ini model estimasi yang digunakan adalah model
disesuaikan pasar (market-adjusted model). Market-adjusted model
merupakan penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas dan
sederhana, karena pada model ini periode estimasi tidak digunakan untuk
membentuk model estimasi. Return sekuritas yang diartikan sama dengan
return indeks pasar, dalam hal ini return indeks pasar yang digunakan
adalah return IHSG (indeks LQ-45). Dalam penelitian ini, periode
pengamatan yang dipergunakan adalah 11 hari bursa terdiri dari:
a. Event date (t0) adalah tanggal pelantikan Agus Dermawan Wintarto
yang baru. Tanggal pelantikan (t0) yaitu tanggal 20 Mei 2010 yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai announcement date.
b. Event period merupakan periode di mana analisis reaksi pasar dilakukan
di sekitar peristiwa pergantian Menteri Keuangan Kabinet Indonesia
Bersatu II dan diukur selama 11 hari dari 5 hari sebelum pelantikan (t-5)
sampai dengan 5 hari setelah pelantikan (t+5) Menkeu yang baru.
Berdasarkan uraian di atas variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Abnormal Return
Abnormal return (AR) adalah kelebihan atau selisih dari return
yang sebenarnya (actual return) dengan return yang diharapkan oleh
investor (expected return). Skala data adalah skala rasio. Abnormal
return secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2000:
416) :
AR
i,t= R
i,t–
E [ R
i,t]
Notasi :
AR i,t = abnormal return saham i pada hari ke-t
R i,t = actual return saham i pada hari ke-t
E [R i,t ] = expected return saham i pada hari ke-t
Dalam penelitian ini untuk merumuskan formulasi pengujian hipotesis,
rata-rata abnormal return disimbolkan sebagai berikut:
1 : rata-rata abnormal return sebelum peristiwa
2. Aktivitas Volume Perdagangan (Trading Volume Activity)
Trading volume activity (TVA) merupakan suatu instrumen yang
dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi
melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di
pasar. Perhitungan TVA dengan cara membandingkan saham yang
ditransaksikan pada event period dengan saham yang beredar pada
periode yang sama. Skala data adalah skala rasio. TVA secara matematis
dirumuskan sebagai berikut (Baridwan, 1997: 101):
TVA
i,t=
Notasi :
TVA i,t = aktivitas volume perdagangan saham i pada hari ke-t
Dalam penelitian ini untuk merumuskan formulasi pengujian hipotesis,
rata-rata trading volume activity disimbolkan sebagai berikut:
3 : rata-rata trading volume activity sebelum peristiwa
4 : rata-rata trading volume activity setelah peristiwa
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2003: 72).
∑
saham
i
yang diperdagangkan pada hari t
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang telah
go public dan listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010,
sebanyak 423 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, di mana setiap unsur dalam populasi tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Sampel yang dipilih
memiliki ciri-ciri yang terseleksi berdasarkan sifat-sifat khusus yang
dimiliki sampel tersebut dan dalam penentuan sampelnya harus relevan
dengan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, sehingga sampel yang
diambil sesuai (Indriantoro dan Supomo, 2002: 131).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
yang tergabung dalam indeks saham LQ-45, di mana indeks ini diharapkan
menjadi tolak ukur kinerja saham-saham dengan likuiditas tinggi di BEI.
Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas perusahaan yang tergabung