• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 FASE EKSPLORASI KARIER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN KARIER KLASIKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pend

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEMATANGAN KARIER SISWA KELAS IX SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 FASE EKSPLORASI KARIER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN PROGRAM BIMBINGAN KARIER KLASIKAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pend"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Agustina Cahyaningrum

NIM: 021114035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KARIER KLASIKAL

Oleh:

Agustina Cahyaningrum NIM: 021114035

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai kematangan karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah kematangan karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pada tahap perkembangan karier fase eksplorasi? (2) Topik-topik bimbingan karier klasikal manakah yang sesuai untuk program bimbingan karier klasikal siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data di analisis dengan teknik analisis kuantitatif berdasarkan norma rumusan mean dan standar deviasi. Norma tersebut terdiri dari rentangan skor lima yang menggambarkan kualitas kematangan karier dalam lima kategori, yaitu : sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah “Kuesioner Kematangan Karier” yang disusun oleh peneliti berdasarkan tahap perkembangan karier fase eksplorasi. Total item berjumlah 75 butir.

Uji validitas menggunakan penilaian profesional. Uji reliabilitas menggunakan metode belah dua (rtt=0,96). Hasil penelitian menunjukkan 1.67%

siswa memiliki kematangan karier sangat tinggi, 55% siswa memiliki kematangan karier tinggi, 41.66% siswa memiliki kematangan karier sedang, 1.67% siswa memiliki kematangan karier rendah, dan tidak ada siswa yang memiliki kematangan karier sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diusulkan topik-topik bimbingan karier klasikal yang sesuai untuk program bimbingan karier klasikal siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yaitu: 1) Pemahaman diri 2) Penerimaan Diri 3) Perencanaan Masa Depan.

(7)

vii

ITS IMPLICATION TO CLASSICAL CAREER GUIDANCE PROGRAM

By:

Agustina Cahyaningrum Student Number : 021114035

This research was aimed at providing a description of career maturity in career exploration phase of ninth grade students in Pangudi Luhur 2 Junior High School Yogyakarta in Academic Year 2007/2008. The problems discussed in the research were: (1) How was the career maturity in career exploration phase of ninth grade students in Pangudi Luhur 2 Junior High School Yogyakarta in Academic Year 2007/2008? (2) What were classical career guidance topics that were appropriate for ninth grade students of Pangudi Luhur 2 Junior High School Yogyakarta in Academic Year 2007/2008.

This was a descriptive research. The data were analized by quantitative analysis technique using mean and standard deviation to formulate its norm. The norm consisted of five score range depicting the quality of career maturity in five categories is: very high, high, average, low and very low. The research instrument was “Career Maturity Questionnaire” developed by researcher based on the concept ofexploration phase of career development stage. The questionnare consisted of 75 items.

The questionnare was validated by rational judgment. Reliability of the questionnare was tested by split half methods (rtt=0,96). The research result

(8)
(9)

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mempelajari gelar sarjana

pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari keterbatasan yang dimiliki penulis, sehingga dengan

bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. M.M. Sri Hastusti, M.Psi, selaku Kaprodi Bimbingan Konseling dan

anggota panitia penguji skripsi yang telah membimbing dan memberikan

masukan kepada peneliti untuk penulisan skripsi ini.

2. Bapak Fajar Santoadi S.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini.

3. Bapak R.H.Dj. Sinurat, M.A., selaku anggota panitia penguji skripsi yang

telah membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti untuk penulisan

skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Universitas Sanata Dharma atas ilmu yang di berikan pada

penulis. Pak Gi & Pak Moko atas bantuannya selama penulis belajar di Prodi

BK.

5. Kepala Sekolah, Pak Hari selaku koordinator BK dan Sherly Yonathan selaku

guru BK SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta, karena peneliti di perkenankan

melakukan penelitian. Siswa kelas IX SMP PL2, terima kasih banyak.

6. Bapak dan Mamaku,Nopek, Adhi & Angga atas semua dukungan dan doanya.

7. Sahabat-sahabatku yang berjasa dalam pembuatan skripsi ini IceTea (salam

buat mbah, eyang, om yang meminjamkan komputer yang wonderfull

paradise

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Winkel (1997: 609), dalam era pembangunan perlu adanya perhatian khusus akan kualitas tenaga kerja. Sumber daya manusia ini harus dikembangkan untuk menjadi sarana pembangunan sebagai pemikir, perencana, penggerak, pelaksana, dan pendukung pembangunan, tetapi sekaligus menjadi pemegang kunci sukses atau gagalnya pembangunan itu sendiri. Generasi muda yang sedang menjalani proses perkembangan dengan belajar di institusi pendidikan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam segala usaha pembangunan sebagai tenaga kerja yang tidak bekerja asal kerja, tetapi memegang suatu jabatan yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan memperkaya dirinya sendiri. Karena pendidikan sekolah pada akhirnya akan tertuju pada suatu jabatan yang diharapkan dapat bermakna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.

(17)

bahwa cita-cita dalam bekerja dalam lingkup jabatan tertentu bersumber pada nilai-nilai kehidupan, dan hal itu harus direncanakan dan diperjuangkan, bukan didapat dari suatu kebetulan.

Menurut Djuwita (2004: 16), banyak faktor yang mempengaruhi seseorang berhasil dalam mencari pekerjaan. Salah satunya adalah menyesuaikan skill atau keahlian dengan kualifikasi yang diminta. Mereka yang mempunyai keahlian tertentu, akan lebih mudah untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Namun, mereka yang tidak mempunyai bekal keahlian tentunya akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan.

Senada dengan Djuwita, menurut Suryo dalam Harian Pikiran Rakyat. 19 Juli 2004, saat ini yang dibutuhkan dunia kerja adalah orang yang punya keahlian seperti komputer, bahasa Inggris, dan keahlian lainnya. Bukan orang yang bergelar yang dicari oleh perusahaan tetapi orang yang mempunyai skill. Namun kenyataannya orang lebih memilih gelar daripada skill.

(18)

merasa bingung untuk memilih ke mana ia akan melanjutkan studinya, siswa dapat memilih melanjutkan studi namun siswa tidak dapat menuliskan alasan mengapa ia memilih sekolah tersebut, siswa memilih sekolah tertentu hanya karena teman-temannya memilih sekolah yang sama, siswa menjadikan gengsi atau prestise sekolah tertentu sebagai alasan untuk memilih sekolah tertentu, dan beberapa siswa memilih sekolah tertentu berdasarkan permintaan dari orangtuanya, bukan berdasarkan keinginannya sendiri. Berdasarkan alasan ini pula peneliti ingin melihat bagaimana kematangan karier mereka pada fase eksplorasi, hal ini dikarenakan ketidakbisaan siswa kelas IX menentukan pilihan karier mereka dan juga menunjukkan tingkat pemahaman yang kurang akan kesadaran kariernya.

Peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta karena ada karakteristik yang sama antara SMP Pangudi Luhur 2 dengan SMP Pangudi Luhur 1 yaitu: sama-sama sekolah heterogen, sama-sama sekolah yayasan Katholik, sama-sama berada di dalam kota. Kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Pangudi Luhur 2 berjalan dengan baik, hal ini tampak dengan adanya jam bimbingan dan konseling di kelas-kelas. Jumlah siswa di SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta juga tergolong cukup besar yaitu empat kelas dalam tiap tingkatan.

(19)

yang labih tinggi untuk mengembangkan diri, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, dan meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam membangun sehubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar. Tujuan pendidikan di SMK adalah menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetensi, dan mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada masa kini maupun masa yang akan datang, menyiapkan lulusan yang bermutu agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Menurut Walgito (2005: 195), merupakan suatu kenyataan para siswa yang tamat SMA maupun SMP ada yang tidak melanjutkan pendidikannya, karena kemampuan yang kurang, biaya tidak ada, atau sebab-sebab yang lain. Untuk itu para siswa membutuhkan bimbingan yang baik, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Para siswa yang melanjutkan pendidikan, dari SMA ke Perguruan Tinggi, dari SMP ke SMA atau SMK. Mereka kelak akan memilih jurusan. Pemilihan jurusan atau program studi yang tepat membutuhkan bantuan bimbingan dari guru pembimbing. Demikian pula para siswa yang akan langsung terjun ke dunia kerja atau yang akan melanjutkan pendidikannya, memerlukan bimbingan karier secara bijaksana.

(20)

karier sesuai dengan usia mereka, yakni usia 14 – 18 tahun. Apabila kematangan karier telah dicapai oleh oleh siswa dan diketahui oleh guru pembimbingnya, tentu akan lebih mudah bagi guru pembimbing untuk memberikan bantuan bagi para siswa dalam melewati proses perkembangan kariernya dengan sukses. Pelayanan bimbingan dan konseling sangat diharapkan dalam hal ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah kematangan karir siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pada tahap perkembangan karir fase eksplorasi?

2. Program bimbingan karier klasikal manakah yang sesuai untuk siswa kelas IX Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui kematangan karir siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 pada tahap perkembangan karir fase eksplorasi.

(21)

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Peneliti

Peneliti dapat lebih memahami dan mendalami tahap perkembangan karir fase eksplorasi dan menambah pengetahuan serta wawasan di bidang bimbingan dan konseling karir, khususnya SMP.

2. Guru Pembimbing

Guru Pembimbing dapat merencanakan dan melaksanakan layanan bimbingan baik secara individual maupun kelompok/klasikal sesuai dengan tahap perkembangan karir siswa.

E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Karier

Karier adalah suatu proses yang dialami seseorang sepanjang hidupnya dalam menggeluti suatu jenis pekerjaan atau bidang pekerjaan tertentu. Karier lebih menunjuk pada aspek panggilan hidup dan gaya hidup (life style), tanpa mengesampingkan kedua aspek lain yaitu aspek employment dan job, yang maknanya lebih menunjuk pada aspek individu melakukan pekerjaan untuk mendapatkan imbalan, dan aspek occupation, yaitu aspek yang maknanya lebih menunjuk pada keterlibatan individu dalam pekerjaan karena telah mempersiapkan diri memperoleh pekerjaan itu dan memperoleh kepuasan pribadi yang bersifat nonekonomis

(22)

Tugas perkembangan karier fase eksplorasi adalah sejumlah tugas yang timbul dalam tahap proses perkembangan karier dari usia 14 sampai 24 tahun, dimana seseorang sudah mampu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Tugas perkembangan karier fase eksplorasi seperti mencari informasi mengenai karier yang diminati, menyadari adanya banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih karier, menyusun rencana yang berkaitan dengan usaha dalam mencapai karier, dsb.

3. Kematangan Karier Siswa SMP

Kematangan karier (vocational maturity) adalah kesesuaian atau kongruensi antara perilaku vokasi (vocational behaviour) individu pada usia tertentu dengan perilaku vokasi yang seharusnya dilakukan (expected vocational behaviour) oleh individu pada usia tertentu pula. Kematangan karier juga berarti tingkat kesuksesan siswa SMP dalam melaksanakan tugas perkembangan karier yang sesuai dengan rentang usianya, antara 14-18 tahun. 4. Program Bimbingan Karier

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEMATANGAN KARIER 1. Pengertian Karier

Karier adalah suatu proses yang dilakukan seseorang sepanjang hidupnya dalam menggeluti suatu jenis pekerjaan atau bidang pekerjaan tertentu. Menurut Donal Super, karier adalah jalannya peristiwa kehidupan seseorang dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang kepada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya (Manrihu, 1992: 31).

Menurut Zunker, bidang pekerjaan mendekati arti employment, job, sedangkan kata jabatan lebih mendekati arti occupation, vocation, dan career. Setiap kata tersebut tidak mencakup aspek-aspek yang sama dari makna yang terkandung dalam suatu pekerjaan. Kata employment dan job, maknanya lebih menunjuk pada aspek individu melakukan pekerjaan untuk mendapatkan imbalan ekonomis atas usaha dan waktu yang dicurahkannya. Kata

(24)

berpengaruh pada gaya hidup (life style) seseorang, tanpa mengesampingkan kedua aspek yang telah disebutkan di atas (Winkel, 1997: 571).

Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila yang dikerjakannya sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya dan minatnya. Apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya, maka ia akan kurang senang dan kurang tekun. Diperlukan adanya kesesuaian antara tuntutan dari pekerjaan atau jabatan dengan apa yang dimiliki oleh seseorang baik itu kemampuan ataupun minatnya, agar ia dapat bekerja dengan baik, senang, dan tekun (Walgito, 2005: 194).

2. Kematangan Karier

Menurut Super (Osipow, 1973: 137), kematangan karier (vocational maturity) adalah kesesuaian atau kongruensi antara perilaku vokasi (vocational behaviour) individu pada usia tertentu dengan perilaku vokasi yang seharusnya dilakukan (expected vocational behaviour) oleh individu pada usia tertentu pula. Kematangan karier juga berarti tingkat kesuksesan individu dalam melaksanakan tugas perkembangan karier sepanjang fase-fase hidupnya yang berkesinambungan.

(25)

establishment stage (25-44 tahun), fase pembinaan atau maintenance stage (45-64 tahun) dan fase kemunduran atau decline stage (65 tahun – kematian). Indikatornya relevan bagi kematangan karier, misalnya, kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan (Winkel, 1997: 579).

B. PERKEMBANGAN KARIER

Perkembangan karier dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

(26)

b. Taraf Inteligensi, yaitu potensi dan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berpikir rasional, berpikir abstrak, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, dan memecahkan masalah yan dihadapi secara cepat dan tepat. Dalam mengambil keputusan mengenai pilihan jabatan, tinggi rendahnya taraf inteligensi yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh. Ada bidang jabatan yang menuntut taraf inteligensi tertentu, paling tidak taraf minimal, supaya individu yang memgang jabatan itu berhasil dalam memenuhi tuntutan yang melekat pada bidang itu (field of occupation) dan dapat maju dalam tingkatan keahlian dalam jabatan itu (level of occupation) (Winkel, 1997: 592). Menurut Piaget, tahap perkembangan remaja SMP memasuki tahap formal-operasional. Pada tahap ini, seseorang sudah mampu berpikir abstrak, menghipotesis dan sudah dapat memperkirakan apa yang mungkin terjadi (Sarwono, 2005: 81).

(27)

(field of occupation) dan dapat mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu jabatan (level of occupation) (Winkel, 1997: 593).

d. Minat, yaitu kecenderungan yang menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang itu. Minat sangat penting bagi perencanaan masa depan sehubungan dengan jabatan yang akan dipegang (vocational planning), terutama bidang jabatan apa yang akan dimasuki dan kepuasan individu dengan bidang jabatan itu (vocational satisfication) (Winkel, 1997: 593).

e. Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang memberikan corak khas pada seseorang, seperti riang gembira, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis dan ceroboh. Setiap orang memiliki kombinasi dari sifat baik yang dapat mendukung dalam bekerja, dan sifat kurang baik yang dapat menghambat dalam bekerja. Untuk itu perlu refleksi untuk lebih mengenal diri dan memperoleh pemahaman diri, sehingga pengenalan sifat-sifat menjadi masukan untuk menentukan apakah individu dapat memegang suatu jabatan tertentu atau tidak (Winkel, 1997: 595).

(28)

dan kurang menampakkan keinginan untuk menghindari kegagalan (Winkel, 1997: 595).

g. Keadaan Jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan dan tidak tampan, ketajaman penglihatan dan pendengaran baik atau kurang baik, mempunyai kekuatan otot tinggi atau rendah, dan jenis kelamin. Untuk pekerjaan tertentu berlaku persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik. Jenis kelamin membawa dampak psikologis dan sosio-budaya, yang melahirkan gambaran diri tertentu dan mewarnai pandangan masyarakat tentang peranan pria dan wanita dalam kehidupan bermasyarakat (Winkel, 1997: 596).

2. Faktor Eksternal

a. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya di mana individu dibesarkan. Lingkungan ini sangat luas dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang akan ditanamkan pada semua anak. Pandangan ini mencakup gambaran tentang tinggi rendahnya bermacam-macam jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan bermasyarakat, dan cocok tidaknya jabatan tertentu untuk pria dan wanita (Winkel, 1997: 597).

(29)

kelompok lain. Keadaan sosial-ekonomi berpengaruh terhadap tercipta atau tidaknya suatu bidang pekerjaan baru (Winkel, 1997: 597).

c. Status sosial-ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, dan suku bangsa. Anak akan ikut berpartisipasi dalam status sosial-ekonomi keluarganya. Jika seorang anak mengenyam pendidikan lebih tinggi, maka status sosial-ekonomi keluarga tersebut menjadi lebih tinggi. Kemampuan ekonomi juga ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah dan beberapa jabatan tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu. Seorang anak yang berasal dari golongan ekonomi tinggi, akan mendapatkan pendidikan sekolah yang bagus, dan akan memperoleh jabatan yang bagus karena orangtuanya memiliki jabatan tinggi (Winkel, 1997: 597).

(30)

anggota keluarga inti, maka kemungkinan individu tidak mendapat dukungan dalam perencanaan masa depannya (Winkel, 1997: 597).

e. Pendidikan di sekolah memberikan pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf bimbingan dan staf pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan (Winkel, 1997: 598).

f. Pergaulan dengan teman-teman sebaya akan memberikan beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. Semakin banyak individu bergaul dengan teman-teman sebaya, maka akan semakin banyak informasi mengenai pandangan atau harapan teman sebaya mengenai pendidikan atau jabatan terentu yang akan diperolehnya, hal itu akan sangat berpengaruh bagi individu dalam menentukan pilihan kariernya (Winkel, 1997: 598).

(31)

C. TAHAP PERKEMBANGAN KARIER DAN TUGAS PERKEMBANGAN KARIER

Tugas perkembangan menurut Achdiyat (1981: 1) adalah sejumlah tugas yang harus dapat dilakukan oleh individu dalam suatu rentang usia tertentu dalam kehidupan individu. Keberhasilannya dalam menunaikan tugas itu dapat membawa kebahagiaan dalam menunaikan tugas-tugas berikut, sedangkan bila gagal dalam menunaikan tugas itu, maka yang diperoleh adalah ketidakbahagiaan, kekecewaan, dicela oleh masyarakat, dan kesulitan dalam mengahadapi tugas-tugas berikutnya.

Menurut pandangan Donal Super (Brown, 2003: 34), proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu fase pengembangan (growth), fase eksplorasi (exploration), fase pemantapan (establishment), fase pembinaan (maintenance) dan fase kemunduran (decline). Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai tahap-tahap perkembangan karier dan tugas perkembangan karier yang akan dilalui oleh individu menurut Donal Super (Osipow, 1973: 138), yaitu:

1. Fase pengembangan atau growth stage (0-14 tahun)

Fase ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis pada individu yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri.

(32)

bermain, belajar di sekolah, membantu tugas-tugas rumah, orang tua dan kegiatan anak-anak lain.

2. Fase eksplorasi atau exploration stage (15-24 tahun)

Fase ini dimulai dengan kesadaran masing-masing pribadi bahwa pekerjaan adalah faktor yang ada dalam kehidupan. Selama fase ini individu masih melakukan penjajakan dari beberapa pilihan karier yang sesuai bagi dirinya. Fase eksplorasi karier dibagi dalam tiga sub fase yakni:

a. Cristalization atau kristalisasi (14-18 th.)

Siswa SMP masuk ke dalam fase eksplorasi sub fase cristalization atau kristalisasi. Fase ini juga disebut fase tentatif. Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah:

1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk memperoleh kejelasan minat karier.

2) Mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier.

3) Memiliki kesadaran akan adanya banyak faktor dalam pilihan karier yang harus dipertimbangkan.

4) Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan yang mempengaruhi pencapaian tujuan.

5) Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan membedakan minat dan nilai-nilai hidup.

(33)

7) Memiliki kemampuan merumuskan kesukaan yang bersifat umum. 8) Tumbuhnya minat terhadap sesuatu yang relatif menetap.

9) Memiliki usaha untuk menggali informasi yang relevan dengan karier yang diminati.

10)Mampu menyusun rencana berkaitan dengan usaha pencapaian karier yang diminati

11)Bijaksana dalam mensikapi preferensi karier. b. Specification atau spesifikasi (18-21 th.)

Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah:

1) Tumbuhnya kesadaran akan kebutuhan untuk mengkhususkan pilihan karier atau preferensi karier.

2) Mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada pengkhususan preferensi karier.

3) Memiliki kesadaran akan adanya bayak faktor dalam pilihan karier yang harus dipertimbangkan.

4) Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan mempengaruhi pencapaian tujuan.

5) Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan membedakan minat dan nilai-nilai hidup.

6) Memiliki kesadaran akan hubungan hari ini dan masa depan. 7) Mampu mengkhususkan preferensi karier.

(34)

9) Memiliki usaha untuk menggali informasi yang relevan dengan karier yang diminati.

10)Mampu menyususun rencana berkaitan dengan usaha pencapaian karier yang diminati.

11)Bijaksana dalam mensikapi preferensi karier.

12)Memiliki percaya diri dalam preferensi karier khusus. c. Implementation atau implementasi (21-24 th.)

Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah:

1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan untuk mewujudkan atau mengimplementasikan pilihan karier.

2) Mampu menyusun rencana untuk terjun ke dalam dunia karier/pekerjaan.

3) Mampu melaksanakan rencana karier yang sudah disusun untuk memenuhi tuntutan kualitas dalam memasuki dunia kerja.

4) Mampu mendapatkan pekerjaan awal (entry job). 3. Fase pemantapan atau establishment stage (25-44 tahun)

Fase ini individu mulai terjun dalam dunia kerja. Selama periode ini individu belajar bertahan dalam karier yang telah dipilihnya.

Fase pemantapan dibagi kedalam dua sub fase, yaitu: a. Stabilitation atau stabilisasi (25-35 tahun)

Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah:

(35)

2) Mampu menyusun rencana untuk tetap mempertahankan karier.

3) Menjadi semakin berkualitas dan menuju karier yang stabil atau dapat menerima kemungkinan kariernya tidak menjadi stabil karena berbagai faktor.

4) Mampu mendapatkan pekerjaan yang tetap dan stabil atau melakukan tindakan tertentu atas kemungkinan tidak mendapatkan pekerjaan yang stabil.

b. Consolidation atau konsolidasi (35-44 tahun) Tugas perkembangan karier pada fase ini adalah:

1) Memiliki kesadaran akan kebutuhan memantapkan dan meningkatkan karier.

2) Memiliki informasi tentang bagaimana caranya memantapkan dan meningkatkan karier.

3) Mampu membuat perencanaan untuk memantapkan dan meningkatkan kualitas dan posisi karier.

4) Mampu melakukan rencana konkret untuk pemantapan dan peningkatan kualitas dan posisi karier.

4. Fase pembinaan atau maintenance stage ( 45-64 tahun)

Fase ini berisi proses penyesuaian diri individu yang berkelanjutan untuk mengembangkan situasi pekerjaannya dan posisi jabatan yang diinginkan. Tugas perkembangan fase ini adalah mempertahankan status, prestasi dan segala hal yang telah diperoleh dalam karier.

(36)

Pada fase ini individu mulai memasuki masa pensiun hingga individu pensiun. Tugas perkembangan karier fase ini adalah:

a. Memiliki penurunan aktivitas karier atau pekerjaan. b. Pensiun

c. Mampu merencanakan dan melakukan aktivitas lain sebagai sumber kepuasan lain pengganti karier atau pekerjaan, sepeti malakukan kerja sosial, kerja paruh waktu, dan lain-lain.

D. PERSPEKTIF TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL,

EMOSIONAL DALAM PERKEMBANGAN KARIER

Teori perkembangan karier mengacu pada berbagai teori-teori perkembangan. Teori perkembangan itu antara lain teori perkembangan kognitif, teori perkembangan moral dan teori perkembangan emosional. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai teori-teori perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan karier fase eksplorasi yang sesuai dengan siswa SMP kelas IX, yakni usia 14-16 tahun.

1. Perkembangan Kognitif

Perkembangan intelektual dalam dunia psikologi maupun dunia pendidikan sering dikenal dengan istilah perkembangan kognitif. Istilah intelek berasal dari bahasa inggris intellect yang menurut Chaplin (Ali, Mohammad dan Asrori, 2005: 27) diartikan sebagai:

(37)

b. Kemampuan mental dan inteligensi.

Menurut Mahfudin Salahudin, orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat. Jean Piaget mengatakan bahwa inteligensi adalah seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif, termasuk kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan.

Menurut Jean Piaget, perkembangan intelek/kognitif dibagi menjadi empat (4) tahapan sebagai berikut:

a. Tahap sensori-motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, anak berada pada suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang sangat jelas. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakannya.

b. Tahap praoperasional

(38)

oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah, dan sikap-sikap yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.

c. Tahap operasional konkret

Tahap ini dialami pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan dengan diri dengan realitas konkret dan rasa ingin tahunya sudah mulai berkembang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang egosentris dan lebih objektif. Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana pengalaman yang mereka alami.

d. Tahap operasional formal

Tahap ini dialami pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini, anak sudah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, anak sudah mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan sudah dapat mereka mengerti.

(39)

a. Anak dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstarksi (anak sudah dapat berpikiran yang bisa diterima akal sehat dan masuk akal, serta sudah mampu menyimpulkan sesuatu).

b. Anak mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak.

c. Anak mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. d. Anak mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan.

e. Anak mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri/ mawas diri.

f. Anak mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa.

g. Anak mampu menyadari dan mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungan tempat ia tinggal.

2. Perkembangan Moral

Kohlberg mengidentifikasi adanya enam tahap tingkatan perkembangan moral; dua tahap dalam tiga tingkatan : pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional (Duska R. dan Whelan, M.: 1982: 59). a. Tingkatan Pra-Konvensional

(40)

Tahap 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik-buruknya tindakan itu, entah apa pun arti atau nilai akibat-akibat tindakan itu.

Tahap 2. Orientasi relativis instrumental. Tindakan benar adalah tindakan pemenuhan kebutuhan sendiri atau kadang-kadang memenuhi kebutuhan orang lain.

b. Tingkatan Konvensional

Tingkatan konvensional dimulai pada usia 10- 15 tahun. Pada tingkatan ini, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau bangsa dianggap sebagai sesuatu yang berharga bagi dirinya sendiri, tidak peduli apapun akibat yang langsung dan yang kelihatan. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap:

Tahap 3. Orientasi masuk ke kelompok “anak baik” dan “anak manis”. Tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan yang mendapat persetujuan mereka. Tingkah laku seringkali dinilai menurut intensinya. Orang berusaha untuk diterima oleh lingkungannya dengan bersikap “manis”.

(41)

c. Tingkatan Pasca-konvensional

Tingkatan pasca-konvensional dimulai pada usia 16 tahun ke atas. Pada tingkatan ini ada usaha-usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut dan terlepas dari apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok-kelompok itu atau tidak. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap:

Tahap 5. Orientasi kontrak-sosial legalitas. Biasanya dengan tekanan utilitaristis (mementingkan kegunaanya). Tindakan benar cenderung dimengerti dari segi hak-hak individual yang umum dan dari segi patokan-patokan yang sudah dikaji dengan kritis dan disetujui oleh seluruh masyarakat.

Tahap 6. Orientasi azas etika universal. Benar diartikan dengan keputusan suara hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri, dengan berpedoman pada pengertian menyeluruh yang dapat diterima secara logis, universal dan konsisten.

(42)

pada ketertiban itu, dan sikap ingin mengidentifikasi diri dengan orang-orang atau kelompok yang ada di dalamnya (Duska R. dan Whelan, M.: 1982: 60). 3. Perkembangan Emosional

Menurut Ali, Mohammad dan Asrori (2005: 67), masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa remaja bisanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami persaaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

(43)

Siswa SMP dalam mencapai kematangan karier fase eksplorasi sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif, perkembangan moral dan juga perkembangan emosional. Perkembangan kognitif siswa SMP, sudah memasuki tahap operasional konkret, dimana mereka sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, sudah mampu mencapai logika dan rasio. Hal ini akan akan membantunya dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier. Perkembangan moral siswa SMP memasuki tingkatan konvensional, dimana mereka ingin memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau bangsa yang dianggapnya sebagai sesuatu yang berharga bagi dirinya. Hal ini akan membantunya dalam mempertimbangkan banyaknya faktor dalam pilihan karier. Perkembangan emosional siswa SMP dimana mereka sedang mengalami emosi yang kurang stabil, perasaan yang tidak nyaman, tidak tenang, dan khawatir kesepian. Hal ini akan mempengaruhinya dalam pilihan karier yang diminatinya.

E. PROGRAM BIMBINGAN KARIER 1. Pengertian Program Bimbingan Karier

(44)

Menurut Sukardi (1987: 20), bimbingan karier lebih menitikberatkan pada perencanaan kehidupan, terutama potensi-potensi diri yang dimiliki oleh individu dan keadaan lingkungan sekitar, agar individu dapat memberikan peranan positif bagi masyarakat. Menurut Walgito (2005: 196), bimbingan karier merupakan bagian integral dari keseluruhan program pendidikan karier. Bimbingan karier atau bimbingan jabatan merupakan salah satu wujud upaya pendidikan karier atau pendidikan jabatan, dan harus berorientasi pada pendampingan karier manusia muda.

2. Prinsip-prinsip Bimbingan Karier

Menurut Sukardi (1987: 34), prinsip-prinsip bimbingan karier di sekolah antara lain:

a. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karier secara tepat.

b. Memberikan pemahaman pada setiap siswa bahwa karier merupakan jalan hidup, dan pendidikan merupakan persiapan untuk hidup.

c. Membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman akan diri sendiri yang berkaitan dengan perkembangan sosial-pribadi dan perencanaan pendidikan karier.

d. Memberikan pemahaman kepada siswa di mana dan mengapa mereka berada dalam alur pendidikan.

(45)

f. Memberikan pengalaman kepada siswa yang berorientasi pada karier pada setiap tahap program pendidikan.

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya untuk mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma yang memiliki aplikasi bagi masa depan karier siswa.

3. Tujuan Bimbingan Karier

Menurut Sukardi (1987: 32), tujuan bimbingan karier di sekolah secara umum yaitu membantu siswa dalam memahami diri dan lingkungannya, baik dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan karier dan gaya hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi, dan seimbang dengan diri dan lingkungannya. Sedangkan tujuan bimbingan karier di sekolah secara khusus yaitu:

a. Agar siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Konsep diri karier merupakan suatu gambaran tentang diri pribadi yang meliputi pengetahuan tentang kemampuan kerja, minat, kebutuhan hidup, dan nilai-nilai.

(46)

c. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai dirinya dalam menghadapi pilihan lapangan pekerjaan serta persiapan memasuki lapangan pekerjaan. Pandangan yang obyektif tentang pekerjaan dapat membantu siswa mengembangkan dan merancang masa depan yang lebih baik, siswa memberikan pandangan tentang semua pekerjaan itu sama baik, untuk itu pemberian informasi bagi siswa mengenai pengalaman pekerjaan orang-orang sangat dibutuhkan.

d. Agar siswa dapat meningkatkan ketrampilan berpikir, mampu mengambil keputusan tentang jabatan yang sesuai dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja. Langkah-langkah yang bisa dilakukan ialah: (1) mengumpulkan informasi, klasifikasi jabatan, analisa jabatan, pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi karier; (2) memahami potensi-potensi diri pribadi termasuk bakat, minat, pengetahuan, ketrampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai; (3) melakukan pilihan pekerjaan atau jabatan yang bersifat sementara; (4) merencanakan persiapan untuk memasuki pekerjaan yang dipilihnya, termasuk merencanakan studi lanjutan, kursus-kursus; dan (5) berusaha menambah pengetahuan tentang perkembangan dunia kerja, dan kebutuhan masyarakat terhadap dunia kerja.

(47)

Menurut Walgito (2005: 198) tujuan bimbingan karier akan dapat dicapai dengan cara:

a. Bimbingan karier disusun dalam suatu paket tertentu, yaitu paket materi bimbingan karier.

b. Kegiatan bimbingan karier dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan klasikal kelas.

c. Mengadakan pelaksanaan hari karier atau career day. Kegiatan ini diisi dengan ceramah dari orang-orang yang dianggap ahli yang dipandang berhasil dalam dunia kerjanya, seperti dokter, polisi, tenaga pengajar. d. Mengadakan karyawisata karier yang diprogramkan oleh sekolah, yang

berkaitan dengan pengembangan karier siswa 4. Paket Bimbingan Karier

Dalam rangka realisasi bimbingan karier, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan lima paket bimbingan karier. Paket bimbingan karier ini diselenggarakan dalam kegiatan bimbingan klasikal. Paket-paket tersebut antara lain (Walgito, 2005: 200):

a. Paket I adalah peket pemahaman diri. Paket pemahaman diri adalah suatu paket yang dimaksudkan untuk membantu siswa agar dapat mengetahui dan memahami siapa sebenarnya dirinya. Dalam pelaksanaannya siswa dituntut untuk dapat mencapai hal tersebut, sehingga dapat mengetahui serta memahami keadaan dirinya. Paket ini terdiri dari:

(48)

2) Bakat, potensi dan kemampuan 3) Cita-cita/gaya hidup

4) Sikap

b. Paket II adalah paket mengenai nilai-nilai. Dengan paket ini siswa diharapkan akan dapat mengetahui serta memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan juga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Paket ini mencakup:

1) Nilai kehidupan

2) Saling mengenal dengan nilai orang lain 3) Pertentangan nilai-nilai dalam diri sendiri

4) Pertentangan nilai-nilai sendiri dengan orang lain

5) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat 6) Bertindak atas nilai-nilai sendiri

c. Paket III adalah paket yang berkaitan dengan pemahaman lingkungan. Dengan paket ini siswa diharapkan akan dapat mengetahui serta memahami keadaan lingkungan. Paket ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:

1) Informasi pendidikan

2) Kekayaan daerah dan pengembangannya 3) Informasi jabatan

(49)

memahami hambatan-hambatan apa yang ada dalam rangka pencapaian tujuan, dan setelah mengetahui hambatannya maka akan mencoba cara pemecahan atas hambatan yang ada. Paket ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:

1) Faktor pribadi 2) Faktor lingkungan 3) Manusia dan hambatan

4) Cara-cara mengatasi hambatan

e. Paket V adalah paket yang berkaitan dengan merencanakan masa depan. Dengan paket ini siswa telah mampu merencanakan masa depannya.paket ini hal-hal yang berkaitan dengan:

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, dengan menggunakan metode survai. Tujuan survai adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang individu (Furchan, 1982: 418). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kematangan karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 fase eksplorasi karier dan implikasikannya pada usulan program bimbingan karier klasikal.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2007/2008. Total kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta adalah 4 (empat) kelas, yaitu IXA, IXB, IXC, dan IXD. Subyek ujicoba kuesioner, peneliti mengambil 1 (satu) kelas yaitu kelas IX A (cooperation) dengan jumlah 33 siswa. Untuk subyek penelitian peneliti mengambil tiga (3) kelas sisanya yaitu kelas IX B (humbleness), IX C (honesty), dan IX D (unity).

(51)

alasan keterbatasan waktu, maka 62,5% tetap digunakan sebagai subyek penelitian.

Tabel 1. Jumlah siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta Tahun pelajaran 2007/2008

KELAS JUMLAH SISWA

IX A (cooperation) 33 Siswa

IX B (humbleness) 32 Siswa

IX C (honesty) 32 Siswa

IX D (unity) 32 Siswa

Total 129 Siswa

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Kematangan Karier Fase Eksplorasi Karier

Alat yang digunakan untuk menggali data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan dibantu dosen pembimbing. Kuesioner yang akan dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner berstruktur atau bentuk tertutup dan kuesioner bentuk terbuka (Furchan, 1982: 249). Kuesioner disusun berdasarkan tugas perkembangan karier yang sesuai dengan tahap perkembangan karier siswa SMP kelas IX yaitu fase eksplorasi karier sub fase kristalisasi (cristalization), yang terdiri dari sebelas variabel.

Table 2. Komposisi Item Angket

Variable Kematangan Karier Fase Eksplorasi Karier

No VARIABEL SUB VARIABEL No.

Item

Jumlah Item 1. Memiliki kesadaran

akan kebutuhan untuk memperoleh kejelasan minat karier.

a. Siswa memiliki pengetahuan tentang minat karier

b. Siswa melakukan hal-hal yang sesuai dengan minatnya untuk pengembangan diri sesuai

(52)

No VARIABEL SUB VARIABEL No. Item

Jumlah Item

minat karier 8

2. Memiliki kemampuan mengidentifikasi dan membedakan minat dan nilai-nilai hidup.

Selain menyebutkan dan memilih, siswa mampu membandingkan antara minat dan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan dirinya dan yang dapat mempengaruhi pilihan kariernya.

45-49 53-54

7 3. Mampu memanfaatkan

sumber-sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier.

Melakukan kegiatan dalam memanfaatkan sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier, seperti mencari informasi melalui buku, media cetak, media informasi, dan mengamati langsung.

9-14

6 4. Memiliki kesadaran

akan adanya berbagai kemungkinan yang mempengaruhi

pencapaian tujuan.

a. Siswa mempunyai kesiapan

dalam menghadapi kemungkinan yang dapat

mempengaruhi tujuan siswa.

b. Siswa mempunyai

pengetahuan tentang hubungan perubahan berbagai hal yang dapat berpengaruh pada pencapaian tujuan.

50 62-65

67-68

7 5. Memiliki kemampuan

merumuskan kesukaan yang bersifat umum.

a. Siswa dapat menentukan SMA/SMK yang diinginkan. b. Siswa mampu merumuskan

pilihan jurusan di SMA yang sesuai dengan dirinya.

c. Siswa tahu pilihan bidang pekerjaan yang diinginkan.

51,66 72

69

4

6. Mampu menyusun

rencana berkaitan dengan usaha pencapaian karier yang

diminati

Siswa melakukan dengan sungguh-sungguh rencana setelah lulus SMP, sebelum ujian kelulusan SMP.

15-19

5 7. Memiliki kesadaran

akan adanya banyak faktor dalam pilihan karier yang harus dipertimbangkan.

a. Memiliki pengetahuan tentang: 1) Faktor internal: taraf

inteligensi, bakat, sifat, informasi tentang keadaan jasmani.

(53)

No VARIABEL SUB VARIABEL No. Item

Jumlah Item

2) Faktor eksternal:

masyarakat, keadaan sosial-ekonomi daerah, status sosial-ekonomi keluarga, pengaruh anggota keluarga, pendidikan sekolah, pergaulan dengan teman sebaya, tuntutan yang melekat pada jabatan atau program studi.

b. Mampu mempertimbangkan faktor-faktor dari lingkungan dalam merencanakan karier dan menentukan pilihan karier.

58-61 70-71

32-40

19 8. Memiliki kesadaran

akan hubungan hari ini dan masa depan.

Menyadari tindakan-tindakan yang dilakukan dalam studi, ektrakurikuler, les dan waktu luang mengarah ke masa depan (persiapan karier) dan ditujukan dengan melakukan aktivitas tersebut di atas untuk persiapan karier dan masa depan dengan konsisten dan intens.

21-25

5

9. Bijaksana dalam

mensikapi preferensi karier.

a. Siswa mampu memper-timbangkan kesesuaian antara: pilihan karier dengan kemampuan inteligensi, bakat, sifat, keadaan fisik, nilai hidup. b. Siswa mampu

memper-timbangkan kemampuan ekonomi keluarga, status sosial keluarga, harapan keluarga besar inti dalam menentukan pilihan karier.

c. Kemampuan siswa untuk mempersiapkan alternatif pilihan karier lain.

26-29

30-31

52

7

10. Tumbuhnya minat

terhadap sesuatu yang relatif menetap pada

Ketetapan cita-cita, ketetapan pilihan SMA/SMK, ketetapan pilihan jurusan di SMA.

(54)

No VARIABEL SUB VARIABEL No. Item

Jumlah Item

pilihan karier. 3

11. Memiliki usaha untuk menggali informasi yang relevan dengan karier yang diminati.

Berusaha mencari informasi mengenai:

a. Persyaratan masuk di

SMA/SMK.

b. Persyaratan untuk memilih penjurusan di SMA (IPA, IPS, BAHASA) dan SMK (teknik, kecantikan, dll).

c. Prospek setelah lulus.

41 42

43-44 4

Jumlah Total Item 75

2. Uji Coba Kuesioner Kematangan Karier Fase Eksplorasi Karier

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, kuesioner ini sebelumnya harus melalui tahap uji coba dahulu sehingga kualitas dari kuesioner tersebut dapat diketahui. Kualitas yang dimaksud adalah tingkat validitas dan reabilitas dari kuesioner. Uji coba kuesioner dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 Januari 2008 dengan jumlah responden 31 siswa di kelas IX A (cooperation).

a. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatn suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2007:5).

(55)

validitas yang digunakan adalah validitas isi. Yang dimaksud validitas isi adalah validitas yang mencerminkan seluruh isi yang akan diukur (Furchan, 1982:183). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi atau dinilai lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (penilaian profesional), (Azwar, 2003: 52). Dalam hal ini peneliti meminta pendapat Dosen pembimbing.

(56)

Tabel 3. Hasil Data Ujicoba

a. Siswa memiliki pengetahuan tentang minat

karier

b. Siswa melakukan hal-hal yang sesuai dengan minatnya untuk pengembangan diri sesuai

minat karier

Selain menyebutkan dan memilih, siswa mampu membandingkan antara minat dan nilai-nilai hidup yang sesuai dengan dirinya dan yang dapat mempengaruhi pilihan kariernya.

Melakukan kegiatan dalam memanfaatkan sumber belajar yang mengarah pada preferensi karier, seperti mencari informasi melalui buku, media cetak, media informasi, dan mengamati langsung.

a. Siswa mempunyai kesiapan dalam menghadapi kemungkinan

yang dapat mempengaruhi tujuan siswa.

b. Siswa mempunyai pengetahuan tentang hubungan perubahan berbagai hal yang dapat berpengaruh pada

a. Siswa dapat menentukan

SMA/SMK yang diinginkan.

b. Siswa mampu

merumuskan pilihan jurusan di SMA yang sesuai dengan dirinya. c. Siswa tahu pilihan bidang

pekerjaan yang diinginkan.

52,59

Siswa melakukan dengan sungguh-sungguh rencana setelah lulus SMP, sebelum ujian kelulusan SMP.

16-20 17 16,18,19, 20

(57)

N

a. Memiliki pengetahuan tentang:

1) Faktor internal: taraf inteligensi, bakat, sifat, informasi tentang keadaan jasmani.

2) Faktor eksternal: masyarakat, keadaan teman sebaya, tuntutan yang melekat pada jabatan atau program studi.

b. Mampu

mempertimbangkan

faktor-faktor dari lingkungan dalam merencanakan karier dan menentukan pilihan karier.

21 yang dilakukan dalam studi, ektrakurikuler, les dan waktu luang mengarah ke masa depan (persiapan karier) dan ditujukan dengan melakukan aktivitas tersebut di atas untuk persiapan karier dan masa depan dengan konsisten dan intens.

22-26 22,23,24

,25,26 - -

9. Bijaksana dalam mensikapi preferensi karier.

a. Siswa mampu memper-timbangkan kesesuaian antara: pilihan karier dengan kemampuan inteligensi, bakat, sifat, keadaan fisik, nilai hidup. b. Siswa mampu

memper-timbangkan kemampuan ekonomi keluarga, status

(58)

N sosial keluarga, harapan

keluarga besar inti dalam menentukan pilihan karier. c. Kemampuan siswa untuk

mempersiapkan alternatif pilihan karier lain.

53-54

Ketetapan cita-cita, ketetapan pilihan SMA/SMK, ketetapan pilihan bidang pekerjaan.

76-78

76,77,78

- -

11. Memiliki usaha untuk menggali informasi yang relevan dengan karier yang diminati.

Berusaha mencari informasi mengenai:

a. Persyaratan masuk di SMA/SMK.

d. Persyaratan untuk memilih penjurusan di SMA (IPA, IPS, BAHASA) dan SMK (teknik, kecantikan, dll). b.

c. Prospek setelah lulus.

42

(59)

Dalam menganalisis taraf reliabilitas, metode belah dua menggunakan dua rumus. Rumus yang pertama digunakan adalah rumus dari Pearson, yaitu teknik korelasi Product-Moment, kemudian hasil dari rumus tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus formula koreksi dari

Spearman-Brown. Untuk lebih jelasnya, kedua rumus tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Rumus korelasi Product-Moment (Pearson):

N

XY – (

X)(

Y)

rgg=

{N

X

2

– (

X)

2

}{N

Y

2

– (

Y)

2

}

Keterangan:

rgg

: koefisien reliabilitas bagian gasal/genap N : jumlah siswa

X : belahan gasal Y : belahan genap

Rumus formula koreksi (Spearman-Brown):

rtt =

gg gg

r xr + 1

2

Keterangan:

rtt

: koefisien reliabilitas

rgg

: koefisien gasal-genap

Untuk penggolongan koefisien korelasi reliabilitas dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. Koefisien korelasi dan kualifikasi reliabilitas Koefisien korelasi Kualifikasi

0, 91 – 1, 00 0, 71 – 0, 90

(60)

0, 41 – 0, 70 0, 21 – 0, 40 negatif – 0, 20

Sedang Rendah Sangat rendah

(Masidjo, 1995: 209)

Dalam penelitian ini, perhitungan korelasi belahan ganjil-genap uji coba kuesioner kematangan karier fase eksplorasi karier pada siswa kelas IX atas dasar signifikansi 5% untuk N=31 dituntut rxy=0, 355. Koefisien

reliabilitas yang diperoleh rtt=0,96. Dengan demikian, taraf reliabilitas uji

coba kuesioner kematangan karier fase eksplorasi karier pada siswa kelas IX signifikan pada taraf signifikansi 5% ((rtt=0,96>0,355) dan termasuk

pada kualifikasi “sangat tinggi” (0,91-1,00).

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

Ujicoba dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 Januari 2008 dengan subjek ujicoba siswa kelas IX A (cooperation), dengan pengawasan peneliti dan didampingi oleh koordinator BK.

2. Tahap pelaksanaan

(61)

mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti karena siswa kelas IX mulai konsentrasi pada ujian kelulusan.

Tabel 5. Responden penelitian Kelas Jumlah Siswa

Kuesioner Terkumpul

Kuesioner Tidak Terkumpul

IX B (humbleness) 32 Siswa 14 18

IX C (honesty) 32 Siswa 21 11

IX D (unity) 32 Siswa 25 7

Jumlah 96 Siswa 60 36

Menurut Paul D. Leedy dan Jeanne Ellis Omrod (2005), responden penelitian dengan jumlah responden di bawah 100 orang dipakai semua sebagai populasi, sedangkan untuk penelitian dengan populasi di bawah 500 orang menggunakan sampel 50%, dan populasi dibawah 1500 orang menggunakan sampel 20%. Populasi penelitian ini 60 orang responden, dan hasil penelitian ini berlaku hanya untuk responden tersebut.

E. Teknik Analisis Data

(62)

deviasi standar (σ) sehingga diperoleh 225/6=37,5 (38 dibulatkan). Dan mean teoritisnya (μ) adalah (300+75)/2=187,5.

μ+1,5 σ < X Kategori Sangat Tinggi

μ+0,5 σ < X ≤μ+ 1,5 σ Kategori Tinggi

μ-0,5 σ < X ≤μ+ 0,5 σ Kategori Sedang

μ-1,5 σ < X ≤μ- 0,5 σ Kategori Rendah X ≤μ- 1,5 σ Kategori Sangat Rendah

Azwar,2008:108 Tabel 6. Kualifikasi Skor Kematangan Karier

RENTANGAN KEMATANGAN KARIER

PATOKAN %

KUALIFIKASI

244,6 – 300 81,51 - 100 Sangat Tinggi

206,6 – 244,5 68,84 – 81,5 Tinggi

168,6 – 206,5 56,18 – 68,83 Sedang

130,6 – 168,5 43,51 – 56,17 Rendah

0 – 130,5 0 – 43,5 Sangat Rendah

Tahap-tahap analisis data dapat dilihat sebagai berikut: 1. Peneliti memberi skor jawaban berdasarkan sifat item.

2. Peneliti memasukkan skor jawaban ke dalam tabel (tabulasi data skor) dan menghitung skor masing-masing responden.

3. Peneliti melakukan perhitungan untuk melihat skor-skor yang termasuk pada kualifikasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah berdasarkan rentangan skor yang telah dibut oleh peneliti.

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Hasil Penelitian

Uraian berikut ini merupakan hasil pengolahan data kematangan karier kematangan karier siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berdasarkan rentangan skor skala lima (tabel 6). Hasil penelitian ini menjelaskan tentang jumlah siswa yang memiliki kematangan karier sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasilnya disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 7

Hasil Penelitian Kematangan Karier Siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yoggyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 RENTANG JUMLAH

SISWA

PERSENTASE KUALIFIKASI

244,6 – 300 1 1.67% Sangat Tinggi

206,6 – 244,5 33 55% Tinggi

168,6 – 206,5 25 41.66 % Sedang

130,6 – 168,5 1 1.67 % Rendah

0 – 130,5 0 0 % Sangat Rendah

(64)

Tidak terdapat siswa yang memiliki kualifikasi kematangan karier fase eksplorasi “sangat rendah”. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa hampir sebagian (43.33%) siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 belum mencapai tingkat kematangan karier yang tinggi. Fakta ini juga menunjukkan bahwa mereka masih membutuhkan layanan bimbingan untuk mencapai kematangan karier.

Selain itu, peneliti juga melakukan perhitungan terhadap setiap variabel kematangan karier sehingga diketahui secara lebih detail kematangan karier fase eksplorasi siswa tersebut dalam setiap variabel. Adanya 41.66% siswa yang mencapai kematangan karier sedang menjadi dasar dalam menentukan usulan program bimbingan karier klasikal. Hasil perhitungan skor kematangan karier sedang dapat dilihat pada lampiran 3.

Peneliti juga mengolah data angket yang berupa pertanyaan terbuka, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Medeskripsikan Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa (rekapitulasi jawaban siswa dapat dilihat pada lampiran 6).

2. Menghitung jumlah siswa yang menjawab pertanyaan dan yang tidak menjawab pertanyaan.

3. Mengkategorikan jawaban siswa.

(65)

1. Harapan orang tua siswa menurut siswa akan bidang pekerjaan atau bidang studi untuk mereka kelak.

Tabel 8. Harapan orang tua menurut siswa siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 akan bidang pekerjaan atau

bidang studi untuk mereka kelak N

O

KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Harapan umum tidak secara eksplisit mengacu pada jenis pekerjaan tertentu tetapi disisi lain berarti memberi peluang memilih bidang studi/ karier yang lebih leluasa

29 48.33

2. Harapan orang tua lebih spesifik dan sudah mengacu pada jenis pekerjaan tertentu

12 20

3. Mendukung keinginan siswa memilih sekolah namun tidak secara eksplisit mengacu pada jenis sekolah (SMA/SMK, Swasta/Negeri) tertentu

16 26.67

4. Siswa tidak mengisi harapan orang tua mereka

3 10

(66)

pada mereka (2 orang tua siswa), menginginkan anaknya tekun belajar (2 orang tua siswa), menginginkan anaknya mendapat pekerjaan yang mapan (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya menjadi ahli komputer (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya mendapat sekolah yang baik (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya menjadi guru (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya menjadi pegawai bank (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya menjadi PNS (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya menjadi insinyur (1 orang tua siswa), menginginkan anaknya bekerja di perhotelan (1 orang tua siswa).

Hasil perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa menurut pandangan siswa harapan orangtua mereka terhadap mereka yaitu 48.33% menunjukkan bahwa orang tua memiliki harapan umum tidak secara eksplisit mengacu pada jenis pekerjaan tertentu tetapi disisi lain berarti memberi peluang memilih bidang studi/ karier yang lebih leluasa, 20% orang tua menginginkan anak mereka memiliki jabatan tertentu sesuai dengan keinginan orang tua mereka, 26.67% orang tua mendukung keinginan siswa memilih sekolah namun tidak secara eksplisit.

(67)

remaja pada tahap ini adalah memiliki tingkah laku yang menyenangkan atau membantu orang lain dan mendapat persetujuan orang lain. Remaja pada tahap ini akan berusaha untuk diterima oleh lingkungannya dengan bersikap baik atau menurut (Duska R. dan Whelan, M.: 1982: 59). Secara emosional siswa SMP kelas IX diharapkan mulai memiliki tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau keluarganya tetapi juga masyarakat, seperti pemaksaan nilai dari orang tua agar dipatuhi oleh anaknya tanpa disertai alasan yang masuk akal padahal menurut anak itu tidak sesuai dengan dirinya. Tuntutan ini dapat menjadikan anak memiliki emosi yang kurang stabil, perasaan yang tidak nyaman, tidak tenang, khawatir, dan kesepian (Ali, Mohammad dan Asrori, 2005: 67). Secara kognitif siswa kelas IX diharapkannya sudah mampu berpikir logis, mampu memecahkan persoalan-persoalan, dan anak mampu membuat perkiraan di masa depan (Ali, Mohammad dan Asrori, 2005: 32). Fakta harapan orangtua yang terbuka terhadap aspirasi anak adalah situasi yang positif dalam perkembangan karier. Selain itu fakta ini juga menunjukkan bahwa orangtua mulai memberi kesempatan pada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

2. Harapan orang tua menurut siswa akan pilihan studi lanjut.

(68)

N O

KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Harapan orang tua lebih spesifik pada jenis sekolah menengah tertentu

38 63.34

2. Harapan orang tua akan keberhasilan anak tetapi tidak jelas mengacu pada bidang tertentu

8 13.33

3. Orang tua memberikan kebebasan kepada anak memilih sekolah menengah yang diinginkan

8 13.33

4. Siswa tidak mengisi harapan orang tua mereka

6 10

Terdapat 6 siswa yang tidak mengisi dan 54 siswa yang lain memberikan jawaban mereka sebagai berikut: menginginkan anaknya masuk sekolah (SMA/SMK) yang bermutu/favorit (14 orang tua siswa), menginginkan anaknya masuk SMA negri (11 orang tua siswa), menginginkan anaknya masuk SMK (9 orang tua siswa), menginginkan anaknya masuk di SMA/SMK yang diinginkan oleh anak mereka (8 orang tua siswa), menginginkan anaknya menjadi siswa yang sukses (4 orang tua siswa), menginginkan anaknya lulus dengan nilai bagus (4 orang tua siswa), menginginkan anaknya masuk SMA swasta (4 orang tua siswa).

(69)

SMA negri, SMA swasta, maupun SMK, 13.33% orang tua memberi kebebasan pada anaknya untuk memilih SMA/SMK yang mereka inginkan.

(70)

perasaan yang tidak nyaman, tidak tenang, khawatir, dan kesepian (Ali, Mohammad dan Asrori, 2005: 67). Secara kognitif siswa kelas IX diharapkannya sudah mampu berpikir logis, mampu memecahkan persoalan-persoalan, dan anak mampu membuat perkiraan di masa depan (Ali, Mohammad dan Asrori, 2005: 32). Harapan orang tua terhadap pendidikan anak yang lebih eksplisit mengacu pada sekolah tertentu lebih banyak daripada orangtua yang benar-benar membebaskan pilihan sekolah di jenjang menengah atas. Fakta ini sedikit bertentangan dengan kebutuhan memberi keleluasaan bagi siswa untuk bertanggung jawab. Pertentangan ini masih dapat diterima, sebab dalam hal tertentu siswa SMP masih membutuhkan bimbingan direktif.

3. Minat siswa.

Tabel 10. Minat siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008

NO KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Siswa memberikan gambaran eksplisit mengenai minat karier

25 41.67 2. Siswa memberikan gambaran akan

minat pengisian waktu luang

12 20 3. Siswa memberikan gambaran yang

tidak spesifik mengenai minatnya pada bidang tertentu (sukses,dll.)

15 25

(71)

8 siswa tidak mengisi dan 52 lainnya memberikan jawaban mereka sebagai berikut: olahraga (6 siswa), bersungguh-sungguh dalam pekerjaan dan sukses (6 siswa), komputer (4 siswa), pekerjaan yang sesuai dengan cita-cita (4 siswa), berjuang meraih cita-cita-cita-cita (3 siswa), seni (3 siswa), kesehatan (3 siswa), teknologi (2 siswa), montir (2 siswa), membantu siswa yang susah (2 siswa), mendalami matematika (2 siswa), hukum (1 siswa), guru (1 siswa), desain grafis (1 siswa), sejarah (1 siswa), kerja di bank (1 siswa), menghasilkan uang banyak (1 siswa), membaca buku (1 siswa), wiraswastawan (1 siswa), PNS (1 siswa), membalas kebaikan orang tua (1 siswa), menjadi anggota gereja (1 siswa), bahasa mandarin (1 siswa), hubungan kemasyarakatan (1 siswa), mekanis (1 siswa). Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008, 41.67% siswa dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai minat karier mereka, 20% siswa dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai minat pengisian waktu luang, 25% siswa memberikan gambaran yang tidak spesifik mengenai minatnya pada bidang tertentu (sukses,dll.), 13.33% siswa tidak mengisi minat mereka atau kemungkinan siswa belum menyadari minatnya.

(72)

menunjukkan ketertarikan mereka untuk mencapai kesuksesan dan membahagiakan orang tuanya. Guru pembimbing dapat membantu siswa dengan memberikan materi bimbingan mengenai minat, agar siswa semakin menyadari minat yang ada pada diri mereka dan semakin menggembangkan minatnya.

4. Cita-cita siswa.

Tabel 11. Cita-cita siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008

NO KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Siswa menyebutkan secara eksplisit mengenai cita-citanya

49 81.67

2. Siswa belum menyebutkan secara eksplisit mengenai cita-citanya, hanya memberikan gambaran akan harapannya dimasa depan

7 11.67

3. Siswa tidak menjawab

pertanyaan/belum menentukan cita-cita mereka

4 6.66

(73)

mandarin (1 siswa), lulus SMP/SMA (1 siswa), sarjana teologia (1 siswa), akuntan (1 siswa), belum dapat menentukan (1 siswa). Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008, 81.67% siswa sudah memiliki cita-cita bidang tertentu yang spesifik, 11.67% belum memiliki cita-cita yang spesifik, mereka hanya menuliskan gambaran akan harapan mereka di masa depan (missal: menjadi orang sukses,menjadi orang baik dll.), dan 6.66% belum menentukan cita-cita mereka.

Hasil perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa sebagian besar siswa yang memiliki gambaran akan cita-citanya, dan siswa dapat menyebutkan dengan jelas cita-cita mereka, meskipun ada sebagian kecil yang belum menyebutkan secara jelas akan cita-citanya namun siswa sudah memiliki gambaran akan akan masa depannya kelak. Dengan adanya gambaran yang jelas akan cita-cita siswa, guru pembimbing dapat membantu siswa dengan memberikan informasi mengenai bidang-bidang pekerjaan yang diinginkan siswa tersebut.

5. Bakat siswa.

Tabel 12. Kesadaran siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 tentang bakat mereka

NO KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Siswa memiliki bakat akademik 6 10

(74)

NO KATEGORI JAWABAN JUMLAH SISWA

PRESENTASE %

3. Siswa memiliki bakat olahraga 26 43.33

4. Siswa memiliki bakat mekanik 5 8.34

5. Siswa memiliki bakat sosial 2 3.33

6. Siswa tidak mengisi bakat yang dimiliki 2 3.33

Ada 2 siswa yang tidak mengisi dan 58 siswa memberikan jawaban tentang bakat mereka sebagai berikut: olahraga (25 siswa), main musik (10 siswa), menggambar (4 siswa), mengutak-atik mesin (4 siswa), mengingat ajaran dengan cepat (3 siswa), menulis cerita/puisi (2 siswa), mengerti perasaan siswa lain (2 siswa), berdebat (1 siswa), komputer (1 siswa), fotografi (1 siswa), masak (1 siswa), hitungan (1 siswa), membuat kerajinan (1 siswa), memancing (1 siswa), membaca (1 siswa). Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008, 43.33% siswa memiliki bakat dalam bidang olahraga, 31.67% siswa memiliki bakat seni, 10% memiliki bakat akademik, 8.33% siswa memiliki bakat dalam bidang bidang mekanik dan 3.33% siswa memiliki bakat sosial.

(75)

miliki. Guru pembimbing dapat membantu siswa dengan memberikan materi bimbingan mengenai bakat, agar siswa semakin menggembangkanbakat yang ada pada diri mereka dan menyadari bahwa bakat yang dimiliki berkaitan dengan perencanaan kariernya.

6. Sifat-sifat siswa.

Tabel 13. Kesadaran siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 tentang sifat-sifat

NO KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Siswa mengisi sifat positif dan negatif 48 80 2. Siswa hanya mengisi sifat positif 3 5 3. Siswa hanya mengisi sifat negatif 4 6.67 4. Siswa tidak menjawab pertanyaan 5 8.33

Ada 5 siswa yang tidak mengisi. 48 siswa mengisi sifat-sifat yang mereka miliki baik itu sifat positif maupun sifat negatif. 3

siswa hanya mengisi sifat positifnya dan 4 siswa hanya mengisi sifat

negatifnya. Hasil jawaban siswa menunjukkan bahwa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008, 80% siswa menyadari sifat-sifat yang mereka miliki, baik itu sifat positif maupun sifat negatif, 5% siswa hanya menyadari sifat

positif yang dimiliki, 6.67% siswa hanya menyadari sifat negatif yang dimiliki.

(76)

sifat positif maupun sifat negatif. Guru pembimbing dapat membantu siswa memakai pemahaman diri sebagai dasar untuk perencanaa

karier dan memberikan penjelasan mengenai sifat- sifat yang perlu dimiliki seseorang dalam menekuni suatu bidang pekerjaan.

7. Kekuatan dan kelemahan fisik yang dimiliki siswa.

Tabel 14. Kekuatan dan kelemahan fisik siswa kelas IX SMP Pangudi Luhur 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008

NO KATEGORI JAWABAN JUMLAH

SISWA

PRESENTASE %

1. Siswa mengisi kekuatan dan kelemahan fisik yang mereka miliki

26 43.33

2. Siswa hanya mengisi kekuatan fisik yang dimiliki

3 5

3. Siswa hanya mengisi kelemahan fisik yang dimiliki

19 31.67

4. Siswa tidak mengisi kekuatan atau kelemahan fisik yang dimiliki

12 20

(77)

Hasil perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa masih banyak siswa yang hanya menyadari kelemahannya dan siswa yang tidak menyadari sama sekali kekuatan dan kelemahan fisiknya dibandingkan siswa yang menyadari kelemahan dan kekuatan fisik yang dimiliki. Hal ini berarti pemahaman diri siswa akan kelemahan dan kekutan fisik yang dimiliki masih kurang. Guru pembimbing dapat membantu siswa yang kurang menyadari kelemahan dan kekuatan fisik mereka dengan memberikan materi mengenai pemahaman akan diri (kekuatan dan kelemahan fisik).

Gambar

Table 2. Komposisi Item Angket
Tabel 3. Hasil Data Ujicoba
Tabel 4. Koefisien korelasi dan kualifikasi reliabilitas
Tabel 5. Responden penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah , Balai Pustaka, Jakarta; 2006, hlm. 15 Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia , Jakarta: Bina Aksara, 1985.. 6 JOM

(5) terdapat ilustrasi yang melengkapi teks”. Penggunaan buku cerita bergambar dapat memberikan suatu motivasi belajar siswa, motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap

Sekawan SInar Surya; menganalisis peluang dan ancaman factor eksternal pada peningkatan kinerja karyawan; mengetahui posisi strategi factor internal dan eksternal

Probabilitas terbesar seseorang untuk memilih dan membeli ponsel merek China adalah 86.07% yaitu mahasiswa berusia lebih dari 20 tahun dan menganggap faktor nama

Medan : Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.. Lubis,

Keberhasilan sebuah brand extension sangat tergantung pada kemampuan sub brand untuk memperoleh brand equity-nya sendiri pada segmen yang baru, dan kontribusi sub brand

Alat ini terdiri dari: 2 buah motor servo, modul Wiznet110SR, sistem minimum mikrokontroler ATMega8, wireless router, kamera IP D-Link DCS-910, dan pengendali handphone

Faktor utama atau yang sangat dominan dalam pemilihan varietas unggul sebagai prferensi adalah mudah memperoleh bibit, mempunyai daya tumbuh tinggi, produksi tinggi,