Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Ferdinandus Agung. H
NIM :
029114067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Ferdinandus Agung. H
NIM :
029114067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
Oleh :
FERDINANDUS AGUNG HARIYANTO
NIM : 029114067
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
iii
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Ferdinandus Agung Hariyanto
NIM :029114067
Telah dipertahankan di depan panitia Penguji
Pada tanggal : 14 Oktober 2008
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Tandatangan
Ketua
Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.Si.
…...………..
Sekretaris
Drs. H. Wahyudi, M.Si
………
Anggota
Titik Kristiyani, S.Psi
………
Yogyakarta, 31 Oktober 2008
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
S angat disayangkan j ika seoranng anak harus durhaka kepada orang tuanya, terutama terhadap ibunya. M aka kupersembahkan karya kecil yang masih belum berarti apa- apa untuk menghormati, mencintai, j uga mencium kakimu ibu
. S emua hanya untuk
v
itu,senyummu indah member kesejukan anakmu.
Keringatmu memberiku inspirasi untuk terus berkarya.
Kerja kerasmu selalu kuingat untuk terus bertahan dalam hidup yang berputar tiada henti.
Tanganmu selelu lembut belai diriku
Dengan amarahmu, tertawamu, juga jengkelmu terhadap anakmu. Hatimu hanya kau berikan untuk buah hatimu, dan akan kuberikan serta kuabdikan kepada istri dan anakku nanti.
Aku adalah cerminanmu, cerminan bapak, juga cerminan hangatnya kasihmu. Akan terus kuberikan hangatnya kasihmu
dan kebijaksanaan –kebijaksanaan yang telah aku terima darimu untuk sesamaku terutama untuk gadis yang kucinta dan mencintaiku
yang sampai saat ini masih dan terus memberi memberi arti hidup dalam diriku.
Terimaksih ibu, kelak kita akan bertemu kembali dan kupeluk dirimu dalam tangisan bahagia bukan tangisan yang biasa tertumpah di nisan makammu.
vi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang konsep diri pada orang bertatto.
Konsep diri adalah adalah keseluruhan pandangan dan penghargaan atau perasaan serta
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, yang diperoleh melalui pengalaman dan
hubungan interaksi dalam kehidupannya.
Subyek penelitian adalah orang – orang yang memiliki Tatto pada tubuhnya yang
tinggal di Yogyakarta, berusia lebih dari 20 tahun. Sampel diperoleh dengan teknik
purposive sampling.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 orang.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan
skala Konsep Diri. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batasan
rix
> 0,30. Pada skala Konsep Diri terdapat enam item yang gugur dan 54 item yang
sahih. Koefisien realibilitas skala Konsep Diri sebesar 0,947. Teknik analisis deskriptif
digunakan untuk menggambarkan Konsep Diri pada orang bertatto yang berupa teknik
statistik deskriptif persentase.
Pada aspek Konsep Diri, aspek diri perilaku memiliki nilai mean tertinggi (24,63)
diikuti dengan aspek diri identitas (21,23). Urutan ketiga adalah aspek diri moral (19,07),
diikuti selanjutnya aspek diri keluarga pada urutan keempat (18,73). selanjutnya diri
penilaian (18,44). Aspek diri fisik (17,30) masuk dalam urutan keenam dilanjutkan
dengan diri akademi dalam urutan ketujuh (15,39). Urutan kedelapan adalah aspek diri
pribadi (15,19) dan urutan yang terakhir adalah aspek diri sosial (15,00).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum orang bertatto mempunyai
konsep diri yang positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean empirik
(164,96) > mean teoritik (135). Penghitungan tersebut didukung dengan hasil uji beda
vii
The aimed of this research was to learn about the self concept of tattooed people.
The Self Concept
is defined as a sense and appreciation or feeling and assessment of
someone about themselves that occurs through experiences and interactions with the
society.
The research examines the people resides in Yogyakarta who have one or more
tattoo on their body with the range of age 20 years old and above. The sample is obtained
with purposive sampling technique, and the total of sample for this research is 70 people.
The method used to collect data was the Self-Concept Scale. The indicators for
discrimination level in this research applies constrain
rix
> 0,300. At Self-Concept scale
there was six disqualified items and 54 valid items. The Self-Concept scale coefficient
reliability was 0,947. Descriptive analytical technique in the form percentile was applied
to depict Self-Concept for people who have tattoo.
In the Self Concept, the self-behavior aspect reached the highest value of mean at
24,63; followed with the self-identity aspect at 21,23. The third position is the self-morale
aspect at 19,07; followed by the self-family aspect as the fourth position at 18,73. The
Self- assessment resulted at 18,44; and the self-physical aspect is at 17,30, which is in
sixth position. The self-academy aspect is on the next position at 15,39. And the last
position is the self- social aspect at 15,19.
viii
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama
: Ferdinandus Agung Hariyanto
Nomor mahasiswa
: 029114067
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KONSEP DIRI PADA ORANG BERTATTO
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, da mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 November 2008
Yang menyatakan
ix
karunia dan penyertaanNYA kepada penulis dalam memulai penulisan skripsi sampai
terselesaikannya skripsi ini. Terimakasih kepadaNYA karena selalu memberikan
kekuatan, semangat dan pikiran yang jernih ketika peneliti mengalami kelemahan,
kesulitan dalam mengerjaka skripsi ini. Hanya karena kasih dan anugrah yang tiada
terkira, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Konsep Diri pada
Orang Bertatto” ini dengan baik.
Proses penyusunan skripsi ini juga mendapatkan bantuan, bimbingan dan
petunjuk-petunjuk yang berharga dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya. Oleh
karena itu, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Ibu
Lusia Pratidarmanastiti, M.Si
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
sabar dan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis,
serta setia mendengarkan keluh kesah, memberikan semangat juga memberikan
nasehat yang sangat berguna bagi penulis hingga terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
2.
Bapak P Eddy Suhartanto selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
3.
Ibu Silvya CYMM.,S.Psi., Psi, selaku Kepala Program Studi Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
4.
Mas Gandung, Bu Nanik, dan Pak Gie selaku administrasif fakultas psikologi
yang selalu tersenyum dalam bertugas.
5.
Mas Muji atas bantuannya selama kuliah terutama saat praktikum .
6.
Untuk yang tercinta Ibu Anastasia Hari Wagini. Terimaksih ibu, kau berikan
keindahan-keindahan dalam diriku. Kurasakan cintamu di kehidupanku dulu, kini,
dan sampai diriku bertemu kembali denganmu ibu. (Tuhan, sampaikan salam
kasih dan cintaku untuk ibu)
x
menjadi seorang kakak, juga belajar betapa susuahnya kita hidup dahulu hanya
dengan seorang bapak yang hebat. Juga tidak lupa untuk Laras yang lucu. Makaih
buat selalu nungguin mas pulang dan selalu ngisengin bapak, ibu, mbak Nia juga
mas. Terimaksih untuk kalian berdua yang selalu menanti kedatangan mas pulang
dan kembali berkumpul bersama lagi.
9.
Seorang gadis yang menerimaku dengan segala kekurangan dan memberikan
cinta sejati yang selalu mampu memberiku semangat hidup untuk kembali
melangkah. Peri kecilku, kamu adalah Navaz yang sesungguhnya. Semoga Tuhan
masih berkenan pada kisah cinta kita.terimakasih sayang.
10.
Keluarga Pardede : Mama dan Om Dede, Abang anto, Abang Feri, Mbak
yekti(n-tut). Terimakasih untuk bimbingan serta penerimaan kalian kepada diriku yang
bukan siapa-siapa ini. Terimaksih untuk siraman-siraman rohani yang membawa
saya pada pengalaman rohani yang baru. I love u all
11.
Untuk Tante Tika and Uncle Leo. Salam
Rummikub
saat kita kumpul kembali,
entah di Indonesia ataupun di Negara Kincir Angin yang kalian singgahi kini.
Terimaksih untuk Badminton kita ya Tante
12.
Para jangjoz yang tersayang. Gere, Comu, Rojalie, Kepi, juga si kecil Lego.
Terimaksih untuk menjadi mahkluk yang menyenangkan, dan dapat menciptakan
tawa, kemarahan yang tercampur dalam hidup saya juga sebagai hiburan dalam
mengerjakan skripsi ini.
13.
Keluarga Om Edu, Tante Rita, Jacob, Lenta dan juga Anna. Karena cinta
kalian,aku mendapatkan pelajaran paling berharga dalam hidup ini, terutama
ketika diriku di perantauan. I miss u all
14.
Biyung cantikku, Bude Harti, Pakde Bandi. Terimaksih telah merawatku selama
hidup di Yogya terutama ketika diriku di Muntilan.
xi
17.
“Lala 2ku”, blacky yang juga telah mengantar aku unuk kekampus, bekerja,
pacaran, latihan koor, nongkrong, dll. Karena “kecantikanmu”, aku pe-de bawa
dirimu tidak sia-sia kukeluarkan jutaan rupiah memodifmu hingga cantik. thanx
18.
Mas Anto.thanx ya ‘Nyonk” sudah mau jadi abang, teman, juga orangtua selama
aku di Yogya. Thanx banget buat kisah kita, brantem kita juga yang pasti
cukurannya. Thanx Bro
19.
Rekan – rekan Psikologi 2002. Terutama Heri (pertek). Makasih dan jadi sobat
selama di bangku kuliah ini
20.
Ndharu (si Tol), Patrick, Widhi, Echa, Tietha. You are special for me.Thanx
friends
21.
Konco-konco KKN. Chandra (Dokumenter), Enzo, Widha, Lambok ndut, Ika Bu
Komardus,Reni trondol, Tisa (gendhuke), Nana sang guitarist lady, Adhe .
Makasih buat pelajaran berharga untuk hidup dalam satu atap dari latar belakang
kita yang berbeda.
22.
Pemuda Nepen. Terimakasih untuk penerimaan kalian kepada diriku di desa ini
23.
Komunitas Tatto Pakem-Nepen. Atas bantuan kalian, skripsi ini akhirnya selesai
juga
24.
Mudika Candibinangun, St.Bernardimus. bimbingan rohani yang kalian tawarkan
sangat berarti bagiku untuk mengucapkan terimakasih untuk Tuhan lewat kalian.
Karena mudikalah yang membentuk aku sampai sekarang ini.
25.
Mas Dodo, Cahyo, Adi “sudir”, Yudha”drunker”, Bowo “pengung”,
Lukman”P-man”. Bersama kalian,kutemukan persudaraan sejati. Aku akan menyusul
kesuksesan kalian. “Ad, ayo cepet dirampungke”. Nuwun.
xii
membenciku, tetaplah semua kuanggap telah menyayangi dan mendukung diriiku
sepenuhnya lewat caranya masing-masing. Terimaksih yang tak terkira.
Peneliti menyadari adanya keterbatasan peneliti sehingga terdapat kekuranan
dalam penelitian ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat
bagi banyak pihak yang ingin merefleksikan motivasi dalam menolong sesame.
God bless you all!
xiii
karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,
sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 September 2008
Penulis,
xiv
HALAMAN JUDUL ………..…..………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...…...………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN …….……….………....
iv
ABSTRAK……….……… vi
ABSTRAC...………...
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………...
viii
KATA PENGANTAR ...………...
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...
xiii
DAFTAR ISI...……….………....
xiv
DAFTAR TABEL ……….………
xvii
DAFTAR GAMBAR ………...………...…... xviii
DAFTAR LAMPIRAN…….………...………... xix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ……… 1
B.
Perumusan Masalah ………... 5
C.
Tujuan Penelitian ………... 5
D.
Manfaat Penelitian ……….……….... 6
BAB II LANDASAN TEORI
1.
KONSEP DIRI...……….……...…………
7
1.
Pengertian Konsep Diri...….………..………….………
7
2.
Jenis – jenis Konsep Diri... ....………...……….… 9
a.
Konsep diri positif ………...…..…....………... 10
b.
Konsep diri negatif………...……….…
11
xv
d. Diri Etika Moral.……….
16
e. Lingkungan Sosial.. ………
16
4. Aspek – aspek dalam konsep Diri……….. 19
1. Segi Dimensi Internal……….. 20
a. Diri Identitas… ……..……… 20
b. Diri Penilaian……….. 21
c. Diri Perilaku .………..
21
2. Segi Dimensi Eksternal……… 21
a. Diri Fisik ……….……….. 21
b. Diri pribadi atau Personal.……….. 21
c. Diri Sosial……… 22
d. Diri Keluarga ……….. 22
b. Diri Moral dan Etika……...……….. 22
c. Diri Akademi………
22
2.
TATTO ………..………..….…..
23
1.
Pengertian Tatto ………. 23
2.
Sejarah Perkembangan Tatto ………. 24
3.
Tujuan dari Tatto………. 25
4.
Orang Bertatto………. 28
3.
KONSEP DIRI PADA ORANG BERTATTO………..….
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ……….. 32
B.
Variabel Penelitian ……… 32
C.
Definisi Operasional Variabel ……….. 33
D.
Subyek Penelitian ………. 34
xvi
4.
Penskoran ………... 40
F.
Prosedur Pengumpulan Data ………..………
41
1. Tahap Persiapan ………. 41
2. Tahap Pengumpulan Data ……….. 42
G.
Pertanggungjawaban Mutu ……….. 42
1.
Validitas ………. 42
2.
Seleksi Item ……… 43
3.
Reliabilitas ………. 46
H.
Metode Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Orientasi Kancah ... 49
B.
Pelaksanaan Penelitian………... 50
C.
Hasil Penelitian…….………. 50
1.
Uji Normalitas ... 50
2.
Deskripsi Data Penelitian ... 52
3.
Kategorisasi Konsep Diri pada Orang Bertatto ... 53
4.
Data pada Setiap Nilai Konsep diri…………... 54
D.
Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 59
B.
Saran ... 59
1.
Bagi Peneliti yang Akan Datang ... 59
2.
Bagi Subyek ... 59
xvii
Tabel 2. Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable... 40
Tabel 3. Distribusi item skala konsep diri setelah uji coba ... 45
Tabel 4. Norma Kategori Jenjang... 47
Tabel 5. Kategorisasi Skala... 48
Tabel 6. Uji Normalitas... 51
Tabel 7. Deskripsi Data Penelitian... 52
Tabel 8. Kategori Skor Total Subyek... 53
xviii
xix
Data Uji Coba Penelitian... 63
Reliabilitas Alpha Item Sahih dan Unfavorable……... 73
Uji Normalitas dan Statistic Descriptive………. 86
Uji-Ttabel………... 87
Skala Uji Coba………... 88
1 A. Latar Belakang Masalah
Tatto dan piercing kini bagian dari fashion dan trend. Fungsinya beragam, dari aksesori hingga mengoreksi penampilan. Jarum yang berfungsi membuat tatto tidak membuat orang-orang yang memiliki tatto takut. Tatto sudah menjadi bagian dari aksesori, bahkan, bisa berfungsi sebagai make up permanen. Tatto juga bisa membantu menyamarkan noda di kulit atau menutupi tahi lalat.
Sejarah mencatat, tatto dan body piercing sudah menjadi bagian dari budaya di banyak negara sejak beberapa abad silam. Buktinya orang Mesir sudah memakai tatto sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Tatto di Jepang sudah ada sekitar 10.000 tahun lalu, pada zaman Palaelotikum. Di Indonesia, legenda tatto berasal dari suku Kayan, yang berada di Borneo (Kalimantan) sebagai tempat paling modern di kala itu. Berdasarkan data yang diambil (Gusti, 2007) Indonesia ditempatkan sebagai negara yang berperan dalam perkembangan sejarah tatto.
Namun saat ini sudah banyak selebriti dunia dan Indonesia yang mengoleksi tatto di tubuhnya sebagai aksesori,’’ ujar tatto artist asal Bali. (www.sanasini.com 2007) . Keinginan bertatto, lanjutnya, harus berawal dari keinginan pribadi yang kuat dan secara etika tidak boleh memaksa seseorang untuk bertatto. Pilih orang yang benar-benar profesional di bidang tatto, pilih gambar dan desain yang benar.
Menurut Raharjo alias Athonk, seniman tattoo lulusan Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, yang memiliki rambut bergaya punk dengan cat kuning merah menyala ini mengaku dirinya bertatto karena memberontak dari keinginan orangtua yang menyuruhnya masuk Akabri. "Waktu kelas 2 SMA orangtua menyuruh saya masuk militer, karena nggak mau saya tatto lengan kanan dengan tatto Donald Bebek," ungkapnya. Tatto pertama yang berkesan ternyata membuat dirinya serasa ingin ditatto lagi hingga tangan dan punggungnya dipenuhi tatto bahkan leher dan kaki juga tak luput dari tatto. (Bernas, 2000)
Kedua aspek ini saling berhubungan, dimana konsep diri diibaratkan sebagai poros, sedangkan sifat-sifat diibaratkan sebagai jari-jari yang melingkarinya. Uraian tersebut di atas, dengan jelas menunjukkan bahwa konsep diri memiliki peranan penting dalam kepribadian individu, konsep diri adalah kecenderungan reaksi seseorang dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak.
Rini. J. F (2002) menambahkan pula bahwa manusia diciptakan dengan berbagai keunikan dan memiliki konsep diri yang berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Konsep diri merupakan suatu masalah yang sering dibicarakan dalam teori kepribadian dan dianggap besar pengaruhnya terhadap tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep diri yang dimiliki individu akan turut menentukan bagaimana individu itu menerima, merasakan dan merespon lingkungannya.
Untuk memahami konsep diri, seseorang perlu meninjau tentang kondisi-kondisi fisik, perkembangan tubuh, nama dan nama panggilan, status sosial ekonomi, lingkungan sekolah, penerimaan sosial, kesuksesan dan kegagalan, jenis kelamin dan intelgensia (Hurlock , 1992). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh aspek psikologis maupun sosial. Aspek-aspek inilah yang akan menentukan konsep diri seseorang positif atau negatif.
Tatto merupakan trend dan orang yang bertatto adalah orang-orang yang dapat mengekspresikan dirinya. Pernyataan tersebut didukung pula oleh pendapat Allport (Hall, C.S & Linzey, G .1993 ) yang menyatakan bahwa orang yang dapat mengekspresikan diri cenderung memiliki konsep diri positif,
Walaupun demikian, di Indonesia kebanyakan orang bertatto adalah para kriminal. Pelaku kriminal atau para preman melakukan tatto untuk menunjukan keberanian dirinya untuk disakiti. Pelaku kriminal adalah orang-orang yang ditolak oleh masyarakat lingkungan sosial.
Orang yang bertatto disatu sisi merupakan individu yang berani mengekspresikan dirinya, namun di sisi lain merasa tidak diterima oleh lingkungan. Hal tersebut menarik bagi peneliti untuk menyajikan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana konsep diri pada orang orang bertatto.
B. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana Konsep Diri pada orang bertatto?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Diketahuinya bagaimana Konsep Diri pada orang bertatto, diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
• Adanya bukti empiris tentang penelitian yang berkaitan dengan Konsep diri di kalangan orang bertatto sehingga dapat menyumbang pada psikologi perkembangan dan psikologi sosial
• Dapat digunakan sebagai literatur dalam melaksanakan penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
7
A. KONSEP DIRI
1. Pengertian Konsep Diri
Menurut Brooks (dalam Rahmat. 2002) menjelaskan : Konsep diri sebagai persepsi mengenai diri individu sendiri baik bersifat fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh melalui pengalaman dari hubungan interaksi individu dengan orang lain.
Secara implisit pendapat dari Brooks (dalam Rahmat. 2002) tersebut telah mencantumkan terbentuknya konsep diri yang berdasarkan pengalaman dari interaksi individu dengan orang lain. Oleh karena itu pengalaman yang diperoleh indvidu dalam hubungannya dengan orang lain akan mempengaruhi dirinya.
Burns ( Setyawan, 2008 ) mengemukakan bahwa : Konsep diri adalah keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya yang meliputi keyakinan dirinya, dan kecenderungan tingkah lakunya. Secara lebih tegas, konsep diri terutama merupakan sikap seseorang terhadap dirinya yang unik.
Grinder berpendapat bahwa konsep diri dapat pula didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri (Rahmat, 2002). Persepsi tersebut terbentuk melalui penarikan kesimpulan dari pengalamannya dan secara khusus dipengaruhi oleh reward dan
punishment yang berarti dalam kehidupan orang yang bersangkutan. Seorang individu akan memandang diri fisik, jenis kelamin, kognisi sosial, pekerjaan, motivasi, tujuan atau emosi dirinya dalam rangka melakukan persepi tersebut.
Menurut Fitts (Dewi. S, 2005) Konsep Diri adalah suatu konstruk sentral untuk mengenal dan mengerti manusia. Aspek yang memegang peranan penting adalah dirinya sendiri, yaitu diri sebagaimana diamati, dipersepsikan dan dialami oleh orang tersebut.
2. Jenis-jenis Konsep Diri
Konsep diri pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan negatif, atau dapat disebut juga sebagai konsep diri tinggi dan rendah.
Rini, J. F (2002), menyebutkan bahwa seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
a. Konsep diri positif
Individu yang memiliki konsep diri positif adalah sebagai berikut :
1). Ia yakin dalam kemampuannya mengatasi masalah. 2). Ia merasa setara dengan orang lain.
3). Ia menerima pujian tanpa ada rasa malu.
4). Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.
5). Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkap aspek-aspek kepribadian yang tidak disengaja dan berusaha mengubahnya. (Rahmat,2002)
Berdasarkan uraian tentang jenis konsep diri di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki konsep diri yang positif memiliki kepercayaan diri, penerimaan diri yang baik, optimis, harga diri yang tinggi, dan adanya perasaan aman.
b. Konsep diri negatif
Accocella & Calhoun (1990) menyatakan bahwa orang yang memiliki konsep diri negatif mempunyai pengetahuan yang tidak tepat tentang dirinya sendiri, pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah. Kelemahan yang dimiliki oleh orang dengan konsep diri negatif atau rendah adalah menghambat lancarnya hubungan sosial yang dilakukan dengan orang lain. Anggapan bahwa orang lain tidak menyukai dirinya, peka terhadap kritik dan pesimis terhadap hidup yang dijalani menyebabkan ia enggan untuk membina hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Hal ini seringkali menjadikan seseorang mengalami kesulitan bergaul dan akhirnya menghambat dirinya untuk menyampaikan ide, pendapat atau gagasannya kepada orang lain. Selain itu konsep diri negatif yang dimiliki oleh seseorang dapat menyebabkan orang berperilaku agresif terhadap orang lain.
Rahmat (2002), menyebutkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif adalah sebagai berikut :
1). Ia peka terhadap kritik.
3). Ia terlalu kritis, tidak sanggup mengakui dan menghargai kelebihan orang lain.
4). Ia cenderung merasa tidak disenangi orang lain.
5). Ia bersifat pesimis terhadap kompetisi ditandai dengan keengganan untuk bersaing.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki konsep diri negatif adalah orang yang mempunyai gambaran atau pengetahuan yang tidak tepat tentang dirinya sehingga ia menjadi tidak menyukai dan tidak menghormati dirinya sendiri. Ia cenderung bersikap pesimis dan tidak dapat mengambil manfaat dari pengalaman-pengalaman yang lalu. Selain itu ia mempunyai anggapan bahwa dirinya tidak diperhatikan dan tidak disukai oleh orang lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Apabila individu yang bersangkutan memiliki perasaan bangga atau senang maka faktor tersebut membawa pengaruh positif bagi individu tersebut.
Fitts (dalam Dewi. S, 2005) mengemukakan lima faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perkembangan konsep diri. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
a. Diri Fisik (Physical Self)
Harga diri merupakan nilai yang diberikan oleh individu terhadap dirinya. Pandangan negatif terhadap fisik akan mengakibatkan individu sulit untuk menerima dirinya, minder atau rendah diri dan kurang percaya diri. Kepercayaan diri adalah perasaan yakin yang dimiliki individu terhadap kemampuan dan segala sesuatu yang terdapat dalam dirinya, termasuk daya tarik fisik.
b. Diri Pribadi
Hal yang sebaliknya akan terjadi, yaitu individu akan merasa tertekan, tidak akan menyenangi, tidak dapat menghargai dan tidak menerima dirinya sendiri apabila memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri akibat menerima ejekan, cemoohan, kritikan dan telalu banyak menuntut sehingga perkembangan konsep dirinya akan cenderung negatif.
c. Diri Keluarga (Family Self)
Hasil interaksi antara individu dengan keluarga akan memberi pengalaman kepada anak tentang bagaimana keberadaannya di dalam keluarga, bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga.
d. Diri Etika Moral (Moral Ethical Self)
Moral ethical self adalah perasaan mengenai hubungan individu dengan Tuhan, tentang bagaimana pandangan hidup dan penilaian terhadap benar dan salah serta baik dan buruk. Hurlock (1992) mengemukakan bahwa individu yang memiliki etika moral yang matang akan mudah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga bila tidak memenuhi harapan sosial maka individu tersebut tidak akan merasa bersalah terhadap perilakunya, mampu memilih dan menentukan perilaku yang diinginkan. Sebaliknya, individu akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya terhadap standar-standar moral yang telah ditetapkan oleh lingkungan dan penerimaan dirinya menjadi rendah apabila tidak memiliki etika moral yang matang
e. Lingkungan Sosial (Social Self)
Seorang individu dengan status sosial yang tinggi akan memiliki konsep diri yang tinggi. Sedangkan individu dengan status sosial yang rendah akan memiliki konsep diri yang rendah. Konsep diri juga dipengaruh oleh kelompok, ras, atau golongan. Terdapat asumsi bahwa kelompok minoritas akan memiliki konsep diri yang rendah. Prasangka sosial yang terdapat dalam masyarakat yang menganggap bahwa kelompok minoritas sebagai kelompok individu yang memiliki kemampuan yang rendah mempengaruhi asumsi tersebut (Rosenberg dalam Pudjijogyanti, 1993). Faktor lingkungan, yaitu bagaimana reaksi orang lain terhadap diri seorang individu atau terhadap tingkah lakunya, bagaimana pujian-pujian atas prestasi yang dicapai atau pun berbagai hukuman atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan akan membentuk konsep tentang dirinya.
Menurut Burns ( dalam Ediati.A & Rusmawati.D, 2004), konsep diri dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
2. Kemampuan bahasa. Bahasa timbul untuk membantu proses diferensiasi terhadap orang lain yang ada disekitar individu, dan juga untuk memudahkan atas umpan balik yang dilakukan oleh orang-orang terdekat
3. Umpan balik dari lingkungan, khususnya dari orang-orang terdekat. Individu yang citra tubuhnya mendekati ideal masyarakat atau sesuai dengan yang diinginkan oleh orang lain yang dihormatinya, akan mempunyai rasa harga diri yang akan tampak melalui penilaian-penilaian yang terefleksikan.
4. Identifikasi dengan peran jenis yang sesuai dengan stereotip masyarakat. Identifikasi berdasarkan penggolongan seks dan peranan seks yang sesuai dengan pengalaman masing-masing individu akan berpengaruh terhadap derajad dimana individu member label maskulin atau feminism kepada dirinya sendiri 5. Pola asuh, perlakuan dan komunikasi orang tua. Hal ini akan
Sedangkan Acocella dan Calhoun (1990), mengemukakan bahwa konsep diri dipengaruhi beberapa faktor berikut:
a. Perluasan perasaan diri, yaitu pengembangan yang dilakukan individu terhadap seluruh kemampuan yang dimiliki, baik kognitif, afektif, dan perilaku
b. Hubungan interpersonal, yaitu interaksi yang dilakukan oleh individu terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya
c. Kestabilan emosi, yaitu ekspresi perasaan yang dapat disalurkan secara proporsional oleh individu
d. Pandangan realistik, penilaian yang dilakukan secara efektif oleh individu terhadap suatu permasalahan
e. Keterampilan dan tugas, yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam menyelesaikan pekerjaan atau tanggung jawab yang dibebankan kepada dirinya
f. Pemahaman diri, yaitu kesadaran yang dimiliki individu akan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dirinya dan mengenal dirinya yang sebenarnya
g. Tujuan jangka panjang, yaitu harapan atau cita-cita individu yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu
4. Aspek-aspek dalam Konsep Diri
1). Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimiliki individu seperti tubuh, pakaian, benda-benda. 2). Aspek sosial, meliputi peranan sosial yang dimainkan individu
dan sejauh mana penilaian individu terhadap penampilan-nya. 3). Aspek moral, meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
memberi arti dan arah bagi kehidupan individu.
4). Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, kemauan, dan sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Aspek-aspek yang dikemukakan tersebut akan membentuk konsep diri seseorang yang akan menentukan perilakunya dalam menerima, merasakan, dan merespon lingkungannya.
Menurut Fitts (dalam Dewi.S, 2005), konsep diri dibagi menjadi dua aspek besar, yaitu;
1. Segi dimensi internal ( internal frame of reference), merupakan rangka acuan internal tentang dirinya sendiri, yaitu bagaimana seseorang menilai diri sendiri atas dasar dunia batinnya sendiri, ermasuk disini tinjauan identifikasi, kepuasan diri, dan tinjauan tingkah lakunya sendiri.
a. Diri identitas
Diri identitas ini dapat dipengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan dengan diri sendiri. b. Diri penilaian
Mempunyai fungsi bagaimana seseorang mengamati dan menilai, memberikan standar, memberikan perbandingan terhadap dirinya.
c. Diri perilaku
Merupakan persepsi atau pandangan seseorang terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak. Misalnya : “Saya adalah orang yang cenderung gegabah dalam memutuskan suatu hal”.
2. Segi dimensi eksternal ( exsternal frame of reference)
Merupakan rangka acuan eksternal yaitu tinjauan tentang diri sendiri yang didasarkan atas pandangan orang lain dalam hubungan dengan orang lain, meliputi;
a. Diri fisik
Bagaimana seseorang melihat dirinya dari segi fisik, kesehatan, penapilan luar, dan gerak motoriknya.
b. Diri pribadi atau personal
Dalam aspek diri pribadi atau personal ini, seseorang menggambarkan karakter (sifat-sifat) dirinya dan perasaan adekuat (kemampuan) yang ada dalam dirinya sendiri. c. Diri sosial
Bagaimana seseorang dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Serta bagaimana peran sosial yang dimainkan seseorang dan penilaian seseorang terhadap peran tersebut.
d. Diri keluarga
Bagaimana perasaan dan penilaian serta harga diri seseorang sebagai anggota keluarga
e. Diri moral dan etika
Bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk, meliputi nilai dan prinsip yang member arti serta arah bagi kehidupan seseorang.
f. Diri akademi
Dari keseluruhan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran atau pandangan dan penghargaan atau perasaan serta penilian seseorang secara menyeluruh terhadap dirinya yang akan menentukan perilakunya dalam menerima, merasakan, dan merespon lingkungannya.
Indikator dari konsep diri meliputi identifikasi diri, penilaian tentang siapa dirinya, serta perilakunya sendiri, yang dihubungkan dengan keadaan fisik, kepribadian, lingkungan sosial, keluarga, moral-etik, dan prestasi dalam akademi.
B. TATTO
1. Pengertian Tatto
Kata tatto berasal dari tahitian, "tatau" yang berarti "untuk menandakan sesuatu". Maksud dari mentatto ada bermacam-macam, dari mulai alasan kebudayaan sampai sesuatu yang dianggap modis dan trendi. Tatto atau body painting atau rajah adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. (Sobardi, R. 2004)
Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakkan dengan mesin untuk "mengukir" sebuah tatto. Di kuil-kuil Shaolin menggunakan gentong tembaga yang panas untuk mencetak gambar naga pada kulit tubuh.
Murid-murid Shaolin yang dianggap memenuhi syarat untuk mendapatkan simbol itu kemudian menempelkan kedua lengan mereka pada semacam cetakan gambar naga yang ada di kedua sisi gentong tembaga panas itu (Sobardi, R. 2004).
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tatto adalah bentuk gambar atau simbol melalui media kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen warna tunggal ataupun berwarna-warni
2. Sejarah Perkembangan Tatto
Dalam catatan Adi Rosa (Yuliawan, 2001), tatto Mesir baru ada pada 1300SM, sedangkan orang mentawai sudah mentatto badan sejak kedatangan mereka ke panatai barat Sumatra.
Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (indocina), pada Zaman Logam, 1500 - 500 SM. “Itu artinya, tatto Mentawailah yang paling tua di dunia”, tambah Adi.
Nuansa tatto yang kian beraneka ragam ini, semakin menambah maraknya dunia tatto dan penggemarnya yang secara tidak langsung akan membuat image masyarakat tentang tatto menjadi lebih baik, tidak dipandang sesuatu yang tabu lagi. Ini sebagai gambaran kondisi keadaan zaman yang melahirkan konstruksi yang berbeda dari zaman ke zaman. Dulu dianggap buruk, sekarang tatto dianggap sebagi sesuatu yang modern. Apabila era ini berakhir, bukan hal yang mustahil jika tatto bisa dianggap sebagai penunjukan "status kelas sosial(Miklouho,M.B L. 2004)
3. Tujuan dari Tatto
Di Kepulauan Solomon, tatto ditorehkan di wajah perempuan sebagai ritus inisiasi untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka. Hampir sama seperti diatas, orang-orang Suku Nuer di Sudan memakai tatto untuk menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial tertentu. ( Giang, 2004)
Salah satu kedudukan tatto pada budaya Mentawai menurut Adi Rosa (dalam Yuliawan, 2001) adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tatto dukun berbeda dengan tatto ahli berburu. Ahli berburu dilambangkan dengan gambar binatang, sedangkan tatto dukun digambarkan dengan gambar bintang.
Menurut Gusti,pemilik Studi Tatto Gusti’s,Kemang Selatan (dalam sana-sini.com, 2007) saat ini tatto sudah dianggap menjadi tren. ’’Dulu, tatto memang identik dengan kejahatan. Sebab, pemiliknya kebanyakan para preman dan penjahat. Namun, saat ini sudah banyak selebriti dunia dan Indonesia yang mengoleksi tatto di tubuhnya sebagai aksesori.’’.
Menurut pendapat Laurensius Ding Lie (www.kompas.com, 2007), tatto bagi orang Dayak Aoheng (orang Kalteng menyebutnya sebagai Dayak Penihing) merupakan lentera atau lampu penerang menuju surga layaknya damar yang digunakan zaman dulu untuk penerang kegelapan. Tatto Dayak memiliki simbol-simbol sakral yang secara sosial kemasyarakatan. ”Jadi tatto bagi kami bagian dari spiritual dan tidak ada maksud untuk menjadi jagoan seperti yang dicitrakan selama ini”. bisa menjadi penanda dari status seseorang.
Menurut Gusti, selain sebagai simbol feminin seperti hati dan kupu-kupu, lokasi favorit wanita untuk ditatto adalah bagian punggung atas,bawah pinggul, lengan, dan dada. tujuannya agar terlihat sensual karena bisa menonjolkan kelebihan tubuh. (www.sanasini.com, 2007).
Secara garis besar tujuan orang bertatto adalah sebagai ekspresi seni sebagian besar masyarakat, baik sebagai hiasan ataupun sebagai kecantikan yang menonjolkan sifat feminism bagi wanita. Kekuatan tatto pada budaya yang masih menggunakan tatto adalah berfungsi sebagi jati diri seseorang atau kelompok suatu adat istiadat tertentu. Turis asing yang menghiasi tubuhnya dengan tatto mengakui bahwa tatto sebagai unsur seni yang indah
4. Orang Bertatto
Orang bertatto adalah orang yang menyediakan bagian dari tubuhnya untuk dihiasi bentuk lukisan, atau biasa disebut dengan seni rajah tubuh. Kesenangan menghias tubuh dengan lukisan adalah sebagai wujud ekspresi seni yang diungkap seseorang lewat media tubuhnya. Orang yang bertatto disatu sisi merupakan individu yang berani mengekspresikan dirinya, namun di sisi lain merasa tidak diterima oleh lingkungan.
Di Indonesia, tatto pernah dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tatto dianggap identik dengan penjahat, gali
dan orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa orang beratto adalah orang yang melakukan body painting atau biasa disebut dengan seni rajah tubuh, yaitu bentuk gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni.
C. KONSEP DIRI PADA ORANG BERTATTO
Sejak dahulu tatto telah menjadi ekspresi seni sebagian besar masyarakat. Saat tatto sudah menjadi bagian dari fashion dan tren dalam masyarakat. Orang beratto adalah orang yang melakukan body painting
atau biasa disebut dengan seni rajah tubuh, yaitu bentuk gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Fungsi tatto memiliki banyak ragam, dari aksesori hingga mengoreksi penampilan.
Ekspresi tubuh yang paling tampak dilakukan oleh pencinta seni rajah tubuh atau tatto adalah ekspresi diri dalam bentuk tindakan yang real
Konsep diri adalah gambaran atau pandangan dan penghargaan atau perasaan serta penilaian seseorang secara menyeluruh terhadap dirinya yang akan menentukan perilakunya dalam menerima, merasakan, dan merespon lingkungannya. Indikator dari konsep diri meliputi identifikasi diri, penilaian tentang siapa dirinya, serta perilakunya sendiri, yang dihubungkan dengan keadaan fisik, kepribadian, lingkungan sosial, keluarga, moral-etik, dan prestasi dalam akademi.
Konsep diri seseorang juga sangat dipengaruhi oleh penilaian orang terhadap dirinya. Orang yang bertatto disatu sisi merupakan individu yang berani mengekspresikan dirinya dimana ekspresi diri adalah salah satu ciri dari konsep diri yang positif. Di sisi lain, orang yang bertatto merasa tidak diterima oleh lingkungan dan dianggap sebagai bentuk kriminalitas, dimana pelaku kriminal adalah orang-orang yang ditolak oleh masyarakat atau lingkungan sosial. Penolakan dari masyarakat adalah salah satu ciri dari konsep diri yang negatif.
Gambar 1. Skema konsep diri pada orang bertatto
Orang Bertatto
• Cenderung merasa tidak disenangi orang
lain/masyarakat
• Identik dengan kriminalitas
Bagaimana konsep diri orang bertatto
• Ekspresi diri
• Menyadari bahwa setiap perilaku tidak seluruhnya diterima
masyarakat
• melestarikan budaya tertentu
32
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2006).
Data yang digunakan adalah data kuantitatif mengenai variabel yang diperoleh melalui skor jawaban subyek pada skala sebagaimana adanya, sehingga dikatakan penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.
B. Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran atau pandangan dan penghargaan atau perasaan serta penilaian seseorang secara menyeluruh terhadap dirinya yang akan menentukan perilakunya dalam menerima, merasakan, dan merespon lingkungannya. Indikator dari konsep diri meliputi identifikasi diri, penilaian tentang siapa dirinya, serta perilakunya sendiri, yang dihubungkan dengan keadaan fisik, kepribadian, lingkungan sosial, keluarga, moral-etik, dan prestasi dalam akademi. Konsep diri individu diungkap dengan skala konsep diri, yaitu semakin tinggi total skor yang diperoleh individu, maka menunjukkan konsep diri yang positif. Begitu juga sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh, individu menunjukkan konsep diri yang negatif.
2. Orang Bertatto
D. Subjek Penelitian
Pemilihan subyek penelitian menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1991). Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki tatto pada tubuhnya dan masih dalam satu daerah, yaitu di Yogyakarta. Adapun karakteristik subyek yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Orang bertatto yang berusia lebih dari 20 tahun. Hal ini dipilih dikarenakan seseorang yang telah berusia 20 adalah seseorang yang sudah memasuki tahap dewasa awal( Hurlock 1992), mampu bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan. Dalam hal ini seseorang mampu bertanggung jawab atas jawaban yang diberikan dengan tattoo yang melekat pada tubuhnya
b. Seseorang yang memiliki tatto pada tubuhnya, minimal orang tersebut memiliki 2 tatto yang berbeda pada tempat yang berbeda juga. ukuran tatto minimal yang dimiliki adalah lebih dari 10cm². Hal tersebut
E. Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpul Data/Instrumen
Metode pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala kepada responden secara langsung yaitu orang bertatto. Sebelum digunakan pada penelitian yang sebenarnya, skala diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui nilai validitas dan realibitas alat ukur.
Skala diuji cobakan pada sekelompok responden yang memiliki kriteria yang sama denga responden yang digunakan dalam penelitian yaitu orang bertatto.
Penggunaan skala sebagai alat ukur ini didasarkan pada adanya karakteristik khusus yang membedakan skala psikologi dengan berbagi bentuk alat pengumpulan data lain, sepertia angket (questioner), daftar isian, inventory (Azwar,2003).
2. Skala
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penelitian ini menggunakan satu skala, yaitu skala konsep diri.
Skala konsep diri ini disusun berdasarkan beberapa aspek konsep diri dari Fitts ( dalam Dewi. S, 2005) sebagai berikut:
1. Segi dimensi internal ( internal frame of reference), merupakan rangka acuan internal tentang dirinya sendiri, bagaimana seseorang menilai diri sendiri atas dasar dunia batinnya sendiri, termasuk tinjauan identifikasi, kepuasan diri, dan tinjauan tingkah lakunya sendiri.
a. Diri identitas
Diri identitas menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan karakter (sifat-sifat) dirinya sendiri sebagai pribadi, mencakup pikiran, perasaan dan sikap-sikap individu terhadap dirinya sendiri.
b. Diri penilaian
Mempunyai fungsi bagaimana seseorang mengamati dan menilai, yang realistis terhadap milik (kelebihan dan kekurangan), bagaimana harapan atau yang dicita-citakan individu terhadap dirinya (ideal-self) dan memberikan perbandingan dirinya dengan orang lain
c. Diri perilaku
perbuatan atau tindakan tingkah laku individu. Misalnya : “Saya selalu berpikir optimis bila memikirkan masa depan walau saya memiliki tattoo di tubuh saya”
2. Segi dimensi eksternal ( exsternal frame of reference)
Merupakan rangka acuan eksternal yaitu tinjauan tentang diri sendiri, didasarkan atas pandangan orang lain, meliputi; a. Diri fisik
Bagaimana seseorang melihat dirinya dari segi fisik, kesehatan, penapilan luar, dan gerak motoriknya.
b. Diri pribadi atau personal
Diri pribadi ditandai dengan bagaimana seseorang menggambarkan perasaan nilai-nilai pribadi yang didasarkan atas pandangan orang lain.
c. Diri sosial
Bagaimana seseorang dalam melakukan interaksi sosial dan peran sosial yang dimainkan seseorang dan penilaian seseorang terhadap peran tersebut.
d. Diri keluarga
e. Diri moral dan etika
Bagaimana perasaan seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan dan penilaiannya mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk, meliputi nilai dan prinsip
f. Diri akademi
3. Blue Print
Skala konsep diri ini terdiri dari
Tabel 1
Blue Print Skala Konsep Diri
ASPEK ITEM TOTAL
Unfavourable Favourable
1. Aspek Internal a. Diri Identitas b. Diri Penilaian c. Diri Perilaku
3, 32, 49, 51 9, 21, 47, 56 24, 29, 36, 44
1, 7, 13, 31 22, 23, 52, 59 8, 37, 42, 50
8 8 8
2. Aspek Eksternal a. Diri fisik b. Diri Pribadi c. Diri sosial d. Diri Keluarga e. Diri moral f. Diri akademi
30, 35, 57 6, 25, 53 4, 27, 58 10, 20, 41 2, 19, 38 14, 40, 54
5, 12, 45 33, 34, 46 18, 43, 60 11, 15, 26 17, 48, 55 16, 28, 39
6 6 6 6 6 6
4. Penskoran
Menurut Hadi (2004), subjek memiliki kecenderungan untuk memilih jawaban yang ada di tengah atau yang disebut central tendering effect. Untuk menghindari kecenderungan tersebut, maka peneliti tidak memberikan jawaban tengah dan hanya memberi empat pilihan pilihan jawaban yaitu : SS-S-TS-STS. Adapun penyusunan item ini dilakukan secara acak dengan pertimbangan agar subjek menjawab secara spontan tanpa ada pengaruh dari item-item yang lain, yang kemungkinan disebabkan adanya pengelompokan.
Penskoran jawaban dalam penelitian ini tergantung dari jenis pernyataan seperti yang tertulis dalam tabel 2 berikut ini:
Tabel 2
Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable
Alternatif Jawaban
Skor Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
A. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan berbagai usaha, yaitu: a. Penyusunan instrumen angket
Hal – hal yang dilakukan peneliti dalam menyusun instrument adalah: 1) Menentukan aspek yang akan menjadi dasar dalam pembuatan
instrumen (item).
2) Membuat item berdasarkan aspek yang telah ditentukan dalam bentuk pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable. 3) Mengkonsultasikan item yang telah dibuat kepada pembimbing. b. Mengujicobakan skala atau melakukan try out pada individu yang
memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian yaitu orang bertatto. Uji coba (try out) dilaksanakan pada tanggal 16 juni hingga 1 Juli 2008. Angket yang disebar sebanyak 85 eksemplar, akan tetapi tidak semua angket bisa dianalisis karena ada beberapa angket yang gugur. Angket yang gugur yaitu 15 ( lima belas ) eksemplar karena tidak kembali, sehingga angket yang bisa dianalisis berjumlah 70 eksemplar.
2. Tahap Pengumpulan Data
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh item – item yang baik dan kemudian digunakan untuk penelitian.
G. Pertanggungjawaban Mutu
1. Validitas
Azwar (2003), mendefinisikan validitas/kesahihan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu skala dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu skala dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila skala tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran.
2. Seleksi Item
Seleksi item diawali dengan melakukan uji coba terhadap item – item yang telah dibuat untuk mendapatkan item – item yang dianggap baik dan layak. Uji coba dilakukan pada individu yang memiliki karakteristik yang sama dengan subyek, yaitu komunitas orang bertatto. Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 60 item.
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor itu sendiri dan akan menghasilkan koefisien korelasi item total atau corrected item total correlation (rix). Semakin baik daya diskriminasi sebuah item, maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00. Pemilihan item terbaik dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi sebesar 0,3. Dengan demikian, item-item yang memiliki
corrected item total correlation < 0,3 dapat disisihkan, sedangkan item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3 dinyatakan sebagai item yang lolos seleksi dan dapat digunakan sebagai alat penelitian. (Azwar, 2003). Untuk seleksi item, dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS for Windows 12.
Dan yang terakhir adalah item no 60 dari aspek diri sosial. Item-item yang lolos merupakan item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3.
Item setelah uji coba digunakan dalam penelitian, karena menggunakan metode item terpakai.
Tabel 3
Distribusi item skala konsep diri setelah uji coba
ASPEK ITEM TOTAL
Unfavourable Favourable
1. Aspek Internal a. Diri Identitas
b. Diri Penilaian
c. Diri Perilaku
3(3), 31(32), 46(49)
9(9), 20(21) 23(24),28(29),34(36),4 2(44) 1(1),7(7),13(13), 30(31) 21(22),22(23), 48(52), 54(59) 8(8), 35(37), 40(42), 47(50)
7
6
8
2. Aspek Eksternal a. Diri fisik b. Diri Pribadi c. Diri sosial d. Diri Keluarga
e. Diri moral f. Diri akademi
29(30),33(35), 52(57) 6(6), 24(25),49(53) 4(4), 26(27),53(58) 10(10),19(20),39(41) 2(2), 18(19),36(38) 38(40),50(54)
5(5), 12(12), 43(45) 32(34),44(46) 17(18),41(43) 11(11),14(15), 25(26) 16(17),45(48), 51(55) 15(16),27(28), 37(39) 6 5 5 6 6 5
TOTAL 26 28 54
Keterangan :
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas dikaitkan dengan sejauhmana hasil ukur dapat dipercaya. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada pada rentang dari 0 sampai
dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas yang diperoleh, semakin tinggi tingkat keterpercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subyek yang diteliti (Azwar, 2003).
Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach (Azwar, 2003). Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah tingkat kesukaran seimbang atau hampir seimbang, merupakan tes kemampuan, dan dapat dibelah menjadi dua atau tiga dengan jumlah aitem yang sama banyak. Hasil reliabilitas yang didapat dari teknik ini adalah 0,947. Dengan ini dapat dilihat bahwa tingkat reliabilitas termasuk dalam kategori tinggi.
H. Metode Analisis Data
Tabel 4
Norma Kategori Jenjang
Norma Kategori
Mean Empirik > Mean Teoritik Konsep Diri Positif Mean Empirik < Mean Teoritik Konsep Diri negative Keterangan:
X : skor total subyek
μ : mean teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan skor
minimum.
σ : standar deviasi, yaitu luas jarak sebaran yang dibagi 6 satuan standar
deviasi.
Berikut ini tahap penghitungannya:
X minimum teoritik
=> merupakan jumlah item dikalikan dengan skor terendah yang mungkin diperoleh oleh subyek pada skala
= 54 x 1 = 54
X maksimum teoritik
=> merupakan jumlah item dikalikan dengan skor tertinggi yang mungkin diperoleh oleh subyek pada skala
Mean (μ)
= X maksimum + X minimum 2
= 216 + 54 2 = 135
Range
216 – 54 = 162
Standar Deviasi (σ)
= Range = 162 6 6 = 27
Perhitungan di atas dapat disederhanakan menjadi norma kategorisasi seperti pada tabel 5 berikut:
Tabel 5
Kategorisasi Skala
Norma Kategori
49
A. Orientasi kancah
a. Gambaran umum subyek
Penelitian tentang konsep diri orang bertatto dilaksanakan di Yogyakarta. Jumlah responden yang digunakan adalah 70 orang yang bertempat tinggal di Yogyakarta. Subjek yang digunakan adalah orang-orang yang memiliki tatto dan berasal dari tiga kelompok atau komunitas yang berbeda.
Tiga komunitas tersebut terdiri dari : komunitas tattoo Nepen-Pakem. Mereka adalah warga yang memiliki tatto yang bertempat tinggal di dusun Nepen, Pakem Yogyakarta. Selanjutnya adalah komunitas Realino. Yaitu orang-orang yang seringkali berkumpul di sebuah warung makan depan lapangan Realino, universitas sanata Dharma Yogyakarta. Terakhir adalah beberapa mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Yogyakarta dengan kota pelajarnya memiliki karakterisik yang beraneka ragam. Inkulturasi budaya menjadi sebuah karakteristik sebuah kota yang memiliki multikultur yang unik, namun tetap dalam satu budaya yang utama, yaitu budaya jawa.
B. Pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juni 2008, dimana peneliti menyebar skala sebanyak 85 eksemplar kepada orang – orang yang memiliki tatto pada tubuhnya dan berdomisili di Yogyakarta. Penyebaran skala dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara pendekatan personal yang dilakukan oleh peneliti dengan mendatangi subjek satu persatu dan dengan cara dititipkan kepada orang – orang yang dipercaya peneliti untuk membantu penelitian ini. Skala yang diterima peneliti sebanyak 70 eksemplar, sedangkan 15 eksemplar yang lain tidak dikembalikan.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang telah didapatkan kemudian dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal, dengan mengetahui apakah sebaran skor memenuhi asumsi distribusi normal.
Table 6
Uji normalitas
Total
N 70
Kolmogorov-Smirnov Z 1.026 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.243
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Uji normalitas menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran skornya tidak normal.
2. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sehingga perlu penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoritis, mean empiris dan standar deviasi. Berikut tabel yang berisi data penilaian berdasarkan penghitungan komputerisasi dengan menggunakan SPSS versi 12.
Tabel 7
Deskripsi Data Penelitian
N 70
Skor Minimum Teoritik 54 Skor Minimum Empirik 99 Skor Maksimum Teoritik 216 Skor Maksimum Empirik 204 Mean Teoritik 135 Mean Empirik 164,96
Median 170,50
Modus 151
Standar Deviasi (SD) teoritik yang diperoleh dari penghitungan rentang antara nilai maksimum teoritik dan nilai minimal teoritik dibagi 6 ( ) menunjukkan nilai Standar Deviasi (SD) empirik lebih kecil daripada SD teoritik, yang artinya bahwa tingkat variasi jawaban pada kelompok data lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban teoritik. Kondisi ini menunjukkan bahwa subyek dalam penelitian ini merupakan kelompok yang homogen, yaitu termasuk dalam kelompok orang bertatto.
3. Kategorisasi Konsep Diri pada Orang Bertatto
Berdasarkan pada norma kategorisasi skala (tabel 5) pada bab sebelumnya, maka dapat dikategorisasikan skor total subyek berdasarkan tinggi-rendahnya. Berikut ini deskripsi skor total yang telah dikategorisasikan.
Tabel 8
Kategori Skor Total Subyek
Norma Kategori
Mean Empirik > Mean Teoritik Konsep Diri Positif 164,96 > 135 Konsep diri Positif
4. Data pada Setiap Aspek konsep diri
Konsep diri memiliki Sembilan aspek, sehingga perlu dilakukan pengembangan penelitian untuk mengetahui deskripsi tingkat konsep diri pada masing-masing aspek, yaitu dengan mencari perbedaan mean antara kesembilan aspek tersebut. Pengembangan penelitian ini dilakukan agar memperoleh data yang lengkap mengenai aspek-aspek yang dominan pada konsep diri subyek. Berikut adalah hasil mean dari setiap aspek:
Tabel 9
Mean Tiap Aspek konsep Diri
Aspek
Konsep Diri N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Error Variance
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aspek diri perilaku memiliki nilai mean tertinggi, yaitu 24,63 diikuti oleh aspek diri identitas dengan mean tertinggi kedua, yaitu 21,23. Urutan ketiga yaitu aspek diri moral dengan mean 19,07. Selanjutnya diri keluarga pada urutan keempat sebesar 18,73 , dilanjutkan dengan diri penilaian yang memiliki nilai mean 18,44. Aspek diri fisik masuk dalam urutan keenam dengan nilai 17,30 dilanjutkan dengan diri akademi dalam urutan ketujuh(15,39). Urutan kedelapan adalah aspek diri pribadi (15,19) dan urutan yang terakhir adalah aspek diri sosial yaitu sebesar 15,00.
D. Pembahasan
Data statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai mean empirik (164,96) lebih besar dari pada mean teoritik (135), yang artinya bahwa nilai rata-rata kelompok data lebih tinggi daripada nilai rata-rata teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian secara umum memiliki konsep diri yang positif. Hasil dari skor yang diperoleh oleh subyek membuktikannya.
Konsep diri adalah keseluruhan gambaran atau pandangan dan penghargaan atau perasaan serta penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, yang diperoleh dengan melalui pengalaman dan hubungan interaksi dalam kehidupannya.
Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan menunjukkan perilaku yang positif serta mampu menilai dirinya, memiliki rasa percaya diri dan rasa optimis dalam menghadapi masalah, sehingga dapat menjadikan pengendali diri seseorang dalam berperilaku.
Hal tersebut diatas didukung pula dengan data dari hasil uji beda mean nilai-nilai dalam konsep diri. Aspek diri perilaku memiliki nilai mean tertinggi, yaitu 24,63 yang berarti bahwa persepsi atau pandangan seseorang terhadap tingkah lakunya atau caranya bertindak sangat mempengaruhi konsep diri pada orang bertatto.
Konsep diri juga dipengaruh oleh kelompok, ras, atau golongan. Terdapat asumsi bahwa kelompok minoritas akan memiliki konsep diri yang rendah. Prasangka sosial yang terdapat dalam masyarakat yang menganggap bahwa kelompok minoritas sebagai kelompok individu yang memiliki kemampuan yang rendah mempengaruhi asumsi tersebut (Rosenberg dalam Pudjijogyanti, 1993).
Hal tersebut diatas didukung pula dengan masih banyaknya anggapan yang negatif yang dirasakan oleh beberapa orang bertatto dari sosial atau masyarakat. Aspek diri sosial menunjukkan nilai mean yang terkecil dengan nilai 15,0. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya aspek diri sosial pada orang bertatto terlebih dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain, serta peran sosial yang dimainkan dan penilaian terhadap peran tersebut masih rendah.
Kesadaran yang dimiliki individu akan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya serta harapan atau cita-cita individu yang ingin dicapai juga sebagi faktor yang mendukung seseorang yang bertatto memiliki konsep diri yang positif.
Orang yang dapat mengekspresikan diri cenderung memiliki konsep diri yang positif. Orang yang bertatto disatu sisi merupakan individu yang berani mengekspresikan dirinya, namun di sisi lain merasa tidak diterima oleh lingkungan.
Ekspresi tubuh adalah yang paling tampak dilakukan oleh pencinta seni rajah tubuh atau tatto. Wujud ekspresi diri dalam bentuk tindakan yang
real dan dapat mudah terlihat menjadi sebuah pola kepribadian.
59
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap orang – orang
yang bertatto, dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata subjek memiliki konsep diri yang positif, secara signifikan terlihat
dari mean empiriknya ( 164,96 ) > mean teoritiknya sebesar ( 135), dengan p =
0,000 (p < 0, 01)
2. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa aspek diri perilaku dalm segi dimensi
internal konsep diri yang paling dominan.
B. Saran
Berdasarkan proses penelitian dan hasil penelitian, maka diajukan saran-saran sebagai berikut:
1.Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini memang masih memiliki kekurangan, sehingga bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan konsep diri, disarankan untuk:
b. menggunakan metode wawa