i
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI
PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
WIDYA KUSUMANINGSIH
F0107091
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii ABSTRACT
AN ANALYSIS ON THE FACTORS AFFECTING PDRB CONDITION OF REGENCY / MUNICIPAL IN CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2009
WIDYA KUSUMANINGSIH F0107091
The economic development basically aims to create a high economic growth and evenly distribution of development, so that the society welfare is achieved. PDRB per capita value in Central Java Province improved over years during 2005-2009, but its average belonged to the lowest category compared with other provinces in Java Island, so that an appropriate policy is required to cope with such the problem. This research aims to find out the effect of Local Original Income (PAD), loan, saving, local expense and population density variables on the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009. The hypothesis is that there is a positive significant effect of those independent variables on the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009.
This study employed a multiple linear regression analysis with OLS method using cross-sectional data of 2009 from 35 regencies/municipals in Central Java Province. The instrument of analysis used was a multiple linear regression, statistic test (t-, F-, and R2-tests) and classical assumption test (multicolinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation).
The result of regression analysis at α = 5% showed that: firstly, the loan and
expense variables partially affected significantly, while PAD, saving, and population density affected insignificantly the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009. Secondly, the five variables simultaneously affected significantly the PDRB of Regency / Municipal in Central Java in 2009.
Based on the result of research, the following recommendations could be given. Firstly, the central government and society should supervise directly and properly the realization of development fund sources such as PAD and local expense; secondly, the government should provide more adequate public infrastructures such as providing the wide job opportunity and training human resource; thirdly, the bank should open a wider access for the society to get loan easily; and fourthly, the government should reduce the interest rate to improve the investment for funding the development.
Keywords: PDRB of regency / municipal in Central Java, Local Original Income,
Loan, Saving, Local Expense, Population Density, Multiple Linear Regression Analysis (OLS).
iii ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2009
WIDYA KUSUMANINGSIH F0107091
Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pembangunan, sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. Nilai PDRB perkapita di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan, tetapi rata-ratanya tergolong paling rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi di pulau Jawa lainnya sehingga memerlukan kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD), kredit, tabungan, belanja daerah dan kepadatan penduduk terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Hipotesisnya ialah diduga adanya pengaruh positif dan signifikan antara variabel bebas tersebut terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda melalui metode OLS dengan menggunakan data cross section tahun 2009 berupa 35 kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan berupa regresi linear berganda, uji statistik (uji t, uji F, dan uji R2), dan uji asumsi klasik (uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi).
Hasil analisis regresi pada α = 5% menunjukkan bahwa: pertama, secara individual variabel kredit dan belanja daerah berpengaruh signifikan, sedangkan variabel PAD, tabungan, dan kepadatan penduduk tidak signifikan terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Kedua, secara bersama-sama kelima variabel bebas tersebut berpengaruh signifikan terhadap PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pertama, pemerintah pusat dan masyarakat perlu melakukan pengawasan secara langsung dan tepat terhadap realisasi sumber-sumber dana pembangunan seperti PAD dan belanja daerah; kedua, pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana publik yang lebih memadai seperti menyediakan lapangan kerja yang luas dan melatih SDM; ketiga, bank harus membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk mendapatkan kredit dengan mudah; dan keempat, pemerintah perlu menurunkan tingkat suku bunga untuk meningkat investasi guna membiayai pembangunan.
Kata Kunci : PDRB kabupaten / kota di Jawa Tengah, pendapatan asli daerah,
kredit, tabungan, belanja daerah, kepadatan penduduk, analisis regresi linear berganda (OLS).
v
vii MOTTO
“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah
segala rencanamu.” (Amsal 16 : 3)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku.” (Filipi 4 : 13)
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,
yang menaruh harapannya pada Tuhan.”(Yeremia 17 : 7)
“Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang
pengetahuan dan kepandaian.” (Amsal 2 : 6)
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu
Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.
Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar,
sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10 : 13)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk :
V Tuhan Yesus
V Orang tuaku tersayang, Bapak
Harmanto dan Ibu Sri Hartati
V Adikku, Tiara Kusumaningrum
V Seluruh keluarga besarku
V Seluruh sahabatku
V Almamaterku
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONDISI PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI
JAWA TENGAH TAHUN 2009”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
guna menyelesaikan studi pada Program Strata Satu Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan, baik materiil maupun moril yang diberikan oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Supriyono, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Sutanto, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini
sehingga memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik.
x
4. Bapak Joko Nugroho selaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan
dan membina penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membimbing dan memberikan ilmu selama penulis belajar di
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama belajar di Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Orang tuaku tercinta, Bapak Drs. Harmanto dan Ibu Sri Hartati, S.E., terima
kasih atas kasih sayang, doa, teladan, perhatian, serta dukungan yang
senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
8. Adikku tersayang, Tiara Kusumaningrum, S.H., terima kasih atas semangat,
doa, perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya.
9. Keluarga besarku terima kasih atas doa dan dukungannya.
10. Teman-teman EP 2007, Diah, Rina, Dewi, Wiranto, Erna, Aris, Anda, Fitri,
Risti, Fitriana, Istrini serta seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
11. Teman satu bimbingan, Dwinanto, Rurit dan Ratih, terima kasih atas informasi
dan kebersamaannya.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu demi kelancaran penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari
kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya.
Namun, penulis berharap bahwa penulisan skripsi ini mampu memberikan
manfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Surakarta, November 2011
Penulis
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRACT ... ii
HALAMAN ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN SKRIPSI ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ...xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
xiii
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 10
a. Pengertian PDRB ... 10
b. Fungsi PDRB ... 10
c. Metode Perhitungan PDRB ... 12
d. Cara Penyajian PDRB ... 13
e. Perubahan Tahun Dasar PDRB ... 14
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 15
a. Pengertian PAD ... 15
b. Sumber-Sumber PAD ... 15
c. Hubungan PAD dengan PDRB ... 16
4. Kredit ... 17
a. Pengertian Kredit ... 17
b. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 18
c. Hubungan Kredit dengan PDRB ... 18
5. Tabungan ... 19
a. Pengertian Tabungan ... 19
b. Hubungan Tabungan dengan PDRB ... 19
6. Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah ... 21
a. Pengertian Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah ... 21
b. Hubungan Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah dengan PDRB ... 21
7. Kepadatan Penduduk ... 23
xiv
b. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB ... 23
B. Penelitian Terdahulu ... 24
C. Kerangka Pemikiran ... 26
D. Hipotesis ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian ... 29
B. Sumber Data dan Jenis Data ... 29
C. Definisi Operasional Variabel ... 30
D. Metode Pengumpulan Data ... 31
E. Alat Analisis Data / Metode Analisis Data ... 32
1. Uji Statistik ... 33
a. Uji t ... 33
b. Uji F ... 35
c. Analisis Koefisien Determinasi (R2) ... 36
2. Uji Asumsi Klasik ... 37
a. Multikolinearitas ... 37
b. Heteroskedastisitas ... 38
c. Autokorelasi ... 39
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah ... 40
1. Keadaan Geografis ... 40
2. Kondisi Perekonomian ... 42
3. Keadaan Penduduk ... 43
xv
5. PAD ... 46
6. Kredit ... 48
7. Tabungan ... 50
8. Belanja Daerah ... 51
9. Kepadatan Penduduk ... 53
B. Analisis Data ... 55
1. Pemilihan Bentuk Model Empirik (Uji MWD) ... 55
2. Analisis Regresi Linear Berganda ... 56
3. Uji Statistik ... 59
a. Uji t ... 59
b. Uji F ... 62
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 63
4. Uji Asumsi Klasik ... 64
a. Uji Multikolinearitas ... 64
b. Uji Heteroskedastisitas ... 65
c. Uji Autokorelasi ... 66
C. Interpretasi Ekonomi ... 67
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 67
2. Pengaruh Kredit terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 68
3. Pengaruh Tabungan terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 69
xvi
Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 70
5. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 71
BAB V PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
I.1 PDRB Perkapita Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2005-2009
(Ribu Rupiah) ... 4
I.2 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2005-2009 (Persen) ... 5
I.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 2004-2009 .... 6
IV.1 Luas Daerah Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 41
IV.2 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Jutaan Rupiah) dan Laju Pertumbuhannya (%) Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2009 ... 42
IV.3 Jumlah Penduduk 35 Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2007-2009 ... 44
IV.4 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 54
IV.5 Hasil Uji MWD untuk Model Linear dengan Z1 ... 55
IV.6 Hasil Uji MWD untuk Model Log-Linear dengan Z2 ... 56
IV.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 57
IV.8 Hasil Uji t ... 59
IV.9 Hasil Uji F ... 63
IV.10 Hasil Uji Multikolinearitas Pendekatan Koutsoyiannis ... 65
IV.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji LM ARCH) ... 66
IV.12 Hasil Uji Autokorelasi (Uji Breusch-Godfrey / B-G test) ... 67
xviii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
II.1 Kerangka Pemikiran ... 28
III.1 Daerah Kritis Uji t ... 34
III.2 Daerah Kritis Uji F ... 36
IV.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kabupaten / Kota
di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2007-2009 ... 46
IV.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Menurut Kabupaten / Kota di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 47
IV.3 Posisi Kredit Rupiah dan Valas Bank Umum Menurut Kabupaten /
Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 49
IV.4 Realisasi Tabungan Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009 ... 51
IV.5 Realisasi Belanja Daerah Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009 ... 52
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Data Penelitian
Lampiran II Input Data
Lampiran III Hasil Uji MWD
Lampiran IV Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Lampiran V Hasil Uji Asumsi Klasik
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan
perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudah
terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan atau
akselerasi pertumbuhan atau kondisi ekonomi, pengurangan ketimpangan dan
pemberantasan kemiskinan yang absolut. Salah satu kebijakan pemerintah
untuk mempersempit kesenjangan regional adalah diterapkannya kebijakan
pembangunan daerah yang dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
Perubahan konsep dan kewenangan daerah yang semula ditujukan atas
dasar pemusatan kebijakan pusat, selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian
daerah dalam mengelola kawasannya, dengan konsekuensi bahwa kebijakan
tersebut tidak dapat menerapkan pola pembangunan yang sama antar daerah
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan
karakteristik, letak geografis dan sumberdaya-sumberdaya yang ada pada
masing-masing daerah tersebut, sehingga pengenalan potensi daerah melalui
pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah
mutlak dibutuhkan bagi pembangunan daerah.
Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk
tinggi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan output yang dibentuk
oleh berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana
kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi tersebut
pada suatu periode waktu tertentu. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Begitu juga
pembangunan di daerah, sasaran utamanya adalah menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan, termasuk didalamnya pemerataan
pendapatan antar daerah. Untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut,
diperlukan perencanaan pembangunan ekonomi yang baik.
Salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di
suatu daerah atau provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB ini akan menjelaskan
sejauh mana kemampuan daerah dalam mengelola atau memanfaatkan
sumberdaya yang ada. Selain itu, kondisi perekonomian secara keseluruhan di
setiap daerah juga dapat dilihat dari seberapa besar jumlah belanja daerah pada
daerah bersangkutan. Pengeluaran pemerintah atau belanja daerah merupakan
bentuk rangsangan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap perekonomian
daerah. Semakin besar nilai belanja daerah yang dialokasikan untuk
pembangunan, maka akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Ini berarti
kondisi ekonomi di daerah tersebut juga akan meningkat.
Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan daerah yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan pembangunan ekonominya setelah pelaksanaan
mengenai pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya
masing-masing berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada di wilayah yang
bersangkutan.
Salah satu kesulitan tersebut adalah jumlah penduduk yang semakin tinggi
/ padat, tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya yang ada
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk tersebut. Oleh karena itu,
pemerintah daerah harus memiliki strategi-strategi yang tepat untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut. Strategi pembangunan tersebut menyangkut
peranan pemerintah dalam perekonomian termasuk meningkatkan
sumber-sumber penerimaan daerah seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD), kredit
bank dan tabungan yang digunakan untuk membiayai proses pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal Basri (2009) yang menyatakan
bahwa ada lima sasaran strategis yang harus dicanangkan pemerintahan
Indonesia mendatang untuk mencapai percepatan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas, merata dan berkeadilan. Pertama adalah struktur ekonomi yang
kokoh yang tak rentan diterpa gejolak eksternal, mandiri dan berdaya saing.
Kedua, sumber daya manusia berkualitas. Ketiga, mobilisasi seluruh potensi
sumber dana dalam negeri untuk menghasilkan pembiayaan yang selaras
dengan kebutuhan investasi. Keempat, pemanfaatan sumberdaya alam secara
sinergis dan lestari. Kelima, birokrasi yang kompeten, efektif dan bersih.
Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki
tahun 2009, juga sedang mengalami suatu proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang berlangsung secara menyeluruh
dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat.
Pencapaian hasil-hasil pembangunan di Provinsi Jawa Tengah tersebut sangat
dipengaruhi oleh keberadaan kabupaten / kota yang berada pada wilayah
provinsi tersebut termasuk sumberdaya yang dimilikinya.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebagai pelaksana pembangunan di
daerah Jawa Tengah juga dihadapkan pada permasalahan tentang bagaimana
memacu pertumbuhan output daerahnya untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduknya serta untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Seperti yang
dijelaskan pada tabel I.1 mengenai perkembangan pertumbuhan PDRB
perkapita provinsi-provinsi di Pulau Jawa atas dasar harga konstan tahun 2000
selama periode tahun 2005-2009 berikut:
Tabel I.1
PDRB Perkapita Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Periode Tahun 2005-2009 Sumber : BPS, Provinsi Dalam Angka 2005-2009
Berdasarkan tabel I.1 tersebut, dapat kita ketahui bahwa Provinsi DKI
yakni sebesar 36.743 ribu rupiah. Posisi kedua ditempati oleh Provinsi Jawa
Timur dengan rata-rata PDRB perkapita sebesar 7.806 ribu rupiah diikuti
Provinsi Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta; sedangkan Provinsi Jawa
Tengah merupakan provinsi dengan rata-rata PDRB perkapita terendah
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa selama periode
tahun 2005-2009, yaitu sebesar 4.934 ribu rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa
Provinsi Jawa Tengah memiliki permasalahan tingkat kesejahteraan penduduk
yang belum merata.
Tabel I.2
Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi - Provinsi di Pulau Jawa Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Periode Tahun 2005-2009
Sumber : BPS, Statistik Indonesia, 2010
Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dalam lima
tahun terakhir juga termasuk rendah dibandingkan provinsi lainnya di Pulau
Jawa. Seperti yang terlihat pada tabel I.2 di atas, dimana posisi pertama
diduduki oleh Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata laju pertumbuhan PDRB
sebesar 5,92 persen lebih tinggi dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB
nasional sebesar 5,61 persen. Posisi kedua adalah Provinsi Jawa Timur dengan
Jawa Tengah hanya memiliki rata-rata laju pertumbuhan PDRB sebesar 5,29
persen lebih tinggi dari Provinsi DI Yogyakarta dengan rata-rata laju
pertumbuhan PDRB sebesar 4,43 persen yang merupakan provinsi dengan
rata-rata laju pertumbuhan PDRB terendah diantara provinsi lainnya di Pulau
Jawa.
Tabel I.3
PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Periode Tahun 2004-2009
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010, diolah
Pada tabel I.3 menunjukkan bahwa nilai PDRB Provinsi Jawa Tengah atas
dasar harga konstan 2000 terus meningkat selama periode tahun 2004-2009,
tetapi nilai laju pertumbuhannya mengalami fluktuasi selama periode tersebut.
Pada tahun 2004 laju pertumbuhannya sebesar 5,13 persen, kemudian menjadi
5,35 persen di tahun 2005 dan laju pertumbuhan pada tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar 4,71 persen dari nilai laju pertumbuhan tahun 2008 sebesar
5,46 persen. Hal ini dimungkinkan sebagai dampak krisis global yang melanda
dunia.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul
”ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI
PDRB KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN
2009”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa masalah,
yakni :
1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap kondisi PDRB
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?
2. Bagaimana pengaruh kredit terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?
3. Bagaimana pengaruh tabungan terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?
4. Bagaimana pengaruh belanja daerah terhadap kondisi PDRB kabupaten /
kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?
5. Bagaimana pengaruh kepadatan penduduk terhadap kondisi PDRB
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah penelitian,
maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap kondisi
PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
2. Untuk mengetahui pengaruh kredit terhadap kondisi PDRB kabupaten /
3. Untuk mengetahui pengaruh tabungan terhadap kondisi PDRB kabupaten /
kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
4. Untuk mengetahui pengaruh belanja daerah terhadap kondisi PDRB
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
5. Untuk mengetahui pengaruh kepadatan penduduk terhadap kondisi PDRB
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi pemerintahan Provinsi Jawa Tengah
Sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan
ekonomi daerah, terutama strategi peningkatan kondisi perekonomian
(PDRB) kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah.
2. Bagi masyarakat
Sebagai masukan tentang kondisi perekonomian kabupaten / kota di
Provinsi Jawa Tengah termasuk permasalahannya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara.
Pembangunan ekonomi daerah, yaitu suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
dan membentuk nota kemitraan antara Pemda dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Masalah pokok dalam
pembangunan daerah terletak pada penekanan kebijakan pembangunan
yang didasarkan pada kekhasan daerah bersangkutan dengan menggunakan
potensi sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik secara
lokal (daerah). Pembangunan daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang yang sesuai dengan karakteristik
masyarakat daerah.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Pengertian PDRB
Perhitungan PDRB telah menjadi bagian yang sangat penting dalam
makro ekonomi, khususnya tentang analisis perekonomian suatu
wilayah. Hasil perhitungan PDRB ini memberikan kerangka dasar
yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi yang terjadi dan
berlangsung dalam suatu kegiatan perekonomian. Angka-angka PDRB
tersebut sebagai indikator ekonomi makro dan juga sebagai landasan
evaluasi kinerja perekonomian, dan penyusunan berbagai kebijakan.
Indikator ekonomi ini juga memberikan gambaran aliran seluruh nilai
tambah barang dan jasa yang dihasilkan dan seluruh faktor-faktor
produksi yang digunakan oleh perekonomiaan untuk menghasilkan
nilai tambah barang dan jasa.
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah
jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan
jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB dapat
didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
b. Fungsi PDRB
Adapun Fungsi dari PDRB diantaranya :
1) Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan
oleh suatu daerah atau provinsi, nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar.
2) Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati
oleh seluruh penduduk suatu wilayah atau provinsi.
3) Digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan dari tahun ke tahun.
4) PDRB menurut sektor menunjukkan besarnya stuktur
perekonomian dan peranan sektor perekonomiaan dalam suatu
wilayah, sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar
menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.
5) PDRB menurut penggunaan menunjukkan bagaimana produk
barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan
diperdagangkan dengan pihak luar.
6) Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan
kelembagaan menurut barang dan jasa yang dihasilkan sektor
ekonomi.
7) PDRB menurut penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat
untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan
perdagangan luar negeri maupun perdagangan antar pulau atau
provinsi.
8) PDRB dan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan
nilai PDRB dan PDRB perkapita atau persatu orang.
9) PDRB dan PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
c. Metode Perhitungan PDRB
Untuk menghitung nilai PDRB dilakukan dengan beberapa metode
/ cara / pendekatan, sebagai berikut :
1) Pendekatan Produksi adalah PDRB yang disusun melalui
pendekatan produksi menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan
oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah atau
merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). PDRB ini
disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut pula
sebagai PDRB ditinjau dari sisi penyediaan (supply side).
2) Pendekatan Pengeluaran atau Penggunaan atau Belanja adalah
PDRB yang disusun melalui pendekatan pengeluaran yang
menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan atau
dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di
dalam wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah.
PDRB ini disebut sebagai PDRB menurut penggunaan atau PDRB
menurut pengeluaran (Gross Regional Domestic Product by
Expenditure), atau biasa juga disebut sebagai PDRB yang ditinjau
dari sisi permintaan (demand side).
3) Pendekatan pendapatan, merupakan pendekatan yang dilakukan
dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi, yang meliputi :
a) Upah gaji merupakan balas jasa faktor produksi tenaga kerja.
b) Sewa tanah merupakan balas jasa faktor produksi tanah.
c) Bunga modal balas jasa faktor produksi modal.
d) Keuntungan balas jasa faktor produksi skill atau wiraswata.
4)
Metode alokasi, model pendekatan ini digunakan karena dengandata yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakan
perhitungan pendapatan regional dengan metode langsung.
d. Cara Penyajian PDRB
Adapun cara penyajian PDRB tersebut dapat dilakukan dengan :
1) PDRB atas harga berlaku, yakni semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik
pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian
komponen nilai PDRB. Jadi, PDRB atas harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga
2) PDRB atas harga konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga tetap, perkembangan agregat pendapatan dari tahun
ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi rill, bukan
karena kenaikan harga atau inflasi. Jadi, PDRB harga konstan
menunjukkan nilai tambah dan jasa yang dihitung menggunakan
e. Perubahan Tahun Dasar PDRB
Teknologi dan perekonomian tiap tahun senantiasa mengalami
perkembangan dan berakibat pada perubahan struktur ekonomi secara
terus menerus. Perkembangan ekonomi dunia yang diwarnai dengan
adanya globalisasi berpengaruh terhadap perekonomian regional /
domestik. Terjadinya krisis perekonomian suatu kawasan akan
berdampak adanya perubahan struktur ekonomi sehingga penggunaan
tahun dasar dibawah tahun 2000 tidak representatif lagi digunakan
sebagai tahun dasar perhitungan PDRB.
Berdasarkan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menyatakan bahwa estimasi PDB / PDRB atas dasar konstan harus
dimuktakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun refrensi
yang berakhiran 0-5. Hal ini dimaksudkan agar besaran angka-angka
PDB / PDRB dapat saling diperbandingkan antar negara, provinsi,
kabupaten dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja
perekonomian nasional atau wilayah.
Tahun dasar yang dianggap reprensentatif untuk mengukur laju
perekonomian adalah tahun dasar 2000. Hal ini dikarenakan tahun
tersebut dianggap relatif lebih stabil setelah krisis ekonomi dan politik
Indonesia tahun 1997. Cara penyamaan tahun dasar dapat dilakukan
dengan membandingkan nominal atau angka PDRB yang tertera pada
tahun dasar yang berbeda (1983, 1988, 1993) dengan PDRB tahun
dasar 2000.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pengertian PAD
Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan sejumlah dana
yang diperoleh atau berasal dari berbagai sumber yang dikelola oleh
daerah. Dalam otonomi daerah pembangunan ekonomi suatu daerah
dilakukan berdasarkan kemampuan pendapatan daerah karena hak atas
pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah dan pembangunan
ekonomi di daerah, telah diserahkan secara otonom kepada Pemerintah
Daerah yaitu Pemerintah Kabupaten dan Kota.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh
daerah, yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Mulyanto, 2007:48).
Selain itu, PAD juga dapat diartikan sebagai pendapatan yang
bersumber dari pungutan-pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat
dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha, baik milik
pemerintah atau swasta karena perolehan jasa yang diberikan
pemerintah daerah tersebut, maka daerah dapat melaksanakan
pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan
lainnya yang sah diatur dalam undang-undang.
b. Sumber-Sumber PAD
Menurut Undang-Undang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Nomor 33 Pasal 6 ayat 1-2
1) Pajak daerah
2) Retribusi daerah
3) Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang sah, meliputi :
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Jasa giro
c) Pendapatan bunga
d) Keuntungan selisih nilai rupiah terhadap mata uang asing
e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat penjualan
dan atau pengadaan barang / jasa oleh daerah
c. Hubungan PAD dengan PDRB
Pelaksanaan otonomi daerah melalui desentralisasi fiskal akan
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat, karena pemerintah sub nasional / pemerintah daerah akan
lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik
(Oates dalam Hadi Sasana, 2009:106). Berdasarkan UU No. 33 Pasal 5 ayat 2 Tahun 2004, salah satu sumber penerimaan yang digunakan
untuk pendanaan pemerintah daerah dalam pelaksanaan desentralisasi
fiskal adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ini berarti peningkatan
PAD sebenarnya merupakan ekses dari pertumbuhan ekonomi
(PDRB). Daerah yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai
kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD.
Desentralisasi fiskal di negara-negara berkembang apabila tidak
merugikan kondisi ekonomi dan efisiensi. Desentralisasi fiskal
memungkinkan untuk melakukan korupsi pada level lokal / daerah.
Oleh karena itu, peningkatan PAD akan dapat menurunkan
pertumbuhan ekonomi (PDRB) di daerah tersebut.
4. Kredit
a. Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Pasal 1 ayat 11
Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula
dalam bahasa latin kredit berarti ”credere” artinya percaya. Maksud
dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si
penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan
dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit
merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban
untuk membayar sesuai jangka waktu (Kasmir, 2002:92-93).
Menurut Thomas Suyatno (1995), mengatakan bahwa kredit adalah
hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang,
karena penyerahan barang-barang sekarang.
b. Tujuan dan Fungsi Kredit
Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain (Kasmir,
2002:96-98):
1) Mencari keuntungan
2) Membantu usaha nasabah
3) Membantu pemerintah
Kemudian disamping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit memiliki
fungsi sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang.
4) Meningkatkan peredaran barang.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional.
c. Hubungan Kredit dengan PDRB
Untuk mencapai kondisi perekonomian (PDRB) yang tinggi,
diperlukan sumber pembiayaan yang akan membiayai proses
pembangunan, baik di pusat maupun di daerah. Salah satu sumber
pembiayaan tersebut adalah perbankan. Keberadaan bank / perbankan
yang sehat merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat,
baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem.
Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai fungsi-fungsi yang
sangat diperlukan dalam perekonomian, seperti memperlancar
pembayaran, sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter dan fungsi
intermediasi. Sebagai lembaga intermediasi, perbankan akan
menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang
umumnya digunakan untuk membantu proses produksi output (modal
usaha), investasi dan konsumsi. Semakin besar nilai kredit yang
disalurkan kepada masyarakat, maka semakin meningkat nilai
pertumbuhan ekonomi (PDRB) di daerah tersebut karena proses
produksi barang dan jasa yang baik dan lancar akan mengakibatkan
tingkat kesejahteraan penduduknya merata.
5. Tabungan
a. Pengertian Tabungan
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Pasal 1 ayat 9 Tahun
1998, tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan / atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Selain itu, tabungan dapat didefinisikan
sebagai simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
b. Hubungan Tabungan dengan PDRB
Tabungan merupakan salah satu jenis pembiayaan dalam negeri.
Tabungan dihimpun dan diciptakan dengan cara menghemat atau
masyarakat. Teori Rostow menjelaskan bahwa salah satu cara untuk
mempercepat kondisi / pertumbuhan ekonomi yang baik adalah dengan
memperkuat tabungan nasional. Teori ini diperjelas lagi dengan teori
Harrod-Domar yang menyebutkan bahwa semakin banyak porsi PDB /
PDRB yang ditabung akan menambah capital stock sehingga
meningkatkan perekonomian. Kedua teori tersebut menjelaskan bahwa
tingkat tabungan dan capital stock yang tinggi akan meningkatkan
kondisi / pertumbuhan ekonomi. Namun, beberapa studi empiris
menunjukkan hasil yang berbeda antara negara-negara di Eropa Timur
dan di Afrika. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang
mempengaruhi kondisi ekonomi, seperti kualitas SDM dan
infrastruktur pendukung lainnya.
Sejalan dengan hal itu, model Solow menunjukkan bahwa tingkat
tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada
kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika tingkat tabungan tinggi,
maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar
dan tingkat output yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model
Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal.
Defisit anggaran yang terus menerus dapat mengurangi tingkat
tabungan nasional dan menyusutkan kemampuan berinvestasi.
Konsekuensinya dalam jangka panjang, yakni rendahnya persediaan
modal dan pendapatan nasional.
Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, menurut
pertumbuhan untuk sementara waktu sampai perekonomian mencapai
kondisi steady-state baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika
perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka
hal itu hanya akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan
tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan
yang tinggi.
6. Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah
a. Pengertian Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah
Belanja daerah / pengeluaran pemerintah adalah nilai pembelanjaan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang digunakan terutama untuk
kepentingan masyarakat. Menurut Undang-Undang No. 33 Pasal 1 ayat
14 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, pengertian belanja daerah adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
b. Hubungan Belanja Daerah / Pengeluaran Pemerintah Daerah
dengan PDRB
Salah satu komponen dalam permintaan agregat (aggregate
demand / AD) adalah pengeluaran pemerintah. Secara teori dinyatakan
bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat, maka AD akan
meningkat. Selain itu, peranan pengeluaran pemerintah di negara
sedang berkembang sangat signifikan mengingat kemampuan sektor
swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi relatif terbatas
terjadi pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi diukur
dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka peningkatan
PDRB berarti peningkatan pendapatan.
Menurut Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith (2004:92) bahwa
ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari
setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah (1) akumulasi modal yang
meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada
tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumberdaya manusia; (2)
pertumbuhan penduduk; dan (3) kemajuan teknologi. Dalam hal ini
pengeluaran pemerintah berperan dalam pembentukan modal untuk
membiayai pembangunan diberbagai bidang seperti sarana dan
prasarana publik. Adanya berbagai fasilitas publik yang memadai, akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan /
kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat yang tinggi mengakibatkan kemampuan
masyarakat untuk membayar pajak juga naik. Sebagaimana diketahui
bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang
digunakan untuk membiayai pembangunan, maka peningkatan pajak
berarti peningkatan pengeluaran pemerintah. Keadaan ini membuat
suatu siklus yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Kenaikan
pengeluaran pemerintah akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi (PDRB) dan kenaikan pertumbuhan ekonomi (PDRB) akan
meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah untuk membiayai
7. Kepadatan Penduduk
a. Pengertian Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi
satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam sosiologi,
penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi
dan ruang tertentu. Penduduk suatu negara atau daerah bisa
didefinisikan menjadi dua:
1) Orang yang tinggal di daerah tersebut.
2) Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain, orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal
di daerah tersebut. Kepadatan penduduk merupakan rasio jumlah
penduduk suatu wilayah dengan luas wilayah dalam satu tahun.
b. Pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap PDRB
Kebijakan tentang penduduk yang ditinjau berdasarkan penelitian
empiris, menyatakan bahwa jumlah penduduk yang tinggi bukan
merupakan penyebab utama timbulnya masalah pengangguran,
kemiskinan, dan malnutrisi. Namun, penduduk menjadi faktor yang
memperburuk masalah tersebut, sehingga harus sejalan dengan
kebijakan lain / faktor lain untuk memperbaiki masalah tersebut.
Menurut Ira Setiati (1996) penduduk merupakan salah satu faktor
yang signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan
kontribusi berupa skala ekonomis yang meningkatkan efisiensi sektor
pemerintah / berpengaruh secara statistik terhadap output riil dalam hal
ini PDRB menurut harga konstan dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Ini berarti dengan adanya kepadatan penduduk yang tinggi,
maka mampu menambah pendapatan regional daerah sehingga
kegiatan ekonomi akan berlangsung secara baik (terjadi kenaikan
PDRB). Jika kebijakan terhadap penduduk sejalan dengan kebijakan di
dalam suatu daerah / wilayah.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk mendukung
penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain :
1. Adearman Purba (2006) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Simalungun”.
Berdasarkan hasil estimasi dengan metode OLS menunjukkan bahwa
pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin berpengaruh negatif dan
positif, tetapi kedua variabel tersebut tidak memberikan pengaruh yang
berarti secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Simalungun. Sedangkan, jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi
tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan secara statistik
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun dengan tingkat
kepercayaan yang berbeda. Dengan demikian selama kurun waktu
1976-2003, pengeluaran pemerintah di Kabupaten Simalungun, baik
dampak yang berarti dalam mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Simalungun.
2. Daslan Simanjuntak (2006) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Labuhan Batu”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) nilai
koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9957 berarti secara keseluruhan variabel bebas dalam persamaan tersebut yakni PAD, DAU, dan
pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya {PDRB(-1)} cukup mampu
menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Kabupaten Labuhan
Batu sebesar 99,57% selama kurun waktu penelitian, sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan tersebut.
2) variabel bebas tersebut secara simultan memberikan pengaruh yang
cukup signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. 3) bila
dianalisis secara parsial, keseluruhan dari masing-masing variabel tersebut
juga memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu, di mana variabel PAD memberikan
pengaruh yang positif sebesar 0,0785 dan signifikan pada tingkat
kepercayaan 90%.
3. Junawi Hartasi Saragih (2009) dengan judul penelitian “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi (Studi Komparatif :
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat)”. Berdasarkan hasil
estimasi data time series dengan model OLS menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah daerah, tingkat pendidikan, dan total nilai tambah
industri mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Langkat.
4. Yunan (2009) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kredit perbankan, nilai
ekspor, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat
kepercayaan 99 persen atau α = 1%, dengan nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 98,46 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
semakin meningkat secara signifikan dengan meningkatnya kredit
perbankan, pengeluaran pemerintah dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan
nilai ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
C. Kerangka Pemikiran
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah otonom yang juga
sedang mengalami proses pembangunan ekonomi. Pencapaian hasil-hasil
pembangunan di Provinsi Jawa Tengah tersebut sangat dipengaruhi oleh
keberadaan kabupaten / kota yang berada pada wilayah provinsi tersebut
termasuk sumberdaya yang dimilikinya. Untuk dapat menganalisis kondisi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan / pertumbuhan PDRB,
antara lain Pendapatan Asli Daerah (PAD), kredit, tabungan, belanja daerah
dan kepadatan penduduk.
Berdasarkan data pada tabel I.1 dan I.2, diketahui kondisi perekonomian
Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2005-2009, jika dilihat dari nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita masih tergolong
tertinggal bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Jawa. Selain itu,
bila dilihat dari laju pertumbuhan ekonominya mengalami fluktuasi selama
kurun waktu tersebut, terutama pada tahun 2009, nilai laju pertumbuhannya
mengalami penurunan yang sangat drastis dari 5,46 persen di tahun 2008
menjadi 4,71 persen sebagai dampak krisis global yang melanda dunia.
Dari kondisi tersebut, kemudian diimplementasikan sehingga dapat
ditentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah penarikan dan
pengalokasian PAD, kredit, dan tabungan sebagai sumber pendapatan daerah
untuk membiayai pembangunan dan realisasi belanja daerah untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui pembangunan sarana dan
prasana publik serta masalah kepadatan penduduk, dan juga masalah-masalah
lain yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Dari uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran mengenai
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi PDRB Kabupaten /
Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009” sebagai berikut:
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diduga variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009.
2. Diduga variabel kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi
PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
3. Diduga variabel tabungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
4. Diduga variabel belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
5. Diduga variabel kepadatan penduduk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun
2009.
PAD Kredit Tabungan
PDRB Kabupaten / Kota di Jawa Tengah
Belanja Daerah
Kepadatan Penduduk
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian / Desain Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun
2009. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kredit,
Tabungan, Belanja Daerah dan Kepadatan Penduduk terhadap kondisi PDRB
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009.
B. Sumber Data dan Jenis Data
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, jenis
data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan
sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari lembaga terkait
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan sumber-sumber
referensi studi kepustakaan seperti jurnal, artikel, surat kabar, majalah, buku
ataupun situs website yang mendukung.
Data sekunder yang digunakan adalah data cross section yaitu berupa 35
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah sehingga terdapat 35 observasi.
Pemilihan tahun ini disebabkan karena perekonomian pada tahun 2009 terjadi
krisis global dunia yang dampaknya sedikit banyak dirasakan sampai di
tersebut menarik untuk diamati dengan data-data yang tersedia pada tahun
tersebut. Secara umum data-data dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi
Badan Pusat Statistik Provinsi, khususnya Provinsi Jawa Tengah, Statistik
Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi, publikasi Badan Pusat Statistik
Indonesia dan instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi :
1. PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah
Dalam penelitian ini PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah
merupakan variabel dependen. PDRB kabupaten / kota di Provinsi Jawa
Tengah diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah tanpa migas menurut
harga konstan tahun 2000 yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah melalui
pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan PAD
yang sah lainnya. PAD tersebut merupakan realisasi PAD menurut
kabupaten / kota di Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan ribu
rupiah.
3. Kredit
Kredit tersebut merupakan posisi kredit rupiah dan valuta asing pada bank
proyek untuk membantu proses pembangunan / produksi output dalam
suatu daerah yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
4. Tabungan
Tabungan tersebut merupakan posisi tabungan menurut kabupaten / kota di
Provinsi Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
5. Belanja Daerah
Belanja daerah tersebut merupakan realisasi belanja daerah menurut
kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah dinyatakan dalam satuan ribu
rupiah.
6. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan banyaknya penduduk per km2 menurut kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah yang dinyatakan dalam satuan
jiwa / km2. Rumus perhitungan kepadatan penduduk :
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu mengumpulkan
catatan-catatan / data-data yang diperlukan sesuai penelitian yang akan
dilakukan yang bersumber dari instansi atau lembaga terkait. Data yang akan
dikumpulkan diperoleh dari jurnal, buku-buku literatur, Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Jawa Tengah, maupun publikasi lainnya.
Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk suatu wilayah (jiwa) Luas wilayah (km2)
E. Alat Analisis Data / Metode Analisis Data
Untuk menganalisis dan menguji pengaruh variabel independen (PAD,
Kredit, Tabungan, Belanja Daerah dan Kepadatan Penduduk) terhadap
variabel dependennya (PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah)
digunakan model regresi dengan menggunakan fungsi Regresi Linear
Berganda melalui perhitungan program Eviews 3.0, yaitu analisis peramalan
yang menggunakan lebih dari 1 variabel bebas, dengan metode Ordinary Least
Square (OLS). Model yang digunakan adalah sebagai berikut :
PDRB = b0+b1PAD+b2KRDT+b3TAB+b4BD+b5KP+ei
Dimana :
PDRB = PDRB Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah
PAD = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
KRDT = Kredit
TAB = Tabungan
BD = Belanja Daerah
KP = Kepadatan Penduduk
5 1 b
b - = Koefisien regresi
0
b = Konstanta
ei = Variabel Pengganggu
Selain menganalisis hubungan variabel dependen dengan variabel
independen, maka akan diadakan pengujian terhadap hipotesis. Teori
pengujian hipotesis berkenaan dengan pengembangan aturan atau prosedur
untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis. Hal ini
Uji Statistik
Proses analisa yang akan dilakukan melalui pengujian variabel-variabel
independen yang meliputi uji t (uji individu), uji F (uji bersama-sama), dan uji
R2 (uji koefisien determinasi). a. Uji t
Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel independen secara
individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel
dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau
konstan. Langkah-langkah pengujian t test adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesisnya
a) Ho : β1 = 0
Berarti koefisien regresi tidak signifikan pada tingkat α atau suatu
variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b) Ha : β1 ¹ 0
Berarti koefisien regresi signifikan pada tingkat α atau suatu
variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2) Melakukan penghitungan nilai t sebagai berikut:
a) Nilai t tabel = t α/2;N – K ...(1.1) Keterangan:
a = derajat signifikansi (α = 5%)
Ho ditolak
Se (bi) = standard error koefisien regresi
3) Kriteria pengujian
Gambar III.1 Daerah Kritis Uji t
4) Kesimpulan
a) Apabila nilai -t tabel < t hitung < t tabel atau probabilitasnya lebih besar dari 5%, maka Ho diterima. Artinya koefisien regresi tidak signifikan pada tingkat α atau suatu variabel independen secara
individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel atau probabilitasnya kurang dari 5%, maka Ho ditolak. Artinya koefisien regresi signifikan pada tingkat α atau suatu variabel independen
secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji F
Uji F ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen
yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan.
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :
1) Menentukan Hipotesis
a) H0 : b1 = b2 = b3 = β4 = β5 = 0
Berarti semua koefisien regresi secara bersama-sama tidak
signifikan pada tingkat α atau semua variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b) Ha : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ β4 ¹ β5 ¹ 0
Berarti semua koefisien regresi secara bersama-sama signifikan
pada tingkat α atau semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut:
Ho diterima Ho ditolak
F (a; K-1; N-K) N = jumlah observasi atau sampel
K = banyaknya variabel
3) Kriteria pengujian
Gambar III.2 Daerah Kritis Uji F
4) Kesimpulan
a) Apabila nilai F hitung < F tabel atau probabilitasnya kurang dari 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya Berarti semua koefisien
regresi secara bersama-sama tidak signifikan pada tingkat α atau
semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai F hitung > F tabel atau probabilitasnya lebih dari 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Berarti semua koefisien
regresi secara bersama-sama signifikan pada tingkat α atau semua
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
c. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R2 untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang
ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara nol dan satu (0 < R2 < 1). Jika koefisien determinasi (R2) mendekati 0, artinya variabel
independen tidak dapat menjelaskan variabel dependen, sedangkan jika
koefisien determinasi mendekati 1, artinya variabel independen dapat
menjelaskan dengan baik variabel dependennya, atau dengan kata lain
model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati
nilai 1.
Uji Asumsi Klasik
Dalam regresi linier klasik terdapat faktor pengganggu, model yang baik
mengharapkan faktor-faktor pengganggu tidak muncul. Untuk mengetahui ada
tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model, maka digunakan pengujian
asumsi klasik terhadap model tersebut. Uji asumsi klasik yang digunakan
adalah :
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih
dari satu hubungan linear pasti di antara beberapa atau semua variabel
independen dari model regresi (Gujarati, 1995: 157). Salah satu asumsi
model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa
atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat
multikolinearitas, maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang
besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.
Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas
adalah menggunakan pengujian dengan metode pendekatan Koutsoyiannis.
Metode yang dikembangkan oleh Koutsoyiannis ini menggunakan cara
coba dalam memasukkan variabel bebas. Berdasarkan hasil