• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 20/04/14/Th.XVI, 1 April 2015

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI RIAU

MARET 2015 SEBESAR 97,55 ATAU NAIK 0,95 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Mulai Maret 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian diperdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan. Selain NTP Perikanan secara umum yang dihitung di 33 provinsi termasuk Provinsi DKI Jakarta, Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena

 Pada bulan Maret 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 97,55 atau naik sebesar 0,95 persen dibanding NTP Februari 2015 sebesar 96,63. Kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,88 persen dan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,07 persen.

 Pada bulan Maret 2015, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi deflasi sebesar 0,17 persen. Deflasi perdesaan disebabkan oleh turunnya indeks pada beberapa kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan turun sebesar 0,90 persen, kelompok perumahan turun sebesar 0,25 persen, dan kelompok sandang turun sebesar 0,41 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Riau sebesar 102,54 atau naik sebesar 0,45 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Riau, NTP pada bulan Maret 2015 sebesar 97,55 atau naik sebesar 0,95 persen dibanding NTP bulan Februari 2015 yaitu 96,63. Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami kenaikan dan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau Maret 2015 (2012 = 100)

Rincian

Indeks Gabungan Riau Perubahan (%) Februari'15 Maret’15 Mar’15 thd

Feb’15

[1] [2] [3] [4]

Indeks Harga yang Diterima Petani 112.49 113.49 0.88 Indeks Harga yang Dibayar Petani 116.42 116.33 -0.07

Konsumsi Rumah Tangga 118.01 117.81 -0.17

Bahan Makanan 122.99 121.89 -0.90

Makanan Jadi 113.96 114.17 0.18

Perumahan 112.33 112.06 -0.25

Sandang 113.12 112.65 -0.41

Kesehatan 112.01 112.04 0.02

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 108.53 108.84 0.29

Transportasi dan Komunikasi 119.92 121.85 1.61

BPPBM 110.21 110.68 0.43

Bibit 110.54 110.71 0.16

Obat-obatan & Pupuk 108.28 108.65 0.35

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 104.13 104.03 -0.10

Transportasi 122.90 124.63 1.41

Penambahan Barang Modal 110.59 110.99 0.37

Upah Buruh Tani 107.33 107.74 0.38

Nilai Tukar Petani 96.63 97.55 0.95

(3)

Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) RIAU MARET 2015 (2012 = 100)

Subsektor Bulan % Perub.

Februari'15 Maret'15

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.05 119.61 0.47

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.68 116.67 -0.01

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 102.03 102.52 0.48

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.15 112.03 -1.85

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.88 116.86 -0.02

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 97.67 95.87 -1.84

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 109.67 111.86 2.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.12 117.01 -0.09

c Nilai Tukar Petani (NTPR) 93.64 95.60 2.09

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.21 112.58 -0.55

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 113.03 112.99 -0.04

c Nilai Tukar Petani (NTPT) 100.16 99.64 -0.52

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 124.04 122.85 -0.95

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.17 116.00 -0.14

c Nilai Tukar Petani (NTNP) 106.77 105.90 -0.81

5.1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.32 125.79 -1.20

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.73 116.61 -0.10

c Nilai Tukar Petani (NTN) 109.07 107.87 -1.10

5.2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.07 118.41 -0.56

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.31 115.08 -0.20

c Nilai Tukar Petani (NTPi) 103.26 102.89 -0.36

R i a u

a Indeks Harga yang Diterima (It) 112.49 113.49 0.88

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.42 116.33 -0.07

c Nilai Tukar Petani (NTP) 96.63 97.55 0.95

Subsektor yang mengalami kenaikan indeks NTP dan mengakibatkan naiknya NTP di provinsi Riau adalah subsektor tanaman pangan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,48 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,09 persen. Sedangkan subsektor hortikultura, subsektor peternakan dan subsektor perikanan mengalami penurunan NTP masing-masing sebesar 1,84 persen, 0,52 persen dan 0,81 persen.

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

(4)

Kenaikan It terjadi di 2 (dua) dari 5 (lima) subsektor penyusunan NTP antara lain subsektor tanaman pangan sebesar 0,47 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,00 persen. Sedangkan subsektor hortikultura, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan mengalami penurunan It masing-masing sebesar 1,85 persen, 0,55 persen dan 0,95 persen.

2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Maret 2015 di Provinsi Riau turun sebesar 0,07 persen dibanding Ib Februari 2015, yaitu dari 116,42 menjadi 116,33. Penurunan Ib terjadi di semua subsektor. Penurunan Ib yang tertinggi terjadi pada subsektor perikanan yaitu sebesar 0,14 persen; diikuti penurunan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,10 persen; subsektor peternakan sebesar 0,04 persen; subsektor tanaman hortikultura sebesar 0,02 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 0,01 persen.

3. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

Pada Maret 2015, NTPP mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Februari 2015. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen dan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.

Naiknya indeks harga yang diterima petani ini disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok padi sebesar 0,29 persen dan palawija sebesar 0,91 persen (khususnya komoditas gabah, jagung, ketela pohon/ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai dan kacang tanah). Turunnya indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,15 persen (khususnya cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, selar, duku, cabai hijau).

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada Maret 2015, NTPH mengalami penurunan sebesar 1,84 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 1,85 persen, relatif lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani yaitu sebesar 0,02 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan turunnya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 2,16 persen, buah-buahan sebesar 1,58 persen dan tanaman obat 0.35 persen (khususnya nanas, cabai rawit, cabai merah, kacang panjang, mangga, semangka, melinjo, bayam dan jahe). Penurunan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,09 persen (khususnya cabai merah, daging ayam ras dan cabai rawit).

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada Maret 2015, NTPR mengalami peningkatan sebesar 2,09 persen. Hal ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani yang mengalami peningkatan sebesar 2,00 persen dan indeks harga yang dibayar petani yang mengalami penurunan sebesar 0,09 persen.

(5)

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,00 persen (khususnya kelapa sawit, kelapa dan pinang). Sementara itu, turunnya indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,18 persen (khususnya cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, cabai hijau, selar dan duku).

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada Maret 2015, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,52 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,55 persen, relatif lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,04 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 0,80 persen, unggas sebesar 0,56 persen dan hasil ternak 0,73 persen (khususnya sapi potong, ayam ras pedaging, babi, telur ayam buras, telur ayam ras dan kerbau). Penurunan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,12 persen (khususnya cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, selar, cabai hijau, duku dan salak).

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada Maret 2015, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,81 persen. Penurunan ini terjadi karena indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,14 persen, relatif lebih kecil dibandingkan penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,95 persen. Penurunan It pada Maret 2015 disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,20 persen dan perikanan budidaya sebesar 0,56 persen (khususnya udang, ikan mas, baung, belanak, gulamah/gelamo/tigawaja, patin, bawal, gabus dll). Penurunan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,39 persen (khususnya cabai merah, udang tambak, daging ayam ras, selar, tenggiri, cabai rawit, gabus, udang laut dan kubis/kol).

1). Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Maret 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 1,10 persen jika dibandingkan dengan NTN Bulan Februari 2015. Hal ini terjadi karena Ib mengalami penurunan sebesar 0,10 persen, relatif lebih kecil dibandingkan penurunan It mengalami yang mencapai 1,20 persen. Penurunan It disebabkan oleh penurunan indeks harga di sebagian besar ikan pada kelompok penangkapan perairan umum dan penangkapan laut masing-masing sebesar 1,32 persen dan 1,16 persen ((khususnya udang, baung, belanak, gulamah/gelamo/tigawaja , bawal, gabus dll ). Turunnya Ib dikarenakan adanya penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,41 persen (khususnya cabai merah, udang tambak, daging ayam ras, selar, tenggiri, cabai rawit, gabus, udang laut dan kubis/kol)

2). Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Maret 2015, NTPi penurunan sebesar 0,36 persen. Penurunan ini dikarenakan Ib mengalami penurunan sebesar 0,20 persen, relatif lebih kecil dibandingkan penurunan It yang mencapai 0,56 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks harga sebagian besar ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,56 persen (khususnya komoditi ikan mas dan patin). Penurunan Ib disebabkan oleh turunnya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,36 persen (khususnya cabai merah, udang tambak, daging ayam ras, selar, tenggiri, cabai rawit, gabus, udang laut dan kubis/kol).

(6)

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya Maret 2015 (2012 = 100)

BPPBM=Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

Subsektor dan Kelompok Bulan % Perub.

Februari'15 Maret'15

[1] [3] [4] [5

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.05 119.61 0.47

- Padi 113.35 113.68 0.29

- Palawija 135.13 136.37 0.91

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.68 116.67 -0.01

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.83 117.66 -0.15

- Indeks BPPBM 110.42 111.29 0.78

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 114.15 112.03 -1.85

- Sayur-sayuran 112.47 110.05 -2.16

- Buah-buahan 116.06 114.23 -1.58

- Tanaman obat 105.37 105.01 -0.35

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.88 116.86 -0.02

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.20 118.09 -0.09

- Indeks BPPBM 110.53 110.94 0.37

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 109.67 111.86 2.00

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 109.67 111.86 2.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 117.12 117.01 -0.09

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.29 118.07 -0.18

- Indeks BPPBM 110.59 111.08 0.44

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 113.21 112.58 -0.55

- Ternak Besar 115.82 114.89 -0.80

- Ternak Kecil 117.55 119.15 1.36

- Unggas 108.37 107.77 -0.56

- Hasil Ternak 113.41 112.59 -0.73

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 113.03 112.99 -0.04

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.56 117.41 -0.12

- Indeks BPPBM 106.05 106.17 0.11

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 124.04 122.85 -0.95

- Tangkap 127.32 125.79 -1.20

- Budidaya 119.07 118.41 -0.56

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.17 116.00 -0.14

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.09 115.64 -0.39

- Indeks BPPBM 116.29 116.72 0.37

1. Perikanan Tangkap

a Indeks Harga yang Diterima (It) 127.32 125.79 -1.20

- Penangkapan Perairan Umum 125.11 123.46 -1.32

- Penangkapan Laut 128.03 126.54 -1.16

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 116.73 116.62 -0.10

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.09 115.62 -0.41

- Indeks BPPBM 118.06 118.66 0.51

2. Perikanan Budidaya

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.07 118.41 -0.56

- Budidaya Air Tawar 119.07 118.41 -0.56

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 115.31 115.08 -0.20

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.08 115.67 -0.36

- Indeks BPPBM 113.60 113.78 0.15

(7)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera

Peningkatan NTP terjadi di 7 (tujuh) dari 10 (sepuluh) Provinsi di Pulau Sumatera. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 1,28 persen, diikuti Provinsi Riau sebesar 0,95 persen, Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,82 persen, Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0,69 persen, Provinsi Bengkulu sebesar 0,59 persen, Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,32 persen, dan Provinsi NAD Darussalam sebesar 0,28 persen seperti terlihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4.

Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera dan Persentase Perubahannya Maret 2015 (2012 = 100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] 1 NAD Darussalam 111.96 0.05 114.97 -0.22 97.39 0.28 2 Sumatera Utara 116.42 1.05 117.50 0.22 99.09 0.82 3 Sumatera Barat 113.95 0.32 115.13 0.00 98.97 0.32 4 Riau 113.49 0.88 116.33 -0.07 97.55 0.95 5 Jambi 111.86 -0.58 116.76 0.01 95.81 -0.59 6 Sumatera Selatan 113.47 0.58 115.42 -0.12 98.31 0.69 7 Bengkulu 111.84 0.43 116.22 -0.16 96.24 0.59 8 Lampung 118.10 -0.54 115.45 0.33 102.30 -0.87 9 Bangka Belitung 119.59 1.68 114.69 0.39 104.28 1.28 10 Kepulauan Riau 114.94 0.40 114.36 0.42 100.51 -0.03

5. Inflasi/Deflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Maret 2015, di daerah perdesaan Provinsi Riau terjadi deflasi sebesar 0,17 persen. Deflasi perdesaan disebabkan oleh turunnya indeks pada beberapa kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan turun sebesar 0,90 persen, kelompok perumahan turun sebesar 0,25 persen, dan kelompok sandang turun sebesar 0,41 persen. Sementara kelompok pengeluaran konsumsi lainnya mengalami peningkatan indeks harga yaitu kelompok makanan jadi naik sebesar 0,18 persen; kelompok kesehatan naik sebesar 0,02 persen,; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,29 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 1,61 persen seperti terlihat pada Tabel 5 berikut:

(8)

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran

Maret 2015 (2012 = 100)

Kelompok Pengeluaran

Perubahan

Februari'15 Maret’15 Mar’15 thdp Feb’15

[1] [2] [3] [4]

Konsumsi Rumah Tangga 118.01 117.81 -0.17

Bahan Makanan 122.99 121.89 -0.90

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 113.96 114.17 0.18

Perumahan 112.33 112.06 -0.25

Sandang 113.12 112.65 -0.41

Kesehatan 112.01 112.04 0.02

Pendidikan, Rekreasi, & OR 108.53 108.84 0.29 Transportasi & Komunikasi 119.92 121.85 1.61

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Maret 2015, terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,45 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,88 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,43 persen (lihat Tabel 1). Kenaikan NTUP hanya terjadi di subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,55 persen seperti terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor Dan Persentase Perubahannya

Maret 2015 (2012=100)

Sub Sektor Februari'15 Maret'15

Perubahan Mar15 thd Feb'15 [1] [2] [3] [4] 1. Tanaman Pangan 107.81 107.48 -0.30 2. Hortikultura 103.28 100.99 -2.22

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 99.17 100.71 1.55

4. Peternakan 106.75 106.04 -0.66 5. Perikanan 106.66 105.25 -1.32 a. Tangkap 107.84 106.01 -1.70 b. Budidaya 104.81 104.07 -0.71 Riau 102.08 102.54 0.45

Referensi

Dokumen terkait

Pemberdayaan tim (team empowerment) dapat diartikan sebagai peningkatan motivasi kerja atau tugas yang disebabkan kerjasama anggota tim dan penilaian positif mengenai tugas-tugas

Dan hal ini sudah dibuktikan dan diterapkan oleh kepala di MTs Madinatussalam Kec. Percut Sei Tuan. Dan sesuai dengan data yang ada serta hasil dari wawancara

No. Sementara itu, responden kurang setuju kalau kecenderungan berpikir negatif menghambat inovasi mereka. Mereka juga kurang setuju jika perasaan-perasaan negatif

Kenaikan NTP ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,65 persen, relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar

Inflasi perdesaan disebabkan oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan naik sebesar 1,90 persen, kelompok makanan

Dilihat dari industri yang pesaingnya sedikit, dibutuhkannya kemampuan dan keahlian yang khusus, dan pelanggan yang relatif price- insensitive ini maka Penulis akan menggali

Hal ini biasanya didasarkan pada perselisihan atara suami dan istri, perselisihan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat berasal dari salah

Sebagai upaya mempertahankan kualitas air sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, bagi setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib untuk membuang limbah cairnya