• Tidak ada hasil yang ditemukan

NYANYIAN MBUE-BUE SEBAGAI BENTUK TRADISI MENIDURKAN ANAK DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NYANYIAN MBUE-BUE SEBAGAI BENTUK TRADISI MENIDURKAN ANAK DI KABUPATEN MUNA PROVINSI SULAWESI TENGGARA."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi salah satu dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

oleh

LA ODE KAMSIR ANI NIM 1201541

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA B A N D U N G

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Nyanyian Mbue-Bue Sebagai Bentuk Tradisi Menidurkan Anak di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara (Kajian Bentuk, Isi Serta Model Pelestariannya)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan plagiarisme atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2014 Yang membuat pernyataan

(3)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Iskandarwassid, M. Pd.

Pembimbing II,

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 1966032019910331004

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 1966032019910331004

NYANYIAN MBUE-BUE SEBAGAI BENTUK TRADISI MENIDURKAN ANAK DI KABUPATEN MUNA PROPINSI SULAWESI TENGGARA

(4)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN DAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah Penelitian... 8

D. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 10

H. Penelitian yang Relevan ... 11

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 13

A. Teori Kebudayaan ... 13

1. Pengertian Kebudayaan ... 13

2. Wujud kebudayaan ... 14

3. Unsur-unsur kebudayaan ... 15

4. Faktor-faktor Kebudayaan ... 16

B. Folklor dan Tradisi Lisan ... 16

1. Folklor ... 17

2. Tradisi lisan ... 18

C. Nyanyian Rakyat ... 20

1. Pengertian Nyanyian Rakyat ... 20

2. Jenis-jenis Nyanyian rakyat ... 20

(5)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Makna Nyanyian Rakyat ... 23

D. Strukur Karya Sastra ... 24

E. Struktur Teks Puisi ... 24

F. Struktur Teks Tradisi Lisan ... 26

1. Struktur Makro ... 27

2. Superstruktur ... 29

3. Struktur Mikro ... 29

a. Bentuk ... 30

b. Bunyi ... 30

1) Rima ... 31

2) Irama ... 33

3) Asonansi dan Aliterasi ... 34

c. Gaya bahasa ... 34

1) Majas ... 35

a) Perbandingan ... 36

b) Perumpamaan ... 36

c) Metafora ... 37

d) Personifikasi ... 37

e) Alegori ... 38

2) Diksi ... 38

G. Ko-teks ... 38

H. Konteks ... 39

I. Pendekatan Kajian Tradisi Lisan ... 41

J. Model Pelestarian Nyanyian Rakyat ... 42

1. Model Pendokumentasian ... 42

2. Model Pendidikan Keluarga ... 44

3. Model Pengasuhan Anak ... 44

(6)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Metode Penelitian... 46

B. Paradigma Penelitian ... 46

C. Teknik Pengumpulan Data ... 48

D. Instrumen Penelitian... 48

E. Sumber Data Penelitian ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 51

G. Pedoman Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Pengantar ... 54

B. Letak dan Keadaan Lingkungan budaya Penelitian ... 54

1. Letak Kabupaten Muna ... 54

2. Lingkungan Budaya Penelitian ... 55

a. Alam Fisik ... 55

1) Tanah ... 56

2) Air ... 56

3) Udara ... 57

b. Alam Hayati ... 57

1) Tumbuhan ... 57

2) Hewan ... 58

c. Kondisi Masyarakat ... 58

d. Unsur-unsur Budaya... 58

3. Perihal Pelaksanaan Mbue-bue ... 63

a. Teks Nyanyian Mbue-bue Golongan Kaomu ... 66

b. Teks Nyanyian Mbue-bue Golongan Maradika ... 68

C. Analisis Hasil Penelitian ... 69

1. Analisis Bentuk ... 70

a. Analisis Struktur Teks ... 70

(7)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Analisis Morfologi Mbue-bue Golongan Kaomu ... 70

b) Analisis Morfologi Mbue-bue Golongan Maradika ... 82

2) Analisis Sintaksis Teks Mbue-bue ... 93

a) Analisis Sintaksis Mbue-bue Golongan Kaomu ... 94

b) Analisis Sintaksis Mbue-bue Golongan Maradika ... 97

3) Formula Bunyi ... 101

a) Rima ... 101

(1) Analisis Rima Mbue-bue Golongan Kaomu ... 101

(2) Analisis Rima Mbue-bue Golongan Maradika ... 104

b) Irama ... 107

(1) Analisis Irama Mbue-bue Golongan Kaomu ... 107

(2) Analisis Irama Mbue-bue Golongan Maradika... 111

4) Gaya Bahasa ... 115

a) Analisis Gaya Bahasa Mbue-bue Golongan Kaomu ... 116

b) Analisis Gaya Bahasa Mbue-bue Golongan Maradika ... 118

b. Analisis Ko-teks ... 120

c. Analisis Konteks ... 122

1) Konteks Penuturan ... 122

2) Konteks Budaya ... 123

3) Konteks Sosial ... 124

2. Analisis Isi ... 124

a. Analisis Makna ... 124

1) Analisis Makna Mbue-bue Golongan Kaomu ... 124

2) Analisis Makna Mbue-bue Golongan Maradika ... 128

b. Analisis Nilai-nilai ... 131

1) Nilai Sosial ... 131

2) Nilai Pendidikan ... 131

(8)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Analisis Fungsi ... 132

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 133

1. Bentuk Nyanyian Mbue-bue ... 134

a. Struktur Nyanyian Mbue-bue ... 134

1) Morfologi ... 134

2) Sintaksis ... 135

a) Golongan Kaomu ... 136

b) Golongan Maradika ... 137

3) Formuala Bunyi ... 148

4) Gaya Bahasa ... 140

b. Ko-teks ... 141

c. Konteks ... 142

2. Isi Nyanyian Mbue-bue ... 144

a. Makna ... 144

b. Fungsi ... 145

BAB V MODEL PELESTARIAN MBUE-BUE ... 146

A. Model Peleatarian ... 147

B. Alternatif Model Pelestarian ... 148

1. Melalui Dokumen ... 148

2. Pendidikan Keluarga ... 149

3. Pengasuhan Anak ... 150

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 151

A. Simpulan ... 151

B. Rekomendasi ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(9)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

(10)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

(11)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(12)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada umumnya tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki seni, sastra, bahasa lisan dan tulisan, adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan, dan nilai-nilai kehidupan yang beraneka ragam. Semuanya itu merupakan gambaran kekayaan budaya daerah di Indonesia dari masa ke masa. Oleh karena berkembangnya zaman dari masa tradisional menjadi masa modern seperti sekarang ini, maka semua unsur budaya tersebut berangsur-angsur berkurang bahkan sebagian punah. Berangkat dari kenyataan itu, maka sangatlah pantas jika hal-hal yang berkaitan dengan tradisi harus selau dipertunjukkan agar kelestariannya tetap terjaga.

(13)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

banyaknya daerah kepulauan yang ada di Indonesia. Atau boleh juga kita katakan bahwa tradisi di Indonesia terbentuk beradasarkan letak geografisnya sehingga terkadang dalam satu pulau saja tradisinya dapat berbeda. Salah satu daerah yang dimaksud adalah pulau Muna di Sulawesi Tenggara.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang banyak memiliki daerah-daerah kecil dan tentunya memilki adat dan kebiasaan masing-masing pula. Salah satu daerah yang dimaksud dalam hal ini adalah Kabupaten Muna. Di Kabupaten Muna banayak sekali tradisi yang dapat kita temukan misalnya yang menyangkut masalah perundang-undangan daerah, cara-cara pemimpin dalam mengatur berbagai hal suatu wilayah, proses perkawinan, hiburan rakyat baik dalam bentuk nyanyian maupun bentuk permainan, dan sebagainya. Di Kabupaten Muna kita dapat menjumpai banyak sisi yang berkaitan dengan hiburan rakyat. Ada hiburan yang dapat menyenangkan hati sesama orang dewasa, ada hiburan khusus untuk anak-anak yang dapat mengobati rasa lelah karena aktivitas kesehariannya mambantu orang tua di kebun, bahkan ada pula hiburan rakyat yang khusus dilakukan oleh para kaum wanita yang sudah dipersunting dan sudah mempunyai momongan. Jenis hiburan yang terakhir tersebut peneliti menyebutnya nyanyian rakyat dengan istilah Mbue-bue (ayun-ayun). Mbue-bue dalam bahasa Indonesia berarti ayun-ayun atau buai-buai. Dalam pelaksanaannya, Mbue-bue disampaikan dalam bentuk nyanyian disertai dengan perlakuan mengayun-ayun anak dalam ayunan yang terbuat dari sarung atau ayunan yang terbuat dari kayu.

(14)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rakyat mudah dan dapat berubah-ubah serta luwes atau tidak kaku baik bentuk maupun isinya, dan sifat-sifat itu tidak dimiliki oleh bentuk lagu-lagu lain.

Mbue-bue tergolong salah satu bentuk nyanyian rakyat di Kabupaten Muna yang sampai saat ini masih digunakan oleh sebagian masyarakat penuturnya. Di Muna pada masa itu hanya para ibu rumah tanggalah yang dianggap patut menidurkan anak karena diikat oleh norma sosial yang berlaku. Mbue-bue yang ada di Muna tidak seperti hiburan-hiburan rakyat lainnya yang lebih meriah bila sedang dihelat, Mbue-bue tidak ditujukan kepada khalayak ramai, melainkan hanya sebatas penghibur anak sekaligus pelipur lara bagi ibu-ibu yang kebetulan kecapaean karena aktivitas harian baik di dalam maupun di luar rumah. Dalam lirik Mbue-bue banyak sekali kandungan aspek kehidupan. Aspek kehidupan yang dimaksud misalnya harapan orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang berbakti pada orang tua. Selain itu, nyanyian Mbue-bue juga berisi mengenai dorongan kepada anak agar kelak besar dapat memahami kondisi kehidupannya atau dapat juga kita melihat aspek yang diarahkan cita-cita anak.

Dalam pelaksanaannya, nyanyian mbue-bue tidak terikat oleh waktu. Mbue-bue merupakan bentuk nyanyian yang dapat dibawakan kapan saja bergantung pada penggunanya. Mbue-bue dapat berlangsung pada pagi hari, siang, dan malam hari, bahkan terkadang pada tengah malam. Ini dipengaruhi oleh ketidaktetapan waktu tidur seorang anak. Jika anak itu tidurnya pada pagi hari, maka nyanyian mbue-bue itupun dapat kita dengarkan saat itu juga. Begitupula pada siang dan malam harinya.

(15)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Merujuk pada pembicaraan salah satu informan tanggal 9 Maret 2014, yakni La Mokui selaku penulis buku-buku budaya Muna sekaligus ketua Lembaga Pendidikan Kabupaten Muna dikatakan bahwa sekarang ini pengguna budaya Muna sudah semakin berkurang apalagi yang berkaitan dengan nyanyian rakyat, sehingga sudah sangat tepat kalau ada yang mau meneliti hal ini. Dengan demikian, budaya atau tradisi mbue-bue ini sangat pantas untuk diteliti lebih mendalam lagi dari segi makna dan nilainya agar keberadaannya dapat bertahan dan terpelihara dengan baik. Penulis berkeinginan keras untuk melakukan penelitian ini karena adanya fakta bahwa generasi muda masa kini sudah tidak lagi melihat tradisinya sebagai sesuatu yang penting untuk diri mereka.

Yang terpenting untuk dipahami dalam penelitian ini adalah pembawaan mbue-bue pada masyarakat Muna harus diseusaikan dengan strata sosial penuturnya. Walaupun dapat dijumpai dan didengarkan lewat lantunan lagu seorang ibu, ternyata mbue-bue ini tidak asal dinyanyikan pada semua strata sosial dengan bentuk dan lirik yang sama, melainkan seorang ibu harus pandai-pandai menyesuaikan lirik lagu yang akan dilantunkan karena di Kabupaten Muna saat itu strata sosial masih dianggap sangat sakral dan mengikat. Tentu seorang ibu pada saat melantunkan mbue-bue harus tahu diri dalam artian dari golongan strata sosial apa ia berasal karena pada masyarakat Muna mengenal adanya tingkatan strata sosial. Strata sosial tersebut menurut Couvreur (2001, hlm. 34) terbagi menjadi 4 tingkatan yaitu: (1) golongan Kaomu dan Walaka, (2) golongan Maradika (3) golongan Wasembali, (4) golongan ghata atatu para budak.

(16)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kabupaten Muna (La Ode Atu) menjelaskan bahwa sugi merupakan sebutan seorang pemimpin wilayah sebelum munculnya istilah raja. Jadi, pada dasarnya sugi adalah raja. La Oba (2005, hlm. 19) menuliskan bahwa Sugi yang ada di Muna terdiri dari lima yakni Sugi Patola, Sugi Ambona,Sugi Patani, Sugi Laende, dan Sugi Manuru.

Golongan walaka berasal dari keturunan anak sugi dalam hal ini anak perempuannya (Wa Ode) yang menikah dengan laki-laki yang bukan keturunan sugi sehingga golongan walaka masuk dalam golongan tertinggi kedua di Muna.

Golongan Maradika terbagi atas tiga. Pertama, tingkat Maradika tertinggi yakni Maradika Anangkolaki atau Fitu bhengkauno yang berarti tujuh orang. Maradika ini bersaudara tujuh orang yang berasal dari keturunan Sugi Manuru. Karena ibu mereka seorang budak dan berayahkan seorang Sugi, maka mereka berhak menjabat sebagai pemimpin kampung (sekarang desa) dan tidak berhak menyandang gelar La Ode. Kedua, Maradikano Ghoera atau Maradikano Papara. Mereka berasal dari keturunan kamokula. Kamokula adalah gelar yang diberikan pada orang yang terpilih untuk menjaga kampung dan mengarahkan warga untuk mengikuti acara-acara dalam kampung terutama pemilihan Kino atau Mino (pemimpin kampung). Ketiga, Maradika yang terendah yaitu Maradika poino kontu lakono sau yang berarti Maradika serupa sebuah batu sepotong kayu.

Golongan Wesembali dikenal dua jenis yaitu La Ode Wesembali dan Walaka Wesembali. Mereka ini merupakan keturunan dari perkawinan yang terlarang yaitu keturunan Wa Ode dan Walaka yang menikah dengan laki-laki dari golongan Maradika.

(17)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seiring dengan perkembangan zaman yang terus memaksa kebudayaan lokal harus terus berkompetisi agar tradisinya tidak tergeser dan menjadi punah, maka saat ini masyarakat Muna hanya mengenal dua golongan saja yakni Kaomu dan Maradika. Semua predikat yang disebutkan itu secara umum dapat disebut dengan istilah

“Bangsawan”.

Bangsawan di Muna ditentukan oleh asal keturunannya. Garis keturunan yang dimaksud adalah mereka yang berasal dari keturunan Kaomu dan Walaka baik yang memegang tampuk kekuasaan maupun Kaomu dan Maradika yang hidup sebagai anggota masyarakat pada umumnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa bangsawan di Muna bukan diukur dari segi materi namun dilihat berdasarkan keturunannya. Di sebagian wilayah di dunia, seorang bangsawan selain kerabat raja, awalanya adalah kerabat tuan tanah. Di samping itu, seorang raja atau seorang tuan tanah dapat menjadikan seseorang sebagai bawahannya dan menjadikannya juga bangsawan sebagai bentuk penghargaan atas jasa orang tersebut. Sistem tersebut dapat disebut dengan istilah feodalisme. Kemudian, di kerajaan dimana kekuasaan sudah terpusatkan pada seorang raja, hanya raja, atau tuan tanahlah yang berdaulat dan boleh mengangkat seseorang menjadi bangsawan.

Nyanyian rakyat mbue-bue sebagai bentuk sastra lisan mempunyai struktur tertentu. Dari struktur inilah makna akan terungkap apakah dalam nyanyian rakyat mbue-bue mengandung nilai-nilai kehidupan atau tidak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin menguraikan nilai-nilai tersebut melalui kajian bentuk dan isi berdasarkan tingkatan strata sosial yang ada pada masyarakat Muna. Yang akan mendukung kajian tersebut adalah pengetahuan dan sumber data yang diperoleh penulis selanjutnya akan dianalisis dengan manggunakan pendekatan naturalistik.

(18)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skala nasional maupun internasional. Salah satu pemicunya adalah moral yang sudah tidak menjadi target lagi dalam sendi-sendi kehidupan anak. Untuk menjawab salah satu permasalahan moral tersebut, yang harus diperhatikan proses pendidikan anak baik bersama orang tua maupun oleh guru di sekolah. Tentu semua orang tua saat menimang, mengasuh, dan membesarkan serta mendidik anaknya sejak kecil sampai besar menginginkan agar mereka menjadi anak yang berbudi dan berakhlak baik serta menghormati orang yang lebih tua dan sejawatnya.

Semua tuntutan di atas terkandung dalam nyanyian mbue-bue. Dalam penelitian ini akan dipaparkan isi dan nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian mbue-bue sehingga barangkali dapat dijadikan patokan budi pekerti anak ketika sudah besar melalui model pelestarian. Penelitian ini akan lebih ditekankan pada penggunaannya selain di masyarakat, juga akan digunakan di Sekolah Menengah Atas dalam bentuk suplemen bahan bacaan yang akan diintegrasikan ke dalam bentuk wacana budaya.

Saat ini tradisi mbue-bue semakin hilang dan tenggelam oleh zaman modern sehingga penggunaannya pun semakin mendekati kepunahan. Peneliti sangat tertarik meneliti nyanyian mbue-bue ini karena secara umum ingin turut andil menyelamatkan salah satu bentuk tradisi lisan yang dahulu sangat memegang peran penting terhadap pola pengasuhan dan pola pendidikan anak di Kabupaten Muna. Dahulu remaja-remaja di Muna sangat peka dengan sesamanya, terlebih lagi dengan orang yang lebih tua. Itu semua terjadi karena orang tua dalam mengasuh anaknya penuh dengan kasih sayang dan penuh harapan agar anaknya menjadi penurut yang disampaikan melalui media nyanyian mbue-bue.

(19)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anaknya adalah teman masa kecil peneliti. Tentu pengalaman tersebut terjadi secara kebetulan karena peneliti mendengarkannya sembari bermain. Walau masih kecil namun peneliti saat itu sudah dapat menyimak apa yang didengar bahwa pesan yang disampaikan dalam nyanyian tersebut sangat baik dan tidak menyesatkan.

Oleh karena itu, dengan hasil penelitian ini peneliti ingin menyampaikannya kepada generasi sekarang dan yang akan datang agar nyanyian mbue-bue ini menjadi sebuah nyanyian yang menarik sehingga tingkah laku mereka diharapkan akan selalu berada pada koridor yang baik. Menurut peneliti harapan tersebut kemungkinan besar akan terwujud karena dengan menyimak dan mengamalkan isi nyanyian mbue-bue tanpa disengaja atau secara tidak langsung anak akan selalu dikawal oleh petuah-petuah dan pesan moral dalam kesehariannya.

B. Identifikasi Masalah

Tradisi di indonesia sangat beragam bentuk dan isinya. Yang menyebabkan keberagaman itu adalah wilayah Indonesia yang terpetak-petak oleh banyaknya pulau yang tersebar diseluruh penjuru tanah air. Di Muna misalnya, banyak tradisi yang dapat kita lihat dan dapat kita rasakan. Tradisi-tradisi tersebut diantaranya nyanyian rakyat dalam menidurkan anak. Nyanyian tersebut pada dasarnya banyak mengandung nasihat yang dapat diteladani oleh anak-anak di Muna sehingga perilaku mereka ketika besar dapat berterima pada semua kalangan usia dan terhindar dari berbagai macam peristiwa amoral.

C. Batasan Masalah Penelitian

(20)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

isi dan nilai-nilai serta upaya pelestariannya di Sekolah Menengah Atas maupun masyarakat luas. Dari segi lirik teksnya, nyanyian rakyat mbue-bue tergolong dalam cakupan sastra lisan. Dalam menyanyikannya, tidak ada ikatan dari segi tempo dan nada atau bergantung pada kepekaan penuturnya dalam pemahamannya mengenai teks tersebut sehingga nyanyian ini dapat dikategorikan sebagai bentuk puisi lisan karena liriknyalah yang mendominasi. Oleh karena itu, yang dianalisis dalam nyanyian ini adalah bentuk teks, isi, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Agar selalu terjaga kelestariannya, peneliti juga akan menganalisis upaya pelestarian nyanyian rakyat mbue-bue. Nyanyian rakyat mbue-bue juga dapat dilihat berbeda dari segi penuturnya yakni yang berkaitan dengan strata sosial yang ada di kabupaten Muna yang mengenal adanya gologan Kaomu dan Maradika.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah proses penyapaian nyanyian mbue-bue di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara?

2) Bagaimanakah bentuk nyanyian rakyat mbue-bue di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara bila dilihat dari segi strata sosialnya?

3) Bagaimanakah isi yang terkandung dalam nyanyian rakyat mbue-bue di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan strata sosialnya?

4) Bagaimanakah nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian rakyat mbue-bue di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara dilihat dari segi strata sosialnya? 5) Bagaimanakah upaya pelestarian nyanyian rakyat mbue-bue di kabupaten Muna

Provinsi Sulawesi Tenggara?

(21)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum penelitian ini bertujuan melestarikan nyanyian rakyat mbue-bue yang ada di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus yaitu untuk memperoleh deskripsi tentang

1) bentuk teks nyanyian rakyat mbue-bue berdasarkan strata sosial di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara;

2) isi nyanyian rakyat mbue-bue dikaji dari segi strata sosial di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara;

3) nilai-nilai nyanyian rakyat mbue-bue berdasarkan strata sosial di kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara; dan

4) upaya pelestarian nyanyian rakyat mbue-bue di Sekolah Menengah Atas maupun masyarakat.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu budaya, khususnya yang berkaitan dengan nyanyian rakyat nusantara. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

a) Pelestarian nyanyian rakyat mbue-bue dalam masyarakat Muna sebagai salah satu bagian dari tradisi lisan nusantara.

b) Pemanfaatan nyanyian rakyat mbue-bue sebagai bahan pembelajaran di sekolah.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan interpretasi dan penafsiran pengertian dalam penelitian ini, maka berikut ini peneliti memaparkan beberapa definisi operasional. 1) Nyanyian rakyat adalah bentuk tradisi lisan yang yang terdiri dari kata-kata dan

(22)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Mbue-bue adalah salah satu bentuk tradisi lisan berupa nyanyian rakyat yang dilantunkan oleh para ibu rumah tangga pada masyarakat Muna, provinsi Sulawesi Tenggara.

3) Kajian bentuk nyanyian mbue-bue adalah kajian yang akan dirahkan pada analisis struktur teks, ko-teks, dan konteks.

Struktur teks mbue-bue berkaitan dengan nyanyian mbue-bue yang sudah ditransliterasi menjadi sebuah teks yang dinamakan teks mbue-bue. Analisis struktur mbue-bue yang dimaksud meliputi: analisis morfologi, analisis sintaksis, analisis formula bunyi, dan analisis gaya bahasa.

Ko-oteks nyanyian mbue-bue meliputi paralinguistik (intonasi), kinetik (gerak tubuh), dan unsur material lainnya. Unsur-unsur tersebut merupakan keseluruhan unsur yang mengiringi berlangsungnya nyanyian mbue-bue.

Konteks nyanyian mbue-bue yang dimaksud adalah situasi di tempat berlangsungnya ritual yang dimaksud yang meliputi: konteks budaya, konteks sosial, konteks situasi, dan konteks ideologi.

4) Kajian isi nyanyian mbue-bue adalah kajian yang mengarah pada analisis makna atau maksud (semantik dan pragmatik), analisis fungsi (peran nyanyian mbue-bue dalam mendidik anak di Muna), dan sistem nilai-nilai (nilai pendidikan, nilai keagamaan, dan nilai sosial)

5) Nilai dalam tradisi lisan sangat erat kaitannya dengan bentuk kehidupan manusia pada masa silam. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis dan memaparkan nilai-niali yang terkandung dalam tradisi mbue-bue di Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.

(23)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu H. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Violeta Inayah Pama (2013) dari SPs UPI dalam rangka penyususnan tesis yang berjudul Dodoy dalam Pengasuhan Anak Usia Dini Masyarakat Melayu Siak: Kajian Struktur Teks, Konteks Penuturan, Nilai, Fungsi, dan Model Pelestariannya. Penelitian ini secara umum mengkaji tentang pengasuhan anak usia dini dengan media dodoy sebagai pengantar tidurnya. Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Maliudin (2012) dari SPs UPI dengan judul Nyanyian Rakyat Kau-Kaudara dalam Masyarakat Muna: Kajian Struktur, Konteks, dan Fungsi serta Upaya Pelestariannya. Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada nyanyian rakyat yang mengiringi permainan anak.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ahmad Badrun yang berjudul Patu Mbojo: Struktur, Konteks, Pertunjukan, Proses Penciptaan dan Fungsi. Bila penelitian ini dilihat secara komprehensif akan ada gambaran bahwa penelitian Patu lebih berorientasi pada pertunjukan nyanyian berupa puisi lisan sehingga fungsinya dapat dipahami melalui pengkajian berdasarkan strukturnya.

Penelitian yang lain lagi yakni tradisi male-male yang dipakai oleh etnik cia-cia di pulau buton dalam hal nyayian kematian. Tradisi ini tidak ditekankan pada kata

“kematiannya”, namun ini hanya sebatas menghibur orang yang ditinggalkan agar

tidak terlarut dalam kesedihan karena kehilangan anggota keluarga.

(24)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(25)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menggunakan metode kualitatif dengan alasan karena permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dapat dijaring secara kuantitatif. Selain itu, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori (Sugiyono, 2012, hlm., 292).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan naturalistik. Naturalistik yakni suatu pendekatan yang selalu berusaha mengungkap fenomena sebagaimana adanya dan pendekatan ini sering digunakan dalam peneltitian kualitatif (Endraswara, 2009: 85). Interpretasi folklor tidak dapat dilepaskan dari langkah-langkah pemahaman yang tersusun rapi karena jika langkah pemahaman tidak diikuti dengan baik, maka pemaknaan akan kurang sukses. Penelitian dengan pendekatan ini merupakan sebuah upaya memahami fenomena sosial budaya dari sisi pelaku sendiri.

Selanjutnya Kuntjara (2006, hlm., 4) mengemukakan beberapa konsep mengenai pendekatan naturalistik antara lain: realitas pada dasarnya bersifat jamak yang hanya dapat dipelajari secara holistik, peneliti dan yang diteliti saling berinteraksi dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, tujuan penelitian adalah untuk menelaah suatu kasus dan memahaminya secara mendalam.

(26)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agar dapat tergambar dengan jelas maksud dalam penelitian ini, maka penulis akan memperlihatkan paradigma penelitian guna menjawab masalah yang telah dirumuskan di awal.

Tradisi Nyanyian Mbue-Bue di Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi Tenggara

Kajian Ko-teks &

Konteks

Proses Penciptaan Kajian

Struktur

Upaya Pelestarian Golongan

Kaomu

Golongan Maradika

(27)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian nyanyian rakyat adalah penelitian suatu tradisi masyarakat, yaitu penelitian yang bermaksud memahami situasi sosialnya, di mana untuk memperoleh hasilnya secara menyeluruh membutuhkan penelusuran yang secara mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha untuk mengungkap fenomena sebagaimana adanya yang dilihat dari sisi pelakunya sendiri. Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang diperlukan untuk itu adalah teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif yang meliputi teknik observasi participant, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi. (Sugiyono, 2012, hlm., 293).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti (Sugiyono, 2012, hlm., 224). Di sini, peneliti sendirilah yang akan menjadi instrumen kunci. Hal ini didasarkan atas pandangan Nasution (Sugiyono, 2012, hlm., 307) bahwa

1) peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian; 2) peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan

dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus;

(28)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;

4) suatu situasi yang melibatkan manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;

5) peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan untuk mengetes hipotesis yang timbul seketika;

6) hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

7) Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu saja menggunakan perangkat penelitian yang membantu, karena keterbatasan daya ingat. Perangkat-perangkat yang dimaksudkan antara lain: pedoman wawancara, pedoman observasi, catatan lapangan, tape recorder, dan handycam. Pedoman wawancara yakni digunakan sebagai rujukan pertanyaan awal yang akan diajukan terhadap responden dalam melakukan wawancara.

(29)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Identitas Informan Kedudukan dalam masyarakat : ... Alamat : ... ... Tempat dan waktu : __________, Tanggal___/Jam___

Tabel 3.1., Instrumen Wawancara

NO. DAFTAR PERTANYAAN

1. Menurut informasi masyarakat di desa ini, benarkah Ibu banyak mengetahui dan mampu menyanyikan mbue-bue?

Jawab:

2. Apakah selain mampu menyanyikan, Ibu juga dapat menciptakan mbue-bue?

Jawab:

3. Apakah hanya Ibu saja yang membue-bue anak-anak di rumah ini? Jawab:

4. Kalau Ibu-ibu tetangga di sini suka membue-bue anak-anaknya juga? Jawab:

5. Kapan Ibu mulai bisa menyanyikan mbue-bue? Jawab:

6 Bagaimana proses belajar/diajarkannya? Jawab:

7. Apakah mbue-bue perlu dipelajari secara khusus? Jawab:

8 Apakah saat ini Ibu masih sering menyanyikan mbue-bue? Jawab:

9. Siapa yang mengajarkan mbue-bue kepada Ibu? Jawab:

(30)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11. Sampai umur berapa anak-anak suka dinyanyikan mbue-bue? Jawab:

12. Apakah sekarang anak-anak Ibu masih sering minta diyanyikan mbue-bue?

Jawab:

13 Apakah Ibu tahu kalau nyanyian mbue-bue itu dahulu dinyanyikan sesuai dengan golongan kastanya?

Jawab:

14 Apakah Ibu menyanyikan mbue-bue sesuai dengan golongan kasta? Jawab:

15 Mbue-bue berisi ajaran tentang ajaran apa saja? Jawab:

16 Bagaimana harapan Ibu ketika menyanyikan mbue-bue untuk anak-anak Ibu?

Jawab:

E. Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah nyanyian rakyat mbue-bue di Kabupaten Muna yang sudah ditranskripsikan dalam bentuk teks yang diperoleh melalui perekaman (tape recorder). Sebelum ke informan primer, terlebih dahulu peneliti mendatangi salah satu tokoh sekaligus penulis buku kebudayaan Muna yakni La Mokui untuk meminta informasi mengenai orang yang berkompeten atau mahir menyanyikan mbue-bue. Peneliti juga mendatangi salah satu tokoh adat di Desa Lasunapa yang sekali gus juga merupakan tempat lahir peneliti.

(31)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Tahapan dalam penelitian kualitatif adalah tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan minitour question, analisis datanya dengan analisis domain (Sugyono, 2012, hlm., 293).

Tahap ke dua adalah menentukan fokus, teknik pengumpulan data dengan minitour question, analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Selanjutnya pada tahap selection, pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan struktural, analisis data dengan analisis komponensial. Setelah analisis komponensial dilanjutkan dengan analisis tema (Sugyono, 2012, hlm., 294).

Menurut Mile and Huberman (Sugiyono, 2012, hlm., 293) dalam kegiatan analisis data selama di lapangan dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification. Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari informan melalui wawancara maupun hasil dokumentasi secara teratur dan sistematis agar memudahkan peneliti dalam memilah atau mereduksi data mana yang akan dipakai dan tidak dipakai.

2. Menyusun atau mendisplay data-data tersebut menjadi sebuah deskripsi singkat yang bersifat naratif agar memudahkan peneliti dalam melangkah ke tahap pengumpulan data berikutnya.

3. Menganalisis data yang terpilih sesuai dengan teori yang digunakan. Teori yang digunakan yakni mengenai bentuk, isi, dan nilai-nilai tradisi lisan.

4. Menyusun hasil penelitian dalam bentuk kumpulan nyanyian mbue-bue. 5. Menarik kesimpulan.

(32)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rencana pengujian keabsahan analisis data: Nyanyian Rakyat Mbue-bue dalam Masyarakat Muna Kajian Bentuk dan Isi serta Upaya Pelestariannya

Tabel 3.2., Pedoman Analisis

No Sasaran Data Deskripsi Data Teori Analisis

1 2 3 4

(33)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Upaya pelestarian nyanyian mbue-bue

Nyanyian mbue-bue sebagai bahan bacaan di masyarakat

(34)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

Sebagaimana yang telah dideskripsikan pada bagian hasil analisis data, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bacaan baik pada masyarakat secara umum maupun anak sekolah. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Muna dapat berpartisipasi dalam mengenal seraya melestarikan budayanya sendiri karena harus disadari bersama bahwa pola pendidikan tidak semata-mata didapatkan di dalam kelas saja tetapi dapat juga melalui bacaan. Bila melihat fakta dalam penelitian ini, secara spontan kita akan berpikir bahwa betapa pentingnya tradisi mbue-bue untuk dikembangkan sehingga akan menjadi suatu kewajiban untuk dilaksanakan oleh para orang tua (ibu).

Agar tradisi ini tidak mengalami kepunahan, maka peneliti berpikir untuk membuat hasil penelitian ini menjadi sebuah buku bacaan sehingga pemerolehnnya tidak hanya melalui lisan lagi melainkan bergeser menjadi tertulis. Menurut peneliti, barangkali dengan cara ini proses pemertahanan budaya akan menjadi efektif karena pada prinsipnya yang tertulis itu lebih efisien dibandingkan dengan yang lisan. Pemikiran tersebut didasarkan pada isi yang terkandung dalam nyanyian tersebut, bahwa bila hanya didengarkan secara lisan belum tentu semua pesan yang disampaikan akan terrekam oleh anak. Dengan begitu, maka pesan-pesan tersebut akan mudah hilang dibandingkan dengan dalam bentuk tertulis.

(35)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

orang-orang di Muna. Namun, seiring dengan perkembangan zaman tradisi ini cenderung berkurang pemakainya karena banyaknya budaya luar yang masuk di Muna dan menggeser keberadaan budaya lokal padahal tradisi ini sangat berguna untuk kehidupan anak dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin modern.

Oleh karena itu, dipandang perlu kiranya perhatian dari berbagai pihak untuk melindungi dan mempertahankan tradisi ini demi keselamatan budaya lokal sehingga generasi muda yang akan datang tidak hanya mengenal budayanya melalui cerita orang per orang.

A. Model Pelestarian

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ali dalam Sukatman (2009: 13) pada bab II terdahulu bahwa kepunahan tradisi lisan secara rinci disebabkan oleh (1) dampak keberhasilan pembangunan (misalnya listrik masuk desa) diiringi merambahnya media pandang dengar sehingga membuat anak-anak melupakan tradisi lisan, (2) tidak ada alih cerita dan penutur generasi tua sudah banyak yang meninggal dunia dan generasi muda enggan mewarisi tradisi karena dianggap kuno, dan (3) kurangnya kesadaran dari pemerintah maupun masyarakat akan pentingnya fungsi tradisi lisan sebagai sarana pendidikan, yakni sebagai sarana penyampaian nilai luhur bangsa.

(36)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menjawab permasalahn kepunahan tersebut, sebenarnya ada bermacam model pelestarian yang dapat diterapkan seperti, model pelestarian dalam bentuk buku, model pelestarian dalam bentuk gambar, model pelestarian dalam bentuk rekaman suara, atau model pelestarian dalam bentuk pertunjukan. Sebenarnya model dalam bentuk pertunjukan ini, masih dilakukan oleh masyarakat Muna, namun bila dibandingkan dengan tempo dulu, pelaksanaannya makin jarang. Namun, masih lebih sedikit lagi bila dibandingkan dengan model pelestarian melalui perekaman (audiovisual) karena keterbatasan alat rekam keterbatasan kemauan generasi untuk melakukan perekaman karena mereka lebih senang memiliki rekaman lagu-lagu modern. Dari sisi pemerintah, pelestarian budaya Muna jarang sekali dilakukan. Setiap tahunnya (peringatan 17 Agustus) pemerintah lebih mengedepankan festival modern dibandingkan dengan pertunjukan budaya lokal.

Melihat keterangan di atas, maka penulis berkehendak melestarikan nyanyian mbue-bue ini melalui bahan bacaan berupa buku kumpulan nyanyian mbue-bue yang sudah dianalisis secara ilmiah agar bisa dijadikan sebagai inspirasi untuk generasi berikutnya. Penulis memilih model pelestarian ini karena dianggap sangat efektif dari segi waktu pelestarian dan lebih efisien dilihat dari segi rangsangan kemauan generasi berikutnya.

B. Alternatif Pelestarian Mbue-bue

1. Melalui Dokumen

(37)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kumpulan nyanyian ini dapat lebih mudah didapatkan sehingga memungkinkan untuk berganti tangan dalam hal penyebarannya.

Buku kumpulan nyanyian ini merupakan sumber tertulis yang dapat disajikan sebagai ilmu pengetahuan yang bersumber dari hasil penelitian ilmiah. Untuk menjawab ketidaktahuan pembaca terhadap lirik lagu dalam buku kumpulan nyanyian ini, penulis akan menyajikannya dalam bentuk teks yang sudah dilengkapi dengan petunjuk nyanyian terutama yang berkaitan dengan liriknya. Jadi pembaca tinggal menyesuaikannya saja antara teks tertulis dengan simbol-simbol yang ada dalam teks tersebut. Pembaca buku ini akan dibantu dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia agar pembaca lebih mudah memahami makna atau pesan yang disampaikan karena tidak dapat dipungkiri bahwa anak-anak di Muna saat ini sudah ada yang kurang mengerti dengan bahasa Muna. Buku juga akan dilengkapi dengan analisis berdasarkan tuturan yang ada dalam teks.

2. Model Pendidikan Keluarga

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sedyawati, 2008, hlm. 280 pada bab II bahwa ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan suatu tradisi, yakni salah satunya adalah pembahasan dalam rangka penyadaran, khususnya mengenai nilai-nilai budaya, norma, dan estetika.

(38)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikan yang dimaksud berkaitan secara langsung dengan pola tingkah laku anak. Pola tersebut akan berimbas pada terciptanya karakter pribadi yang baik. Mbue-bue yang dibahas dalam penelitian ini merupakan salah satu pola pendidikan yang dimaksud.

Sesuai dengan pembahasan yang ada dalam bab IV, salah satu kandungan mbue-bue adalah nialai pendidikan atau edukasi. Salah satu nilai yang dimaksud adalah penyampaian pesan kepada anak agar tidak mudah merasa bangga atau sombong dalam menjalani hidupnya ketika dia merasakan kesenagan maupun suatu keberhasilan.

Pelestarian dari sisi pendidikan dapat juga dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan kepada para ibu rumah tangga terkait dengan pola pembentukan karakter anak sedini mungkin. Di Muna, cara ini dilakukan pada acara dhou-dhouna sedangkan pada skala nasional model pelestarian ini dapat disisipkan pada acara posyandu karena dikedua acara itulah para ibu rumah tangga berkumpul.

Pendidikan keluarga ini berkaitan juga dengan pola pengasuhan anak yang diterapkan oleh masing-masing orang tua yang tentunya akan berbeda-beda. Pada dasarnya pola pengasuhan anak bertujuan demi kebaikan anak kelak tumbuh dewasa. Mbue-bue sangat tepat untuk dijadikan sebagai salah satu materi pengasuhan anak secara verbal karena sejak awal tradisi ini sudah bisa menyentuh hati anak sebagai pendengarnya. Dalam tradisi ini terkandung banyak pesam moral yang akan menjadi acuan anak ketika menjalani kehidupannya.

3. Model Pengasuhan Anak

(39)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam keluarga tersirat adanya anak dan orang tua yang saling membutuhkan. Selain mengembangkan potensi karakter anak dan mengembangkan potensi kompetensi anak, orang tua dalam keluarga memiliki juga peran pengasuhan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Karakter kebiasaan tangggung jawab sosial yang positif, komitmen moral, dan disiplin diri yang memberikan kesadaran internal, pengaturan pikiran dan pengaturan kehendak merupakan tujuan prioritas dalam mengasuh anak.

(40)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa nyanyian mbue-bue merupakan tradisi masyarakat Muna dengan sistem pewarisan yang menggunakan cara lisan yang lahir dari pengetahuan dan pendengaran masyarakat dan melahirkan sebuah pesan sosial. Hal ini mengajarkan kepada pemilik tradisi mengenai pentingnya menyampaikan pesan melalui mbue-bue demi tercapainya nilai-nilai sosial yang akhirnya akan berguna untuk kehidupan anak ketika besar. Secara spesifik peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Proses penyampaian mbue-bue

Mbue-bue sebagai media penyampaian pesan sosial sangat memegang peranan penting dalam meredam kemungkinan-kemungkinan sifat buruk pada anak secara langsung. Penyampaian pesan moral ini baik golongan kaomu maupun maradika dilakukan tidak terikat oleh waktu, namun disesuaikan dengan kebiasaan waktu tidur anak. Berlangsungnya mbue-bue kadang disesuaikan dengan tempat aktifitas pembue-bue (ibunya) karena pada dasarnya di Muna pengasuhan anak dilakukan sendiri oleh sang ibu (tidak memakai pembantu).

(41)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memasukan anak ke dalam kabue kemudian sang ibu menyanyikan lagu-lagu mbue-bue sampai anak tersebut tertidur.

Ada sedikit perbedaan antara nyanyian golongan kaomu dan maradika yakni dapat dibedakan dari segi redaksi lagunya. Pada nyanyian golongan kaomu ditandai dengan pemakaian kata ganti nama seperti Dhe Ina, Dhe Ege, Dhe Baabe, La Dhe Mpasole,dan sebagainya. Sedangkan pada nyanyian golongan maradika dapat ditandai dengan pemakaian kata ganti nama, seperti Wa Ana,Wa Ina, amamu, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut bila saling tertukar, diyakini akan berakibat secara psikologis pada orang-orang yang pelaku mbue-bue. Selain itu pembue-bue bila menyanyikan lagu bukan pada tempatnya akan mendapat sanksi sosial seperti akan mendapat ejekan atau tawaan dari orang-orang yang kebetulan mendengarkan.

2. Bentuk mbue-bue

Bentuk mbue-bue yang dimaksud yaitu penggunaan unsur-unsur linguistik seperti struktur, bunyi, dan gaya bahasa. Struktur mengarah pada pembahasan mengenai keberadaan morfem yakni morfem terikat dan morfem bebas. Bunyi mengarah pada pengulangan bunyi vokal (asonansi), pengulangan bunyi konsonan (aliterasi), dan irama yang tentu sangat mempengaruhi keindahan nyanyian mbue-bue. Sedangkan gaya bahasa difokuskan pada majas dan paralelisme.

(42)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari segi sintaksis ditemukan juga beberapa bentuk kalimat yang turut membangun proses penyampaian pesan moral seperti kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat pengharapan, dan kalimat pernyataan. Golongan kaomu lebih menitikberatkan pernyataan seorang ibu yang diwujudkan dalam bentuk ajakan dengan harapan anaknya atau cucunya tahan menghadapi segala kemungkinan hidup. Sedangkan golongan maradika cenderung mengarahkan penyampaian pesan pernyataan pengabdian seorang anak.

Selain dibangun unsur morfologi dan sintaksis, mbue-bue juga didukung oleh unsur bunyi yakni asonansi,alitarasi, dan irama. Secara umum, pengulangan bunyi mbue-bue baik golongan kaomu maupun golongan maradika lebih menitikberatkan bunyi vokal sedangkan bunyi konsonan terlihat hanya sebagai pelengkap atau variasi bunyi saja.

Dari segi gaya bahasa, mbue-bue lebih banyak menggunakan pengulangan baik pengulangan kata, bunyi di dalam kata, maupun pengulangan gabungan kata dalam kalimat. Gaya yang banyak digunakan untuk memperindah bunyi mbue-bue yakni paralelisme, repetisi, dan sedikit personifikasi.

3. Ko-teks mbue-bue

Lagu yang digunakan dalam nyanyian mbue-bue sebagian besar dibangun oleh kata atau suku kata yang sama sehingga intonasi yang terdengar antarbaris atau antarlarik mengandung bunyi yang imbang. Ketika menyanyikan mbue-bue, pembue-bue harus bisa menciptakan suasana yang tenang dengan cara membatasi jarak orang-orang yang berada di sekitar tempat membue-bue agar tidak menimbulkan bunyi-bunyian yang lain atau menimbulkan kebisingan sehingga anak akan susah tidur.

(43)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpengaruh pada kenyamanan tidur sang anak karena selain disorong ke kiri dan ke kanan kadang kabue juga bergerak naik turun.

4. Konteks mbue-bue

Konteks yang dimaksudkan pada bagian ini adalah konteks penuturan, konteks budaya, dan konteks sosial. Konteks penuturan berkaitan dengan gambaran segala situasi saat berlangsungnya proses mbue-bue yakni waktu, tempat, penutur, dan suasana mbue-bue.

Mbue-bue dapat dilakukan oleh ibu atau anak remaja perempuan pada pagi, siang, dan malam hari bahkan kadang dapat didengarkan pada saat subu di tempat yang tidak dapat dipastikan karena harus disesuaikan dengan kepentingan lain sang pembue-bue. Karena bertujuan untuk menidurkan anak, maka suasana mbue-bue ini dibuat senyaman mungkin agar tujuan tersebut cepat tercapai. Konteks budaya lebih melihat mbue-bue sebagai kewajiban para ibu rumah tangga untuk melakukannya baik golongan kaomu maupun maradika, hanya yang membedakannya adalah sapaan-sapaan yang digunakan dalam teks.

5. Isi mbue-bue

(44)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai nyanyian pelipur lara, mbue-bue menggambarkan pengalaman hidup sampai pada pengetahuan dunia. Mbue-bue dapat berfungsi sebagai: (1) ajang curhat orang tua (ibu), (2) penyambung rasa antara ibu dan anak, (3) sarana penyampaian pesan-pesan orang tua (ibu) kepada anaknya, (4) suplemen pranata kehidupan sosial, (5) sebagai edukasi, (6) fungsi keagamaan.

B. Saran

Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk melestarikan tradisi-tradisi di Muna agar terhindar dari geseran budaya luar sehingga mbue-bue dapat terhindar darii kepunahan. Bertolak dari uraian tersebut, penulis ingin mengajak pihak-pihak yang terkait untuk menjaga memelihara dan mempertahankannya demi kesinambungan budaya daerah Muna. Mbue-bue merupakan salah satu kekayaan budaya daerah Muna yang harus dilestarikan sampai kapanpun agar anak cucu kita bisa merasakan efeknya. Oleh karena itu, dibutuhkan kebersamaan yang kuat dan harus melibatkan semua pihak mulai dari generasi baru, para orang tua, sampai pada masyarakat pendahulu untuk selalu melibatkan diri dalam berbagai usaha pemertahanan. Oleh karena itu ada beberapa poin yang menjadi harapan penulis terkait dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) Sepengetahuan penulis, belum ada peneliti yang khusus meneliti nyanyian mbue-bue. Dengan demikian diharapkan penliti berikutnya dapat mengungkap hal-hal lain yang berkaitan dengan nyanyian mbue-bue yang sebelumnya luput dari kesadaran penulis.

(45)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia, oleh karena itu diharapkan ada peneliti selanjutnya yang akan mengungkap makna yang ada di balik kebudayaan daerah yang beragam ini di masa yang akan datang.

3) Peenelitian ini membuktikan bahwa nyanyian mbue-bue memiliki nilai kehidupan yang masih seimbang dengan kehidupan sekarang ini. Oleh karena itu, harapan penulis agar seluruh masyarakat Muna tetap menjaga keberadaan tradisi ini dan mewariskannya secara terus menerus.

(46)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. (2013). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Amir, A. (2013). Sastra lisan indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Badrun, A. (2003). Putu mbojo: Struktur, Konteks pertunjukan, Proses penciptaan, dan Fungsi. Disertasi FIPB UI Jakarta: Tidak diterbitkan.

Bakker, J.W.M. (1984). Filsafat kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Couvreur, J. (2001). Sejarah dan kebudayaan kerajaan muna. (Rene van den Berg, penerjemah). Kupang: ArtaWacana Press.

Danandjaja, J. (1997). Folklor indonesia: Ilmu gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Dariyo, A. 2011. Psokologi perkembangan anak tiga tahun pertama. Bandung: Refika Aditama.

Endaswara, S. (2006). Metodologi penelitian kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Endaswara, S. (2009). Metodologi penelitian folklor: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Medpres

Finoza, L. (2010). Komposisi bahasa indonesia: Wacana, Alinea, Kalimat, Diksi, Kata & Frasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Hutomo, S. S. (1991). Mutiara yang terlupakan. Pengantar studi sastra lisan. Surabaya: HISKI.

(47)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kuntjara, E. (2006). Penelitian kebudayaan, sebuah panduan praktis.Yogyakarta: Graha Ilmu.

La Oba. (2005). Muna dalam lintasan sejarah. Bandung: Sinyo MP. Luxemburg. (1989). Tentang sastra. Jakarta: Intermesta.

Maliudin. (2012). Nyanyian rakyat kau-kaudara dalam masyarakat muna (kajian struktur teks, konteks, dan fungsi serta upaya pelestariannya di sekolah). Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia SPS UPI.

Minderop, A. (2011). Psikologi sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nazriani. (2012). Mantra dalam upacara pesondo: kajian struktur teks, konteks

penuturan, proses penciptaan dan fingsi, serta kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan ajar di SMA. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia SPS UPI.

Pateda, M. (2010). Semantik leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pradopo, R. J. (2012). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pudentia MPSS. (2008). Metodologi kajian tradisi lisan. Jakarta: ATL.

Rusyana, Y. (2006). Peranan tradisi lisan dalam ketahanan budaya (makalah). Bandung.

Sedyawati, E. (2008). Keindonesiaan dalam budaya (buku 2). Jakarta: WedatamaWidya Sastra.

Sibarani. (2012). Kearifan lokal: haikat, peran, dan metode tradisi lisan. Jakarta:ATL

Siswantoro. (2011). Metode penelitian sastra: analisis struktur puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(48)

La Ode Kamsir Ani, 2014

Nyanyian Mbue-bue sebagai bentuk tradisi menidurkan anak di kabupaten Muna Kabupaten Sulawesi Tenggara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sukatman. (2009). Butir-butir tradisi lisan indonesia pengantar teori dan pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.

Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran kosa kata. Bandung: Angkasa. Welk, R. dan Austin, W. (1989). Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Widagdho, J. dkk. (2012). Ilmu budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ong, W. J. (1983). Orality and literacy: the technologizing of the word. London, New York: Methuen.

Gambar

Tabel 3.1., Instrumen Wawancara
Tabel 3.2., Pedoman Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara, salah satunya adalah Program Gerakan Nasional Kakao (GERNAS). Salah

Sesuai dengan hasil evaluasi kelompok kerja, maka perusahaan Saudara merupakan salah satu penyedia Barang/jasa untuk diusulkan sebagai calon pemenang pada paket tersebut di

Salah satu tujuan keikutsertaan para generasi muda dalam ritual ini adalah agar mereka dapat belajar mengenai cara-cara ritual kaago-ago , sehingga di masa yang akan

a) Menjadikan Taman Buaya Indonesia Jaya sebagai salah satu objek pariwisata edukasi Kabupaten Bekasi yang ber-skala internasional. b) Mendapatkan sebuah konsep perencanaan dan

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas adalah penerapan teknologi usahatani jagung yang belum optimal dan sebagian besar pet- ani masih menggunakan varietas lokal

Oleh karena kehidupan Suku Bajo sangat dekat dengan laut, maka suatu hal yang perlu dikaji bahwa bagi mereka nelayan dan laut dapat dipandang sebagai budaya, sumber mencari nafkah

Salah satu gambar tangan di Gua Metanduno diperkirakan berjari runcing (Oktaviana, Bulbeck, et al., 2016). Gambar tangan berjari runcing di Gua Metanduno berada di bawah imaji

Penelitian ini dibuat dengan maksud sebagai salah satu strategi menghadirkan media film animasi yang mampu mengenalkan dan memberikan contoh pengamalan moral Pancasila dalam sendi-sendi