• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi pengetahuan guru fisika mengenai siswanya yang diduga mendasari tindakannya dalam pembelajaran : studi kasus 2 guru fisika di 2 sekolah yang berbeda - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Identifikasi pengetahuan guru fisika mengenai siswanya yang diduga mendasari tindakannya dalam pembelajaran : studi kasus 2 guru fisika di 2 sekolah yang berbeda - USD Repository"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

MENGENAI SISWANYA YANG DIDUGA MENDASARI TINDAKANNYA

DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS 2 GURU FISIKA DI 2 SEKOLAH YANG BERBEDA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

KARTIKA DHINY MURWATI NIM: 051424030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2012

(2)

ii   

(3)

 

(4)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

My Jesus Christ, untuk cinta kasih-Mu yang tak terbatas untukku, terimakasih karena

KAU tak pernah meninggalkanku.

Bunda Maria, yang selalu menjadi tempatku mengeluh di setiap waktu,

terimakasih atas kasih dan kekuatanku.

Yang terkasih Eyang Fx Mulyono, Eyang R Suharti, Bapak Yohanes Kartiman, dan Ibu Florentina Muryaniningsih untuk kasih sayang yang begitu melimpah

untukku.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv

(5)

MOTTO

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan yang menaruh

harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di

tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan

yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap

hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak

berhenti menghasilkan buah

(Yeremia 17 : 7-8)

Satu hal yang aku percaya, sesulit apapun jalan yang terjal di dalam hidup ini,

akan membuat aku jauh lebih berani dan akan menjadi indah pada waktunya.

Dan aku percaya itu semua berkat DIA

(Dhiny)

v

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN GURU FISIKA

MENGENAI SISWANYA YANG DIDUGA MENDASARI TINDAKANNYA DALAM PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS 2 GURU FISIKA DI 2 SEKOLAH YANG BERBEDA)

Kartika Dhiny Murwati Universitas Sanata Dharma

2012

Skripsi ini berisi tentang penelitian terhadap pengetahuan guru fisika

mengenai siswanya yang diduga mendasari tindakannya dalam pembelajaran.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah “ Bagaimana pengetahuan guru fisika terhadap kesulitan belajar siswa, karakteristik siswa, miskonsepsi siswa, dan motivasi siswa?” Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan guru mengenai siswanya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian kualitatif.

Penelitian deskriptif karena peneltian ini dilakukan untuk mengumpulkan

informasi mengenai gejala yang ada pada saat penelitian. Penelitian ini juga

merupakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh berupa hasil transkrip

video pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kedua guru mengetahui

kesulitan belajar siswanya (2) Peneliti menemukan pengetahuan guru A mengenai

karakteristik siswa dan tidak berhasil menemukan pengetahuan guru B mengenai

karakteristik siswa (3) peneliti tidak berhasil menemukan pengetahuan guru

mengenai miskonsepsi siswa (4) kedua guru mengetahui motivasi-motivasi yang

(9)

ix

ABSTRACT

IDENTIFICATION OF PHYSIC TEACHERS’ UNDERSTANDING ABOUT THEIR STUDENTS WHICH IS SUSPECTED AS THE BASIS OF

THEIR ACTION IN LEARNING

(CASE STUDY OF TWO TEACHERS IN TWO DIFFERENT SCHOOL)

Kartika Dhiny Murwati Sanata Dharma University

2012

This thesis is a research of physic teacher’ Understanding About Their Students Which Is Suspected As The Basis Of Their Action In Learning. The problem of it is “ How do the physics teachers’ understanding about their students’ learning difficulties, students’ characters, students’ misconcepts and students’ motivations. The goal of this is to describe the teachers; knowledge about their student.

This a descriptive and qualitative research. A descriptive research

because it is done collect some informations about some indications occured while

researching. This is also a qualitative one because the data we have got is a

learning video trancrip.

The result of this research show that: (1) Both of the teachers knew the

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Bapa di surga yang telah melimpahkan Kasih-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Identifikasi

Pengetahuan Guru Fisika Tentang siswanya Yang Diduga mendasari

Tindakannya Dalam Pembelajaran Studi Kasus 2 Guru di 2 Sekolah Yang

Berbeda. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan FisikaUniversitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berhasil disusun berkat

bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Rohandi, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. A. Atmadi, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan fisika

Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. T Sarkim M.Ed., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang penuh

dengan kesabaran membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Wanty Widjaja, M.Ed., Ph.D yang selalu memberikan solusi untuk

penulisan dasar teori.

5. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika USD yang telah memberikan bimbingan,

semangat dan dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan di Pendidikan Fisika USD.

6. Pak Sugeng dan mb’a Heny (sekretariat JP MIPA) yang selalu melayani

kebutuhan penulis selama penelitian skripsi ini dengan penuh kesabaran.

7. Mas Agus, mas Antok (sekretarian Dekanat), dan mas Agus

(Laboratorium JP MIPA) yang selalu membantu dalam peminjaman

(11)

xi

8. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah menyediakan koleksi-koleksi buku yang penulis

butuhkan sebagai referensi, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Ibu Anna Harsanti Selaku Kepala Sekolah SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

10.Bapak Drs. Rubiyanto selaku Kepala Sekolah SMA N 6 Yogyakarta yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian di sekolah tersebut.

11.Bapak Jarot Kaptono dan Bapak Doso selaku Guru Fisika beserta siswa-

siswi yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu penulis untuk

melakukan penelitian ini.

12.Yang tercinta Eyang FX. Mulyono dan R. suharti serta Bapak Yohanes

Kartiman dan Ibu Florentina Muryaniningsih yang memberikan cinta kasih

yang tak terhingga, terimakasih atas doa dan semangat yang selalu

mengalir untukku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

13.Semua saudaraku, Om, Bulek, Sepupu-sepupuku (Ardha, Dhika, Dia,

menjalani proyek skripsi ini sampai

16.Seluruh teman-teman P’Fis 05 (Nuning, Prapti, Eni, Nita kris, Suci, Rita,

Nita cicil, Yosi, Ika, Feri, Iren, Asih, Melly, Era, Wisnu, Wido, Wega,

Agus, Helen, Dinar, Arun, Nori, Tutik, Adira, Maya, Nori, tutik, dll)

Terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan kita selama menjalani

masa studi.

17.Sahabat-sahabat terbaikku Christina Probolini, Yuvenalis andharwaty,

(12)

xii

mendengarkan cerita dan keluhanku, terima kasih atas nasehat, waktu,

kebersamaan, kesetiaan dalam menemani dan merawat ketika penulis

sakit, semoga abadi untuk selamanya.

18.Teman- teman Gita Kost, Terima kasih atas hari-hari indah yang pernah

kita lewati.

19.Teman-teman P’Fis UST 05 (Lusi, Ida, Uut, Intan, Yansen), Terimakasih

atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya, tak kan terlupakan, Walau

kita jauh jarak tetap tak berarti bagi kita.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan skripsi ini. Akhirnya terlepas dari ketidaksempurnaan tersebut,

dengan segala kerendahan hati penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 januari 2012

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL………...…i

HALAMAN PERSETUJUAN………...ii

HALAMAN PENGESAHAN………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….…iv

HALAMAN MOTTO………....…….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… . ……..vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii

ABSTRAK………..viii

ABSTRACT……….ix

KATA PENGANTAR……….…x

DAFTAR ISI………...…………....xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...….. .xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………...……..1

B. Dasar Teori………...………...…………3

1. PCK (Pedagogical Content Knowledge)...3

2. Pengetahuan Guru Mengenai Siswa...6

a. Kesulitan Belajar Siswa...7

b. Karakteristik Siswa...10

c. Miskonsepsi...11

(14)

d. Motivasi Belajar Siswa...13

C. Rumusan Masalah………... 16

D. Pembatasan Masalah………...…...……17

E. Tujuan Penlitian………...17

F. Manfaat Penelitian……….…...17

1. Bagi Guru...18

2. Bagi Peneliti Lain...18

3. Bagi Peneliti...18

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian………...……19

2.2 Subjek Penelitian………...…20

2.3 Data Penelitian………...……..…..21

2.4 Jenis Data………...……...21

2.5 Waktu dan Tempat Penelitian………...……...22

2.6 Metode Pengumpulan Data………...…….23

1. Tahap Observasi...23

2. Tahap Pengambilan Data...24

3. Tahap Wawancara...25

2.7 Instrumen Pengumpulan Data………...…..25

2.8 Teknik Analisis Data………...…...….29

(15)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1Deskripsi Data………...……30

3.2 Field Note...30

3.3Deskripsi Guru………...…..…..31

3.4Deskripsi Penelitian………...…33

3.5Analisis Data………...…39

3.6Pembahasan………...….…63

BAB 1V PENUTUP 4.1 Kesimpulan………..…....…73

4.2 Saran………....…74

DAFTAR PUSTAKA………...…75

LAMPIRAN……… …77

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

A. LAMPIRAN 1

1. Transkrip Video Pembelajaran SMA A...77

2. Transkrip Video Pembelajaran SMA B...110

B. LAMPIRAN 2

1. Transkrip Wawancara SMA A...152

2. Transkrip Wawancara SMA B...168

C. LAMPIRAN 3

Fieldnote SMA A...179

D. LAMPIRAN 4

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, dasar teori, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam

hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan

terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut

untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga

hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada

di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar (Rastodio.

2009).

Berkaitan dengan peran tersebut maka guru perlu berusaha mengerti

keadaan siswa. Beberapa situasi siswa perlu diketahui seperti: konsepsi awal

siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, tingkah laku, dan situasi

psikologis siswa. Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi

pembelajarannya, apakah mereka senang, bosan, malas, dan lain sebagainya.

Dengan mengerti keadaan siswa, guru akan dapat membantu pembelajaran secara

lebih kontekstual, sesuai dengan situasi siswa. Selain itu guru juga perlu melatih

diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu

dibangun, kemampuan memotivasi, memberikan semangat, menegur,

(18)

menggerakkan siswa yang perlu dilatih. Ketrampilan mendekati siswa, membantu

siswa belajar, dan juga kemampuan mendengarkan apa yang dirasakan dan

diinginkan siswa perlu dikembangkan. Pengetahuan mengenai siswa pun perlu

ditumbuhkan (Suparno.2007 : 3).

Pengetahuan guru mengenai siswa adalah salah satu bagian dari PCK

(Pedagogical Content Knowledge). PCK merupakan perpaduan dari pengetahuan

tentang mata pelajaran dengan pengetahuan pedagogis yang memungkinkan guru

menyajikan suatu topik pelajaran secara terorganisir sesuai dengan tujuan

pembelajaran, tingkat perkembangan murid, dan situasi tempat pembelajaran

berlangsung (Shulman. 1987 dalam Sarkim. 2005).

Penelitian Skripsi ini hanya bagian kecil dari keseluruhan penelitian PCK

yang dilakukan secara berkelompok (penelitian proyek). Penelitian PCK tersebut

dilakukan oleh 12 mahasiswa yang terbagi menjadi 2 yaitu 6 mahasiswa

pendidikan fisika dan 6 mahasiswa pendidikan matematika. Sedangkan Penelitian

skripsi ini dilakukan di dua sekolah yaitu SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan

SMAN 6 Yogyakarta dengan guru fisika yang berbeda. Sekolah yang digunakan

sebagai tempat penelitian ini ditentukan secara bersama-sama dalam satu

kelompok besar.

PCK khususnya pengetahuan guru mengenai siswa ini dapat diketahui

melalui pengalaman guru dalam mengajar. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

meneliti pengetahuan guru mengenai siswa tersebut yang tercermin dari

tindakan-tindakan guru dalam proses pembelajaran dan menuangkannya ke dalam bentuk

skripsi yang berjudul ” Identifikasi Pengetahuan Guru Fisika Mengenai

(19)

Siswanya Yang Diduga Mendasari Tindakannya Dalam Pembelajaran (Studi

Kasus 2 Guru di 2 Sekolah Yang Berbeda)”.

B. Dasar Teori

Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: PCK

(Pedagogical Content Knowledge), dan Pengetahuan guru mengenai siswa yang

terdiri dari: Kesulitan belajar siswa, Karakteristik siswa, Miskonsepsi siswa, dan

Motivasi siswa.

1. PCK (Pedagogical Content Knowledge)

Shulman memperkenalkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) sebagai

pengetahuan penting bagi guru untuk mentransformasikan pengetahuan ilmu

mereka menjadi pengajaran yang efektif. PCK memiliki sejumlah komponen

termasuk:

1) Pengetahuan dan keyakinan mengenai tujuan pembelajaran

2) Pengetahuan dan keyakinan mengenai kurikulum

3) Pengetahuan mengenai strategi pengajaran

4) Pengetahuan siswa

5) Pemahaman ilmu pengetahuan, dan

6) dan Pengetahuan mengenai penilaian

PCK diperoleh melalui pengalaman belajar di berbagai tingkat pendidikan dan

berkembang melalui pengalaman mengajar (Sarkim. 2006).

(20)

Di dalam artikel yang berjudul: “Those Who Understand: Growth of

Knowledge in Teaching” (Shulman. 1986) tertulis:

A second kind of content knowledge is pedagogical knowledge, which goes beyond knowledge of subject matter per se to the dimension of subject matter knowledge for teaching. I still speak of content knowledge here, but of the particular form of content knowledge that embodies the aspects of content mot germane to its teachability. (Shulman, 1986, seperti dikutip di dalam Sarkim 2005)

Dari kutipan di atas Shulman membedakan pengetahuan isi untuk

pengajaran, yang ia sebut dengan pengetahuan isi bersifat pendidikan, dari

pengetahuan isi yang ada di dalam dirinya. Pengetahuan isi ini termasuk

pengetahuan tentang fakta-fakta, konsep-konsep dan struktur sintaksis dan

substantive dari pengetahuan. Struktur substantive dari disiplin ilmu mengacu

pada cara dimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar dari disiplin ilmu itu

diorganisir struktur sintaksis dari suatu disiplin ilmu adalah himpunan dari cara

dimana pertimbangan, validasi, atau penetapan ditetapkan. (Schwab. 1964,

Grossman. 1987, dalam Sarkim. 2005).

Shulman membuat pembedaan mengenai dua jenis pengetahuan isi yang

berbeda. Salah satu keyakinan yang mendasari PCK itu sudah pernah

dikemukakan oleh ahli pendidikan John Dewey pada abad ke-20. John Dewey

berpendirian bahwa:

Every study or subject thus has two aspects: one for the scientist as a scientist; the other for the teacher as a teacher. These two aspects are in no sense opposed or conflicting. But neither are they immediately identical.(p.285)

Setiap studi atau subyek pada prinsipnya mempunyai dua aspek: yang satu

untuk ilmuwan sebagai seorang ilmuwan, yang lain untuk guru sebagai seorang

(21)

guru. Dua aspek ini tidak dalam pengertian saling menentang ataupun berlawanan.

Tetapi tidak juga dengan seetika menjadi serupa. (Dewey.1902, seperti dikutip

dalam Sarkim. 2005).

Mengelaborasi karya Shulman, ahli-ahli lain telah mengadopsi elemen kunci

PCK yaitu pengetahuan mengenai representasi yang dapat dipahami dari suatu

materi dan pemahaman tentang content yang berhubungan dengan kesulitan

belajar. Selain itu, masing-masing telah memperluas konsep dengan

mengikutsertakan PCK dalam beberapa kategori pengetahuan berbeda dalam

pengetahuan dasar menurut Shulman.

Sebagai contoh Grossman mengidentifikasi sumber-sumber berikut dari

PCK yang dihasilkan dan dikembangkan:

1) Observasi kelas, baik sebagai siswa dan seorang guru dari siswa tersebut

2) Kedisiplinan pendidikan yang dapat mengakibatkan preferensi pribadi untuk

3) Program studi tertentu selama pendidikan guru yang dampaknya biasanya

tidak diketahui

4) Pengalaman mengajar di kelas

Selain itu, Marks.(1990), (dalam Sarkim 2005) juga memperluas model

Shulman dengan mengikutsertakan PCK dalam pengetahuan tentang mata

pelajaran juga pengetahuan dari media yang digunakan dalam pengajaran. Marks

menganggap perkembangan PCK sebagai proses integratif yang bergulir pada

pemahaman akan pengetahuan subjek materi dan spesifikasi pengetahuan umum,

dengan demikian Shulman berfokus pada dua elemen kunci. Marks juga

membahas beberapa ambiguitas dalam PCK dengan memberikan contoh-contoh

(22)

dimana tidak mungkin untuk membedakan PCK dari subyek-materi baik

pengetahuan atau pengetahuan pedagogi umum.

Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini

merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Sedangkan menurut

Uyoh Sadulloh.(2001) pedagogi merupakan pendidikan yang lebih menekankan

kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak.

2. Pengetahuan Guru mengenai siswa

PCK menyiratkan transformasi subyek-materi pengetahuan, sehingga dapat

digunakan secara efektif dan fleksibel dalam proses komunikasi antara guru dan

peserta didik selama praktek di kelas.

Dengan demikian, guru dapat memperoleh PCK dari praktek mengajar

mereka sendiri (misalnya, menganalisis kesulitan belajar secara khusus) dan juga

dari kegiatan sekolah (misalnya, seminar mengenai konsepsi siswa). Lebih

penting ketika berhadapan dengan materi pelajaran, tindakan guru akan ditentukan

dari PCK mereka, membuat komponen PCK menjadi bagian penting dari

pengetahuan tentang kemampuan.

Grossman.(1990) (dalam Sarkim 2005) menganggap bahwa PCK terdiri

dari pengetahuan tentang strategi dan representasi untuk mengajar topik tertentu

dan pengetahuan akan pemahaman siswa, konsepsi, dan miskonsepsi. Selain itu,

dalam model tentang pengetahuan guru menurut Grossman, PCK merupakan

pusat yang dikelilingi oleh tiga kategori, yaitu:

(23)

1) Pengetahuan mengenai materi pelajaran

2) Pengetahuan pedagogi umum

3) Pengetahuan kontekstual

Dalam penelitian ini, pengetahuan guru mengenai siswa meliputi kesulitan belajar

siswa, karakteristik siswa, miskonsepsi siswa, dan motivasi siswa.

a. Kesulitan Belajar Siswa

Menurut Hitsuke (2009), dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita

dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada

siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa

mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam

belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan

oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat

bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat

menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya:

1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan proses belajar

seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada

dasarnya yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak

dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya

respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya

lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa

dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan

(24)

mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan

lemah-gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan

siswa tidak berfungsi dengan baik meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak

menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dengar, atau

gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh

yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena

tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai

permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat

potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya

tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah di tes kecerdasannya dan

menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140),

namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses

belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan

sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala

dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil

belajar di bawah potensi intelektualnya.

Terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan

belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam belajar, bukan kesulitan belajar

khusus.

(25)

1. Sejarah kegagalan akademik berulang kali

Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulang-ulang.

Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha.

2. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar

Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau

pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang

jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal.

3. Kelainan motivasional

Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya

reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan

mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan

motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.

4. Kecemasan yang mengambang

Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal

dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain.

Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti

dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam

keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya: dalam bentuk melamun atau

tidak memperhatikan.

5. Perilaku yang tidak konsisten dan tidak terduga

Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan.

Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain.

Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap

(26)

pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih

merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri.

6. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap

Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak

berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap

seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku

akademiknya tinggi yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan

mental.

7. Pendidikan dan pola asuh yang didapati tidak memadai

Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman

belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan

terdapat pada sistem pendidik itu sendiri, tetapi pada ketidak cocokan antara

kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang

didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar.

    

b. Karakteristik siswa

Siswa sebagai subjek dalam proses belajar mengajar memiliki keunikan,

perbedaan itu tampak dalam sifat aspek fisik, aspek intelek, aspek emosi, aspek

sosial, aspek bahasa, aspek bakat aspek nilai, moral dan sikap (Hariyadi 1993).

Sementara itu Slameto (2003) menjelaskan bahwa selain berbeda dalam dalam

tingkat kecakapan memecahkan masalah, taraf kecerdasan atau kemampuan

berpikir kreatif, siswa juga dapat berbeda dalam cara memperoleh, menyimpan

serta menerapkan pengetahuan. Mereka dapat berbeda dalam cara pendekatan

terhadap situasi belajar, dalam cara mereka menerima, mengorganisasi dan

(27)

menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka, dalam cara mereka merespon

terhadap metode pengajaran tertentu.

Hal tersebut sesuai dengan karakteristik belajar yang dimiliki

masing-masing siswa. Adanya kesadaran pada diri masing-masing-masing-masing siswa akan membantu

dalam menentukan cara belajar dan sasaran belajar dirinya sendiri. Cara belajar

merupakan bagian dari ciri atau karakteristik belajar siswa . Cara belajar adalah

kegiatan belajar yang konsisten dilakukan oleh seorang siswa dalam mempelajari

sesuatu dan dalam situasi yang tertentu pula. Bermacam-macam cara belajar tidak

terpisah satu sama lain tetapi semuanya saling melengkapi, kemungkinan perlu

digunakan beberapa cara sekaligus (secara beruntun) untuk mencapai tujuan

belajar. Karakteristik belajar yang dimaksud meliputi cara mengikuti pelajaran di

sekolah, persiapan sebelum mengikuti pelajaran, pemahaman konsep dan aplikasi

konsep, cara membuat rangkuman atau ringkasan setelah mengikuti pelajaran,

cara menghadapi ujian/ulangan.

c. Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak

sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam

bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan

yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naïf

(Suparno,2005:4). Menurut beberapa penelitian, miskonsepsi yang terbanyak

terjadi pada gerak parabola. Siswa masih sulit memahami mengapa kecepatan

pada puncak suatu proyektil adalah nol, meskipun percepatannya tidak nol.

(28)

Mereka berfikir jika kecepatan nol maka percepatannya juga harus nol

(Suparno,2005:13).

Selain itu Twiest dan Twiest, 1992 (dalam Suparno,2005:24) menemukan

banyak salah pengertian mengenai magnet pada siswa, seperti berikut:

1. Kutub magnet yang senama adalah netral dan yang tidak senama

menarik, padahal yang benar kutub magnet yang tidak senama akan

tarik-menarik.

2. Bila suatu magnet batang dipotong menjadi dua, satu bagian menjadi

semuanya kutub utara dan yang lain semua kutub selatan; padahal yang benar

kedua bagian akan menjadi magnet batang dengan masing-masing

mempunyai kutub selatan dan kutub utara yang berlainan di tempat yang

dipotong.

3. Daya tarik magnetik pada magnet batang sama di seluruh permukaannya;

padahal yang benar adalah magnet batang mempunyai daya tarik magnetik

terbesar di kedua kutubnya.

Flowler,1987 (Dalam Suparno, 2005:5) menjelaskan lebih rinci arti

miskonsepsi. Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat

akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang

salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan yang hirarkis

konsep-konsep yang tidak benar.

Penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa,

guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa

(29)

dapat terdiri dari berbagai hal, seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap

perkembangan, minat, cara berpikir, dan teman lain.

Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru,

kurangnya pnguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru

dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku

teks biasanya terdapat pada penjelasan uraian yang salah dalam buku tersebut.

Konteks, seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi

miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan

kebenaran satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa. Seringkali

penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, akan tetapi terkadang saling terkait satu

sama lain, sehingga salah pengertiannya menjadi semakin kompleks. Hal ini

menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa dalam mengatasi

miskonsepsi mereka (Suparno,2005:29).

d. Motivasi Belajar Siswa

Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan

sesuatu dalam mencapai tujuan. Hal tersebut terlaksana karena dirangsang dari

berbagai macam kebutuhan atau keinginan yang hendak dipenuhi (Meeta. 2007).

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi

yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winkel,1987, dalam

Meeta.2007).

(30)

Menurut (Sobry Sutikno.2007), motivasi ada dua, yaitu:

1. Motivasi Intrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul dari dalam individu

sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain tetapi atas dasar kemauan

sendiri.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan,

bukanlah masalah bagi guru. Karena dalam diri siswa tersebut ada

motivasi yang disebut motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya

dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru dan rasa ingin

tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan.

2. Motivasi Ekstrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul sebagai akibat

pengaruh dari luar individu, apakah karena ada ajakan, suruhan, atau

paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau

melakukan sesuatu atau belajar. Di sini tugas guru adalah membangkitkan

motivasi peserta didik sehingga mereka mau belajar. Ada beberapa strategi

yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi

belajar,diantaranya:

a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

b. Pada permulaan belajar, guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai.

Semakin jelas tujuan belajar, maka semakin besar motivasi dalam

belajar.

c. Pemberian hadiah.

Pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi akan memacu

semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu,

(31)

siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar

siswa yang berprestasi.

d. Kompetisi/Saingan.

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar. Berusaha memperbaiki hasil prestasi

yang telah dicapai sebelumnya.

e. Pujian.

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

f. Hukuman.

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses

belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa

tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

g. Perhatian.

Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar strateginya

adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa.

h. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

i. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual atau kelompok.

j. Menggunakan metode yang bervariasi.

k. Menggunakan media yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Menurut Ali Imron (1996), motivasi belajar memegang peranan penting

dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang

mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan

(32)

kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang

tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya. Sebagai

konsekuensi atas perhatian guru terhadap unsur-unsur yang mempengaruhi

tersebut, guru hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan motivasi belajar.

Upaya meningkatkan motivasi belajar tersebut dilakukan dengan cara

mengoptimalkan prinsip-prinsip belajar/pembelajaran, mengoptimalkan

unsur-unsur belajar/pembelajaran, mengoptimalkan pemanfaatan

pengalaman/kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar dam mengembangkan

cita-cita dan aspirasi pembelajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

• Bagaimana pengetahuan Guru Fisika mengenai kesulitan belajar siswanya

pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta?

• Bagaimana pengetahuan Guru Fisika mengenai karakteristik siswanya pada 2

sekolah yang berbeda di Yogyakarta?

• Bagaimana pengetahuan Guru Fisika mengenai miskonsepsi yang dialami oleh

siswanya pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta?

• Bagaimana motivasi yang diberikan oleh Guru Fisika kepada siswanya pada 2

sekolah yang berbeda di Yogyakarta?

(33)

D. Pembatasan Masalah

Peristiwa PCK yang diteliti hanya pada saat proses pembelajaran gerak

parabola dan gaya lorentz di 2 sekolah yang berbeda.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

• Mengetahui pengetahuan Guru Fisika mengenai kesulitan belajar siswanya

pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.

• Mengetahui pengetahuan Guru Fisika mengenai karakteristik siswanya pada 2

sekolah yang berbeda di Yogyakarta.

• Mengetahui pengetahuan Guru Fisika mengenai miskonsepsi yang dialami

oleh siswanya pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.

• Mengetahui motivasi yang diberikan oleh Guru Fisika kepada siswanya pada

2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,

antara lain:

(34)

18   

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi bagi guru

untuk melakukan langkah yang lebih baik lagi dalam mengajar.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi peneliti

lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis dan diharapkan peneliti lain

dapat mengembangkannya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pegangan atau pedoman

(35)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, data

penelitian, waktu dan tempat penelitian, pengambilan data penelitian, dan teknik

analisis data.

2.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan

secara sistematis kenyataan-kenyataan dan sifat populasi tertentu secara faktual

dan teliti, tidak ada maksud untuk mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan,

menguji hipotesis, membuat ramalan, atau menjelaskan atau menemukan makna

atau implikasi ( Kusriniati. 2005: 27). Penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala

yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan

(Kusriniati. 2005: 27).

Penelitian ini juga termasuk penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif

merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Abdul

Kamil.2009).

Bogdan dan Taylor. (1992) (dalam Abdul Kamil. 2009) menjelaskan bahwa

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

(36)

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,

kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya

umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut

tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis

terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis

tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya

abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar. 1996, Basrowi dan Sukidin. 2002,)

(dalamAbdulKamil.2009)

Penelitian ini akan menggunakan data yang berupa hasil transkrip

rekaman video pembelajaran Fisika dan hasil wawancara terhadap guru Fisika

yang dilakukan di 2 SMA yang berbeda.

2.2 Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Guru Fisika di salah satu

SMA A (swasta) dan Guru Fisika di salah satu SMA B (negeri) yang ada di

Yogyakarta. Sedangkan untuk Objek penelitiannya yaitu PCK (Pedagogical

Content Knowledge) itu sendiri.

(37)

2.3 Data Penelitian

Data yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu:

1. Hasil transkrip peristiwa PCK dari rekaman Video proses pembelajaran

fisika pada 2 sekolah yang berbeda di Yogyakarta.

2. Hasil transkrip wawancara terhadap Guru Fisika pada 2 sekolah yang

berbeda di Yogyakarta.

3. Field Note

2.4 Jenis Data

Menurut Sudjana (1989: 126, dalam Kusriniati. 2005), jenis data ada dua

yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif bersifat numerikan yang

maknanya belum menggambarkan apa adanya sebelum dilakukan pengolahan dan

analisis lebih lanjut. Salah satu cara untuk mengolah dan menganalisis data

kuantitatif adalah statistika.

Data kualitatif dapat disusun dan langsung ditafsirkan untuk menyusun

kesimpulan penelitian. Peneliti tidak perlu melakukan pengolahan melalui

perhitungan matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya (Sudjana,

1989: 126, dalam Kusriniati. 2005).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data

yang diperoleh dari hasil rekaman video pembelajaran Fisika SMA dan hasil

rekaman wawancara terhadap Guru Fisika.

(38)

2.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 sekolah yang berbeda dengan waktu yang

digunakan juga berbeda.

1. Tahap observasi tanpa handycam

Tahap observasi ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 Juli 2009 dan

selasa tanggal 28 Juli 2009 di SMA A kelas XI IPA, sedangkan tahap ini juga

dilaksanakan di SMA B, kelas XII IPA pada hari kamis tanggal 16 juli 2009

dan selasa tanggal 21 juli 2009.

2. Tahap observasi dengan menggunakan handycam

Tahap observasi dengan menggunakan handycam dilaksanakan pada hari

sabtu, 1 Agustus 2009 dan senin, 3 Agustus 2009 di SMA A dan di kelas yang

sama. Tahap ini juga dilaksanakan di SMA B pada hari selasa, 4 Agustus

2009.

3. Tahap pengambilan data

Proses pengambilan data dilakukan pada hari selasa, 4 Agustus 2009 dan

sabtu, 8 Agustus 2009 di SMA A dengan materi Gerak Parabola. Sedangkan

pengambilan data dilakukan di SMA B pada hari selasa, 11 Agustus 2009 dan

selasa, 18 Agustus 2009 dengan materi gaya Lorentz.

4. Tahap Wawancara

Tahap ini dilakukan setelah Peneliti melihat, mngamati dan mencermati

rekaman video.

(39)

2.6 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah metode berbasis video. Sedangkan langkah-langkah pengambilan data di

lakukan melalui beberapa tahap, antara lain:

1. Tahap Observasi

Observasi yang dilakukan di salah satu SMA A yang ada di Yogyakarta

berlangsung selama empat kali pertemuan, dimana pada dua pertemuan

pertama peneliti belum menggunakan handycam di dalam kelas. Hal ini

bertujuan agar siswa terbiasa dan tidak merasa terganggu dengan adanya

peneliti di dalam kelas. Sedangkan pada dua pertemuan berikutnya, peneliti

melakukan observasi dengan menggunakan handycam. Hal ini bertujuan agar

siswa dan guru terbiasa dengan adanya handycam ketika proses pembelajaran

sedang berlangsung.

Seperti halnya di atas, peneliti melakukan observasi selama tiga kali

pertemuan di salah satu SMA B yang ada di Yogyakarta. Dalam observasi

pertama dan kedua, peneliti belum menggunakan handycam di dalam kelas

supaya siswa terbiasa dengan adanya peneliti di dalam kelas. Untuk observasi

selanjutnya dilakukan dengan menggunakan handycam dengan tujuan agar

siswa dan guru terbiasa dengan keberadaan handycam di dalam kelas.

Selain bertujuan membiasakan diri siswa dan guru dengan adanya peneliti

dan handycam, tahap observasi ini juga bertujuan agar peneliti dapat

mengetahui kebiasaan-kebiasaan guru di dalam kelas yang apa adanya

(natural), dan dapat mengetahui posisi pengambilan gambar yang tepat.

(40)

Dalam melakukan observasi di 2 sekolah, peneliti masuk ke dalam kelas

sebelum guru masuk ke dalam kelas tersebut. Jika observasi tidak

menggunakan handycam maka peneliti langsung duduk di bagian belakang

kemudian mencatat apa yang dilakukan guru saat proses pembelajaran

berlangsung. Sedangkan jika observasi menggunakan handycam, setelah

masuk ke dalam kelas peneliti kemudian menyiapkan kabel dan handycam

yang akan digunakan. Peneliti mengambil rekaman video pembelajaran dari

beberapa arah.

2. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data di salah satu SMA A berlangsung selama dua kali

pertemuan dengan materi yang diajarkan yaitu Gerak Parabola. pada

pertemuan pertama, proses pembelajaran yang berlangsung berada di dalam

kelas XI IPA dimana desain tempat duduk siswa yang digunakan adalah tapal

kuda. Sedangkan pada pertemuan yang kedua, satu jam pertama proses

pembelajaran berlangsung di dalam kelas sedangkan pada jam berikutnya

berlangsung di Laboratorium Fisika. Proses pengambilan data yang dilakukan

di SMA B berlangsung selama dua kali pertemuan di dalam kelas XII IPA4.

Materi yang diajarkan oleh guru adalah gaya Lorentz.

Pengambilan data ini dilakukan seperti peneliti melakukan tahap

observasi dengan mnggunakan handycam. Dimana peneliti masuk ke dalam

kelas dan menyiapkan handycam, kabel kemudian merekam proses

(41)

pembelajaran dari berbagai arah. Karena peneliti berjumlah 2 orang maka

ketika salah satu peneliti merekam maka peneliti yang lain duduk di bagian

belakang kelas melakukan pencatatan terhadap apa yang dilakukan guru dalam

mengajar.

3. Tahap wawancara

Setelah dilakukan tahap pengambilan data, maka dilakukan juga tahap

wawancara dimana tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi data-data

yang sudah diperoleh dari 2 Guru Fisika.

Wawancara yang dilakukan di SMA A bertempat di ruang tamu dengan

menggunakan handycam yang diletakkan di depan Guru untuk merekan suara

Guru. Ketika mewawancarai, peneliti duduk disamping Guru Fisika. Sedangkan di

SMA B, wawancara dilakukan di ruang Guru dengan menggunakan alat yang

sama untuk merekam suara Guru. Posisi peneliti dan handycam sama seperti

posisi ketika melakukan wawancara di SMA A.

2.7 Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan alat pemgumpulan data yang berupa alat

perekam atau biasa disebut handycam. Alat perekam tersebut digunakan untuk

merekam proses berlangsungnya pembelajaran Fisika. Dari hasil rekaman tersebut

dihasilkan data yang berupa transkrip.

(42)

Alat perekam juga digunakan untuk merekam saat berlangsungnya tahap

wawancara terhadap Guru fisika. Selain itu field note dan diary peneliti juga

digunakan sebagai alat untuk menunjang kelengkapan data.

Selain itu, instrumen yang digunakan adalah beberapa pertanyaan

wawancara. Di sekolah A, wawancara dilakukan di ruang tamu dengan duduk

saling berhadapan antara peneliti dan guru. Sedangkan di sekolah B, wawancara

dilakukan di ruang guru dengan saling berhadapan antara peneliti dan guru.

Instrumen tersebut yaitu:

Wawancara di sekolah A

1. Bapak mengajar dari tahun berapa?

2. Sebelum mengajar persiapan-persiapan apa saja yang bapak lakukan?

3. Mengapa bapak selalu pelan dalam mengajar? Apakah ada hubungannya

dengan kemampuan siswa? Lalu bagaimana dari segi waktu?

4. Mengapa pada bagian tertentu dari materi, bapak selalu mengulang-ulang?

Apakah harus dengan cara seperti itu?

5. Mengapa ketika mau masuk ke materi berikutnya bapak selalu meminta siswa

menuliskan kembali materi sebelumnya? Apakah tujuan dari hal tersebut?

6. Setelah ada siswa yang mengerjakan soal di depan, bapak memberikan

sesuatu atau tanda pada bagian presensi. Apakah ada kaitannya dengan nilai

siswa atau bonus nilai?

7. Bapak mengajar siswa perempuan semua, lalu bagaimana dengan perhatian

mereka? Apakah biasa atau selalu minta perhatian yang lebih dari bapak?

(43)

8. Dalam video terlihat ada seorang siswa yang tiduran saat proses pembelajaran

berlangsung, dan bapak hanya bertanya “sakit?”. Mengapa bapak tidak

memarahinya atau memberi peringatan? Apakah ada kaitannya dengan latar

belakang siswa tersebut? Bagaimana dengan kemampuan siswa tersebut

dalam memahami materi? Apakah selalu ada masalah dengan penyelesaian

soalnya?

9. Biasanya setelah selesai materi, bapak selalu memberikan latihan soal atau

PR, apakah alasannya? Apa dasarnya bapak memilih soal tersebut? Apakah

metode soal itu sesuai dengan kemampuan siswa atau bagaimana?

10. Saat mengajar menggunakan white board, bapak juga menggunakan power

point dan ceramah. Dari ketiga media tersebut mana yang lebih cepat

ditangkap oleh siswa?

Wawancara di sekolah B

1. Berapa lama bapak menjadi guru?

2. Bapak mengajar di kelas berapa saja?

3. Setiap kelas kondisi anak berbeda-beda, Apakah perhatian yang bapak

berikan itu sama rata?

4. Hal-hal apa saja yang bapak persiapkan sebelum mengajar, apakah selalu

membuat RPP?

5. Setiap guru memiliki kekhasan mengajar sendiri-sendiri, hal-hal apa saja

yang mempengaruhi cara bapak mengajar?

(44)

6. Bapak kan mengajar kelas XII, bagaimana keterlibatan siswa dalam

mengerjakan soal karena dilihat dari video banyak sekali latihan soal?

7. Menurut bapak, siswa juga aktif di luar sekolah, bagaimana siswa jika sedang

di dalam kelas?

8. Bagaimana sistematika pembelajaran yang bapak lakukan di kelas, seperti

apa?

9. Bapak sering melakukan cheking dengan pertanyaan lisan, kenapa dan apa

tujuannya?

10.Dari rekaman video, bapak pernah memberikan hukuman kepada siswa.

Apakah hukuman tersebut berpengaruh pada siswa, misalnya siswa menjadi

bisa atau semakin rajin belajar?

11.Mengapa bapak selalu menggunakan media konvensional dalam memgajar?

Mengapa tidak selang-seling, misalnya power point?

12.Mengapa setiap memberikan latihan soal, bapak selalu memberikan kisi-kisi

atau langkah-langkah penyelesaian soal? Apa dasarnya?

13.Mengapa setiap kali pertemuan bapak selalu mengulang kalimat: ada arus ada

medan magnet, ada arus bukan dari dirinya maka akan terjadi yang namanya

gaya Lorentz. Apakah karena konsep tersebut akan berkaitan dengan materi

berikutnya?

14.Mengapa saat menuliskan persamaan bapak selalu memberikan kotak pada

persamaan tersebut? Tujuannya apa?

15.Setiap kali bapak meminta siswa mengerjakan di depan, pemilihan siswa

tersebut selalu didasarkan pada tanggal hari tersebut? Mengapa?

(45)

 

2.8 Teknik Analisis Data

Hasil yang telah diperoleh dari penelitian berupa rekaman video

pembelajaran dan wawancara. Cara menganalisis data tersebut dengan cara

sebagai berikut:

a. Pentranskripan

Pentranskripan dilakukan terhadap hasil rekaman video pembelajaran maupun

wawancara. Transkip yang dihasilkan dari rekaman video pembelajaran akan

dijadikan sebagai data yang nantinya akan diolah kembali. Sedangkan

transkrip video wawancara akan digunakan sebagai penunjang dan pelengkap

data.

b. Pengkodean

Setelah dilakukan pentranskripan hasil rekaman video, kemudian dilakukan

pengkodingan atau pengkodean terhadap data tersebut. Dari data tersebut

dipilih dan dikode peristiwa-peristiwa PCK khususnya pengetahuan guru

mengenai siswa yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran.

c. Pengkategorian

Setelah tahap-tahap di atas, kemudian dilakukan pengkategorian terhadap

hasil dari pengkodingan. Kode yang sama kemudian dijadikan satu dalam

satu kategori tertentu. Kategori yang dipilih berkaitan dengan PCK khususnya

(46)

BAB III

DATA , ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan deskripsi data, deskripsi guru, deskripsi penelitian,

analisis data, dan pembahasan.

3.1 Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kualitatif deskriptif yaitu

hasil transkrip dari rekaman video pembelajaran dan hasil rekaman suara saat

wawancara dengan guru Fisika yang dilakukan pada 2 sekolah yang berbeda di

Yogyakarta.

3.2 Field Note

Field note adalah catatan lapangan, semua catatan tertulis tentang segala

sesuatu yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan, dan direfleksikan oleh peneliti

(Suparno. 2007: 118).

Peneliti menggunakan field note deskriptif dalam mengambil data supaya

dapat menyajikan usaha penelitian yang secara objektif merekam detail apa yang

terjadi di lapangan. Sehingga dapat menghasilkan gambaran yang hidup dari hal

(47)

3.3 Deskripsi Guru

Seorang guru yang sudah mempunyai pengalaman mengajar selama 21

tahun di beberapa sekolah yang ada di Yogyakarta. Tidak hanya pengalaman

mengajar di sekolah yang bersifat heterogen, akan tetapi juga sekolah yang

bersifat homogen yang dijalani sampai saat ini. Dalam mengajar di sekolah yang

bersifat homogen (perempuan), Guru A menggunakan pendekatan secara individu

yaitu selalu berkeliling melihat pekerjaan siswa, mengoreksi pekerjaan siswa satu

persatu kemudian memberi masukan terhadap pekerjaan siswa tersebut.

Sedangkan metode yang digunakan oleh guru A dalam mengajar bervariasi yaitu

mengajar menggunakan whiteboard dan spidol, power point (simulasi),

praktikum. Terkadang siswa diminta oleh guru untuk membuat alat peraga fisika

di dalam kelompok.

Dalam mengajar, guru juga selalu mengutarakan pertanyaan-pertanyaan

yang bersifat menggali kemampuan siswa secara beruntun sampai siswa merasa

jelas dengan materi yang diajarkan. Melalui pertanyaan-pertanyaan ini guru

mampu membuat siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk

membangkitkan semangat belajar siswa, guru menggunakan sistem pemberian

point ketika proses pembelajaran berlangsung. Dimana point tersebut diberikan

berdasarkan kemampuan kognitif, afektif, dan motorik siswa yang nantinya akan

mempengaruhi nilai ulangan harian siswa.

Guru A tersebut sangat disegani oleh siswa-siswanya, hal ini terbukti dari

kedekatan siswanya yang menunjukkan sikap hormat, akrab, riang dan lain

(48)

guru membuat lelucon di dalam kelas ketika suasana tegang dan membosankan

sehingga seluruh siswa dibuat ketawa, selain itu siswa bebas bertanya mengenai

soal fisika yang belum dimengerti tanpa ada rasa takut, malu ketika di luar jam

pelajaran. Kebebasan yang diberikan oleh guru A tidak disalah gunakan oleh

siswa.

Selain Guru A yang mempunyai pengalaman mengajar yang cukup lama,

Guru B juga mempunyai pengalaman mengajar selama 20 tahun di beberapa

sekolah yang ada di Cilacap dan Yogyakarta. Saat ini guru tersebut mengajar

kelas XI IPA dan XII IPA di salah satu SMA yang ada di Yogyakarta. Guru yang

selalu berpendapat bahwa seorang guru harus menang minimal satu minggu dari

siswa ini selalu terinspirasi dari salah satu dosen yang pernah mengajarnya di

salah satu universitas swasta ternama di Yogyakarta. Hal ini yang membuat Guru

B selalu belajar dan harus benar-benar siap dalam mengajar.

Dalam mengajar kelas XII IPA, Guru B selalu menunjukkan

ketegasannya. Dan karena banyak siswa yang diajar olehnya maka ketika

mengajar, Guru B tidak hafal nama siswa-siswanya. Hal inilah yang membuat

guru B selalu menanyakan nama siswanya terlebih dahulu sebelum meminta siswa

menjawab pertanyaan secara lisan maupun tertulis.

Pemberian soal yang terus menerus dan melibatkan siswa dalam

menyelesaikan soal selalu dilakukan oleh guru B ketika mengajar di kelas XII

IPA. Dalam menyelesaikan soal, siswa juga diberikan kebebasan oleh guru B.

Kebebasan tersebut adalah siswa boleh bertanya mengenai soal-soal Fisika di luar

(49)

B juga selalu melakukan cheking terhadap catatan siswa dan hasil pekerjaan

rumah.

3.3 Deskripsi Penelitian

Isi dari deskripsi penelitian ini adalah menceritakan bagaimana Guru A dan

Guru B mengajar Fisika di kelas XI IPA dan kelas XII IPA.

1. Sekolah A

a. Senin, 27 Juli 2009

Observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPA pukul 11.00 sampai 11.45

dilaksanakan tanpa menggunakan handycam dengan tujuan supaya anak

terbiasa dengan keberadaan peneliti di dalam kelas dan peneliti mengetahui

keadaan atau sikap siswa dan guru yang natural di dalam kelas. pembelajaran

dilakukan dengan desain tempat duduk tapal kuda dengan jumlah siswa 16

orang.

Pada pertemuan ini, guru membuka pelajaran dan sedikit bercerita

sebelum memulai pelajaran. Kemudian siswa diberi kesempatan oleh guru

untuk maju ke depan mengerjakan PR yang sudah diberikan di pertemuan

sebelumnya, setelah itu guru menjelaskan materi perpindahan dengan

menggunakan berbagai ilustrasi-ilustrasi. Dalam pertemuan ini terlihat bahwa

guru dan siswa dapat menunjukkan keakraban sehingga siswa berani untuk

(50)

b. Selasa, 28 Juli 2009

Observasi kedua dilakukan tanpa menggunakan handycam dengan tujuan

yang sama dengan tujuan sebelumnya. Pada pertemuan ini digunakan untuk

membahas soal-soal. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan soal di papan tulis setelah itu bagi siswa yang dapat mengerjakan

soal di papan tulis akan mendapatkan poin dimana guru akan memberi tanda

di presensi.

Guru bercanda di dalam kelas sehingga tidak ada siswa yang jenuh dan

kemudian dilanjutkan dengan guru menjelaskan materi kecepatan dan laju

kecepatan dengan menggunakan ilustrasi.

c. Sabtu, 1 Agustus 2009

Observasi ketiga dilakukan dengan menggunakan handycam dengan

tujuan supaya siswa dan guru terbiasa dengan adanya handycam di dalam

kelas.

Pertemuan ini digunakan untuk membahas soal sebanyak mungkin dan

untuk mengulas kembali apa yang sudah dipelajari pada pertemuan

sebelumnya.

d. Senin, 3 Agustus 2009

Karena pertemuan ini hanya berlangsung 1 jam pelajaran maka pertemuan

ini digunakan untuk latihan soal. Dan guru memberi kesempatan kepada siswa

(51)

e. Selasa, 4 Agustus 2009

Pengambilan data pertama dilakukan di kelas yang sama dimana guru

mulai mengajarkan materi yang baru yaitu gerak parabola. Sebelum memulai

pelajaran, guru membagikan kertas hasil rekaman dengan menggunakan

tikertimer kepada seluruh siswa dan meminta siswa untuk menguraikan hasil

rekaman tersebut.

Setelah siswa menguraikan hasil rekaman tersebut lalu siswa menyebutkan

hasil hitungan mereka dan guru mulai menjelaskan pengertian dan hal-hal

yang pokok dari gerak parabola. Kemudian guru menunjukkan simulasi gerak

parabola dengan menggunakan power point dan memberi kesempatan kepada

siswa untuk mencoba mengubah sudut, besarnya kecepatan pada simulasi

tersebut.

Dalam pembelajaran ini guru selalu berkeliling melihat pekerjaan siswa,

menuntun siswa dalam mengerjakan soal, mendekati siswa yang bertanya.

Dan selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang sedang

dibahas kepada siswa.

f. Selasa, 8 Agustus 2009

Proses pembelajaran dilakukan di laboratorium fisika. Awal dari

pertemuan ini guru melakukan review materi, dimana guru meminta siswa

untuk menuliskan apa yang mereka ingat mengenai gerak parabola. Selain itu

(52)

guru secara lisan. Setelah itu guru memberikan beberapa soal kepada siswa

untuk dikerjakan.

Setelah membahas soal-soal tersebut guru mulai masuk ke materi

berikutnya dengan menggunakan media power point.

2. Sekolah B

a. Kamis, 16 Juli 2009

Observasi awal di kelas XII IPA 3 jam ke 3 dan 4 dengan jumlah siswa 30

orang. Observasi ini dilakukan tanpa menggunakan kamera, karena akan

membiasakan dengan situasi kelas lebih dahulu dan melihat bagaimana guru

mengajar.

Pada kesempatan ini guru menjelaskan aturan-aturan kelas dan perkenalan,

kemudian melanjutkan pelajaran dengan materi yang diajarkan yaitu medan

magnet.

b. Selasa, 21 Juli 2009

Observasi awal yang kedua kalinya di kelas XII IPA 4 pada jam ke- 5 dan

ke-6. observasi ini dilakukan di kelas yang berbeda karena jadwal pelajaran

berubah dan menyesuaikan dengan pembagian kamera. Observasi juga

dilakukan tanpa menggunakan kamera, karena baru pertama kalinya masuk

dan peneliti ingin membiasakan dengan situasi kelas dan melihat bagaimana

(53)

Dalam pertemuan ini guru mengingatkan materi sebelumnya yaitu tentang

medan magnet kemudian melanjutkan materi berikutnya yaitu tentang arah

medan magnet.

c. Selasa, 4 Agustus 2009

Penelitian 1 di kelas dan yang sama dengan pertemuan sebelumnya sudah

menggunakan kamera di dalam kelas. Pembelajaran dilakukan dengan media

secara konvensional (menggunakan white board).

Guru melibatkan siswa untuk mengerjakan soal di depan. Ketika siswa

mengalami kesulitan, guru kemudian membimbing dalam menyelesaikan

soal-soal.

d. Selasa, 11 Agustus 2009

Penelitian 2 dikelas dan jam yang sama dilakukan dengan menggunakan

kamera. Dalam pembelajaran, guru menggunakan media secara konvensional

(menggunakan white board).

Ketika menjelaskan gaya lorentz, guru memberikan demonstrasi

menggunakan tangan kanannya untuk menunjukkan arah gaya lorentz. Guru

juga memberikan demonstrasi untuk menjelaskan kaidah sekrup putar kanan

(54)

e. Selasa, 18 Agustus 2009

Penelitian ke-3 di kelas dan jam yang sama dilakukan dengan

menggunakan kamera. Guru melanjutkan materi pembelajaran yang lalu

tentang partikel bermuatan dalam medan magnet. Tetapi sebelum melanjutkan

materi pembelajaran guru mengecek dahulu apakah siswa mengalami

kesulitan dalam mengerjakan PR yang diberikan minggu sebelumnya. Ketika

guru mengetahui kesulitan belajar siswa, akhirnya guru menjelaskan

(55)

3.4 Analisis Data:

TEMA

DATA VIDEO

CONTOH TRANSKRIPSI DATA VIDEO

ILUSTRASI DATA VIDEO Kesulitan belajar

siswa.

Guru A

4 Agustus

2009

Menit ke 6

Di dalam video terlihat para siswa mengalami kesulitan

saat mempelajari gerak jatuh bebas. sehingga guru A

membantu siswa dengan cara memperagakan gerak

jatuh bebas melalui sebuah kapur yang dilempar ke atas.

Transkrip:

G : Lha iya tadi diajari, balik lagi. Ini saya lempar. Bener to?

Ini kan naik. Tidak naik lagi karena?(guru kembali

mengayunkan tangan ke atas ) naik terus?

S : diam

(56)

kembali mengayunkan tangan ke atas). Pertanyaan saya

lagi, kalau diam itu artinya apa?

Kok bingung lagi? Apa...apa...apa? diam artinya

kecepatannya?

S : nol

Guru A

4 Agustus

2009

Menit ke

12

Dalam menjelaskan jarak, guru A kembali

memperagakannya dengan menggunakan tangan kanan

yang diayun menuju ke arah tangan kiri. Cara dilakukan

(57)

Guru B

11

Agustus

2009

Menit ke

46

Di dalam video terlihat guru B memberikan langkah-langkah

pengerjaan soal setelah memberikan sebuah soal ke siswa. Hal

ini dilakukan untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan

belajar siswa.

Transkrip:

G : Ya, saya beri satu soal untuk anda. Sebuah persegi dengan sisi 20 cm, pada sudut-sudutnya diberi kawat yang sejajar. Seperti pada gambar A, B, dan D di beri arus I dan arah yang sama. Berapa kuat arus C dan kemana arahnya agar resultan di A=0. Hayo silahkan dicoba. Dianalisis dulu dengan A, B, dan D itu sejajar. Gaya di A itu sama dengan nol, gimana pengerjaannya?

Guru B

11

Agustus

2009

Guru B terlihat menuliskan langkah-langkah pengerjaan soal di

papan tulis. Dengan harapan siswa bisa mengetahui cara

mengerjakan soal tersebut daan tidak lagi melakukan

(58)

Menit ke

52

Transkrip:

G : perhatikan elektron mengalami percepatan dari diam

akibat beda potensialnya 8000 volt. Kemudian

elektron memasuki medan magnet B nya 3x10-3 T secara

tegak lurus. Jika massa elektronnya ada 9x10-19 c.maka

jari-jari lintasannya berapa?

(guru menuliskan rumus yang dipakai untuk

(59)

Karakteristik

siswa

Guru A

4 Agustus

2009

Menit ke

40

Sebelum Guru A meminta salah seorang siswanya untuk

maju mengerjakan soal di papan tulis, Dia terlebih

dahulu menanyakan nama panggilan dari siswa tersebut

karena Guru A belum mengetahuinya.

Transkrip:

G : Yang jarang masuk, di sini yovi yok! Di sini kamu

dipanggil yo apa vi?

S4 : Yovi pak.

G : Oke

Guru A

4 Agustus

2009

Menit ke

24

Dalam video terlihat salah satu siswa menundukkan

kepala sambil tiduran.karena tidak ingin siswa tersebut

menjadi jengkel maka guru A hanya bertanya” kamu

sakit?” sswa tersebut menggelengkan kepala kemudian

(60)

kalau tidak sakit ya lihat sini dong” dengan nada suara

pelan.

Guru B

11

Agustus

2009

Menit ke

06

Guru melakukan pendekatan terhadap salah satu siswa

yang sulit dalam memahami materi yang diajarkan oleh

Guru B. pendekatan ini dilakukan dengan cara

menanyakan nama siswa yang bersangkutan.

Transkrip:

G : Ini B. ini gaya Lorentz. Namamu siapa mbak?

S3 : Siwi

G : siapa

S3 : siwi

G : kok angel banget to

G : A…misalnya anda menunjukkan siapa tu namanya yang

(61)

belakang) ? Siapa?

S4 : Riko

G : Riko yang mana mbak?

S3 : (Siswa bersangkutan menunjuk kearah belakang, kearah

Riko)

G : Tangannya pakai yang mana mbak ,tangan yang kanan

atau yang kidal?

S3 : Yang kanan (sambil menunjuk temannya dengan tangan

kanan)

Guru B

11

Agustus

2009

Guru B memanggil siswa yang mempunyai nomor absen 11

dan kemudian menanyakan nama siswa tersebut sebelum

meminta siswa menjawab pertanyaan secara lisan.

(62)

Menit ke

07

G : Tanggal 11. Nomer absen 11 mana?

S6 : (tunjuk jari)

G : berdiri mbak berdiri

S6 : (berdiri)

G : disitu saja,coba yang lain diam lho. Mbak siapa namanya?

S6 : devi

G : ha…ha..ha

Guru B

11

Agustus

2009

Menit ke

20

Guru B memanggil siswa yang mempunyai nomor absen

22 dan bertanya nama siswa tersebut sambil bergurau

sehingga siswa-siswa yang lain tertawa mendengar

gurauan Guru B.

Transkrip:

(63)

S7 : (langsung berdiri)

G : oya namamu siapa?

S7 : ninik

G : ninik

S8 : (menceloteh) arah selatan

S7 : wuhh

G : tempat tinggalnya mana? Mondok?

S7 : iya

SS : ha…ha…ha

G : nggak usah grogi ngak apa-apa. Dulu di pondok terus

sekarang tinggalnya di?

S7 : kost

G : ooo kasihan. Tenang-tenang.

Gambar

gambar. Maka yang tegak lurus telapak tangan anda ialah gaya lorentz.
gambar dipapan tulis).
gambar kawat)?
gambar )ditembakkan dengan kecepatan v maka akan ada sesuatu yang

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun pemupukan NPK nyata mempengaruhi bobot kering polong dibanding kontrol, namun penambahan pupuk hayati pada dosis N yang lebih rendah (1/4–1/2 N), meningkatkan hasil

Pembuatan perangkat lunak dengan cara kerja sistem dimulai ketika sensor loop mendeteksi mobil yang tepat berada diatas kawat lilitan, data dari sensor itu dikirim ke

Deflasi perdesaan disebabkan oleh turunnya indeks pada beberapa kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan turun sebesar 0,90 persen,

Ketika bunga bank dipersepsikan negatif karena dimaknai sama dengan Riba, maka value atau nilai produk Bank Konvensional menjadi berkurang nilainya bagi informan yang

Memenuhi Selama tiga bulan terakhir (September s.d Nopember) 2015 laporan produksi UD COCOCRAFT KREASI GEMILANG sesuai dengan laporan mutasi kayu pada periode yang sama.

Kelalaian account officer Bank BRI menyebabkan kredit macet adalah pihak Bank BRI tidak melakukan pengecekan atas dokumen atau informasi yang berkaitan dengan debitur

3. Penyusunan Kajian Pendukung Perencanaan Perdagangan dan Ketenagakerjaan sebanyak 2 dokumen;.. Penyusunan Perencanaan Pendapatan Daerah sebanyak 2 dokumen; Perangkat

Hubungan yang terjadi adalah positif, memiliki arah yang sama, hal ini berarti semakin baik promosi maka semakin tinggi kinerja perawat pelaksana, dengan demikian dapat