• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya. memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia, mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Ciri – ciri sehat jiwa antara lain menyadari kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan hidupnya, menerima baik yang ada pada dirinya, dan mampu bekerja produktif serta memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain (Wirawan, 2007). Jika seorang individu tidak mempunyai ciri sehat jiwa seperti di atas maka individu tersebut mengalami sakit jiwanya dan membutuhkan keperawatan jiwa untuk merawat dan menyehatkan jiwa kembali. Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar, dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien, dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Yosep, 2007).

Orang yang terganggu jiwanya sering berperilaku yang maladaptif. Salah satu perilaku maladaptif adalah mencederai dirinya sendiri. Menurut Stuart (2006), mencederai diri sendiri adalah setiap akitivitas yang jika tidak

(2)

2 dicegah, dapat mengarah kepada kematian dan terdapat dua klasifikasi mencederai diri yaitu secara langsung yang mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri, dan secara tidak langsung yang meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah pada kematian. Perilaku mencederai diri tidak langsung yaitu merokok, mengebut, penyalahgunaan zat, tindak kriminal, terlibat dalam aktivitas rekreasi berisiko tinggi, dan gangguan makan (Stuart, 2006), sedangkan menurut Edwin Shneidman (1963, 1981) dalam Videbeck (2008) mendefinisikan bunuh diri menjadi 2 kategori bunuh diri yaitu langsung dan tidak langsung. Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidup seperti pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri, menembak diri sendiri, meracuni diri, melompat dari tempat yang tinggi, menengelamkan diri/sufokasi. Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati yang ditandai dengan perilaku kronis berisiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas seks bebas, ketidakpatuhan terhadap program medis, serta olahraga atau pekerjaan yang membahayakan (Videbeck, 2008).

Lebih dari 12.000 anak-anak dan remaja di Amerika dirawat di rumah sakit karena ancaman atau perilaku bunuh diri. Angka tersebut sekarang adalah 13,6 per 100.000 untuk anak laki-laki dan 3,6 per 100.000 untuk anak perempuan. Lebih dari 5.000 orang remaja melakukan bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu satu tiap 90 menit ( Kaplan, 1997 ).

(3)

3 Metode yang paling disukai adalah mengunakan pistol, urutan selanjutnya menggantung diri dan minum racun (Yosep, 2007). Angka bunuh diri di Asia Selatan dan Timur diperkirakan berkisar antara 8-50 per 100.000 orang (Hidayat, 2005, ¶3, http://www.pikiran-rakyat.com, Retieved 30 January, 2009). Sedangkan di Indonesia angka bunuh diri anak dan remaja diperkirakan 12% (Rakyat, 2004, ¶1, http://www.pikiran-rakyat.com,

Retrieved March 05, 2009). Menurut Prayitno (2007) dalam Santoso (2007)

jumlah bunuh diri di Indonesia 41% dilakukan dengan cara gantung diri dan 23% dengan cara meminum racun serangga serta sisanya lagi karena overdosis (Santoso, 2007, ¶4, http://www.vhrmedia.com, Retrieved 21 April, 2009). Tahun 2004 di Jawa Tengah tercatat 20 kasus bunuh diri (Santoso, 2007, ¶6, http://www.vhrmedia.com, Retrieved April 21, 2009).

Ide, isyarat, dan usaha bunuh diri sering menyertai gangguan depresif, dan fenomena bunuh diri tersebut, terutama pada remaja, merupakan masalah kesehatan mental masyarakat yang semakin banyak. Ide bunuh diri terjadi dengan frekuensi terbesar jika gangguan depresif adalah parah (Kaplan, 1997). Depresi yang terjadi pada remaja yang dapat menyebabkan angka bunuh diri remaja meningkat antara lain; hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit mempertahankan hubungan interpersonal dan yang paling banyak mempengaruhi adalah kehilangan orang yang dicintai atau putus cinta (Keliat, 1991). Hubungan cinta seseorang tidak selamanya berjalan lancar. Ada yang yang sukses hingga ke jenjang pernikahan dan kemudian

(4)

4 membuahkan anak, namun lebih banyak hubungan cinta yang berakhir prematur dengan kedua pihak kembali menjalankan kehidupan lajangnya masing-masing. Ada yang berakhir baik-baik dengan keduanya saling mengucapkan terima kasih dan masih menjadi teman dekat. Adapula yang berakhir tidak baik dengan keduanya saling mengucapkan “sumpah serapah” dan berurai air mata. Bagaimanapun juga, hubungan cinta yang berakhir pasti sedikit banyak menimbulkan penderitaan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya (Faulkner, 2007, ¶1, http://www.popsy.wordpress.com, Retrieved January 01, 2009).

Menurut sebuah penelitian, laki-laki selalu lebih depresif ketimbang perempuan saat mengalami putus cinta (Fatia, 2007, ¶1, http://www.detikhot.com, Retrieved January 01, 2009). Menurut survei online yang dilakukan majalah Men’s Health 26% laki-laki melakukan minum-minum bersama teman-temannya, sedangkan 36% laki-laki akan menatap foto mantan pacarnya, tersenyum, dan mengucapkan terimakasih, hal itu dilakukan menutupi perasaannya (Faulkner, 2007, ¶1, http://www.popsy.wordpress.com, Retrieved January 01, 2009). Perbandingan bunuh diri lengkap pada Laki-laki:Perempuan adalah 3:1.

Perilaku mencederai diri sendiri biasanya terjadi jika seorang individu memiliki konsep diri yang negatif terhadap dirinya sendiri. Konsep diri adalah representasi fisik seorang individu, pusat inti dari “Aku” di mana semua persepsi dan pengalaman terorganisasi yang mempunyai komponen seperti;

(5)

5 identitas diri, citra tubuh, harga diri, dan peran (Perry & Potter, 2005). Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial di mana individu yang berbeda bereaksi terhadap situasi yang sama dengan tingkat stress yang beragam (Perry & Potter, 2005). Putus cinta merupakan stresor yang dapat mempengaruhi konsep diri Remaja. Pengalaman hubungan interpersonal yang menyenangkan akan membangun konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif akan menimbulkan perilaku yang adaptif namun sebaliknya, jika seorang remaja mengalami hubungan interpersonal yang buruk maka konsep diri remaja tersebut akan menjadi negatif sehingga dapat menimbulkan perilaku yang maladaptif dan salah satu perilaku maladaptif adalah mencederai diri sendiri. Menurut Faulkner (2007) Laki-laki mengandalkan hubungan cinta untuk mendapatkan kedekatan emosional dan dukungan sosial, sementara remaja perempuan bisa mendapatkannya melalui keluarga maupun teman sesama jenis, selain itu perempuan lebih mampu beradaptasi dengan putusnya hubungan cinta karena perempuan sudah memikirkan adanya kemungkinan hal tersebut dari pada Laki-laki (Faulkner, 2007, ¶1, http://www.popsy.wordpress.com, January 01, 2009).

Fenomena ini dapat juga dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan penulis pada remaja laki-laki dan perempuan kelas XI di SMA Don Bosko Semarang. Hasil wawancara didapatkan remaja laki-laki dan perempuan kelas XI maupun yang sedang mengalami atau pernah mengalami putus cinta yang mengalami putus cinta 29% berperilaku mencederai diri sendiri. Perilaku

(6)

6 mencederai diri sendiri yang dilakukan kebanyakan secara tidak langsung seperti merokok, “dugem” dan makan yang berlebihan. Namun, ada pula yang melakukan pencederaan pada dirinya secara langsung seperti menyilet pergelangan tangannya, sedangkan remaja yang lain hanya menangis dan kemudian memilih untuk melakukan aktifitas yang dapat menyibukkan diri mereka seperti main video game ataupun pergi mall. Remaja yang berperilaku mencederai diri sendiri tersebut bersifat sementara karena kebanyakan dari mereka mencoba untuk menjalin hubungan pacaran yang baru dengan orang yang baru pula. Jika perilaku ini tidak menjadi perhatian oleh orang tua, guru maupun masyarakat maka perilaku mencederai diri akan dapat menyebabkan kematian pada remaja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut di atas maka dirumuskan masalah penelitian yaitu Hubungan Konsep Diri dengan Perilaku Mencederai Diri Sendiri Pada Remaja Laki-Laki saat Mengalami Putus Cinta di SMA Don Bosko Semarang.

(7)

7 C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan perilaku mencederai diri sendiri pada remaja laki-laki saat mengalami putus cinta di SMA Don Bosko Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi konsep diri Remaja Laki-laki saat Mengalami Putus Cinta di SMA Don Bosko Semarang.

b. Mengidentifikasi perilaku mencederai diri sendiri pada Remaja Laki-laki saat Mengalami Putus Cinta di SMA Don Bosko Semarang.

c. Mengidentifikasi hubungan konsep diri Remaja Laki-laki dengan perilaku mencederai diri sendiri saat Mengalami Putus Cinta di SMA Don Bosko Semarang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak Sekolah Menengah Atas, sebagai masukan dalam upaya membangun konsep diri remaja dalam menghadapi masalah hubungan interpersonal yang terjadi pada remaja.

2. Bagi Pihak Keperawatan (Perawat), sebagai masukan dalam mengkaji penyebab timbulnya perilaku mencederai diri sendiri yang terjadi pada remaja.

(8)

8 3. Bagi Masyarakat, sebagai fakta ilmiah yang sekarang banyak terjadi di

kalangan remaja dimana masa remaja merupakan masa pencarian konsep diri.

4. Bagi Keluarga Dengan Anak Remaja, sebagai masukan dalam memperhatikan kebutuhan perkembangan remaja.

5. Bagi Remaja, sebagai masukan dalam menghadapi hal-hal yang biasa terjadi yang menjadi tugas perkembangan bagi setiap remaja seperti putus cinta.

E. Bidang Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah- nya penulis dapat menyelesaikan Laporan tugas akhir yang

Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan ( mandatory procedure ) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan

 Kontak  langsung   dengan  penulis  Fronthea  Swastawati  (frothea_thp@undip.ac.id)...  Universitas  Gajah

Sifat penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri selain dipengaruhi oleh muatan positif dari logam Ag juga dipengaruhi oleh gugus amonium kuarterner dari kitosan yang

Orang yang diselundupkan, yang ingin tiba di sebuah negara tujuan saat jalur-jalur migrasi yang resmi telah tertutup, mungkin mengikatkan diri ke dalam sebuah kontrak yang ia

Karena saat pemeriksaan, Mud Pump tidak dalam keadaan repair sehingga pemeriksaan visual hanya dapat dilakukan pada bagian luar Mud Pump dan peralatan lain

เสียงกระซิบสูดวงใจเมื่อพุทธศักราช ๒๕๓๒ พระอานันท พุทธธัมโม ณ โฮงหลวงวัดบานปาง

Jumlah tercatat liabilitas pajak kini Kelompok Usaha pada akhir periode pelaporan adalah Rp16,2 miliar dan Rp30,1 miliar masing-masing untuk tahun yang berakhir pada