• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN. Prancis adalah negara yang sejak awal mempunyai perhatian yang besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN. Prancis adalah negara yang sejak awal mempunyai perhatian yang besar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V KESIMPULAN

Prancis adalah negara yang sejak awal mempunyai perhatian yang besar terhadap pelaksanaan diplomasi publik. Kebudayaan bukan merupakan suatu hal yang asing bagi Prancis dalam menyebarkan pengaruhnya di dunia intenasional. Bahasa Prancis telah lama dikenal sebagai lingua franca di Eropa dan hasil-hasil kebudayaan Prancis telah diakui sebagai suatu warisan budaya.

Prancis mempunyai banyak institusi atau lembaga yang berfokus pada penyebaran kebudayaan. Melalui undang-undang tanggal 27 Juli 2010 Prancis membentuk agen kebudayaan baru yaitu Institut Francais yang mengintegrasikan services de coopération et d’action culturelle (SCAC) dan centre culturel francais (CCF). Institut Francais berstatus EPIC (Etablissement Public à caractère Industriel ou Commercial).

Di Indonesia penggabungan services de coopération et d’action culturelle (SCAC) dan centre culturel francais (CCF) dimulai pada tahun 2011. Institut Francais merupakan agen pemerintah Prancis yang berada di bawah kedutaan. Konselor Kerjasama dan Aksi Kebudayaan pemerintah Prancis bertindak selaku direktur IFI pusat.

IFI berperan meningkatkan kerjasama antara Prancis dengan Indonesia di segala bidang, kecuali konsuler. IFI menjadi penghubung antara Prancis dan Indonesia. Jika kegiatan kedutaan lebih kepada berhubungan dengan para pengambil kebijakan di pemerintahan, maka IFI melakukan kontak dengan

(2)

pihak-pihak di luar pemerintahan yang juga mempunyai kontribusi penting seperti kalangan profesional maupun akademisi. IFI juga berhubungan dengan yang disebut sebagai generasi muda yang nantinya akan menjadi pengambil kebijakan di pemerintahan.

Di dalam bidang budaya, IFI bertujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal Prancis. Selain itu juga memberikan ruang kepada seniman Indonesia untuk berkarya. Di Indonesia tidak banyak tempat yang bisa menjadi tempat seniman untuk menunjukkan karya-karyanya. IFI memberikan kesempatan kepada seniman-seniman tersebut untuk lebih dapat mengaktualisasikan diri. Peran yang lain adalah menjadi jembatan bagi seniman Prancis dan seniman Indonesia untuk bertemu dan melakukan kolaborasi. IFI menjadi semacam media bagi proyek-proyek seni kedua negara.

Tujuan program-program IFI, baik program kebudayaan maupun program dalam bidang keilmuan adalah membangun kerjasama yang efektif. Setiap program selalu dalam kerangka kerjasama dengan partner Indonesi, termasuk program-program kebudayaan. Perumusan suatu program melalui diskusi dengan partner Indonesia. Partner dari Indonesia yang akan memberi masukan program seperti apa yang dibutuhkan. Selanjutnya program tersebut akan disiapka oleh IFI, baik IFI pusat maupun daerah.

Berbagai program yang diselenggarakan oleh IFI membentuk suatu kerangka besar dalam menampilkan citra Prancis di Indonesia. Citra yang ingin ditampilkan oleh Prancis di mata publik Indonesia adalah Prancis yang hebat dan dekat. Ketika sesuatu dipandang hebat, ada semacam eksklusivitas yang membuat

(3)

orang tidak berani mendekat. Prancis ingin memberikan kesan bahwa walaupun Prancis hebat tetapi Prancis tidak eksklusif. Prancis dekat dengan masyarakat dan bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Untuk mengetahui bagaimana Prancis di mata publik Indonesia maka diadakan penelitian lapangan yang mengambil sampel dari peserta kursus dan pengunjung acara kebudayaan IFI. Kedua kelompok tersebut dianggap mewakili berbagai macam golongan masyarakat. Hal ini untuk melihat apakah tujuan Prancis untuk mendekatkan diri kepada seluruh lapisan masyarakat bisa tercapai.

Ada dua belas pertanyaan yang diajukan kepada peserta kursus yang terbagi dalam enam pertanyaan tentang IFI dan enam pertanyaan tentang Prancis. Ada tujuh pertanyaan yang diajukan kepada pengunjung acara kebudayaan. Pertanyaan yang diajukan kepada pengunjung acara kebudayaan tidak terbagi ke dalam segmen tertentu. Ada beberapa pertanyaan yang sama yang diajukan kepada baik peserta kursus maupun pengunjung acara kebudayaan. Pertanyaan tersebut terkait dengan citra IFI dan Prancis dan media yang digunakan dalam berkomunikasi dengan publik Indonesia.

Sebagian besar responden peserta kursus dan pengunjung acara kebudayaan menjawab internet dan teman ketika ditanya mengenai bagaimana cara mereka mendapat informasi tentang IFI acara-acara yang diselenggarakannya. Teman menduduki peringkat pertama pada jawaban peserta kursus sedangkan jawaban pengunjung acara kebudayaan lebih bervariasi. Hal ini karena media yang digunakan untuk mempromosikan acara kebudayaan lebih beragam, seperti poster, buletin, dan lain-lain.

(4)

Kedua kelompok responden juga ditanya mengenai pendapat mereka tentang IFI. Hal ini untuk melihat citra IFI di mata responden. Hal yang menarik adalah hampir seluruh peserta kursus menjawab IFI dalam kaitannya dengan fungsinya sebagai lembaga pengajaran bahasa Prancis. Sedikit responden yang melihat IFI sebagai sebuah lembaga budaya. Interaksi peserta kursus dengan IFI lebih banyak dilakukan ketika datang kursus atau mengunjungi perpus sehingga citra yang terbentuk terbatas kepada IFI sebagai lembaga pengajaran bahasa Prancis.

Jawaban responden pengunjung acara kebudayaan lebih beragam tapi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang melihat IFI sebagai sebuah lembaga budaya saja dan yang melihat IFI sebagai sebuah lembaga budaya dan pengajaran bahasa Prancis. Responden yang melihat IFI sebagai sebuah lembaga budaya dan pengajaran bahasa Prancis kebanyakan berasal dari mahasiswa yang belajar bahasa Prancis di perguruan tinggi. Oleh karena itu, wajar jika mereka juga melihat IFI sebagai lembaga pengajaran bahasa Prancis karena interaksi mereka dengan IFI tidak terbatas pada datang ke acara-acara kebudayaan. Responden yang menjawab IFI sebagai sebuah lembaga kebudayaan mempunyai interaksi yang terbatas pada acara-acara kebudayaan yang diadakan oleh IFI. Banyak dari responden yang bahkan baru pertama kali datang ke acara IFI.

Prancis memiliki citra tertentu yang telah menjadi citra umum yang ada di bayangan orang jika mendengar tentang Prancis. Jawaban responden, baik peserta kursus maupun pengunjung acara kebudayaan, ketika ditanya mengenai citra Prancis di mata mereka sebelum melakukan kontak dengan IFI dan kebudayaan

(5)

Prancis masih seputar hal-hal yang sering disebutkan oleh orang jika berbicara mengenai Prancis. Hampir sebagian besar responden menyebutkan ikon Menara Eiffel, kota mode, dan romantis. Ketiga hal ini memang erat kaitannya dengan Prancis. Produk media populer seperti film dan buku juga banyak yang semakin memperkuat citra Prancis tersebut.

Ketika responden sudah melakukan kontak dengan IFI maupun kebudayaan Prancis, citra Prancis di mata responden berubah. Perubahan yang dimaksud bukan suatu perubahan ekstrem dari simpati menjadi antipati tetapi lebih kepada membuka wawasan baru mengenai Prancis. Prancis yang sebelumnya hanya diwakili oleh ikon Menara Eiffel dan industri modenya, kini bisa dilihat sebagai negara yang unik dan menarik. Responden peserta kursus berpendapat bahwa Prancis merupakan negara yang tepat untuk melanjutkan studi sedangkan responden pengunjung acara kebudayaan melihat Prancis sebagai negara dengan kebudayaan yang beragam. Interaksi di satu bidang tertentu tetap memberikan pengaruh kepada citra yang terkonstruksi di mata peserta kursus dan pengunjung acara kebudayaan.

Kontak dan interaksi dengan Prancis membuat responden lebih mengenal Prancis. Hal tersebut juga mempengaruhi citra yang mereka bangun tentang Prancis. Citra Prancis di mata responden baik sebelum maupun setelah melakukan kontak dan interaksi dengan IFI dan kebudayaan Prancis relatif positif. Pertanyaan terakhir yang diajukan tidak kalah penting yaitu mengenai apakah responden menyukai Prancis setelah mengenal Prancis lebih dekat. Responden peserta kursus sebagian besar menjawab jika kontak dan interaksi dengan Prancis

(6)

membuat mereka menjadi menyukai Prancis. Sedangkan responden pengunjung acara kebudayaan mempunyai jawaban yang beragam. Sebagian responden belum bisa menentukan apakah mereka menyukai Prancis atau tidak. Responden yang belum bisa menjawab tersebut adalah responden yang baru pertama kali datang ke acara IFI dan sebelumnya belum pernah melakukan kontak baik IFI. Responden yang sebelumnya telah melakukan kontak dengan IFI atau sering datang ke acara kebudayaan IFI menjawab bahwa mereka menjadi lebih menyukai Prancis dibandingkan sebelumnya.

Citra yang ingin dibangun Prancis adalah bahwa Prancis itu hebat tetapi dekat. Hasil penelitian menunjukkan baik responden peserta kursus maupun pengunjung acara kebudayaan bereaksi positif terhadap citra tersebut. Prancis di mata responden mempunyai kebudayaan yang menarik. Kebudayaan yang dimaksud di sini tidak terbatas kepada keseniannya saja tetapi bidang-bidang lain seperti arsitektur, kuliner, bahasa. dan lain-lain. Citra lain yang dikomunikasikan oleh Prancis adalah kedekatan antara Prancis dengan Indonesia. Prancis adalah negara hebat yang mudah didekati. Citra ini juga telah berhasil dikomunikasikan oleh Prancis kepada masyarakat Indonesia. Banyak responden yang menyatakan bahwa mereka menjadi tertarik untuk pergi ke Prancis, baik dalam rangka wisata maupun studi. Setelah mengetahui lebih banyak mengenai Prancis responden berpendapat bahwa Prancis adalah tempat yang cocok untuk mereka.

Berdasarkan penelitian pada tesis ini kebudayaan merupakan cara yang efekif dalam menjangkau publik suatu negara. Kebudayaan juga mempunyai peranan penting dalam penyampaian citra suatu negara. Melalui kebudayaan, citra

(7)

tersebut bisa dikomunikasikan kepada publik dengan efektif. Publik yang bisa dijangkau pun menjadi lebih luas.

Kebudayaan suatu negara tentu berbeda-beda. Kebudayaan merupakan hal yang paling mudah dikenali oleh berbagai kalangan dalam kaitannya dengan negara. Oleh karena itu, negara bisa memaksimalkan dan memfokuskan diri pada kebudayaan dalam berkomunikasi dengan publik asing.

Diplomasi melalui kebudayaan bukan sebuah proses instan dan membutuhkan kontinuitas. Hal ini menyebabkan cara diplomasi dengan kebudayaan masih belum mendapat tempat yang cukup signifikan dalam praktek-praktek diplomasi secara keseluruhan. Akan tetapi, proses ini terbukti mampu memberikan citra positif suatu negara. Oleh karena itu, kebudayaan bisa menjadi cara yang efektif dalam proses nation-branding.

Di dalam kaitannya dengan proses nation-branding, selain citra besar yang dikomunikasikan kepada publik asing, perlu adanya citra yang lebih spesifik untuk dikomunikasikan dengan publik yang lebih spesifik juga. Di dalam penelitian ini, citra Prancis yang Hebat dan Dekat ketika dikomunikasikan dengan peserta kursus dan pengunjung acara kebudayaan mempunyai sedikit perbedaan. Hebat dan Dekat yang dikomunikasikan dengan peserta kursus mengacu kepada kualitas pendidikan dan status bahasa Prancis sebagai bahasa internasional, serta banyak kesempatan yang bisa diraih seseorang berkat Prancis. Sedangkan Hebat dan Dekat yang dikomunikasikan kepada pengunjung acara kebudayaan berkisar kepada keberagaman seni budaya Prancis dan membangun hubungan emosional antara publik Indonesia dengan Prancis.

(8)

Penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam melakukan proses nation-branding negara perlu melihat dan memahami terlebih dahulu publik yang ingin dituju. Citra-citra tertentu yang lebih spesifik, di samping citra besar yang ingin dikomunikasikan, bisa dibuat agar citra besar lebih tersampaikan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran dengan menggunakan difraksi neutron menunjukkan bahwa intensitas pada puncak (005) tampak semakin meningkat, sedangkan intensitas puncak (110) tampak semakin

Beberapa kriteria risiko tinggi yaitu adanya gejala iskemia yang berulang atau menetap, gambaran infark pada EKG yang persisten, Fungsi ventrikel kiri yang rendah (EF<40%),

Parameter yang diamati pada rancangan percobaan ini adalah uji organoleptik hedonik (uji kesukaan) yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan;

memiliki status sosial yang rendah dan mendapat kritikan dari berbagai sisi. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana polisi dapat diharapkan melindungi HAM jika hak-hak

Forum kemitraan ini berfungsi antara lain : pertama, memberi informasi tentang masalah- masalah yang dihadapi warga maupun kebutuhannya karena pandangan masyarakat

Sedangkan rute usulan dibuat agar konsumen yang akan dikunjungi dalam 1 hari berada dalam wilayah yang sama, sehingga total jarak yang didapatkan lebih

Letter of Credit (L/C) Impor Syariah adalah surat pernyataan akan membayar kepada Eksportir yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan Importir dengan pemenuhan

Matrik SWOT digunakan untuk menyusun strategi organisasi atau perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang