commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP
ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI III SENDANG, WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
LANJAR ISTIKA YUNIANTI X7109059
PROGRAM STUDI S1 PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP
ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III
SD NEGERI III SENDANG, WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Disusun Oleh :
LANJAR ISTIKA YUNIANTI X7109059
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai ketuntasan belajar IPA siswa di kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri dalam pembelajaran IPA dengan penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011 berjumlah 16 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dan tes. Sedangkan, teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan penerapan Pendekatan Ketrampilan Proses dapat mencapai ketuntasan belajar IPA siswa pada materi konsep energi gerak. Ketuntasan belajar IPA siswa dapat dibuktikan dengan meningkatnya siswa yang tuntas belajar dengan memperoleh nilai KKM > 65, yaitu: sebelum tindakan sebanyak 7 siswa tuntas (43,75%), kemudian pada siklus I menjadi 10 siswa tuntas (62,50%), selanjutnya pada siklus II meningkat kembali menjadi 11 siswa tuntas (68,75%), dan pada siklus III terjadi peningkatan menjadi 14 siswa tuntas (87,50%). Selain itu, nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa pada kondisi awal adalah 55,5, pada siklus I nilai rata hasil belajar IPA siswa menjadi 70,81, kemudian pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa menjadi 77,66, dan nilai rata-rata-rata-rata hasil belajar pada siklus III meningkat menjadi 86,13.
commit to user
ABSTRACT
Lanjar Istika Yunianti. X7109059. APPLICATION OF PROCESS SKILL APPROACH IN ACHIEVING EXHAUSTIVENESS LEARNING CONCEPTS OF MOTION ENERGY IN THE THIRD GRADE STUDENTS OF SD NEGERI III SENDANG WONOGIRI OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011.
Purpose of research was to achieve exhaustiveness studying science student in third grade SD Negeri III Sendang Wonogiri in learning science with Application of Process Skills Approach.
Method used in this study was classroom action research it conducted three cycles. The research procedure consists of four stages including planning, action implementation, observation, and reflection. Subjects used in the research were third grade students of SD Negeri III Sendang Wonogiri 2010/2011 Academic Year, amounting to 16 students consisting of 9 male students and 7 female students. The data collection techniques used were questionnaires, observation, and tests. Whereas, data analysis technique used is an interactive analytical includes three components, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on the results of research can be concluded that with application of science learning process skills approach can achieve exhaustiveness students science learn concepts of energy motion. Exhaustiveness students science learn can be proved with the increase of students study completed by obtaining value of KKM > 65, were before action of 7 students completed (43.75%), then on first cycle to 10 students complete (62.50%), then in the second cycle of increased again to 11 students complete (68.75%), and the third cycle there was increased to 14 students complete (87.50%). In addition, average grade of evaluation test on science learning in beginning condition was 55,5. In first cycle, the average grade increased to 70.81, then in second cycle the average grade to 77,66. And the third cycle there was increased to 86.13.
commit to user
MOTTO
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia Shalat”
(Q.S Al. A’la : 14-15)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya”
(Q.S Ibrahim : 24-25)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
• Ayahku (Joko Purwono) dan ibuku tercinta (Dwi Lasmini) yang selalu memberiku cinta, kasih sayang, doa serta semangat dan dukungan untuk
menjadi orang yang lebih baik.
• Kakakku (Lanjar Ismi Dwi Jayanti) dan adikku (Lanjar Arga Anggara) yang
selalu memberikan dukungan serta keceriaan.
• Teman-temanku S1 PGSD Angkatan 2009 khususnya kelas B, terima kasih
atas semangat persahabatan kalian yang mewarnai hidupku.
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
“PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR KONSEP ENERGI GERAK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI III SENDANG WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”, guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
penulisan skripsi,
2. Drs. R. Indianto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan persetujuan skripsi,
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar,
5. Drs. Kartono, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar,
6. Dra. Mg. Dwijiastuti, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar,
7. Dra. Siti Wahyuningsih, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan saran, arahan, serta bimbingan selama menjadi mahasiswa di
commit to user
8. Umiyati, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri III Sendang Wonogiri yang telah
memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas,
9. Joko Purwono, S.Pd, selaku Guru Kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri
yang telah memberikan bantuan serta saran kepada penulis selama melakukan
penelitian tindakan kelas,
10. Teman-temanku S1 PGSD Angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan,
semangat, dan kerja sama selama ini, dan
11. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuannya
terhadap penulis skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan penulis di
kemudian hari akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat
memberi manfaat kepada para pembaca.
Surakarta, Juni 2011
commit to user
F. Indikator Kinerja ...
G. Prosedur Penelitian ... 39
40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal Sebelum Tindakan ...
B. Deskripsi Tindakan Penelitian ...
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44
46
65 BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...
B. Implikasi ...
C. Saran ... 67
68
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rubrik Penilaian Percobaaan ... 28 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Kondisi Awal
Sebelum Tindakan ... 44 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus I ... 50 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus II ... 56 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang Pada Siklus III ... 63
Tabel 6. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD Negeri III
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Rumus Hitung Hasil Nilai Siswa ... 27
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir ... 32
Gambar 3. Bagan Teknik Analisis Data ... 38
Gambar 4. Gambaran Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 40
Gambar 5. Siswa Melakukan Percobaan Gerak Benda ... 97
Gambar 6. Siswa Menuliskan Hasil Kerja Kelompok ... 97
Gambar 7. Siswa Bekerja Kelompok Saat Percobaan Gerak Benda 97 Gambar 8. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Siklus I ... 97
Gambar 9. Siswa Membuat Laporan Dari Percobaan Gerak Benda 97 Gambar 10. Guru Mengawasi Siswa Saat Mengerjakan Soal
Gambar 14. Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Akhir Siklus II ... 124
Gambar 15. Guru Mengawasi Siswa Saat Mengerjakan Soal ... 124
Gambar 16. Guru Member Pengarahan Pada Siswa Dalam Melakukan Percobaan Kincir Air ... 150
Gambar 17. Siswa Bekerja Sama Merangkai Kincir Air ... 150
Gambar 18. Guru Kelas Ikut Membimbing Saat Percobaan Berlangsung ... 150
Gambar 19. Siswa Merangkai Kincir Air ... 150
Gambar 20. Siswa Membuat Rangka Kincir Air ... 150
Gambar 21. Guru Dan Siswa Melakukan Percobaan Menghidupkan Lampu Pijar ... 150 Gambar 22. Hasil Percobaan Lampu Pijar Menyala ... 151
Gambar 23. Siswa Membuat Laporan Ddari Percobaan Kincir Air .. 151
Gambar 24. Guru Mengawasi Siswa Saat Mengerjakan Soal Evaluasi ... 151
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan .... 45
Grafik 2 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Siklus I ... 50 Grafik 3 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Siklus II ... 57 Grafik 4 Grafik Ketuntasan Belajar dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III
SD Negeri III Sendang Pada Siklus III ... 64 Grafik 5 Grafik Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas III SD
Negeri III Sendang Pada Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II, dan
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian PTK... 72
Lampiran 2 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Kondisi Awal ... 73
Lampiran 3 Silabus Kelas III Semester II ... 74
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 75
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan I ... 84
Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I ... 87
Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan II ... 90
Lampiran 8 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II ... 93
Lampiran 9 Angket Refleksi Siswa Setelah Siklus I ... 96
Lampiran 10 Foto Pelaksanaan Siklus I ... 97
Lampiran 11 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus I ... 98
Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99
Lampiran 13 Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan I ... 111
Lampiran 14 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan I ... 114
Lampiran 15 Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan II ... 117
Lampiran 16 Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan II ... 120
Lampiran 17 Angket Refleksi Siswa Setelah Siklus II ... 123
Lampiran 18 Foto Pelaksanaan Siklus II ... 124
Lampiran 19 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus II ... 125
Lampiran 20 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 126
Lampiran 21 Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan I ... 137
Lampiran 22 Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan I ... 140
Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Siklus III Pertemuan II ... 143
Lampiran 24 Lembar Observasi Siswa Siklus III Pertemuan II ... 146
Lampiran 25 Angket Refleksi Siswa Setelah Siklus III ... 149
Lampiran 26 Foto Pelaksanaan Siklus III ... 150
Lampiran 27 Nilai Hasil Belajar dan Ketuntasan Siklus III ... 152
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA atau sains merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai
hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia serta makhluk lain
(Amien dalam Ali nugraha, 2005:3). Pembelajaran IPA sangat berperan dalam
proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya
untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang
mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia
sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan
alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan
IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia
pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti
dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan
tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di
Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sains penting dan menjadi tolak ukur
kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak
begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik
yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran
IPA serta kurikulum yang diberlakukan sesuai atau malah mempersulit pihak
sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh pendidikan IPA sendiri
berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan komunikasi
antara siswa dan guru.
Oleh sebab itu untuk memperbaiki pendidikan IPA diperlukan
pembenahan kurikulum dan pengajaran yang tepat dalam pendidikan IPA.
commit to user
saat ini sedang dikembangkan di sekolah-sekolah, yaitu KTSP. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesat. Hal ini erat
hubungannya dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi
memberikan wahana yang memungkinkan IPA. Perkembangan IPA yang begitu
pesat menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan
pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep yang dapat menunjang
kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Kreatifitas sumber daya manusia
merupakan syarat mutlak yang harus ditingkatkan untuk dapat menyesuaikan
perkembangan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya masyarakat
adalah melalui pendidikan. Pembaharuan di bidang pendidikan terus dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya adalah pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan menekankan keterlibatan siswa secara aktif dan berusaha menemukan
konsep sendiri dalam proses pembelajaran disemua mata pelajaran termasuk IPA.
Guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar
secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media dan
sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral belajar,
siswa yang lebih aktif, mencari dan memecahkan permasalahan belajar dan guru
membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala, kesulitan dalam
memahami dan memecahkan permasalahan serta mendorong siswa untuk
menggunakan keterampilan proses serta menerapkan inovasi model pembelajaran
sehingga pembelajaran IPA mampu mengembangkan life skill yang merupakan
implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ali Nugraha, 2005 :
10).
Kenyataan menunjukkan bahwa metode pembelajaran konvensional
masih mendominasi dalam proses mengajar IPA. Pembelajaran konvensional
yang umum dilakukan adalah metode mengajar dalam bentuk ceramah atau
metode mengajar secara informatif, pengajar lebih banyak berbicara dan bercerita
untuk menginformasikan semua fakta dan konsep sedangkan siswa hanya
mendengarkan dan mencatat hal-hal yang disampaikan pengajar tersebut. Siswa
commit to user
mengembangkan konsep. Guru tidak begitu peduli apakah konsep dan rumus
tersebut benar atau salah, akan tetapi lebih peduli pada hasil belajar yang berupa
nilai angka. Metode pembelajaran konvensional dapat menyebabkan minat belajar
siswa menjadi rendah karena metode ini kurang menarik, menghalangi respon
siswa dan daya minat. Salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik
dan semangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif
dalam pencapaian prestasi belajar. Seorang guru harus memiliki kemampuan
dalam memilih pendekatan pembelajaran dan sekaligus menggunakan metode
pembelajaran yang tepat untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.
Ketidaktepatan penggunaan metode mengajar sering menimbulkan kejenuhan
dalam mengikuti pelajaran dan materi yang diajarkan kurang dapat dipahami
sehingga mengakibatkan siswa menjadi apatis.
Suatu teknik yang banyak digunakan dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran IPA adalah metode praktik. Praktikum merupakan salah satu
kegiatan laboratorium yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar IPA. Siswa dapat belajar melalui pengamatan langsung terhadap
meteri dalam IPA, dapat melatih keterampilan berfikir ilmiah, dapat menanamkan
dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai
masalah baru melalui metode ilmiah tersebut. Iklim belajar mengajar dapat
dikembangkan apabila guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan fisik maupun
mental sesuai dengan taraf kemampuannya. Jadi tugas guru bukan hanya
memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring
siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta menemukan
fakta dan konsep sendiri. Pembelajaran IPA juga perlu disusun sedemikian rupa
sehingga siswa terlibat secara aktif. Para ahli psikologi umumnya sependapat
bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan, maka semakin besar
baginya untuk mengalami proses belajar. Biasanya apabila guru berpikir tentang
belajar, ia menganggap bahwa siswa sedang mengasimilasi beberapa informasi.
commit to user
pembentukan manusia seutuhnya (a fully functioning person). Hal ini berarti
pembelajaran yang baik harus meliputi aspek psikomotorik, aspek afektif dan
aspek kognitif. Siswa akan mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak jika
disertai contoh-contoh yang konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan
kondisi yang dihadapi, dengan mempraktikkannya sendiri. Perkembangan pikiran
(kognitif) anak sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Proses
belajar mengajar yang digunakan harus berfokus pada keaktifan siswa dan guru
memposisikan diri sebagai fasilitator sehingga siswa mendapatkan kesempatan
seluasnya untuk mengembangkan diri sesuai dengan taraf kemampuannya dalam
rangka menanamkan sikap dan nilai pada siswa.
Keaktifan siswa di sekolah dasar pada umumnya masih kurang dan
kegiatan pembelajaran cenderung terpusat pada guru. Hal ini disebabkan proses
pembelajaran lebih menekankan pada bercerita dan mendengarkan saja, tidak
terkecuali pada pokok materi energi gerak yang merupakan materi yang cukup
mudah. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian menyatakan
bahwa sebagian materi energi gerak merupakan percobaan. Tujuan
dilaksanakannya percobaan adalah supaya siswa dapat mengamati dan mengalami
secara langsung materi energi gerak sehingga siswa lebih mudah menguasai
materi ini. Namun pada umumnya guru masih belum mengarahkan siswa untuk
melakukan percobaan yang mendukung pengetahuan mereka tentang energi gerak
yang bisa diterapkan dengan percobaan atau praktikum.
Hal ini juga dipengaruhi dengan terbatasnya media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran, sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan siswa yang tidak
dapat diterima secara langsung hanya sekedar teori saja. Penugasan yang
diberikan kepada siswa pun hanya terbatas pada mengerjakan soal-soal di LKS.
Kondisi yang demikian mengakibatkan siswa menjadi cepat bosan dan akan
mempengaruhi hasil belajar siswa dalam segala aspek baik aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor. Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan adalah meningkatnya kualitas sumber daya siswa.
Salah satu indikator keberhasilan tersebut adalah tercapainya ketuntasan belajar
commit to user
yang standarnya ditentukan oleh sekolah. Adanya pemisahan penilaian
kemampuan ini menyebabkan siswa mau tidak mau harus menguasai semua
kompetensi tersebut. Ketuntasan dalam pembelajaran dilandasi dengan dua
asumsi yaitu adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan
potensial atau bakat (berdasarkan teori John B. Carrol) dan pembelajaran
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur sehingga peserta didik akan mampu
menguasai bahan yang disajikan kepadanya (Ali Nugraha, 2005 : 121).
Hal ini tebukti dari hasil observasi awal, penulis menemukan bahwa
terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran IPA yang selama ini
diterapkan di kelas III SDN III Sendang, Wonogiri, antara lain:
1. metode penyampaian materi energi gerak hanya berlangsung dari satu arah
(pihak guru) atau dikenal dengan metode ceramah,
2. kurangnya keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Menurut pendapat dari para siswa, mereka menyampaikan bahwa
kesulitan dalam mata pelajaran IPA, antara lain :
a. Kesulitan dalam memahami dan menghafal konsep energi gerak yang
abstrak.
b. Kesulitan mengaitkan konsep energi gerak dengan kehidupan sehari-hari
yang mereka alami atau yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil pengamatan menemukan bahwa rata-rata nilai IPA kelas III adalah
56,19. Jadi bisa dikatakan bahwa belum semua siswa tuntas pada mata pelajaran
IPA karena masih ada nilai di bawah 65. Input siswa kelas III SDN III Sendang,
Wonogiri, secara pengamatan kurang begitu berkualitas terbukti sebanyak 50 %
siswa kelas III memperoleh hasil di bawah nilai KKM yang telah ditentukan.
Dengan kata lain 85% dari seluruh pertanyaan dapat dijawab dengan benar dan
sebanyak 95% siswa mencapai taraf penguasaan yang ditentukan Benyamin S.
Bloom (Ali Nugraha, 2005 : 126-128).
Hal ini merupakan kelemahan yang harus diperbaiki. Sebagai calon
pendidik mempunyai kewajiban agar siswa mendapatkan metode pembelajaran
yang terbaik sehingga proses pembelajaran IPA dapat ditingkatkan.
commit to user
mengingat pentingnya proses pembelajaran IPA sebagai langkah untuk
meningkatkan prestasi belajar IPA.
Dalam meningkatkan belajar siswa khususnya ketuntasan belajar dalam
konsep energi gerak perlu diterapkan suatu pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran. Pendekatan Keterampilan Proses diartikan sebagai pendekatan
dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan kreatifitas
siswa untuk mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ke
tingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajarnya. Keterampilan
proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan atau keterampilan
yang diperoleh melalui pendekatan keterampilan proses yang berupa keterampilan
dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan tersebut diterapkan secara
bergantian dan seimbang. Keterampilan yang diterapkan antara lain, yaitu
keterampilan mengamati (siswa melihat benda yang bergerak, merasakan
hembusan angin), keterampilan menafsirkan (siswa menafsirkan berbagai alat dan
bahan yang tersedia untuk melakukan sebuah percobaan), keterampilan
meramalkan (siswa memprediksi gerakan turbin yang digerakkan oleh air),
keterampilan mengatur alat dan bahan (siswa menggunakan benda yang dapat
digerakkan), keterampilan merencanakan penelitian (siswa membuat percobaan
energi gerak dengan membuat kincir air untuk menghidupkan lampu pada
generator), keterampilan menentukan variabel-variabel (siswa mengetahui serta
mempraktekkan langkah kerja dalam melakukan percobaan pembuatan kincir air),
keterampilan menerapkan konsep (siswa menerapkan konsep gerak benda dalam
pembuatan kincir air), keterampilan berkomunikasi (siswa mengamati dan
mendeskripsikan benda kemudian menjelaskan deskripsi tentang gerakan kincir
air di depan kelas), dan keterampilan mengajukan pertanyaan (siswa mengajukan
pertanyaan pada guru tentang penggunaan energi gerak dalam kehidupan
sehari-hari). Dengan adanya pendekatan keterampilan proses ini siswa akan belajar
secara mandiri untuk menemukan pengetahuan secara langsung melalui
pengalaman.
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tindakan kelas
commit to user
Keterampilan Proses Dalam Mencapai Ketuntasan Belajar Konsep Energi Gerak
Pada Siswa Kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri, Tahun Pelajaran 2010 /
2011.”
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah
dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dapat mencapai ketuntasan
belajar pada pokok materi energi gerak bagi siswa kelas III SD Negeri III
Sendang, Wonogiri tahun pelajaran 2010 / 2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang ada, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah : untuk mencapai ketuntasan belajar siswa melalui penerapan pendekatan
keterampilan proses pada pokok materi energi gerak bagi siswa kelas III SD
Negeri III Sendang, Wonogiri tahun pelajaran 2010 / 2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Sebagai referensi atau sumber informasi untuk dapat melaksanakan suatu
sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar mengajar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
Dapat meningkatkan ketrampilan berpikir siswa, kerjasama dan
komunikasi, serta mempunyai keberanian dalam mengemukakan
pendapatnya di dalam kelas
b. Manfaat bagi guru
1) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi
pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran
commit to user
2) Semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses
pembelajaran.
c. Manfaat bagi sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan implementasi
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Proses Belajar dan Mengajar a. Pengertian Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan
antara stimulus dan respon (John Locke dalam Wina Sanjaya, 2006 : 114).
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengelolaan pemahaman (W.S. Winkel, 2007 : 56-68).
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku,
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Ngalim Purwanto
dalam http://edukasi.kompasiana.com, 5 Mei 2011)
Berdasarkan definisi belajar menurut beberapa pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu hal di mana
terjadi perubahan tingkah laku yang disebabkan karena adanya pengalaman.
Ciri khas bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah dengan
adanya perubahan pada diri orang tersebut, yaitu dari belum mampu menjadi
mampu. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan berbagai
aspek, yaitu: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap (Oemar Hamalik,
2008 : 30)
Dalam proses belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
kondisional yang ada (Oemar Hamalik, 20008 : 32). Faktor-faktor itu adalah
faktor kegiatan, latihan, keberhasilan, pengetahuan, asosiasi, pengalaman,
commit to user b. Pengertian Mengajar
Mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau
pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses ini sering juga dianggap sebagai
proses mentransfer ilmu. Mentransfer diartikan sebagai proses menyebarluaskan
atau menanamkan pengetahuan atau ketrampilan (Wina Sanjaya, 2008 : 96).
Mengajar dapat diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada
siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4)
memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari (Oemar Hamalik, 2008 : 44-53).
Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran
kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan
bahan pelajaran itu (Arifin dalam http://edukasi.kompasiana.com, 5 Mei 2011).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan dan bahkan menanamkan
sebuah informasi atau pengetahuan terhadap seseorang atau peserta didik agar
mampu menguasai dan mengembangkan pengetahuan tersebut untuk menjadi
bekal dalam menghadapi kehidupan dalam masyarakat.
c. Metode Mengajar
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal (Wina Sanjaya, 2008 : 147). Metode mengajar dapat
diartikan sebagai cara mengajar untuk mencapai tujuan. Semakin baik metode
mengajar seorang guru maka semakin efektif pula pencapaian tujuannya. Seorang
guru harus menetapkan terlebih dahulu metode yang sesuai dengan materi yang
akan diajarkan sebelum mengajar di kelas.
Dalam memilih metode mengajar yang akan digunakan perlu
commit to user
tujuan instruksional serta keterlaksanaannya dilihat dari waktu dan sarana yang
ada (Ibrahim dan Nana Syaodih, 2003 : 108).
2. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar a. Hakekat IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” yang
merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara
singkat sering disebut ”Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam (M. Iskandar, 2001 : 2).
Webster’s : New Collegiate Dictionary (1981) menyatakan “natural
science is knowledge concernedwith the physical world and its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan
gejala-gejalanya. Sedangkan di dalam Purnell’s : Concise Dictionary of Science (1983)
tercantum definisi “Science is the broad field of human knowledge, acquired by
systematic observation and experiment, and explained by means of ruler, laws, principles, theories, and hyphotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan
eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis-hipotesis (M. Iskandar,
2001 : 2).
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains dianggap
sebagai cara berpikir yang benar, penalaran logis untuk menarik kesimpulan
khusus dari berbagai fenomena yang bersifat umum (Aristoteles dalam Ali
Nugraha, 2005 : 4).
IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, penyimpulan,
commit to user
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abu Ahmadi dalam Ali
Nugraha, 2005 : 3).
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan
dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di
sempurnakan untuk mempelajari tentang alam. Dalam pembelajaran IPA
mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya.
Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan
alam semesta serta proses materi dan sifatnya.
b. Energi Gerak
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Benda tak hidup pun
dapat bergerak jika ada yang menggerakkannya. Contohnya, anak berlari, burung
terbang, katak melompat, bola menggelinding karena ditendang, air mengalir dari
tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan sebagainya. Mengapa benda dapat
bergerak? Benda dapat bergerak karena ada tenaga yang menggerakkannya. Gerak
benda dapat terjadi dengan berbagai cara. Ada yang bergerak dengan berlari, ada
yang bergerak dengan berjalan, ada yang bergerak dengan terbang, ada yang
bergerak di atas air, ada yang bergerak cepat, ada yang bergerak lambat, dan
sebagainya. Benda yang dapat bergerak cepat, antara lain, sepeda motor, mobil,
dan pesawat terbang. Benda yang bergerak lambat, antara lain, jarum jam, daun
rontok, dan siput berjalan. Kamu dapat menyimpulkan hasil pengamatan bahwa
gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran, tempat atau kedudukan.
Macam-macam gerak pada benda, antara lain, jatuh, mengalir, memantul,
menggelinding, berputar, dan tenggelam (Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 107).
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Jadi, segala sesuatu
dapat melakukan kegiatan atau usaha jika mempunyai energi. Energi gerak
disebut juga energi kinetik. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda
commit to user
kereta yang berjalan, dan roda yang berputar (Priyono & Titik Sayekti, 2008 :
120).
Energi tidak dapat kita lihat secara langsung sehingga untuk mengukur
energi yang digunakan tidak dapat dilakukan secara langsung. Mengukur energi
secara tidak langsung adalah dengan cara mengamati pengaruh yang ditimbulkan
oleh energi itu pada suatu benda. Misalnya, energi panas dapat menyebabkan suhu
benda meningkat (makin panas). Besar kecilnya kenaikan suhu suatu benda dapat
digunakan untuk menunjukkan besar kecilnya energi panas yang diterima oleh
benda tersebut. Makin tinggi suhunya, maka jumlah energi panas yang diterima
benda tersebut makin besar. Jadi, meskipun tidak dapat kita lihat, energi panas
(termasuk energi-energi yang lain) dapat kita rasakan keberadaannya (Priyono &
Titik Sayekti, 2008 : 127).
Berbagai sumber energi gerak, antara lain :
a. Baterai
Di dalam baterai terdapat zat kimia yang dapat menghasilkan energi kimia.
Saat baterai digunakan, energi kimia tersebut berubah menjadi energi listrik.
Ukuran baterai bermacam-macam, ada yang besar, ada pula yang kecil. Baterai
merupakan sumber energi yang sangat praktis dan mudah dibawa
kemana-mana. Namun, energi listrik yang dihasilkan baterai tidak begitu besar.
Contohnya pada mainan mobil-mobilan yang menggunakan baterai yang dapat
menghasilkan energi listrik yang kemudian diubah menjadi energi gerak
(Priyono & Titik Sayekti, 2008 : 128-129).
b. Air
Air biasanya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Aliran
air dapat menghasilkan energi. Contohnya, air terjun. Jadi, air terjun juga
merupakan sumber energi. Umumnya, air terjun mempunyai aliran air dalam
jumlah besar sehingga dapat menghasilkan energi yang besar pula. Energi yang
berasal dari aliran air terjun dapat digunakan untuk memutar turbin pada pusat
pembangkit energi listrik. Putaran yang dihasilkan turbin dapat menggerakkan
commit to user
tenaga air dikenal dengan singkatan PLTA (Priyono & Titik Sayekti, 2008 :
130).
c. Angin
Angin adalah udara yang bergerak. Angin menyimpan energi. Jadi, angin juga
termasuk sumber energi. Manusia telah memanfaatkan energi angin sejak
dahulu. Misalnya, untuk menggerakkan perahu layar, layang-layang, dan kincir
angin. Saat ini, angin juga dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik,
tetapi masih terbatas pada negara-negara tertentu (Priyono & Titik Sayekti,
2008 : 130-131).
Salah satu tujuan dari adanya penggunaan sumber energi gerak adalah :
menggerakkan suatu benda. Energi apa yang digunakan mobil? Mobil dan
kendaraan bermotor menggunakan energi gerak. Energi gerak tersebut, umumnya
diperoleh dari bahan bakar bensin atau solar sehingga kendaraan dapat berjalan.
Nelayan yang mempunyai perahu layar, memanfaatkan energi gerak yang berasal
dari angin saat akan melaut. Energi gerak tersebut digunakan untuk
menggerakkan perahu layarnya. Dapatkah kamu menunjukkan contoh
penggunaan energi gerak yang lain? (Angin adalah salah satu sumber energi yang
paling lama dikenal dan dimanfaatkan orang. Angin sudah digunakan untuk
menggerakkan kapal layar sejak tahun 3500 sebelum masehi).
Konsep energi dalam kehidupan sehari-hari meliputi :
a. Kincir Air
Kincir air adalah salah satu jenis alat yang memanfaatkan kekuatan air. Apakah
kegunaan kincir air? Kincir air dapat digunakan untuk mengangkat air dari
tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi. Kincir air juga bisa digunakan
untuk memutar generator pembangkit energi listrik. Di zaman serba modern
ini, mungkin kincir sudah jarang dijumpai. Kincir air: suatu alat yang terdiri
dari roda serta perlengkapan-perlengkapan lain yang digerakkan oleh aliran air
commit to user b. Kincir Angin
Kincir angin: suatu alat yang terdiri atas baling-baling dan
perlengkapan-perlengkapan lain yang digerakkan oleh aliran udara (Priyono & Titik Sayekti,
2008 : 141).
3. Pendekatan Keterampilan Proses a. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan
dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu
yang baru (Semiawan dalam Noehi Nasution, 2007 : 1.8).
Pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang
berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru
bermaksud mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
(Dimyati dan Mudjiono dalam Soli Abimanyu, 2009 : 5.3).
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Untuk mengungkapkan fakta-fakta
dan menemukan konsep-konsep perlu dilakukan suatu proses yang dapat
mengungkapkan dan menemukan fakta dan konsep IPA. Proses-proses yang
digunakan untuk mengungkapkan dan menemukan fakta serta menumbuhkan
sikap dan nilai konsep yang dilakukan oleh seorang ilmuwan yang disebut
ketrampilan proses.
Keterampilan proses merupakan teknik pengembangan
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang telah ada dalam diri siswa. Dalam hal ini: (1)
pendekatan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang
hakekat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan
dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. (2) mengajar
dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan siswa bekerja dengan
commit to user
tentang ilmu pengetahuan. Di sisi yang lain, siswa merasa bahagia sebab mereka
aktif dan tidak menjadi si pelajar yang pasif, dan (3) menggunakan keterampilan
proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan
produk ilmu pengetahuan sekaligus (Funk dalam Noehi Nasution, 2007 : 1.7).
Pendekatan Keterampilan Proses memberikan kesempatan kepada siswa
untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan. Konsekuensi yang harus
diterima dengan penerapan Pendekatan Keterampilan Proses ini, guru tidak saja
dituntut untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses dan
memperoleh ilmu pengetahuan. Lebih dari pada itu, guru hendaknya juga
menanamkan sikap dan nilai sebagai ilmuwan kepada para siswanya.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan
kemampuan-kemampuan mental, fisik,dan sosial yang mendasar sebagai penggerak
kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar
yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu
keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang
anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam
kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap,
nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan
terampil dalam bentuk kreatifitas.
Pendekatan pembelajaran proses adalah pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan ketrampilan proses yang digunakan untuk
mengungkap dan menemukan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan
nilai yang dilakukan oleh murid. Proses pembelajaran dengan pendekatan ini
dimulai dari obyek nyata atau obyek yang sebenarnya dengan menggunakan
pengalaman langsung, sehingga siswa diharapkan terjun dalam kegiatan belajar
mengajar yang lebih realistis, dan anak juga diajak ,dilatih, dan dibiasakan
melakukan observasi langsung dan membuat kesimpulan sendiri. Kesimpulan
yang dapat ditarik dari uraian tentang Pendekatan keterampilan Proses ini adalah
berikut :
1. Pendekatan Keterampilan Proses sebagai wahana penemuan dan
commit to user
2. Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan
dikembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan
proses pada diri siswa, dan
3. Interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep serta
prinsip ilmu pengetahuan, pada akhirnya akan mengembangkan sikap dan nilai
ilmuwan pada diri siswa. Dengan demikian unsur keterampilan proses, ilmu
pengetahuan, serta sikap dan nilai yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
yang menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses, saling berinteraksi dan
berpengaruh satu dengan yang lain.
b. Jenis-jenis Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses dalam IPA dibagi menjadi dua kelompok menurut
Esler dan Esler (Noehi Nasution, 2007 : 1.36), yaitu :
1) Keterampilan Dasar
Keterampilan dasar meliputi keterampilan observasi (pengamatan),
pengelompokkan (mengklasifikasi), pengukuran, menghubungkan ruang dan
waktu, meramalkan (memprediksi), mengkomunikasikan, menarik
kesimpulan.
2) Keterampilan Terintegrasi
Keterampilan terintegrasi meliputi keterampilan menerapkan konsep,
mengajukan pertanyaan, mendefinisi, menyusun hipotesis, menafsirkan data,
mengontrol variabel, mengatur alat dan bahan, melakukan percobaan.
Berdasarkan pengelompokkan tersebut akan diambil beberapa
keterampilan yang akan diterapkan dalam konsep energi gerak bagi siswa kelas
III, antara lain :
1) Keterampilan Mengamati
Keterampilan mengamati atau mengobservasi adalah keterampilan yang
dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk
mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dari objek-objek atau
kejadian-kejadian (Esler dan Esler dalam Noehi Nasution, 2007 : 1.9).
commit to user
yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca
indera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian.
Jadi keterampilan mengobservasi adalah keterampilan mengumpulkan data
atau informasi melalui penerapan dengan indera.
Melalui mengamati kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis.
manusia mengamati obyek-obyek dengan fenomena alam melalui panca indra:
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/pengecap.
Informasi yang kita peroleh, dapat menuntun keingintahuan, mempertanyakan,
memikirkan, melakukan interprestasi tentang lingkungan kita, dan meneliti
lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan
paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta
merupakan hal esensial untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek
dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indra. Dengan kata lain,
melalui observasi kita mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan kita.
Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat
kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya
menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Contoh kegiatan
mengamati yang bersifat kualitatif ialah menentukan warna (penglihatan),
mengenali suara jengkerik (pendengaran), membandingkan rasa manis gula
dengan sakarin (pengecap), menentukan struktur suatu obyek (perabaan),
mengenal bau tajam amoniak (penciuman). Mengamati bersifat kuantitatif
apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan panca indera, juga
digunakan peralatan lain yang memberi informasi khusus dan tepat. Contoh
kegiatan mengamati yang bersifat kuantitatif ialah menghitung panjang ruang
kelas dengan satuan ukuran tegel, menentukan titik didih air dengan bantuan
thermometer, membedakan luas daerah satu dengan daerah lain, dan kegiatan
lain yang sejenis.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi dalam pembelajaran konsep energi gerak adalah melihat benda
commit to user 2) Keterampilan Menafsirkan
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan
juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut
Abruscato (Nasution, 2007 : 1.49), menyimpulkan secara sementara adalah
menggunakan logika untuk membuat kesimpulan dari apa yang diobservasi.
Keterampilan menginferensi yaitu keterampilan proses menafsirkan sesuatu
berupa benda, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikumpulkan
melalui pengamatan, perhitungan, penelitian, atau eksperimen. Contoh
kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah menafsirkan berbagai
alat dan bahan yang tersedia untuk membuat sebuah percobaan.
3) Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan
terjadi pada observasi yang akan datang atau membuat perkiraan kejadian atau
keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Nasution, 2007 :
1.55). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah
keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari
kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, keterampilan menggunakan grafik
untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan atau dugaan-dugaan.
(Nasution, 2007 : 1.55).
Keterampilan memprediksi yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan
suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan
perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau
informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan
dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah
diketahui.
Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari
dapat diamati. Untuk dapat membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang
obyek dan peristiwa maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan
penentuan secara tepat perilaku terhadap lingkungan kita. Keteraturan dalam
lingkungan kita mengijinkan untuk mengenal pola-pola dan untuk
commit to user
hari. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat
ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang,
berdasarkan perkiraan atas pola atau kecenderungan tertentu, atau
keterhubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
Contoh dari kegiatan ini adalah memprediksi gerakan turbin yang digerakkan
oleh air.
4) Keterampilan Mengatur alat dan bahan
Yang dimaksudkan dengan keterampilan mengatur alat dan bahan disini
merupakan keterampilan siswa dalam menentukan alat dan bahan yang akan
digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Seperti menggunakan benda
yang dapat digerakkan.
5) Keterampilan Merencanakan penelitian
Rancangan penelitian ini, diharapkan selalu dibuat pada setiap kegiatan
penelitian. Berdasarkan pentingnya rancangan penelitian terhadap perolehan
penelitian itu sendiri, maka keterampilan merancang penelitian perlu diberikan
sejak dini. Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam
penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesis
yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian
yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam keterampilan
merancang penelitian, antara lain: menyusun hipotesis, mendefinisikan
variabel secara operasional, menggambarkan hubungan antar variabel, dan
kegiatan yang lain. Salah satu kegiatannya adalah siswa membuat percobaan
energi gerak dengan membuat kincir air untuk menghidupkan lampu pada
generator.
6) Keterampilan Menentukan variable-variabel
Yang dimaksud dengan menentukan variabel dalam pemebelajaran
konsep energi gerak disini adalah siswa mengetahui serta mempraktekkan
commit to user 7) Keterampilan Menerapkan konsep
Kegiatan dalam keterampilan menerapkan konsep disini sebagai contoh
adalah penerapan siswa tentang konsep gerak benda dalam pembuatan kincir
air. Di mana air yang mengalir dapat menggerakkan turbin yang dapat
menyalakan generator sehingga dapat menyalakan lampu.
8) Keterampilan Berkomunikasi
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang
berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan (Abruscato
dalam Nasution, 2007: 1.44 ). Keterampilan mengkomunikasikan, menurut
Esler dan Esler dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari
grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian
secara rinci. Jadi keterampilan mengkomunikasikan adalah menyampaikan
perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar,
gerak, tindakan, atau penampilan. Kegiatan untuk keterampilan ini dapat
berupa kegiatan membuat dan menginterpretasi informasi dari grafik, charta,
peta, gambar, dan lain-lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan
mengkomunikasikan deskripsi benda-benda dan kejadian tertentu secara rinci.
Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan benda dalam
percobaan, kemudian siswa tersebut menjelaskan deskripi tentang gerakan
kincir air di depan kelas.
9) Keterampilan Mengajukan Pertanyaan
Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan yang
mengharuskan siswa lebih aktif mencari tahu tentang beberapa konsep dalam
materi pembelajaran. Keterampilan ini dapat berupa kegiatan mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang materi yang dipelajari.
c. Alasan dan Manfaat Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Alasan menggunakan pendekatan keterampilan proses, yaitu : (1) dengan
kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, guru tidak
mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian mata pelajaran
commit to user
psikologis lebih mudah memahami konsep, apalagi yang sulit, bila disertai dengan
contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
Sesuai dengan J. Piaget yang mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah
kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental, (3) ilmu pengetahuan boleh
dikatakan bersifat relative, artinya, suatu kebenaran teori pada suatu saat
berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi dengan situasi. Suatu teori bisa
gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori
masih dapat dipertanyakan dan diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang
yang kritis, mempunyai sikap ilmiah. Wajar kiranya kalau anak-anak atau siswa
sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya sikap ilmiah dan sikap kritis ini.
Dengan menggunakan keterampilan proses, maksud tersebut untuk saat ini pantas
diterima, dan (4) proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia
yang utuh artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan.
Jadi, pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan
memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental (Conny
Semiawan dalam Soli Abimanyu, 2009 : 5.3).
Dengan melihat alasan ini, betapa pentingnya keterampilan proses bagi
siswa untuk mendapatkan ilmu yang akan berguna bagi siswa di masa yang akan
datang, sehingga bangsa kita akan dapat sejajar dengan bangsa maju lainnya.
Manfaat dari adanya penerapan pendekatan keterampilan proses sebagai
berikut : (1) dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran, siswa akan memperoleh pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu
pengetahuan, (2) dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran berarti siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu, dan (3) dengan penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, siswa secara serentak
belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan (Funk dalam Soli Abimanyu,
commit to user 4. Ketuntasan Belajar a. Hakekat Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan
sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada
siswa, membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan
berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas
dilandasi dua asumsi, yaitu (1) bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan
dengan kemampuan potensial (bakat) berdasarkan teori John B. Carol
“bahwa anak didik apabila didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur ternyata menunjukkan distribusi normal”
(2) apabila pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur, maka
semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya
(Martinis Yamin, 2007 : 121).
Belajar tuntas adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang
ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun
kelompok, dengan kata lain, apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya.
(Uzer Usman dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2136977-pengertian-belajar-tuntas/#ixzz1QgMeNEpb)
Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian
besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas”.
(Kunandar dalam
http://techonly13.wordpress.com/2010/10/27/konsep-belajar-tuntas)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, belajar tuntas adalah suatu
sistem pengajaran yang menuntaskan tercapainya tujuan pengajaran oleh semua
siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian guru adalah bagaimana mengusahakan
agar siswa dapat belajar efektif sehingga dapat menguasai materi pelajaran yang
commit to user b. Prinsip belajar Tuntas
Belajar tuntas menciptakan peserta didik memiliki kemampuan dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan antara anak
cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar tuntas menciptakan anak didik
dapat mencapai tujuan pembelajran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak
cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak didik kurang
cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali
tujuan pembelajaran.
Dalam bukunya Diferential Education for the Gifted, Virgil Ward (dalam
Martinis Yamin, 2007 : 122-123) menjelaskan tentang proposisi anak yang
berbakat, yaitu (1) pendidikan anak berbakat intelektual berbeda dari anak lainnya
dan sayogianya amat menekankan aktivitas intelektual, (2) pembelajaran anak
berbakat harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai
dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak biasa.
c. Strategi Belajar Tuntas
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama pada level mikro, yaitu mengembangkan individu
dalam proses belajar di kelas. Terdapat tiga strategi dalam belajar tuntas, yaitu
mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil
belajar, dan mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal yang disesuaikan
dengan kemampuan individual (Benyamin S. Bloom dalam Martinis Yamin,
2007: 125).
Belajar tuntas dapat dilakukan bilamana didukung oleh alat/sarana
pembelajaran seperti media pembelajaran yang dapat mengefektifkan proses
belajar.
d. Langkah-langkah Mencapai Ketuntasan Tuntas
Kriteria yang digunakan dalam pencapaian taraf minimal belajar tuntas
adalah : mencapai 65 % dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui nilai
commit to user
pelajaran. Kriteria tersebut mengandung pengertian bahwa siswa hendaknya
mencapai penguasaan sekurang-kurangnya 65% dari mata pelajaran. Guru dapat
melakukan belajar tuntas dan peserta didik memiliki penguasaan penuh atau
tuntas dengan cara melakukan kegiatan yang terdiri atas (1) feedback atau umpan
balik yang terperinci kepada guru maupun siswa, (2) sumber dan metode-metode
pengajaran yang dapat dilakukan di mana saja (S. Nasution dalam Martinis
Yamin, 2007 : 129).
Langkah-langkah umum yang harus ditempuh agar ketuntasan belajar
tercapai : (1) mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan menggunakan metode
kelompok, (2) memberikan tes diagnosa untuk memeriksa kemajuan belajar siswa
setelah disampaikan satuan pelajaran tersebut sehingga dapat diketahui siswa
yang telah memenuhi kriteria dan yang belum, (3) siswa yang telah memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan diperkenankan menempuh pengajaran
berikutnya, sedangkan bagi yang belum diberikan kegiatan korektif, dan (4)
melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah tercapai
oleh siswa dalam jangka waktu tertentu.
e. Variabel Ketuntasan Belajar
Variabel-variabel ketuntasan belajar antara lain: (1) bakat siswa (guru
hendaknya mengetahui bakat terbesar yang dipunyai siswa agar siswa bisa
langsung diarahkan dengan tepat sehingga nantinya ada korelasi antara bakat
dengan hasil belajar; (2) ketekunan belajar (guru harus bisa mendorong siswanya
agar mempunyai motivasi untuk belajar.misalnya saja dengan diadakanya pretest
shg mau tidak mau siswa harus belajar; (3) kualitas pembelajaran (kualitas
pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan
unsur-unsur tugas belajar jadi berkualitas atau tidaknya suatu pembelajaran ada di
tangan guru); dan (4) kesempatan yang tersedia untuk belajar dalam memahami
mata pelajaran,bidang studi,atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan
tingkat kesulitannya dalam hal ini guru harus benar-benar paham)
commit to user
f. Penilaian IPA Mencapai Ketuntasan
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil
dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah
ditetapkan (Sarwiji Suwandi, 2008 : 15).
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah
penilaian atau evaluasi. Alasannya adalah sebagai berikut : (1) untuk
membandingkan siswa satu dengan siswa lainnya, (2) untuk mengetahui apakah
para siswa memenuhi standar terrtentu, (3) untuk membantu kegiatan
pembelajaran siswa, (4) untuk mengetahui atau mengontrol apakah program
pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya (Baxter dalam Sarwiji Suwandi,
2008 : 16).
Penilaian harus mendukung dan memperkuat aspek-aspek program
pembelajaran lainnya (Gronlund dalam Sarwiji Suwandi, 2008 : 17). Penilaian
merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai bagian dari
sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas.
Komponen-komponen pokok penilaian meliputi pengumpulan informasi,
interpretasi terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan
keputusan.
Dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan beberapa prinsip
penting antara lain : valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan
objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna (Depdiknas
dalam Sarwiji Suwandi, 2008 : 29).
Guru dalam melaksanakan penilaian sebaiknya (1) memandang penilaian
dan kegiatan belajar mengajar secara terpadu, (2) mengembangkan strategi yang
mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri, (3) melakukan
berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan
berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik, (4)
mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik, (5)
mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam