• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

Makanan tambahan berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang bayi terbiasa memakan makanan keluarga. Pemberian makanan tambahan merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Proses ini juga dibutuhkan keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).

(2)

2.1.1. Makanan Tambahan yang Baik

Makanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energy, protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosidah, 2004).

2.1.2. Waktu yang Tepat Memberikan Makanan Tambahan

Air Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu untuk petumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang dan mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut : a) seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan

(3)

nutrisi anak, b) anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat, c) risiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI, d) makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah dan sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tapi memberikan nutrient sedikit, e) ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali (Ariani, 2008)

Akibat dari kurang menyusui dan resiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat, a) anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi kesenjangan energy dan nutrient, b) anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat, c) pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.

2.1.3. Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Tambahan

Pemberian MP-ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak, menyesuaikan kemampuan alat kerja dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999).

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah resiko masaalah gizi, defisiensi zat gizi mikro (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat), menyediakan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dengan nutrient, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor,

(4)

mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan. Bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat, makanan tidak diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 1999).

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat, kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketidak tertarikan pada makanan (Ariani, 2008).

2.2. Pola Konsumsi Makanan Pada Bayi

Tahun pertama, khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang sangat kritis dalam kehidupan bayi, pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. ASI harus merupakan makanan utama pada masa ini. Biasanya makanan tambahan terhadap bayi diperlukan pada semester kedua untuk mempertahankan pertumbuhan anak pada kecepatan yang sama, umumnya ini berarti antara umur empat sampai enam bulan.

(5)

Memperkenalkan makanan tambahan pada umur empat sampai enam bulan ini disebabkan karena alasan psikologis dan psikososial.

ASI harus merupakan makanan satu-satunya (eksklusif) untuk bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Makanan tambahan pertama diberikan adalah terutama untuk memberikan tambahan energi serta untuk memulai proses pendidikan dan akulturasi, kebutuhan makanan tambahan yang meningkatkan agar campuran ASI dan makanan tersebut dapat memberikan energi dan protein yang diperlukan anak. Pada suatu saat makanan tambahan secara keseluruhan menggantikan peran ASI, dalam hal ini berarti si bayi disapih atau tidak menyusui lagi pada ibunya sebaiknya hal ini dilakukan bila bayi telah berumur dua tahun.

Selama proses penyapihan tersebut, makanan tambahan yang diberikan harus mengandung nilai kalori dan kadar protein yang cukup tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Pada masa kini makanan tambahan untuk bayi tersebut banyak diproduksi oleh industri dan mudah diperoleh di pasaran. Masaalah ekonomi untuk memperoleh produk tersebut, makanan orang dewasa yang terdiri dari serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan serta sayuran dan buah-buahan dapat diformulasikan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat-zat gizi.

2.3. Prasyarat Pemberian Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) akan berkontribusi pada perkembangan optimal seorang anak bila dilakukan secara tepat. Sebagai panduan

(6)

pemberian MP-ASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan empat hal berikut diantaranya: a) saat yang tepat pemberian makanan pada bayi merupakan upaya pengenalan bertahap, mulai dari makanan murni cair (ASI), makanan lunak (bubur susu), kemudian makanan lembek (tim saring), makanan agak kasar, hingga makanan padat (makanan orang dewasa) pada usia diatas 12 bulan. Pemberian yang terlalu dini akan mengganggu penyerapan zat gizi, sebaliknya, pengenalan yang terlambat akan meningkatkan resiko kesulitan makan pada anak di fase berikutnya. Informasi mengenai waktu pengenalan makanan yang dianjurkan biasanya diperoleh tidak hanya dari tenaga kesehatan, tetapi juga internet, majalah dan buku mengenai pemberian makan pada anak, serta informasi yang tercantum pada KMS, b) adekuat (mencukupi). Makanan yang diberikan harus mengandung kalori, protein, dan mikronutrien (zat besi, vitamin A, dan lain-lain) yang cukup. Secara sederhana, ini berarti memberikan makanan yang tidak hanya sekedar menyenangkan anak, tetapi secara seimbang juga memberikan kecukupan zat gizi lain untuk pertumbuhan dan perkembangannya misalnya pemberian nasi dan kerupuk saja, walaupun secara kalori tidak kekurangan dan tidak akan membuat seseorang lapar, namun nilai gizinya perlu dipertanyakan karena asupan protein dan mikronutrien terabaikan, c) bersih dan aman. Pemilihan bahan makanan maupun cara pengolahannya penting untuk menjamin nutrisi yang baik bagi anak.

(7)

2.4. Faktor yang Memengaruhi Pemberian MP-ASI 2.4.1.Faktor Internal

Faktor internal adalah beberapa faktor yang memengaruhi dari dalam si individu untuk melakukan sesuatu. Adapun yang menjadi faktor internal meliputi pengetahuan, sikap, dan motivasi.

2.4.1.1. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melaukukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif seperti “tahu, memahami, aplikasi, analisa sintesis dan evaluasi.” Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Roesli (2000), bahwa hambatan utama tercapainya ASI eksklusif dan pemanfaatan MP-ASI yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif dan MP-ASI pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik pada bayinya dan seorang bayi akan kehilangan

(8)

sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal, pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian pisang atau nasi lembek sebagai tambahan ASI di pedesaan. Azwar (2003), menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dimulai dari masa persalinan sampai pasca melahirkan berdampak terhadap sikap ibu yang kemudian akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan artinya tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap kebutuhan baik untuk dirinya maupun orang lain. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah mayoritas akan acuh tak acuh dengan kondisi bayinya sebaliknya ibu dengan tingkat pengetahuan lebih biasanya akan sangat peduli terhadap kondisi anaknya baik itu terhadap pemberian ASI ekslusif maupun sampai pemberian makanan pendamping ASI.

2.4.1.2. Sikap Ibu

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Cardno dalam Notoatmodjo (2003), membatasi sikap sebagai hal yang memerlukan predisposisi yang nyata dan variabel disposisi lain untuk memberi respons terhadap objek sosial dalam interaksi dengan situasi dan mengarahkan serta memimpin individu dalam bertingkah laku secara terbuka.

(9)

Newcomb dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, akan tetapi sebagai salah satu predisposisi tindakan untuk perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional.

Krech dalam Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa sikap menggambarkan suatu kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif sehingga selalu dapat diukur dalam bentuk baik dan buruk atau positif dan negatif. Selanjutnya Mucchielli dalam Notoatmodjo (2003) menegaskan sikap sebagai suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relatif terhadap kategori tertentu dari objek, orang atau situasi.

Menurut Fathurahman (2004), menyatakan bahwa, sikap ibu dapat memengaruhi sebahagian besar bayi pernah diberikan MP-ASI pada kelompok umur 0-1 bulan dan umur 2-3 bulan. Secara keseluruhan ada perbedaan pemberian MP-ASI pada bayi di perkotaan dan pedesaan. Jenis MP-ASI yang diberikan di perkotaan umumnya berupa susu/makanan formula, sedangkan di pedesaan adalah makanan tradisional.

2.4.1.3. Motivasi

Secara umum motivasi sering diartikan dengan istilah dorongan dari diri sendiri. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Motivasi tersebut merupakan suatu “driving force” yang menggerakkan

(10)

manusia untuk bertingkah laku, didalam perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat). Oleh karena itu dilihat dari pendapat ini motivasi adalah merupakan sejumlah proses-proses psikologika. Terjadinya peristiwa kegiatan sukarela (volunteer) yang diarahkan ketujuan tertentu, baik yang bersifat internal maupun eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi. Motivasi dapat menjadikan manusia lebih semangat dan kreatif dalam menjalankan sesuatu.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan Diana Nurafifah (2007) menyatakan bahwa dalam pemberian ASI eksklusif, sebagian ibu tidak mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga mereka tidak mempunyai motivasi untuk menyusui bayinya. Hal ini terlihat dari sebahagian ibu telah memberikan makanan pendamping air susu ibu (PASI) sejak dini dianggap sebagai suatu hal yang baik agar bayi cepat tumbuh besar, gemuk dan tidak sakit.

2.4.2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah beberapa faktor yang memengaruhi dari luar si individu untuk melakukan sesuatu. Adapun yang menjadi faktor eksternal meliputi dukungan keluarga, peran petugas kesehatan, dan sosial budaya.

(11)

2.4.2.1. Dukungan Keluarga

Sarafino (2003) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram.

Taylor (1995), mengungkapkan bahwa keluarga dan perkawinan adalah sumber dukungan sosial yang paling penting. Dukungan keluarga berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman, dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan memengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis.

Bagian dari keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui yaitu suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya, mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu (Roesli, 2007).

(12)

Suami dan anggota keluarga lainnya dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok. Pengertian suami tentang peranannya yang sangat penting ini merupakan langkah pertama mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif dan hal ini merupakan suatu investasi yang berharga. Hubungan yang baik antara seorang ayah dan bayinya merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di kemudian hari (Roesli, 2007).

Kelompok ibu-ibu yang sehat dan produksi ASI-nya bagus, sebetulnya yang paling memungkinkan dapat memberikan ASI dengan baik, tetapi banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain faktor keluarga dan kekerabatan. Tidak semua suami atau orang tua akan mendukung pemberian ASI, misalnya, suami merasa tidak nyaman apabila istrinya menyusui. Pada waktu seorang ibu melahirkan, keluarga besar atau kerabatnya berdatangan untuk membantu merawat ibu dan bayinya. Pada saat itu mereka memberikan makanan/minuman pada usia yang sangat dini.

2.4.2.2. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mempunyai masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui sehingga tercapai ASI eksklusif. Petugas kesehatan atau relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melakukan tugasnya. Pengalaman petugas kesehatan atau relawan dapat membantu

(13)

ibu dalam memahami hal-hal berikut : a) pemberian ASI dapat meringankan beban ekonomi keluarga karena tidak perlu memberi susu formula dan menyediakan semua perangkat yang diperlukan serta mengerjakan hal-hal untuk menyediakan susu formula secara baik yang terjaga keamanan dan keberhasilannya, b) memahami masalah yang mungkin dihadapi dan mengatasinya karena sudah melihat peragaan cara-cara mengatasi masalah menyusui, seperti puting susu lecet, sindroma ASI kurang, bingung puting, bayi rewel, dan lain-lain, c) memperoleh bukti bahwa perkembangan bayi yang diberi ASI memuaskan, d) memahami bahwa bayi yang disusui jarang megalami penyakit seperti diare, infeksi saluran pernafasan, atau biasanya dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Suliastriani, 2004).

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu meyusui dengan baik dan benar, manfaat ASI eksklusif dan pemberiaan MP-ASI secara baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).

2.4.2.3 Sosial Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat (Taylor, 2002). Menurut Soemardjan (2009), sosial budaya adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang

(14)

berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan.

Faktor budaya setempat dan pengetahuan sendiri serta sistem nilai sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil dalam memberikan makan tambahan pada usia 0-6 bulan (Syafrudin, 2009).

Roesli (2000) menyatakan, mitos tentang menyusui ASI yang terjadi di masyarakat adalah : 1) menyusui akan merubah bentuk payudara ibu, 2) menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu, 3) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama, sehingga bayi perlu makanan tambahan, 4) Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif, 4) payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI, 5) ASI pertama keluar harus dibuang karena kotor, 6) ASI dari ibu kekurangan gizi, kualitasnya tidak baik.

Menurut Parinasia (2004), seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya mempunyai kebiasaan yang mempunyai “budaya susu formula/botol”, ibu-ibu atau wanita muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari.

2.5. Landasan Teori

Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak di bawah usia 2 tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan, bayi dan anak usia 12-24

(15)

bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya yang sejalan dengan bertambahan umur, sebab bertambah umur bertambah pula kebutuhan gizinya, pada usia ini bayi harus diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi juga perlu diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan pemberian MP-ASI.

Di dalam keluarga peranan ibu sangat penting dalam melaksanakan pemberian MP-ASI. Penanganan yang baik yang dilakukan oleh ibu dalam pemberian MP-ASI kepada bayinya berpotensi untuk mencapai bayi yang sehat baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. kenyataannya masih banyak terjadi masalah pemberian MP-ASI pada bayi dan hal tersebut didasari oleh banyak faktor terutama dari faktor perilaku ibu sendiri.

Perilaku ibu yang tidak sesuai ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendasari timbulnya perilaku. Menurut teori Green, yang mendasari timbulnya perilaku ibu tersebut dikelompokkan menjadi faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Faktor-faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan budaya. Tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan akan menyebabkan tingkat pengetahuan ibu juga rendah. Pengetahuan mengenai MP-ASI terdiri dari waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MP-ASI.

Faktor budaya yang secara turun temurun diwariskan dalam pola makan masyarakat akhirnya akan membentuk pola konsumsi kepada anak nantinya. Faktor pendukung dimana hal yang memudahkan ibu dalam pemberian makanan

(16)

pendamping juga mendasari tindakan ibu. Tingkat ketersediaan bahan makanan dalam lingkungan (pasar) akan mendorong ibu dalam mendapatkan dan mengolah bahan makanan tersebut menjadi makanan pendamping bagi bayinya. Informasi yang diperoleh dari media massa akan mendasari ibu dalam memilih jenis makanan pendamping baik tenaga puskesmas maupun posyandu akan mendorong ibu untuk berperilaku berdasarkan informasi yang didapat dari mereka. Sikap dan tindakan petugas yang mendukung akan menimbulkan minat pada ibu.

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 0- 6

BULAN Faktor Internal a. Pengetahuan b. Sikap c. Motivasi Faktor Eksternal a. Dukungan keluarga b. Peran Petugas c. Sosial Budaya

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat kita lihat bahwa faktor internal yaitu pengetahuan, sikap dan motivasi dan juga fakor eksternal yaitu dukungan keluarga, dukungan petugas, dan sosial budaya akan memengaruhi terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 0- 6 bulan.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor Internal dan Eksternal

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksilaris adalah dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar

Sifat pemaaf terkandung dalam kalimat idfa’ billatī hiya ahsan seperti halnya menahan amarah. Dalam diri Rasulullah saw tidak ada rasa ingin balas dendam kepada yang

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Warisno (2007) telah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Propinsi Jambi, dengan variabel

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Oleh karena itu, seorang penyelam yang berada pada kedalaman 10 meter dibawah permukaan laut akan terpapar oleh tekanan sebesar 2 atmosfer, 1 atmosfer disebabkan

Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional 5 Diajarkan oleh guru berbeda. (team teaching) dengan

Vokal pendek dituliskan tunggal (satu huruf), vokal panjang dituliskan ganda atau tunggal (jika merupakan suku kata terbuka atau suku kata yang diakhiri vokal).. Jika di