• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deposisi lapisan tipis SbO2 menggunakan teknik DC sputtering dan karakterisasinya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deposisi lapisan tipis SbO2 menggunakan teknik DC sputtering dan karakterisasinya."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Teknik

sputtering

merupakan proses terlepasnya beberapa atom suatu bahan

sebagai akibat penembakkan oleh ion positif berat. Proses ini dapat digunakan untuk

mendeposisikan suatu lapisan tipis logam secara merata di atas sebuah bahan dalam

suatu kondisi tertutup.

Telah dilakukan deposisi lapisan tipis S

n

O

2

dengan metode

sputtering DC

.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi waktu deposisi terhadap

karakteristik bahan lapisan tipis S

n

O

2.

Karakteristik ini meliputi resistansi, struktur

morfologi dan komposisi kimia lapisan tipis S

n

O

2

. Variasi waktu deposisi dimulai

dari 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dengan parameter lain

dibuat tetap seperti tekanan kerja 3 x 10

-2

Torr, temperatur substrat 200

0

C dan

tegangan elektroda 2,5 kV.

(2)

ABSTRACT

DEPOSITION OF S

n

O

2

THIN FILM USING

DC SPUTTERING

AND

IT’S CHARACTERISATION

Sputtering

technique is a rejected proses of atoms of the targets by

bombarding of weight ions. This proses can be used to deposit a thin film on a

substrate in vacuum conditions.

The deposition of S

n

O

2

thin film was carried out using by

DC sputtering

method. The purpose of this research is to study the effect of time variation of

deposition to the characteristic of S

n

O

2

. The characteristic cover the resistance,

morphology structure and chemical composition of S

n

O

2

thin film. The time variation

of deposition was from 30 minutes, 60 minutes, 90 minutes, 120 minutes and 150

minutes while the others parameter was kept constant, such as the pressure of Argon

gas 3 x 10

-2

Torr, substrate temperature is 200

0

C and electrode voltage is 2.5 kV.

It was found that the optimum resistance is in orde of 180 M

. This

conditions was achieved at the time of deposition is in orde of 120 minutes. From

SEM observation it was found that grains was distributed homogenously and the

thickness of layer is around 2.1

μ

m while from EDX analysis it was found that the

ratio of S

n

dan O is in orde of 1 : 1.42.

(3)

DEPOSISI LAPISAN TIPIS S

n

O

2

MENGGUNAKAN TEKNIK DC

SPUTTERING

DAN KARAKTERISASINYA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Memperoleh gelar sarjana sains (S.Si)

Program studi fisika

Oleh :

Anastasia Ima

NIM : 023214013

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

DEPOSITION OF S

n

O

2

THIN FILM USING

DC SPUTTERING

AND IT’S CHARACTERISATION

SKRIPSI

Precented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the

Sarjana Sains Degree

In Physics

By

Anastasia Ima

NIM : 023214013

PHYSICS STUDY PROGRAM

PHYSICS DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

”KaU HaNya DaPaT PerGi SeJauH YanG KaU DoRoNG”

”Pada akhirnya, bukan banyaknya tahun hidupmu yang dihitung, melainkan

kehidupan dalam tahun-tahun kehidupanmu” ~Abraham Lincoln~

”Lapar bukan hanya karena roti ~ tetapi lapar akan kasih.

Telanjang bukan hanya karena pakaian ~ melainkan martabat dan rasa hormat.

Tidak punya tempat tinggal bukan hanya sebuah ruangan bertembok ~ melainkan

tidak punya tempat tinggal karena penolakan.” ~Ibu Teresa~

”SedanG Kau TiDaK TahU aPa YanG aKan TerJaDi BesOk. ApaLah Arti hiDupMu?

HidUpmu iTu saMa sePerTi UaP YanG seBenTar saJa keLiHaTan Lalu LenYaP”

~Yakobus 4:14~

FirmanMu ...

jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu

Aku akan melakukannya ...(Yoh 14:14)

Aku tahu...

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah kolong langit...

ada waktunya... (Pengkotbah 3:1)

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Jesus Kristus yang selalu membukakan pintu bagi setiap harapan dan doaku

Papa dan Mama tersayang, i love u.

Abang moses dan keluarga barunya (kak Tuti dan si kecil), niko dan my littel

sister dedek (Emel), u all my inspiration.

(9)

ABSTRAK

Teknik

sputtering

merupakan proses terlepasnya beberapa atom suatu bahan

sebagai akibat penembakkan oleh ion positif berat. Proses ini dapat digunakan untuk

mendeposisikan suatu lapisan tipis logam secara merata di atas sebuah bahan dalam

suatu kondisi tertutup.

Telah dilakukan deposisi lapisan tipis S

n

O

2

dengan metode

sputtering DC

.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi waktu deposisi terhadap

karakteristik bahan lapisan tipis S

n

O

2.

Karakteristik ini meliputi resistansi, struktur

morfologi dan komposisi kimia lapisan tipis S

n

O

2

. Variasi waktu deposisi dimulai

dari 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dengan parameter lain

dibuat tetap seperti tekanan kerja 3 x 10

-2

Torr, temperatur substrat 200

0

C dan

tegangan elektroda 2,5 kV.

Dari penelitian ini dihasilkan nilai resistansi optimal sebesar 180 M

. Kondisi

ini dicapai pada waktu deposisi 120 menit. Dari observasi SEM dihasilkan bahwa

pertumbuhan butir-butir terdistribusi cukup homogen dan ketebalan dari lapisan

sekitar 2,1

μ

m. Sedangkan dari analisis EDX dihasilkan perbandingan unsur S

n

dan O

(10)

ABSTRACT

DEPOSITION OF S

n

O

2

THIN FILM USING

DC SPUTTERING

AND

IT’S CHARACTERISATION

Sputtering

technique is a rejected proses of atoms of the targets by

bombarding of weight ions. This proses can be used to deposit a thin film on a

substrate in vacuum conditions.

The deposition of S

n

O

2

thin film was carried out using by

DC sputtering

method. The purpose of this research is to study the effect of time variation of

deposition to the characteristic of S

n

O

2

. The characteristic cover the resistance,

morphology structure and chemical composition of S

n

O

2

thin film. The time variation

of deposition was from 30 minutes, 60 minutes, 90 minutes, 120 minutes and 150

minutes while the others parameter was kept constant, such as the pressure of Argon

gas 3 x 10

-2

Torr, substrate temperature is 200

0

C and electrode voltage is 2.5 kV.

It was found that the optimum resistance is in orde of 180 M

. This

conditions was achieved at the time of deposition is in orde of 120 minutes. From

SEM observation it was found that grains was distributed homogenously and the

thickness of layer is around 2.1

μ

m while from EDX analysis it was found that the

ratio of S

n

dan O is in orde of 1 : 1.42.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas segala rahmat dan

anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

DEPOSISI LAPISAN TIPIS S

n

O

2

MENGGUNAKAN TEKNIK DC

SPUTTERING

DAN KARAKTERISASINYA.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari telah mendapat bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Dr. Ir. Widi Setiawan selaku kepala PTAPB-BATAN Yogyakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian dibidang Akselerator.

2.

Bapak Drs. B.A. Tjipto Sujitno, MT, APU. selaku dosen pembimbing di

BATAN yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,

mendampingi, memberikan dorongan dan semangat dalam pengerjaan

tugas akhir ini.

3.

Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M.Si selaku dosen pembimbing di kampus

yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, mendampingi,

memberikan semangat dan dorongan dalam pengerjaan tugas akhir ini.

4.

Bapak Dr. Agung Bambang Setyo Utomo, SU. yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk menguji penulis serta memberikan masukan

(12)

5.

Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku dosen pendamping akademik

yang sudah banyak memberikan pendampingan selama menjadi

mahasiswa.

6.

Bapak Wikanda dan staffnya di LP3G (Lembaga Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi) Bandung yang telah membantu penulis dalam

karakteristik sample.

7.

Bapak J. Karmadi selaku teknisi di lab.

sputtering

yang telah meluangkan

waktu dan segala bantuannya dalam pelaksaan penelitian ini

8.

Papa dan Mama tercinta yang tanpa henti memberikan dukungan,

dorongan, doa, dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

9.

Abangku tercinta Moses Umbu dan adik-adikku Niko dan Emel (dedek)

yang ku sayangi, kalian adalah inspirasi bagiku yang selalu memberikan

semangat dan doa untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.

Bapak Sukirno yang selalu memberikan semangat dan nasehat kepada

penulis. Dan seluruh staff akselerator PTAPB-BATAN yang telah banyak

membantu dalam pelaksaan penelitian.

11.

Teman-teman seperjuangan di BATAN Erni, Frida, Ika (UAD), dll atas

kebersamaan, semangat dan masukannya.

12.

Teman-Teman seperjuangan di LP3G Tanti, Kartini, dll atas kebersamaan

(13)

13.

Teman-teman kosku Lori, Nanut, Fani, Kia, Sari dan d’Pitha yang selalu

memberikan semangat dan menjadi sahabat yang baik bagiku serta

menemaniku mengerjakan skripsi.

14.

Teman-teman fisika yang selama bertahun-tahun selalu berjuang

bersamaku, khususnya teman-teman angkatan 2002.

15.

Keluarga besar Komunitas Sant’Egidio atas dukungan dan persahabatan

selama ini.

16.

Seluruh Staff Pengajar Jurusan Fisika yang telah memberikan pengajaran

dan pendampingan.

17.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sangat membangun

dari berbagai pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan dan khususnya pembaca.

Yogyakarta, September 2007

(14)
(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...

HALAMAN PENGESAHAN .………..

HALAMAN PENGESAHAN BATAN ...

HALAMAN MOTO PERSEMBAHAN …………...……….

ABSTRAK ……….

ABSTRACT ………..

KATA PENGANTAR ………...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….

DAFTAR ISI ……….

DAFTAR GAMBAR..………...

DAFTAR TABEL .. ...

BAB I. PENDAHULUAN……….

1.1. Latar Belakang ……….

1.2. Perumusan Masalah ……….

1.3. Batasan Masalah ………..

1.4. Tujuan Penelitian ………...

1.5. Manfaat Penelitian ………...

(16)

1.6. Sistematika Penulisan ………...

BAB II. DASAR TEORI ………...

2.1. Pembentukan Lapisan Tipis S

n

O

2

dengan Proses

Sputterig DC

...

2.1.1. Proses

Sputtering DC

...

2.1.2. Proses Pembentukan Lapisan Tipis S

n

O

2

...

2.1.3. Interaksi Ion Gas

Sputter

dengan Material Target S

n

O

2

....

2.1.4.

Sputter Yield

(S, Atom/Ions)...

2.1.5. Energi Ion Gas

Sputter

...

2.1.6. Kelebihan Metode

Sputtering DC

...

2.2. Lapisan Tipis S

n

O

2

………...

2.2.1. Semikonduktor ...

2.2.2. Semikonduktor S

n

O

2

...

2.2.3. Ketidaksempurnaan (cacat) pada Lapisan Tipis S

n

O

2

...

2.3. Karakteristik Lapisan Tipis S

n

O

2

………....

2.3.1. Resistansi dan Konduktivitas ...

2.3.2.

Scanning Elektron Mikroscope

(SEM) dan

Energy

Dispersive Spektroscopy

(EDX)...

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……….

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ...

3.2. Bahan dan Alat Penelitian ...

3.3. Prosedur Penelitian ………...

(17)

3.3.1. Preparasi Sampel ...

3.3.2. Prosedur Deposisi Lapisan Tipis S

n

O

2

dengan Teknik

Sputtering DC

...

3.3.3. Karakteristik Lapisan Tipis S

n

O

2

...

3.4. Keterbatasan Penelitian ...

3.5. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ...

BAB IV. HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN………..

4.1. Hasil ...

4.1. Pembahasan ...

BAB V. PENUTUP ………...

5.1. Kesimpulan ………...

5.2. Saran ……….

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN ...

32

33

35

36

37

38

38

50

54

54

54

56

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Skema mesin

sputtering DC

...

Interaksi ion dengan atom target ...

Skema pita energi pada semikonduktor intrinsik ...

Struktur pita energi untuk : a) bahan isolator; b) bahan

semikonduktor; c) bahan konduktor ...

(a) Semikonduktor dengan donor atom asing dari golongan

VA (arsenik) atau semikonduktor tipe-n. (b) Tingkat energi

atom donor ...

a) Semikonduktor dengan donor atom asing dari golongan

IIIA (Boron ) atau semikonduktor tipe-p. (b) Tingkat energi

atom akseptor ...

Cacat titik (

point defect

) dalam sebuah kisi kristal ...

Skema dasar dari

Scanning Elektron Mikroscope

(SEM) dan

Energy Dispersive Spektroscopy

(EDXS) ...

Skema dasar dari

Scanning Elektron Mikroscope

(SEM) ...

Pancaran berkas elektron akibat interaksi dengan spesimen ...

Grafik hubungan resistansi lapisan tipis S

n

O

2

dengan waktu

deposisi ...

Grafik hubungan antara pertumbuhan butir-butir lapisan tipis

S

n

O

2

terhadap waktu deposisi ...

Struktur morfologi penampang muka lapisan tipis S

n

O

2

dengan waktu deposisi 120 menit ...

Grafik hubungn antara ketebalan lapisan tipis S

n

O

2

terhadap

waktu deposisi ...

Struktur morfologi penampang lintang lapisan tipis S

n

O

2
(19)

Gambar 4.6

Spektrum hasil karakteristik EDX lapisan tipis S

n

O

2

yang

dideposisi dengan metode

sputtering DC

pada tekanan 3 x 10

-2

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5.

Pengukuran nilai resistansi lapisan tipis S

n

O

2

hasil dari

sputtering DC

terhadap variasi waktu deposisi pada tekanan 3

x 10

-2

Torr, dan suhu 200

0

C ...

Pengukuran nilai resistansi dan resistivitas lapisan tipis S

n

O

2

hasil dari

sputtering DC

terhadap variasi waktu deposisi pada

tekanan 3 x 10

-2

Torr, dan suhu 200

0

C ...

Pengukuran butir-butir lapisan tipis S

n

O

2

hasil dari

sputtering

DC

terhadap variasi waktu deposisi pada tekanan 3 x 10

-2

Torr, dan suhu 200

0

C ...

Pengukuran ketebalan lapisan tipis

S

n

O

2

hasil dari

sputtering

DC

terhadap variasi waktu deposisi pada tekanan

3

×

10

−2

Torr, dan suhu

200

0

C

...

Data karakteristik EDX hasil dari deposisi lapisan tipis S

n

O

2

dengan metode

sputtering DC

pada tekanan 3 x 10

-2

Torr, dan

suhu 200

0

C ...

41

43

44

46

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bersamaaan dengan semakin berkembangnya dunia industri pada saat ini,

semakin meningkat pula tingkat pencemaran/polusi yang ditimbulkan. Polusi

merupakan masalah dunia yang sangat serius, yang perlu diperhatikan secara

khusus agar tidak merusak tatanan kehidupan makhluk hidup. Berbagai upaya

telah dilakukan untuk menekan tingkat pencemaran lingkungan, baik melalui

pencegahan maupun monitoring. Tingkat polusi tertinggi banyak terjadi di

kota-kota besar, karena kegiatan seperti pembangunan industri, transfortasi yang padat

berpusat di kota-kota besar sementara taman kota serta pohon perindang yang

berfungsi sebagai filter bagi partikulan-partikulan polutan jarang ditemui.

Upaya pencegahan polusi diantaranya adalah pihak industri melengkapi

sistem pengolahan limbah sebelum dibuang ke alam bebas. Sistem tesebut harus

dilengkapi dengan sistem monitoring, karena dengan sistem monitoring dapat

diketahui jenis, konsentrasi maupun batas ambang dari tingkat polusi yang

memenuhi standar kualitas udara yang diijinkan.

Sistem monitoring telah dikembangkan sejak 40 tahun terakhir, khususnya

untuk deteksi gas-gas berbahaya dari bahan semikonduktor yang dikenal dengan

nama MOS (Metal Oxide Semiconductor). Ilmuan yang berjasa dalam

pengembangan sensor jenis MOS adalah Naayoshi Taguchi, yang dikenal dengan

nama Taaguchi Gas Sensor (TGS) (Lieznerski, 2004). Beberapa bahan MOS yang

(22)

penelitian ini dipilih bahan SnO2 karena bahannya yang relatif murah, mudah

didapat serta mempunyai kepekaan yang tinggi.

Dalam pengembangannya, parameter yang sering dijadikan tolok ukur

kemampuan suatu sensor gas adalah sensitivitas dan selektivitas. Untuk menjadi

suatu sistem yang terintegarsi dan siap digunakan dilapangan diperlukan suatu

langkah yang cukup panjang. Untuk fabrikasi lapisan tipis menggunakan teknik

sputtering, parameter yang diperhitungkan meliputi tegangan elektroda, jarak

antar elektroda, tingkat kevakuman, aliran gas sputter, temperatur substrat dan

waktu deposisi.

Dalam penelitian ini, akan dikembangkan teknik pembuatan lapisan tipis

SnO2 menggunakan teknik sputtering untuk berbagai variasi waktu dengan

parameter lain seperti, tegangan kerja, arus kerja, tekanan kerja dan temperatur

dibuat tetap. Lapisan tipis SnO2 yang dihasilkan akan dikarakterisasi, karakterisasi

ini meliputi analisis kandungan komposisi kimia dengan menggunakan teknik

EDX, pengamatan struktur morfologi permukaan dan pengukuran ketebalan

lapisan tipis dengan menggunakan SEM serta penggukuran resistansi

menggunakan digital multimeter.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukankan dalam latar belakang, dapat

dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Bagaimana pembuatan lapisan tipis SnO2 dengan teknik sputtering

(23)

2. Bagaimana cara menentukan nilai resistansi lapisan tipis SnO2 ?

3. Bagaimana cara mengukur ketebalan lapisan tipis SnO2 ?

4. Bagaimana menghasilkan nilai kandungan komposisi kimia dari

lapisan tipis SnO2 ?

1.3. Batasan Masalah

Kondisi lapisan tipis SnO2 dalam merespon gas sangat ditentukan oleh

kondisi parameter pembuatan lapisan tipis SnO2 dan karakterisasinya, maka dalam

penelitian ini akan dibatasi pada :

1. Teknik pembuatan lapisan tipis SnO2 menggunakan teknik sputtering

untuk berbagai variasi waktu deposisi dengan parameter lain seperti,

tegangan kerja, arus kerja, tekanan kerja dan temperatur dibuat tetap.

2. Karakterisasi lapisan tipis SnO2 yang meliputi analisis kandungan

komposisi kimia menggunakan teknik EDX, pengamatan struktur

morfologi permukaan dan pengukuran ketebalan lapisan tipis dengan

menggunakan SEM serta penggukuran resistansi menggunakan digital

multimeter.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Membuat lapisan tipis SnO2 menggunakan teknik sputtering.

2. Mengkarakterisasi lapisan tipis SnO2 hasil sputtering dengan teknik

(24)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1. Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti tentang metoda

sputtering saat melakukan deposisi laposan tipis, metoda analisis unsur

dengan menggunakan teknik EDX, pengamatan struktur morfologi

permukaan dengan menggunakan SEM dan sifat kelistrikan dari

lapisan tipis dengan menggunakan multimeter digital.

2. Sebagai sumber informasi tambahan dalam bidang lapisan tipis

semikonduktor oksida logam yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dituliskan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan. manfaat

penelitian

BAB II Dasar Teori

Bab ini menguraikan tentangteori pembuatan lapisan tipis dengan

teknik sputtering DC, interaksi ion gas sputter dengan material

target, sputter yield, energi ion gas sputter, semikonduktor,

ketidaksempurnaan (cacat) lapisan tipis, resistansi, konduktivitas,

(25)

Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy

(EDXS)

BAB III Eksperimen

Bab ini menguraikan tentang alat dan bahan yang digunakan,

prosedur, metode dalam bereksperimen.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan dari

eksperimen yang dilakukan.

BAB V Penutup

(26)

BAB II DASAR TEORI

2.1. Pembentukan Lapisan Tipis SnO2 dengan Metode Sputtering DC

2.1.1. Proses Sputtering DC

Sputtering (percikan) merupakan proses yang menerangkan dibebaskannya

beberapa atom suatu bahan logam sebagai akibat penembakan oleh ion positif

berat. Proses ini dapat digunakan untuk mengendapkan suatu lapisan tipis logam

secara merata di atas sebuah bahan dalam suatu lingkungan tertupup (Isaacs A.,

1994). Pada umumnya bahan lapisan tipis dibuat dengan cara deposisi atom-atom

individual suatu bahan pada permukaan substrat dengan ketebalannya mencapai

orde kurang dari beberapa mikron. Lapisan metal tipis diperoleh pertama kali oleh

Bunsen dan R. W. Grove pada tahun 1852, ketika mereka melakukan penelitian

lucutan listrik dalam gas bertekanan rendah dalam suatu sistem vakum, yang

menampakkan gejala terbentuknya lapisan metal tipis pada dinding tabung

disekitar elektroda negatif.

Metode sputtering merupakan salah satu teknik rekayasa bahan dengan

cara menembakkan ion-ion berenergi tinggi kepermukaan target sehingga

atom-atom target terlepas dari permukaannya, kemudian difokuskan kepermukaan

substrat (Grainger, 1998). Proses ini berlangsung selama beberapa menit sampai

terbentuk lapisan tipis dipermukaan substrat. Metode ini mudah dikontrol sesuai

dengan tebal lapisan yang diinginkan.

Sistem sputtering DC dilengkapi dengan beberapa peralatan seperti tabung

reaktor plasma, sumber tegangan tinggi (HVDC), sistem pemanas substrat, sistem

(27)

pengontrol tekanan, sistem pengontrol temperatur, bahan target dan bahan

substrat. Skema mesin sputtering DC dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Skema mesin sputtering DC

2.1.1.1Tabung Reaktor Plasma

Tabung reaktor plasma merupakan tempat terjadinya proses ionisasi gas

yaitu untuk pembentukan plasma dan deposisi lapisan tipis pada substrat. Di

dalam tabung terdapat dua elektroda, elektroda bagian bawah yang berfungsi

sebagai katoda, diberi pendingin sedangkan elektroda bagian atas yang berfungsi

sebagai anoda diberi elemen pemanas untuk memanaskan substrat

2.1.1.2Sistem Pemanas

Untuk mengukur dan mempertahankan suhu pemanas pada substrat,

digunakan alat pengukur suhu yang dilengkapi dengan termostrat. Sistem ini

(28)

2.1.1.3Sistem Vakum

Proses ionisasi atau pembentukan plasma dalam tabung reaktor plasma

memerlukan suatu sistem vakum. Untuk menghampakan tabung dari gas-gas sisa

digunakan pompa vakum bertekanan rendah. Pompa vakum ini terdiri dari pompa

rotari dan pompa difusi.

2.1.1.4Alat Pengukur dan Pengatur Tekanan

Alat pengukur tekanan digunakan untuk mengukur tekanan kerja pada

tabung reaktor plasma dengan cara mengatur laju aliran gas Argon (Ar) yang

masuk kedalam tabung.

2.1.1.5Sistem Tegangan Tinggi (HVDC)

Sistem tegangan tinggi digunakan sebagai sumber daya tegangan dalam

reaktor plasma. Tegangan yang dialirkan ke dalam tabung reaktor plasma akan

menyebabkan beda potensial antara katoda dan anoda, akibatnya medan listrik

yang dihasilkan akan mempercepat ion-ion gas sputter untuk menumbuk

atom-atom target.

2.1.2. Proses Pembentukan Lapisan Tipis SnO2

Dalam proses pendeposisian diawali dengan proses ionisasi ion-ion gas

sputter (Argon), apabila tabung sputtering sudah terisi gas Argon dengan tekanan

di dalam tabung reaktor plasma dalam orde 10-3 – 10-2 Torr dan pengaruh medan

listrik diantara elektroda (1-3 keV) maka ion-ion gas akan bergerak dengan energi

(29)

Bahan target (SnO2) ditembaki dengan ion-ion Argon yang diberi tegangan

pemercepat, sehinga atom-atom bahan target akan terpercik dan memancar ke

berbagai arah. Ion-ion Argon yang dipercepat menumbuk target akan

mengakibatkan atom-atom SnO2 memperoleh energi yang melebihi energi ikatnya

untuk melepaskan diri dari target. Atom-atom yang terpercik tadi akan

berhamburan kesegala arah, dan sebagian akan terdeposisi membentuk lapisan

tipis pada substrat kaca. Teknik sputtering DC ini sejak dahulu hingga sekarang

digunakan untuk membentuk lapisan tipis karena sistemnya yang sederhana.

Namun pada metode ini bahan target yang digunakan terbatas pada logam dan

semikonduktor (Konuma, 1992)

Dalam proses pembentukan lapisan tipis terdapat berbagai parameter yang

mempengaruhi, diantaranya adalah jarak antar elektroda, tegangan antar elektroda,

tekanan gas, waktu deposisi dan suhu substrat.

2.1.2.1. Jarak Antar Elektroda

Jarak antar elektroda mempengaruhi banyaknya jumlah atom target yang

mencapai substrat. Bila jarak kedua elektroda lebih dekat, maka atom target yang

mencapai substrat akan semakin banyak bahkan untuk atom yang berenergi kecil

sekalipun, karena atom-atom yang terpercik dari target memiliki energi yang

berbeda-beda untuk mencapai substrat. Tetapi, bila jarak antar elektroda jauh,

maka hanya atom yang berenergi cukup tinggi saja yang dapat mencapai substrat.

2.1.2.2. Tegangan

Tegangan elektroda mempengaruhi besarnya energi penumbuk, karena

(30)

Bila energi ion penumbuk lebih besar dari energi ikat atom target, maka

atom-atom target dapat terlepas dari ikatan atom-atomnya dan terpercik kesegala arah.

Hubungan energi dalam medan listrik secara matematik dapat dituliskan :

p k E

E

E= + ………(1)

qV mv E= 2+

2 1

……….(2)

dimana energi total sebuah partikel bermuatan atau ion dengan massa m dan

muatan q yang bergerak dalam suatu medan listrik.

Karena partikel-partikel fundamental dan inti memiliki muatan yang sama dengan

muatan fundamental e atau kelipatannya, maka pers. (2) dapat ditulis

eV mv E= 2+

2 1

……….(3)

2.1.2.3. Tekanan Gas

Tekanan gas akan mempengaruhi tumbukan ion penumbuk dengan

partikel udara yang masih ada di dalam ruang vakum. Tingkat kevakuman akan

mempengaruhi laju deposisi atom-atom yang tersputter. Dalam penelitian ini

tekanan gas yang dibutuhkan sekitar 10-3 – 10-2 Torr.

2.1.2.4. Suhu Substrat

Atom-atom suatu bahan tidak dapat bergerak pada suhu 0 K (-2370 C).

Pada kondisi ini, atom-atom menduduki keadaan dengan tingkat energi terendah

dan setiap atom menempati kedudukan kisi dalam susunan geometri yang teratur.

Setiap kedudukan kisi identik dan tidak terdapat getaran termal dalam atom. Bila

suhu bahan tersebut dinaikkan maka energi akan meningkat sehingga atom-atom

(31)

bertambah lebar memungkinkan atom-atom berenergi tinggi (berada di atas energi

ikatnya) bergerak mendobrak ikatanya, setelah lepas atom tersebut berpindah

keposisi yang baru, sehingga kisi menjadi kosong. Dengan bertambahnya suhu

mengakibatkan jumlah kekosongan meningkat dengan cepat. Substrat bersuhu

tinggi memungkinkan atom-atom asing menyusup lebih dalam diantara

celah-celah atom atau menempati kekosongan yang ada. Hal ini mengakibatkan

atom-atom asing terikat dan semakin kuat menempel pada bahan, sehingga lapisan yang

terbentuk akan memiliki karakterisasi yang baik (Van Vlack, 1991).

2.1.2.5. Waktu Deposisi

Lamanya waktu pendeposisi sangat mempengaruhi ketebalan lapisan tipis

yang dihasilkan. Semakin lama waktu deposisi, maka akan semakin banyak

atom-atom bahan target yang terdeposisi menempati posisi interstisi atau ruang kosong

dalam substrat sehingga kerapatan bahan disekitar permukaan akan meningkat dan

dapat menghasilkan lapisan tipis yang maksimum. Kondisi ini juga dipengaruhi

oleh daerah interstisi kekosongan substrat. Interstisi merupakan ruang kosong

pada kisi kristal yang dipengaruhi oleh naiknya temperatur, bila suhu dinaikkan

maka energi akan meningkat sehingga atom-atom bergetar dan menimbulkan

jarak antar atom lebih lebar. Jarak inilah yang menjadi daerah interstisi.

2.1.3. Interaksi Ion Gas Sputter dengan Material Target SnO2

Secara skematis interaksi berkas ion gas sputter dengan material target

(32)

Gambar 2.2. Interaksi ion dengan atom target

Proses tumbukan partikel-partikel gas dengan permukaan atom target

dalam lucutan pijar ini menggunakan tegangan tinggi dc, tegangan dc ini

diberikan pada dua elektroda ( katoda dan anoda). Adanya beda potensial antara

kedua elektroda tersebut menyebabkan gas Argon terionisasi dan ion-ion Argon

bergerak bebas menuju katoda. Elektron-elektron pada atom target, dapat

tereksitasi menuju ke tingkat energi yang lebih tinggi akibat penyerapan sejumlah

energi ion penumbuk. Jika energi yang dipindahkan melebihi ambang ionisasi,

maka elektron dapat terlepas dari ikatannya dan menjadi bebas. Dalam masalah

ini dapat dikatakan bahwa atom terionisasi (Wong, 1984). Ionisasi gas adalah

proses terlepasnya elektron suatu partikel gas dari ikatannya. Ionisasi ini akan

menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif. Ion-ion positif yang dihasilkan

dari peristiwa ionisasi akan bergerak menuju elektroda negatif (katoda),

sedangkan ion-ion negatifnya akan bergerak menuju elektroda positif (anoda).

Dalam pergerakannya menuju katoda, ion-ion positif tersebut akan dipercepat

(33)

sehingga ion-ion positif yang mendapat percepatan dari gaya yang ditimbulkan

oleh medan listrik, akan bergerak menuju katoda dan menumbukinya dengan

energi yang cukup tinggi, dengan diikuti tumbukan berikutnya secara terus

menerus. Proses tumbukan ini merupakan peristiwa penting mengawali proses

pembentukan lapisan tipis pada permukaan bahan cuplikan (Wasa dan Hayakawa,

1992).

Ada beberapa fenomena yang mungkin terjadi sebagai akibat interaksi

berkas ion gas sputter dengan atom target. Fenomena-fenomena tersebut

diantaranya adalah :

1. Ion gas sputter terpantul dan dapat menjadi netral dengan menangkap

elektron Auger. Elektron Auger merupakan sebuah elektron yang

dibebaskan dari sebuah atom tanpa disertai pancaran foton sinar-X

atau sinar gamma, akibat deeksitasi sebuah elektron tereksitasi di

dalam atom tersebut. Transisi jenis ini berlangsung dalam jangkauan

sinar-x dari spektrum pancaran. Energi kinetik elektron yang

dibebaskan sama dengan energi foton sinar-x tersebut dikurangi

energi ikat elektron Auger

2. Atom target akan terpental keluar yang dapat disertai dengan elektron

sekunder.

3. Ion gas sputter yang mempunyai energi tinggi dapat

terimplantasi/tertanam ke dalam target dan dapat mengakibatkan

perubahan sifat-sifat permukaan target/lapisan permukaan target

(34)

4. Elektron-elektron dalam plasma dapat terpantul oleh permukaan

target.

Fenomena terlepasnya atom tersebutlah yang mendasari dari pemanfaatan

plasma sputtering untuk pendeposisian suatu atom-atom di atas permukaan suatu

material untuk membentuk lapisan tipis.

2.1.4. Sputter Yeild (S, Atom/Ions)

Banyaknya atom yang terlepas dari permukaan target untuk setiap ion

datang didefinisikan dengan apa yang dinamakan sputter yield (S atom/ion

datang) dan dapat dituliskan sebagai : (Wasa dan Hayakawa, 1992)

penumbuk ion terlepas yang rata rata atom jumlah S . . . . . −

= ………(4)

Nilai sputter yield dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :

1. Energi ion penumbuk;

2. Jenis target;

3. Sudut datang ion penumbuk dengan normal dan

4. Struktur kristal.

Sputter yield dapat diukur dengan beberapa metode, diantaranya adalah :

1. Penimbangan pengurangan berat

2. pengukuran pengurangan ketebalan

3. Pengumpulan dari material yang tersputter kemudian menimbangnya.

Banyaknya bahan yang terpercik per satuan luas katoda secara matematis

(35)

A N e A t S j w . . . 0 +

= ...(5)

dengan : j+ = rapat arus berkas ion (mA/cm2)

S = sputter yield (atom/ion)

t = waktu sputtering (detik)

A = berat atom (amu)

e = muatan elektron (1,6 x 10-19 coulomb)

NA = bilangan Avogadro (6,021 x 1023 atom/mol)

Jumlah partikel/atom tersputter yang menempel pada permukaan material

persatuan luas adalah (Wasa dan Hayakawa, 1992) :

d p w k W . . 0 = ...(6)

dengan : k = konstanta (rc/ra dengan rc dan ra masing-masing adalah jari-jari

katoda dan anoda, bernilai 1 untuk sistem planar)

w0 = banyaknya partikel yang terpercik dari satuan luas katoda

p = tekanan gas lucutan (Torr)

d = jarak antar elektroda (m)

2.1.5. Energi Ion Gas Sputter

Pada prinsipnya ion memiliki ukuran yang sama dengan atom, sehingga

ketika ion menumbuk permukaan, dapat dikatakan sebagai tumbukan antar atom

datang (ion) dengan atom permukaan. Dalam tumbukan itu terjadi proses

pemindahan energi. Agar terjadi proses sputtering, energi ion harus lebih besar

(36)

dipindahkan selama proses tumbukan berlangsung bila arah ion datang tegak lurus

permukaa target (θ = 0), maka energi yang ditransfer adalah maksimum dan

besarnya (Ohring, 1992) adalah :

i s i s i t E M M M M E ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + = 2 ) ( 4 ………(7)

Dengan Ei adalah energi ion penumbuk [eV], Et adalah energi ion yang

dipindahkan [eV], Mi adalah massa atom ion gas sputter [amu] dan Ms adalah

massa atom target [amu].

2.1.6. Kelebihan Metode Sputtering DC

Metode sputtering diaplikasikan untuk meningkatkan sifat keras, tahan

aus, tahan korosi maupun tahan suhu tinggi. Metode sputtering telah terbukti

mampu meningkatkan kekerasan permukaan logam dengan beberapa keuntungan

antara lain (Sujitno Tjipto, B. A., 2003) :

1. Dapat melapisi lapisan tipis dari bahan dengan titik leleh tinggi;

2. Dapat melapisi bahan logam, paduan, semikonduktor dan bahan

isolator;

3. Daya rekatnya tinggi;

4. Ketebalan lapisan dapat dikontrol;

(37)

2.2. Lapisan Tipis SnO2

2.2.1. Semikonduktor

Semikonduktor merupakan bahan padat yang sifat hantaran listriknya

terletak antara bahan konduktor dan bahan isolator. Daya hantar listrik

semikonduktor tergantung pada suhu lingkungannya, yaitu pada suhu rendah

berprilaku seperti bahan isolator (T = 0 K), sedangkan pada suhu tinggi berprilaku

seperti bahan konduktor. Penghantar listrik pada semikonduktor adalah elektron

dan hole, dimana pada semikonduktor intrinsik suhu tinggi dapat menyebabkan

elektron pada pita valensi berpindah menuju pita konduksi dengan meninggalkan

hole pada pita valensi. Semakin tinggi suhu, semakin banyak elektron dilepaskan

dari ikatannya (Blocher Richard, 2003).

Gambar 2.3. Skema pita energi pada semikonduktor intrinsik.

Berdasarkan azas Pauli, dalam suatu tingkat energi tidak boleh terdapat

lebih dari satu elektron pada keadaan yang sama. Kumpulan garis pada tingkat

energi yang sama akan saling berhimpitan dan membentuk satu pita, ini disebut

pita energi. Secara umum penentuan struktur pita energi untuk kristal isolator,

kristal semikonduktor dan kristal konduktor dapat diilustrasikan pada Gambar 2.4.

(38)

dipisahkan oleh daerah dimana elektron tidak bisa bergerak atau beroperasi,

daerah ini disebut daerah terlarang (band gap).

Gambar 2.4. Struktur pita energi untuk : a). bahan isolator; b) bahan semikonduktor; dan c) bahan konduktor.

Isolator memiliki celah energi cukup besar ~ 9 eV, dimana pita

konduksinya tidak terisi oleh elektron (kosong), sedangkan pada pita valensinya

penuh oleh elektron. Sehingga bahan isolator tidak bisa menghantarkan listrik.

Semikonduktor memiliki celah energi sekitar ~ 1,1 eV, dimana sebagian elektron

pada pita valensi pindah menuju pita konduksi, sehingga meninggalkan hole pada

pita valensi. Kemudahan elektron pindah menuju pita konduksi karena energi

gap-nya kecil. Elektron-elektron ini cukup untuk menimbulkan sejumlah arus yang

terbatas untuk mengalir jika medan listrik dipasang, sehingga bahan memiliki

resistivitas listrik diantara isolator dan konduktor. Sedangkan konduktor tidak ada

celah energi, dimana pita konduksi terisi sebagian oleh elektron. Sehingga

elektron-elektron pada pita valensi sangat mudah untuk pindah menuju pita

konduksi, hal inilah yang menyebabkan bahan konduktor sangat mudah

menghantarkan listrik. Elektron pembawa muatan negatif dalam pita konduksi dan

(39)

2.2.2. Semikonduktor SnO2

Ketika semikonduktor murni (intrinsik) dikotori dengan doping atom lain,

maka semikonduktor tersebut kemudian menjadi semikonduktor ekstrinsik.

Semikonduktor oksida logam (SnO2) adalah bahan semikonduktor yang berasal

dari logam dan berikatan dengan oksigen. Lapisan teratas permukaan SnO2

disusun oleh ion-ion oksigen dan ion-ion logam pada lapisan dibawahnya. Kisi

ion-ion logam hanya terisi sebagian, ruang tersisa berada dalam keadaan cacat

(defect) (Atmono Trimardji, 2003). Dalam teori defect, kekurangan atau kelebihan

ion oksigen pada permukaan akan menyebabkan cacat titik. Cacat titik yang

terbentuk karena kekurangan ion oksigen (akseptor oksigen) pada permukaan

akan menyebabkan terbentuknya pita akseptor yang letaknya di atas pita valensi

dalam struktur pita energi permukaan. Cacat titik yang terbentuk karena terisinya

permukaan dengan ion oksigen menyebabkan terbentuknya tingkat energi donor

yang letaknya sedikit di bawah pita konduksi dalam stuktur pita energi (Atmono

Trimarjdi, 2003). Pengotoran dengan atom donor dan atom akseptor dapat di

ilustrasikan pada Gambar 2.5. dan Gambar 2.6.

(a) (b)

Gambar 2.5. (a) Semikonduktor dengan donor atom asing dari golongan VA (arsenik) atau semikonduktor tipe-n. (b) Tingkat energi atom donor

Pita konduksi

Donor

Eg ~1eV 0.01 eV (Si) 0.05 eV (As)

(40)

(a) (b)

Gambar 2.6. (a) Semikonduktor dengan atom asing dari golongan IIIA (Boron) atau semikonduktor tipe-p. (b) Tingkat energi atom akseptor

Atom donor adalah atom pengotor yang memberi konstribusi jumlah

elektron berlebih (jumlah elektronnya lebih banyak satu dari atom murni).

Sehingga semikonduktor yang dikotori dengan atom donor ini mengalami

kelebihan elektron, dan menjadi semikonduktor tipe-n. Sedangkan atom akseptor

adalah atom pengotor yang memberikan kontribusi jumlah hole berlebih (jumlah

elektronnya lebih sedikit satu dari atom murni). Sehingga semikonduktor yang

dikotori dengan atom akseptor akan kekurangan elektron dan menimbulkan hole.

Semikonduktor ini menjadi tipe-p.

2.2.3. Ketidaksempurnaan (cacat) pada lapisan tipis SnO2

Istilah cacat atau ketidaksempurnaan umumnya digunakan untuk

membahas penyimpangan dari susunan teratur titik-titik kisi. Apabila

penyimpangan dari susunan periodik kisi terbatas sampai di sekitar beberapa

atom, penyimpangan ini disebut cacat titik (point defect) atau ketidaksempurnaan

titik (Dieter Gearge E., 1987)

Pita konduksi

Eg ~1eV 0.01 eV (Si) 0.05 eV (B)

(41)

Gambar 2.7. Cacat titik (point defect) dalam sebuah kisi kristal (Beiser Artur, 1981). a) kekosongan (vacancy) dan cacat interstisi (interstisi defect). b) cacat substitusi (substitusional defect)

Kekosongan yaitu terdapatnya tempat kosong bilamana sebuah atom lepas

dari posisi kisi normal (Van Vlack, 1991). Cacat interstisi yaitu apabila sebuah

atom menempati suatu keadaan yang tidak normal sehingga terdesak diantara

atom-atom pada kisi tuan rumah (Trethewey, 1991). Atom interstisi bisa berupa

atom tuan rumah atau atom asing (Van Vlack, 1991). Cacat substitusi yaitu

adanya atom asing yang menempati suatu kedudukan pada kisi yang seharusnya

diisi oleh atom tuan rumah (Trethewey, 1991).

2.3. Karakterisasi Lapisan Tipis SnO2

2.3.1. Resistansi dan Konduktivitas

Sifat listrik dari pengahantar dapat dicirikan dari resistivitas ρ (hambatan

jenis) dan konduktivitas σ (daya hantar). Konduktivitas berbanding terbalik

dengan resistivitas. Resistivitas dan konduktvitas merupakan besaran-besaran

volumetric yang menggambarkan kualitas suatu penghantar listrik (Suyoso, 2003)

Konduktivitas adalah kemampuan bahan dalam menghantarkan arus

listrik, sedangkan resistivitas adalah kemampuan bahan melawan aliran listrik

(42)

Bila pada ujung-ujung semikonduktor dihubungkan dengan beda potensial

maka akan timbul medan listrik pada setiap titik di dalam semikonduktor tersebut

yang menghasilkan arus listrik I. secara matematis, arus yang mengalir pada

semikonduktor adalah

R V

I = ……… .(8)

dengan I (Ampere) adalah arus listrik, V (Volt) merupakan beda potensial

ujung-ujung semikonduktor, sedangkan R (Ω) merupakan resistansi yang menyatakan

karakteristik semikonduktor. Menurut hokum Ohm, rapat arus J sebanding dengan

kuat medan listrik E. Secara matematis ditulis :

E

J =σ ……….(9)

dengan J merupakan rapat arus (A/m2), σ merupakan konduktivitas listrik

semkonduktor (Ω-1m-1) dan E merupakan kuat medan listrik (V/m). rapat arus

yang mengalir pada semikonduktor adalah :

A I

J = ……….(10)

dengan A adalah luas penampang semikonduktor (m-2).

Bila kuat medan listrik dalam suatu semikonduktor dianggap serba sama

maka kuat medan listrik adalah :

l V

E = ………..(11)

dengan l merupakan panjang semikonduktor (m). Dengan mensubstitusikan

persamaan (5) ke dalam persamaan (3), diperoleh

l V

(43)

Dengan menganggap arus I terdistribusi secara merata pada luasan A,

maka arus total I :

l A

I =σ V ………..(13)

Didefinisikan resistivitas bahan semikonduktor ρ berbanding terbalik

dengan konduktivitas σ, secara matematis :

σ

ρ = 1 ……….…(14)

Hubungan arus I dengan beda potensial V adalah

I A

l

V = ρ ………(15)

Sehingga hubungan antar resistansi R dan resistivitas ρ adalah : (Van

Vlack, 1991)

A l

R= ρ ……….(16)

dengan ρ adalah resistivitas (Ωm) dan R adalah resistansi (Ω).

Bahan lapisan tipis SnO2 yang baik sebagai sensor gas adalah yang

mempunyai nilai resistansi kecil, karena sensitivitas suatu sensor gas ditunjukkan

oleh nilai resistansinya.

2.3.2. Scanning Elektron Mikroscope (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray

Spektroscopy (EDXS)

Alat-alat electron microbeam digunakan untuk menentukan struktur morfologi dan kompisisi kimia bahan sampel dalam orde kurang dari beberapa

(44)

polarizing atau petrografic microscope, yaitu suatu alat tradisional dalam geologis (ilmu bumi). Dalam penggunaanya alat ini mampu bekerja dalam dua dimensi,

taksiran dari kandungan kimia pada mineral, observasi mengenai ukuran lapisan

dan tekstur permukaan. Tetapi dalam kenyataanya alat ini belum mampu untuk

mengungkapkan secara terperinci mengenai struktur kulit dari sampel, dalam hal

ini diperlukan pengukuran dalam tiga dimensi.

Dalam perkembangannya saat ini sistem SEM dan teknik EDX telah lebih

maju. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam menganalisis lapisan tipis

telah mencapai orde kurang dari beberapa mikron dan mampu mengenali serta

melihat struktur pori-pori kulit mineral-mineral yang sangat kecil. Manfaat lain

dari SEM adalah mudah dalam preparasi sampel, mempunyai medan yang besar

dan resolusi yang tinggi serta memiliki perbesaran yang cukup signifikan (banyak

analisis SEM pada batuan yang mempunyai perbesaran antara 10000x sampai

20000x). Semuanya ini sangat penting dalam membantu karakteristik bahan

sampel.

Karakteristik bahan pada sistem SEM adalah karakteristik morfologi dan

analisis komposisi kimia dengan teknik EDX. Karakteristik morfologi ini adalah

pengamatan struktur permukaan lapisan tipis sedangkan karakteristik komposisi

kimia adalah untuk mengetahui prosentase kandungan unsur-unsur kimia pada

lapisan tipis. Kedua karakteristik ini memanfaatkan pancaran sinar-x dan elektron

sekunder yang dipancarkan oleh specimen akibat dari tumbukan berkas elektron

berenergi tinggi dengan sampel. Sinar-x mempunyai karakteristik energi atau

(45)

Si-Li. Keluarannya berupa spektrum sinar-x yang ditampilkan pada layar

komputer. Elektron sekunder yang terpancar merupakan sinyal sekunder dari

berkas elektron yang menumbuk sampel, selanjutnya elektron sekunder ini akan

ditangkap oleh Secondary Electron (SE) detektor yang kemudian akan

ditampilkan pada layar komputer. Skema dasar dari Scanning Electron

Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDXS) dapat dilihat pada Gambar 2.7.

EDX SEM

Gambar 2.8. Skema dasar dari Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDXS) (Modified from Beck, 1977)

2.3.2.1. Scanning Elektron Mikroscope (SEM)

Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa

permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan gambar topografi

(46)

dari penangkapan dan pengolahan elektron sekunder yang dipancarkan oleh

sampel akibat tumbukan dengan berkas elektron berenergi tinggi. Kata kunci dari

prinsip kerja SEM adalah Scanning yang berarti bahwa berkas elektron ”menyapu” permukaan sampe, titik demi titik dengan sapuan membentuk garis

demi garis, mirip seperti gerakkan mata yang membaca. Sinyal sekunder yang

dihasilkannyapun adalah dari titik pada permukaan, yang selanjutnya ditangkap

oleh Secondary Electron (SE) detektor dan kemudian diolah dan ditampilkan pada layar CTR (Catoda Ray Tube).

Gambar 2.9. Skema dasar dari Scanning Electron Microscope (SEM) (Principles of SEM, Training Textbook)

2.3.2.2. Energy Dispersive X-Ray Spektroscopy (EDXS)

Analisa lapisan tipis menggunakan teknik EDX memanfaatkan pancaran

(47)

Tumbukan ini menghasilkan beberapa interaksi yang dapat memberikan

keterangan mengenai struktur material tersebut. Skema pada Gambar 2.10. akan

memperlihatkan interaksi tersebut. Sebagian berkas yang jatuh dihamburkan

kembali, yaitu sinar-x karakteristik, elektron sekunder, Backscattered electron, Cathodoluminescence dan elektron Auger sedangkan sebagian ada yang terserap dan ada juga yang dapat menembus spesimen, yaitu elektron yang mempunyai

energi cukup tinggi. Bila spesimen cukup tipis, sebagian akan menembus

spesimen dan sebagian lagi akan dihamburkan secara elastis tanpa kehilangan

energinya dan sebagian secara inelastis. Interaksi berkas elektron dengan atom

dalam spesimen menghasilkan pelepasan elektron berenergi rendah, yaitu sinar-x,

dan elektron Auger, yang semuanya dapat digunakan untuk mengkarakteristik

material (Smallman, 1991). Pancaran berkas elektron akibat interaksi dengan

spesimen dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10. Pancaran berkas elektron akibat interaksi dengan spesimen. (Principles of SEM, Training Textbook)

Energi sinar-x yang dinyatakan dalam keV dideteksi per canal (faktor

(48)

digunakan untuk analisis unsur secara kuantitatif, yaitu untuk mengetahui

prosesntase unsur-unsur yang terkandung di dalam sampel dan analisis unsur

secara kualitatif, yaitu untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung di dalam

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Preparasi sample dan Pembuatan lapisan tipis SnO2 dilakukan pada

bulan November sampai dengan Desember 2006 di Pusat Penelitian

dan Pengembangan Teknologi Maju (P3TM), Badan Tenaga Nuklir

Nasional (BATAN), Yogyakarta.

2. Karakterisasi resistansi menggunakan Profesional Multimeter Digital

seri : UT 70A dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari

2007 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju (P3TM),

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Yogyakarta.

3. Karakterisasi struktur mikro dan analisis komposisi kimia

menggunakan SEM/EDX milik LP3G (Lembaga Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi) dilakukan pada tanggal 28 Februari sampai

dengan 2 Maret 2007 di PPPG (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Geologi), Bandung.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1. Bahan yang dipakai

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. SnO2 sebagai bahan target

2. Substrat dari kaca slide microscope

(50)

4. Bahan pembersih substrat kaca berupa air, deterjen dan alcohol

5. Plastik klip sebagai tempat penyimpanan substrat yang telah

dibersihkan.

3.2.2. Alat-alat yang dipergunakan

3.2.2.1. Alat-alat preparasi bahan

Alat-alat yang dipakai untuk preparasi bahan, yaitu :

1. pemotong kaca;

2. ultrasonic cleanser;

3. penggaris;

4. pinset;

5. hair dryer.

3.2.2.2. Alat-alat Pembuatan Lapisan Tipis SnO2

Pembuatan lapisan tipis SnO2 menggunakan mesin sputtering DC. Skema

mesin sputtering DC dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1. dengan alat-alat

pendukungnya :

1. Tabung reaktor plasma

Tabung terbuat dari stainles steel berbentuk silinder dengan diameter

12 cm dan tinggi 2,5 cm. Di dalamnya terdapat dua elektroda dengan

jarak pisah 2 cm. Pada anoda diberi elemen pemanas dan pada katoda

(51)

2. Sistem Pemanas

Alat ini dihubungkan dengan kontrol suhu yang bekerja secara

otomatis untuk mengatur suhu substrat.

3. Sistem Vakum

Digunakan pompa rotari dan pompa difusi untuk mengeluarkan

gas-gas sisa dalam tabung reaktor plasma. Alat ini dapat menghampakan

tabung sampai dengan tekanan berorde 10−6Torr.

4. Alat pengukur dan pengontrol tekanan

Alat pengukur tekanan digunakan untuk membaca tingkat kevakuman

tabung dan tekanan gas argon yang dideposisikan di dalam tabung

reaktor plasma. Tekanan gas Argon di dalam tabung reaktor plasma

dapat diubah-ubah dengan mengatur laju aliran gas yang masuk ke

dalam tabung.

5. Sistem tegangan tinggi DC

Tegangan tinggi DC digunakan untuk memberi percepatan partikel

ion-ion Argon di dalam tabung reaktor plasma lucucan pijar.

3.2.2.3. Alat-alat Karakterisasi Lapisan Tipis SnO2

1. Sistem pengukur resistansi

Sampel yang diamati diukur dengan profesional multimeter digital

yang diset pada tahanan, nilai resistansi yang terukur menunjukan

(52)

2. SEM (Scanning Electron Mictroscope) dan EDXS (Energy Dispersive

X-Ray Specrtoscopy)

SEM digunakan untuk mengetahui struktur morfologi permukaan

lapisan tipis dan EDXS digunakan untuk menganalisis komposisi

kimia lapisan tipis yang terbentuk.

3.3. Prosedur Penelitian

Urutan kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap

preparasi sampel, tahap pendeposisian lapisan tipis dan tahap karakterisasi lapisan

yang terbentuk.

3.3.1. Preparasi sampel

Dalam penelitian ini target yang digunakan adalah SnO2. Target SnO2

telah tersedia dalam keadan jadi, berbentuk bundar dengan diameter 60 mm, tebal

3 mm dan berat 30 gram.

Substrat dibuat dari kaca slide microscope yang dipotong-potong dengan

ukuran (1,2 x 2,5 x 0,1) cm. Kemudian dicuci dengan air bersih yang diberi

deterjen dengan menggunakan ultrasonic cleaner selama 30 menit. Setelah itu

dikeringkan menggunakan hair dryer. Setelah selesai kemudian disimpan dalam

(53)

3.3.2. Prosedur Deposisi Lapisan Tipis dengan Teknik Sputtering DC

3.3.2.1. Deposisi lapisan tipis SnO2 dengan teknik sputtering DC

Pendeposisian lapisan tipis SnO2 pada substrat kaca dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memasang target SnO2 pada elektroda negatif (katoda) untuk sasaran

penembakan gas argon dalam tabung lucutan.

2. Memasang substrat kaca pada elektroda positif (anoda) dalam tabung

lucutan

3. Mengoperasikan pompa rotari hingga mencapai tekanan 10−2Torr.

4. Mengalirkan gas argon ke dalam tabung lucutan, dan mengatur

tekanan gas sesuai dengan yang dikehendaki dengan cara memutar

kran aliran gas.

5. Menghidupkan sistem tegangan tinggi DC dan mengatur tegangan

sesuai dengan tegangan kerja yang dikehendaki. Selanjutnya di dalam

tabung akan nampak terbentuknya plasma, yang berarti proses deposisi

sedang berlangsung.

6. Menghidupkan sistem pendingin untuk mendinginkan target pada

katoda, supaya atom-atom SnO2 yang terlepas dari target benar-benar

disebabkan oleh percikan arus searah (DC)

7. Menghentikan proses deposisi setelah mencapai waktu yang

dikehendaki, dengan cara : 1) menutup aliran gas; 2) mematikan sistem

tegangan tinggi dengan memutar pengatur tegangan ke posisi nol;

(54)

sistem pendingin; 5) mengeluarkan substrat dari tabung setelah

keadaan dingin.

3.3.2.2. Pembuatan kontak perak

Kontak perak sebagai penghubung lapisan tipis SnO2, yaitu untuk

mempermudah pengukuran nilai resistansi. Pembuatan kontak perak dilakukan

menggunakan teknik sputtering DC, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menutup bagian tengah sampel lapisan tipis dengan aluminium foil

agar tidak terlapisi perak.

2. Memasang target perak (Ag) pada katoda dan sampel lapisan tipis pada

anoda.

3. Menghidupkan pompa rotari dan membuka katub by pass ke sistem,

agar sistem dapat divakumkan .

4. Setelah penghampaan sistem mencapai orde sekitar 10−2 Torr, katub

by pass ke sistem ditutup.

5. Menghidupkan sistem pendingin target dan pemanas substrat.

6. Setelah temperatur mencapai 2000C, gas Argon dialirkan ke dalam

tabung sputtering dengan mengatur mikrometer yang dilengkapi

flowmeter sehingga mencapai tekanan kerja 3x10−2 Torr yang dapat

dilihat langsung pada Dynavac.

7. Menghidupkan dan mengatur tegangan tinggi DC hingga mencapai 2,2

(55)

sputtering akan terjadi pada tabung reaktor plasma yang dapat dilihat

melalui jendela tabung reaktor.

8. Mengatur waktu deposisi selama 15 menit.

3.3.3. Karakterisasi lapisan tipis SnO2

Karakteristik lapisan tipis bahan semikonduktor meliputi tiga tahapan,

yaitu tahap pengukuran nilai resistansi, analisis struktur morfologi permukaan,

dan analisis komposisi kimia lapisan tipis.

3.3.3.1. Pengukuran nilai resistansi.

Untuk menguji sifat listik lapisan tipis SnO2 hasil deposisi adalah

menggunakan profesional multimeter digital seri : UT 70A, data yang diperoleh

dari alat ini berupa nilai resistansi lapisan tipis tersebut. Adapun pengukurannya

dilakukan dengan cara menempelkan stik pengukur dari multimeter pada

ujung-ujung sampel, kemudian diamati nilai resistansi sampai pada keadaan stabil,

setelah menunjukan suatu nilai yang stabil lalu dicatat datanya. Hasil pengukuran

dapat dilihat pada layar LCD.

3.3.3.2. Mengamati struktur morfologi permukaan dan ketebalan lapisan

tipis serta analisis komposisi kimia lapisan tipis.

Langkah-langkah pengujian bentuk morfologi permukaan dan ketebalan

lapisan serta komposisi kimia menggunakan alat SEM/EDX dengan merk Joel

(56)

1. Memotong sampel hasil preparasi dengan ukuran (1 x 0,3) cm².

2. Menempelkan sampel yang sudah dipotong pada tempat sampel dan

mengelemnya dengan menggunakan lem konduktif (Dottite dan pasta

perak).

3. Memanaskan sampel tersebut menggunakan pemanas air guna

mengeringkan lem konduktifnya

4. Membersihkan sampel dari debu-debu yang menempel dengan

menggunakan hand blower.

5. Melapisi sampel (lapisan tipis) dengan gold-paladium (Au : 80% dan

Pd : 20%) dengan menggunakan alat ion sputter JFC – 1100 selama 4

menit, yang memiliki spesifikasi : 1) tegangan 1,2 kV; 2) arus listrik

6 – 7,5 mA; dan 3) tingkat kevakuman 0,2 Torr.

6. Memasukkan sampel ke dalam tempat sampel pada mesin SEM/EDS

dengan merk Joel JSM-636OLA untuk dilakukan pemotretan.

7. Melakukan pengamatan dan pemotretan pada titik yang diinginkan,

kemudian menyimpan datanya dalam sebuah file.

3.4. Keterbatasan penelitian

Pompa rotari dalam sistem vakum mesin sputtering DC tidak dapat

(57)

3.5. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Gambaran tentang langkah-langkah dalam penelitian dapat dilihat melalui

diagram alir di bawah ini :

Proses Sputtering

Bahan Semikonduktor Lapisan Tipis

Karakteristik

Persiapan substrat dan target

SEM EDX

Resistansi

Nilai Resistansi

Gambar/Foto-foto

Spectrum Sinar-x

Sensitivitas sensor gas

Bentuk Morfologi

(58)

BAB IV

HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasannya yang

terdiri dari proses pembuatan lapisan tipis SnO2 menggunakan teknik sputtering

DC dengan memvariasikan waktu deposisi pada parameter jarak antar elektroda,

tekanan kerja, tegangan antar elektroda dan temperatur substrat tetap. Hasil

deposisi lapisan tipis SnO2 dikarakterisasi, yaitu meliputi pengamatan morfologi

permukaan dan ketebalan lapisan tipis menggunakan SEM, analisis komposisi

kimia menggunakan EDX, dan sifat kelistrikan dari lapisan tipis menggunakan

multimeter digital.

4.1.1. Deposisi lapisan tipis SnO2 dengan teknik sputtering DC

Telah berhasil dilakukan deposisi lapisan tipis SnO2 pada substrat kaca

dengan variasi waktu 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit

dengan set alat tetap yaitu :

1. Tekanan kerja : 3 x 10-2 Torr

2. Tegangan kerja : 2 KeV

3. Arus : 40 mA

4. Temperatur : 2000C

5. Jarak antar elektroda : 2,5 cm

Pendeposisian lapisan tipis di atas permukaan substrat terdiri atas dua

(59)

pada bagian kedua tepi substrat yang telah dilapisi SnO2. Pemberian kontak perak

akan mempengaruhi hasil pengukuran nilai resistansi karena akan memperbesar

daerah sample yang terhubung sehingga arus-arus yang lewat semakin mudah

terdeteksi.

Lapisan tipis SnO2 yang terbentuk di atas substrat kaca berwarna agak

putih buram. Tebalnya lapisan tipis tergantung dari lamanya waktu deposisi. Hal

ini ditandai dengan lapisan warna putih buram yang semakin tebal sebanding

dengan bertambahnya waktu deposisi. Sedangkan hasil dari kontak perak akan

ditandai dengan lapisan warna agak kehitaman pada kedua tepi substrat.

4.1.2. Karakterisasi lapisan tipis SnO2

Setiap alat tentu mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri yang

tergantung dari prinsip kerjanya. Untuk lapisan tipis SnO2 yang baik sebagai

sensor gas, dengan prinsip kerja dari sensor gas itu sendiri adalah berdasarkan

perubahan resistansi dari bahan akibat kehadiran gas-gas di sekelilingnya, dimana

semakin kecil perubahan resistansi dari lapisan tipis berarti semakin tinggi

sensitivitas suatu sensor gas tersebut.

Telah dilakukan karakterisasi lapisan tipis SnO2, yang meliputi

pengamatan morfologi permukaan dan ketebalan lapisan tipis menggunakan SEM,

analisis komposisi kimia menggunakan EDX, dan sifat kelistrikan/resistansi dari

lapisan tipis menggunakan multimeter digital. Pengukuran dan pengamatan ini

bermaksud untuk megetahui pada kondisi waktu deposisi berapa sample terukur

(60)

Dari nilai pengukuran resistansi menggunakan multimeter digital akan

diperoleh grafik yang menunjukan perubahan nilai resistansi untuk setiap waktu

deposisi. Untuk pengamatan morfologi permukaan dan pengukuran ketebalan

lapisan tipis menggunakan SEM akan diperoleh gambar/foto permukaan lapisan

tipis baik penampang muka yang menunjukan banyaknya atom yang terdeposisi

maupun penampang lintang lapisan tipis yang menunjukan pertumbuhan dari

lapisan tipis tersebut. Dari gambar/foto penampang lintang dapat diukur ketebalan

lapisan tipis dengan membandingkan garis berwarna putih tipis dengan

pertumbuhan lapisan tipis, dari perbandingan ini akan didapatkan grafik hubungan

antara ketebalan lapisan tipis dengan waktu deposisi, sedangkan dari gambar/foto

permukaan lapisan tipis penampang muka yang menunjukkan banyaknya atom

dapat juga dicari nilai rata-rata dari pertumbuhan butir atom-atom yang

terdeposisi dengan menghitung banyaknya butir atom-atom yang terdeposisi per

satuan panjang kemudian dibagi dengan 2, pengukuran ini akan mendapatkan

grafik hubungan antara besarnya pertumbuhan butir-butir dengan waktu deposisi.

Untuk analisis komposisi kimia menggunakan EDX hasilnya dapat langsung

dilihat pada layar monitor atau dicetak dengan printer. Tampilan pada monitor

berupa puncak-puncak spektrum sinar-x dari masing-masing unsur yang

terkandung dalam sampel.

4.1.2.1. Pengaruh Waktu Deposisi Lapisan Tipis SnO2 Terhadap Resistansi

Lapisan tipis yang baik adalah lapisan tipis yang cukup homogen bila

(61)

resistansi yang kecil. Pengukuran nilai resistansi dapat dilakukan dengan

multimeter. Dalam penelitian ini digunakan profesional multimeter digital seri :

UT 70A.

Untuk mengetahui sifat listrik dari lapisan tipis yang dihasilkan, dilakukan

pengukuran resistansi. Pengukuran resistansi sebagai fungsi waktu didapat dengan

cara memvariasi waktu sputtering, yaitu 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit,

dan 150 menit pada tekanan gas Argon 3×10−2 Torr, Suhu substrat 2000C, dan

tegangan kerja 2 kV dengan arus sebesar 40 mA.

Hasil pengukuran nilai resistansi lapisan tipis dengan kontak perak

terhadap variasi waktu deposisi dengan parameter lain dibuat tetap dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Pengukuran nilai resistansi lapisan tipis SnO2 hasil dari sputtering DC

terhadap variasi waktu deposisi pada tekanan 3×10−2 Torr, dan suhu

C

0 200

No. Waktu (menit) Resistansi (MΩ)

1. 30 489

2. 60 311

3. 90 337

4. 120 180

5. 150 376

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dibuat grafik hubungan antara resistansi

(62)

0 100 200 300 400 500

0 30 60 90 120 150 180

Waktu deposisi (m enit)

R esi s tan si ( m eg aO h m )

Resistansi (MΩ)

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara resistansi lapisan tipisSnO2 dengan waktu deposisi.

Pada Garfik 4.1. menunjukkan bahwa perubahan nilai resistansi cenderung

menurun dengan bertambahnya waktu deposisi. Hal ini diakibatkan karena waktu

deposisi yang semakin lama maka jumlah atom-atom yang terdeposisi pada

permukaan substrat akan semakin banyak sehingga atom-atom permukaanpun

semakin rapat dan homogen, tetapi nilai resistansi belum begitu stabil karena pada

keadaan tertentu kembali naik. Hal ini disebabkan sampel setelah dideposisi tidak

tersimpan di dalam tabung desikator, yaitu tabung vakum yang tertutup rapat,

sehingga sampel masih bisa terkontaminasi oleh senyawa disekitarnya. Hal ini

berpengaruh pada nilai resistansinya..

Pada pengukuran nilai resistansi lapisan tipis diperoleh nilai optimum

resistansi sebesar 180 MΩ dengan waktu deposisi 120 menit, pada tekanan

2 10

3× − Torr, dan suhu 2000C. Semakin rendah nilai resistansi suatu lapisan

(63)

Hasil pengukuran nilai resistansi dan perhitungan resistivitas lapisan tipis

terhadap variasi waktu deposisi dengan parameter lain dibuat tetap dapat dilihat

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Pengukuran nilai resistansi dan resistivitas lapisan tipis SnO2 hasil dari

sputtering DC terhadap variasi waktu deposisi pada tekanan 3×10−2 Torr, dan suhu 2000C

Waktu deposisi

(menit)

Resistansi (Ω) Resistivitas (Ωm)

l A R = ρ

30 489 407.5

60 311 259.2

90 337 280.8

120 180 150

150 376 313.3

Dengan mendapat nilai resistansi dari hasil pengukuran dengan

menggunakan multimeter digital, dapat diperoleh nilai resistivitasnya dengan

menggunakan pers. (16)

A l

R

Gambar

Gambar 4.6 Spektrum hasil karakteristik EDX lapisan tipis SnO2  yang
Tabel 4.1 Pengukuran nilai resistansi lapisan tipis SnO2 hasil dari
Gambar 2.1. Skema mesin sputtering DC
Gambar 2.2. Interaksi ion dengan atom target
+7

Referensi

Dokumen terkait

Batasan wilayah administratif dari Kota Malang adalah di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan singosari dan kecamatan karang ploso Kabupaten Malang sebelah

Penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan S1 Program Pendidikan Matematika

Naiwan si Simoun na nag-iisip: Di kaya niya napaniwala si Basilio sa paghihiganti o may balak itong maghiganti nguni’t naglilihim lamang at nais sarilinin iyon o sadyang wala

Telkom Palembang maka dari enam variabel yang diujikan yaitu efektifitas biaya, materi program, prinsip pembelajaran, fasilitas, kemampuan peserta, dan infrastruktur pelatihan,

• Tindakan atau cara yang dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi dan menjaga hardware, program, jaringan dan data dari bahaya fisik dan kejadian yang dapat menyebabkan

Maksud dari tujuan Misi ini adalah membangun struktur perekonomian yang kokoh dan berkelanjutan di seluruh wilayah Papua berbasis ekonomi lokal yang ditandai dengan

Dalam Pasal 23 ayat (1) UUPA menentukan bahwa Hak Milik, demikian pula setiap peralihannya, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain yang harus didaftarkan

Guru meminta siswa menuliskan informasi yang terdapat dari masalah tersebut secara teliti dengan menggunakan bahasa sendiria. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah