MENGENAI SISWANYA YANG DIDUGA MENDASARI TINDAKANNYA
DALAM PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS 2 GURU FISIKA DI 2 SEKOLAH YANG BERBEDA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
KARTIKA DHINY MURWATI NIM: 051424030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2012
ii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
•
My Jesus Christ, untuk cinta kasih-Mu yang tak terbatas untukku, terimakasih karena
KAU tak pernah meninggalkanku.
•
Bunda Maria, yang selalu menjadi tempatku mengeluh di setiap waktu,
terimakasih atas kasih dan kekuatanku.
Yang terkasih Eyang Fx Mulyono, Eyang R Suharti, Bapak Yohanes Kartiman, dan Ibu Florentina Muryaniningsih untuk kasih sayang yang begitu melimpah
untukku.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
iv
MOTTO
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan yang menaruh
harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di
tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan
yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap
hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak
berhenti menghasilkan buah
(Yeremia 17 : 7-8)
Satu hal yang aku percaya, sesulit apapun jalan yang terjal di dalam hidup ini,
akan membuat aku jauh lebih berani dan akan menjadi indah pada waktunya.
Dan aku percaya itu semua berkat DIA
(Dhiny)
v
viii ABSTRAK
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU FISIKA
MENGENAI SISWANYA YANG DIDUGA MENDASARI TINDAKANNYA DALAM PEMBELAJARAN
(STUDI KASUS 2 GURU FISIKA DI 2 SEKOLAH YANG BERBEDA)
Kartika Dhiny Murwati Universitas Sanata Dharma
2012
Skripsi ini berisi tentang penelitian terhadap pengetahuan guru fisika
mengenai siswanya yang diduga mendasari tindakannya dalam pembelajaran.
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah “ Bagaimana pengetahuan guru fisika terhadap kesulitan belajar siswa, karakteristik siswa, miskonsepsi siswa, dan motivasi siswa?” Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan guru mengenai siswanya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian kualitatif.
Penelitian deskriptif karena peneltian ini dilakukan untuk mengumpulkan
informasi mengenai gejala yang ada pada saat penelitian. Penelitian ini juga
merupakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh berupa hasil transkrip
video pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kedua guru mengetahui
kesulitan belajar siswanya (2) Peneliti menemukan pengetahuan guru A mengenai
karakteristik siswa dan tidak berhasil menemukan pengetahuan guru B mengenai
karakteristik siswa (3) peneliti tidak berhasil menemukan pengetahuan guru
mengenai miskonsepsi siswa (4) kedua guru mengetahui motivasi-motivasi yang
ix
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF PHYSIC TEACHERS’ UNDERSTANDING ABOUT THEIR STUDENTS WHICH IS SUSPECTED AS THE BASIS OF
THEIR ACTION IN LEARNING
(CASE STUDY OF TWO TEACHERS IN TWO DIFFERENT SCHOOL)
Kartika Dhiny Murwati Sanata Dharma University
2012
This thesis is a research of physic teacher’ Understanding About Their Students Which Is Suspected As The Basis Of Their Action In Learning. The problem of it is “ How do the physics teachers’ understanding about their students’ learning difficulties, students’ characters, students’ misconcepts and students’ motivations. The goal of this is to describe the teachers; knowledge about their student.
This a descriptive and qualitative research. A descriptive research
because it is done collect some informations about some indications occured while
researching. This is also a qualitative one because the data we have got is a
learning video trancrip.
The result of this research show that: (1) Both of the teachers knew the
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Bapa di surga yang telah melimpahkan Kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Identifikasi
Pengetahuan Guru Fisika Tentang siswanya Yang Diduga mendasari
Tindakannya Dalam Pembelajaran Studi Kasus 2 Guru di 2 Sekolah Yang
Berbeda. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan FisikaUniversitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berhasil disusun berkat
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Rohandi, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. A. Atmadi, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan fisika
Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. T Sarkim M.Ed., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang penuh
dengan kesabaran membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Wanty Widjaja, M.Ed., Ph.D yang selalu memberikan solusi untuk
penulisan dasar teori.
5. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika USD yang telah memberikan bimbingan,
semangat dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di Pendidikan Fisika USD.
6. Pak Sugeng dan mb’a Heny (sekretariat JP MIPA) yang selalu melayani
kebutuhan penulis selama penelitian skripsi ini dengan penuh kesabaran.
7. Mas Agus, mas Antok (sekretarian Dekanat), dan mas Agus
(Laboratorium JP MIPA) yang selalu membantu dalam peminjaman
xi
8. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah menyediakan koleksi-koleksi buku yang penulis
butuhkan sebagai referensi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Ibu Anna Harsanti Selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
10.Bapak Drs. Rubiyanto selaku Kepala Sekolah SMA N 6 Yogyakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di sekolah tersebut.
11.Bapak Jarot Kaptono dan Bapak Doso selaku Guru Fisika beserta siswa-
siswi yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian ini.
12.Yang tercinta Eyang FX. Mulyono dan R. suharti serta Bapak Yohanes
Kartiman dan Ibu Florentina Muryaniningsih yang memberikan cinta kasih
yang tak terhingga, terimakasih atas doa dan semangat yang selalu
mengalir untukku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
13.Semua saudaraku, Om, Bulek, Sepupu-sepupuku (Ardha, Dhika, Dia,
menjalani proyek skripsi ini sampai
16.Seluruh teman-teman P’Fis 05 (Nuning, Prapti, Eni, Nita kris, Suci, Rita,
Nita cicil, Yosi, Ika, Feri, Iren, Asih, Melly, Era, Wisnu, Wido, Wega,
Agus, Helen, Dinar, Arun, Nori, Tutik, Adira, Maya, Nori, tutik, dll)
Terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan kita selama menjalani
masa studi.
17.Sahabat-sahabat terbaikku Christina Probolini, Yuvenalis andharwaty,
xii
mendengarkan cerita dan keluhanku, terima kasih atas nasehat, waktu,
kebersamaan, kesetiaan dalam menemani dan merawat ketika penulis
sakit, semoga abadi untuk selamanya.
18.Teman- teman Gita Kost, Terima kasih atas hari-hari indah yang pernah
kita lewati.
19.Teman-teman P’Fis UST 05 (Lusi, Ida, Uut, Intan, Yansen), Terimakasih
atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya, tak kan terlupakan, Walau
kita jauh jarak tetap tak berarti bagi kita.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini. Akhirnya terlepas dari ketidaksempurnaan tersebut,
dengan segala kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 26 januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL………...…i
HALAMAN PERSETUJUAN………...ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….…iv
HALAMAN MOTTO………....…….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… . ……..vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii
ABSTRAK………..viii
ABSTRACT……….ix
KATA PENGANTAR……….…x
DAFTAR ISI………...…………....xiii
DAFTAR LAMPIRAN………...….. .xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...……..1
B. Dasar Teori………...………...…………3
1. PCK (Pedagogical Content Knowledge)...3
2. Pengetahuan Guru Mengenai Siswa...6
a. Kesulitan Belajar Siswa...7
b. Karakteristik Siswa...10
c. Miskonsepsi...11
d. Motivasi Belajar Siswa...13
C. Rumusan Masalah………... 16
D. Pembatasan Masalah………...…...……17
E. Tujuan Penlitian………...17
F. Manfaat Penelitian……….…...17
1. Bagi Guru...18
2. Bagi Peneliti Lain...18
3. Bagi Peneliti...18
BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian………...……19
2.2 Subjek Penelitian………...…20
2.3 Data Penelitian………...……..…..21
2.4 Jenis Data………...……...21
2.5 Waktu dan Tempat Penelitian………...……...22
2.6 Metode Pengumpulan Data………...…….23
1. Tahap Observasi...23
2. Tahap Pengambilan Data...24
3. Tahap Wawancara...25
2.7 Instrumen Pengumpulan Data………...…..25
2.8 Teknik Analisis Data………...…...….29
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1Deskripsi Data………...……30
3.2 Field Note...30
3.3Deskripsi Guru………...…..…..31
3.4Deskripsi Penelitian………...…33
3.5Analisis Data………...…39
3.6Pembahasan………...….…63
BAB 1V PENUTUP 4.1 Kesimpulan………..…....…73
4.2 Saran………....…74
DAFTAR PUSTAKA………...…75
LAMPIRAN……… …77
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
A. LAMPIRAN 1
1. Transkrip Video Pembelajaran SMA A...77
2. Transkrip Video Pembelajaran SMA B...110
B. LAMPIRAN 2
1. Transkrip Wawancara SMA A...152
2. Transkrip Wawancara SMA B...168
C. LAMPIRAN 3
Fieldnote SMA A...179
D. LAMPIRAN 4
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, dasar teori, rumusan
masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan
terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut
untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga
hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada
di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar (Rastodio.
2009).
Berkaitan dengan peran tersebut maka guru perlu berusaha mengerti
keadaan siswa. Beberapa situasi siswa perlu diketahui seperti: konsepsi awal
siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, tingkah laku, dan situasi
psikologis siswa. Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi
pembelajarannya, apakah mereka senang, bosan, malas, dan lain sebagainya.
Dengan mengerti keadaan siswa, guru akan dapat membantu pembelajaran secara
lebih kontekstual, sesuai dengan situasi siswa. Selain itu guru juga perlu melatih
diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu
dibangun, kemampuan memotivasi, memberikan semangat, menegur,
menggerakkan siswa yang perlu dilatih. Ketrampilan mendekati siswa, membantu
siswa belajar, dan juga kemampuan mendengarkan apa yang dirasakan dan
diinginkan siswa perlu dikembangkan. Pengetahuan mengenai siswa pun perlu
ditumbuhkan (Suparno.2007 : 3).
Pengetahuan guru mengenai siswa adalah salah satu bagian dari PCK
(Pedagogical Content Knowledge). PCK merupakan perpaduan dari pengetahuan
tentang mata pelajaran dengan pengetahuan pedagogis yang memungkinkan guru
menyajikan suatu topik pelajaran secara terorganisir sesuai dengan tujuan
pembelajaran, tingkat perkembangan murid, dan situasi tempat pembelajaran
berlangsung (Shulman. 1987 dalam Sarkim. 2005).
Penelitian Skripsi ini hanya bagian kecil dari keseluruhan penelitian PCK
yang dilakukan secara berkelompok (penelitian proyek). Penelitian PCK tersebut
dilakukan oleh 12 mahasiswa yang terbagi menjadi 2 yaitu 6 mahasiswa
pendidikan fisika dan 6 mahasiswa pendidikan matematika. Sedangkan Penelitian
skripsi ini dilakukan di dua sekolah yaitu SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan
SMAN 6 Yogyakarta dengan guru fisika yang berbeda. Sekolah yang digunakan
sebagai tempat penelitian ini ditentukan secara bersama-sama dalam satu
kelompok besar.
PCK khususnya pengetahuan guru mengenai siswa ini dapat diketahui
melalui pengalaman guru dalam mengajar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti pengetahuan guru mengenai siswa tersebut yang tercermin dari
tindakan-tindakan guru dalam proses pembelajaran dan menuangkannya ke dalam bentuk
skripsi yang berjudul ” Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika Mengenai
Siswanya Yang Diduga Mendasari Tindakannya Dalam Pembelajaran (Studi
Kasus 2 Guru di 2 Sekolah Yang Berbeda)”.
B. Dasar Teori
Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: PCK
(Pedagogical Content Knowledge), dan Pengetahuan guru mengenai siswa yang
terdiri dari: Kesulitan belajar siswa, Karakteristik siswa, Miskonsepsi siswa, dan
Motivasi siswa.
1. PCK (Pedagogical Content Knowledge)
Shulman memperkenalkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) sebagai
pengetahuan penting bagi guru untuk mentransformasikan pengetahuan ilmu
mereka menjadi pengajaran yang efektif. PCK memiliki sejumlah komponen
termasuk:
1) Pengetahuan dan keyakinan mengenai tujuan pembelajaran
2) Pengetahuan dan keyakinan mengenai kurikulum
3) Pengetahuan mengenai strategi pengajaran
4) Pengetahuan siswa
5) Pemahaman ilmu pengetahuan, dan
6) dan Pengetahuan mengenai penilaian
PCK diperoleh melalui pengalaman belajar di berbagai tingkat pendidikan dan
berkembang melalui pengalaman mengajar (Sarkim. 2006).
Di dalam artikel yang berjudul: “Those Who Understand: Growth of
Knowledge in Teaching” (Shulman. 1986) tertulis:
A second kind of content knowledge is pedagogical knowledge, which goes beyond knowledge of subject matter per se to the dimension of subject matter knowledge for teaching. I still speak of content knowledge here, but of the particular form of content knowledge that embodies the aspects of content mot germane to its teachability. (Shulman, 1986, seperti dikutip di dalam Sarkim 2005)
Dari kutipan di atas Shulman membedakan pengetahuan isi untuk
pengajaran, yang ia sebut dengan pengetahuan isi bersifat pendidikan, dari
pengetahuan isi yang ada di dalam dirinya. Pengetahuan isi ini termasuk
pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan struktur sintaksis dan
substantive dari pengetahuan. Struktur substantive dari disiplin ilmu mengacu
pada cara dimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar dari disiplin ilmu itu
diorganisir struktur sintaksis dari suatu disiplin ilmu adalah himpunan dari cara
dimana pertimbangan, validasi, atau penetapan ditetapkan. (Schwab. 1964,
Grossman. 1987, dalam Sarkim. 2005).
Shulman membuat pembedaan mengenai dua jenis pengetahuan isi yang
berbeda. Salah satu keyakinan yang mendasari PCK itu sudah pernah
dikemukakan oleh ahli pendidikan John Dewey pada abad ke-20. John Dewey
berpendirian bahwa:
Every study or subject thus has two aspects: one for the scientist as a scientist; the other for the teacher as a teacher. These two aspects are in no sense opposed or conflicting. But neither are they immediately identical.(p.285)
Setiap studi atau subyek pada prinsipnya mempunyai dua aspek: yang satu
untuk ilmuwan sebagai seorang ilmuwan, yang lain untuk guru sebagai seorang
guru. Dua aspek ini tidak dalam pengertian saling menentang ataupun berlawanan.
Tetapi tidak juga dengan seetika menjadi serupa. (Dewey.1902, seperti dikutip
dalam Sarkim. 2005).
Mengelaborasi karya Shulman, ahli-ahli lain telah mengadopsi elemen kunci
PCK yaitu pengetahuan mengenai representasi yang dapat dipahami dari suatu
materi dan pemahaman tentang content yang berhubungan dengan kesulitan
belajar. Selain itu, masing-masing telah memperluas konsep dengan
mengikutsertakan PCK dalam beberapa kategori pengetahuan berbeda dalam
pengetahuan dasar menurut Shulman.
Sebagai contoh Grossman mengidentifikasi sumber-sumber berikut dari
PCK yang dihasilkan dan dikembangkan:
1) Observasi kelas, baik sebagai siswa dan seorang guru dari siswa tersebut
2) Kedisiplinan pendidikan yang dapat mengakibatkan preferensi pribadi untuk
3) Program studi tertentu selama pendidikan guru yang dampaknya biasanya
tidak diketahui
4) Pengalaman mengajar di kelas
Selain itu, Marks.(1990), (dalam Sarkim 2005) juga memperluas model
Shulman dengan mengikutsertakan PCK dalam pengetahuan tentang mata
pelajaran juga pengetahuan dari media yang digunakan dalam pengajaran. Marks
menganggap perkembangan PCK sebagai proses integratif yang bergulir pada
pemahaman akan pengetahuan subjek materi dan spesifikasi pengetahuan umum,
dengan demikian Shulman berfokus pada dua elemen kunci. Marks juga
membahas beberapa ambiguitas dalam PCK dengan memberikan contoh-contoh
dimana tidak mungkin untuk membedakan PCK dari subyek-materi baik
pengetahuan atau pengetahuan pedagogi umum.
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini
merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Sedangkan menurut
Uyoh Sadulloh.(2001) pedagogi merupakan pendidikan yang lebih menekankan
kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak.
2. Pengetahuan Guru mengenai siswa
PCK menyiratkan transformasi subyek-materi pengetahuan, sehingga dapat
digunakan secara efektif dan fleksibel dalam proses komunikasi antara guru dan
peserta didik selama praktek di kelas.
Dengan demikian, guru dapat memperoleh PCK dari praktek mengajar
mereka sendiri (misalnya, menganalisis kesulitan belajar secara khusus) dan juga
dari kegiatan sekolah (misalnya, seminar mengenai konsepsi siswa). Lebih
penting ketika berhadapan dengan materi pelajaran, tindakan guru akan ditentukan
dari PCK mereka, membuat komponen PCK menjadi bagian penting dari
pengetahuan tentang kemampuan.
Grossman.(1990) (dalam Sarkim 2005) menganggap bahwa PCK terdiri
dari pengetahuan tentang strategi dan representasi untuk mengajar topik tertentu
dan pengetahuan akan pemahaman siswa, konsepsi, dan miskonsepsi. Selain itu,
dalam model tentang pengetahuan guru menurut Grossman, PCK merupakan
pusat yang dikelilingi oleh tiga kategori, yaitu:
1) Pengetahuan mengenai materi pelajaran
2) Pengetahuan pedagogi umum
3) Pengetahuan kontekstual
Dalam penelitian ini, pengetahuan guru mengenai siswa meliputi kesulitan belajar
siswa, karakteristik siswa, miskonsepsi siswa, dan motivasi siswa.
a. Kesulitan Belajar Siswa
Menurut Hitsuke (2009), dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita
dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada
siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat
bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya:
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada
dasarnya yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan
mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dengar, atau
gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh
yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena
tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai
permainan volley dengan baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah di tes kecerdasannya dan
menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140),
namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan
belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar
khusus.
1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali
Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang.
Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.
2. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau
pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang
jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.
3. Kelainan motivasional
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya
reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan
mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan
motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.
4. Kecemasan yang mengambang
Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal
dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain.
Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti
dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam
keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya: dalam bentuk melamun atau
tidak memperhatikan.
5. Perilaku yang tidak konsisten dan tidak terduga
Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan.
Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain.
Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap
pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih
merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.
6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap
Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak
berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap
seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku
akademiknya tinggi yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan
mental.
7. Pendidikan dan pola asuh yang didapati tidak memadai
Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman
belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan
terdapat pada sistem pendidik itu sendiri, tetapi pada ketidak cocokan antara
kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang
didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar.
b. Karakteristik siswa
Siswa sebagai subjek dalam proses belajar mengajar memiliki keunikan,
perbedaan itu tampak dalam sifat aspek fisik, aspek intelek, aspek emosi, aspek
sosial, aspek bahasa, aspek bakat aspek nilai, moral dan sikap (Hariyadi 1993).
Sementara itu Slameto (2003) menjelaskan bahwa selain berbeda dalam dalam
tingkat kecakapan memecahkan masalah, taraf kecerdasan atau kemampuan
berpikir kreatif, siswa juga dapat berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan
serta menerapkan pengetahuan. Mereka dapat berbeda dalam cara pendekatan
terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima, mengorganisasi dan
menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka, dalam cara mereka merespon
terhadap metode pengajaran tertentu.
Hal tersebut sesuai dengan karakteristik belajar yang dimiliki
masing-masing siswa. Adanya kesadaran pada diri masing-masing-masing-masing siswa akan membantu
dalam menentukan cara belajar dan sasaran belajar dirinya sendiri. Cara belajar
merupakan bagian dari ciri atau karakteristik belajar siswa . Cara belajar adalah
kegiatan belajar yang konsisten dilakukan oleh seorang siswa dalam mempelajari
sesuatu dan dalam situasi yang tertentu pula. Bermacam-macam cara belajar tidak
terpisah satu sama lain tetapi semuanya saling melengkapi, kemungkinan perlu
digunakan beberapa cara sekaligus (secara beruntun) untuk mencapai tujuan
belajar. Karakteristik belajar yang dimaksud meliputi cara mengikuti pelajaran di
sekolah, persiapan sebelum mengikuti pelajaran, pemahaman konsep dan aplikasi
konsep, cara membuat rangkuman atau ringkasan setelah mengikuti pelajaran,
cara menghadapi ujian/ulangan.
c. Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan
yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naïf
(Suparno,2005:4). Menurut beberapa penelitian, miskonsepsi yang terbanyak
terjadi pada gerak parabola. Siswa masih sulit memahami mengapa kecepatan
pada puncak suatu proyektil adalah nol, meskipun percepatannya tidak nol.
Mereka berfikir jika kecepatan nol maka percepatannya juga harus nol
(Suparno,2005:13).
Selain itu Twiest dan Twiest, 1992 (dalam Suparno,2005:24) menemukan
banyak salah pengertian mengenai magnet pada siswa, seperti berikut:
1. Kutub magnet yang senama adalah netral dan yang tidak senama
menarik, padahal yang benar kutub magnet yang tidak senama akan
tarik-menarik.
2. Bila suatu magnet batang dipotong menjadi dua, satu bagian menjadi
semuanya kutub utara dan yang lain semua kutub selatan; padahal yang benar
kedua bagian akan menjadi magnet batang dengan masing-masing
mempunyai kutub selatan dan kutub utara yang berlainan di tempat yang
dipotong.
3. Daya tarik magnetik pada magnet batang sama di seluruh permukaannya;
padahal yang benar adalah magnet batang mempunyai daya tarik magnetik
terbesar di kedua kutubnya.
Flowler,1987 (Dalam Suparno, 2005:5) menjelaskan lebih rinci arti
miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang
salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan yang hirarkis
konsep-konsep yang tidak benar.
Penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa,
guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa
dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap
perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain.
Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru,
kurangnya pnguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru
dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku
teks biasanya terdapat pada penjelasan uraian yang salah dalam buku tersebut.
Konteks, seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi
miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan
kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa. Seringkali
penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, akan tetapi terkadang saling terkait satu
sama lain, sehingga salah pengertiannya menjadi semakin kompleks. Hal ini
menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa dalam mengatasi
miskonsepsi mereka (Suparno,2005:29).
d. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan. Hal tersebut terlaksana karena dirangsang dari
berbagai macam kebutuhan atau keinginan yang hendak dipenuhi (Meeta. 2007).
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi
yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winkel,1987, dalam
Meeta.2007).
Menurut (Sobry Sutikno.2007), motivasi ada dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul dari dalam individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain tetapi atas dasar kemauan
sendiri.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,
bukanlah masalah bagi guru. Karena dalam diri siswa tersebut ada
motivasi yang disebut motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya
dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru dan rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan.
2. Motivasi Ekstrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul sebagai akibat
pengaruh dari luar individu, apakah karena ada ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau
melakukan sesuatu atau belajar. Di sini tugas guru adalah membangkitkan
motivasi peserta didik sehingga mereka mau belajar. Ada beberapa strategi
yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar,diantaranya:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
b. Pada permulaan belajar, guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai.
Semakin jelas tujuan belajar, maka semakin besar motivasi dalam
belajar.
c. Pemberian hadiah.
Pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
siswa yang berprestasi.
d. Kompetisi/Saingan.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar. Berusaha memperbaiki hasil prestasi
yang telah dicapai sebelumnya.
e. Pujian.
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
f. Hukuman.
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
g. Perhatian.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.
h. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
i. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual atau kelompok.
j. Menggunakan metode yang bervariasi.
k. Menggunakan media yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Ali Imron (1996), motivasi belajar memegang peranan penting
dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang
tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya. Sebagai
konsekuensi atas perhatian guru terhadap unsur-unsur yang mempengaruhi
tersebut, guru hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan motivasi belajar.
Upaya meningkatkan motivasi belajar tersebut dilakukan dengan cara
mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar/pembelajaran, mengoptimalkan
unsur-unsur belajar/pembelajaran, mengoptimalkan pemanfaatan
pengalaman/kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar dam mengembangkan
cita-cita dan aspirasi pembelajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
• Bagaimana pengetahuan Guru Fisika mengenai kesulitan belajar siswanya
pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta?
• Bagaimana pengetahuan Guru Fisika mengenai karakteristik siswanya pada 2
sekolah yang berbeda di Yogyakarta?
• Bagaimana pengetahuan Guru Fisika mengenai miskonsepsi yang dialami oleh
siswanya pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta?
• Bagaimana motivasi yang diberikan oleh Guru Fisika kepada siswanya pada 2
sekolah yang berbeda di Yogyakarta?
D. Pembatasan Masalah
Peristiwa PCK yang diteliti hanya pada saat proses pembelajaran gerak
parabola dan gaya lorentz di 2 sekolah yang berbeda.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
• Mengetahui pengetahuan Guru Fisika mengenai kesulitan belajar siswanya
pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.
• Mengetahui pengetahuan Guru Fisika mengenai karakteristik siswanya pada 2
sekolah yang berbeda di Yogyakarta.
• Mengetahui pengetahuan Guru Fisika mengenai miskonsepsi yang dialami
oleh siswanya pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.
• Mengetahui motivasi yang diberikan oleh Guru Fisika kepada siswanya pada
2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,
antara lain:
18
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi bagi guru
untuk melakukan langkah yang lebih baik lagi dalam mengajar.
2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi peneliti
lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis dan diharapkan peneliti lain
dapat mengembangkannya.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pegangan atau pedoman
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, data
penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengambilan data penelitian, dan teknik
analisis data.
2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan
secara sistematis kenyataan-kenyataan dan sifat populasi tertentu secara faktual
dan teliti, tidak ada maksud untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan,
menguji hipotesis, membuat ramalan, atau menjelaskan atau menemukan makna
atau implikasi ( Kusriniati. 2005: 27). Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala
yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan
(Kusriniati. 2005: 27).
Penelitian ini juga termasuk penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif
merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Abdul
Kamil.2009).
Bogdan dan Taylor. (1992) (dalam Abdul Kamil. 2009) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks
tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya
umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut
tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis
tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya
abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar. 1996, Basrowi dan Sukidin. 2002,)
(dalamAbdulKamil.2009)
Penelitian ini akan menggunakan data yang berupa hasil transkrip
rekaman video pembelajaran Fisika dan hasil wawancara terhadap guru Fisika
yang dilakukan di 2 SMA yang berbeda.
2.2 Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Guru Fisika di salah satu
SMA A (swasta) dan Guru Fisika di salah satu SMA B (negeri) yang ada di
Yogyakarta. Sedangkan untuk Objek penelitiannya yaitu PCK (Pedagogical
Content Knowledge) itu sendiri.
2.3 Data Penelitian
Data yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu:
1. Hasil transkrip peristiwa PCK dari rekaman Video proses pembelajaran
fisika pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.
2. Hasil transkrip wawancara terhadap Guru Fisika pada 2 sekolah yang
berbeda di Yogyakarta.
3. Field Note
2.4 Jenis Data
Menurut Sudjana (1989: 126, dalam Kusriniati. 2005), jenis data ada dua
yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif bersifat numerikan yang
maknanya belum menggambarkan apa adanya sebelum dilakukan pengolahan dan
analisis lebih lanjut. Salah satu cara untuk mengolah dan menganalisis data
kuantitatif adalah statistika.
Data kualitatif dapat disusun dan langsung ditafsirkan untuk menyusun
kesimpulan penelitian. Peneliti tidak perlu melakukan pengolahan melalui
perhitungan matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya (Sudjana,
1989: 126, dalam Kusriniati. 2005).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data
yang diperoleh dari hasil rekaman video pembelajaran Fisika SMA dan hasil
rekaman wawancara terhadap Guru Fisika.
2.5 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 2 sekolah yang berbeda dengan waktu yang
digunakan juga berbeda.
1. Tahap observasi tanpa handycam
Tahap observasi ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 Juli 2009 dan
selasa tanggal 28 Juli 2009 di SMA A kelas XI IPA, sedangkan tahap ini juga
dilaksanakan di SMA B, kelas XII IPA pada hari kamis tanggal 16 juli 2009
dan selasa tanggal 21 juli 2009.
2. Tahap observasi dengan menggunakan handycam
Tahap observasi dengan menggunakan handycam dilaksanakan pada hari
sabtu, 1 Agustus 2009 dan senin, 3 Agustus 2009 di SMA A dan di kelas yang
sama. Tahap ini juga dilaksanakan di SMA B pada hari selasa, 4 Agustus
2009.
3. Tahap pengambilan data
Proses pengambilan data dilakukan pada hari selasa, 4 Agustus 2009 dan
sabtu, 8 Agustus 2009 di SMA A dengan materi Gerak Parabola. Sedangkan
pengambilan data dilakukan di SMA B pada hari selasa, 11 Agustus 2009 dan
selasa, 18 Agustus 2009 dengan materi gaya Lorentz.
4. Tahap Wawancara
Tahap ini dilakukan setelah Peneliti melihat, mngamati dan mencermati
rekaman video.
2.6 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode berbasis video. Sedangkan langkah-langkah pengambilan data di
lakukan melalui beberapa tahap, antara lain:
1. Tahap Observasi
Observasi yang dilakukan di salah satu SMA A yang ada di Yogyakarta
berlangsung selama empat kali pertemuan, dimana pada dua pertemuan
pertama peneliti belum menggunakan handycam di dalam kelas. Hal ini
bertujuan agar siswa terbiasa dan tidak merasa terganggu dengan adanya
peneliti di dalam kelas. Sedangkan pada dua pertemuan berikutnya, peneliti
melakukan observasi dengan menggunakan handycam. Hal ini bertujuan agar
siswa dan guru terbiasa dengan adanya handycam ketika proses pembelajaran
sedang berlangsung.
Seperti halnya di atas, peneliti melakukan observasi selama tiga kali
pertemuan di salah satu SMA B yang ada di Yogyakarta. Dalam observasi
pertama dan kedua, peneliti belum menggunakan handycam di dalam kelas
supaya siswa terbiasa dengan adanya peneliti di dalam kelas. Untuk observasi
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan handycam dengan tujuan agar
siswa dan guru terbiasa dengan keberadaan handycam di dalam kelas.
Selain bertujuan membiasakan diri siswa dan guru dengan adanya peneliti
dan handycam, tahap observasi ini juga bertujuan agar peneliti dapat
mengetahui kebiasaan-kebiasaan guru di dalam kelas yang apa adanya
(natural), dan dapat mengetahui posisi pengambilan gambar yang tepat.
Dalam melakukan observasi di 2 sekolah, peneliti masuk ke dalam kelas
sebelum guru masuk ke dalam kelas tersebut. Jika observasi tidak
menggunakan handycam maka peneliti langsung duduk di bagian belakang
kemudian mencatat apa yang dilakukan guru saat proses pembelajaran
berlangsung. Sedangkan jika observasi menggunakan handycam, setelah
masuk ke dalam kelas peneliti kemudian menyiapkan kabel dan handycam
yang akan digunakan. Peneliti mengambil rekaman video pembelajaran dari
beberapa arah.
2. Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data di salah satu SMA A berlangsung selama dua kali
pertemuan dengan materi yang diajarkan yaitu Gerak Parabola. pada
pertemuan pertama, proses pembelajaran yang berlangsung berada di dalam
kelas XI IPA dimana desain tempat duduk siswa yang digunakan adalah tapal
kuda. Sedangkan pada pertemuan yang kedua, satu jam pertama proses
pembelajaran berlangsung di dalam kelas sedangkan pada jam berikutnya
berlangsung di Laboratorium Fisika. Proses pengambilan data yang dilakukan
di SMA B berlangsung selama dua kali pertemuan di dalam kelas XII IPA4.
Materi yang diajarkan oleh guru adalah gaya Lorentz.
Pengambilan data ini dilakukan seperti peneliti melakukan tahap
observasi dengan mnggunakan handycam. Dimana peneliti masuk ke dalam
kelas dan menyiapkan handycam, kabel kemudian merekam proses
pembelajaran dari berbagai arah. Karena peneliti berjumlah 2 orang maka
ketika salah satu peneliti merekam maka peneliti yang lain duduk di bagian
belakang kelas melakukan pencatatan terhadap apa yang dilakukan guru dalam
mengajar.
3. Tahap wawancara
Setelah dilakukan tahap pengambilan data, maka dilakukan juga tahap
wawancara dimana tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi data-data
yang sudah diperoleh dari 2 Guru Fisika.
Wawancara yang dilakukan di SMA A bertempat di ruang tamu dengan
menggunakan handycam yang diletakkan di depan Guru untuk merekan suara
Guru. Ketika mewawancarai, peneliti duduk disamping Guru Fisika. Sedangkan di
SMA B, wawancara dilakukan di ruang Guru dengan menggunakan alat yang
sama untuk merekam suara Guru. Posisi peneliti dan handycam sama seperti
posisi ketika melakukan wawancara di SMA A.
2.7 Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat pemgumpulan data yang berupa alat
perekam atau biasa disebut handycam. Alat perekam tersebut digunakan untuk
merekam proses berlangsungnya pembelajaran Fisika. Dari hasil rekaman tersebut
dihasilkan data yang berupa transkrip.
Alat perekam juga digunakan untuk merekam saat berlangsungnya tahap
wawancara terhadap Guru fisika. Selain itu field note dan diary peneliti juga
digunakan sebagai alat untuk menunjang kelengkapan data.
Selain itu, instrumen yang digunakan adalah beberapa pertanyaan
wawancara. Di sekolah A, wawancara dilakukan di ruang tamu dengan duduk
saling berhadapan antara peneliti dan guru. Sedangkan di sekolah B, wawancara
dilakukan di ruang guru dengan saling berhadapan antara peneliti dan guru.
Instrumen tersebut yaitu:
Wawancara di sekolah A
1. Bapak mengajar dari tahun berapa?
2. Sebelum mengajar persiapan-persiapan apa saja yang bapak lakukan?
3. Mengapa bapak selalu pelan dalam mengajar? Apakah ada hubungannya
dengan kemampuan siswa? Lalu bagaimana dari segi waktu?
4. Mengapa pada bagian tertentu dari materi, bapak selalu mengulang-ulang?
Apakah harus dengan cara seperti itu?
5. Mengapa ketika mau masuk ke materi berikutnya bapak selalu meminta siswa
menuliskan kembali materi sebelumnya? Apakah tujuan dari hal tersebut?
6. Setelah ada siswa yang mengerjakan soal di depan, bapak memberikan
sesuatu atau tanda pada bagian presensi. Apakah ada kaitannya dengan nilai
siswa atau bonus nilai?
7. Bapak mengajar siswa perempuan semua, lalu bagaimana dengan perhatian
mereka? Apakah biasa atau selalu minta perhatian yang lebih dari bapak?
8. Dalam video terlihat ada seorang siswa yang tiduran saat proses pembelajaran
berlangsung, dan bapak hanya bertanya “sakit?”. Mengapa bapak tidak
memarahinya atau memberi peringatan? Apakah ada kaitannya dengan latar
belakang siswa tersebut? Bagaimana dengan kemampuan siswa tersebut
dalam memahami materi? Apakah selalu ada masalah dengan penyelesaian
soalnya?
9. Biasanya setelah selesai materi, bapak selalu memberikan latihan soal atau
PR, apakah alasannya? Apa dasarnya bapak memilih soal tersebut? Apakah
metode soal itu sesuai dengan kemampuan siswa atau bagaimana?
10. Saat mengajar menggunakan white board, bapak juga menggunakan power
point dan ceramah. Dari ketiga media tersebut mana yang lebih cepat
ditangkap oleh siswa?
Wawancara di sekolah B
1. Berapa lama bapak menjadi guru?
2. Bapak mengajar di kelas berapa saja?
3. Setiap kelas kondisi anak berbeda-beda, Apakah perhatian yang bapak
berikan itu sama rata?
4. Hal-hal apa saja yang bapak persiapkan sebelum mengajar, apakah selalu
membuat RPP?
5. Setiap guru memiliki kekhasan mengajar sendiri-sendiri, hal-hal apa saja
yang mempengaruhi cara bapak mengajar?
6. Bapak kan mengajar kelas XII, bagaimana keterlibatan siswa dalam
mengerjakan soal karena dilihat dari video banyak sekali latihan soal?
7. Menurut bapak, siswa juga aktif di luar sekolah, bagaimana siswa jika sedang
di dalam kelas?
8. Bagaimana sistematika pembelajaran yang bapak lakukan di kelas, seperti
apa?
9. Bapak sering melakukan cheking dengan pertanyaan lisan, kenapa dan apa
tujuannya?
10.Dari rekaman video, bapak pernah memberikan hukuman kepada siswa.
Apakah hukuman tersebut berpengaruh pada siswa, misalnya siswa menjadi
bisa atau semakin rajin belajar?
11.Mengapa bapak selalu menggunakan media konvensional dalam memgajar?
Mengapa tidak selang-seling, misalnya power point?
12.Mengapa setiap memberikan latihan soal, bapak selalu memberikan kisi-kisi
atau langkah-langkah penyelesaian soal? Apa dasarnya?
13.Mengapa setiap kali pertemuan bapak selalu mengulang kalimat: ada arus ada
medan magnet, ada arus bukan dari dirinya maka akan terjadi yang namanya
gaya Lorentz. Apakah karena konsep tersebut akan berkaitan dengan materi
berikutnya?
14.Mengapa saat menuliskan persamaan bapak selalu memberikan kotak pada
persamaan tersebut? Tujuannya apa?
15.Setiap kali bapak meminta siswa mengerjakan di depan, pemilihan siswa
tersebut selalu didasarkan pada tanggal hari tersebut? Mengapa?
2.8 Teknik Analisis Data
Hasil yang telah diperoleh dari penelitian berupa rekaman video
pembelajaran dan wawancara. Cara menganalisis data tersebut dengan cara
sebagai berikut:
a. Pentranskripan
Pentranskripan dilakukan terhadap hasil rekaman video pembelajaran maupun
wawancara. Transkip yang dihasilkan dari rekaman video pembelajaran akan
dijadikan sebagai data yang nantinya akan diolah kembali. Sedangkan
transkrip video wawancara akan digunakan sebagai penunjang dan pelengkap
data.
b. Pengkodean
Setelah dilakukan pentranskripan hasil rekaman video, kemudian dilakukan
pengkodingan atau pengkodean terhadap data tersebut. Dari data tersebut
dipilih dan dikode peristiwa-peristiwa PCK khususnya pengetahuan guru
mengenai siswa yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran.
c. Pengkategorian
Setelah tahap-tahap di atas, kemudian dilakukan pengkategorian terhadap
hasil dari pengkodingan. Kode yang sama kemudian dijadikan satu dalam
satu kategori tertentu. Kategori yang dipilih berkaitan dengan PCK khususnya
BAB III
DATA , ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan deskripsi data, deskripsi guru, deskripsi penelitian,
analisis data, dan pembahasan.
3.1 Deskripsi Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kualitatif deskriptif yaitu
hasil transkrip dari rekaman video pembelajaran dan hasil rekaman suara saat
wawancara dengan guru Fisika yang dilakukan pada 2 sekolah yang berbeda di
Yogyakarta.
3.2 Field Note
Field note adalah catatan lapangan, semua catatan tertulis tentang segala
sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan, dan direfleksikan oleh peneliti
(Suparno. 2007: 118).
Peneliti menggunakan field note deskriptif dalam mengambil data supaya
dapat menyajikan usaha penelitian yang secara objektif merekam detail apa yang
terjadi di lapangan. Sehingga dapat menghasilkan gambaran yang hidup dari hal
3.3 Deskripsi Guru
Seorang guru yang sudah mempunyai pengalaman mengajar selama 21
tahun di beberapa sekolah yang ada di Yogyakarta. Tidak hanya pengalaman
mengajar di sekolah yang bersifat heterogen, akan tetapi juga sekolah yang
bersifat homogen yang dijalani sampai saat ini. Dalam mengajar di sekolah yang
bersifat homogen (perempuan), Guru A menggunakan pendekatan secara individu
yaitu selalu berkeliling melihat pekerjaan siswa, mengoreksi pekerjaan siswa satu
persatu kemudian memberi masukan terhadap pekerjaan siswa tersebut.
Sedangkan metode yang digunakan oleh guru A dalam mengajar bervariasi yaitu
mengajar menggunakan whiteboard dan spidol, power point (simulasi),
praktikum. Terkadang siswa diminta oleh guru untuk membuat alat peraga fisika
di dalam kelompok.
Dalam mengajar, guru juga selalu mengutarakan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat menggali kemampuan siswa secara beruntun sampai siswa merasa
jelas dengan materi yang diajarkan. Melalui pertanyaan-pertanyaan ini guru
mampu membuat siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk
membangkitkan semangat belajar siswa, guru menggunakan sistem pemberian
point ketika proses pembelajaran berlangsung. Dimana point tersebut diberikan
berdasarkan kemampuan kognitif, afektif, dan motorik siswa yang nantinya akan
mempengaruhi nilai ulangan harian siswa.
Guru A tersebut sangat disegani oleh siswa-siswanya, hal ini terbukti dari
kedekatan siswanya yang menunjukkan sikap hormat, akrab, riang dan lain
guru membuat lelucon di dalam kelas ketika suasana tegang dan membosankan
sehingga seluruh siswa dibuat ketawa, selain itu siswa bebas bertanya mengenai
soal fisika yang belum dimengerti tanpa ada rasa takut, malu ketika di luar jam
pelajaran. Kebebasan yang diberikan oleh guru A tidak disalah gunakan oleh
siswa.
Selain Guru A yang mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama,
Guru B juga mempunyai pengalaman mengajar selama 20 tahun di beberapa
sekolah yang ada di Cilacap dan Yogyakarta. Saat ini guru tersebut mengajar
kelas XI IPA dan XII IPA di salah satu SMA yang ada di Yogyakarta. Guru yang
selalu berpendapat bahwa seorang guru harus menang minimal satu minggu dari
siswa ini selalu terinspirasi dari salah satu dosen yang pernah mengajarnya di
salah satu universitas swasta ternama di Yogyakarta. Hal ini yang membuat Guru
B selalu belajar dan harus benar-benar siap dalam mengajar.
Dalam mengajar kelas XII IPA, Guru B selalu menunjukkan
ketegasannya. Dan karena banyak siswa yang diajar olehnya maka ketika
mengajar, Guru B tidak hafal nama siswa-siswanya. Hal inilah yang membuat
guru B selalu menanyakan nama siswanya terlebih dahulu sebelum meminta siswa
menjawab pertanyaan secara lisan maupun tertulis.
Pemberian soal yang terus menerus dan melibatkan siswa dalam
menyelesaikan soal selalu dilakukan oleh guru B ketika mengajar di kelas XII
IPA. Dalam menyelesaikan soal, siswa juga diberikan kebebasan oleh guru B.
Kebebasan tersebut adalah siswa boleh bertanya mengenai soal-soal Fisika di luar
B juga selalu melakukan cheking terhadap catatan siswa dan hasil pekerjaan
rumah.
3.3 Deskripsi Penelitian
Isi dari deskripsi penelitian ini adalah menceritakan bagaimana Guru A dan
Guru B mengajar Fisika di kelas XI IPA dan kelas XII IPA.
1. Sekolah A
a. Senin, 27 Juli 2009
Observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPA pukul 11.00 sampai 11.45
dilaksanakan tanpa menggunakan handycam dengan tujuan supaya anak
terbiasa dengan keberadaan peneliti di dalam kelas dan peneliti mengetahui
keadaan atau sikap siswa dan guru yang natural di dalam kelas. pembelajaran
dilakukan dengan desain tempat duduk tapal kuda dengan jumlah siswa 16
orang.
Pada pertemuan ini, guru membuka pelajaran dan sedikit bercerita
sebelum memulai pelajaran. Kemudian siswa diberi kesempatan oleh guru
untuk maju ke depan mengerjakan PR yang sudah diberikan di pertemuan
sebelumnya, setelah itu guru menjelaskan materi perpindahan dengan
menggunakan berbagai ilustrasi-ilustrasi. Dalam pertemuan ini terlihat bahwa
guru dan siswa dapat menunjukkan keakraban sehingga siswa berani untuk
b. Selasa, 28 Juli 2009
Observasi kedua dilakukan tanpa menggunakan handycam dengan tujuan
yang sama dengan tujuan sebelumnya. Pada pertemuan ini digunakan untuk
membahas soal-soal. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan soal di papan tulis setelah itu bagi siswa yang dapat mengerjakan
soal di papan tulis akan mendapatkan poin dimana guru akan memberi tanda
di presensi.
Guru bercanda di dalam kelas sehingga tidak ada siswa yang jenuh dan
kemudian dilanjutkan dengan guru menjelaskan materi kecepatan dan laju
kecepatan dengan menggunakan ilustrasi.
c. Sabtu, 1 Agustus 2009
Observasi ketiga dilakukan dengan menggunakan handycam dengan
tujuan supaya siswa dan guru terbiasa dengan adanya handycam di dalam
kelas.
Pertemuan ini digunakan untuk membahas soal sebanyak mungkin dan
untuk mengulas kembali apa yang sudah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
d. Senin, 3 Agustus 2009
Karena pertemuan ini hanya berlangsung 1 jam pelajaran maka pertemuan
ini digunakan untuk latihan soal. Dan guru memberi kesempatan kepada siswa
e. Selasa, 4 Agustus 2009
Pengambilan data pertama dilakukan di kelas yang sama dimana guru
mulai mengajarkan materi yang baru yaitu gerak parabola. Sebelum memulai
pelajaran, guru membagikan kertas hasil rekaman dengan menggunakan
tikertimer kepada seluruh siswa dan meminta siswa untuk menguraikan hasil
rekaman tersebut.
Setelah siswa menguraikan hasil rekaman tersebut lalu siswa menyebutkan
hasil hitungan mereka dan guru mulai menjelaskan pengertian dan hal-hal
yang pokok dari gerak parabola. Kemudian guru menunjukkan simulasi gerak
parabola dengan menggunakan power point dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk mencoba mengubah sudut, besarnya kecepatan pada simulasi
tersebut.
Dalam pembelajaran ini guru selalu berkeliling melihat pekerjaan siswa,
menuntun siswa dalam mengerjakan soal, mendekati siswa yang bertanya.
Dan selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang sedang
dibahas kepada siswa.
f. Selasa, 8 Agustus 2009
Proses pembelajaran dilakukan di laboratorium fisika. Awal dari
pertemuan ini guru melakukan review materi, dimana guru meminta siswa
untuk menuliskan apa yang mereka ingat mengenai gerak parabola. Selain itu
guru secara lisan. Setelah itu guru memberikan beberapa soal kepada siswa
untuk dikerjakan.
Setelah membahas soal-soal tersebut guru mulai masuk ke materi
berikutnya dengan menggunakan media power point.
2. Sekolah B
a. Kamis, 16 Juli 2009
Observasi awal di kelas XII IPA 3 jam ke 3 dan 4 dengan jumlah siswa 30
orang. Observasi ini dilakukan tanpa menggunakan kamera, karena akan
membiasakan dengan situasi kelas lebih dahulu dan melihat bagaimana guru
mengajar.
Pada kesempatan ini guru menjelaskan aturan-aturan kelas dan perkenalan,
kemudian melanjutkan pelajaran dengan materi yang diajarkan yaitu medan
magnet.
b. Selasa, 21 Juli 2009
Observasi awal yang kedua kalinya di kelas XII IPA 4 pada jam ke- 5 dan
ke-6. observasi ini dilakukan di kelas yang berbeda karena jadwal pelajaran
berubah dan menyesuaikan dengan pembagian kamera. Observasi juga
dilakukan tanpa menggunakan kamera, karena baru pertama kalinya masuk
dan peneliti ingin membiasakan dengan situasi kelas dan melihat bagaimana
Dalam pertemuan ini guru mengingatkan materi sebelumnya yaitu tentang
medan magnet kemudian melanjutkan materi berikutnya yaitu tentang arah
medan magnet.
c. Selasa, 4 Agustus 2009
Penelitian 1 di kelas dan yang sama dengan pertemuan sebelumnya sudah
menggunakan kamera di dalam kelas. Pembelajaran dilakukan dengan media
secara konvensional (menggunakan white board).
Guru melibatkan siswa untuk mengerjakan soal di depan. Ketika siswa
mengalami kesulitan, guru kemudian membimbing dalam menyelesaikan
soal-soal.
d. Selasa, 11 Agustus 2009
Penelitian 2 dikelas dan jam yang sama dilakukan dengan menggunakan
kamera. Dalam pembelajaran, guru menggunakan media secara konvensional
(menggunakan white board).
Ketika menjelaskan gaya lorentz, guru memberikan demonstrasi
menggunakan tangan kanannya untuk menunjukkan arah gaya lorentz. Guru
juga memberikan demonstrasi untuk menjelaskan kaidah sekrup putar kanan
e. Selasa, 18 Agustus 2009
Penelitian ke-3 di kelas dan jam yang sama dilakukan dengan
menggunakan kamera. Guru melanjutkan materi pembelajaran yang lalu
tentang partikel bermuatan dalam medan magnet. Tetapi sebelum melanjutkan
materi pembelajaran guru mengecek dahulu apakah siswa mengalami
kesulitan dalam mengerjakan PR yang diberikan minggu sebelumnya. Ketika
guru mengetahui kesulitan belajar siswa, akhirnya guru menjelaskan
3.4 Analisis Data:
TEMA
DATA VIDEO
CONTOH TRANSKRIPSI DATA VIDEO
ILUSTRASI DATA VIDEO Kesulitan belajar
siswa.
Guru A
4 Agustus
2009
Menit ke 6
Di dalam video terlihat para siswa mengalami kesulitan
saat mempelajari gerak jatuh bebas. sehingga guru A
membantu siswa dengan cara memperagakan gerak
jatuh bebas melalui sebuah kapur yang dilempar ke atas.
Transkrip:
G : Lha iya tadi diajari, balik lagi. Ini saya lempar. Bener to?
Ini kan naik. Tidak naik lagi karena?(guru kembali
mengayunkan tangan ke atas ) naik terus?
S : diam
kembali mengayunkan tangan ke atas). Pertanyaan saya
lagi, kalau diam itu artinya apa?
Kok bingung lagi? Apa...apa...apa? diam artinya
kecepatannya?
S : nol
Guru A
4 Agustus
2009
Menit ke
12
Dalam menjelaskan jarak, guru A kembali
memperagakannya dengan menggunakan tangan kanan
yang diayun menuju ke arah tangan kiri. Cara dilakukan
Guru B
11
Agustus
2009
Menit ke
46
Di dalam video terlihat guru B memberikan langkah-langkah
pengerjaan soal setelah memberikan sebuah soal ke siswa. Hal
ini dilakukan untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa.
Transkrip:
G : Ya, saya beri satu soal untuk anda. Sebuah persegi dengan sisi 20 cm, pada sudut-sudutnya diberi kawat yang sejajar. Seperti pada gambar A, B, dan D di beri arus I dan arah yang sama. Berapa kuat arus C dan kemana arahnya agar resultan di A=0. Hayo silahkan dicoba. Dianalisis dulu dengan A, B, dan D itu sejajar. Gaya di A itu sama dengan nol, gimana pengerjaannya?
Guru B
11
Agustus
2009
Guru B terlihat menuliskan langkah-langkah pengerjaan soal di
papan tulis. Dengan harapan siswa bisa mengetahui cara
mengerjakan soal tersebut daan tidak lagi melakukan
Menit ke
52
Transkrip:
G : perhatikan elektron mengalami percepatan dari diam
akibat beda potensialnya 8000 volt. Kemudian
elektron memasuki medan magnet B nya 3x10-3 T secara
tegak lurus. Jika massa elektronnya ada 9x10-19 c.maka
jari-jari lintasannya berapa?
(guru menuliskan rumus yang dipakai untuk
Karakteristik
siswa
Guru A
4 Agustus
2009
Menit ke
40
Sebelum Guru A meminta salah seorang siswanya untuk
maju mengerjakan soal di papan tulis, Dia terlebih
dahulu menanyakan nama panggilan dari siswa tersebut
karena Guru A belum mengetahuinya.
Transkrip:
G : Yang jarang masuk, di sini yovi yok! Di sini kamu
dipanggil yo apa vi?
S4 : Yovi pak.
G : Oke
Guru A
4 Agustus
2009
Menit ke
24
Dalam video terlihat salah satu siswa menundukkan
kepala sambil tiduran.karena tidak ingin siswa tersebut
menjadi jengkel maka guru A hanya bertanya” kamu
sakit?” sswa tersebut menggelengkan kepala kemudian
kalau tidak sakit ya lihat sini dong” dengan nada suara
pelan.
Guru B
11
Agustus
2009
Menit ke
06
Guru melakukan pendekatan terhadap salah satu siswa
yang sulit dalam memahami materi yang diajarkan oleh
Guru B. pendekatan ini dilakukan dengan cara
menanyakan nama siswa yang bersangkutan.
Transkrip:
G : Ini B. ini gaya Lorentz. Namamu siapa mbak?
S3 : Siwi
G : siapa
S3 : siwi
G : kok angel banget to
G : A…misalnya anda menunjukkan siapa tu namanya yang
belakang) ? Siapa?
S4 : Riko
G : Riko yang mana mbak?
S3 : (Siswa bersangkutan menunjuk kearah belakang, kearah
Riko)
G : Tangannya pakai yang mana mbak ,tangan yang kanan
atau yang kidal?
S3 : Yang kanan (sambil menunjuk temannya dengan tangan
kanan)
Guru B
11
Agustus
2009
Guru B memanggil siswa yang mempunyai nomor absen 11
dan kemudian menanyakan nama siswa tersebut sebelum
meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan.
Menit ke
07
G : Tanggal 11. Nomer absen 11 mana?
S6 : (tunjuk jari)
G : berdiri mbak berdiri
S6 : (berdiri)
G : disitu saja,coba yang lain diam lho. Mbak siapa namanya?
S6 : devi
G : ha…ha..ha
Guru B
11
Agustus
2009
Menit ke
20
Guru B memanggil siswa yang mempunyai nomor absen
22 dan bertanya nama siswa tersebut sambil bergurau
sehingga siswa-siswa yang lain tertawa mendengar
gurauan Guru B.
Transkrip:
S7 : (langsung berdiri)
G : oya namamu siapa?
S7 : ninik
G : ninik
S8 : (menceloteh) arah selatan
S7 : wuhh
G : tempat tinggalnya mana? Mondok?
S7 : iya
SS : ha…ha…ha
G : nggak usah grogi ngak apa-apa. Dulu di pondok terus
sekarang tinggalnya di?
S7 : kost
G : ooo kasihan. Tenang-tenang.