• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesionalisme di Tempat Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profesionalisme di Tempat Kerja"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Profesionalisme di Tempat Kerja

Oleh: Iqbal Islami *)

Pendahuluan

Nilai yang kedua dari lima nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) adalah profesionalisme. Tidak salah bagi Kemenkeu menempatkan profesionalisme sebagai nilai yang kedua setelah nilai integritas. Sebagai sebuah organisasi yang besar dan mengemban tugas besar dalam mengelola keuangan Negara maka sudah barang tentu orang-orang yang bekerja di Kemenkeu dituntut untuk bersikap dan bertindak secara professional di tempat kerjanya.

Menurut nilai-nilai Kemenkeu, profesionalisme diartikan sebagai bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Selanjutnya diuraikan juga bahwa terdapat dua perilaku utama yang termasuk dalam nilai profesionalisme ini, yaitu pertama mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas; dan kedua adalah bekerja dengan hati. Dengan memiliki keahlian dan pengetahuan yang luas maka seseorang akan memiliki kepercayaan yang tinggi, mampu bekerja efisien dan efektif, serta mampu untuk bekerja cerdas, cepat, cermat, dan tuntas.

Mau dan Bisa Bekerja

Dalam perbincangan ringan dengan seorang pejabat eselon I dari suatu kementerian, pejabat tersebut menyatakan bahwa karakteristik pegawai yang dia cari untuk membantunya dalam bekerja adalah pegawai yang mau dan bisa bekerja. Mengapa? Pejabat tersebut menyatakan bahwa apabila seorang pegawai hanya memiliki salah satu karakteristik saja maka kinerjanya tidak akan maksimal. Dia mencontohkan seorang pegawai yang pintar dan mempunyai keahlian yang tinggi sehingga sebenarnya ia akan mampu untuk mengerjakan tugasnya dengan baik tetapi ia tidak mau bekerja maka pasti hasil kerjanya tidak akan memenuhi harapan. Malahan yang bersangkutan akan merepotkan atasannya saja. Karena tidak mau

(2)

2

bekerja maka pegawai tersebut menjadi jarang ada pada waktu diperlukan dan apabila diberi tugas juga tidak akan dikerjakan secara cermat dan tuntas. Hal ini terjadi karena pegawai tersebut walaupun pintar dan bisa bekerja tetapi tidak mau bekerja.

Sebaliknya, seorang pegawai yang mau bekerja tetapi tidak memiliki pengetahuan dan keahlian yang cukup untuk melakukannya maka pegawai tersebut tidak akan bisa melakukan tugasnya dengan baik juga. Hasil pekerjaannya walaupun diselesaikan tepat waktu namun karena memang ia tidak bisa melakukannya maka hasilnya biasanya kurang berkualitas atau bahkan tidak memenuhi harapan.

Oleh sebab itu, adalah penting bagi seorang pegawai untuk memiliki dua karakter tersebut yaitu mau dan bisa bekerja. Dengan mau dan bisa bekerja maka seorang pegawai akan mampu untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Dua karakter mau dan bisa bekerja inilah yang akan membuat seorang pegawai mampu untuk bekerja secara profesional di tempat kerjanya. Oleh karena itu, untuk bisa bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi maka seorang pegawai harus mau dan bisa bekerja.

Mau dan bisa bekerja ini sangat sesuai dengan dua perilaku utama dari nilai profesionalisme yang ada pada nilai Kemenkeu yaitu pertama mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas dan kedua bekerja dengan hati. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas bisa disandingkan dengan bisa bekerja. Sedangkan bekerja dengan hati bisa disandingkan dengan mau bekerja.

1. Mempunyai Keahlian dan Pengetahuan yang Luas

Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas dapat dicapai dengan menjadikan budaya belajar sebagai nilai yang hidup dalam kehidupan sehari-hari para pegawai. Dengan demikian, belajar akan menjadi kebutuhan dari para pegawai tersebut. Sehingga, mereka selalu haus akan ilmu dan pengetahuan baru yang akan menjadikan mereka menjadi lebih mampu dalam melakukan pekerjaannya. Belajar tidak lagi dianggap sebagai tugas dan kewajiban yang berat tetapi sudah menjadi kebutuhan yang muncul dari dalam. Mereka akan

(3)

3

melakukan kegiatan pembelajaran dengan senang hati. Hal ini terjadi karena adanya dorongan yang kuat dari dalam (inside out) diri mereka sendiri untuk belajar.

Dengan belajar seorang pegawai akan dapat memperoleh pengetahuan dan keahlian yang baru yang sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan tantangan yang dihadapi. Dengan memiliki pengetahuan dan keahlian yang baru tersebut maka seorang pegawai akan memiliki kepercayaan yang tinggi, dan mampu untuk bekerja secara efisien dan efektif, serta mampu untuk bekerja cerdas, cepat, cermat, dan tuntas.

Namun demikian, organisasi tempat bekerja para pegawai tidak cukup hanya menuntut para pegawainya untuk memiliki pengetahuan dan keahlian yang luas. Organisasi juga harus menyediakan fasilitas dan sumberdaya yang memungkinkan para pegawainya untuk mengembangkan diri dan mempelajari pengetahuan dan keahlian baru. Oleh sebab itu, program pendidikan dan pelatihan professional yang berkelanjutan harus secara formal disediakan oleh suatu organisasi untuk mengembangkan kapasitas para pegawainya. Pendidikan dan pelatihan yang disediakan harus benar-benar berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan para pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari.

Pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan tidak boleh hanya untuk memenuhi aspek formalitas dalam pengertian bahwa program pendidikan dan pelatihan telah dilaksanakan namun tidak mempunyai dampak yang besar dalam peningkatan pengetahuan dan keahlian para pesertanya. Hal ini dapat terjadi apabila program pendidikan dan pelatihan tidak dipandang sebagai suatu hal yang penting oleh suatu organisasi. Akibatnya, pada organisasi yang demikian tidak banyak sumberdaya yang disediakan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi para pegawainya.

Pada perusahaan-perusahaan yang telah terbukti sukses menjadi pemimpin pasar di industrinya masing-masing, biasanya akan ditemukan adanya unit kerja yang penting dan bergengsi yang menangani masalah pendidikan dan pelatihan bagi para pegawai perusahan tersebut. Sebagai contoh diantaranya adalah General Electric (GE) di Amerika serikat dan Astra International di Indonesia.

Dari 600 pemimpin pada GE, 90% diantaranya dipromosikan dari dalam GE sendiri. Mengapa? Karena GE meyakini bahwa program pengembangan SDM yang mereka miliki mampu untuk menghasilkan orang-orang dengan profesionalisme yang tinggi yang memiliki

(4)

4

semangat tinggi, pengetahuan dan keahlian yang luas, serta komitmen yang tinggi yang mampu untuk menjadi pemimpin di unit-unit usaha GE.

Setiap tahunnya GE menginvestasikan lebih dari US$1 milyar untuk mengembangkan SDM nya. Pusat pelatihan kepemimpinan GE adalah John F. Welch Leadership Development Center, lebih dikenal sebagai “Crotonville,” yang didirikan pada tahun 1956 dan berlokasi di Crotonville, New York. Setiap tahunnya kampus ini mendidik sekitar 10.000 pegawai dan konsumen GE.

Bagi pegawai-pegawai GE, mulai dari pegawai baru sampai dengan eksekutif puncak yang berprestasi, menganggap perjalanan dan pengalaman belajar di kampus ini seperti perjalanan ke tanah suci yang memberikan pengalaman belajar yang transformatif. Bahkan bagi sejumlah pegawai GE, pengalaman belajar di Crotonville ini merupakan pengalaman yang merubah karir mereka di kemudian hari.

Hampir sama dengan yang terjadi di GE, Astra International juga memiliki Astra Management Development Institute (AMDI) yang menjadi pusat pengembangan manajemen perusahaan yang berperan dalam mempersiapkan kader-kader pemimpin Astra. Visi AMDI adalah “To drive Astra towards one of the best talent and knowledge enterprises (Lenoprise) in Asia Pacific”.

Materi pelatihan di AMDI ditekankan pada unsur-unsur budaya perusahaan, kompetensi dasar, manajemen dan kepemimpinan. Pelatihan yang dilakukan dimaksudkan untuk menciptakan pemimpin yang memiliki daya saing tinggi dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif. Dengan adanya AMDI ini maka Astra tidak mengalami kekurangan pasokan calon-calon pemimpin perusahaan yang memiliki profesionalisme yang tinggi.

Untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuan para pegawainya, Kemenkeu telah mempunyai Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Menjadi tantangan bagi BPPK ke depan untuk dapat menyediakan program-program diklat yang berkualitas tinggi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan para pegawai di lingkungan Kemenkeu untuk menjadi para pegawai yang mempunyai tingkat profesionalisme yang tinggi. Untuk menjawab tantangan tersebut, BPPK kini sedang dalam proses transformasi struktur organisasi untuk mampu menjadi menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan diklat keuangan Negara yang dapat memuaskan pengguna layanan, baik peserta diklat maupun instansi pengirimnya.

(5)

5 2. Bekerja Dengan Hati

Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas adalah perlu namun tidak cukup. Keahlian dan pengetahuan yang luas yang dimiliki seorang pegawai tidak akan ada gunanya apabila tidak digunakan dan diaplikasikan dalam bekerja. Untuk dapat bekerja secara maksimal untuk menghasilkan yang terbaik maka seorang pegawai harus bekerja dengan sepenuh hati.

Apabila seseorang dalam bekerja tidak hanya menggunakan otak dan fikirannya saja tetapi juga bekerja dengan sepenuh hati maka pada waktu bekerja akan timbul dorongan semangat yang kuat yang berasal dari dalam untuk dapat bekerja sebaik mungkin. Dorongan semangat yang berasal dari dalam diri sendiri tersebut akan menimbulkan energi dan kemauan yang kuat untuk bekerja dengan lebih produktif dan lebih baik untuk mencapai hasil yang maksimal.

Bekerja tidak lagi dianggap sebagai kewajiban yang memberatkan namun bekerja dianggap sebagai hal yang menyenangkan sehingga pekerjaan dilakukan dengan hati yang senang tanpa keterpaksaan. Dengan demikian kita akan mempunyai kemauan yang kuat untuk bekerja lebih baik, efisien, dan produktif. Dengan bekerja sepenuh hati, keahlian dan pengetahuan yang dimiliki akan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya karena fikiran kita semakin tajam dan jernih. Selain itu, bekerja dengan sepenuh hati juga akan menyebabkan fisik kita tidak cepat merasa lelah sehingga kita akan mampu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas, akurat, dan tepat waktu.

Kemampuan untuk bekerja dengan hati merupakan soft competency. BPPK melalui Pusdiklat Pengembangan SDM telah dan sedang terus mengembangkan diklat-diklat berbasis kompetensi yang bersifat soft compentency. Dengan diklat semacam ini diharapkan para pegawai di lingkungan Kemenkeu akan memiliki kompetensi untuk bekerja dengan sepenuh hati di tempat kerjanya.

Kesimpulan

Adalah merupakan suatu keharusan bagi seorang pegawai untuk bekerja dengan professional yaitu bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab

(6)

6

dan komitmen yang tinggi. Untuk bekerja dengan professional maka seorang pegawai harus mau dan bisa melakukan pekerjaaan yang menjadi tugas dan fungsinya.

Untuk bisa atau mampu melakukan pekerjaaan seorang pegawai harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang luas. Untuk mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas tersebut maka seorang pegawai harus mempunyai budaya belajar agar dapat selalu menambah keahlian dan pengetahuan baru yang sesuai dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi. Agar budaya belajar ini dapat berlangsung secara efektif maka organisasi tempat para pegawainya bekerja harus pula menyediakan sumber daya yang cukup agar para pegawainya tersebut dapat belajar dan berlatih untuk mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.

Selain bisa bekerja, seorang pegawai pun harus mau bekerja. Kemauan bekerja akan timbul apabila dalam bekerja seorang pegawai melakukannya dengan sepenuh hati. Bekerja dengan hati akan menimbulkan dorongan yang kuat dari dalam untuk bekerja secara efisien dan efektif, serta bekerja dengan cerdas, cepat, cermat, dan tuntas.

*) Penulis adalah Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PPSDM

Daftar Pustaka:

1. http://www.astra.co.id/index.php/profile/details/24

2. http://www.ge.com/company/culture/leadership_learning.html 3. http://powercharacter.com/id/bekerja_dengan_hati.html

Referensi

Dokumen terkait

21 Julai 2010 (9 Syaaban 1431) tanpa hakcipta – ilmu

Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini yaitu perawatan sistem kelistrikan gedung RSG- GAS menggunakan metoda Non Destructive Testing (NDT) dapat dimanfaatkan untuk

Such hierarchical approach for building outline detection is proposed by (Gerke et al., 2001), but we use model selection instead of fixed threshold of mini- mum area to be

Keluaran Tersusunnya Laporan Keuangan Semesteran 1 dokumen Hasil Meningkatnya sistem pelaporan capaian kinerja

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian faktor tunggal pupuk Organik menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan yaitu pada perlakuan

Versi terbaru adalah WebQual 4.0 yang menggunakan tiga dimensi untuk mewakili kualitas dari website , yaitu dimensi kemudahaan penggunaan ( Usability Quality ),

(2) Dalam hal terjadi perubahan besaran ADD untuk Penghasilan Tetap, Tu.njangan Kepala Desa dan Perangkat Desa maka Penyaluran ADD untuk Penghasilan Tetap, Tunjangan

Jika kesalahan yang terjadi adalah membolehkan pemain yang tidak berhak untuk melakukan free throw, maka hasil free throw yang telah dilakukan dibatalkan dan bola