• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Industri otomotif di Indonesia telah menjadi salah satu industri yang sangat potensial. Pemerintah menargetkan pada tahun 2014 industri otomotif akan tumbuh 7% dari tahun ini. Menurut Budi Darmadi selaku Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, pada tahun 2012 dan 2013, pelaku usaha intens membangun industri mobil. Ada lebih dari 100 industri komponen baru berdiri kata di Gedung DPR RI. Dengan bertambahnya industri komponen baru tersebut, kapasitas produksi mobil di Indonesia pun turut mengalami peningkatan menjadi sekirar 1,6 juta unit -1,7 juta unit mobil. Pada tahun 2011, sebelum bertambahnya industri komponen baru, kapasitas produksi mobil di Indonesia hanya berkisar 950.000 unit. Pada tahun 2014, dengan kapasitas 1,6 juta unit mobil, Budi memprediksi produksi mobil secara nasional akan mencapai angka 1,3 juta unit -1,4 juta unit mobil, (Prasetyo, 2013).

Melihat dari kondisi pertumbuhan otomotif yang terus bertumbuh setiap tahunnya, mengakibatkan permintaan atas suku cadang otomotif di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehingga perusahaan dituntut untuk memiliki manajemen operasional yang baik. Menurut Herjanto (2007:2), manajemen operasional adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan.

Dari pengertian mengenai manajemen operasional di atas, pastinya seluruh perusahaan perlu menerapkan manajemen operasional yang baik, terutama untuk kondisi-kondisi tertentu, seperti saat permintaan dari konsumen yang sangat banyak. Apabila permintaan dalam keadaan yang sangat berlebih, dan perusahaan memiliki manajemen operasional yang baik, maka pendistribusian produk kepada konsumen atau distributor pun tidak menjadi masalah bagi perusahaan, namun apabila permintaan dari konsumen atau distributor tidak dapat diimbangi dengan manajemen operasional yang baik, maka kerugian-kerugian akan muncul.

(2)

PT. Adhi Wijayacitra adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan komponen otomotif. Perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang usaha Metal Forming ini berdiri sejak tahun 1985 ini berlokasi di Jalan Raya Narogong KM 12 Pangkalan 1B Bantar Gebang, Bekasi - Jawa Barat, 17151. Sampai saat ini PT. Adhi Wijayacitra mampu mempekerjakan 800 orang karyawan yang terdiri dari para staff ahli dan bagian lain yang ada di perusahaan. Salah satu konsumen loyal dari perusahaan ini adalah PT. Astra.

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah dimana perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan berlebih, terutama permintaan atas produk Plate Fuel Pump, dan untuk pemenuhannya, perusahaan tidak bekerja sama dengan perusahaan lain dikarenakan perusahaan sangat mengutamakan mutu dan kualitas dari produk yang mereka ciptakan, sedangkan untuk lembur, hingga saat ini belum diterapkan oleh perusahaan. Hal ini diutarakan secara langsung oleh Bapak H. Linggo Suprapto selaku pemilik perusahaan yang menjelaskan bahwa memang produk Plate Fuel Pump merupakan salah satu produk yang permintaannya sangat tinggi dan dapat dibuktikan dari grafik di bawah ini:

Gambar 1.1 Grafik Permintaan Plate Fuel Pump PT. Adhi Wijayacitra Sumber: Data sekunder, PT. Adhi Wijayacitra

(3)

Dari gambar di atas, terlihat bahwa memang pada setiap bulannya, produksi yang dihasilkan tidak berhasil memenuhi permintaan dari distributor ataupun konsumen dan pada akhirnya menyebabkan pemenuhan permintaan mengalami keterlambatan. Selanjutnya, hingga saat ini, dalam memenuhi permintaan, perusahaan masih menggunakan standar reguler dengan total produksi 6000 unit per hari, oleh karena itu, perusahaan ingin mengetahui bagaimana cara perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan yang berlebih pada setahun terakhir ini. Melihat dari permasalahan tersebut, maka rekomendasi yang paling tepat untuk diterapkan adalah dengan menerapkan metode perencanaan agregat.

Bukti lain yang memperkuat adanya permasalahan dalam memenuhi permintaan yang berlebih pada PT. Adhi Wijayacitra adalah grafik biaya produksi yang terus meningkat dan dapat diuraikan sebagai berikut :

Gambar 1.2 Biaya Produksi Plate Fuel Pump PT. Adhi Wijayacitra Sumber: Data Sekunder, PT. Adhi Wijayacitra

Menurut Heizer dan Render (2010:148), Perencanaan Agregat merupakan sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah biasanya 3 sampai 18 bulan ke depan. Para manajer operasi berusaha menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, pekerjaan

(4)

lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa memang perencanaan agregat menjadi salah satu metode yang sangat tepat untuk diterapkan pada PT. Adhi Wijayacitra yang saat ini mengalami permasalahan mengenai pemenuhan permintaan yang berlebih.

Pada dasarnya, perencanaan agregat bisa diterapkan dengan menggunakan dua pendekatan meliputi pendekatan subkontrak dan lembur. Namun, dikarenakan PT. Adhi Wijayacitra sudah menolak untuk menerapkan pendekatan subkontrak, maka pendekatan yang akan diterapkan adalah pendekatan lembur. Tenaga kerja terkadang dapat dijaga tetap konstan dengan mengubah-ubah waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah, dan menambah jam kerja saat permintaan naik. Sekalipun demikian, ketika permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan mengenai banyaknya jam lembur yang dapat diberlakukan. Upah lembur memerlukan lebih banyak biaya, dan terlalu banyak jam lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya rutin yang diperlukan untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Di sisi lain, saat permintaan turun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong (menganggur) para pekerja.

Melihat dari hal tersebut, menurut penelitian sebelumnya yang dijalankan oleh Radwan, dan Aarabi (2011), pada dasarnya perencanaan agregat dapat diaplikasikan dengan dua strategi yaitu Chase Current Demand dan Average Gross Demand. Dengan dasar penelitian sebelumnya tersebut, maka penelitian ini akan dijalankan untuk mengetahui strategi apa yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan berlebih dilihat dari biaya produksi yang paling optimal dan selanjutnya penelitian ini akan diberi judul : “Penerapan Perencanaan Agregat Dengan Pendekatan Lembur Guna Meminimalisasi Biaya Produksi Pada PT. Adhi Wijayacitra”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dilihat dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan di atas adalah:

1. Bagaimana perhitungan total biaya produksi dengan metode Chase Current Demand pada PT. Adhi Wijayacitra?

(5)

2. Bagaimana perhitungan total biaya produksi dengan metode Average Gross Demand pada PT. Adhi Wijayacitra?

3. Metode apakah yang paling optimal untuk dapat diterapkan oleh PT. Adhi Wijayacitra dalam memenuhi permintaan pada musim puncak.?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dibatasi dengan pembahasan mengenai strategi Average Gross Demand dan Chase Current Demand dengan pendekatan lembur. Pendekatan subkontrak tidak diterapkan dalam penelitian ini dikarenakan pihak perusahaan tidak berencana untuk melakukan subkontrak dengan perusahaan lain. Selanjutnya, fokus dalam penelitian ini adalah produk Plate Fuel Pump yang memiliki permintaan sangat tinggi dari distributor maupun konsumen, dan produk inilah yang selalu mengalami permintaan berlebih dari pasar.

1.4 Tujuan Penelitian

Selanjutnya dari uraian formulasi masalah dan ruang lingkup penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan perhitungan total biaya produksi dengan metode Chase Current Demand pada PT. Adhi Wijayacitra.

2. Untuk memberikan perhitungan total biaya produksi dengan metode Average Gross Demand pada PT. Adhi Wijayacitra.

3. Untuk memberikan rekomendasi metode dengan biaya produksi paling optimal yang dapat diterapkan oleh PT. Adhi Wijayacitra dalam memenuhi permintaan pada musim puncak.

1.5 States of the Arts

Penelitian ini didasari atas beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki konsep serupa sebagai berikut:

(6)

Tabel 1.1 State of The Art

Peneliti Judul Hasil

Octavianti et al (2012)

Aggregate Production Planning For Tobacco Products P01 And P02 In PT X

Strategi agregat terpilih adalah Hybrid Strategy yang memberikan total biaya produksi paling minimum sebesar Rp 34.309.781.219, dimana biaya produksi mengalami penghematan sebesar Rp 234.376.086 dari biaya produksi awal

perusahaan. Perencanaan produksi agregat untuk satu tahun ke depan memberikan perkiraan biaya produksi sebesar Rp 36.058.349.808. Radwan dan Aarabi

(2011)

Study of Implementing Zachman Framework for Modeling Information Systems for Manufacturing Enterprises Aggregate Planning

Penerapan aggregate planning telah berhasil diterapkan untuk permasalahan mengenai permintaan yang berlebih pada industri manufaktur Moses dan Seshadri

(2000)

Using Modeling Software for Operations Improvement

Permasalahan mengenai pengaturan kapasitas dapat diselesaikan dengan perencanaan agregat Sumber: Data Sekunder, Studi Pustaka, 2014

Gambar

Gambar 1.1 Grafik Permintaan Plate Fuel Pump PT. Adhi Wijayacitra  Sumber: Data sekunder, PT
Gambar 1.2 Biaya Produksi Plate Fuel Pump PT. Adhi Wijayacitra  Sumber: Data Sekunder, PT
Tabel 1.1 State of The Art

Referensi

Dokumen terkait

Namun kemudahan strategi penjualan ini ternyata masih belum dimanfaatkan oleh banyak pedagang kecil dan menengah, sehingga dibutuhkan pelatihan singkat untuk memahami strategi

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Menentukan bobot latihan setiap jenis keterampilan berdasarkan hasil analisis terhadap respons yang muncul dan tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mempraktikkan

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Komposisi tari yang demikian biasanya apabila garapan cengkok kendangnya lemah, maka terinya dirasakan sangat lemah, (coba menarilah gambyong atau ngremo tanpa kendang

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR