• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI

PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

WIDYA KUSUMANINGSIH

F0107091

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(2)

ii ABSTRACT

AN ANALYSIS ON THE FACTORS AFFECTING PDRB CONDITION OF REGENCY / MUNICIPAL IN CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2009

WIDYA KUSUMANINGSIH F0107091

The economic development basically aims to create a high economic growth and evenly distribution of development, so that the society welfare is achieved. PDRB per capita value in Central Java Province improved over years during 2005-2009, but its average belonged to the lowest category compared with other provinces in Java Island, so that an appropriate policy is required to cope with such the problem. This research aims to find out the effect of Local Original Income (PAD), loan, saving, local expense and population density variables on the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009. The hypothesis is that there is a positive significant effect of those independent variables on the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009.

This study employed a multiple linear regression analysis with OLS method using cross-sectional data of 2009 from 35 regencies/municipals in Central Java Province. The instrument of analysis used was a multiple linear regression, statistic test (t-, F-, and R2-tests) and classical assumption test (multicolinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation).

The result of regression analysis at α = 5% showed that: firstly, the loan and

expense variables partially affected significantly, while PAD, saving, and population density affected insignificantly the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009. Secondly, the five variables simultaneously affected significantly the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009.

Based on the result of research, the following recommendations could be given. Firstly, the central government and society should supervise directly and properly the realization of development fund sources such as PAD and local expense; secondly, the government should provide more adequate public infrastructures such as providing the wide job opportunity and training human resource; thirdly, the bank should open a wider access for the society to get loan easily; and fourthly, the government should reduce the interest rate to improve the investment for funding the development.

Keywords: PDRB of regency / municipal in Central Java, Local Original Income,

Loan, Saving, Local Expense, Population Density, Multiple Linear Regression Analysis (OLS).

(3)

iii ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2009

WIDYA KUSUMANINGSIH F0107091

Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pembangunan, sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. Nilai PDRB perkapita di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan, tetapi rata-ratanya tergolong paling rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi di pulau Jawa lainnya sehingga memerlukan kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), kredit, tabungan, belanja daerah dan kepadatan penduduk terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Hipotesisnya ialah diduga adanya pengaruh positif dan signifikan antara variabel bebas tersebut terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda melalui metode OLS dengan menggunakan data cross section tahun 2009 berupa 35 kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan berupa regresi linear berganda, uji statistik (uji t, uji F, dan uji R2), dan uji asumsi klasik (uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).

Hasil analisis regresi pada α = 5% menunjukkan bahwa: pertama, secara individual variabel kredit dan belanja daerah berpengaruh signifikan, sedangkan variabel PAD, tabungan, dan kepadatan penduduk tidak signifikan terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Kedua, secara bersama-sama kelima variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pertama, pemerintah pusat dan masyarakat perlu melakukan pengawasan secara langsung dan tepat terhadap realisasi sumber-sumber dana pembangunan seperti PAD dan belanja daerah; kedua, pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana publik yang lebih memadai seperti menyediakan lapangan kerja yang luas dan melatih SDM; ketiga, bank harus membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk mendapatkan kredit dengan mudah; dan keempat, pemerintah perlu menurunkan tingkat suku bunga untuk meningkat investasi guna membiayai pembangunan.

Kata Kunci : PDRB kabupaten / kota di Jawa Tengah, pendapatan asli daerah,

kredit, tabungan, belanja daerah, kepadatan penduduk, analisis regresi linear berganda (OLS).

(4)
(5)

v

(6)
(7)

vii MOTTO

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah

segala rencanamu.” (Amsal 16 : 3)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi

kekuatan kepadaku.” (Filipi 4 : 13)

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,

yang menaruh harapannya pada Tuhan.”(Yeremia 17 : 7)

“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang

pengetahuan dan kepandaian.” (Amsal 2 : 6)

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,

yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu

Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.

Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar,

sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10 : 13)

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

V Tuhan Yesus

V Orang tuaku tersayang, Bapak

Harmanto dan Ibu Sri Hartati

V Adikku, Tiara Kusumaningrum

V Seluruh keluarga besarku

V Seluruh sahabatku

V Almamaterku

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KONDISI PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI

JAWA TENGAH TAHUN 2009”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna menyelesaikan studi pada Program Strata Satu Fakultas Ekonomi Jurusan

Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan, baik materiil maupun moril yang diberikan oleh

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Supriyono, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Sutanto, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini

sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan baik.

(10)

x

4. Bapak Joko Nugroho selaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan

dan membina penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama penulis belajar di

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama belajar di Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Harmanto dan Ibu Sri Hartati, S.E., terima

kasih atas kasih sayang, doa, teladan, perhatian, serta dukungan yang

senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya.

8. Adikku tersayang, Tiara Kusumaningrum, S.H., terima kasih atas semangat,

doa, perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya.

9. Keluarga besarku terima kasih atas doa dan dukungannya.

10. Teman-teman EP 2007, Diah, Rina, Dewi, Wiranto, Erna, Aris, Anda, Fitri,

Risti, Fitriana, Istrini serta seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

11. Teman satu bimbingan, Dwinanto, Rurit dan Ratih, terima kasih atas informasi

dan kebersamaannya.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu demi kelancaran penulisan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

(11)

xi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari

kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya.

Namun, penulis berharap bahwa penulisan skripsi ini mampu memberikan

manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya. Oleh karena itu,

dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang

bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Surakarta, November 2011

Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

(13)

xiii

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 10

a. Pengertian PDRB ... 10

b. Fungsi PDRB ... 10

c. Metode Perhitungan PDRB ... 12

d. Cara Penyajian PDRB ... 13

e. Perubahan Tahun Dasar PDRB ... 14

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 15

a. Pengertian PAD ... 15

b. Sumber-Sumber PAD ... 15

c. Hubungan PAD dengan PDRB ... 16

4. Kredit ... 17

a. Pengertian Kredit ... 17

b. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 18

c. Hubungan Kredit dengan PDRB ... 18

5. Tabungan ... 19

a. Pengertian Tabungan ... 19

b. Hubungan Tabungan dengan PDRB ... 19

6. Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah ... 21

a. Pengertian Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah ... 21

b. Hubungan Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah dengan PDRB ... 21

7. Kepadatan Penduduk ... 23

(14)

xiv

b. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB ... 23

B. Penelitian Terdahulu ... 24

C. Kerangka Pemikiran ... 26

D. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian ... 29

B. Sumber Data dan Jenis Data ... 29

C. Definisi Operasional Variabel ... 30

D. Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Alat Analisis Data / Metode Analisis Data ... 32

1. Uji Statistik ... 33

a. Uji t ... 33

b. Uji F ... 35

c. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 36

2. Uji Asumsi Klasik ... 37

a. Multikolinearitas ... 37

b. Heteroskedastisitas ... 38

c. Autokorelasi ... 39

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah ... 40

1. Keadaan Geografis ... 40

2. Kondisi Perekonomian ... 42

3. Keadaan Penduduk ... 43

(15)

xv

5. PAD ... 46

6. Kredit ... 48

7. Tabungan ... 50

8. Belanja Daerah ... 51

9. Kepadatan Penduduk ... 53

B. Analisis Data ... 55

1. Pemilihan Bentuk Model Empirik (Uji MWD) ... 55

2. Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

3. Uji Statistik ... 59

a. Uji t ... 59

b. Uji F ... 62

c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 63

4. Uji Asumsi Klasik ... 64

a. Uji Multikolinearitas ... 64

b. Uji Heteroskedastisitas ... 65

c. Uji Autokorelasi ... 66

C. Interpretasi Ekonomi ... 67

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 67

2. Pengaruh Kredit terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 68

3. Pengaruh Tabungan terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 69

(16)

xvi

Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 70

5. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 71

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

I.1 PDRB Perkapita Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2005-2009

(Ribu Rupiah) ... 4

I.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2005-2009 (Persen) ... 5

I.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2004-2009 .... 6

IV.1 Luas Daerah Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 41

IV.2 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) dan Laju Pertumbuhannya (%) Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2009 ... 42

IV.3 Jumlah Penduduk 35 Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2007-2009 ... 44

IV.4 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 54

IV.5 Hasil Uji MWD untuk Model Linear dengan Z1 ... 55

IV.6 Hasil Uji MWD untuk Model Log-Linear dengan Z2 ... 56

IV.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 57

IV.8 Hasil Uji t ... 59

IV.9 Hasil Uji F ... 63

IV.10 Hasil Uji Multikolinearitas Pendekatan Koutsoyiannis ... 65

IV.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji LM ARCH) ... 66

IV.12 Hasil Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey / B-G test) ... 67

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

II.1 Kerangka Pemikiran ... 28

III.1 Daerah Kritis Uji t ... 34

III.2 Daerah Kritis Uji F ... 36

IV.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten / Kota

di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2007-2009 ... 46

IV.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Menurut Kabupaten / Kota di

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 47

IV.3 Posisi Kredit Rupiah dan Valas Bank Umum Menurut Kabupaten /

Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 49

IV.4 Realisasi Tabungan Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009 ... 51

IV.5 Realisasi Belanja Daerah Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2009 ... 52

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Penelitian

Lampiran II Input Data

Lampiran III Hasil Uji MWD

Lampiran IV Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Lampiran V Hasil Uji Asumsi Klasik

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan

perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah

terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan atau

akselerasi pertumbuhan atau kondisi ekonomi, pengurangan ketimpangan dan

pemberantasan kemiskinan yang absolut. Salah satu kebijakan pemerintah

untuk mempersempit kesenjangan regional adalah diterapkannya kebijakan

pembangunan daerah yang dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh

masing-masing daerah.

Perubahan konsep dan kewenangan daerah yang semula ditujukan atas

dasar pemusatan kebijakan pusat, selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian

daerah dalam mengelola kawasannya, dengan konsekuensi bahwa kebijakan

tersebut tidak dapat menerapkan pola pembangunan yang sama antar daerah

yang satu dengan yang lainnya. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan

karakteristik, letak geografis dan sumberdaya-sumberdaya yang ada pada

masing-masing daerah tersebut, sehingga pengenalan potensi daerah melalui

pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah

mutlak dibutuhkan bagi pembangunan daerah.

Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk

(21)

tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk

oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana

kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut

pada suatu periode waktu tertentu. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga

menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan

tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Begitu juga

pembangunan di daerah, sasaran utamanya adalah menciptakan pertumbuhan

ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk didalamnya pemerataan

pendapatan antar daerah. Untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut,

diperlukan perencanaan pembangunan ekonomi yang baik.

Salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di

suatu daerah atau provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB ini akan menjelaskan

sejauh mana kemampuan daerah dalam mengelola atau memanfaatkan

sumberdaya yang ada. Selain itu, kondisi perekonomian secara keseluruhan di

setiap daerah juga dapat dilihat dari seberapa besar jumlah belanja daerah pada

daerah bersangkutan. Pengeluaran pemerintah atau belanja daerah merupakan

bentuk rangsangan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap perekonomian

daerah. Semakin besar nilai belanja daerah yang dialokasikan untuk

pembangunan, maka akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Ini berarti

kondisi ekonomi di daerah tersebut juga akan meningkat.

Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan daerah yang mengalami

kesulitan dalam melaksanakan pembangunan ekonominya setelah pelaksanaan

(22)

mengenai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya

masing-masing berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada di wilayah yang

bersangkutan.

Salah satu kesulitan tersebut adalah jumlah penduduk yang semakin tinggi

/ padat, tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya yang ada

untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk tersebut. Oleh karena itu,

pemerintah daerah harus memiliki strategi-strategi yang tepat untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan tersebut. Strategi pembangunan tersebut menyangkut

peranan pemerintah dalam perekonomian termasuk meningkatkan

sumber-sumber penerimaan daerah seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD), kredit

bank dan tabungan yang digunakan untuk membiayai proses pembangunan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal Basri (2009) yang menyatakan

bahwa ada lima sasaran strategis yang harus dicanangkan pemerintahan

Indonesia mendatang untuk mencapai percepatan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas, merata dan berkeadilan. Pertama adalah struktur ekonomi yang

kokoh yang tak rentan diterpa gejolak eksternal, mandiri dan berdaya saing.

Kedua, sumber daya manusia berkualitas. Ketiga, mobilisasi seluruh potensi

sumber dana dalam negeri untuk menghasilkan pembiayaan yang selaras

dengan kebutuhan investasi. Keempat, pemanfaatan sumberdaya alam secara

sinergis dan lestari. Kelima, birokrasi yang kompeten, efektif dan bersih.

Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki

(23)

tahun 2009, juga sedang mengalami suatu proses pembangunan ekonomi.

Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung secara menyeluruh

dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat.

Pencapaian hasil-hasil pembangunan di Provinsi Jawa Tengah tersebut sangat

dipengaruhi oleh keberadaan kabupaten / kota yang berada pada wilayah

provinsi tersebut termasuk sumberdaya yang dimilikinya.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai pelaksana pembangunan di

daerah Jawa Tengah juga dihadapkan pada permasalahan tentang bagaimana

memacu pertumbuhan output daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduknya serta untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Seperti yang

dijelaskan pada tabel I.1 mengenai perkembangan pertumbuhan PDRB

perkapita provinsi-provinsi di Pulau Jawa atas dasar harga konstan tahun 2000

selama periode tahun 2005-2009 berikut:

Tabel I.1

PDRB Perkapita Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Periode Tahun 2005-2009 Sumber : BPS, Provinsi Dalam Angka 2005-2009

Berdasarkan tabel I.1 tersebut, dapat kita ketahui bahwa Provinsi DKI

(24)

yakni sebesar 36.743 ribu rupiah. Posisi kedua ditempati oleh Provinsi Jawa

Timur dengan rata-rata PDRB perkapita sebesar 7.806 ribu rupiah diikuti

Provinsi Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta; sedangkan Provinsi Jawa

Tengah merupakan provinsi dengan rata-rata PDRB perkapita terendah

dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa selama periode

tahun 2005-2009, yaitu sebesar 4.934 ribu rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa

Provinsi Jawa Tengah memiliki permasalahan tingkat kesejahteraan penduduk

yang belum merata.

Tabel I.2

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi - Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Periode Tahun 2005-2009

Sumber : BPS, Statistik Indonesia, 2010

Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dalam lima

tahun terakhir juga termasuk rendah dibandingkan provinsi lainnya di Pulau

Jawa. Seperti yang terlihat pada tabel I.2 di atas, dimana posisi pertama

diduduki oleh Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata laju pertumbuhan PDRB

sebesar 5,92 persen lebih tinggi dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB

nasional sebesar 5,61 persen. Posisi kedua adalah Provinsi Jawa Timur dengan

(25)

Jawa Tengah hanya memiliki rata-rata laju pertumbuhan PDRB sebesar 5,29

persen lebih tinggi dari Provinsi DI Yogyakarta dengan rata-rata laju

pertumbuhan PDRB sebesar 4,43 persen yang merupakan provinsi dengan

rata-rata laju pertumbuhan PDRB terendah diantara provinsi lainnya di Pulau

Jawa.

Tabel I.3

PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Periode Tahun 2004-2009

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010, diolah

Pada tabel I.3 menunjukkan bahwa nilai PDRB Provinsi Jawa Tengah atas

dasar harga konstan 2000 terus meningkat selama periode tahun 2004-2009,

tetapi nilai laju pertumbuhannya mengalami fluktuasi selama periode tersebut.

Pada tahun 2004 laju pertumbuhannya sebesar 5,13 persen, kemudian menjadi

5,35 persen di tahun 2005 dan laju pertumbuhan pada tahun 2009 mengalami

penurunan sebesar 4,71 persen dari nilai laju pertumbuhan tahun 2008 sebesar

5,46 persen. Hal ini dimungkinkan sebagai dampak krisis global yang melanda

dunia.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul

”ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI

(26)

PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah,

yakni :

1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap kondisi PDRB

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?

2. Bagaimana pengaruh kredit terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?

3. Bagaimana pengaruh tabungan terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?

4. Bagaimana pengaruh belanja daerah terhadap kondisi PDRB kabupaten /

kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?

5. Bagaimana pengaruh kepadatan penduduk terhadap kondisi PDRB

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah penelitian,

maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap kondisi

PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

2. Untuk mengetahui pengaruh kredit terhadap kondisi PDRB kabupaten /

(27)

3. Untuk mengetahui pengaruh tabungan terhadap kondisi PDRB kabupaten /

kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

4. Untuk mengetahui pengaruh belanja daerah terhadap kondisi PDRB

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

5. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan penduduk terhadap kondisi PDRB

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi pemerintahan Provinsi Jawa Tengah

Sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan

ekonomi daerah, terutama strategi peningkatan kondisi perekonomian

(PDRB) kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah.

2. Bagi masyarakat

Sebagai masukan tentang kondisi perekonomian kabupaten / kota di

Provinsi Jawa Tengah termasuk permasalahannya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

(28)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur

ekonomi suatu negara.

Pembangunan ekonomi daerah, yaitu suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada

dan membentuk nota kemitraan antara Pemda dengan sektor swasta untuk

menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Masalah pokok dalam

pembangunan daerah terletak pada penekanan kebijakan pembangunan

yang didasarkan pada kekhasan daerah bersangkutan dengan menggunakan

potensi sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik secara

lokal (daerah). Pembangunan daerah mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan jumlah dan jenis peluang yang sesuai dengan karakteristik

masyarakat daerah.

(29)

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Pengertian PDRB

Perhitungan PDRB telah menjadi bagian yang sangat penting dalam

makro ekonomi, khususnya tentang analisis perekonomian suatu

wilayah. Hasil perhitungan PDRB ini memberikan kerangka dasar

yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi yang terjadi dan

berlangsung dalam suatu kegiatan perekonomian. Angka-angka PDRB

tersebut sebagai indikator ekonomi makro dan juga sebagai landasan

evaluasi kinerja perekonomian, dan penyusunan berbagai kebijakan.

Indikator ekonomi ini juga memberikan gambaran aliran seluruh nilai

tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan seluruh faktor-faktor

produksi yang digunakan oleh perekonomiaan untuk menghasilkan

nilai tambah barang dan jasa.

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah

jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan

jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan

jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB dapat

didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh

seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

b. Fungsi PDRB

Adapun Fungsi dari PDRB diantaranya :

(30)

1) Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan

oleh suatu daerah atau provinsi, nilai PDRB yang besar

menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar.

2) Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati

oleh seluruh penduduk suatu wilayah atau provinsi.

3) Digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara

keseluruhan dari tahun ke tahun.

4) PDRB menurut sektor menunjukkan besarnya stuktur

perekonomian dan peranan sektor perekonomiaan dalam suatu

wilayah, sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar

menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

5) PDRB menurut penggunaan menunjukkan bagaimana produk

barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan

diperdagangkan dengan pihak luar.

6) Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan

kelembagaan menurut barang dan jasa yang dihasilkan sektor

ekonomi.

7) PDRB menurut penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat

untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan

perdagangan luar negeri maupun perdagangan antar pulau atau

provinsi.

8) PDRB dan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan

nilai PDRB dan PDRB perkapita atau persatu orang.

(31)

9) PDRB dan PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk

mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

c. Metode Perhitungan PDRB

Untuk menghitung nilai PDRB dilakukan dengan beberapa metode

/ cara / pendekatan, sebagai berikut :

1) Pendekatan Produksi adalah PDRB yang disusun melalui

pendekatan produksi menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan

oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah atau

merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah

dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB ini

disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut pula

sebagai PDRB ditinjau dari sisi penyediaan (supply side).

2) Pendekatan Pengeluaran atau Penggunaan atau Belanja adalah

PDRB yang disusun melalui pendekatan pengeluaran yang

menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan atau

dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di

dalam wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah.

PDRB ini disebut sebagai PDRB menurut penggunaan atau PDRB

menurut pengeluaran (Gross Regional Domestic Product by

Expenditure), atau biasa juga disebut sebagai PDRB yang ditinjau

dari sisi permintaan (demand side).

(32)

3) Pendekatan pendapatan, merupakan pendekatan yang dilakukan

dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh

faktor-faktor produksi, yang meliputi :

a) Upah gaji merupakan balas jasa faktor produksi tenaga kerja.

b) Sewa tanah merupakan balas jasa faktor produksi tanah.

c) Bunga modal balas jasa faktor produksi modal.

d) Keuntungan balas jasa faktor produksi skill atau wiraswata.

4)

Metode alokasi, model pendekatan ini digunakan karena dengan

data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan

perhitungan pendapatan regional dengan metode langsung.

d. Cara Penyajian PDRB

Adapun cara penyajian PDRB tersebut dapat dilakukan dengan :

1) PDRB atas harga berlaku, yakni semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik

pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian

komponen nilai PDRB. Jadi, PDRB atas harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga

2) PDRB atas harga konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga tetap, perkembangan agregat pendapatan dari tahun

ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi rill, bukan

karena kenaikan harga atau inflasi. Jadi, PDRB harga konstan

menunjukkan nilai tambah dan jasa yang dihitung menggunakan

(33)

e. Perubahan Tahun Dasar PDRB

Teknologi dan perekonomian tiap tahun senantiasa mengalami

perkembangan dan berakibat pada perubahan struktur ekonomi secara

terus menerus. Perkembangan ekonomi dunia yang diwarnai dengan

adanya globalisasi berpengaruh terhadap perekonomian regional /

domestik. Terjadinya krisis perekonomian suatu kawasan akan

berdampak adanya perubahan struktur ekonomi sehingga penggunaan

tahun dasar dibawah tahun 2000 tidak representatif lagi digunakan

sebagai tahun dasar perhitungan PDRB.

Berdasarkan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

menyatakan bahwa estimasi PDB / PDRB atas dasar konstan harus

dimuktakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun refrensi

yang berakhiran 0-5. Hal ini dimaksudkan agar besaran angka-angka

PDB / PDRB dapat saling diperbandingkan antar negara, provinsi,

kabupaten dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja

perekonomian nasional atau wilayah.

Tahun dasar yang dianggap reprensentatif untuk mengukur laju

perekonomian adalah tahun dasar 2000. Hal ini dikarenakan tahun

tersebut dianggap relatif lebih stabil setelah krisis ekonomi dan politik

Indonesia tahun 1997. Cara penyamaan tahun dasar dapat dilakukan

dengan membandingkan nominal atau angka PDRB yang tertera pada

tahun dasar yang berbeda (1983, 1988, 1993) dengan PDRB tahun

dasar 2000.

(34)

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Pengertian PAD

Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan sejumlah dana

yang diperoleh atau berasal dari berbagai sumber yang dikelola oleh

daerah. Dalam otonomi daerah pembangunan ekonomi suatu daerah

dilakukan berdasarkan kemampuan pendapatan daerah karena hak atas

pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah dan pembangunan

ekonomi di daerah, telah diserahkan secara otonom kepada Pemerintah

Daerah yaitu Pemerintah Kabupaten dan Kota.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh

daerah, yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Mulyanto, 2007:48).

Selain itu, PAD juga dapat diartikan sebagai pendapatan yang

bersumber dari pungutan-pungutan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat

dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha, baik milik

pemerintah atau swasta karena perolehan jasa yang diberikan

pemerintah daerah tersebut, maka daerah dapat melaksanakan

pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan

lainnya yang sah diatur dalam undang-undang.

b. Sumber-Sumber PAD

Menurut Undang-Undang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Nomor 33 Pasal 6 ayat 1-2

(35)

1) Pajak daerah

2) Retribusi daerah

3) Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan

4) Lain-lain PAD yang sah, meliputi :

a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b) Jasa giro

c) Pendapatan bunga

d) Keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata uang asing

e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat penjualan

dan atau pengadaan barang / jasa oleh daerah

c. Hubungan PAD dengan PDRB

Pelaksanaan otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal akan

mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat, karena pemerintah sub nasional / pemerintah daerah akan

lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik

(Oates dalam Hadi Sasana, 2009:106). Berdasarkan UU No. 33 Pasal 5 ayat 2 Tahun 2004, salah satu sumber penerimaan yang digunakan

untuk pendanaan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentralisasi

fiskal adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ini berarti peningkatan

PAD sebenarnya merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi

(PDRB). Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai

kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD.

Desentralisasi fiskal di negara-negara berkembang apabila tidak

(36)

merugikan kondisi ekonomi dan efisiensi. Desentralisasi fiskal

memungkinkan untuk melakukan korupsi pada level lokal / daerah.

Oleh karena itu, peningkatan PAD akan dapat menurunkan

pertumbuhan ekonomi (PDRB) di daerah tersebut.

4. Kredit

a. Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Pasal 1 ayat 11

Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga.

Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula

dalam bahasa latin kredit berarti ”credere” artinya percaya. Maksud

dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si

penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan

dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit

merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban

untuk membayar sesuai jangka waktu (Kasmir, 2002:92-93).

Menurut Thomas Suyatno (1995), mengatakan bahwa kredit adalah

hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan

pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang,

karena penyerahan barang-barang sekarang.

(37)

b. Tujuan dan Fungsi Kredit

Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain (Kasmir,

2002:96-98):

1) Mencari keuntungan

2) Membantu usaha nasabah

3) Membantu pemerintah

Kemudian disamping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit memiliki

fungsi sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan daya guna uang.

2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

3) Untuk meningkatkan daya guna barang.

4) Meningkatkan peredaran barang.

5) Sebagai alat stabilitas ekonomi.

6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.

7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

8) Untuk meningkatkan hubungan internasional.

c. Hubungan Kredit dengan PDRB

Untuk mencapai kondisi perekonomian (PDRB) yang tinggi,

diperlukan sumber pembiayaan yang akan membiayai proses

pembangunan, baik di pusat maupun di daerah. Salah satu sumber

pembiayaan tersebut adalah perbankan. Keberadaan bank / perbankan

yang sehat merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat,

baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem.

(38)

Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai fungsi-fungsi yang

sangat diperlukan dalam perekonomian, seperti memperlancar

pembayaran, sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter dan fungsi

intermediasi. Sebagai lembaga intermediasi, perbankan akan

menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang

umumnya digunakan untuk membantu proses produksi output (modal

usaha), investasi dan konsumsi. Semakin besar nilai kredit yang

disalurkan kepada masyarakat, maka semakin meningkat nilai

pertumbuhan ekonomi (PDRB) di daerah tersebut karena proses

produksi barang dan jasa yang baik dan lancar akan mengakibatkan

tingkat kesejahteraan penduduknya merata.

5. Tabungan

a. Pengertian Tabungan

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Pasal 1 ayat 9 Tahun

1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat

ditarik dengan cek, bilyet giro, dan / atau alat lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Selain itu, tabungan dapat didefinisikan

sebagai simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.

b. Hubungan Tabungan dengan PDRB

Tabungan merupakan salah satu jenis pembiayaan dalam negeri.

Tabungan dihimpun dan diciptakan dengan cara menghemat atau

(39)

masyarakat. Teori Rostow menjelaskan bahwa salah satu cara untuk

mempercepat kondisi / pertumbuhan ekonomi yang baik adalah dengan

memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi dengan teori

Harrod-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB /

PDRB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga

meningkatkan perekonomian. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa

tingkat tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan

kondisi / pertumbuhan ekonomi. Namun, beberapa studi empiris

menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur

dan di Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang

mempengaruhi kondisi ekonomi, seperti kualitas SDM dan

infrastruktur pendukung lainnya.

Sejalan dengan hal itu, model Solow menunjukkan bahwa tingkat

tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada

kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika tingkat tabungan tinggi,

maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar

dan tingkat output yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model

Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal.

Defisit anggaran yang terus menerus dapat mengurangi tingkat

tabungan nasional dan menyusutkan kemampuan berinvestasi.

Konsekuensinya dalam jangka panjang, yakni rendahnya persediaan

modal dan pendapatan nasional.

Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, menurut

(40)

pertumbuhan untuk sementara waktu sampai perekonomian mencapai

kondisi steady-state baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika

perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka

hal itu hanya akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan

tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan

yang tinggi.

6. Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah

a. Pengertian Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah

Belanja daerah / pengeluaran pemerintah adalah nilai pembelanjaan

yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang digunakan terutama untuk

kepentingan masyarakat. Menurut Undang-Undang No. 33 Pasal 1 ayat

14 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah, pengertian belanja daerah adalah kewajiban

pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan

bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

b. Hubungan Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah

dengan PDRB

Salah satu komponen dalam permintaan agregat (aggregate

demand / AD) adalah pengeluaran pemerintah. Secara teori dinyatakan

bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat, maka AD akan

meningkat. Selain itu, peranan pengeluaran pemerintah di negara

sedang berkembang sangat signifikan mengingat kemampuan sektor

swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi relatif terbatas

(41)

terjadi pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi diukur

dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka peningkatan

PDRB berarti peningkatan pendapatan.

Menurut Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith (2004:92) bahwa

ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari

setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah (1) akumulasi modal yang

meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada

tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumberdaya manusia; (2)

pertumbuhan penduduk; dan (3) kemajuan teknologi. Dalam hal ini

pengeluaran pemerintah berperan dalam pembentukan modal untuk

membiayai pembangunan diberbagai bidang seperti sarana dan

prasarana publik. Adanya berbagai fasilitas publik yang memadai, akan

mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan /

kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat yang tinggi mengakibatkan kemampuan

masyarakat untuk membayar pajak juga naik. Sebagaimana diketahui

bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang

digunakan untuk membiayai pembangunan, maka peningkatan pajak

berarti peningkatan pengeluaran pemerintah. Keadaan ini membuat

suatu siklus yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Kenaikan

pengeluaran pemerintah akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan

ekonomi (PDRB) dan kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) akan

meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah untuk membiayai

(42)

7. Kepadatan Penduduk

a. Pengertian Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah

yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi

satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam sosiologi,

penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi

dan ruang tertentu. Penduduk suatu negara atau daerah bisa

didefinisikan menjadi dua:

1) Orang yang tinggal di daerah tersebut.

2) Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.

Dengan kata lain, orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal

di daerah tersebut. Kepadatan penduduk merupakan rasio jumlah

penduduk suatu wilayah dengan luas wilayah dalam satu tahun.

b. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB

Kebijakan tentang penduduk yang ditinjau berdasarkan penelitian

empiris, menyatakan bahwa jumlah penduduk yang tinggi bukan

merupakan penyebab utama timbulnya masalah pengangguran,

kemiskinan, dan malnutrisi. Namun, penduduk menjadi faktor yang

memperburuk masalah tersebut, sehingga harus sejalan dengan

kebijakan lain / faktor lain untuk memperbaiki masalah tersebut.

Menurut Ira Setiati (1996) penduduk merupakan salah satu faktor

yang signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan

(43)

kontribusi berupa skala ekonomis yang meningkatkan efisiensi sektor

pemerintah / berpengaruh secara statistik terhadap output riil dalam hal

ini PDRB menurut harga konstan dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Ini berarti dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi,

maka mampu menambah pendapatan regional daerah sehingga

kegiatan ekonomi akan berlangsung secara baik (terjadi kenaikan

PDRB). Jika kebijakan terhadap penduduk sejalan dengan kebijakan di

dalam suatu daerah / wilayah.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung

penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :

1. Adearman Purba (2006) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Simalungun”.

Berdasarkan hasil estimasi dengan metode OLS menunjukkan bahwa

pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin berpengaruh negatif dan

positif, tetapi kedua variabel tersebut tidak memberikan pengaruh yang

berarti secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Simalungun. Sedangkan, jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi

tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan secara statistik

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun dengan tingkat

kepercayaan yang berbeda. Dengan demikian selama kurun waktu

1976-2003, pengeluaran pemerintah di Kabupaten Simalungun, baik

(44)

dampak yang berarti dalam mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Simalungun.

2. Daslan Simanjuntak (2006) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten

Labuhan Batu”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) nilai

koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9957 berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut yakni PAD, DAU, dan

pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya {PDRB(-1)} cukup mampu

menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Kabupaten Labuhan

Batu sebesar 99,57% selama kurun waktu penelitian, sedangkan sisanya

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.

2) variabel bebas tersebut secara simultan memberikan pengaruh yang

cukup signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. 3) bila

dianalisis secara parsial, keseluruhan dari masing-masing variabel tersebut

juga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu, di mana variabel PAD memberikan

pengaruh yang positif sebesar 0,0785 dan signifikan pada tingkat

kepercayaan 90%.

3. Junawi Hartasi Saragih (2009) dengan judul penelitian “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif :

Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat)”. Berdasarkan hasil

estimasi data time series dengan model OLS menunjukkan bahwa

pengeluaran pemerintah daerah, tingkat pendidikan, dan total nilai tambah

(45)

industri mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat.

4. Yunan (2009) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kredit perbankan, nilai

ekspor, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat

kepercayaan 99 persen atau α = 1%, dengan nilai koefisien determinasi

(R2) sebesar 98,46 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan

semakin meningkat secara signifikan dengan meningkatnya kredit

perbankan, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan

nilai ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia.

C. Kerangka Pemikiran

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah otonom yang juga

sedang mengalami proses pembangunan ekonomi. Pencapaian hasil-hasil

pembangunan di Provinsi Jawa Tengah tersebut sangat dipengaruhi oleh

keberadaan kabupaten / kota yang berada pada wilayah provinsi tersebut

termasuk sumberdaya yang dimilikinya. Untuk dapat menganalisis kondisi

(46)

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan / pertumbuhan PDRB,

antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD), kredit, tabungan, belanja daerah

dan kepadatan penduduk.

Berdasarkan data pada tabel I.1 dan I.2, diketahui kondisi perekonomian

Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2005-2009, jika dilihat dari nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita masih tergolong

tertinggal bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Jawa. Selain itu,

bila dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya mengalami fluktuasi selama

kurun waktu tersebut, terutama pada tahun 2009, nilai laju pertumbuhannya

mengalami penurunan yang sangat drastis dari 5,46 persen di tahun 2008

menjadi 4,71 persen sebagai dampak krisis global yang melanda dunia.

Dari kondisi tersebut, kemudian diimplementasikan sehingga dapat

ditentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah penarikan dan

pengalokasian PAD, kredit, dan tabungan sebagai sumber pendapatan daerah

untuk membiayai pembangunan dan realisasi belanja daerah untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui pembangunan sarana dan

prasana publik serta masalah kepadatan penduduk, dan juga masalah-masalah

lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Dari uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran mengenai

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi PDRB Kabupaten /

Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009” sebagai berikut:

(47)

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2009.

2. Diduga variabel kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi

PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

3. Diduga variabel tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

4. Diduga variabel belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

5. Diduga variabel kepadatan penduduk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun

2009.

PAD Kredit Tabungan

PDRB Kabupaten / Kota di Jawa Tengah

Belanja Daerah

Kepadatan Penduduk

(48)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun

2009. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kredit,

Tabungan, Belanja Daerah dan Kepadatan Penduduk terhadap kondisi PDRB

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.

B. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, jenis

data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari lembaga terkait

seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan sumber-sumber

referensi studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat kabar, majalah, buku

ataupun situs website yang mendukung.

Data sekunder yang digunakan adalah data cross section yaitu berupa 35

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah sehingga terdapat 35 observasi.

Pemilihan tahun ini disebabkan karena perekonomian pada tahun 2009 terjadi

krisis global dunia yang dampaknya sedikit banyak dirasakan sampai di

(49)

tersebut menarik untuk diamati dengan data-data yang tersedia pada tahun

tersebut. Secara umum data-data dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi

Badan Pusat Statistik Provinsi, khususnya Provinsi Jawa Tengah, Statistik

Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi, publikasi Badan Pusat Statistik

Indonesia dan instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :

1. PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah

Dalam penelitian ini PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah

merupakan variabel dependen. PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa

Tengah diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tanpa migas menurut

harga konstan tahun 2000 yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan

daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah melalui

pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan PAD

yang sah lainnya. PAD tersebut merupakan realisasi PAD menurut

kabupaten / kota di Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan ribu

rupiah.

3. Kredit

Kredit tersebut merupakan posisi kredit rupiah dan valuta asing pada bank

(50)

proyek untuk membantu proses pembangunan / produksi output dalam

suatu daerah yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

4. Tabungan

Tabungan tersebut merupakan posisi tabungan menurut kabupaten / kota di

Provinsi Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.

5. Belanja Daerah

Belanja daerah tersebut merupakan realisasi belanja daerah menurut

kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah dinyatakan dalam satuan ribu

rupiah.

6. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan banyaknya penduduk per km2 menurut kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan

jiwa / km2. Rumus perhitungan kepadatan penduduk :

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu mengumpulkan

catatan-catatan / data-data yang diperlukan sesuai penelitian yang akan

dilakukan yang bersumber dari instansi atau lembaga terkait. Data yang akan

dikumpulkan diperoleh dari jurnal, buku-buku literatur, Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Jawa Tengah, maupun publikasi lainnya.

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk suatu wilayah (jiwa) Luas wilayah (km2)

(51)

E. Alat Analisis Data / Metode Analisis Data

Untuk menganalisis dan menguji pengaruh variabel independen (PAD,

Kredit, Tabungan, Belanja Daerah dan Kepadatan Penduduk) terhadap

variabel dependennya (PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah)

digunakan model regresi dengan menggunakan fungsi Regresi Linear

Berganda melalui perhitungan program Eviews 3.0, yaitu analisis peramalan

yang menggunakan lebih dari 1 variabel bebas, dengan metode Ordinary Least

Square (OLS). Model yang digunakan adalah sebagai berikut :

PDRB = b0+b1PAD+b2KRDT+b3TAB+b4BD+b5KP+ei

Dimana :

PDRB = PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah

PAD = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

KRDT = Kredit

TAB = Tabungan

BD = Belanja Daerah

KP = Kepadatan Penduduk

5 1 b

b - = Koefisien regresi

0

b = Konstanta

ei = Variabel Pengganggu

Selain menganalisis hubungan variabel dependen dengan variabel

independen, maka akan diadakan pengujian terhadap hipotesis. Teori

pengujian hipotesis berkenaan dengan pengembangan aturan atau prosedur

untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis. Hal ini

(52)

Uji Statistik

Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian variabel-variabel

independen yang meliputi uji t (uji individu), uji F (uji bersama-sama), dan uji

R2 (uji koefisien determinasi). a. Uji t

Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel independen secara

individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel

dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau

konstan. Langkah-langkah pengujian t test adalah sebagai berikut :

1) Menentukan Hipotesisnya

a) Ho : β1 = 0

Berarti koefisien regresi tidak signifikan pada tingkat α atau suatu

variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b) Ha : β1 ¹ 0

Berarti koefisien regresi signifikan pada tingkat α atau suatu

variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2) Melakukan penghitungan nilai t sebagai berikut:

a) Nilai t tabel = t α/2;N – K ...(1.1) Keterangan:

a = derajat signifikansi (α = 5%)

(53)

Ho ditolak

Se (bi) = standard error koefisien regresi

3) Kriteria pengujian

Gambar III.1 Daerah Kritis Uji t

4) Kesimpulan

a) Apabila nilai -t tabel < t hitung < t tabel atau probabilitasnya lebih besar dari 5%, maka Ho diterima. Artinya koefisien regresi tidak signifikan pada tingkat α atau suatu variabel independen secara

individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Apabila nilai t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel atau probabilitasnya kurang dari 5%, maka Ho ditolak. Artinya koefisien regresi signifikan pada tingkat α atau suatu variabel independen

secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

(54)

b. Uji F

Uji F ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen

yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan.

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

1) Menentukan Hipotesis

a) H0 : b1 = b2 = b3 = β4 = β5 = 0

Berarti semua koefisien regresi secara bersama-sama tidak

signifikan pada tingkat α atau semua variabel independen secara

bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Ha : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ β4 ¹ β5 ¹ 0

Berarti semua koefisien regresi secara bersama-sama signifikan

pada tingkat α atau semua variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut:

(55)

Ho diterima Ho ditolak

F (a; K-1; N-K) N = jumlah observasi atau sampel

K = banyaknya variabel

3) Kriteria pengujian

Gambar III.2 Daerah Kritis Uji F

4) Kesimpulan

a) Apabila nilai F hitung < F tabel atau probabilitasnya kurang dari 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya Berarti semua koefisien

regresi secara bersama-sama tidak signifikan pada tingkat α atau

semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

b) Apabila nilai F hitung > F tabel atau probabilitasnya lebih dari 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Berarti semua koefisien

regresi secara bersama-sama signifikan pada tingkat α atau semua

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen.

c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang

ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara nol dan satu (0 < R2 < 1). Jika koefisien determinasi (R2) mendekati 0, artinya variabel

(56)

independen tidak dapat menjelaskan variabel dependen, sedangkan jika

koefisien determinasi mendekati 1, artinya variabel independen dapat

menjelaskan dengan baik variabel dependennya, atau dengan kata lain

model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati

nilai 1.

Uji Asumsi Klasik

Dalam regresi linier klasik terdapat faktor pengganggu, model yang baik

mengharapkan faktor-faktor pengganggu tidak muncul. Untuk mengetahui ada

tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model, maka digunakan pengujian

asumsi klasik terhadap model tersebut. Uji asumsi klasik yang digunakan

adalah :

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih

dari satu hubungan linear pasti di antara beberapa atau semua variabel

independen dari model regresi (Gujarati, 1995: 157). Salah satu asumsi

model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa

atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat

multikolinearitas, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang

besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.

Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas

adalah menggunakan pengujian dengan metode pendekatan Koutsoyiannis.

Metode yang dikembangkan oleh Koutsoyiannis ini menggunakan cara

coba dalam memasukkan variabel bebas. Berdasarkan hasil

Gambar

TABEL                                                                                              Halaman
GAMBAR                                                                                              Halaman
Tabel I.1 PDRB Perkapita Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa
Tabel I.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi - Provinsi di Pulau Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Evaluasi Program Terpadu Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2W-KSS) Tingkat Kabupaten Bantul Tahun 2016, sebagaimana tersebut

Adanya perkembangan yang terjadi dapat memudahkan pelayanan pada wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya yaitu membayar dan melaporkan pajak penghasilan, tetapi jika

The Analysis of English Textbooks: “Active English 4” and “Grow with English 4” for Elementary School Students Based on Young Learners’ Characteristics.. Skripsi,

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan aplikasi messenger menggunakan software bahasa pemrograman Java2 dan menggunakan text editor Edit Plus2. Aplikasi messenger yang

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan dituangkan dalam Penulisan Hukum

¾ Klik Freehand Tool pada Toolbox. ¾ Pada kanvas klik tombol kiri mouse. ¾ Drag kearah yang diinginkan. ¾ Jika sudah sesuai keinginan, tekan tombol Esc pada keyboard untuk

Both the text of the specification and the schema, wfs.xsd, do not seem to correctly define the Native element. The current definition does not allow content within the native

1) Changes in the governance of borders in globalization: The significant changes from state control to greater supra-national and sub-national, and public and private